• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Tandan Kosong (Tankos)

Metode aplikasi tandan kosong (tankos) di Kebun Sei Air Hitam dilakukan secara manual. Tankos yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam yaitu tankos utuh (bulat) dan tankos dalam bentuk cacahan. Tankos dihasilkan sebanyak 22% dari produksi TBS (tandan buah segar) di PKS. Tankos hasil limbah produksi pabrik kelapa sawit (PKS) diangkut ke blok-blok tanaman kelapa sawit yang akan diaplikasikan dengan menggunakan dump truck. Bobot tankos per-dump truck mencapai ± 3-4 ton (untuk 30 ton setara 7-8 trip). Tankos diletakan di jalan koleksi dan selanjutnya dengan menggunakan angkong langsung diaplikasikan ke blok. Dosis tankos yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam sebanyak 30 ton ha-1 setara dengan 234 kg tanaman-1.

Tenaga kerja yang digunakan dalam aplikasi tankos adalah tenaga kerja dengan sistem borongan (SPKL) yang diketuai oleh ketua rombongan dan di bawah mandoran tankos dan asisten Land aplication. Dalam luasan satu hektar

Tabel 3 Jumlah karyawan staf dan non-staf di Kebun Sei Air Hitam tahun 2013

Status Jabatan Jumlah

Staf General Manager (GM) 1

Mill Manager 1

Kepala Tata Usaha 1

Kepala Keamanan 1 Kepala Timbangan 1 Kepala Gudang 1 Asisten HR 1 Asisten Sortasi 1 Asisten Proses 2

Asisten Kepala PKS (Askep PKS) 1

Asisten Laboratorium 1

Asisten Kepala kebun (FM) 2

Asisten Maintenance 1

Asisten Teknik 1

Asisten Kebun 10

Asisten Land Aplication (LA) 1

Non-Staf Pegawai Bulanan Tetap (PBT) 85

Karyawan Harian Tetap (KHT) 269

Karyawan Harian Lepas (KHL/SPKL) 12

Jumlah 393

a. b.

c. d.

Gambar 1 Aplikasi tankos di Kebun Sei Air Hitam a). Bongkar tankos dari PKS ke jalan koleksi menggunakan dump truck b). Langsir tankos di hanca c).

Tankos yang sudah diaplikasi di areal d). Posisi aplikasi tankos diantara dua tanaman kelapa sawit.

mampu diselesaikan selama 3-4 hari orang-1. Upah untuk aplikasi tankos sebesar Rp. 455 000 ha-1 dan upah pengakutan menggunakan dump truck untuk AFD III basis kerja 9 ton setelah mencapai basis kerja selanjutnya lebih basis I dan II masing-masing 5 ton dengan tarif premi I dan II masing-masing Rp. 1.5 kg-1 dan Rp. 2 kg-1, untuk tarif III sisa tonase dikurang premi I dan II dikurang basis kerja dikali tarif sebesar Rp. 2.5 kg-1, sedangkan premi mandor aplikasi tankos sebesar Rp. 8 000 ha-1.

Permasalahan yang ditemukan pada aplikasi tankos di lapangan yaitu tidak adanya takaran yang menjadi standarisasi aplikasi tankos di setiap tanaman, sehingga dosis tankos yang diaplikasikan tidak sama satu sama lain. Pekerja hanya menggunakan angkong yang sudah dimodifikasi sehingga kapasitas angkong yang digunakan masing-masing pekerja berbeda. Titik aplikasi tankos yang berdekatan dengan jalan koleksi mendapatkan porsi tankos lebih banyak dibandingkan dengan titik aplikasi tankos yang berada di areal kebun. Aplikasi tankos disajikan pada Gambar 1.

