• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian

C. Deskripsi Data

2. Pelaksanaan Budaya Beragama di SMK Triguna Utama

Budaya merupakan satu set perilaku, ide, adat-istiadat atau kesenian, dan wujud benda yang diciptakan oleh seseorang atau sekelompok orang dan diikuti oleh orang lain secara terus menerus. Budaya beragama di SMK Triguna Utama adalah tatanan, perilaku atau benda yang bernafaskan islami.

Ketika peneliti memasuki gerbang SMK Trigunma Utama terlihat bahwa adanya budaya di sekolah ini. Dengan bukti masjid SMK Triguna Utama yang diletakkan di depan sekolah. Dengan struktur bangunan seperti ini maka peneliti dapat melihat bahwa masjid yang diletakan didepan sekolah ini memiliki fungsi

yang banyak.Fungsi masjid ini adalah sarana ibadah dan pendukung terlaksananya pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Adapun budaya beragama di SMK Triguna Utama yang mencakup set ide dan perilaku yaitu dengan adanya peraturan-peraturan siswa yang mana di dalamnya terkandung pembetukkan akhlak siswa. Kegiatan sekolah pun berkontribusi terlaksananya pembelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti adanya BTQ dan Perayaan Hari Besar Islam (PHBI). Untuk adat-istiadat atau kesenian budaya yang diterapkan di SMK Triguna Utama yaitu adanya estrakurikuler marawis. Dan wujud fisik atau benda yang menjadi budaya islami di SMK Triguna Utama adalah adanya masjid dan dekorasi sekolah yang dihiasi dengan Asmaul Husna. Budaya beragama di SMK Triguna Utama dimulai sejak awal berdirinya sekolah. Budaya yang di terapkan didukung oleh seluruh pihak sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam. Guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam penerapan budaya di sekolah ini.

Dalam keseharian budaya beragama di SMK Triguna Utama sudah diterapkan sejak siswa memasuki gerbang sekolah sampai bel pulang sekolah. Budaya beragama di SMK Triguna Utama ada yang sifatnya setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahun. Adapun secara kesluruhan budaya beragama di SMK Triguna Utama adalah:

a. Memberi salam atau berjabat tangan dengan guru dan sesama siswa

b. Membaca do’a sebelum memulai pembelajaran dan sesudah berakhir

pembelajaran.

c. Membaca Shalawat Nabi sebelum memulai pelajaran Pendidikan Agama Islam

d. Toleransi terhadap sesama umat dan antar umat beragama

e. Melaksanakan shalat zuhur berjama’ah

f. Membaca QS. Yasin

g. Tadarus sebelum shalatJum’at h. Infak

i. Menggunakan pakaian muslim j. Keputrian

k. Muhadharah l. Marawis

m. Tilawah al-Qur’an

n. Pengajian bulanan untuk para guru

o. Pelaksanaan PHBI (Perayaan Hari Besar Islam).

Adapun waktu pelaksanaannya adalah memberi salam atau berjabat tangan dengan guru atau sesama siswa dilakukan setiap hari. Membaca do’a dilakukan setiap hari sebelum dan sesudah pembelajaran. Membaca shalawat dilakukan setiap memulai dan mengakhiri pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh guru Pendidikan Agama Islam sebelum dan sesudah memulai pembelajaran. Melaksanakan shalat zuhur berjama’ah dilakukan setiap hari. Membaca QS. Yasin dilaksanakan setiap pagi di hari Jum’at sebelum memulai pembelajaran atau sehabis bel masuk berbunyi. Tadarus dilakukan sebelum memulai shalatJum’at bagi siswa laki-laki. Infak dilakukan setiap hari Jum’at. Menggunakan pakaian muslim di hari Jum’at. Keputrian dilaksanakan setiap hari Jum’at ketika siswa laki-laki shalatJum’at. Muhadhoroh, marawis, dan tilawah al-Qur’an dilakukan seminggu sekali pada hari sabtu. Pengajian bulanan untuk para guru dilaksanakan sebulan sekali untuk waktu pelaksanaannya tergantung situasi dan kondisi para guru. Dan pelaksanaan PHBI dilaksanakan setahun sekali.

