• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Hiperbilirubin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Hiperbilirubin"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS

PADA BY.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERBILIRUBIN

DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA SEMARANG

Disusun Oleh :

Andi Putra Erianto (1408011) Aries Sugianto (1408014) Bayu D. Pratama (1408017) Nani S. Iryani (1408099)

Rinawati (1408121)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di suatu negara. Angka kematian Maternal dan Neonatal masih tinggi, salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas kepada masyarakat yang belum terlaksana. Saat ini angka kematian perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40/1000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut antara lain penyakit dan semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang berhubungan langsung pada bayi baru lahir adalah penyakit. Penyakit tersebut sangat beresiko tinggi pada bayi, oleh karenanya perlu mendapat penatalaksanaan yang cepat sehingga angka kematian dan kesakitan dapat diturunkan.

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 – 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu pertama. Angka kejadian hiperbilirubinemia lebih tinggi pada bayi kurang bulan, dimana terjadi 60% pada bayi cukup bulan dan pada bayi kurang bulan terjadi sekitar 80%. Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90. Bilirubin ada 2 jenis yaitu bilirubin direk dan bilirubin indirek. Peningkatan bilirubin indirek terjadi akibat produksi bilirubin yang berlebihan, gangguan pengambilan bilirubin oleh hati, atau kelainan konjugasi bilirubin. Setiap bayi dengan ikterus harus dapat perhatian, terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin meningkat >5 mg/dL dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari satu minggu serta bilirubin direk >1 mg/dL juga merupakan keadaan yang menunnjukkan kemungkinan adannya ikterus patologis

(3)

(hiperbilirubinemia). Gejala paling mudah diidentifikasi adalah ikterus, yang didefinisikan sebagai kulit dan selaput lendir menjadi kuning.

Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada Bayi Baru Lahir (BBL). Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Menurut beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50 % pada bayi cukup bulan dan 75 % pada bayi kurang bulan. Ikterus pada sebagian penderita dapat bersifat fisiologis dan sebagian lagi mungkin bersifat patologis. Hiperbilirubinemia dianggap patologis apabila waktu muncul, lama, atau kadar bilirubin serum yang ditentukan berbeda secara bermakna dari ikterus fisiologis. Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan sinar yang dapat dilihat untuk pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. Keefektifan suatu fototerapi ditentukan oleh intensitas sinar. Adapun faktor yang mempengaruhi intensitas sinar ini adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar, jarak sinar ke pasien yang disinari, luas permukaan tubuh yang terpapar dengan sinar serta penggunaan media pemantulan sinar.

Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus

(4)

harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien hiperbilirubin.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan hiperbilirubin

b. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa keperawatan pada klien hiperbilirubin

c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada klien hiperbilirubin

d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien hiperbilirubin

(5)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0- 0,3 mg/dl, bilirubin direk 0– 0,2 mg/dl.

Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 10 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis.

B. Etiologi

1. Peningkatan produksi :

a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.

b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.

c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .

d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.

e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).

f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah

g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia 2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya

pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.

(6)

3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.

5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

C. Klasifikasi

a. Ikterus prehepatik

Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.

b. Ikterus hepatik

Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.

c. Ikterus kolestatik

Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.

d. Ikterus neonatus fisiologi

Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.

e. Ikterus neonatus patologis

Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.

(7)

f. Kern Ikterus

Suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

D. Patofisiologi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.

Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, dan hipoksia.

E. Manifestasi klinik

Tanda dan gejala yang pada penderita hiperbilirubin adalah;

(8)

2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.

3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis. 4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang

cenderung tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.

5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul

6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati

7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar 8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap

9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental

10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.

F. Komplikasi

1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)

2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking

G. Penatalaksanaan

1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian ASI).

2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa furokolin.

3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin. 4. Fenobarbital

Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.

(9)

6. Fototerapi

Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.

7. Transfusi tukar.

Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.

H. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)

a. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 10 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 12 mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis.

b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.

2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.

3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan atresia billiari.