Aplikasi Limbah Cair (POME (Palm Oil Mill Effuent))

Limbah cair yang dihasilkan adalah limbah hasil produk sampingan yang berasal dari proses rebusan (strerilizer) dan proses pemurnian minyak (clarifier). Pemberian limbah cair ini tidak dilakukan secara langsung. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, limbah cair ini sementara ditampung di kolam effluent treatment dan akan melalui beberapa perlakuan sebelum diaplikasikan ke areal pertanaman. Perlakuan ini bertujuan agar menurunkan kandungan BOD (Biologycal Oxygen Demand) dengan cara memanfaatkan bakteri pengurai yang bekerja secara anaerob maupun aerob. Kandungan BOD menggambarkan oksigen yang diperlukan bakteri untuk merombak bahan organik pada limbah cair.

a. b.

Gambar 2 Aplikasi limbah cair di long bed a). Pengaliran limbah ke long bed b). Limbah yang sudah diaplikasikan di long bed.

Limbah cair yang diaplikasikan ke areal pertanaman harus dikontrol secara teliti dan berkesinambungan, karena kesalahan dalam aplikasi akan berdampak langsung terhadap lingkungan sekitar. Land application di Kebun Sei Air Hitam menerapkan sistem Long bed. Limbah cair ini dialirkan dari kolam limbah dengan menggunakan pipa PVC berdimensi 8 inchi, 6 inchi, dan 4 inchi. Ukuran Long bed 280 m x 1.5 m x 0.8 m dengan volume 896 m3 long bed-1. Dosis aplikasi untuk long bed sebesar 750 ton ha-1 tahun-1, dengan rotasi pengisian Long bed setiap 6 bulan (yakni 375 ton ha-1 rotasi-1), dan rotasi perbaikan dan perawatan Long bed selama satu tahun sekali.

Aplikasi limbah cair (Gambar 2) hanya terdapat di Afdeling III, dilakukan pada enam blok, yaitu blok C23, C24, C25, D23, D24, dan D25. Jumlah long bed di blok C sebanyak 59 long bed blok-1 dan di blok D sebanyak 63 long bed blok-1. Pelaksanaan aplikasi dan supervisi limbah cair merupakan kerja sama antara pihak kebun dan pabrik kelapa sawit. Pihak kebun menginformasikan keadaan kolam pada blok sebagai bahan pertimbangan pembukaan keran aliran limbah pada blok aplikasi. Petugas Pabrik Kelapa Sawit (PKS) melakukan pengukuran parameter limbah, seperti BOD, COD, dan pH, secara rutin di kolam pendingin, serta memantau kondisi sumur pantau yang berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah.

Permasalahan dalam aplikasi limbah cair yaitu rotasi yang tidak teratur, sehingga jatah masing-masing blok tidak terpenuhi dengan baik. Kondisi pipa saluran yang kurang terawat, sehingga sering terjadi kebocoran pada saat aplikasi limbah berjalan. Kondisi long bed yang kurang terawat, terjadi terjadi penumpukan lumpur yang terlalu banyak yang mengakibatkan volume tampung long bed lebih kecil, sehingga volume long bed tidak sesuai SOP yang ditetapkan perusahaan.

Pengambilan Contoh Daun

Pengambilan contoh daun merupakan satuan pengambilan contoh daun yang akan digunakan dalam penentuan dosis pemupukan pada tahun selanjutnya. Kegiatan pengambilan contoh daun dilakukan atas koordinasi pihak perkebunan dengan Research and Development Departement. Kegiatan pengambilan contoh daun dilakukan setahun sekali yang dilakukan setiap bulan 4 sampai bulan ke-5 setiap tahunnya.

Kegiatan pengambilan contoh dilakukan pada semua blok yang terdapat di perkebunan. Pengambilan tanaman contoh dilakukan sebanyak 1% dari jumlah populasi blok. Kegiatan pengambilan contoh di Kebun Sei Air Hitam dilakukan oleh tim khusus yang terdiri dari 2-4 orang per tim yang ditentukan oleh asisten afdeling, yang selanjutnya diberikan pengarahan terkait metode pengambilan sampling dan penentuan daun ke-17.