Budaya beragama yang diterapkan di SMK Triguna Utama memiliki beberapa tujuan, dan adapun salah satu tujuannya yang dilampirkan oleh kepala sekolah bapak Nirachmat S.Pd adalah menjadikan anak berakhlakul karimah.1

Budaya beragama yang diterapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan kepada siswa. Tujuan adanya budaya beragama di dalam maupun di luar kelas menurut guru Pendidikan Agama Islam adalah menjadikan siswa aktif dalam keagamaannya. Guru Pendidikan Agama Islam membiasakan siswa untuk berperilaku baik mulai dalam kelas.

1

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Triguna Utama pada tanggal 19 September 2014

Dari observasi peneliti penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penerapan budaya beragama sebagai berikut:

Dari kegiatan pembelajaran yang guru Pendidikan Agama Islam dalam sehari-hari dapat dilihat budaya yang diterapkan di dalam kelas seperti; memberi salam, membaca do’a sebelum dan sesudah pembelajaran, serta membaca shalawat. Tujuan dari guru Pendidikan Agama Islam membiasakan siswa untuk membaca shalawat adalah agar siswa terbiasa mengucapkan kalimat thoyibah setiap harinya.2

Guru Pendidikan Agama Islam juga membiasakan siswa berani di dalam kelas. Guru Pendidikan Agama Islam memberikan stimulus agar siswa aktif di dalam kelas.

Bukan hanya di dalam kelas saja guru Pendidikan Agama Islam menerapkan budaya beragma bagi siswa. Di luar kelas guru Pendidikan Agama Islam berperan aktif dalam penerapan budaya beragama di sekolah, misalnya membaca QS. Yasin pada hari Jum’at pagi dipimpin oleh guru Pendidikan Agama Islam, shalatzuhur berjama’ah dipandu oleh guru Pendidikan Agama Islam, dan lain sebagainya. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan budaya beragama di SMK Triguna Utama adalah memberi teori dan contoh kepada siswa akan budaya-budaya yang ada. Selain itu, guru Pendidiakn Agama Islam turut serta mengawasi siswa dalam pelaksanaan budaya-budaya tersebut.

Budaya beragama di SMK Triguna Utama tidak akan berjalan tanpa adanya faktor-faktor pendukung. Adapun faktor pendukung terlaksananya budaya beragama di SMK Triguna Utama adalah seluruh jajaran guru SMK Triguna Utama, seluruh karyawan SMK Triguna Utama, staff dan pengurus YPITU (Yayasan Perguruan Islam Triguna Utama), sarana dan prasarana, kurikulum, dan lain-lain.3

2

Hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMK Triguna Utama pada tanggal 18 September 2014

3

Hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMK Triguna Utama pada tanggal 18 September 2014

Kegiatan sekolah pun mendukung akan pelaksanaan budaya beragama di sekolah. Misalnya, adanya BTQ (Baca Tulis Qur’an) membantu siswa untuk mempelajari tentang Agama Islam baik qiro’ah maupun ibadah, baik secara teori maupun praktik.

BTQ diterapkan untuk kelas X (sepuluh) dan dilaksanakan setiap hari. Materi yang di ajarkan dalam BTQ mengenai bacaan Al-Qur’an beserta tajwidnya juga mengenai ibadah, mulai dari bacaan wudu, tata cara berwudu, bacaan shalat, tata cara shalat dan lain-lain.

Terlaksananya budaya beragama di SMK Triguna Utama bukan berarti tidak ada hambatan dalam pelaksanaannya. Adapun faktor penghambat terlaksananya budaya beragama di SMK Triguna Utama adalah beberapa guru yang kurang peduli terhadap budaya yang ada, kesibukan guru, latar belakang siswa yang berbeda-beda, persamaan presepsi siswa, dan masjid yang kurang luas.

Budaya beragama yang ada pun tidak jarang dilanggar oleh siswa atau ada beberapa siswa yang tidak menerapkannya. Untuk siswa yang tidak mengkuti kegiatan beragama di SMK Triguna Utama akan mendapat sanksi dari guru bidang kesiswaan dan guru. Dari beberapa faktor yang dijelaskan sebelumnya peneliti simpulkan bahwa bahwa budaya beragama di SMK Triguna Utama belum sepenuhnya berjalandengan baik.

Guru selalu memberi motivasi bahkanmemaksapara siswa untuk menjalankan budaya beragama yang ada di SMK Triguna Utama, sebabtanpa adanya paksaan tidak sedikit siswa yang tidak melaksanakannya, tetapi pada umumnya siswa ikhlas menjalankannya.

