• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pelaksanaan Akad Murabahah pada Produk Pembiayaan

PEMBIAYAAN MULTIBARANG

Pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga adalah pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah di mana BMT dapat membantu anggotanya untuk memiliki barang atau peralatan usaha. Penggunaan pembiayaan multibarang untuk kegiatan yang bersifat konsumtif dan produktif. Untuk kegiatan yang bersifat produktif berupa pembelian sarana untuk peralatan kerja sedangkan untuk kegiatan yang bersifat konsumtif berupa perlengkapan atau alat rumah tangga.

Syarat untuk mengajukan Pembiayaan multibarang adalah sebagai berikut;

1. Anggota biasa, anggota luar biasa, maupun calon anggota yang bertempat tinggal di wilayah lingkungan BMT dan memenuhi criteria yang ditentukan oleh BMT

2. Mempunyai usaha/penghasilan 3. Mempunyai tabungan aktif di BMT

4. Permohonan dari anggota telah dikabulkan oleh BMT setelah melalui survey ke alamat tinggal anggota maupun tempat usaha anggota.

5. Anggota yang masih mempunyai hutang pembiayaan tidak diperkenankan untuk mengambil pembiayaan sebelum melunasi hutangnya atau dengan persetujuan pengurus

6. Jaminan utama adalah barang yang dibiayai, jika dirasakan perlu BMT dapat meminta jaminan tambahan. Jenis dan nilai jaminan ditentukan oleh

92

BMT pada saat mengajukan permohonan pembiayaan, misalnya sertifikat tanah atau surat bukti kepemilikan kendaraan bermotor.

7. Biaya Pembiayaan, dalam murabahah ini anggota dikenakan biaya administrasi (fee/provisi) sesuai ketentuan yang berlaku.

Mekanisme pembiayaan multibarang dengan skim murabahah di BMT Anda Salatiga ada dua cara yaitu sebagai berikut;

a. Mekanisme yang pertama yaitu sebagai berikut; 1. Pengajuan permohonan dan negosiasi

Proses pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga di awali dengan proses pengajuan permohonan. Dalam proses pengajuan permohonan tersebut seorang calon anggota harus melengkapi ketentuan-ketentuan khusus yang telah di sediakan oleh pihak BMT. Ketentuan-ketentuan khusus itu seperti tujuan mengajukan pembiayaan, besarnya pengajuan pembiayaan, jenis pembiayaan, jangka waktu, jangka angsuran, data pemohon, data pekerjaan, data usaha dan lain sebagainya (surat permohonan terlampir).

Setelah surat permohonan diisi secara lengkap, maka langkah selanjutnya adalah pihak BMT mensurvey dulu ke alamat tinggal calon anggota, sekiranya untuk mengkroscek semua data yang diisi di surat permohonan telah sesuai dengan faktanya atau tidak. Tujuan untuk survey ini adalah untuk mengetahui bahwa permohonan calon anggota layak dikabulkan atau tidak. Sebelum calon anggota dikatakan untuk

93

layak diterima permohonannya, melalui survey itulah BMT sekaligus melakukan tahap analisa terlebih dahulu terkait calon anggota yang mengajukan pembiayaan. Analisa tersebut melalui analisa karakter yaitu seperti tanya jawab langsung dengan calon anggota, menganalisa tempat tinggal calon anggota, analisa tempat usaha calon anggota bagi yang mempunyai usaha. Kemudian analisa kapasitas seperti seberapa nilai kekayaan yang dimiliki anggota dilihat dari latarbelakang pekerjaannya, dan analisa jaminan yang akan diajukan nanti, seperti nilai jaminan lebih besar dari besarnya pembiayaan atau tidak.

BMT Anda Salatiga tidak menghendaki adanya jaminan kepada calon anggota yang mengajukan pembiayaan, kecuali besarnya pembiayaan di atas dua juta rupiah, calon anggota baru diperkenankan untuk menyerahkan jaminan. Setelah tahap menganalisa dinyatakan selesai maka BMT memutuskan permohonan calon anggota layak dikabulkan atau tidak. Setelah layak untuk dikabulkan maka langkah selanjutnya adalah upaya negosiasi dari kedua belah pihak.