Peralatan yang digunakan antara lain : egek digunakan untuk pemotongan pelepah, pisau digunakan untuk memotong daun, kantong plastik yang di dalamnya terdapat label acuan dalam menentukan posisi tanaman contoh dan sekaligus sebagai wadah sampling daun, kuas dan cat sebagai alat dan bahan yang digunakan untuk memberi label pada tanaman kelapa sawit, form pencatatan pohon sampel, kain lap, dan alat tulis.

Penulis mengikuti kegiatan pengambilan contoh di blok D28 dengan aturan bahwa pengambilan sampel dilakukan dari arah utara ke selatan dengan format pengambilan sampel 12x11 (artinya : selang 12 baris, selang 11 tanaman dalam baris), format sampling tidak selalu sama pada setiap blok sesuai yang direkomendasikan Research and Development Departement. Pengambilan sampel daun dimulai arah utara ke selatan pada baris ke-3 setiap blok dan minimal pada tanaman ke-5 pada setiap barisnya sesuai format sampling yang dianjurkan Research and Development Departement. Pengambilan sampel daun dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya kerusakan dan kontaminasi pada daun. Setelah daun terkumpul maka proses selanjutnya membersihkan kotoran pada daun menggunkan kain pembersih sehingga daun bersih dari kotoran-kotoran dan kontaminasi di lapangan.

Pemupukan Anorganik

Pemupukan di Kebun Sei Air Hitam dimulai dengan kegiatan perencanaan pemupukan. Perencanaan pemupukan sangat penting karena akan berhubungan dengan biaya, material pupuk, dan tenaga kerja yang digunakan. Perencanaan pemupukan di Kebun Sei Air Hitam dimulai dengan rekomendasi oleh Research and Development Departement of First Resources Ltd., dengan rekomendasi berupa penentuan jenis pupuk dan jumlah dosis. Rekomendasi dikeluarkan berdasarkan hasil analisis daun, analisis tanah, dan analisi jaringan tanaman, serta data produksi setiap tahun. Setelah memperoleh rekomendasi maka tahap selanjutnya membuat rencana kerja yang terdiri atas tiga rencana kerja yaitu rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja bulanan (RKB), dan rencana kerja harian (RKH).

Rencana kerja tahunan (RKT) dibuat untuk mengetahui besarnya biaya operasional, yaitu dosis dan jenis pupuk yang digunakan, jumlah tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan pemupukan dalam satu tahun. Rencana kerja bulanan (RKB) disusun untuk menentukan jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan, persiapan lapangan, persiapan peralatan dan perlengkapan pada bulan tersebut. Rencana kerja harian (RKH) digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan, kegiatan unit transportasi pengakutan pupuk dan pengeceran pupuk serta pembuatan bon permintaan pupuk ke gudang sentral untuk blok yang akan dipupuk.

Perencanaan pemupukan dibuat untuk menentukan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan

perlengkapan kerja yang akan digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok yang kan dipupuk serta administrasi dan kemungkinan hal-hal yang akan terjadi di lapangan. Mandor pemupukan terlebih dahulu merancang rencana pergiliran waktu pelaksanaan pemupukan pada setiap blok untuk setiap jenis pupuk, berdasarkan interval waktu aplikasi masing-masing jenis pupuk. Adapun jenis-jenis pupuk yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam pada tahun 2013 adalah Urea, Kieserite, Rock Phosphat (RP), Muriate of Pothas (MOP), Super Dolomit, HGF-Borate dan FeSO4.

