1.
Implementasi keperawatan No Dx keperawatan
Tgl/ja
m Implementasi respon paraf
.1 Peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis/patologis. Resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 9 Jan 2015/ 11.30-14.00 Mengkaji TTV klien Melakukan fototerapi sesuai advis dokter
Memberikan ASI dan PASI melalui dot Menggantipopokklien S : -O : Suhu 36,7oC S : -O : klienmenan gis S : -O : klienminu mbanyak S : -O : Klien BAK dan BAB 2. Peningkatan kadar 9 Jan Mengukur suhuklien S :
bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis/patologis resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 2015/ 14.00-21.00 Melakukanfototerapis esuai advis dokter
Mengganti popok klien
Memberikan ASI dan PASI melalui dot
Suhuklien 36,7 oC S : -O : klien diberikan foto terapi karena kadar bilirubin 171 mg/dl S : -O : Klien BAK dan BAB S : -O : klienminu mbanyak 3. resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 9 Jan 2015 / 21.00-07.00
Mengukur suhu klien Melakukanfototerapis esuai advis dokter
Menggantipopokklien Memberikan ASI dan PASI melalui dot Melakukanfototerapis esuaiadvisdokter Memberikaninjeksise S : -O : Suhuklien 37 oC S : -O : klienmenan gis S : -O : Klien BAK dan BAB S : -O :
suaiadvisdokter Menggantipopokklien Memberikan ASI dan PASI melalui dot
klienminu mbanyak
No Dx keperawatan Tgl/ja
m Implementasi respon
1. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi
fisiologis/patologis.
Resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi
resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 10 Jan 2015/ 07.00- 14.00 Mengkaji TTV klien Melakukan fototerapi
Memberikan ASI dan PASI melalui dot
Mengganti popok klien
Memberikan ASI Mengobservasi refleks bayi
Memonitor suhu tubuh.
mengobservasi keadaan keutuhan kulit dan warnanya.
Miringkan bayi setelah
S : -O : Suhu 36oC S: -O: klien diberikan foto terapi S : -O : klien menangis keras,reflek hisap baik, S: O: Klen BAB dan BAK S : -O : klien minum Banyak,refle k hisab baik,aktif, S: 36,7oc S: -O:warna kulit sudah
diberi ASI
Berikan kenyamanan pada lingkungan bayi
tidak joundice S : -O : bayi diberikan ASI oleh ibunya S: Bayi nampak tenang 2. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi
fisiologis/patologis resiko perubahan suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi
10 Jan 2015/ 14.00-21.00
Mengganti popok klien
Berikan kenyamanan pada lingkungan bayi Mengganti popok klien
Memberikan ASI dan PASI melalui dot
S : -O : klien nampak menangis saat diganti popok S : -O : bayi tidur engan tenang S : -O : Klien BAK dan BAB S : -O : klienminumb anyak 3. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi
fisiologis/patologis resiko perubahan suhu
10 Jan 2015 / 21.00-07.00 Mengukursuhuklien Melakukanfototerapisesu aiadvisdokter Memberikaninjeksisesuai S : -O : Suhuklien 36,6 oC S : -O :
tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi
advisdokter
Menggantipopokklien
Memberikan ASI dan PASI melalui dot
klienmenangis S : -O : Klienmenan gisketika di suntik S : -O : Klien BAK dan BAB S : -O : klienminumb anyak No Dx
keperawatan Tgl/jam Implementasi respon 1. Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah b/d kondisi
fisiologis/patologis.
Resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 11Jan 2015/ 11.30- 14.00 Mengkaji TTV klien
Memberikan ASI dan PASI melalui dot Menggantipopokklien Memberikan ASI dan PASI melalui dot mengobservasi keadaan keutuhan kulit dan warnanya. S : -O : Suhu 36oC S : -O : klien menangis S : -O : klienminum banyak S : -O : warna kulit normal Hasil lab menunjukan kadar bilirubin 6,24 mg/dl
I.
