• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Pier Head dan Back Wall Pier Head ·······················

BAB III PELAKSANAAN ·································································

3.2 Pekerjaan Struktur Bawah ·······················································

3.2.5 Pekerjaan Pier Head dan Back Wall Pier Head ·······················

Pier head mempunyai fungsi sebagai tumpuan struktur bentang jembatan yang terdapat balok girder diatasnya (upper structure) yang kemudian disalurkan gaya menuju struktur yang berada nya yaitu bored pile. Sedangkan back wall mempunyai fungsi sebagai dinding pembatas antara balok girder yang akan di letakkan diatas pier head. Pada proyek ini permukaan pier head memiliki kemiringan derajat sebanyak 3% dari total panjang pier head dan pembelokkan sebesar 1% dari lebar pier head (untuk detail gambar lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran-16 sampai Lampiran-23).

Pelaksanaan pekerjaan pier head pada proyek ini menggunakan 2 (dua) metode yakni, metode bracket dan metode shoring. Yang dimaksud metode bracket yaitu metode yang dalam pemasangannya menggunakan balok konsol yang terdapat pada pilar bagian atas sebagai tumpuan dari H - Beam yang menyangga bekisting pier head. Metode bracket digunakan pada pilar 2 sampai pilar 8 dan untuk pilar 1 menggunakan metode shoring. Berikut gambar

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

pelaksanaan metode bracket dan gambar perancah yang menumpu pada balok konsol.

Gambar 3.38 Metode Bracket Sumber: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.,

Gambar 3.39 Balok Konsol Penumpu Perancah Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Sedangkan metode shoring merupakan metode yang menggunakan penyangga atau perancah yang menumpu pada pile cap atau footing. Pada metode ini menggunakan rangka besi sebagai tumpuan bekisting dan membutuhkan tangga (scaffolding) untuk akses pekerja dalam melaksanakan pekerjaan. Pada proyek ini hanya pier

Balok Konsol H - Beam

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

head pada pilar 1 yang menggunakan metode shoring. Hal ini dikarenakan ketinggian dari pilar tidak terlalu tinggi dan lebih efisien saat menggunakan metode shoring. Berikut Gambar shoring pada pekerjaan pier head dihalaman selanjutnya.

Gambar 3.40 Metode Shoring Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Berikut tahapan pekerjaan dalam pembuatan pier head: 1. Pemasangan Perancah

Dalam pekerjaan pier head, hal yang pertama dikerjakan yakni pemasangan perancah untuk penyangga bekisting pada pier head. Pada proyek ini terdapat dua metode yang dipakai dalam pelaksanaan pembuatan perancah. Yang pertama yaitu metode bracket. Tahap pertama yang dilakukan pada metode bracket yang digunakan pada pier head pilar 2 – sampai pilar 8 yakni meletakkan H – Beam ke balok konsol yang sebelumnya sudah dicor menyatu dengan pilar bagian atas dengan menggunakan tower crane. H –Beam tersebut disatukan dengan cara pengelasan disekitarnya sehingga sambungan-sambungan tersebut menjadi

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

kuat untuk dijadikan penyangga bekisting. Berikut Gambar H – Beam setelah dilakukan pengelasan pada halaman selanjutnya.

Gambar 3.41 H –Beam Pada Pilar Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Setelah H – Beam terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan besi-besi perancah sesuai dengan perencanaan, besi tersebut disambung dengan cara pengelasan antar sambungan.

Yang kedua yaitu metode shoring. Metode shoring hanya digunakan pada pilar 1. Pada metode ini tidak diperlukan balok konsol maupun H – Beam sebagai penyangga besi perancah. Melainkan menggunakan tiang-tiang besi penyangga sebagai penopang besi perancah. Tiang besi ini bertumpu pada pile cap dari kedua pilar yang akan dijadikan tumpuan utama dari pier head. Ketinggian dari tiang besi bervariasi menyesuaikan dengan desain perencanaan untuk ketinggian bekisting pier head yang akan dibangun. Penyambungan antara besi sama dengan metode bracket yaitu dengan cara pengelasan. Berikut Gambar perancah pada pilar 1 dihalaman selanjutnya;