Sistem dan organisasi pemupukan. Sistem kegiatan pemupukan di Kebun Sei Air Hitam dikerjakan dengan sistem borongan blok per blok dengan tujuan agar hasil pemupukan lebih teroganisir dengan baik dengan hasil pemupukan maksimal, lebih terkonsentrasi dan lebih terfokus dalam hanca pemupukan. Pemupukan di Kebun Sei Air Hitam dipimpin oleh mandor perawatan yang membawahi 6-10 karyawan pemupuk. Organisasi pemupukan meliputi penguntilan, pengeceran pupuk, pelangsiran pupuk, penebaran pupuk dan pengumpulan karung bekas pemupukan. Hal ini dilakukan agar mudah melakukan pengawasan serta kegiatan pemupukan lebih terorganisir dengan baik.

Kegiatan pemupukan (Gambar 3) dimulai dengan penguntilan yang dilakukan di gudang sentral. Kegiatan penguntilan dilakukan sehari sebelum pupuk diaplikasikan di lapangan. Penguntilan adalah membagi pupuk berdasarkan dosis pemupukan dengan tujuan memudahkan dalam menentukan ketepatan dosis pupuk setiap tanamannya, pengakutan pupuk, pengeceran pupuk, pelangsiran pupuk dan penebaran pupuk. Alat-alat yang digunakan dalam penguntilan pupuk antara lain : karung until, parang, takaran until yang berasal dari derigen yang telah dikalibrasi sesuai dengan dosis masing-masing jenis pupuk. Satu karung until berisikan pupuk yang dapat diaplikasikan ke dalam 6-8 tanaman sawit dengan dosis sesuai rekomendasi masing-masing jenis pupuk. Pada penguntilan karyawan yang bekerja sebanyak 2-3 orang merupakan tenaga borongan. Biaya penguntilan Rp. 20 000 per-ton.

Kegiatan pemupukan yang kedua adalah pengeceran pupuk (Gambar 4). Pengeceran pupuk dimulai dengan pemindahan pupuk dari gudang menuju ke blok pemupukan menggunakan dump truck. Pupuk diangkut menuju blok yang akan diberi aplikasi pupuk, selanjutnya pupuk diletakkan pada titik suplai yang berada pada jalan koleksi sesuai jumlah tanaman yang berada dalam setiap jalan pikul. Titik suplai yang digunakan adalah jalan pikul yang memiliki titi panen, biasanya titik suplai berada dekat dengan tempat pengumpulan hasil (TPH). Jumlah tenaga kerja dalam pengeceran pupuk sebanyak 3 orang dengan didampingi seorang mandor pupuk.

Kegiatan pemupukan yang ketiga adalah pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk dilakukan dilakukan dengan cara memindahkan untilan pupuk yang berada di titik suplai ke jalan pikul. Dalam satu baris jalan pikul dibutuhkan 11 karung untilan (dosis 1.5 kg tanaman-1). Asumsi setiap satu karung untilan diaplikasikan untuk 6 tanaman. Pelangsir akan menjatuhkan untilan tanaman pada setiap selang 6 tanaman dan pupuk harus cukup sampai tembus ke jalan koleksi selanjutnya. Jumlah tenaga kerja pelangsir sebanyak 3 orang.

Kegiatan pemupukan yang keempat adalah penebaran pupuk. Jumlah Pupuk ditebar harus sesuai dengan rekomendasi perusahaan. Pada kegiatan pemupukan RP, Kieserite, MOP dan Urea, pupuk ditebar merata di piringan

a. b.

c. d.

Gambar 3 Pemupukan di Kebun Sei Air Hitam a). Takaran until pupuk dari potongan derigen, b). Penyusunan untilan pupuk di gudang sentral c ). Titik

suplai pupuk d). Penebaran pupuk RP di areal kebun.

Gambar 4 Titik peletakan dan arah penebaran pupuk di Kebun Sei Air Hitam. dengan pola penebaran pupuk membentuk huruf U (U-shape) pada piringan tanaman kelapa sawit. Penebaran pupuk biasanya menggunakan takaran yang

berupa mangkuk yang sudah dikalibrasikan dosisnya oleh asisten afdeling dan mandor pupuk.