EVALUASINo tgl/jam Dx .keperawatan Perkembangan paraf
1. 2. 3. 1. 2. 9 jan 2015 10 Jan 2015 peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis
resiko perubahan suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
resiko terjadi ganggua n integritas kulit b/d efek samping fototerapi
peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis
resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi S: O:Klien tampak ikterik,jaundice. KU sadar, aktif, t =36,70C Bilirubin 17,14 mg/dl A: masalah belum teratasi P:optimalkan intervensi
S:
O:Klien tampak tenang, aktif tidak rewel, t=36,70C A: sebagian masalah teratasi P: optimalkan intervensi S:
O: Tak ada tanda-tanda kerusakan integritas kulit A: masalah teratasi
P: optimalkan intervensi
S:
O:.KU sadar, aktif, t =3670C A: masalah teratasi sebagian P:optimalkan intervensi S:
O:Klien tampak tenang, aktif tidak rewel, t=36C A: sebagian masalah teratasi P: optimalkan intervensi
3
1.
2.
3.
11 Jan 2015
Resiko terjadi ganggua n integritas kulit b/d efek samping fototerapi
peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis
resiko perubahan suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
resiko terjadi ganggua n integritas kulit b/d efek samping fototerapi
S:
O: Tak ada tanda-tanda kerusakan integritas kulit A: masalah teratasi
optimalkan intervensi S: mengerti tentang hiperbilirubin O: Orang tua klien
mendengarkan penjelasan dan mengerti tentang hal hal yang perlu dilakukan pada bayi hiperbilirubinemia Kadar bilirubin 6,14 mg/dl A: masalah teratasi sebagian P: optimalkan intervensi
S:
O:.KU sadar, aktif, t =3720C, kadar bilirubin total 6,24 mg/dl
A: sebagian masalah teratasi P:optimalkan intervensi
S:
O: Tak ada tanda-tanda kerusakan integritas kulit A: masalah teratasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan hiperbilirubin pada bayi Ny. M S di RSUD kota Semarang yang dilakukan dengan melaksanakan penerapan asuhan keperawatan dikaitkan antara teori yang digunakan sebagai landasan didalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada atau tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, penulis uraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada kasus bayi Ny. M.S ibu mengatakan cemas bayinya malas minum. Dari hasil pemeriksaan ditemukan keadaan umum sedang, perut tidak terjadi pembesaran hati,warna kuning pada kepala, leher, badan sampai lutut, reflek morro dan grasping kuat, BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan. hasil bilirubin total 17,74 mg%,
bilirubin direk 0,32 %. Menurut Surasmi (2003) bayinya malas minum, Menurut matondang (2003) pada bayi hiperbilirubin K III keadaan umum lemah. Menurut saifudin ( 2002 ) pada bayi dengan hiperbilirubin K III terdapat pembesaran hati. Menurut farrer (2007) pada kasus hiperbilirubin K III reflek lemah. Menurut Prihardjo ( 2002 ) pada bayi hiperbilirubin dengan K III BAB berwarna kuning kecoklatan dan BAK berwarna kuning. Menurut Saifuddin (2002) pada bayi dengan hiperbilirubin K III hasil laboraotorium kadar bilirubin diatas 10 – 14 mg% (normal < 5 mg%). Sehingga pada tahap ini ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus di lahan praktek yaitu dikasus keadaan umum sedang dan diteori lemah,dikasus perut tidak ada pembesaran hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna gelap.
2. Interpretasi Data
Bayi Ny. MS lahir normal cukup bulan, umur 8 hari, dengan Hiperbilirubin dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin.Menurut
Manuaba (2002), masalah yang sering dijumpai pada bayi adalah gangguan sistem pernafasan, reflek hisap dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering tidur, kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan hiperbilirubin pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan umum secara intensif dan kolaborasi dengan dr. Sp.A. Pada langkah ini penulis tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilahan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Masalah potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K III yaitu potensial terjadi hiperbilirubin K IV. Menurut Varney (2007), diagnosa potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K IV akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat lebih dari 10 – 14 mg%. Pada kasus ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.
4. Antisipasi
Langkah antisipasi yang dilakukan antara lain : kolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian : Foto terapi dengan program penyinaran selama selama 6 jam dan istirahat 2 jam. Pada teori Antisipasi menurut Varney (2007), Antisipasi untuk tanda hiperbilirubin K IV pada kasus ini antara lain : perhatikan hasil darahbilirubin : jika hasilnya 7 mg % atau lebih segera hubungi dokter spesialis anak, bayi perlu terapi. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan.
