• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembibitan

Pembibitan merupakan tempat menumbuhkan kecambah atau proses mengembangkan kecambah menjadi bibit dan memelihara bibit sampai siap tanam di lapangan. Pembibitan di PT. TMP dilakukan di Manggala 1 divisi II blok C010 dengan luas 29.3 ha. Kecambah yang digunakan yaitu Marihat (LTC dan SMB) dan Socfindo (Lame dan Yangambi). Sistem pembibitan yang digunakan dua tahap (double stage) yaitu tahap pre-nursery dan tahap main-nursery. Pembibitan ini dilakukan untuk menyediakan bibit di Kebun MGE-1, MGE-2 dan MGE-3 yang melakukan penanaman kembali (replanting) karena produksi yang menurun.

Kegiatan yang dilakukan di pre-nursery mulai pembuatan bedengan tempat penyusunan babybag. Kegiatan yang dikuti penulis yaitu mengisi media tanam yang digunakan dalam babybag ukuran 15 cm x 23 cm x 0.1 cm dengan komposisi topsoil (40%), liat (40%) dan pasir (20%). Penulis juga melakukan pengawasan sebelum penanaman dilakukan dengan melakukan seleksi kecambah dengan kriteria kecambah normal, double tone dan abnormal yang didampingi oleh mandor. Kecambah normal yaitu kecambah yang memiliki pluma dan radikula yang tegak lurus. Kecambah abnormal yaitu kecambah yang memiliki salah satu plumula atau radikula patah, kecambah patah dan kecambah mati. Kecambah yang diseleksi kemudian ditanam dalam babybag yang terlebih dahulu media tanam di aplikasikan mycoriza (mycogold) dengan dosis 50 g babybag-1. Kecambah normal ditanam di atas mycoriza dengan meletakkan plumula pada bagian atas, radikula pada bagian bawah dan ditutup menggunakan tanah. Sedangkan kecambah doble tone di tanam pada bedengan yang terpisah dan bibit yang di jaga dua kecambah, namun setelah umur 6 minggu (1.5 bulan) dilakukan pemisahan bibit secara teliti dan ditanam pada bedengan yang telah disiapkan. Penyiraman tahap pre-nursery dilakukan dua kali penyiraman selama 10 menit dengan volume 0.2-0.3 liter babybag-1.

Kegiatan pada tahap pre-nursery dilakukan selama 3 bulan (12 minggu) sebelum dilakukan transplanting ke tahap main-nursery. Sedangkan bibit double tone dilakukan transplanting setelah umur 4 bulan (16 minggu). Hasil seleksi kecambah dilakukan pada 3 bungkus kecamabah dengan jumlah masing-masing kecambah sebanyak 103 kecambah. Jumlah kecambah yang diseleksi sebesar 309 kecamabah dengan kriteria kecambah normal 209 kecambah, double tone 83

kecambahdan afkir 7 kecambah. Seleksi kecambah dapat dilihat pada Gambar 1.

Permasalahan yang dihadapi yaitu pencampuran komposisi media tanam yang belum sepenuhnya memenuhi standar kebun. Hal ini disebabkan pengambilan media tanam oleh dump-truck sehingga pencampuran media yang tidak merata pada saat pengisian babybag. Solusi menghadapi permasalahan yaitu dengan meningkatkan pengawasan terhadap pengambilan media tanam dan pengisian babybag sehingga seluruh media tercampur secara merata.

Pembibitan tahap main-nursery penulis mengikuti kegiatan mulai dari pengisian polybag berukuran 40 cm x 50 cm x 0.2 cm dengan media tanam yaitu topsoil (40%), liat (40%) dan pasir (20%). Prestasi penulis dapat mengisi 75 polybag, sedangkan prestasi karyawan 200 polybag, ini masih jauh dari prestasi kerja yang diharapkan. Kegiatan selanjutnya melakukan transplanting bibit per-nursery ke main-nursery. Transpalanting yaitu proses pemindahan bibit dari media tanaman sebelumnya (pre-nursery) ke polybag (main-nursery) mulai dari

proses seleksi di pre-nursery, pengangkutan dan penanaman. Penanaman

dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan menyesuaikan ukuran babybag