Upah untuk pemupukan sudah termasuk tupah tenaga penebar, tenaga pelangsir dan tenaga pengumpul karung untilan sebesar Rp. 15 500 ha-1 untuk dosis > 1.5 kg tanaman-1, Rp. 13 500 ha-1 untuk 1 kg tanaman-1 < dosis <1.5 kg tanaman-1, Rp. 12 000 ha-1 untuk 0.75 kg tanaman-1 < dosis <1 kg tanaman-1, dan

Rp. 8 000 ha-1 untuk 0.5 kg tanaman-1< dosis < 0.75 kg tanaman-1. Besar kecilnya upah yang didapat setiap harinya dipengaruhi oleh dosis pupuk yang digunakan, luasan areal yang dipupuk, serta jumlah tenaga kerja. Untuk dosis 1.5 kg dengan luasan areal 30 ha, maka upah yang didapat sebesar Rp. 405 000 dalam sehari aplikasi pupuk.

Infus Akar dengan Unsur Hara FeSO4 (Besi)

Infus akar merupakan metode pemupukan unsur hara mikro yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan unsur mikro Fe (besi) pada tanaman kelapa sawit yang mengalami kekurangan unsur hara Fe (besi). Bahan yang digunakan adalah FeSO4 dan Asam sitrat yang dilarutkan ke dalam air. Pedoman pada pencampuran pupuk ini adalah 1 kg FeSO4 ditambahkan 0.066 kg asam sitrat dan 2.5 liter air akan menghasilkan 3 liter larutan Fe-sitrat.

Metode penginfusan yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam yaitu dengan cara mengamati secara visual tanaman yang mengalami defisensi hara Fe. Apabila terdeteksi suatu tanaman mengalami defisiensi hara maka proses selanjutnya menentukan tingkat defisiensi baik rendah, sedang, dan berat. Tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara Fe ditandai dengan ciri-ciri daun muda berwarna hijau kekuningan untuk defisiensi ringan dan akan terus menguning apabila tingkat defisiensi semakin berat kemudian patah dari pangkal pelepah daun muda tersebut. penginfusan dilakukan pada jenis tanah gambut, karena apabila pemberian Fe dilakukan secara langsung maka bahan organik akan mengkhelatkan unsur Fe yang mengakibatkan unsur Fe tidak dapat diserap oleh tanaman.

Metode untuk mengurangi defisiensi Fe diberikan larutan FeSO4 yang sudah dicampur dengan asam sitrat dan air dengan dosis 60 ml pohon-1 (20 g FeSO4) untuk defisiensi ringan, 120 ml tanaman-1 (40 g FeSO4) untuk defisiensi sedang, dan 180 ml pohon-1 (60 g FeSO4) untuk defisiensi berat. Alat dan bahan dalam yang digunakan dalam infus akar adalah dodos/koret, plastic es lilin, karet, dan larutan FeSO4 dan Asam sitrat.

Sebelum aplikasi infus akar, seorang pekerja menuliskan terlebih dahulu kode status defisiensi pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Label di cat pada tanaman kelapa sawit sesuai dengan tingkat defisensinya. Format label yang digunakan untuk menandai defisiensi kelas ringan, sedang, dan berat yaitu Fe.R/S/B. tanggal.bulan.tahun (contoh : Fe.R.24.3.13 artinya defisiensi Fe tingkat Ringan dikerjakan pada tanggal 24 bulan Maret tahun 2013 ).

a. b.

Gambar 5 Infus akar FeSO4 a). Tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi Fe dan b). Aplikasi infus FeSO4 di akar kelapa sawit

Aplikasi Infus (Gambar 5) dilakukan pada akar aktif kelapa sawit. Akar aktif di cari menggunakan peralatan berupa dodos kecil lalu akar aktif tersebut dibungkus dengan plastik dan diisi dengan larutan FeSO4. Plastik yang digunakan untuk aplikasi infus akar adalah plastik es lilin. Apabila defisiensi Fe tanaman dalam status ringan maka diberikan aplikasi satu plastik es lilin. Untuk defisiensi sedang diberikan dua plastik dan defisiensi berat diberikan tiga plastik.

