• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Pembuatan Wetland

Dalam dokumen TEKNOLOGI PERBAIKAN KUALITAS AIR IRIGASI (Halaman 34-40)

BASIC DESIGN PERBAIKAN KUALITAS AIR IRIGASI

4.3 Spesifikasi Teknik

4.3.2. Pekerjaan Pembuatan Wetland

1. Pekerjaan pengolahan awal

a. Efluen air irigasi dialirkan ke dalam bak kontrol berukurun 1 x 1 x 1 m melalui pipa PVC berdiamater 3’’ sesuai dengan beban hidrolis yang ada. Kemiringan pipa minimun 3 % dan maksimum 5 %. Pengaliran air limbah irigasi dimaksudkan untuk menstabilkan konsentrasi air limbah yang masuk ke wetland dan mengurangi konsentrasi TSS pada saat pengolahan lahan.

b. Bak kontol dibuat dengan menggali tanah dengan kedalaman 1,45 m, panjang 1,30 m dan lebar 1,30 m, material tanah hasil galian dibuang dengan jarak angkut maksimal 100 m dengan pertimbangan volume kurang dari 3 m3.

c. Pada dasar galian dihamparkan pasir urug setebal 5 cm, kemudian dipasang lantai kerja

g. Pipa PVC yang digunakan harus memenuhi spesifikasi khusus yang bisa mengalirkan air limbah.

2. Pekerjaan Pembuatan Kolam Wetland

a. Bak wetland dibuat dengan menggali tanah dengan kedalaman 1 m, panjang 2,90 m dan lebar 1,55 m, serta material tanah hasil galian dibuang dengan jarak angkut maksimal 100 m dengan pertimbangan volume kurang dari 5 m3.

b. Pada dasar galian dihamparkan pasir urug setebal 5 cm, kemudian dipasang lantai kerja dari campuran beton tumbuk dengan mutu beton fc’ sebesar 1,8 sampai dengan 3,7 MPa atau setara dengan beton campuran 1 PC : 3 PB : 5 Kr.

c. Perkuatan dinding bak wetland dibuat dengan memasang bata merah berukuran 5x11x22 cm tebal ½ bata secara menyilang dengan pertimbangan memberi kekuatan secara struktur dinding, dengan campuran pasangan 1 SP : 2 PP.

d. Pasangan bata merah diplester setebal 15 mm dengan campuran 1 SP : 2 PP

e. Pemasangan Pipa PVC berdiamater 3’’ pada inlet dan outlet bak wetland dilengkapi dengan sambunga Tee PVC 3’’

f. Pipa PVC yang digunakan harus memenuhi spesifikasi khusus yang bisa mengalirkan air limbah.

g. Pekerjaan Media Tanam

Kolam unit pengolahan di bagi menjadi 3 zona yaitu zona inlet, zona pengolahan dan zona outlet. Zona inlet dan outlet di isi dengan batu koral berdiameter 50 mm dengan ketinggian 60 cm. Zona pengolahan terdiri dari tiga medium yaitu lapisan paling bawah di isi dengan batu koral berdiameter 10 - 15 mm yang dipasang pada kedalaman 30 cm, lapisan dengan di isi dengan pasir berdiameter 0,5 cm dengan kedalaman 30 cm dan lapisan paling atas diisi dengan tanah dengan kedalaman 10 cm.

h. Pekerjaan Tanaman Air

Setelah seluruh media terisi, baru tumbuhan air di tanam dengan melubangi lapisan media sedalam 40 cm untuk dudukan tanaman. Jarak tanaman di atur dengan memperhatikan kerapatan kanopi tiap jenis tanaman air. Tanaman air yang digunakan terdiri dari : Typha Latifolia dan Cyperus.

i. Pekerjaan Pengaliran Air Limbah

Air limbah di alirkan setebal 45 – 50 cm, dengan mengatur level (ketinggian) outlet yang memungkinkan media selalu tergenang 10 -15 cm di bawah permukaan tanah.

4.4 Perkiraan Rencana Anggaran Biaya 4.4.1. Pekerjaan Pembuatan Wetpond

Pembuatan wetpond dibuat dengan 2 alternatif yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe pertama dengan perkuatan tanah dipadatkan. Perkiraan rencana anggaran biaya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tipe pertama ini memiliki kelebihan harga konstruksi yang relatif murah. Tipe pertama bisa direkomendasikan apabila pembiayaan konstruksi berasal dari petani dan kondisi keuangan petani sangat minim. Total perkiraan rencana anggaran biaya sebesar Rp. 12.481.000,- apabila

pembiayaan konstruksi berasal dari Pemerintah, dimana PPN harus dibayarkan. Akan tetapi apabila konstruksi merupakan swadaya dari petani maka unsur PPN dapat dihilangkan.

