• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Eksekusi Atas Kredit Bermasalah Dengan Menggunakan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil

Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa kredit bank yang dalam penyalurannya digunakan agunan yang dijadikan jaminan kredit. Dalam praktek jaminan tersebut dapat berupa jaminan benda bergerak yang diikat dengan jaminan fidusia, jaminan benda tetap/tidak bergerak yang diikat dengan hak tanggungan juga jaminan berupa SK Pegawai Negeri Sipil yang dalam perkembangan perbankan dilihat pada sisi ekonomis pada surat tersebut sehingga menjadikannya dapat diterima sebagai jaminan kredit.

Dalam menghadapi praktek perkreditan di dunia perbankan calon nasabah pada umumnya tidak dapat berbuat lain selain menyetujui berbagai persyaratan yang diajukan bank, sebab bila ia tidak menyetujui berarti permohonan kreditnya gagal atau kredit ditolak, sedangkan ia sangat membutuhkan kredit tersebut. Adanya agunan yang dijadikan sebagai jaminan kredit menunjukkan adanya perubahan pasar produktif (sektor riil) ke pasar konsumtif. Perubahan tersebut dengan di latar

belakangi oleh kondisi dalam sektor riil masih belum mampu beroperasi secara normal. Pihak perbankan menilai kredit komsumtif dengan tanpa mensyaratkan agunan sebagai jaminan kreditnya tersebut layak dikucurkan dan salah satunya dikhususkan pada segmen tertentu yaitu Pegawai Negeri Sipil termasuk dalam hal ini yang dilakukan oleh PT. Bank Aceh dalam lingkup pemerintahan daerah Kota Sabang. Dalam hal ini pihak PT. Bank Aceh menyalurkan kredit kepada Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Kota Sabang khususnya pada Dinas Pendidikan Kota Sabang yang ditemukan banyak penyaluran kredit tanpa agunan tetapi hanya menggunakan SK Pegawai Negeri Sipil.

Risiko kredit tanpa agunan dalam prakteknya tetap tidak dapat dianggap enteng, secara komulatif tingkat risikonya tetap tinggi, apalagi persyaratannya sangat sederhana dan umumnya tanpa agunan sama sekali (agunan menurut pengertian UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan), walaupun dalam prakteknya tetap dimintakan ”jaminan”, namun jaminan tersebut bukan merupakan barang, baik barang bergerak maupun tidak bergerak, contohnya adalah dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil. Terlebih lagi dengan kondisi perekonomian dan keamanan yang sangat mempengaruhinya, sebagai contoh dengan adanya dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan juga dampak dari isu adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Hal inilah yang menimbulkan kendala di dalam upaya debitor untuk melunasi hutangnya dan jika di kemudian hari terjadi permasalahan dalam pengembalian kredit atau kredit macet, sehingga hanya jaminan yang dapat dijadikan pegangan pihak bank untuk dapat memperoleh kembali dana

kredit yang disalurkannya. Kondisi seperti ini juga terjadi dalam masyarakat Kota Sabang, di mana kondisi perekonomian dalam masyarakat mempengaruhi status kredit yang disalurkan termasuk yang menggunakan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil.88

Dalam praktek perbankan apabila hak dan kewajiban para pihak berjalan baik dan debitur melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit, maka hubungan usaha antara bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur akan berakhir sesuai dengan perjanjian. Namun dalam prakteknya pemberian kredit termasuk kredit bagi PNS khususnya pada SKPD Dinas Pendidikan Kota Sabang juga mengandung risiko, yaitu kegagalan pelunasan sehingga menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Kredit yang bermasalah tentunya akan menyebabkan kerugian terhadap kreditur, bila hal tersebut terjadi maka tindakan yang dilakukan oleh kreditur adalah berupa eksekusi terhadap objek jaminan, padahal kredit hanya diberikan atas dasar SK Pegawai Negeri Sipil.89