Tenaga kerja infus akar merupakan karyawan berstatus SPKL (Surat perintah Kerja Lokal) atau tenaga borongan yang biasanya didominasi oleh tenaga kerja wanita dan dipimpin oleh seorang mandor perawatan. Tenaga kerja ini menggunakan sistem upah sesuai status defisiensi Fe dan jumlah tanaman yang berhasil diinfus setiap harinya. Untuk defisiensi ringan Rp. 700 tanaman-1, defisiensi sedang Rp. 800 tanaman-1, defisiensi berat Rp. 900 tanaman-1. Rotasi pengerjaan kegiatan infus dilakukan setiap tiga bulan pada masing-masing blok dengan mengacu pada tanaman yang telah diaplikasi pada bulan sebelumnya.

Permasalahan dalam infus akar berupa masih adanya pekerja yang kurang jujur dalam menentukan tingkat defisiensi Fe sehingga tanaman yang seharusnya mengalami defisiensi berat hanya diberi aplikasi sedang dengan alasan perbedaan harga upah aplikasi masing-masing tingkat defisiensi tidak berbeda jauh akibatnya apabila dalam suatu blok banyak terdapat tanaman yang mengalami defisiensi sedang maupun berat pekerja akan mendapatkan upah yang lebih kecil perbulannya dibandingkan dengan apabila suatu blok hanya mengalami defisiensi ringan saja. Sering terjadi kesalahan dalam menentukan akar aktif pada aplikasi infus, seharusnya akar yang bisa diberi perlakuan infus berupa akar aktif yang masih muda serta letak akar berada di dalam tanah dan posisi akar tidak menggantung. Permasalahan yang lain berupa kurang cekatannya pekerja dalam meletakan posisi plastik infus sehingga apabila dilakukan pengecekan infus beberapa hari setelah aplikasi maka banyak ditemukan plastik infus yang kosong akibat tertusuk akar atau pun kondisi tali pengikat yang kurang baik sehingga cairan infus habis bukan karena terserap oleh akar kelapa sawit.

Pengendalian Gulma secara Kimiawi (Chemist)

Pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida berbahan aktif glifosat, mikron herbi-4 kapasitas 10 liter, ember kecil sebagai wadah campuran herbisida dan metafuron, dan takaran dosis. Sebelum melakukan kegiatan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi, herbisida yang akan digunakan terlebih dahulu diambil di gudang Afdeling yang pembagiannya diatur oleh mandor pemeliharaan. Jenis gulma dominan yang terdapat di areal pertanaman adalah Cleome rutidospermae, Clidemia hirta, Nephrolephis biserata, Ottochloa nodosa, Ageratum conyzoides, Gleichenia linearis, Mikania micrantha, Boreria alata, Paspalum conjugatum, dan Melastoma malabathricum.

Jenis herbisida yang digunakan untuk ketiga kegiatan (pengendalian gulma pasar tengah, jalan pikul, dan piringan) adalah glifosat 480 SL dengan metafuron. Satu hektar dibutuhkan glifosat 400 ml ha-1 (dosis jalan pikul 150 ml dan piringan 250 ml) dan kebutuhan air sebanyak 6 600 ml ha-1, sedangkan metafuron dibutuhkan sebanyak 20 g ha-1.

a. b.