I. Pengkajian Fokus

1. Riwayat Penyakit

Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Polisistemia, infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan ibu menderita DM.

2. Riwayat Kehamilan

Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang meningkatkan ikterus. Contoh: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses kon jungasi sebelum ibu partus.

3. Riwayat Persalinan

Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan. 4. Riwayat Postnatal

Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, sehingga kulit bayi tampak kuning.

(10)

Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polycythenia, gangguan saluran cerna dan hati (hepatitis)

6. Riwayat Pikososial

Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua 7. Pengetahuan Keluarga

Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua pada bayi yang ikterus

8. Pemeriksaan Fisik

Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin pekat seperti teh, letargi, hipotonus, refleks menghisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan melengking. Selain itu, keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh. Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot ( kejang /tremor ). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas, sclera mata kuning (kadang – kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine dan feses.

J. Diagnosa dan intervensi keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil : terjadi keseimbangan cairan Intervensi :

a. Catat jumlah dan kualitas feses b. pantau turgor kulit

c. pantau intake output cairan d. Monitor status dehidrasi e. Monitor TTV

f. Kolaborasi pemberian IV

(11)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan suhu dalam batas normal

Kriteria hasil : Nadi dalam batas normal Suhu dalam batas normal

Intervensi :

g. Beri suhu lingkungan yang netral h. Monitor suhu sesering mungkin i. Monitor WBC,Hb,Hct

j. Monitor warna dan suhu kulit

k. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik jika diperlukan l. Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan denganhiperbilirubinemia dan diare

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan kerusakan kulit terataso

Kriteria hasil : kulit menjadi lembab Berbaikan kulit meningkat

Intervensi :

m. Kaji warna kulit tiap 4 jam

n. pantau bilirubin direk dan indirek o. ubah posisi setiap 2 jam

p. masase daerah yang menonjol

(12)

PATHWAYS

Eritrosit Hemoglobin

HEM Globin

Besi/Fe Biliruin Indirek

(tidak larut air) terjadi pada limpa makrofag Bilirubn berkaitan dengan albumin terjadi dalam plasma darah Melalui hati

Bilirubin berikatan dengan glukoronat/ gula residu bilirubin direk (larut dalam air) terjadi dalam hati

Bilirubin direk di ekskresi ke kandung empedu

Kandung empedu ke duodenum melalui duktus biliaris

(13)

Peningkatan destruksi eritrosit

(Gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik)

Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak dapat melakukan konjugasi

Peningkatan bilirubin dalam darah

Ikhterus pada schlera leher Indikasi fototerapi

dan badan

Pemecahan bilirubin meningkatkan pengeluaran cairan empedu ke organ usus

Gerakan peristaltik usus meningkat

Diare Gangguan integritas kulit Hipertermi Kekurangan volume cairan

(14)

BAB III TINJAUAN KASUS

A. DATA BAYI

Nama bayi : By. M.S

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir/usia : 31 Desember 2014/ 8 hari Tanggal masuk : 9 Desember 2015

Alamat : Jl.Ampel Sari Rt.01 Rw.23 Kel.Muktiharjo kidul Kec.Pedurungan Kota Semarang

Nama orang tua : Tn.S/ Ny.M Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA Pekerjaan ayah/ibu : Swasta/-Usia ayah/ibu : 35/31 tahun

Diagnosa medis : Hiperbilirubinemia

B. RIWAYAT BAYI

Apgar score :

-Usia gestasi : 38 minggu

Berat badan : 4000 gram panjang badan : 58 CM

Tidak ada komplikasi dalam persalinan, antara lain aspirasi mekonium, denyut jantung janin abnormal, tidak terjadi prolaps tali pusat/lilitan tali pusat, dan tidak tejadi ketuban pecah dini.

C. RIWAYAT IBU

Usia Gravida Partus Abnormal

31 1 1 0

(15)

Persalian spontan, tidak ada komplikasi kehamilan serta tdak ada ruptur plasenta, preeklampsia, suspect sepsis, persalinan, prematur/postmatus. 2. Perawatan Antenatal :

(16)

-PENGKAJIAN FISIK NEONATUS

A.

