• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan ······································································

BAB III PELAKSANAAN ·································································

3.7 Permasalahan ······································································

Selama praktik kerja, penulis menemukan masalah yang disebabkan oleh faktor alam misalnya permasalahan yang muncul akibat hujan yang mengakibatkan terhambatnya pekerjaan di lapangan, hal tersebut dijumpai penulis karena penulis melakukan praktik kerja di bulan April – Juli 2016 yang masih masuk dalam musim peralihan penghujan dan kemarau. Faktor cuaca tersebut juga mengakibatkan perubahan pelaksanaan pekerjaan atau addendum sebanyak dua kali. Addendum dilakukan karena memperhitungkan perkembangan jumlah pekerjaan yang dikerjakan dengan faktor yang dapat menghambat pekerjaan seperti faktor cuaca.

Penulis menjumpai masalah akibat faktor alam pada saat pembuatan pilar 3 yang dekat dengan Sungai Tuntang. Para pekerja sering mengalami kesulitan pada saat akan melakukan proses pembesian pile cap dikarenakan air yang terus menerus masuk dari sungai ke area pile cap. Air yang menggenangi area tersebut mengakibatkan pekerjaan yang ada pada pilar 3 menjadi terlambat dan lebih fokus untuk pembersihan dari genangan air pada area tersebut.

Solusi yang dilakukan untuk mengurangi genangan air yaitu dengan melakukan penyedotan air yang terdapat pada genangan tersebut. Selain dilakukan penyedotan, dilakukan pula penimbunan

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

dengan menggunakan batu besar dan tanah galian agar air yang terdapat pada area tersebut berkurang. Setelah dilakukan penimbunan dilakukan pemadatan dan tahap pekerjaan selanjutnya pada pilar dapat dilaksanakan.

Gambar 3.125 Air Genangan Disekitar Pilar 3 Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Selain karena faktor air yang menggenangi area pilar 3, terdapat juga kendala yang dikarenakan hujan . Hujan yang terjadi membuat pekerjaan pengecoran terhenti dan pengecoran dilakukan kembali dengan menunggu hujan reda. Saat terjadi hujan, beton yang belum selesai pengecoran ditutup menggunakan plastik atau terpal untuk menutupi beton yang masih basah

3.7.2. Faktor Manusia

Permasalahan yang terjadi akibat manusia lebih sering muncul di lapangan.

a. Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi, pekerja yang melakukan harus melindungi diri menggunakan alat pelindung diri (APD) yang disediakan oleh pihak kontraktor. Alat pengaman

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

menjadi sangat penting karena hal tersebut merupakan penunjang dalam pekerjaan. Dilihat dari lokasi proyek pembangunan jembatan ini, sangat besar kemungkinan terjadi kecelakaan akibat benda berjatuhan dari atas pilar maupun kecelakaan akibat akses menuju lokasi yang kurang mendukung. Solusi yang dilakukan oleh K3 yaitu dengan memberikan fasilitas berupa alat pelindung diri yang telah disediakan pada area proyek. Selain itu pihak K3 juga memberlakukan sanksi berupa denda akibat tidak memakai alat pengamanan pribadi;

Gambar 3.126 Pekerja Tidak Menggunakan Helm Proyek Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

b. Pada hasil pekerjaan pengecoran pada abuttment, terdapat retak halus pada beton dan permukaan yang tidak rata. Hal tersebut dikarenakan kurangnya penggetaran pada beton dan akibat kurang rapi nya saat pemasangan bekisting pada abuttment. Solusi yang dilakukan untuk menghindari hal tersebut terjadi yaitu dengan dilakukannya penggetaran beton oleh pekerja sampai beton tersebut sampai mengkilap dan dilakukan pengecekan bekisting lebih teliti lagi agar permukaan beton menjadi rata;

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

Gambar 3.127 Permukaan Abuttment Tidak Rata Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

c. Untuk pekerjaan pemasangan balok diafragma, ukuran keduanya tidak sesuai karena faktor desain perencanaan dalam struktur yang berbeda dengan balok diafragma. Saat pemesanan material tersebut seharusnya dilampirkan pula desain perencanaan agar dibuatkan material yang sesuai dengan desain. Solusi yang dilakukan untuk meminimalisir ketidak pas an balok diafragma yaitu dengan memotong sebagian sisi terluar dari keduanya. Hal tersebut agar dapat dipasangkan pada balok girder;

Gambar 3.128 Pemotongan Sisi Balok Diafragma Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

d. Metode precast pada RC plate juga berpengaruh pada ukuran cetakan, padahal cetakan tersebut belum tentu pas dengan desain perencanaan yang ada di lapangan. Untuk RC plate yang sudah dipesan tidak sesuai dengan saat pemasangan diatas balok girder dikarenakan dalam desain perencanaan balok girder mempunyai derajat pembelokan dan hal tersebut yang membuat tidak sesuai nya ukuran dari RC plate. Solusi nya dengan menggunakan balok kayu untuk sementara waktu agar RC plate yang sudah terpasang tidak bergeser sebelum dilakukan pengecoran pada lantai jembatan dan saat ada RC plate yang tidak pas karena terlalu panjang maka akan dilakukan pemotongan sisi nya sama seperti balok diafragma.

