• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan yang Diamati

Dalam dokumen Laporan Pkl Jembatan (Halaman 41-85)

BAB IV KEGIATAN YANG DIAMATI

4.2 Pekerjaan yang Diamati

Pekerjaan yang kami amati pada Proyek Jalan Tol Cinere – Jagorawi Seksi II A meliputi : 4.2.1 Pelaksanaan Pondasi Bored Pile.

Pondasi yang digunakan pada proyek Ruas Tol Cijago seksi IIA seluruhnya adalah pondasi bored pile. Alasan dipakai bore pile dikarenakan pada hasil survey lapangan lebih disarankan memakai bored pile, dan juga untuk menghindari polusi suara yang muncul akibat bisingnya alat dari alat pancang, dikarenakan proyek dekat dengan pemukiman dan daerah yang ramai akan kegiatan.

Berikut diuraikan hasil pengamatan yang dilakukan praktikan terhadap pekerjaan bore pile jembatan sugutamu.

 Lokasi Pekerjaan : Jembatan Sugutamu-1, Sta. 18+000

 Jumlah Bore Pile : 2 x12 (Abutment 1) + 2 x12 (Abutment 2).

 Kedalaman Bore Pile : 12 m.

 Mutu Beton : Beton kelas B-2, Slump 16±2.

 Mutu Besi : BJTD-40.

Proses pembuatan besi tulangan bored pile pertama direncanakan oleh konsultan kemudian dihitung kembali oleh kontraktor seperti terlihat pada gambar IV.1 dan IV.2. kemudian dilakukan perangkaian tulangan di los kerja yang terdapat di base camp yang diawasi oleh konsultan pengawas. Semua rangkaian tulangan yang sudah jadi kemdian di mobilisasi ke lokasi lalu di tempatkan pada titik-titik bor yang sudah di rencanakan sesuai dengan gambar kerja.

Gambar IV.3 Konfigurasi Bore Pile A1 dan A2 Jembatan Sugutamu-1

Perencanaan sumber daya dilakukan oleh kontraktor dengan mempertimbangkan faktor ekonomis dan efisiensi, oleh karna itu kontraktor menggunakan sub-kontraktor Berdikari sebagai pelaksana pekerjaan pondasi yang diawasi oleh kontraktor. Sumber daya yang digunakan oleh sub-kontraktor dapat dilihat pada tabel IV.1.

Tabel IV.1 Sumber daya bored pile

METODE PELAKSANAAN

a. Pembersihan Lahan

 Land clearing.

 Pembuatan jalan masuk sementara untuk alat berat.

Gambar IV.4 Pembersihan lahan b. Pengukuran

 Data kedalam bore pile dan shop drawing.

 Penentuan titik-titik koordinat bore pile.

 Pengecekan elevasi tanah asli.

 Penentuan elevasi pinjaman.

c. Setting Alat Bore Pile

 Penempatan posisi alat bore pile pada titik yang akan di bor seperti terlihat pada gambar IV.5. Semaksimal mungkin tidak terlalu mengganggu traffic.

 Pemasangan rambu-rambu untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

 Persiapan peralatan kebersihan (tanki air, peralatan tangan).

 Excavator + dump truck untuk mengangkut buangan tanah bore pile seperti terlihat pada gambar IV.6.

Gambar IV.5 Alat bor siap digunakan

Gambar IV.6 Pengangkutan tanah galian d. Pengeboran

 Casing diangkut dari base camp menggunakan mobil trailer seperti terlihat pada gambar IV.7.

 Pengeboran bisa dilakukan setelah pada posisi yang pas dan semua peralatan dan fasilitas pendukung dalam keadaan siap.

 Pengangkatan casing dilakuan oleh craine dapat di lihat pada gambar IV.8.

 Pengeboran dengan sistim Dry Drilling. Pengeboran dilakukan sampai kedalaman rencana (sesuai desain) dengan menggunakan Auger.