PENGKAJIAN

1.

Reflek Moro

Menghisap klien kuat Menggenggam klien lemah

2.

Tonus/aktivitas

Tonus otot :aktif dan klien menagis keras

3.

Kepala/leher

a. Inspeksi : Rambut hitam, distribusi rambut rata, rambut bersih, sutura sagita tepat.

b. Palpasi : Tidak ada benjolan maupun luka, Fontanel anterior lunak, gambaran wajah simetris.

4.

Mata

a. Inspeksi :Mata kanan dan kiri simetris, tidak ada lingkar gelap pada daerah orbitapal pebra mata, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokor pupil kanan 2 mm kiri 2 mm, lensa jernih.

b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba kenyal.

5.

Hidung

a. Inspeksi :Lubang hidung kanan dan kiri simetris, bersih, terdapat bulu-bulu halus di dalam lubang hidung, tidak tampak napas cuping hidung dan sinusitis.

b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan 6. Telinga

a. Inspeksi :Daun telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga baik kanan maupun kiri bersih, klien mampu mendengar orang berbicara tanpa harus mengeraskan volume suara.

b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

7.

Abdomen

a. Inspeksi :Tidak tampak pembesaran umbilikus,` tidak ada hiper/hipopigmentasi, tidak ada distensi abdomen.

b. Auskultasi : Peristaltik usus kuadran kanan bawah 3x/menit, kuadran kanan atas 2x/menit, kuadran kiri atas 2x/menit, kuadran kiri bawah 1x/menit.

c. Perkusi : Timpani

d. Palpasi : lunak, live tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, lingkar perut 42 cm.

(17)

8.

Toraks

Inspeksi :Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada hiper/ hipopigmentasi, konfigurasi 1: 2, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan, ekspansi dada bebas, klavikula normal, retraksi derajat 0.

9.

Paru-paru

a. Inspeksi : Respirasi spontan. b. Auskultasi :Suara nafas vesikuler.

c. Palpasi : Taktil vemitus sama antara kanan dan kiri.

d. Perkusi : Sonor pada lapang paru kiri, dan sedikit redup pada lapang paru kanan.

10.

Jantung

a. Inspeksi : Tidak tampak denyutan ictus cordis

b. Auskultasi :Terdengar bunyi jantung I lup dan bunyi jantung II dup .

c. Palpasi :Ictus cordis tidak teraba.

d. Perkusi :Terdengar pekak sampai daerah mid axila anterior sinistra.

11.

Ekstremitas Inspeksi :

a. Ekstremitas Atas : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi, capilary refill < 3 detik,

b. Ekstremitas Bawah : Tidak ada keterbatasan rentang gerak sendi, tidak tampak edema, tidak tampak ada luka.

12.

Umbilikus

Inspeksi :Normal, kering, dan tidak ada inflamasi.

13.

Genital

Inspeksi : Laki-laki normal, penis berlubang, testis turun, rugae jelas

14.

Anus

Inspeksi : Paten , berlubang.

15.

Kulit

Inspeksi : Warna kulit jaundice, turgor elastis dan kulit teraba hangat.

16.

Suhu

a.

Lingkungan Boks fototerapi

(18)

B. RIWAYAT SOSIAL

a.

Struktur Keluarga (Genogram Tiga Generasi)

Keterangan : : laki-laki

:

perempuan

X :

meninggal

... :

tinggal serumah

:

pasien

b. Antisipasi VS pengalaman nyata kelahiran : Ibu klien mengatakan ini kelahiran anak pertama dengan kondisi nya sekarang sudah membaik dan sering menemani di ruangan untuk menyusui atau memberikan ASI .

c.

Budaya : jawa

d.

Suku : jawa

e.

Agama : islam

f.

Bahasa utama : jawa

g.

Perencanaan makanan bayi: ASI

h.

Masalah sosial yang penting :

-i.

Hubungan orang tua dan bayi : baik

j.