(a) (b)

Gambar 3.129 (a) Pemberian Balok Kayu Pada Sisi RC Plate; (b) RC Plate Yang Tidak Sesuai Ukurannya

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

3.7.3. Faktor Alat

Penggunaan alat berat dalam menunjang pekerjaan juga terdapat permasalahan yang terjadi pada alat tersebut. Pada proyek ini

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

terdapat permasalahan yang terjadi pada truck pump concrete karena kurangnya perawatan pada pipa penyalur beton ready mix. Pipa yang biasa dialiri beton menjadi tersendat akibat mengeringnya beton yang berada didalamnya. Kurangnya perawatan karena jarang dibersihkan membuat permasalahan tersebut mucul. Solusi yang harus dilakukan yaitu dengan melakukan perawatan pada pipa truck pump concrete dan saat terjadi permasalahan tersebut penggantian alat berat tersebut langsung dilakukan. Penggantian alat berat tersebut berhubungan dengan pelaksanaan pengecoran yang dilakukan pada pekerjaan struktur lainnya.

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

BAB IV PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan selama tiga bulan menjalani praktik kerja di Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo, Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang dari 1 April 2016 sampai 1 Juli 2016, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pekerjaan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan perencanaan tahapan pelaksanaan, namun dalam hal waktu terjadi keterlambatan akibat beberapa faktor;

2. Kurangnya lobbying saat pembebasan lahan yang dilakukan oleh pemilik proyek dan menyebabkan keterlambatan pekerjaan sehingga terjadi beberapa perubahan pelaksanaan pekerjaan (addendum) sampai dua kali; 3. Koordinasi antara sub kontraktor dengan pihak kontraktor sudah berjalan

dengan baik dan pekerjaan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar;

4. Dalam mengejar keterlambatan progress pekerjaan, pihak kontraktor mengadakan penambahan jam kerja dan menambah jumlah pekerja untuk menyelesaikan pembangunan konstruksi;

5. Ada beberapa bahan material yang tidak sesuai dengan perencanaan struktur dan terdapat permasalahan-permasalahan yang diakibatkan dari kerusakan alat yang menyebabkan terhambatnya pekerjaan;

6. Selalu diadakan rapat mingguan antara pelaksana dilapangan (kontraktor) dengan pengawas di lapangan (konsultan pengawas);

7. Kurangnya kesadaran pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri yang dapat membahayakan diri sendiri.

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

4.2.Saran

Setelah melakukan kegiatan praktik kerja selama 3 (tiga) bulan, terdapat berbagai macam permasalahan yang timbul. Oleh karena itu penulis menyampaikan saran yang dapat digunakan kedepannya sebagai berikut: 1. Dalam melaksanakan pekerjaan selalu dilihat berbagai macam

kemungkinan yang dapat menghambat pekerjaan. Lebih ditingkatkan koordinasi antara pemilik proyek dengan pihak kontraktor dan pihak kontraktor dengan konsultan pengawas saat dilapangan;

2. Dalam penambahan jam operasional dan penambahan jumlah pekerja harus diperhitungkan dalam anggaran biaya, jangan sampai terjadi kekurangan biaya akibat hal tersebut;

3. Seharusnya saat pemesanan material yang akan digunakan, pihak kontraktor dan pihak sub kontraktor melakukan koordinasi yang lebih jelas dan sebisa mungkin dilampirkan perencanaan struktur yang akan dibangun;

4. Baik pihak suk kontraktor maupun pihak kontraktor harus sering melakukan pengecekan dan perawatan alat yang digunakan untuk menunjang pekerjaan;

5. Pihak K3 harus lebih tegas lagi dalam menegur para pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri sesuai yang ditentukan. Apabila hal tersebut terulang kembali, maka pihak K3 harus memberikan sanksi tegas agar pekerja mengenakan alat pelindung diri sesuai ketentuannya.

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

DAFTAR PUSTAKA

Diansyah, A. (n.d.). ANALISIS BIAYA PERBANDINGAN METODE KERJA SISTEM SHORING DENGAN SISTEM BRACKET PADA KONSTRUKSI PIER-HEAD JEMBATAN.

Ervianto, I.W. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Yogyakarta. Andi

Harjanti W, S. (1996). Daerah Aliran Sungai (DAS) Tuntang, Propinsi Jawa Tengah.

Ikhsan Setiawan, M. (n.d.). Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan, 49–54.

Masnul, C. R. (2009). Tugas Akhir “Analisa Prestress (Post Tension) Pada Precast ConcreteU Girder (Studi Kasus Pada Jembatan FlyoverAmplas).” Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2011). Standar Dan Pedoman Pengadaan

Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultasi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000. (2000).

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, 1.

http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Putri, N. T., Rahmayanti, D., Kamil, I., & Andri, N. (n.d.). MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE ( Studi Kasus : Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur Evakuasi Tsunami ).

Sopian, A. (2010). PERSYARATAN KUALIFIKASI PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH, (1), 1–13.

Sutehno, W. (2013). Laporan Kerja Praktek Tinjauan Pelaksanaan Dan Perhitungan Pilar Pada Proyek Duplikasi Jembatan Air Musi II Palembang.”

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-01

Layout Drain dan Expansion Joint

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-02

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-03

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-04

Detail Tabel Penulangan Footing

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-05

Detail Tabel Penulangan Footing

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-06

Detail Tabel Penulangan Footing

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-07

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-08

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-09

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-10

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-11

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-12

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-13

Detail Penulangan Kolom Pier

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-14

Tabel Penulangan Kolom Pier

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-15

Tabel Penulangan Kolom Pier

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-16

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-17

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-18

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-19

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-20

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-21

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-22

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-23

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-24

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-25

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-26

Penulangan Pier Head P2 – P3 dan

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-27

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-28

Tabel Penulangan Pier Head P2 – P3

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-29

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-30

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-31

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-32

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo Tahap II Ruas Bawen – Solo, Jembatan Tuntang Paket 3.1 : Bawen – Polosiri

L-33