Permasalahan ini tentunya merupakan permasalahan yang tidak terpisahkan dengan lembaga jaminan yang akan menjamin ketertiban pengembalian kredit secara cepat dan pasti. Oleh karena itu, sudah seharusnya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait mendapatkan perlindungan hukum melalui suatu

88T. Nasrullah, Pimpinan PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang Wawancaratanggal 18 Juli 2016 di Sabang

89Iswadi, StafAccount Oficer(AO) PT. Bank Aceh Cabang Kota SabangWawancaratanggal 20 Juli 2016 di Sabang

lembaga hukum jaminan yang kuat dan memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.90

Apabila ditelaah secara umum penyelesaian yang dilakukan terhadap kredit yang bermasalah pihak bank tentunya menempuh prosedur penyelesaian kredit bermasalah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Iswadi Staf Legal Officer PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang mengatakan bahwa penyelesaian kredit bermasalah PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang lebih menekankan pendekatan persuasif dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Penjadwalan kembali hutang (rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.

b. Persyaratan Kembali (reconditioning), yaitu perubahan syarat- syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, Jangka waktu atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat- syarat kredit berupa penambahan dana bank dan atau konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan atau konvensi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi pernyertaan dalam perusahaan yang disertai dengan penjadwalan kembali atau persyaratan kembali.

90T. Nasrullah, Pimpinan Bank Aceh Cabang Kota Sabang,Wawancara, Tanggal 23 Agustus 2016, di Sabang.

Kemudian hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang jika debitornya tidak memenuhi kewajiban dalam suatu perjanjian kredit diambil langkah-langkah :

1. Musyawarah dengan pihak debitor, di mana debitur dikunjungi atau di undang ke kantor Cabang;

2. Memberikan kesempatan kepada debitor untuk membayar secara angsuran;

3. Memberi kelonggaran waktu untuk membayar hutang;

4. Menagih dengan memberi pernyataan (pernyataan dengan sangat), agar debitor segera memenuhi kewajibannya;

5. Pernyataan dengan pembenahan bunga kredit yang disetor.

Atas dasar dari langkah yang diambil tersebut terkadang pihak bank menghadapi kendala dalam menyelesaikan kredit bermasalah, yaitu:

1. Debitor dipindahkan/mutasi ke kota/propinsi lain; 2. Debitor diberhentikan dengan tidak hormat; 3. Debitor Meninggal dunia.

Terhadap debitur yang diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya yang kemudian terjadi kredit bermasalah atau macet, maka bagian penyelamatan kredit dengan persetujuan dari pemimpin PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang akan menempuh langkah-langkah :

a. Akan memberikan peringatan tertulis kepada debitor sebanyak 3 kali berturut-turut. Apabila tidak diperoleh tanggapan pihak bank akan mendatangi si debitor untuk menanyakan itikad baik dari debitor untuk melunasi utangnya. b. Apabila si debitor tetap nakal dan tidak mempunyai itikad baik untuk melunasi

utangnya maka PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang menyerahkannya ke jalur hukum. Jalur hukum yang akan ditempuh oleh pihak PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang, antara lain adalah :91

1) Melalui Badan Peradilan

Dalam mengatasi kredit macet kreditur dapat menempuh jalur hukum melalui pengajuan gugatan perdata kepada pengadilan. Peradilan yang dapat menyelesaikan dan menangani kredit bermasalah, yaitu peradilan umum melalui gugatan perdata, dan peradilan niaga melalui gugatan kepailitan.

Menurut pendapat Muhamad Djumhana, ketentuan HIR Pasal 195 apabila sudah ditetapkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan tetapi debitor tetap tidak melunasi hutangnya, maka pelaksanaan keputusan tersebut dilaksanakan atas dasar perintah dan dengan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang memeriksa gugatannya pada tingkat pertama. Atas perintah Ketua Pengadilan tersebut dilakukan penyitaan harta kekayaan debitor, untuk kemudian

91T. Nasrullah, Pimpinan Bank Aceh Cabang Kota Sabang,Wawancara, Tanggal 23 Agustus 2016 di Sabang.

dilelang dengan perantara Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN).