Orang terdekat yang dapat dihubungi : saudara

k.

Orang tua berespon terhadap penyakit : ya (x) tidak (-) Berespon: khawatir dengan keadaan anaknya

l. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : ya (x)tidak (-) Berespon: tiap kali jam kunjung selalu berkunjung dan memberikan stok asi

C. RIWAYAT ANAK LAIN

Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi

Laki-laki Pervaginam BCG, HB1

(19)

D. PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM Prosedur Diagnostik/laboratorium Tangg al pemer iksaan Indikasi

dan tujuan Hasil

Nilai normal Analisa Bilirubin total Bilirubin direk Bilirubin indirek Bilirubin total Bilirubin direk Bilirubin indirek 9 Jan 2015 10 Jan 2015 Untuk mengetahu i bilirubin Untuk mengetahu i bilirubin 17,14 mg/dl 0,31 mg/dl 16,83 mg/dl 6,24 mg/dl 0,25 mg/dl 5,99 mg/dl 0-0,2 0-10 0-0,2 0-10 High High

(20)

E.

ANALISA DATA N

o Tanda dan gejala Problem Etiologi

1.

2.

3.

Ds : ibu klien mengatakan bayinya kekuningan

Do : ikterus, jaundice disekitar wajah dan badan, bilirubin total 17,14 mg/dl

Ds :-Do:

 Mendapatkan terapi fototerapy  Bayi mendapat ASI dan PASI  S:36,7oc

Ds: -Do :

 Dalam boks terbuka, difototerapi  Jaundice

 BAB dan BAK menggunakan pempers

Peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Resiko perubahan suhu tubuh: Hipertermi Resiko gangguan integritas kulit Kondisi fisiologis/patologis Efek samping fototerapi Efek samping fototerapi

(21)

F.

MASALAH KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN INTERVENSI) No Tgl/jam

ditemukan Diagnosa keperawatan paraf

tgl/jam teratasi paraf 1. 2. 3. 9 Jan 2015 / 11.30 10 Jan 2015/ 14.00 10 Jan 2015/14.00 Peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi

fisiologis/patologis. Resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi

Resiko gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi

(22)

G.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No Dx keperawatan Tujuan, kriteria

evaluasi intervensi keperawatan Rasional tindakan 1. 2. 3. Peningkatan kadar bilirubin darah b/d kondisi fisiologis/patologi s Resiko perubahan suhu tubuh : Hipertermi b/d efek samping fototerapi Tujuan dan kriteria hasil: Tidak ada peningkatan hiperbilirubinemi a ditandai dengan:  Hasil bilirubun menunjukan normal  Tanda dan gejala hiperbilirubi n seperti jaundice dan ikterik hilang Tujuan dan kriteria hasil: suhu tubuh normal a.Monitor tanda-tanda vital serum b.Monitor bilirubin

c.Monitor bila ada muntah, kaku kuduk atau tremor a.Monitor tanda-tanda vital b.Perhatikan suhu lingkungan dan gunakan isolasi c.Berikan minum tambahan a.Mengetahui keadaan fisiologis klien b.Untuk megethui adanya peningkatan atau penurunan hiperbilirubin c.Peningkatan hiperbilirubin mengakibatka n adanya gangguan pada sistem syaraf a.Mengetahui keadaan fisiologis klien b.Suhu lingkungan disesuaikan agar tidak terlalu kontras c.ASI dapat membantu penurunan

(23)

Resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi Tujuan dan kriteria hasil: selama dalam perawatan kulit bayi tidak mengalami gangguan kulit a. Observasi keadaan keutuhan kulit dan warnanya b.Bersihkan segera bila bayi BAB atau BAK

c.Gunakan lotion pada daerah bokong

d.Jaga alat tenun dalam keadaan bersih dan kering e.Lakukan alih hiperbilirubin dan metabolisme tubuh bayi terhadap terjadinya hipertermi a.Perawatan kulit yang kurang dapat meningkatkan terjadinya gangguan integritas kulit. b.Jangan biarkan BAB atau BAK bayi lembab pada pempers, dapat terjadi resiko gangguan integritas kulit.. c.Agar tidak lembab dan tidak terjadi iritasi d.Untuk kenyamanan dan

(24)

baring dan pemijatan keefektifan higiene bayi e.Mengurangi penekanan pada satu sisi tubuh

H.

PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

1.

Implementasi keperawatan N

o Dx keperawatan

Tgl/ja

m Implementasi respon paraf

.1 Peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis/patologis. Resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 9 Jan 2015/ 11.30-14.00 Mengkaji TTV klien Melakukan fototerapi sesuai advis dokter

Memberikan ASI dan PASI melalui dot Menggantipopokklien S : -O : Suhu 36,7oC S : -O : klienmenan gis S : -O : klienminu mbanyak S : -O : Klien BAK dan BAB 2. Peningkatan kadar 9 Jan Mengukur suhuklien S :

(25)

bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis/patologis resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 2015/ 14.00-21.00 Melakukanfototerapis esuai advis dokter

Mengganti popok klien

Memberikan ASI dan PASI melalui dot

Suhuklien 36,7 oC S : -O : klien diberikan foto terapi karena kadar bilirubin 171 mg/dl S : -O : Klien BAK dan BAB S : -O : klienminu mbanyak 3. resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 9 Jan 2015 / 21.00-07.00

Mengukur suhu klien Melakukanfototerapis esuai advis dokter

Menggantipopokklien Memberikan ASI dan PASI melalui dot Melakukanfototerapis esuaiadvisdokter Memberikaninjeksise S : -O : Suhuklien 37 oC S : -O : klienmenan gis S : -O : Klien BAK dan BAB S : -O :

(26)

suaiadvisdokter Menggantipopokklien Memberikan ASI dan PASI melalui dot

klienminu mbanyak

No Dx keperawatan Tgl/ja

m Implementasi respon

1. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi

fisiologis/patologis.

Resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi

resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 10 Jan 2015/ 07.00- 14.00 Mengkaji TTV klien Melakukan fototerapi

Memberikan ASI dan PASI melalui dot

Mengganti popok klien

Memberikan ASI Mengobservasi refleks bayi

Memonitor suhu tubuh.

mengobservasi keadaan keutuhan kulit dan warnanya.

Miringkan bayi setelah

S : -O : Suhu 36oC S: -O: klien diberikan foto terapi S : -O : klien menangis keras,reflek hisap baik, S: O: Klen BAB dan BAK S : -O : klien minum Banyak,refle k hisab baik,aktif, S: 36,7oc S: -O:warna kulit sudah

(27)

diberi ASI

Berikan kenyamanan pada lingkungan bayi

tidak joundice S : -O : bayi diberikan ASI oleh ibunya S: Bayi nampak tenang 2. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi

fisiologis/patologis resiko perubahan suhu tubuh b/d efek

samping fototerapi

resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi

10 Jan 2015/ 14.00-21.00

Mengganti popok klien

Berikan kenyamanan pada lingkungan bayi Mengganti popok klien

Memberikan ASI dan PASI melalui dot

S : -O : klien nampak menangis saat diganti popok S : -O : bayi tidur engan tenang S : -O : Klien BAK dan BAB S : -O : klienminumb anyak 3. Peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi

fisiologis/patologis resiko perubahan suhu

10 Jan 2015 / 21.00-07.00 Mengukursuhuklien Melakukanfototerapisesu aiadvisdokter Memberikaninjeksisesuai S : -O : Suhuklien 36,6 oC S : -O :

(28)

tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi

advisdokter

Menggantipopokklien

Memberikan ASI dan PASI melalui dot

klienmenangis S : -O : Klienmenan gisketika di suntik S : -O : Klien BAK dan BAB S : -O : klienminumb anyak No Dx

keperawatan Tgl/jam Implementasi respon 1. Peningkatan kadar

bilirubin dalam darah b/d kondisi

fisiologis/patologis.

Resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi resiko terjadi gangguan integritas kulit b/d efek samping fototerapi 11Jan 2015/ 11.30- 14.00 Mengkaji TTV klien

Memberikan ASI dan PASI melalui dot Menggantipopokklien Memberikan ASI dan PASI melalui dot mengobservasi keadaan keutuhan kulit dan warnanya. S : -O : Suhu 36oC S : -O : klien menangis S : -O : klienminum banyak S : -O : warna kulit normal Hasil lab menunjukan kadar bilirubin 6,24 mg/dl

(29)
(30)

I.

EVALUASI

No tgl/jam Dx .keperawatan Perkembangan paraf

1. 2. 3. 1. 2. 9 jan 2015 10 Jan 2015 peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis

resiko perubahan suhu tubuh b/d efek

samping fototerapi

resiko terjadi ganggua n integritas kulit b/d efek samping fototerapi

peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis

resiko perubahan suhu tubuh b/d efek samping fototerapi S: O:Klien tampak ikterik,jaundice. KU sadar, aktif, t =36,70C Bilirubin 17,14 mg/dl A: masalah belum teratasi P:optimalkan intervensi

S:

O:Klien tampak tenang, aktif tidak rewel, t=36,70C

A: sebagian masalah teratasi P: optimalkan intervensi S:

O: Tak ada tanda-tanda kerusakan integritas kulit A: masalah teratasi

P: optimalkan intervensi

S:

O:.KU sadar, aktif, t =3670C

A: masalah teratasi sebagian P:optimalkan intervensi S:

O:Klien tampak tenang, aktif tidak rewel, t=36C A: sebagian masalah teratasi P: optimalkan intervensi

(31)

3

1.

2.

3.

11 Jan 2015

Resiko terjadi ganggua n integritas kulit b/d efek samping fototerapi

peningkatan kadar bilirubin dalam darah b/d kondisi fisiologis

resiko perubahan suhu tubuh b/d efek

samping fototerapi

resiko terjadi ganggua n integritas kulit b/d efek samping fototerapi

S:

O: Tak ada tanda-tanda kerusakan integritas kulit A: masalah teratasi

optimalkan intervensi S: mengerti tentang hiperbilirubin O: Orang tua klien

mendengarkan penjelasan dan mengerti tentang hal hal yang perlu dilakukan pada bayi hiperbilirubinemia Kadar bilirubin 6,14 mg/dl A: masalah teratasi sebagian P: optimalkan intervensi

S:

O:.KU sadar, aktif, t =3720C,

kadar bilirubin total 6,24 mg/dl

A: sebagian masalah teratasi P:optimalkan intervensi

S:

O: Tak ada tanda-tanda kerusakan integritas kulit A: masalah teratasi

(32)

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan hiperbilirubin pada bayi Ny. M S di RSUD kota Semarang yang dilakukan dengan melaksanakan penerapan asuhan keperawatan dikaitkan antara teori yang digunakan sebagai landasan didalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada atau tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, penulis uraikan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pada kasus bayi Ny. M.S ibu mengatakan cemas bayinya malas minum. Dari hasil pemeriksaan ditemukan keadaan umum sedang, perut tidak terjadi pembesaran hati,warna kuning pada kepala, leher, badan sampai lutut, reflek morro dan grasping kuat, BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan. hasil bilirubin total 17,74 mg%,

bilirubin direk 0,32 %. Menurut Surasmi (2003) bayinya malas minum, Menurut matondang (2003) pada bayi hiperbilirubin K III keadaan umum lemah. Menurut saifudin ( 2002 ) pada bayi dengan hiperbilirubin K III terdapat pembesaran hati. Menurut farrer (2007) pada kasus hiperbilirubin K III reflek lemah. Menurut Prihardjo ( 2002 ) pada bayi hiperbilirubin dengan K III BAB berwarna kuning kecoklatan dan BAK berwarna kuning. Menurut Saifuddin (2002) pada bayi dengan hiperbilirubin K III hasil laboraotorium kadar bilirubin diatas 10 – 14 mg% (normal < 5 mg%). Sehingga pada tahap ini ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus di lahan praktek yaitu dikasus keadaan umum sedang dan diteori lemah,dikasus perut tidak ada pembesaran hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna gelap.