dan pengaplikasian pupuk dasar (Rock Phospate) 120 g polybag-1 sebelum penanaman. Prestasi karyawan pada saat transpalantig pembibitan yaitu 100 polybag HK-1. Kagiatan selanjutnya yaitu dengan melakukan pemeliharan (pemupukan, pengendalian hama dan pengendalian penyakit) dan penyiraman bibit. Dosis pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 4. Pupuk yang digunakan yaitu NPK (14:13:9+TE(2.5)). Sedangkan penyiraman dilakukan tahap main-nursery dilakukan dua kali penyiraman selama 20 menit dengan volume 3-5 liter polybag-1.

Tenaga kerja pembibitan dilakukan oleh tenaga SKU bulanan yang dengan jumlah 51 orang dan dipimpin oleh asisten pembibitan, mandor I, krani pembibitan dan empat kemandoran pembibitan.

Kegiatan seleksi pada pembibitan dilakukan pada dua tahap dengan sebesar 30%. Seleksi tahap pertama dilakukan di pre-nursery umur 10-12 minggu sebesar 12% dan tahap main-nursery umur 24-26 minggu sebesar 6% dan umur 36-56 minggu sebesar 12%. Tahapan seleksi, penulis mengikuti pelatihan seleksi bibit di pre nursery dan pemusnahan bibit di main nursery. Kegiatan seleksi bibit (culling) terdapat kriteria bibit yang harus di seleksi. Kriteria bibit yang harus di seleksi yaitu juvenil, kerdil (runt), tajuk rata (flat top), daun bulai (chimera), tajuk lemah(limp), anak daun jarang (wide internode), anak daun sempit (short internode), tegak, dan penyakit tajuk (crown disease).

Gambar 1. Seleksi Kecambah: (A) Kecambah afkir, (B) Kecambah normal (C) Kecambah double tone

Tabel 4 Dosis pupuk, dosis insektisida dan dosis fungisida tahap main-nursery Umur

(minggu)

Jenis Pupuk Insektisida jenis

Decis/Mantap (konsentrasi %) Fungisida jenis Dithane (gram pokok-1) NPK (gram pokok-1) Kiserit (gram pokok-1) 14 - - 0.1 0.03 16 5 - 0.1 0.03 18 10 - 0.1 0.04 20 15 - 0.1 0.04 22 20 - 0.1 0.04 24 - - 26 25 10 28 - - - - 30 25 - 0.13 0.06 32 - - - - 34 25 - 0.13 0.06 36 - - - - 38 25 - 0.13 0.06 40 - - - - 42 30 10 0.13 0.06 44 - - - - 46 30 - 0.13 0.09 48 - - - - 50 30 - 0.2 0.09 52 30 - - - 58 30 - 0.1 0.09

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma merupakan kegiatan mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman untuk mengurangi kompetisi hara, air, dan cahaya terhadap tanaman. Tujuan dari pengendalian gulma untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, perawatan tanaman, sanitasi, menekan populasi hama dan taksasi panen. Pengendalian gulma di Kebun Manggala 1 dilakukan di piringan (cyrcle) dan gawangan (interrow) dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian secara manual terdiri atas garuk piringan (raking) dan pembabatan gulma di gawangan. Jenis gulma yang dominan di Kebun Manggala 1 yaitu Stnochlaena palustris, Scelaria sumatrensis, Ageratum conyzoides, Melastoma malabatricum, Digitaria sp, Chrolaena odorata, Clidemia hitra, Paspalum conjugatum dan Asystasia intrusa.

Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan menggunakan herbisida. Herbisida merupakan senyawa kimia yang dapat mematikan gulama secara selektif maupun non-selektif. Herbisida di aplikasikan secara merata terhadap gulma. Penyemprotan dilakukan pada areal TBM dan areal TM. Pengendalian di TBM dan TM dilakukan di gawangan dan piringan masing masing dengan rotasi dua kali dan tiga kali dalam setahun. Herbisida yang digunakan yaitu merk dagang Prima-Up dengan bahan aktif Isopropil amina glyphosat 480 gl-1 setara dengan Glyphosat 356 gl-1, merk dangang Meta-Prima dengan bahan aktif Metil metsulfuron 20%, dan merk dagang Kenlon dengan