Negosiasi antara kedua belah pihak yaitu pihak BMT dan calon anggota yang dilakukan biasanya calon anggota meminta BMT untuk membelikan barang yang dibutuhkan calon anggota sesuai dengan spesifikasinya sekaligus toko yang sudah di tunjuknya. Setelah itu dengan beberapa pertimbangan pihak BMT mensurvey langsung ke toko atau pihak pemasok tersebut dengan tujuan untuk mengecek kebenaran data yang diberikan oleh calon anggota, seperti barang yang

94

dibutuhkan, harga pokoknya berapa, spesifikasi barang yang dibutuhkan seperti apa, dan lain sebagainya. Setelah semua diverifikasi dari pihak BMT, maka langkah selanjutnya adalah negosiasi tentang kesepakatan menentukan harga jual kepada anggota.

Sebelum menentukan harga jual kepada anggota ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu menentukan margin atau keuntungan. Yang menjadi dasar dalam menentukan margin atau keuntungan adalah jangka waktu yang dikehendaki oleh anggota dalam kesanggupan membayar, memperhatikan biaya operasional dan beban- beban yang ditanggung BMT seperti biaya untuk menggaji pegawai dan biaya-biaya lainnya. Setelah diketahui seberapa besarnya margin atau keuntungan, maka harga pokok tersebut ditambahkan dengan margin atau keuntungan yang telah diketahui untuk mengetahui harga jualnya.

Anggota dalam hal ini, boleh menawar harga jual yang telah ditentukan oleh BMT, seperti halnya jual beli pada umumnya. Anggota yang pandai untuk negosiasi harga jual dari BMT maka dia akan mendapatkan harga yang murah, begitupun sebaliknya, kalau anggota tidak pandai negosiasi harga maka dia akan mendapatkan harga yang cukup tinggi. Setelah terjadi kesepakatan menentukan harga jual, langkah selanjutnya adalah menentukan di mana dan bagaimana cara anggota dalam melakukan pembayaran angsuran. Setelah terjadi kesepakatan, maka langkah selanjutnya adalah pembelian barang oleh

95

BMT kepada pihak ketiga atau pemasok (Wawancara dengan bapak Supardi, SE. selaku pengurus BMT Anda Salatiga pada 8 Juni 2015 pukul 10. 10 WIB).

2. Proses Pembelian Barang

Dalam proses pembelian barang, sebagian anggota ada yang telah menentukan di mana barang itu akan dibeli dan sebagian anggota ada yang belum menentukan di mana barang itu akan dibeli. Anggota yang belum menentukan di mana barang itu akan dibeli, maka menjadi kewajiban dari pihak BMT yang menentukan di mana barang itu akan dibeli kepada pemasok. Dalam hal ini, BMT biasanya telah bekerjasama dengan para pemasok yang telah dianggap amanah.

Setelah itu, BMT beserta anggota membeli barang yang dibutuhkan kepada pemasok. Setelah barang itu didapatkan maka BMT membayar barang tersebut secara tunai kepada pemasok. Namun terkadang anggota tidak ikut serta dalam pembelian barang, karena anggota telah mempercayakan BMT untuk membeli barang yang dibutuhkannya. Semua tergantung kesepakatan di awal antara BMT dengan anggota. Setelah proses pembelian barang selesai maka tahap selanjutnya adalah proses akad (Wawancara dengan bapak Haryanto, SE. selaku kepala Manager BMT Anda Salatiga, pada 9 Juni 2015 pukul 10.30 WIB).

96

3. Proses Akad

Produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga proses akadnya menggunakan akad Murabahah. Dalam tahap ini, pihak BMT dan anggota saling mengikatkan diri dalam suatu perjanjian yang telah disediakan oleh pihak BMT. Dalam perjanjian tersebut berisi kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya, seperti berapa besar pembiayaan yang telah diambil, jangka waktu pembayarannya bagaimana, cara mengangsur bagaimana dan lain sebagainya.).