 Pemasangan casing dilakukan setelah pengeboran mencapai kedalaman kisaran 4 hingga 5 meter meter seperti di lihat pada gambar IV.9.

Gambar IV.7 Mobilisasi casing

Gambar IV.9 Casing sudah terpasang e. Cek Kedalaman Bored Pile

 Surveyor selalu standby untuk memantau kedalam bore pile. Hingga pengeboran mencapai kedalaman rencana.

 Setelah kedalaman lubang bor disetujui oleh Konsultan Pengawas, PT. Perentjana Djaja, maka dilakukan pembersihan dasar lubang dengan Cleaning Bucket seperti terlihat pada gambar IV.10.

Gambar IV.10 Cleaning bucket f. Pemasangan Besi Tulangan

 Besi tulangan sudah dipersiapkan di workshop seperti terlihat pada gambar IV.11.

 Besi tulangan dimobilisasi menggunakan truck trailer di bantu crane service.

 Pemasangan besi tulangandapat dilihat pada gambar IV.12 dilakukan menggunakan crane service 25 ton.

 Penyesuaian posisi dengan memakai beton decking/spaces sesuai spesifikasi, yaitu 7,5 cm.

 Penyambungan besi tulangan menggunakan las. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan engineering.

Gambar IV.12 Pemasangan besi tulangan

g. Pengecoran

 Pengecoran dilakukan setelah besi tulangan terpasang dengan baik.

 Pipa Tremi dipasang sampai mencapai dasar lubang bor.

 Sebelum dimulainya pengecoran, terlebih dahulu diambil sample beton (silinder 15 x 30 cm) untuk pengetesan mutu beton.

 Truk mixer dari baching plan agung beton seperti terlihat pada gambar IV.13.

 Pengecoran dilakukan dengan menggunakan pipa tremi diameter 8“. Dituang langsung dari concrete mixer menggunakan concrete pump seperti terlihat pada gambar IV.14 dan gambar IV.15.

 Pengecoran menggunakan beton mutu K-350.

 Pipa Tremi dipotong berdasarkan volume beton yang telah dituangkan ke dalam lubang dengan tetap menjaga jarak tremi minimum 2 m di bawah kepala beton seperti terlihat pada gambar IV.16.

 Setelah pengecoran mencapai permukaan/elevasi yang direncanakan, maka temporary casing dapat dicabut dan pengerjaan bore pile selesai seperti terlihat pada gambar IV.17.

Gambar IV.13 Truck mixer

Gambar IV.14 Concrete pump

Gambar IV.17 Casing diangkat setelah pengecoran selesai Masalah yang sering dihadapi pada pekerjaan bored pile :

 Adanya bangunan atau batu yang terdapat dibawah tanah, sehingga harus menghancurkan dahulu bangunan atau batu tersebut.

 Tanah yang labil dan berlumpur, sehingga dapat terjadi longsoran.

 Kerusakan peralatan

 Faktor lalulintas yang sering macet, sehingga menghambat pekerjaan, ataupun perjalanan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan.

4.2.2 Loading Test Compression.

Uji pembebanan tiang (pile loading test) adalah suatu metode yang digunakan dalam pemeriksaan terhadap sejumlah beban yang dapat didukung oleh suatu struktur dalam hal ini adalah pondasi. Pile loading test diperlukan unuk membuktikan akurasi perhitungan desain kapasitas daya dukung tiang di lapangan.

Percobaan loading test axial kapasitas 700 ton ( 200 % ) dilakukan terhadap bored pile d = 1000 mm – BP37. Percobaan yang dikukan menggunakan sistem angkur dan sesuai dengan spesifikasi ASTM D1143-81 dengan prosedur pembacaan dan pembebanan siklik (cyclic loading procedure).