bahan aktif Triklopir butoksi etil ester 480 gl-1. Kebun Manggala 1 mengendalikan gulma secara kimia menggunakan sistem Block Spraying Sitem (BSS). BSS yaitu sistem penyemprotan yang terkonsentrasi pada satu blok yang dilakukan dengan bergerak bersama. Pengendalian gulma secara kimia terdiri atas dua mandoran yaitu kemandoran tim semprot kebun (TSK) terdiri dari 6 orang dan kemandoran BSS atau geng semprot terdiri dari 10 orang. TSK menggunakan alat semprot yaitu Knapsack sprayer 15 L dengan nozle deflektor warna merah dengan lebar semprot 1.5 m dan BSS menggunakan Knapsack sprayer 17 L dengan nozle deflektor warna merah dan kuning dengan lebar semprot 1.5 m. Pengendalian gulma dilakukan dengan pengendalian gulma di piringan dan pengendalian gulma di gawangan.

Penyemprotan piringan dimulai dengan pembagian hancak oleh mandor dengan prestasi kerja karyawan 5 ha HK-1 dan penulis disini melakukan tugas sebagai tukang pengangkut air pada TSK. Herbisida yang dipakai menggunakan glyphosat 250 ml ha-1 dan metil metsulfuron 20% (250 g l-1) yang sudah dilarutkan dengan 2.5 L air (kosentrasi 10%). Penyemprotan piringan dilakukan menggunakan knapsack 15 L dengan volume semprot 2 kep ha-1 dengan masing masing dosis herbisida 125 ml kep-1. Prestasi penulis dalam penyemprotan di pringan yaitu melakukan pencampuran herbisida dan mengisi 50 knapsack terhadap 5 tenaga kerja. Sedangkan pengendalian gulma di gawangan dimulai dengan pembagian hancak oleh mandor dan penyemprotan di mulai jalan koleksi sampai ke pasar tengah dengan prestasi kerja 3 ha HK-1 dan penulis disini bekerja sebagai pendamping mandor. Untuk jenis herbida yang digunakan baik di piringan maupun di gawangan tergantung persediaan yang ada di gudang.

Permasalahan yang dihadapi penulis pada saat penyemprotan yaitu keadaan gulma yang tinggi menyebabkan kebutuhan bahan dan volume semprot meningkat. Solusi dalam menghadapi permasalahan yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan rotasi yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan gulma di piringan maupun digawangan dapat dikendalikan.

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma dilakukan pada garuk piringan (Raking) dan babat gawangan. Pengendaian gulam secara garuk piringan harus bebas dari gulma (kondisi W0) agar akar tanaman kelapa sawit yang terdapat di piringan tidak mengalami kompetisi dengan gulma. Kegiatan ini dilakukan dengan membabat terlebih dahulu apabila pertumbuhan gulma tinggi, menggaruk, mendongkel anak kayu, dan mendongkel kentosan (anak sawit) yang berada di piringan sampai 2-2.5 meter dari pokok sawit. Peralatan yang digunakan berupa cangkul dodos (cados) dan parang. Pekerjaan garuk piringan dilakukan berdasarkan kesepakatan surat kerja (SPK) dengan sistem borongan dengan upah sebesar Rp 100 000 ha-1. Sedangkan pekerjaan garuk piringan dilakukan oleh tenaga SKU apabila tenaga alokasi kerja divisi berlebih dengan norma kerja 100 pokok HK-1. Rotasi garuk piringan dilakukan sekali setahun. Penulis melakukan pengawasan garuk piringan pada saat kegiatan di lakukan pekerja SPK. Permasalahan yang di hadapi penulis pada saat pengawasan terdapat hasil garuk belum memenuhi standar yang ditetapkan kebun, kondisi piringan yang masih bergulma dan para pekerja melakukan garuk piringan di sore hari setelah jam kerja kebun selesai sehingga pengawasan dalam kegiatan ini berkurang.