Setelah semua disepakati dan barang tadi telah menjadi milik BMT secara sah, maka BMT juga berhak untuk menjualnya kepada anggota. Setelah anggota menyetujuinya maka anggota diberikan suatu draft yang berisi surat perjanjian melakukan akad murabahah (draft akad murabahah terlampir). Seluruh aspek ketentuan dan legalitas perjanjian telah diatur di dalamnya, sehingga pihak anggota hanya cukup mengisi data yang berkaitan dengan anggota. Kemudian anggota diperkenankan untuk membaca isi akad murabahah tersebut dengan teliti, setelah itu BMT beserta anggota tanda tangan di atas materai.

Khusus pembiayaan yang diambil dalam jumlah yang besar di atas 10 juta, maka adanya pengikatan notariil oleh notaris. Dalam tahap ini anggota diperkenankan untuk membawa sekaligus menyerahkan barang jaminan atau agunannya kepada BMT, bagi anggota yang mengambil pembiayaan diatas dua juta rupiah.

97

(Wawancara dengan bapak Haryanto, SE. selaku kepala Manager BMT Anda Salatiga, pada 9 Juni 2015 pukul 10.30 WIB).

4. Proses Penyerahan Barang

Dalam proses penyerahan barang, barang diserahkan kepada anggota setelah akad yang dibuat sah secara hukum. Barang tersebut diserahkan kepada anggota tidak bersamaan ketika akad itu berlangsung, namun barang itu dikirim kepada anggota melalui pihak pemasok, setelah barang itu dikirim kepada anggota, kemudian pihak pemasok menginformasikan kepada BMT bahwa barang telah dinyatakan dikirim.

Namun, untuk barang-barang tertentu yang perlu pengaman khusus seperti emas, barang itu setelah dibeli dari pemasok, baru dibawa ke BMT dan diserahkan kepada anggota ketika akad berlangsung (Wawancara dengan bapak Haryanto, SE. selaku kepala Manager BMT Anda Salatiga, pada 9 Juni 2015 pukul 10.30 WIB). 5. Pembayaran Angsuran

Dalam proses pembayaran angsuran, anggota mulai membayar angsuran setelah satu bulan setelah akad ditandatangani. Setiap pembayaran oleh anggota kepada BMT lebih dahulu digunakan untuk melunasi biaya administrasi dan biaya lainnya berdasarkan akad yang telah disepakati, dan sisanya baru dihitung sebagai pembayaran angsuran atas harga jual yang telah disepakati bersama. Berkaitan dengan cara membayar angsuran tergantung kesepakatan di awal pra

98

perjanjian. Anggota bisa memilih angsuran dengan harian, mingguan maupun bulanan.

Anggota dalam membayar angsuran sesuai dengan jadwal angsuran yang ditetapkan dalam surat sanggup untuk membayar dan lunas pada saat jatuh tempo. Besarnya angsuran sesuai dengan kesepakatan antara anggota dan BMT. Anggota yang sering lalai dalam membayar angsuran., maka dalam draft akad murabahah

ditentukan bahwa anggota yang melakukan pembiayaan macet akan dikenai biaya administrasi sebesar tiga ratus rupiah untuk tiap-tiap hari keterlambatan sejak saat kewajiban pembayaran tersebut jatuh tempo sampai dengan tanggal dilaksanakan pembayaran kembali.

Berkaitan dengan tempat pembayaran angsuran semua tergantung kesepakatan di awal perjanjian, setiap pembayaran angsuran oleh anggota kepada BMT bisa dilakukan di kantor BMT atau di tempat lain yang ditunjuk BMT atau dilakukan melalui rekening yang dibuka oleh dan atas nama anggota di kantor BMT (Wawancara dengan bapak Haryanto, SE. selaku kepala Manager BMT Anda Salatiga, pada 9 Juni 2015 pukul 10.30 WIB). b. Mekanisme yang kedua adalah sebagai berikut;

Pada dasarnya mekanisme yang kedua sama yang dilakukan dalam mekanisme yang pertama yang membedakannya adalah ditahap setelah permohonan dan negosiasi yaitu adanya akad wakalah. Akad wakalah ini

99

adalah pelimpahan oleh pihak BMT kepada anggota untuk mewakilkan pembelian barang yang dibutuhkan atas keinginan anggota itu sendiri.