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Gambar 3.42 Perancah Pada Pilar 1 Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

2. Pemasangan Bekisting Dasar Pier Head

Setelah perancah penyangga bekisting terpasang dengan benar, langkah selanjutnya yakni pemasangan bekisting dasar terlebih dahulu. Pemasangan bekisting dasar disini berguna untuk mempermudah dalam pekerjaan penulangan pier head. Bekisting dasar ini menggunakan balok kayu yang disusun rapi lalu diatas balok kayu diberi multiplex, penggunaan multiplex disini sebagai bekisting karena lebih mudah dibentuk sesuai dengan desain perencanaan dari pier head. Berikut Gambar pemasangan bekisting dasar pier head;

Gambar 3.43 Pemasangan Bekisting Dasar Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

3. Penulangan Pier Head

Di dalam perencanaan yang telah ditentukan, tulangan yang digunakan menggunakan mutu baja tulangan BJTD-40 dengan diameter tulangan yang berbeda dan mempunyai jumlah tulangan yang berbeda pula sesuai dengan perencanaan. Berikut detail Tabel penulangan pier head pada pilar 1 – pilar 8 (untuk detail gambar lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran-24 sampai Lampiran-32).

Pada tabel 3.7 (a) dan (b), dijelaskan mengenai diameter tulangan yang dipakai beserta total panjang dan berat tulangan dari tiap tulangan. Untuk pilar 1 diameter tulangan yang dipakai pada pier head pilar 1 memakai tulangan ulir D 13, D 16, D 19, D 22, D 25 dan D 32. Total keseluruhan dari berat tulangan pier head pilar 1 yaitu 33.752 kg.

Tabel 3.7 (a)Penulangan Pier Head P1

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Sedangkan untuk pier head pada pilar 2, pilar 3 dan pilar 7 yang memiliki desain perencanaan yang sama menggunakan tulangan ulir D 13, D 16, D 19, D 22, D 25 dan D 32. Total keseluruhan dari berat tulangan pier head pilar 2, pilar 3 dan pilar 7 yaitu 58032 kg. Berikut Tabel penulangan pier head pada pilar 2, pilar 3 dan pilar 7.

Tabel 3.7 (b)Penulangan Pier Head P2, P3 dan P7

Sumber: Shop Drawing Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Untuk pier head pada pilar 5 dan pilar 6 menggunakan tulangan ulir D 13, D 16, D 19, D 22, D 25 dan D 32. Total keseluruhan dari berat masing-masing tulangan pier head pilar 5 dan pilar 6 yaitu 57918 kg dan 58109 kg. Berikut Tabel penulangan pier head pada pilar 5 dan pilar 6.

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Tabel 3.8 (a)Penulangan Pier Head P5; (b) Penulangan Pier Head P6

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Dijelaskan pada Tabel 3.9 mengenai penulangan pier head pada pilar 4 dan pilar 8 menggunakan tulangan ulir D 13, D 16, D 19, D 22, D 25 dan D 32. Total keseluruhan dari berat masing- masing tulangan pier head pilar 4 dan pilar 8 yaitu 58.854 kg dan 32.534 kg. Berikut Tabel penulangan pier head pada pilar 4 dan pilar 8.

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Sumber: Shop Drawing Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo

Saat tulangan pada pier head sudah terpasang semua, dilakukan pengecekkan elevasi ketinggian dan kemiringan pier head dengan menggunakan waterpass. Surveyor melakukan pengecekkan dengan mengambil 3 titik pada tulangan pier head, yakni titik tulangan pada pinggir pier head sebelah kanan, titik tengah pada pier head dan titik tulangan pada pinggir pier head sebelah kiri. Pengecekkan dilakukan untuk mengetahui apakah tulangan pada pier head sudah sesuai dalam perencanaan dengan kemiringan sebesar 3%. Berikut Gambar saat melakukan pengukuran kemiringan pier head pada halaman selanjutnya;

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Gambar 3.44 Pengukuran Kemiringan Pier Head Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Gambar 3.45 Tulangan Pier Head Yang Sudah Terpasang Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