2. Interpretasi Data

Bayi Ny. MS lahir normal cukup bulan, umur 8 hari, dengan Hiperbilirubin dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin.Menurut

(33)

Manuaba (2002), masalah yang sering dijumpai pada bayi adalah gangguan sistem pernafasan, reflek hisap dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering tidur, kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan hiperbilirubin pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan umum secara intensif dan kolaborasi dengan dr. Sp.A. Pada langkah ini penulis tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilahan praktek.

3. Diagnosa Potensial

Masalah potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K III yaitu potensial terjadi hiperbilirubin K IV. Menurut Varney (2007), diagnosa potensial pada bayi dengan hiperbilirubin K IV akan muncul apabila kadar bilirubin semakin meningkat lebih dari 10 – 14 mg%. Pada kasus ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.

4. Antisipasi

Langkah antisipasi yang dilakukan antara lain : kolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian : Foto terapi dengan program penyinaran selama selama 6 jam dan istirahat 2 jam. Pada teori Antisipasi menurut Varney (2007), Antisipasi untuk tanda hiperbilirubin K IV pada kasus ini antara lain : perhatikan hasil darahbilirubin : jika hasilnya 7 mg % atau lebih segera hubungi dokter spesialis anak, bayi perlu terapi. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan.

5. Rencana Tindakan

Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Hiperbilirubin K III antara lain beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI/PASI sesuai kebutuhan, observasi BAB

dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, yaitu : beri foto terapi sinar sesuai program, yaitu selama 6 jam 2 jam istirahat. Perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K III menurut Varney (2007) antara lain : mengobservasi keadaan umum dan tanda vital, memenuhi kebutuhan dan cairan memeriksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium, pemenuhan kebutuhan bayi dengan baik, dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk dilakukan terapi selanjutnya.Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

6. Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan sehingga pelaksanaan ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

(34)

Evaluasi pada bayi dengan hiperbilirubin K III menurut Saifuddin (2002), yaitu : KU dan kesadaran bayi kembali normal, kebutuhan cairan terpenuhi, warna kuning pada kepala, badan, paha sampai lutut sudah tidak terlihat atau sudah berkurang, berat badan bayi naik, BAB 2 x sehari berwarna kuning dan BAK 3 atau 4 x berwarna kuning jernih terpantau dengan baik setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan hasil

keadaan umum baik, pada kepala sampai leher masih berwarna kuning, reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, ASI sudah diberikan 80 cc, Bayi sudah BAB 2 kali berwarna kuning kecoklatan (konsistensi lembek) dan BAK kurang lebih 4-5 kali berwarna kuning jernih, Bayi nampak nyaman.

(35)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan Hiperbilirubin K III pada bayi Ny. M.S di RSUD Kota Semarang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut sebagai berikut :

1. Pengkajian pada kasus bayi Ny. MS, ibu mengatakan bayinya malas minum. dari hasil pemeriksaan ditemukan pemeriksaan keadaan umum sedang pada kepala, leher, badan sampai lutut.tidak ada pembesaran hati,BAB 2 x berwarna kuning kecoklatan konsistensi lembek, BAK 3 atau 4 x berwarna kuning jernih, dan hasil bilirubin total 17,74 mg%, bilirubin direk 0,32%.

2. Interpretasi Data pada bayi baru lahir By Ny. MS ibu mengatakan merasa Cemas bayinya malas minum.dari hasil pemeriksaan didapatkan Bayi Ny. MS lahir cukup bulan, umur 8 hari dengan hiperbilirubin K III dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin. 3. Diagnosa potensial pada bayi baru lahir By Ny. MS dengan hiperbilirubin K III tidak terjadi hiperbilirubin K IV karena tertangani dengan baik.

4. Antisipasi Pada bayi baru lahir By.Ny MS dalam langkah ini adalahkolaborasi dengan dokter spesialis anak, untuk pemberian foto terapi 1x24 jam.