5. Rencana Tindakan
Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Hiperbilirubin K III antara lain beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI/PASI sesuai kebutuhan, observasi BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, yaitu : beri foto terapi sinar sesuai program, yaitu selama 6 jam 2 jam istirahat. Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K III menurut Varney (2007) antara lain : mengobservasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan dan cairan memeriksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, pemenuhan kebutuhan bayi dengan baik, dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk dilakukan terapi selanjutnya.Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
6. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan sehingga pelaksanaan ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Evaluasi pada bayi dengan hiperbilirubin K III menurut Saifuddin (2002), yaitu : KU dan kesadaran bayi kembali normal, kebutuhan cairan terpenuhi, warna kuning pada kepala, badan, paha sampai lutut sudah tidak terlihat atau sudah berkurang, berat badan bayi naik, BAB 2 x sehari berwarna kuning dan BAK 3 atau 4 x berwarna kuning jernih terpantau dengan baik setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan hasil
keadaan umum baik, pada kepala sampai leher masih berwarna kuning, reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, ASI sudah diberikan 80 cc, Bayi sudah BAB 2 kali berwarna kuning kecoklatan (konsistensi lembek) dan BAK kurang lebih 4-5 kali berwarna kuning jernih, Bayi nampak nyaman.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan Hiperbilirubin K III pada bayi Ny. M.S di RSUD Kota Semarang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut sebagai berikut :
1. Pengkajian pada kasus bayi Ny. MS, ibu mengatakan bayinya malas minum. dari hasil pemeriksaan ditemukan pemeriksaan keadaan umum sedang pada kepala, leher, badan sampai lutut.tidak ada pembesaran hati,BAB 2 x berwarna kuning kecoklatan konsistensi lembek, BAK 3 atau 4 x berwarna kuning jernih, dan hasil bilirubin total 17,74 mg%, bilirubin direk 0,32%.
2. Interpretasi Data pada bayi baru lahir By Ny. MS ibu mengatakan merasa Cemas bayinya malas minum.dari hasil pemeriksaan didapatkan Bayi Ny. MS lahir cukup bulan, umur 8 hari dengan hiperbilirubin K III dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin. 3. Diagnosa potensial pada bayi baru lahir By Ny. MS dengan hiperbilirubin K III tidak terjadi hiperbilirubin K IV karena tertangani dengan baik.
4. Antisipasi Pada bayi baru lahir By.Ny MS dalam langkah ini adalahkolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian foto terapi 1x24 jam.
5. Rencana Tindakan pada Bayi Ny. M.S meliputi beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi dantanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI sesuai kebutuhan, observasi BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, yaitu : , beri foto terapi sinar 1x 24 jam. 6. Pelaksanaan pada bayi baru lahir By Ny M.S merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan.
7. Evaluasi yaitu setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan hasil keadaan umum baik, reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, bayi sudah diberi ASI, Bayi sudah BAB 3 kali berwarna kuning kecoklatan (konsistensi lembek) dan BAK 7 kali berwarna kuning jernih, Bayi nampak nyaman,kepala sampai leher masih kelihatan kuning,berat badan naik 100 gram.
8. Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada pengkajian. pengkajian hasil dari pemeriksaan dikasus keadaan umum sedang dan diteori lemah, dikasus perut tidak ada pembesaran hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna gelap karena pada saat pengkajian hasil yang diperoleh pada bayi Ny. M.S baik.
9. Alternatif pemecahan masalah pada bayi Ny. M.S pada pengkajian diperoleh hasil bayi Ny. M.S dalam keadaan baik, sehingga tidak semua bayi hiperbilirubin dalam keadaan buruk. Maka diperlukan untuk lebih memperhatikan terhadap bayi agar tidak terjadi komplikasi.
B. Saran
Dari kesimpulan tersebut di atas, penulis ingin memberikan sedikit saran supaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan menjadi lebih baik, diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan lebih meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir agar dapat mempercepat proses penyembuhan khususnya pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K III dan mencegah terjadinya komplikasi.
2. Bagi pasien
Diharapkan Ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan memantau bayinya dirumah dengan baik dan memberikan ASI saja selama 6 bulan, apabila terjadi kegawat daruratan segera di bawa ke tenaga kesehatan terdekat agar segera memperoleh penanganan.
3. Bagi Penulis yang lain
Penulis selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan dalam melakukan asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin K III, sehingga akan didapatkan hasil dari asuhan kebidanan yang baik.