DATA PEKERJAAN:

 Jenis Pondasi : Bored Pile

 Kedalaman : 16 m

 Diameter : 1000 mm

 Mutu Beton : K 350

 Beban Rencana : 350 Ton

 Beban Pengujian : 2 x Beban Rencana ( 700 Ton )

 Pile test no. : BP-37

 Metode Pembebanan : Pembebanan dengan sistem angkur

(Compression by Anchorage System)

 Prosedur Pembebanan : Slow Maintained Loading

 Standar Prosedur : ASTM D1143-81

Uji pembebanan tiang dilakukan pada titik bor BP-28 dengan denah seperti gambar di bawah:

Denah dari pile yang akan diuji adalah bore pile nomor BP-28, dan juga 4 (empat) bore pile lainnya yang digunakan dalam proses pegujian yang terlihat seperti pada gambar IV.18 dan gambar IV.19.

Gambar IV.19 Denah tes pile 2

Tampak depan dan tampak samping rencana pengujian bore pile seperti terlihat pada gambar IV.20 dengan detail potongan 1-1 dan potongan 2-2 seperti pada gambar IV.21, dan detail A pada gambar IV.22.

Gambar IV.21 Potongan 1-1 dan potongan 2-2

Anchor pile dan test pile dilapangan terlihat pada gambar IV.23

Gambar IV.23 Anchor pile dan test pile

PERSIAPAN

a. Tenaga Kerja :

 Pelaksana : 2 orang

 Mandor : 1 orang

 Pekerja : 10 orang b. Alat yang digunakan :

Gambar IV.24 Hydrolic jack

Hydrolic jack yang digunakan seperti pada gambar IV.24, berfungsi untuk mengangkat atau mendorong benda yang berat. Spesifikasi Hydrolic jack yang digunakan telihat pada tabel IV.2.

Tabel IV.2 spesifikasi Hydrolic jack

Gambar IV.25 Electric pump

Pompa seperti terlihat pada gambar IV.25 berfungsi untuk mendorong hydrolic jack dengan spesifikasi pada tabel IV.3.

Tabel IV.3 spesifikasi electric pump

Extentiometer (dial gauge)

Gambar IV.26 dial gauge

Dial gauge seperti pada gambar IV.26 digunakan untuk untuk: HYDRAULIC JACK

No. Of Unit 1 (Satu) unit Kapasitas 1000 ton Diameter of Piston 450 mm Effective Area 1589,625 cm2 Jack Diameter 680 mm Brand DYG 1000

POMPA (ELECTRIC PUMP)

Jumlah 1 (Satu) buah Max. Pressure 10.000 Psi Merk Enerpac

EXTENTIOMETER (Dial Gauge)

Jumlah 10 (Sepuluh) buah Kapasitas 50 mm

Ketelitian 0,01 mm Merk Mituloyo

MANOMETER

Jumlah 1 (Satu) buah Kapasitas 700 kg/cm2 Merk Yamamoto

a) mengukur kerataan permukaan bidang datar

b) mengukur kerataan permukaan serta kebulatan sebuah poros c) mengukur kerataan permukaan dinding Cylinde

Spesifikasi dial gauge yang digunakan terlihat pada tabel Tabel IV.4 Spesifikasi Dial Gauge

 Manometer

Gambar IV.27 Manometer

Manometer yang terlihat pada gambar adalah alat yang digunakan luas pada audit energi untuk mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan. Spesifikasi manometer yang digunakan terlihat pada tabel

Tabel IV.5 Spesifikasi Manometer

Gambar IV.28 Genset

Genset berfungsi sebagai penyedia listrik alternative. Genset yang digunkan seperti pada gambar IV.28.

 Peralatan las

Peralatan las digunakan untuk mengelas tulangan dan casing dalam proses pengujian.

METODE PELAKSANAAN

Sebelum dilakukan pengujian tempat dan alatnya harus di setting terlebih dahulu seperti berikut:

 Pengujian dilakukan pada tiang bor yang telah ditentukan.

Gambar IV.29 perataan kepala pile yang diuji

 Pemasangan plat setebal 5 cm diatas kepala tiang seperti pada gambar IV.30.