Pengendalian gulma manual dengan babat gawangan bersamaan dengan mendongkel anak kayu (DAK). DAK dilakuakan dengan membongkar gulma sampai ke akarnya, gulma yang dibongkar yaitu anak kayu dan kentosan. Rotasi babat gawangan dilakukan sekali setahun dengan norma kerja sebesar 0.5-1 ha HK-1, sedangkan prestasi penulis sebesar 0.5 ha HK-1. Penulis melakukan babat gawangan pada areal TBM dengan kondisi gulma yang tinggi. Jenis gulma yang dominan di areal TBM yaitu Scelaria sumatrensis, Paspalum conjugatum dan Melastoma malabatricum. Peralatan yang digunakan berupa parang dan cados.

Permasalahan yang dihadapi penulis yaitu kekurangan tenaga kerja dalam melakukan pengendalian gulma dengan babat. Kekurangan tenaga kerja disebabkan rendahnya prestasi tenaga kerja yang diperoleh karena pengaruh gulma yang tinggi pada areal TBM. Solusi dalam mengatasi permasalahan yaitu penambahan tenaga kerja dan melakukan pengendalian gulma sesuai dengan rotasi yang ditetapkan. Kegiatan pada pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar 2.

(A) (B) (C)

Gambar 2. Pengendalian Gulma: (A) Pengendalian secara kimiawi di piringan, (B) Pengendalian secara kimiawi di gawangan, (C) Pengendalian secara manual di piringan TBM.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu kegiatan dari pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Pengendalian hama sangat penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Jenis hama yang dominan ada di Kebun Manggala 1 yaitu hama golongan serangga (ulat api dan ulat kantong) dan tikus. Pengendalian hama dilakukan secara biologis dan kimia. Pengendalian secara biologis yaitu dengan penanaman tanaman yang bermanfaat (Beneficial plant) dan pengendalian kimia menggunakan trunk injection dan penyemprotan insektisida. Kegiatan pada pengendalian hama dapat dilihat pada Gambar 3.

Pengendalian hama serangga. Pengendalian hama golongan serangga yaitu ulat kantong (Mahasena corbetti), ulat api (Shenthosea asigna) dan kumbang tanduk (Oryctes rhinocheros). Serangga ulat kantong dan ulat api pada tanaman kelapa sawit ini perlu di perhatikan karena dapat merusak daun dan dapat menurunkan produksi. Pengendalian hama ini dilakukan dengan melakukan sensus hama dan tindakan pengendaliannya. Presatasi kerja dalam sensus hama dilakukan dalam satu tim sensus (2 orang) dengan output satu blok tim-1 dan penulis melakuakan kegiatan sensus dengan tim sensus. Tindakan pengendalian hama ini dengan penanaman Beneficial plant dan pengendalian secara kimia. Beneficial plant menyediakan madu bagi parasitoid dan peredator ulat kantong dan ulat api sehingga dapat mendorong perkembangan musuh alami. Beneficial plant yang di tanam di Kebun Manggala 1 yaitu Casia cobanensis, Turnera

subulata dan Antigonen leptopus dengan komposisi 1 Beneficial plant yang

mewakili 1% ha-1 dengan komposisi 60% : 20% : 20%. Sedangkan

pengendalalian secara kimia menggunakan trunk injection bahan aktif asefat 75% dengan dosis 15 ml pokok-1.

Pengendalian Kumbang tanduk pada areal TBM menggunakan insektisida dengan bahan aktif Siprtmetrin 500 ml ha-1. Prestasi kerja dalam trunk jection dilakukan dalam satu tim kerja (2 orang) dengan output 5 ha HK-1, dan penulis ikut melakukan kegiatan dengan tim kerja. Prestasi kerja pengendalian hama kumbang tanduk yaitu 5 ha HK-1, dan penulis melakukan kegiatan dalam pengawasan pengendalian kumbang tanduk.

Pengendalian hama tikus. Pengendalian ini menggunakan pemasangan kandang burung hantu (BOB) dengan perbandingan 1:20 (terdapat 1 BOB dalam kawasan 20 ha). Pengembangan BOB ini memiliki tujuan dalam penyediaan tempat tinggal burung hantu dan menjadikan burung hantu sebagai musuh alami dalam pengendalian tikus. Jenis burung hantu yang digunakan di Kebun Manggala 1 yaitu Tyto alba.