Permasalahan yang ada bahwa masih banyak siswa yang terpaksa menjalankan budaya beragama di sekolah, dan juga masih terlihat kurang rapi dalam pelaksanaan budaya beragama di SMK Triguna Utama.

Dari data peneliti saran dari Bpk Choirudin selaku wakil kepala sekolah SMK Triguna Utama bidang kemahasiswaan ia ingin siswa dibiarkan tanpa ada paksaan. Guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa tanpa harus

memarahinya, tujuannya agar siswa bisa sadar dengan sendirinya akan kewajibannya selaku muslim.4

Budaya beragama di SMK Triguna Utama memberikan pengaruh yang positif kepada siswa. Siswa bisa lebih sadar dengan keagamannya dengan adanya budaya beragama di sekolah.

Dari data yang peneliti peroleh budaya beragama yang diterapkan di SMK Triguna Utama sudah berhasil membentuk karakter siswa menjadi lebih baik, akan tetapi guru hanya bisa melihat keberhasilan tersebut terbatas di sekolah saja. Oleh karenanya penting bagi guru menanamankan motivasi beragama kepada siswa agar siswa bisa melanjutkan kebiasaan beragama yang ada di sekolah ke lingkungan di luar msyaakat.

Budaya beragama di sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya pemahaman keagamaan yang ditanamkan kepada siswa sejak ia kecil. Orang tua pendidik yang paling pertama mendidik anak haruslah menanamkan budaya-budaya positif kepada anak sejak mereka kecil.Adapun budaya-budaya-budaya-budaya positif yang bisa diterapkan di rumah adalah membiasakan anak shalat berjama’ah, berbicara yang baik kepada orang tua, memerintahkan anak untuk berperilaku bersih, mengingatkan anak untuk berdo’a sebelum dan sesudah makan, berdo’a sebelum dan sesudah tidur, dan lain sebagainya.

Guru dan orang tua harus bekerja sama dalam rangka penerapan budaya beragama. Tidak hanya di sekolah saja budaya beragama diterapkan begitupun sebaliknya. Akan tetapi alangkah baiknya budaya beragama tersebut dapat diterapkan baik di sekolah maupun di rumah. Dengan ini anak akan sadar akan keagamaannya dan akan membentuk akhlak anak menjadi lebih baik.

D. Pembahasan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas yang hanya 90 menit dalam seminggu menjadi masalah yang krusial di Negara ini.Waktu yang hanya

4

Hasil wawancara wakil kepala sekolah bidang kemahasiswaan SMK Triguna Utama pada tanggal 23 September 2014

2x45 menit dalam seminggu ini tetntu tidak cukup untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah memiliki tantangan yang besar. Jika membicarakan tujuan Pendiidkan Agama Islam secara umum yaitu meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agma Islam, maka pembelajaran yang masih bersifat teori di dalam kelas belum bisa meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam.

Jadi apa yang bisa diperoleh peserta didik dalam pembelajaran yang hanya 90 menit di dalam satu minggu. Jika hanya sebatas memberikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang lebih menekankan kepada aspek kognitif, mungkin guru bisa melakukannya, tetapi kalau memberikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi aspek afektif dan psikomotorik, guru akan mengalami kesilitan.

Dengan adanya problematika pembelajaran Pedidikan Agama Islam maka SMK Triguna Utama membuat rancangan pengembangan budaya beragma di sekolah guna tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam.

Budaya beragama di SMK Triguna Utama berkontribusi untuk terlaksananya pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.Dengan lingkungan sekolah yang bernuansa islami. Buakan hanya lingkungan sekolah saja yang bernuansa islami akan tetapi peraturan-peraturan sekolah dan kegiatan-kegiatan di sekolah dijiwai dengan jiwa islami. Wujud nyata dari adanya budaya di sekolah tersebuat adalah adanya masjid yang diletakan di depan sekolah.

Adapun kontribusi budaya beragama dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Budaya yang merupakan tatanan atau peraturan di sekolah seperti: disiplin di dalam sekolah, memberi salam, membaca do’a sebelum dan sesudah memulai pembelajaran, toleransi antar umat beragama, shalat zuhur berjama’ah, membaca QS. Yasin, tadarus sebelum shalat Jum’at, shalat duha bagi siswa kelas XII dan menggunakan pakaian muslim di hari Jum’at.