 Pemasangan hydraulic jack diatas plat seperti pada gambar IV.30

 Pemasangan test beam diatas hydraulic jack, beri jarak 1,5-5 cm seperti pada gambar IV.31

Gambar IV.31 test beam

 Pemasangan casing anchor pile kemudian dilas dengan rebar anchor pile seperti pada gambar IV.32.

Gambar IV.32 Casing dan rebar anchor pile

 Pemasangan cross beam diatas test beam seperti pada gambar IV.33.

Gambar IV.33 pemasangan cross beam

Gambar IV.34 Pengelasan rebar tarik

 Pemasangan casing diatas cross beam kemudian dilas dengan rebar tarik – rebar tarik menghubungkan casing tersebut dengan casing anchor pile

 Pemasangan dudukan dial dan reference beam seperti pada gambar IV.35.

Gambar IV.35 dudukan dialdan reference beam

Gambar IV.36 dial pada reference beam

 Pemasangan manometer pada pompa seperti pada gambar IV.37.

Gambar IV.37 Pemasangan manometer

Gambar IV.38 Pemasangan Selang

 Terakhir dilakukan pemasangan akesoris lain seperti cover, pencatat waktu atau jam dan lain sebagainya seperti pada gambar IV.39.

Gambar IV.39 Cover

 Beban, penurunan dan waktu akan dicatat saat penambahan dan pengurangan beban (grafik terlampir).

 Beban dimasukkan dengan cara menyalakan pompa elektrik yang akan menggerakkan hydraulic jack.

 Beban yang dimasukkan disesuaikan dengan kekuatan yang dihasilkan oleh pompa yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu.

 Hydraulic jack yang terpompa akan mendorong test pile yang ada di bawahnya sesuai dengan kekuatan yang diberikan.

 Pembebanan dilakukan secara bertahap melalui 4 langkah. Pembebanan dilimpahkan pada tiang bor dengan siklus melalui pentahapan hingga memenuhi 200% beban rencana, kemudian baru rebound (beban 0 ton).

 Tahap 1 = 0-25-50-25

 Tahap 2 = 0-50-75-100-75-50-0

 Tahap 3 = 50-100-125-150-125-100-50-0  Tahap 4 = 50-100-150-175-200-150-100-50-0

Tabel IV.6 Pembebanan Loading test

STEP CYCLE %OF DESIGN

LOAD

% OF ADDITIONAL LOAD

LOAD HOLDING TIME LOADING INTERVAL IN MINUTES

TON | KG/CM2 PSI

1 0 0 0 - 0.000 0.000 0 0

2 1 25 25 87.50 55.044 782.904 "A" 0-10-20-30-40-50-60 (max 2 hours)

3 1 50 25 175.00 110.089 1565.808 1 hour 0-10-20-30-40-50-60

4 1 25 -25 87.50 55.044 782.904 20 min: tes 0-10-20

5 2 0 -25 - 0.000 0.000 1 hour 0-10-20-30-40-50-60

6 2 50 50 175.00 110.089 1565.808 20 minutes 0-10-20

7 2 75 25 262.50 165.133 V 2348.713 "A" 0-10-20-30-40-50-60 (rnax 2 hours)

8 2 100 25 350.00 220.178 3131.617 1 hour 0-10-20-30-40-50-6C 9 o 75 -25 262.50 165.133 2348.713 20 minutes 0-10-20 10 2 50 -25 175.00 110.089 1565.808 20 minutes 0-10-20 1 1 2 0 -50 - 0.000 0.000 1 hour 0-10-20-30-40-50-60 12 3 50 50 175.00 110.089 1565.808 20 minutes 0-10-20 13 3 100 50 350.00 220.178 3131.617 20 minutes 0-10-20

14 3 125 25 437.50 275.222 3914.521 "A" 0-10-20-30-40-50-60 (max 2 hours)