BMT dengan melakukan beberapa pertimbangan akhirnya menyetujui permintaan anggota. Seperti barang yang dipesan anggota dengan spesifikasi tertentu yang tidak mungkin BMT bisa membelinya. Karena BMT tidak memiliki keahlian khusus di bidang barang itu, misalnya mesin percetakan untuk modal usaha atau alat elektronik lainnya yang tempatnya bagi BMT tidak mungkin untuk menjangkaunya. Oleh karena itu BMT menyetujui permintaan anggota untuk pengadaan barang atau membeli barang sendiri kepada pemasok.

Anggota sebelum melakukan pembelian barang kepada pemasok, BMT memberikan surat kuasa kepada anggota yang berisi tentang pelimpahan wewenang kepada anggota untuk membeli barang kepada pihak pemasok. Setelah surat kuasa diberikan kepada anggota sekaligus dengan sejumlah uang yang dibutuhkan anggota maka langkah selanjutnya adalah anggota datang ke pemasok untuk membeli barang yang dibutuhkan.

Setelah anggota membeli barang, maka anggota kembali ke BMT untuk menyerahkan kwitansi bukti pembayarannya. Sementara barang masih di pihak pemasok. Setelah menyerahkan bukti pembayarannya maka akad murabahah dilaksanakan. Proses akad juga sama seperti mekanisme yang pertama, begitupun juga dengan proses penyerahan barang sekaligus pembayaran angsurannya.

100

Namun untuk mekanisme yang seperti ini jarang dilakukan oleh BMT, jika tidak dalam keadaan terpaksa. Tetapi, BMT juga mempertimbangkan hal-hal yang khusus jika menemui anggota yang seperti ini. Bahkan pernah dilakukan oleh BMT menyelesaikan akad tersebut dalam satu pintu. Maksudnya adalah setelah surat kuasa diberikan kepada anggota beserta uang untuk membeli barang, ketika itu juga akad

murabahah dilaksanakan, dengan alasan untuk mempercepat waktu dan anggota memang benar-benar sudah amanah di mata BMT (Wawancara dengan Bapak Haryanto selaku kepala manager BMT Anda Salatiga, 9 Juni 2015 pukul 10.30 WIB).

101

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG DI

BMT ANDA SALATIGA

Untuk meninjau pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan

multibarang di BMT Anda Salatiga apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum, dapat dilihat dari analisis kesesuaian praktek yang dilakukan BMT Anda Salatiga dengan ketentuan yang terdapat dalam hukum Islam. Ketentuan hukum Islam tersebut terdapat dalam kajian fiqh muamalah ataupun lainnya yang membahas tentang akad murabahah. Dalam pembahasan ini, penulis menganalisis rukun dan syarat-syarat akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga.

A. Analisis Rukun Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan

Multibarang di BMT Anda Salatiga

Ulama-ulama selain Hanafiah berpendapat bahwa rukun akad ada tiga yaitu orang yang melakukan akad („aqid), objek akad (ma‟qud „alaih) dan shigat (Muslich, 2010:115). Sedangkan rukun dari murabahah dalam

konsep fiqh muamalah menurut Mas’adi (2012:13) yaitu para pihak (al-

„aqidain), pernyataan kehendak (Shigat al-„aqd), obyek akad (mahall al-

102

praktek lembaga keuangan syari’ah sebagaimana yang disampaikan oleh Hendry (1999:43) adalah sebagai berikut:

1. Adanya penjual (ba‟i) 2. Adanya pembeli (musytari)

3. Adanya objek atau barang (mabi‟) yang diperjualbelikan 4. Adanya kesepakatan harga (tsaman)

5. Adanya ijab dan qabul (shigat)

Sehingga dapat di pahami bahwa murabahah dalam praktek lembaga

keuangan syari’ah sama dengan rukun yang ditentukan dalam fiqh

muamalah. Sedangkan rukun akad murabahah dalam pelaksanaan pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Para pihak (al-a‟qidain) terdiri dari penjual (ba‟i), yaitu BMT Anda Salatiga (sebagai pihak pertama), dan pembeli (musytari) (sebagai pihak kedua) yaitu seorang anggota yang mengajukan pembiayaan multibarang, dan pihak ketiga yaitu pemasok yang menyediakan barang. 2. Objek atau barang yang diperjualbelikan (mahall al-„aqd) adalah

kebutuhan barang atau peralatan yang dibutuhkan anggota BMT Anda Salatiga berupa perlengkapan atau alat-alat rumah tangga dan sarana untuk peralatan kerja.