2. Budaya yang merupakan kegiatan di sekolah seperti: infak, keputrian, muhadharah, tilawah al-Qur’an, dan pelaksanaan PHBI.

3. Budaya yang merupakan wujud benda seperti adanya masjid dan dekorasi sekolah yang dihiasi dengan Asmalul Husna.

Dari budaya-budaya tersebut terkandung nilai-nilai Pendidikan Agama Islam.Budaya yang disebutkan di atas mencakup kelima aspek Pendidikan Agama Islam.

Aspek al-Qur’an yang terkandung dalam budaya beragama di sekolah seperti adanya kegiatan BTQ, pembacaan QS.Yasin, dan adanya tilawah al-Qu’an. Dengan adanya kegiatan tersebut maka siswa akan mampu membaca al-Qu’an dengan baik. BTQ yang diajarkan bukan hanya terkait bacaan al-Qur’an saja akan tetapi mencakup ibadah.

Aspek Akidah yang terkandung dalam budaya beragama di sekolah seperti: membaca do’a sebelum dan sesudah memulai pembelajaran, dan do’a sehabis shalat. Membaca do’a berarti meyakini bahwa Allah akan mengijabah do’a mereka. Yang demikian ini merupakan aplikasi dari bentuk keimanan siswa, siswa meyakini bahwa mereka hanyalah memohon atau miminta kepada Allah. Maka dengan adanya budaya beragma seperti ini keimanan siswa akan tangguh.

Aspek Akhlak yang terkandung dalam budaya beragama di sekolah seperti: disiplin di dalam sekolah, memberi salam dan berjabat tangan dengan guru. Yang demikian merupakan suatu aplikasi dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Budaya yang diterapkan seperti ini kepada siswa tentunya akan tertanam akhlakul karimah dalam diri siswa.

Aspek Fikih yang terkandung dalam budaya beragama di sekolah seperti: adanya BTQ yang mengajarkan tata cara beribadah dan shalatberjama’ah. Dengan adanya budaya beragama seperti ini maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah teraplikasi.Dengan adanya shalat berjam’ah siswa diajarkan untuk terbiasa dalam shalat yang merupakan suatu kewajiban.Adanya BTQ dan shalat berjama’ah bertujuan agar siswa bisa mengaplikasikannya di luar sekolah di dalam kehidupn sehari-harinya.

Aspek Sejarah Kebudayaan Islam yang terkandung dalam budaya beragama di sekolah yaitu seperti adanya Perayaan Hari Besar Islam dan adanya kegiatan estrakurikuler marawis. Dalam perayaan Hari-hari Besar Islam di SMK Triguna Utama bukan hanya memanggil penceramah saja akan tetapi adanya perlombaan-perlombaan salah satuny adalah lomba pidato. Lomba pidato ini merupakan aplikasi dari materi yang siswa dapat kemudian dituangkan melalui tulisan dan dipresentasikan di depan umum. Dengan ini maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah teraplikasikan.

Saran dari peneliti untuk Perayaan Hari Besar Islam alangkah baiknya adanya pemanfaatan mading. Dengan cara dibuat lomba menulis kisah para Nabi atau para Sahabat Nabi, dengan semenarik mungkin. Bukan hanya tulisan tetap juga bisa dengan gambar atau komik. Yang seperti ini akan menjadikan siswa terpancing untuk mengeluarkan bakatnya.

Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas yang hanya sifanya teori belum bisa membentuk akhlak siswa.Oleh karenanya guru Pendidikan Agama Islam membutuhkan kontribusi budaya beragama guna tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

61 A. Kesimpulan

Setelah peneliti menguraikan hasil penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap budaya beragama di SMK Triguna utama, dan sesuai rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Triguna Utama masih menggunakan kurikulum KTSP 2006. Dalam kurikulum KTSP Pendidikan Agama Islam mencakup lima aspek, yaitu: al-Qur’an, Aqidah, Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Pada pembelaran Pendidikan Agama Islam di kelas X guru Pendidikan Agama Islam menggunakan buku yang diterbitkan oleh Mediatama. Pembelajaran di dalam kelas masih bersifat kognitif, belum menyentuh aspek afektif dan psikomotorik. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas yang sifatnya teori saja belum cukup untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Oleh karenyanya, butuh adanya kontribusi budaya beragama guna mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam yang ditetapkan.