Dari hasil pelelangan itu kreditor memperoleh pembayaran piutangnya. Prosedur ini memakan waktu yang relatif lama, oleh karena debitor yang dikalahkan biasanya mengulur waktu dengan mempergunakan upaya banding dan kasasi. Sehingga biasanya PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang hanya melakukan dengan cara mensomasi pihak debitor.

Somasi adalah surat teguran yang diperuntukkan kepada debitor untuk segera melunasi piutangnya kepada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang. Apabila pihak debitor tidak menanggapi maka akan dilakukan menyertakan gugatan kepada pengadilan.

2) Melalui Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN)

KP2LN adalah suatu instansi pemerintah berbentuk badan setingkat eselon 1 yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan. Pengurusan Piutang dan Lelang Negara dilakukan dimana setiap kredit yang macet yang pengurusannya diserahkan ke KP2LN dari pihak PT. Bank Aceh yaitu yang jumlah atau nilai pelunasan kreditnya diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Sehingga prosedur ini jarang dipakai oleh PT. Bank Aceh abang Kota Sabang yang dikarenakan nilai kredit dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil hanyalah termasuk kredit konsumtif.

Apabila dikaitkan dengan eksekusi terhadap jaminan kredit berupa Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil pada PT Bank Aceh Cabang Kota Sabang dapat diketahui bahwa pelaksanaan dilakukan dengan melibatkan pihak ketiga yaitu pihak asuransi. Adapun mekanisme yang dilakukan dengan mengalihkan risiko kredit macet pada pihak ketiga dalam hal ini perusahaan asuransi yang menjadi penanggung kredit tersebut.

Menurut T. Nasrullah bahwa dengan adanya keterlibatan pihak asuransi ini pertanggungjawaban dalam menyelesaikan perjanjian kredit bank bagi PNS yang dipecat pada dasarnya sudah dimasukkan dalam risiko asuransi yang terdapat dalam perjanjian asuransi antara PT. Bank Aceh dengan PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dalam program penutupan asuransi yang pembayaran preminya dilakukan pada saat pencairan kredit oleh nasabah penerima kredit. Program asuransi ini adalah program asuransi yang menjamin debitur yang menerima fasilitas pinjaman dari PT. Bank Aceh yang kemudian ikut menjadi nasabah atau tertanggung PT. Askrindo atas resiko meninggal dunia karena sakit atau kecelakaan, dan resiko pemecatan atau pemutusan hubungan kerja.92

Apabila ditelaah mengenai peranan perusahaan asuransi dalam perjanjian kredit perbankan, yaitu di mana perusahaan asuransi menjadi penanggung terhadap risiko terjadinya kredit bermasalah karena pihak asuransi telah memperoleh pembayaran premi pada saat pencairan kredit. Dalam hal ini pihak asuransi yang

92T. Nasrullah, Pimpinan Bank Aceh Cabang Kota Sabang,Wawancara, Tanggal 23 Agustus 2016 di Sabang.

mendapat klaim dari nasabah/debitur kredit ini harus segera menyelesaikan klaim asuransi tertanggung dengan memberikan ganti kerugian kepada pihak bank.93

Dalam proses penyelesaian klaim pihak bank memakai berbagai jalan untuk memperoleh kembali pengembalian kredit dan penyelesaian kerugian yang memuaskan. Pihak asuransi bertanggungjawab untuk menyelesaikan kerugian, namun langkah yang diambil untuk mencapai penyelesaian tetap sama, yaitu dengan memeriksa penutupan asuransi, menyelidiki klaim tertanggung, mengajukan laporan-laporan dan surat-surat yang diperlukan, setelah diteliti layak atau tidaknya penanggung memberikan uang pertanggungan kepada tertanggung maka penanggung harus bertanggung jawab menyelesaikan klaim jika sudah dipenuhinya semua unsur dalam polis pertanggungan.94