4. Pemasangan Sisi BekistingPier Head

Setelah tulangan terpasang dengan benar dan dilakukan pengecekkan oleh surveyor, langkah selanjutnya yakni pemasangan bekisting pada keempat sisinya. Bekisting ini

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

menggunakan bahan dari multiplex, penggunaan multiplex digunakan sebagai bekisting karena lebih mudah dibentuk sesuai dengan desain perencanaan dari pier head. Berikut Gambar keseluruhan dari pier head sebelum dilakukan pengecoran;

Gambar 3.46 Bekisting Pier Head Sebelum Pengecoran Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

5. Pengecoran

Pekerjaan pengecoran pier head dilakukan setelah bekisting dan tulangan sudah dilakukan pengecekan oleh surveyor. Pengecoran pier head terdapat dua macam tipe, dengan tipe pertama ada 1 tahap pengecoran dan tipe kedua ada 2 tahap pengecoran. Beton yang digunakan untuk pengecoran pier head tipe I menggunakan mutu beton kelas B-B, sedangkan untuk tipe II pada tahap 1 menggunakan mutu beton kelas B-B dan tahap 2 menggunakan mutu beton kelas B-1. Dari kedua tipe tersebut ketebalan dari selimut beton adalah 7 (tujuh) cm. Untuk pengecoran tipe I digunakan pada pier head pilar 1 dan pilar 8, lalu untuk pilar 2 sampai pilar 7 menggunakan pengecoran tipe II.

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Gambar 3.47 Tipe Pengecoran Pier Head Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Dalam pelaksanaannya pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete bucket yang diangkut menggunakan tower crane, hal ini dilakukan saat jangkauan atau ketinggian pier head melebihi kapasitas dari pipa pump concrete yang tersedia. Tinggi jatuh beton tidak boleh lebih dari 2,5 meter untuk menghindari terlepasnya campuran agregat dengan beton yang sudah dibuat. Selama pengecoran berlangsung, dilakukan juga penggetaran beton menggunakan vibrator. Hal ini berfungsi untuk memadatkan beton dan menghilangkan gelembung-gelembung udara yang terdapat dalam beton yang di tuangkan kedalam bekisting. PH Type I Pengecoran 1 tahap (P1 dan P8) PH Type II Pengecoran 2 tahap (P2,P3,P4,P5,P6,P7) Tahap II Tahap I

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Saat dilakukan penggetaran beton, pengoperasian alat vibrator dijaga agar tidak mengenai bekisting atau tulangan pada kolom. Alat penggetar di pindah ke area lainnya saat bagian disekitar yang digetarkan mengeluarkan sedikit air atau terlihat mengkilap akibat air semen mulai terpisah dari agregat.

Beton ditunggu hingga mengering selama kurang lebih 7 (tujuh) hari. Saat menunggu beton mengering dilakukan perawatan beton dengan cara menutup menggunakan plastik yang kemudian diatasnya diberi air yang berfungsi untuk mendinginkan beton. Pemberian air dilakukan saat pier head sudah selesai dilakukan pengecoran. Air dibawa menggunakan drum besi yang diangkut menggunakan tower crane seperti pada Gambar dibawah ini.

Gambar 3.48 Pengangkutan Drum Berisikan Air Dengan Tower Crane Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Setelah beton mengering dilakukan pembongkaran bekisting dan perancah pada pier head. Berikut Gambar yang menunjukkan hasil dari pier head.

Gambar 3.49 Pier Head Setelah Dilepas Bekisting Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Tahap selanjutnya setelah beton pier head mengering dilakukan pembuatan bekisting mortar pad berbahan papan multiplex dengan ukuran 65 cm x 65 cm dengan ketebalan 15 cm sebanyak 12 buah sesuai dengan jumlah balok girder yang akan dipasang. Setelah pembuatan bekisting selesai, dilakukan pengecoran dengan menggunakan mutu beton kelas B-1.

Dalam proyek pembangunan jembatan ini, tulangan untuk back wall dirakit sebelum balok girder diletakkan pada pier head dan pekerjaan pengecoran back wall dilakukan setelah semua balok girder pada pier head terpasang semua.