3. Kesepakatan harga (tsaman) berupa adanya kesepakatan harga jual dan harga beli.

103

4. Shigat (Ijab dan qabul) ditunjukkan dengan adanya pengisian data dan penandatanganan formulir aplikasi akad murabahah dan akad tambahan

wakalah yang berupa surat kuasa antara anggota dan pihak BMT Anda Salatiga.

5. Tujuan Akadnya (maudu al-„aqd) untuk memiliki barang berupa perlengkapan rumah tangga dan peralatan usaha.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa ketentuan rukun murabahah

dalam fiqh muamalah maupun aplikasinya dalam lembaga keuangan

syari’ah telah terpenuhi. Hal ini bisa dilihat dari pelaksanaan akad murabahah di BMT Anda Salatiga, baik itu pihak yang berakad, objek akad, harga, ijab qabul (shigat) dan tujuan dari akad tersebut telah ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rukun akad murabahah pada pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga telah terpenuhi dan telah sesuai dengan

ketentuan syari’ah.

B. Analisis Syarat Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan

Multibarang di BMT Anda Salatiga

Ketentuan adanya rukun dari sebuah akad tidak terlepas oleh adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi agar tidak keluar dari ketentuan-ketentuan

syari’ah. Adapun analisis dari syarat rukun dari pelaksanaan akad murabahah pada pembiayaan multibarang ini adalah sebagai berikut:

104

1. Pihak yang berakad yaitu BMT dan anggota

Dalam fiqh telah dijelaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang berakad menurut Syafe’i (2010:81-83) yaitu penjual dan pembeli adalah dewasa. Hal tersebut berarti anggota telah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Serta dapat dikenai hukum dan bukan seorang yang dibawah umur, sadar dan tidak dipaksa serta pembeli bukan musuh.

Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang menggunakan skim jual beli, maka dalam hal ini, dapat dilihat pihak sebagai penjual adalah BMT Anda Salatiga yang merupakan suatu lembaga keuangan

syari’ah yang berbadan hukum No. 004/KWK. 1132/X/I998 secara sah dan memiliki kemampuan untuk melakukan transaksi. Dengan demikian BMT Anda Salatiga sah sebagai penjual dalam transaksi murabahah

pada pembiayaan multibarang.

Sedangkan pihak pembeli yaitu anggota yang disyaratkan sebagaimana yang disyaratkan diatas, yaitu dewasa, di mana seorang pembeli tersebut harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dilakukan secara sadar dan tidak dalam keadaan terpaksa serta dapat dijatuhi hukuman. Dalam hal ini anggota yang mengajukan pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga telah sesuai dengan persyaratan tersebut yang ditandai oleh seorang anggota harus memiliki KTP yang berarti telah berusia minimal 17 tahun atau telah menikah. Sehingga dari persyaratan tersebut telah membuktikan bahwa anggota

105

telah memenuhi persyaratan baik secara hukum positif maupun secara fiqh.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Suliyem, anggota BMT Anda Salatiga pada tanggal 10 juni 2015 pukul 11.15 WIB menyatakan bahwa, dalam mengambil pembiayaan di BMT Anda Salatiga, anggota tersebut dalam mengambil pembiayaan tidak dalam keadaan terpaksa dan memang untuk memenuhi kebutuhannya.

Hal ini sesuai dengan salah satu asas akad dalam Kompilasi

Hukum Ekonomi Syari’ah yaitu ikhtiyari/sukarela di mana setiap akad dilakukan atas dasar suka sama suka atau kehendak para pihak, terhindar dari keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak lain. Sebagaimana dijelaskan dalam QS an-Nisaa’ ayat 29;















































Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kedua belah pihak yang berakad yaitu BMT Anda Salatiga dan anggota telah memenuhi persyaratan untuk melakukan suatu akad atau perjanjian

murabahah dalam pembiayaan multibarang tersebut.