Adanya keterkaitan dengan perusahaan asuransi dalam perjanjian kredit dengan jaminan SK Pegawai Negeri Sipil Program penutupan asuransi kredit adalah asuransi yang menjamin debitur yang menerima fasilitas pinjaman dari PT Bank Aceh Cabang Kota Sabang yang menjadi nasabah atau tertanggung PT. Askrindo atas resiko meninggal dunia karena sakit atau kecelakaan.95Ruang lingkup dari penutupan program asuransi ini meliputi pemberian perlindungan bagi debitur PT. Bank Aceh atas resiko meninggal dunia setingi-tingginya sebesar uang pertanggungan. Meninggal dunia dimaksud adalah resiko kematian 24 (dua puluh empat) jam yang

93M. Iqbal, Staf Bagian Pengajuan Klaim PT Askrindo Cabang Banda Aceh, Wawancara, Tanggal 27 Juli 2016 di Banda Aceh.

94T. Arief Ridwan, Pj. Pimpinan PT Askrindo Cabang Banda Aceh,WawancaraTanggal 27 Juli 2016 di Sabang.

95Iswadi, StafAccount Oficer(AO) PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang tanggalWawancara

terjadi di seluruh dunia dan karena sebab apapun dan bukan karena risiko-risiko yang dikecualikan.96 Adapun risiko-risiko yang dikecualikan adalah kematian secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh:

a. Bunuh diri atau dihukum mati oleh pengadilan atau pejabat yang berwenang. b. Karena terlibat dalam perkelahian, kecuali sebagai seseorang yang

mempertahankan diri.

c. Karena akibat kecelakaan pesawat penumpang udara yang tidak diselenggarakan oleh perusahaan dengan jadwal tetap dan teratur.

d. Karena akibat perang, perang saudara, perbuatan kekerasan karena pemberontakan huru-hara, pengacauan atau perbuatan teror lainnya.

e. Sebagai akibat perbuatan kejahatan yang dilakukan dengan sengaja atau kekhilafan besar atau mereka yang berkepentingan dalam polis ini dan atau ahli warisnya.97

Dalam program asuransi kredit ini ditambahkan adanya jaminan atas risiko Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Jaminan atas risiko PHK yang diberikan kepada peserta asuransi dimaksud adalah dengan penggantian sisa kredit atau maksinal untuk PNS sebesar nilai yang disepakati antara pihak tertanggung dengan penanggung dan tidak lebih besar dari jumlah pinjaman yang diterima oleh nasabah debitur.98

96T. Arief Ridwan, Pj. Pimpinan PT Askrindo Cabang Banda Aceh,WawancaraTanggal 27 Juli 2016 di Sabang,

97M. Iqbal, Staf Bagian Pengajuan Klaim PT Askrindo Cabang Banda Aceh, Wawancara, Tanggal 27 Juli 2016 di Banda Aceh

98T. Arief Ridwan, Pj. Pimpinan PT Askrindo Cabang Banda Aceh,WawancaraTanggal 27 Juli 2016 di Banda Aceh.

Adanya keteribatan pihak asuransi dalam menanggung kredit macet akibat dipecatnya Pengawai Negeri Sipil dibenarkan oleh Darwin dan Anggi 2 (dua) PNS pada SKPD Dinas Pendidikan Kota Sabang. Keduanya merupakan penerima kredit pada PT Bank Aceh Cabang Kota Sabang yang telah menerima kredit sebesar masing-masing Rp. 45.000.00,- dan Rp. 35.000.00,-. Pihak Darwin pada saat ianya di pecat masih menyisakan pokok kredit sebesar Rp. 17.500.000,- sedangkan Anggi kredit yang diambil baru berjalan 6 bulan dan nilainya pokoknya masih sekitar Rp, 27.500.000,- Namun setelah mengalami masalah setelah ianya dipecat sebagai PNS ia tidak pernah lagi menerima gaji dan tidak lagi membayar kredit dan menurut informasi pihak bank telah mengajukan klaim kepada asuransi sehingga mereka tidak lagi membayar angsuran kredit.99 Lebih lanjut pihak asuransi menjelaskan bahwa klaim atas risiko pemutusan hubungan kerja baru berlaku setetah 3 (tiga) bulan akad kredit berjalan diberikan kepada PNS, CPNS, anggota DPRD, pegawai BUMN/BUMD, termasuk bagi pegawai PT. Bank Aceh sendiri sedangkan untuk swasta nasional (pegawai tetap) berlaku setelah 12 (dua belas) bulan akad kredit berjalan.100