2. Budaya beragama di sekolah dapat memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Siswa mampu membaca al-Qur’an dapat dilakukan dengan adanya kegiatan BTQ. Peningkatan keimanan siswa dapat dilakukan dengan adanya budaya berdo’a sebelum dan sesudah memaulai pembelajaran, serta berdo’a sehabis shalat. Penanaman akhlak bagi siswa dapat dilakukan dengan berberilaku disiplin, memberikan salam dan berjabat tangan. Pengaplikasian dari kajian fikih dapat dilakukan dengan adanya shalat zuhur dan shalat duha berjama’ah. Untuk mempelajari sejarah Islam dapat dilaksanakan dengan adanya Peringatan Hari Besar Islam. Dengan adanya budaya beragama di sekolah seperti ini tentu sangat berkontribusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

B. Implikasi

Pelaksanaan budaya beragama di SMK Triguna Utama memberikan pengaruh positif terhadap siswa. Pengeruh positif ini dapat dilihat dari perubahan perilaku siswa, berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa, siswa merasakan pengaruh yang positif seperti, solat tanpa disuruh dan solat tepat pada waktunya. Maka budaya beragama di SMK Triguna Utama harus tetap dipertahankan.

C. Saran

1. Untuk Mahasiswa

a. Penelitian ini harus dikembangkan kembali dan diperluas kembali. 2. Untuk Guru

a. Saling bekerjasama dalam rangka peningkatan keagamaan siswa b. Jangan menitik beratkan budaya beragama yang ada di sekolah kepada

guru Pendidikan Agama Islam saja

c. Senantiasa mengontrol perkembangan keagamaan siswa d. Selalu memberikan teladan yang baik terhadap siswa 3. Untuk Sekolah

a. Melengkapi sarana dan prasana yang belum ada

b. Mengontrol para guru dalam pelaksanaan budaya beragama c. Meningkatkan kualitas sekolah baik dari segi guru maupun siswa 4. Untuk Pemerintah

a. Tingkatkan kualitas pendidikan bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa dan memperbaiki moral anak bangsa.

LAMPIRAN 1

Foto Kegiatan Keberagamaan Siswa SMK Triguna Utama

Siswa sedang berwudhu untuk menjalankan solat dzuhur Siswa sedang berwudhu untuk

menjalankan solat dzuhur

Siswa putri sedang menjalankan solat dzuhur berjama’ah Siswa putra sedang menjalankan

63

Ahmadi, Abu dan Noor Salimi. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011.

Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis. Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005.

Ancok, Djamaluddin dan Fuat Nashori Suroso. Psikologi Islam (Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.

Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.

Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hasanah, Siti Muawanatul. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

Mengembangkan Budaya Agama di Komunitas Sekolah: Studi Kasus di SMK Telkom Sandhy Putra Malang. Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2009.

Hergenhahn, B.R. dan Matthew H. Olson. Theori of Learning (Teori Belajar),

Penerjemah: Tri Wibowo Jakarta: Prenada Media Group, 2009.

Hidayati, Henry Narendrany dan Andi Yudiantoro. Psikologi Agama. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007

Khan, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.

Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21. Jakarta: Pustaka Alhusna,1988.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Majid, Abdul. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012.

Muhaimin, Suti’ah, dan Nur Ali. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004.

Mulatsih. Implementasi Religious Culture dalam Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMK N Wonosari Gunung Kidul). Yogyakarta: Universitas Negeri Sunan Kalijaga, 2013.

Muntasir, M. Saleh. Mencari Evidensi Islam (Analisa Awal Sistem Filsafat, Strategi dan Metodologi Pendidikan Islam).Jakarta: Rajawali, 1985. Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Penerapan.

Jakarta: Kencana, 2011.

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 1994.

Sarwono, Sarlito W. Psikologi Lintas Budaya. Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2014.

Soleh, Badrus. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Budaya Islami di SMA Negeri 2 Jember. Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2010.

Subagyo, Joko. Metologi Penelitian Teori dan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta, 1991.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.

Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Tillar, H.A.R.. Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1999.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara, 2009.

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI Offset, 2003. Wuryani, Sri Esti. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. GRASINDO, 2006.

Siswa sedang bersalaman dengan guru

Siswa hendak bersalaman dengan guru

Pembacaan QS. Yasin di hari Jum’at

Pelaksanaan Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) di kelas

LAMPIRAN II

Dokumen terkait