15 3 150 25 525.00 330.267 4697.425 1 hoi r 0-10-20-30-40-50-60 16 3 125 -25 437.50 275.222 3914.521 20 minutes 0-10-20 17 3 100 -25 359,00 220.178 3131.617 20 minutes 0-10-20 18 3 50 -50 175.00 110.089 1565.808 20 minutes 0-10-20 19 O O 0 '-50 - 0.000 0.000 1 hour 0-10-20-30-40-50-60, 20 4 50 50 175.00' 110.089 1565.808 20 minutes 0-10-20 21 4 100 50 350.00 . 220.178 3131.617 20 minutes 0-10-20 22 4 150 50 525.00. 330.267 4697.425 20 minutes 0-10-20

23 4 175 25 612.50. 385.311 5480.329 "A." 0-10-20-30-40-50-60 (riax 2 hours)

24

4 200 25 700.00 440.355 6263.233 "B" 0-10-20-30-40-50-60 (for 4 hours)

and every 1 hour until 12 hours. (Max. 24 hour)

25 4 150 -50 525.00 330.267 4697.425 1 hour 0-10-20-30-40-50-60

26 4 100 -50 350.00 220.178 3131.617 1 hour 0-10-20-30-40-50-60

27 4 50 -50 175.00 110.089 1565.808 1 hour 0-10-20-30-40-50-60

28 4 0 -50 - 0.000 0.000 12 hours 0-10-20-30-40-50-60 (for 4 hours)

and every 1 hour until 12 hours. Li <aa (200%) : 700 TON E ectif area : 1589.625 CM2

J: ck Cap. 1000 TON MijrK DYG 1000 T

NOTE:

"A" Load is maintained for 1 hour or until settlement is not grather than 0.25 nm/hr with max 2 hours. "B" Load is maintained for 12 hours or until settlement is not grather than 0.25 mm/hr with max 24 hours ’

Hasil Loading test

Grafik hubungan beban dan penurunan terlihat pada gambar IV.40.

Gambar IV.40 Grafik hubungan beban dan penurunan Grafik hubungan beban dan waktu terlihat pada gambar IV.41.

Gambar IV.41 Grafik hubungan beban dan waktu Grafik hubungan penurunan dan waktu telihat pada gambar IV.42.

Gambar IV.42 Grafik hubungan penurunan dan waktu 4.2.3 Footing.

Footing adalah konstruksi yang sering kita kenal dengan pile cap, fungsinya sama yaitu

menyatukan pile yang sudah ada menjadi satu bagian utuh dalam footing. Dan footing merupakan bagian dari substructure atau struktur bagian bawah. Setelah pekerjaan pengerukan tanah selesai, maka pekerjaan footing selanjutnya yang akan dikerjakan. pekerjaan footing intinya meliputi pekerjaan instalasi tulangan, formwork, pengecoran, dan penimbunan tanah.

Pada pekejaan ini kami kami hanya mengamati sampai dengan instalasi tulangan, hal ini dikarenakan batas waktu yang diberikan untuk pelaksanaan praktik kerja lapangan sudah habis.

METODE PELAKSANAAN

a. Pembersihan Lahan

 Pengerukan tanah sesuai elevasi dengan menggunakan excavator seperti pada gambar IV.43.

Gambar IV.43 pengerukan tanah dengan excavator

 Pembersihan beton dilakukan secara manual pada gambar IV.44.

Gambar IV.44 pembersihan beton secara manual

Gambar IV.45 pembersihan beton dengan excavator

 Beton ‘sisa’ sepeti pada gambar IV.46 kemudian dipindahkan dengan excavator, sehingga tulangan pile akan terlihat seperti pada gambar IV.47.

Gambar IV.47 beton sudah di potong b. Pengecoran Lantai Kerja

 Setelah tanah sudah rata dan stabil maka langkah selanjutnya adalah pengecoran lean concrete dengan mutu beton kelas c seperti pada gambar IV.48.

 Pengecoran dibantu menggunakan concrete pump truck berfungsi sebagai penyalur beton ke daerah yang akan di cor, dan truck mixer pembawa beton dari baching plant.

 Pengecoran dibantu beberapa pekerja dengan urutan pengecoran selebar 4 m terlebih dahulu setebal 10 cm.