(A) (B) (C) (D)

Gambar 3. Pengendalian Hama: (A) Casia cobanensis, (B) Antigonon leptopus, (C) Turnera subulata (D) Kandang burung hantu

Permasalahan yang dihadapi penulis saat pengendalian hama serangga yaitu banyak pelepah yang dipotong untuk sensus hama serangga. Pemotongan pelepah digunakan dalam pengambilan contoh daun terhadap kegiatan sensus hama. Berdasarkan standar kebun, kegiatan sensus hama serangga di lakukan dua kali sebulan dengan sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah pelepah dan yang akan berhubungan dengan tingkat produksi. Permasalahan lainnya yaitu kekurangan tenaga kerja dalam melakukan sensus hama serangga. Kekurangan tenaga kerja ini disebabkan oleh sistem sensus yang dilakukan dua kali sebualan sehingga membutuhkan tenaga kerja yang besar. Solusi dalam menghadapi permasalahan yaitu pengurangan kegiatan sensus hama serangga dengan mengendalikan hama serangga dengan mengoptimalkan pegendalian secara biologis menggunakan benefical plant.

Panen

Panen merupakan proses pengambilan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang telah memenuhi kriteria matang panen dari pokoknya, selanjutnya bersamaan brondolannya diangkat ke tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). Sistem panen yang dilakukan di Kebun Manggala 1 yaitu Block Harvesting Sistem (BHS). BHS merupakan sistem pemotongan buah yang terkonsentrasi pada satu daerah kerja (seksi panen) yang

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)

telah di tentukan. Urutan kegiatan panen yang ada di Kebun Manggala 1 yaitu

pemotongan pelepah penyangga, pemotongan TBS, penyusunan pelepah (

U-Shape Front Stacking), pengutipan brondolan, pemotongan tangkai TBS maksimal 5 cm, pengangkutan TBS ke TPH, penomoran di setiap TBS dan pengangkutan TBS ke pabrik selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Kriteria panen. Merupakan Indikasi dalam menentukan buah matang yang dapat dipanen. Kriteria panen yang digunakan di Kebun Manggala 1 yaitu adanya TBS yang sudah membrondol minimal 10 brondolan yang terlepas secara alami. Mutu panen merupakan tujuan dari hasil dalam pemanenan yang baik, mutu panen ditentukan oleh drajat kematangan buah yang mempengaruhi rendemen minyak asam lemak bebas (ALB). Tingkat kematangan panen dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat kematangan dan kriteria panen Kebun Manggala 1

Tingkat kematangan Kategori Toleransi

Un-ripe (mentah) 0-4 brondolan 0 %

Under- ripe (kurang matang) 5-9 brondolan <5 %

Ripe (matang) 10 atau lebih brondolan >95 %

Empty bunch (janjang kosong) Brondolan lepas per janjang > 95 % 0 %

Long stalk (gagang panjang) Panjang tangkai > 5 cm 0 %

Old bunch (buah restan) Lebih dari 48 jam 0 %

Sumber : Pedoman Budidaya Kelapa Sawit Minamas Plantation

Sistem panen. Sistem panen yang digunakan di Kebun Manggala 1 yaitu BHS yang terkonsentrasi pada seksi panen dengan menggunakan hancak tetap. Seksi panen yaitu pembagian luasan areal yang diberikan kepada pemanen dalam waktu sehari. BHS dilakukan agar semua areal terpanen, memudahkan dalam perpindahan hancak dan mengefesienkan pengangkutan TBS. Pembagian seksi panen divisi III Kebun Manggala 1 terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas seksi panen divisi III Kebun Manggala I

Seksi panen Blok Tahun tanam Luas (ha)

A C010, D010 1993, 1992 130.26 B D011, D012, D013 1992, 1992, 1992 126.57 C D014, E014 1992, 1992 128.71 D E013, F013 1992, 1992 147.15 E E012, E011 1992, 1992 136.25 F G013, G012, G011 1992, 1992, 1992 150.86

Total Luas Divisi III 819.8

Pelaksanaan panen menggunakan sistem non DOL (Division of labour) yaitu penen di lakukan sekaligus dengan mengutip brondolan. Kebun Manggala 1 divisi III di bagi 6 seksi panen dalam 3 mandoran masing masing mandoran memilki tenaga panen 13-15 orang. Prestasi karyawan pemanen menggunakan jumlah janjang atau sesuai dengan basis yang telah ditetapkan dan apabila melebihi prestasi panen akan mendapatkan basis borong. Prestasi penulis dalam

melakukan panen dalam dua hari rata rata 11.5 janjang sedangkan perstasi karyawan rata-rata 72.5 janjang.