Pekerjaan dianalisis berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan (AHSP), dimana jenis pekerjaan merupakan jenis pekerjaan swakelola.

Tabel 4. 1 Perkiraan Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Wetpond Tipe 1

Harga satuan Total I PEKERJAAN PEMBUATAN WETPOND

1 Galian tanah 9.27 m3 76,500 709,155

2 Pembuangan material tanah 9.27 m3 51,000 472,770

3 Pemadatan tanah t = 15 cm 5.56 m3 42,500 236,300

JUMLAH 1,418,225

1,418,225 11,345,800 1,134,580 12,480,380 12,481,000 Terbilang : Dua Belas Juta Empat Ratus Delapan Puluh Satu Ribu Rupiah

Catatan :

Analisis harga satuan dibuat untuk swakelola

* Apabila dana berasal dari Pemerintah maka ada komponen PPN, apabila dana berasal dari swadaya masyarakat komponen PPN hilang

** Harga dalam rencana anggaran biaya ini merupakan harga tahun 2018

TOTAL PEMBUATAN WETPOND DI BOX TERSIER 1 BSh 2 SS.SEULEUH (8 unit)

DIBULATKAN

No. Unit Pengolahan Quantity Sat. Harga

TOTAL 1 UNIT PEMBUATAN WETPOND

PPN * JUMLAH RENCANA ANGGARAN BIAYA

Basic Design Perbaikan Kalitas Air Irigasi Pembuatan Wetpond Type 1

Box Tersier 1 BSh 2 Saluran Sekunder Seuleuh, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten

Tipe kedua harga lebih mahal, akan tetapi memberikan kemudahan untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan yaitu pada saat pengerukan sedimen yang sudah menumpuk. Perkiraan rencana anggaran biaya wetpond tipe 2 dapat dilihat pada Tabel 4.2. Sama halnya dengan perkiraan anggaran biaya untuk tipe 2, biaya memperhitungkan PPN apabila pembiayaan konstruksi berasal dari Pemerintah sehingga apabila konstruksi merupakan swadaya dari petani maka unsur PPN dapat dihilangkan, serta pekerjaan dianalisis berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan (AHSP) dimana jenis pekerjaan merupakan jenis pekerjaan swakelola.

Tabel 4. 2 Perkiraan Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Wetpond Tipe 2

Harga satuan Total I PEKERJAAN PEMBUATAN WETPOND

1 Galian tanah 9.27 m3 76,500 709,155

2 Pembuangan material tanah 9.27 m3 51,000 472,770

3 Pek. pasangan bata silang 1:2 37.05 m2 153,417 5,684,100

4 Plesteran 1 : 2 25.46 m2 69,370 1,766,149

JUMLAH 8,632,174

8,632,174 69,057,391 6,905,739 75,963,130 75,964,000 Terbilang : Tujuh Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Enam Puluh Empat Ribu Rupiah

Catatan :

Analisis harga satuan dibuat untuk swakelola

* Apabila dana berasal dari Pemerintah maka ada komponen PPN, apabila dana berasal dari swadaya masyarakat komponen PPN hilang

** Harga dalam rencana anggaran biaya ini merupakan harga tahun 2018

TOTAL PEMBUATAN WETPOND DI BOX TERSIER 1 BSh 2 SS.SEULEUH (8 unit)

DIBULATKAN

No. Unit Pengolahan Quantity Sat. Harga

TOTAL 1 UNIT PEMBUATAN WETPOND

PPN * JUMLAH RENCANA ANGGARAN BIAYA

Basic Design Perbaikan Kalitas Air Irigasi Pembuatan Wetpond

Box Tersier 1 BSh 2 Saluran Sekunder Seuleuh, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten

4.4.2. Pekerjaan Pembuatan Wetland

Pembuatan wetlands direncanakan sebanyak 2 (dua) unit, hal ini berdasarkan hasil investigasi lapangan pada petakan sawah box tersier 1 BSh 2 terdapat 2 (dua) alur pembuangan dari sawah menuju saluran pembuang dan sungai. Perkiraan rencana anggaran biaya wetland dapat dilihat pada Tabel 4.3. Sama halnya dengan perkiraan anggaran biaya untuk wetpond, biaya memperhitungkan PPN apabila pembiayaan konstruksi berasal dari Pemerintah sehingga apabila konstruksi merupakan swadaya dari petani maka unsur PPN dapat dihilangkan, serta pekerjaan dianalisis berdasarkan analisa harga satuan pekerjaan (AHSP) dimana jenis pekerjaan merupakan jenis pekerjaan swakelola.