Gambar IV.48 Lantai kerja c. Penulangan dan Formwork

 Selanjutnya adalah mendatangkan tulangan yang sudah dipotong dan dibentuk dari workshop, serta formwork sudah siap dilapangan. Semua material harus terjaga dari bersentuhan langsung dengan tanah.

 Langkah selanjutnya adalah pemasangan beton decking seperti pada gambar IV.49 yang berfungsi agar tulangan tidak menyentuh dasar pondasi dan sebagai pembentuk selimut beton.

 Kemudian proses pemasangan tulangan footing dan steak pada gambar IV.50 untuk tulangan pilar sesuai gambar kerja yang diawasi oleh konsultan pengawas

 Langkah selanjutnya adalah pemasangan formwork seperti pada gambar IV.51 yang sudah dibuat pada los kerja agar mudah dalam pemasangan.

Gambar IV.49 Bantalan beton

Gambar IV.51 Formwork telah terpasang Masalah yang sering dihadapi pada pekerjaan footing :

 Faktor cuaca yang tidak bersahabat.

 Truck mixer yang telat datang.

 Tulangan yang tidak sesuai spesifikasi. 4.2.4 Oprit

Pelat Injak (Oprit) adalah suatu konstruksi yang berada sebelum konstruksi utama jembatan. Pelat injak berfungsi memberi bidang datar sebelum memasuki lantai jembatan sehingga dapat meminimalisir kerusakan pada lantai jembatan.

Walaupun struktur plat injak posisinya berada di belakang back wall abutment-nya, namun sebenarnya struktur plat injak itu merupakan struktur tersendiri yang terpisah dari struktur jembatan utama, pada saat perakitan tulangan pun tidak ada tulangan dari plat injak yang diikat dengan tulangan dari abutment. Plat injak berfungsi menghubungkan jalan dan jembatan sehingga tidak terjadi perubahan ketinggian yang terlalu mencolok pada keduanya. Secara khusus, fungsi dari struktur plat injak adalah untuk mencegah terjadinya penurunan setempat (settlement) pada tanah dasar di belakang jembatan, yang diakibatkan adanya beban kendaraan sebagai beban terpusat pada daerah di belakang back wall abutment, dimana kendaraan cenderung mengurangi kecepatan bila hendak memasuki jembatan tepat di belakang back wall abutment, sehingga diperlukan suatu struktur beton bertulang yang

harus mampu menahan beban rencana tersebut akibat gaya rem kendaraan dan beban mati kendaraan.

METODE PELAKSANAAN

Pada proyek ini kami mengamati pekerjaan oprit yang dilakukan pada jembatan diatas overpass. Berikut tahapan pekerjaannya ;

a. Persiapan

 Perlu dilakukan pembersihan lahan dengan menggunakan alat berat seperti pada gambar IV.52.

 Pembersihan existing jalan yang berupa trotoar, kerb dan aspal.

 Pemasangan rambu di pinggir jalan sepanjang pekerjaan.

Gambar IV.52 Pembersihan menggunakan excavator b. Lantai Kerja

 Lapis tanah dasar diratakan menggunakan tandem roller seperti pada gambar IV.53.

 Lantai kerja bisa berupa lean concrete atau split yang dipadatkan seperti pada gambar IV.54.

 Pemadatan subbase menggunakan alat berat.

Gambar IV.53 Pekerjaan tanah dasar

Gambar IV.54 Pekerjaan lantai kerja c. Pembesian

 Plastik atau bond breaker digelar terlebih dahulu sebelum pembesian.

Gambar IV.55 Pembesian oprit d. Pengecoran

 Pengecoran pada gambar IV.56 dilakukan secara bertahap dengan menggunakan truck mixer dan bantuan excavator.

 Pemasangan kerb dilakukan secara manual

Masalah yang sering dihadapi pada pekerjaan oprit :

 Trafic yang padat.

 Truck mixer yang telat datang.

75

Dalam dokumen Laporan Pkl Jembatan (Halaman 41-85)

Dokumen terkait