Gambar 6 Pengendalian gulma secara kimia b). Aplikasi herbisida di piringan dan jalan pikul a). Arah Penyemprotan Aplikasi Herbisida pada jalan pikul dan

piringan

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan oleh tim unit semprot yang terdiri dari 8 orang dan seorang supir mobil pembawa air di bawah mandoran perawatan. Penyemprotan dilakukan blok per blok dengan rotasi 3 bulan per blok. Tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan ini adalah tenaga kerja borongan atau SPKL (Surat Kerja Perintah Lokal). Upah aplikasi herbisida untuk piringan sebesar Rp. 8 000 ha-1, jalan pikul Rp. 4 500 ha-1, dan pasar tengah Rp. 12 500 km-1. Prestasi kerja tenaga penyemprot rata-rata 5 ha HK-1. Kegiatan Pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 6.

Permasalahan yang ditemukan pada kegiatan Pengendalian gulma secara kimia yaitu jumlah tenaga yang masih tergolong sedikit, standar tenaga kerja penyemprot untuk luasan 2 000-2 250 ha sebanyak 20-25 orang berdasarkan standarisasi oleh Research and Development Departement. Penggunaan alat pelindung diri (APD) masih belum menjadi prioritas standar keamanan dan kesehatan kerja pekerja penyemprot.

Pengendalian Gulma secara Manual.

Kegiatan pengendalian gulma secara manual di Kebun Sei Air Hitam meliputi babat gawangan, garuk piringan, dan dongkel anak kayu.

Babat gawangan. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara membabat gulma kelompok kayu-kayuan, jahe-jahean, pakis-pakisan, dan gulma-gulma lain menggunakan parang. Kegiatan babat gawangan dilakukan oleh karyawan SPKL dengan sistem borongan dengan upah sebesar Rp 45 000 ha-1 dan karyawan kerja harian dengan upah sesuai gaji pokok. Basis kerja seluas 1 ha HK-1 untuk pekerja harian, yang harus diselesaikan dalam waktu 7 jam kerja. Rotasi perawatan babat gawangan sebanyak sekali dalam satu tahunnya.

Permasalahan yang ditemukan pada kegiatan babat gawangan berupa kurang sesuainya hasil babatan yang dihasilkan pekerja dengan standar yang ditetapkan perusahaan, biasanya dilakukan pemeriksaan hasil kerja oleh asisten kebun setelah hasil babatan selesai dikerjakan. Mandor perawatan biasanya hanya menunjukan lokasi yang akan dibabat kepada pekerja sedangkan pengawasan proses pembabatannya dilakukan secara tidak intensif.

Garuk piringan. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara membabat, menggaruk dan mendongkel gulma yang ada pada piringan sampai piringan terbebas dari gulma sampai berdiameter 2 meter dari tanaman. Peralatan yang

digunakan berupa cados (cangkul dodos) dan parang. Kegiatan garuk piringan dilakukan oleh karyawan SPKL dengan sistem borongan dengan upah sebesar Rp. 85 000 ha-1. Kegiatan garuk piringan dilaksanakan dengan rotasi sebanyak sekali dalam setahun.

Permasalahan yang ditemukan pada kegiatan garuk piringan berupa diameter hasil garukan yang belum memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan. Populasi gulma di piringan yang sangat rapat, sehingga memperlambat kegiatan pengerjaan garuk piringan. Kondisi piringan yang masih bergulma juga ditemukan pada saat proses pemupukan dilaksanakan.

Dongkel anak kayu. Kegiatan dongkel merupakan kegiatan mencabut gulma jenis anak kayu (tukulan, keladi, kopi-kopian, dan jenis anak kayu lainnya) (Gambar 7) di sekitar piringan, jalan pikul, gawangan mati dan sekitaran parit-parit blok. kegiatan dongkel dikerjakan oleh karyawan SPKL dengan sistem borongan dengan upah sebesar Rp. 50 000 ha-1 dan karyawan harian dengan upah sesuai gaji pokok, dengan standar kerja 1.5 ha HK-1. Serta premi mandor untuk kegiatan babat gawangan, garuk piringan, dan dongkel sebesar Rp. 1 500 Ha-1.

Permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan dongkel berupa populasi

Dokumen terkait