2. Objek akad atau barang yang diperjualbelikan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar benda bisa dijadikan objek akad menurut Dewi dkk (2006:63) adalah benda tersebut harus

106

ada pada saat dilakukannya akad, barang yang dijadikan objek akad

harus sesuai dengan ketentuan syara’, barang yang dijadikan akad harus halal, bermanfaat dan bukan merupakan milik orang lain, barang yang dijadikan objek akad harus dapat bisa diserahterimakan pada waktu akad, barang yang dijadikan objek akad harus jelas diketahui oleh kedua belah pihak baik dari segi bentuk, fungsi dan kedudukannya. Menurut Anwar (2010: 199) salah satu objek akad adalah objek akad harus ada pada waktu akad ditutup sehingga tidak terjadi akad jual beli barang yang tidak ada wujudnya.

Sedangkan dalam pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga, kondisi barang atau objek akad dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Barang atau objek akad pada dasarnya belum ada dan belum dimiliki oleh BMT Anda Salatiga, hal ini dibuktikan adanya pihak ketiga atau pemasok.

b. Barang atau objek akad tidak diserahkan kepada anggota ketika akad berlangsung. Karena barang tersebut dikirim langsung oleh pemasok kepada anggota. Hal ini telah tertera dalam draft perjanjian yang telah disediakan oleh BMT.

c. Barang atau objek akad jelas diketahui oleh kedua belah pihak, yaitu pihak BMT Anda Salatiga dan anggota yang mengajukan pembiayaan. Namun dalam mekanisme yang kedua dalam pelaksanaan akad murabahah, yang berkaitan dengan adanya

107

tambahan akad wakalah. Di mana BMT mewakilkan uangnya kepada anggota untuk membeli barang. Setelah barang itu di beli anggota, BMT tidak mengecek kembali barang itu secara fisik. BMT hanya mengetahui bukti surat pembelian barang dari pihak pemasok. Sehingga dapat dipastikan barang tersebut hanya diketahui oleh anggota saja hal ini khusus untuk yang menggunakan akad wakalah.

d. Barang atau objek akad yang diperbolehkan dalam pembiayaan multibarang adalah barang atau objek akad yang dihalalkan berdasarkan syari’ah baik materi maupun cara perolehannya. Di mana pihak kedua membeli barang kepada pemasok dengan pendanaan yang berasal dari pembiayaan yang disediakan oleh pihak pertama. Hal ini telah diatur dalam draft akad murabahah, di

mana barang tersebut sesuai dengan syari’ah dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan anggota yang mengajukan pembiayaan. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa menurut penulis, objek akad tersebut tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah. Karena pada dasarnya objek akad harus diserahkan ketika akad itu berlangsung serta barang atau objek akad tersebut hanya diketahui pembeli saja. Selain itu, sebagai penjual BMT tidak menyediakan barang terlebih dahulu. Jika ada anggota yang mengajukan pembiayaan, BMT baru membeli kepada pihak pemasok. Padahal

108

dalam akad jual beli, penjual harus menyediakan barang yang siap untuk diperjualbelikan.

Menurut Wiroso (2005:38) salah satu jenis murabahah

adalah murabahah dengan pesanan yaitu bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesan dari nasabah. Menurut penulis hal tersebut kurang tepat untuk diterapkan dalam lembaga

keuangan syari’ah. Jika BMT memang beroperasi sesuai dengan

prinsip syari’ah, maka BMT harus menerapkan sesuai dengan

ketentuan syari’ah. Jika akad murabahah menggunakan skim jual beli, maka akad murabahah tersebut harus sesuai dengan rukun dan syarat jual beli dalam Islam.

3. Harga jual dan harga beli (kesepakatan harga)

Adapun syarat dari murabahah lainnya adalah berkaitan dengan kesepakatan harga. Dalam pembiayaan murabahah disyaratkan agar pembeli mengetahui harga pokok sekaligus mengetahui margin atau keuntungan yang ditentukan oleh BMT. BMT dalam menentukan besar kecilnya margin atau keuntungan salah satunya adalah melihat jangka waktu yang dikehendaki anggota dalam kesanggupan membayar angsuran. Bahkan, anggota yang mengajukan pembiayaan multibarang boleh menawar harga kepada BMT untuk mendapatkan harga yang

Dokumen terkait