Penyelesaian kredit bermasalah melalui asuransi ini telah diperjanjikan sejak awal dalam perjanjian kredit sebagaimana disebutkan dalam salah satu pasal yaitu pihak debitur berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk atas bebannya menutup

99Darwin dan Anggi, Nasabah PT Bank Aceh Sabang/PNS yang dipecat, Wawancara, Tanggal 27 Juli 2016 di Sabang.

100T. Arief Ridwan, Pj. Pimpinan PT Askrindo Cabang Banda Aceh,WawancaraTanggal 27 Juli 2016 di Banda Aceh.

asuransi berupa asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Jadi artinya dalam perjanjian kredit sudah diatur hal tentang asuransi, terlepas kredit tersebut akan lancar atau bermasalah nantinya.

Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa pada umumnya pelaksanaan eksekusi atas kredit bermasalah dengan menggunakan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil dilakukan dengan didahului oleh adanya pengajuan klaim asuransi oleh pihak tertanggung yang dilakukan oleh pihak bank selaku penerima kuasa dari tertanggung dan merupakan pihak yang dirugikan dengan terjadinya risiko kredit macet atau kredit bermasalah. Dengan kata lain, eksekusi atas kredit bermasalah yang menggunakan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil dilakukan melalui klaim asuransi yang menjamin debitur yang menerima fasilitas kredit atas resiko meninggal dunia karena sakit atau kecelakaan, dan resiko pemecatan atau pemutusan hubungan kerja.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengajuan klaim asuransi di pengadilan kebanyakan penanggung digugat oleh pihak tertanggung, walaupun terdapat beberapa sengketa klaim asuransi yang diajukan oleh pihak penanggung. Dalam praktek sangat sedikit perusahaan asuransi yang menggugat tertanggung ke pengadilan, tentu karena alasan-alasan tertentu, mungkin karena proses peradilan yang makan waktu lama dan melelahkan, atau mungkin karena nama perusahaannya

tidak mau terpublikasi di masyarakat, karena perusahaan asuransi yang berperkara di pengadilan, nama baiknya menjadi dipertanyakan di masyarakat.101

Perusahaan asuransi yang mendapat klaim dari asuransi debitur kredit ini harus segera menyelesaikan klaim asuransi tertanggung dengan memberikan ganti kerugian kepada pihak ketiga. Dalam proses penyelesaian klaim para penanggung memakai berbagai jalan untuk memperoleh penyelesaian kerugian yang memuaskan. Siapapun atau jenis organisasi apapun yang diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan kerugian, namun langkah yang diambil untuk mencapai penyelesaian tetap sama yaitu dengan memeriksa penutupan asuransi, menyelidiki klaim tertanggung, mengajukan laporan-laporan dan surat-surat yang diperlukan, setelah diteliti layak atau tidaknya penanggung memberikan uang pertanggungan kepada tertanggung maka penanggung harus bertanggung jawab menyelesaikan klaim jika sudah dipenuhinya semua unsur dalam polis pertanggungan dalam hal ini karena unsur kelalaian tertanggung, dan jika peristiwa tersebut karena kesengajaan tertanggung maka penganggung tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan klaim, dan tanggung jawab penyelesaian klaim dari pihak ketiga menjadi tanggung jawab tertanggung sendiri.

101M. Iqbal, Staf Bagian Pengajuan Klaim PT Askrindo Cabang Banda Aceh, Wawancara, Tanggal 27 Juli 2016 di Banda Aceh.

Dokumen terkait