Tabel 4. 3 Perkiraan Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Wetland

Harga satuan Total I PEKERJAAN 1 UNIT BAK KONTROL U/PENGOLAHAN AWAL

1 Galian tanah 2.45 m3 76,500 187,463

II PEKERJAAN 1 UNIT BAK WETLAND

1 Galian tanah 4.50 m3 76,500 343,868 Terbilang : Enam Belas Juta Dua Ratus Empat Puluh Tujuh Ribu Rupiah

Catatan :

Analisis harga satuan dibuat untuk swakelola

* Apabila dana berasal dari Pemerintah maka ada komponen PPN, apabila dana berasal dari swadaya masyarakat komponen PPN hilang

** Harga dalam rencana anggaran biaya ini merupakan harga tahun 2018 TOTAL 1 UNIT PEMBUATAN WETLAND

TOTAL PEMBUATAN WETLAND DI BOX TERSIER 1 BSh 2 SS.SEULEUH (2 unit)

DIBULATKAN PPN *

No. Unit Pengolahan Quantity Sat. Harga

JUMLAH RENCANA ANGGARAN BIAYA

Basic Design Perbaikan Kalitas Air Irigasi Box Tersier 1 BSh 2 Saluran Sekunder Seuleuh, Kabupaten Pandeglang

Provinsi Banten Pembuatan Wetland

Perkiraan rencana anggaran ini menggunakan harga satuan pada saat basic design ini dibuat yaitu pada tahun 2018. Apabila konstruksi fisik akan dibuat, maka diperlukan koreksi harga satuan bahan dan upah pada tahun berjalan, karena harga satuan tiap tahun kadang tidak tetap.

RAB ini tidak bisa dijustifikasi untuk acuan harga untuk pelaksanaan fisik, hanya untuk pengusulan volume (BOQ). Jadi untuk pelaksanaan fisik harus dibuat perkiraan rencana anggaran biaya yang sudah disesuaikan dengan harga satuan pada saat pekerjaan fisik akan

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pemanfaatan air irigasi di D.I Ciliman dan Saluran Sekunder Seuleuh masih memenuhi Kelas IV dan III dari PP 82/2001. Pada tahap pengolahan lahan, parameter residu tersuspensi secara keseluruhan baik di air limbah dari sawah, saluran pembuang dan badan air sangat tinggi dan tidak memenuhi baku mutu akibat adanya aktivitas pengolahan lahan. Pada tahap pemupukan, beberapa parameter cenderung meningkat diantaranya COD, Nitrat, dan Fosfat yang merupakan indikasi adanya proses kimia dalam air akibat aplikasi pupuk. Kadar pestisida tidak terdeteksi pada MT 3 (tiga) di Sungai Seuleuh Deungeun diduga karena adanya air pasang dari laut telah mengencerkan kadar pestisida sehingga masih dibawah limit deteksi.

2. Basic design dapat disimpulkan bahwa pada tahap pengolahan lahan telah mengadopsi konsep sedimen forebay dalam sebuah kolam retensi (wetponds) untuk mengendapkan partikel diskrit untuk mengurangi residu tersuspensi, sedangkan konsep wetlands bisa diterapkan dengan menggunakan metode perhitungan baru yang mempertimbangkan debit effluent limbah pertanian serta koreksi suhu minimum.

3. Kelebihan teknologi wetpond dapat diterapkan di alur pembuang sebelum sungai dan pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan petani secara swakelola. Kekurangan teknologi ini cenderung sulit diterapkan karena aspek non teknis, berupa lahan yang ada digunakan petani setempat untuk ditanami padi. Kondisi demikian memerlukan sosialisasi pendekatan tertentu. Teknologi wetland dapat diterapkan dengan luas lahan efisien yaitu debit effluent 0,095 L/det dibutuhkan lahan 2,5 m2 (0,004 % dari luas irigasi di Box tersier 1 BSh 2), dengan demikian usulan system jauh lebih efisien dalam penggunaan tanah yang diperlukan.

5.2 Saran

1. Dalam menentukan teknologi perbaikan air limbah irigasi yang tepat di lapangan, disarankan harus mengacu pada karakter kualitas air apa yang dominan, kondisi lapangan, kesiapan masyarakat dan memperhatikan faktor operasional di masa mendatang.

2. Teknologi perbaikan air limbah irigasi pada dasarnya untuk menjaga badan air supaya tidak tercemar oleh kegiatan budidaya di lahan beririgasi. Oleh karena itu diperlukan pemilihan teknologi yang tepat sasaran namun mudah untuk operasi dan pemeliharaan, sehingga dapat dilaksanakan petani.

Dalam dokumen TEKNOLOGI PERBAIKAN KUALITAS AIR IRIGASI (Halaman 34-40)

Dokumen terkait