5. Rencana Tindakan pada Bayi Ny. M.S meliputi beri informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayi, observasi keadaan umum bayi dantanda-tanda vital, observasi keadaan hiperbilirubin , kaji reflek menghisap dan menelan, kolaborasi dengan petugas laborat untuk pemeriksaan laboratorium, jaga kehangatan suhu inkubator 28oc, beri selimut bayi, beri ASI

sesuai kebutuhan, observasi BAB dan BAK, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi, yaitu : , beri foto terapi sinar 1x 24 jam. 6. Pelaksanaan pada bayi baru lahir By Ny M.S merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan.

(36)

7. Evaluasi yaitu setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan hasil keadaan umum baik, reflek hisap bayi kuat, bayi nampak bersih, bayi sudah diberi ASI, Bayi sudah BAB 3 kali berwarna kuning kecoklatan (konsistensi lembek) dan BAK 7 kali berwarna kuning jernih, Bayi nampak nyaman,kepala sampai leher masih kelihatan kuning,berat badan naik 100 gram.

8. Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada pengkajian. pengkajian hasil dari pemeriksaan dikasus keadaan umum sedang dan diteori lemah, dikasus perut tidak ada pembesaran hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning kecoklatan sedangkan diteori BAB berwarna dempul dan BAK berwarna gelap karena pada saat pengkajian hasil yang diperoleh pada bayi Ny. M.S baik.

9. Alternatif pemecahan masalah pada bayi Ny. M.S pada pengkajian diperoleh hasil bayi Ny. M.S dalam keadaan baik, sehingga tidak semua bayi hiperbilirubin dalam keadaan buruk. Maka diperlukan untuk lebih memperhatikan terhadap bayi agar tidak terjadi komplikasi.

B. Saran

Dari kesimpulan tersebut di atas, penulis ingin memberikan sedikit saran supaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan menjadi lebih baik, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan lebih meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir agar dapat mempercepat proses penyembuhan khususnya pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin K III dan mencegah terjadinya komplikasi.

2. Bagi pasien

Diharapkan Ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan memantau bayinya dirumah dengan baik dan memberikan ASI saja selama 6 bulan, apabila terjadi kegawat daruratan segera di bawa ke tenaga kesehatan terdekat agar segera memperoleh penanganan.

3. Bagi Penulis yang lain

Penulis selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan dalam melakukan asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin K III, sehingga akan didapatkan hasil dari asuhan kebidanan yang baik.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama. Jakarta.

Ngastiah. 2008. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Hidayah, Alimun A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta. Salemba Medika

Wilkinson, Judith.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa, Widyawati. Edisi 7. EGC. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dan hasil penelitian Faktor Resiko yang diteliti pada Polisi Lalu Lintas Kota Gorontalo yang di tinjau dari Umur, Jam Kerja, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja, dan Kapasitas Paru

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang menganjurkan kepada Umatnya untuk selalu menebar maaf dan membangun kebersamaan,

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu pencegah utama kecelakaan kerja pada proyek The Manhattan Medan adalah manajemen yang dilaksanakan begitu ketat

8.20 malam - Keberangkatan Duli Yang Maha Mulia Yang di-Pertuan Besar Negeri Sembilan Darul Khusus, Tuanku Muhriz Ibni Almarhum Tuanku Munawir, Canselor UKM dan Duli Yang

Skripsi yang berjudul: “ Collaborative Governance dalam Program Generasi Berencana di Kabupaten Karanganyar” adalah karya saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak

Quantitative real time RT-PCR analysis of Xa7 segment on total lines and control varieties (Parekaligolara and IRBB7) using SYBR Green detection.... grams to reduce the vulnerability

Estimasi dimensi fraktal dapat dilakukan dengan regresi linear, namun informasi ciri bentuk yang lebih rinci dapat diperoleh menggunakan turunan pertama dari kurva

Buku Saku Praktek Asuhan Keperawatan Ibu Intranatal :