Rotasi Panen. Rotasi panen atau pusingan yaitu waktu panen yang diperlukan antara panen terakhir dengan penen selanjutnya pada seksi panen yang sama. Rotasi panen di Kebun Manggala 1 ditetapkan <9 rotasi. Rotasi panen ini dilakukan agar dapat menjaga produksi, kualitas buah, pengolahan pabrik dan biaya. Rotasi panen yang terlalu tinggi menyebabkan kehilangan yang tinggi dan penurunan kualitas miyak (ALB meningkat). Rotasi panen yang rendah

menyebabkan banyak buah under-ripe dan unripe terpanen sehingga

mempengaruhi kualitas minyak. Rotasi penen yang di gunakan di Kebun Manggala 1 yaitu 6/7, artinya luas areal dibagi 6 seksi panen untuk 7 hari.

Taksasi Panen. Taksasi panen yaitu perkiraan jumlah pokok yang dapat dipanen dari seluruh pokok yang ada dalam satu blok yang akan dipanen. Sistem perhitungannya dengan mengamati sampel atau jumlah TBS siap panen dalam satu blok. Sampel yang diamati minimal 5% dari total luasan dalam satu blok. Kegiatan taksasi ini dilakukan sebelum panen dilakukan dengan tujuan mengetahui taksasi produksi harian, kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan transportasi pengangkut TBS. Penulis melakukan taksasi penen pada dua seksi panen B dan seksi panen C dengan masing masing sebesar 8.05% dan 8.65%.

Basis, Premi Panen dan Alat Panen. Basis panen yaitu target minimum tonase atau jumlah janjang bersadasarkan bobot janjang rata-rata (BJR) yang harus dipanen dalam satu seksi untuk mendapatkan premi panen. Premi panen yaitu pemberian intensif tambahan diluar gaji pokok sesuai dengan prestasi kerja setelah basis borong tercapai. Kebun Manggala 1 menerapkan basis panen menggunakan basis borong. Alat panen yang digunakan di Kebun Manggala 1 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Alat panen Kebun Manggala 1.

No Nama Alat Keterangan

1 Pisau egrek Pemotong buat tanaman yang berumur lebih dari

9 tahun,

2 Gagang egrek Aluminium ukuran 6 m – 12 m sebagi tiang

egrek.

3 Gancu Besi beton untuk mengangkut dan membongkar

TBS dari angkong

4 Angkong Alat transportasi TBS dari dalam blok ke TPH

5 Kampak Pemotong tangkai TBS

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)

Permasalahan yang dihadapi penulis pada aspek panen yaitu selisih taksasi produksi dan aktual produksi yang berbeda tinggi, basis panen tidak tercapai dan alat panen kurang. Penyebab selisih taksasi produksi dan aktual produksi yang berbeda yaitu jumlah pokok contoh yang diambil pada saat melakukan taksasi masih sedikit dan pengaruh faktor lingkungan (hujan pada sore atau malam hari) menyebabkan buah matang meningkat. Solusi dalam menghadapi masalah yaitu menambah jumlah pokok contoh dalam melakukan taksasi produksi dan taksasi produksi dilakukan lebih teliti. Penyebab basis yang tidak tercapai yaitu jumlah

Gambar 4. Contoh Label pada Pokok Contoh LSU

TBS matang tidak banyak (produksi turun). Solusi dalam menghadapi permasalahan ini dengan menambah luas areal panen sehingga basis panen dapat tercapai. Penyebab alat panen yang kurang karena alat yang digunakan mengalami kerusakan atau alat panen patah pada saat pemotongan buah berlangsung. Solusi dalam menghadapi masalah ini dengan menyediakan alat panen cadangan digudang apabila terjadi kerusakan di lapangan.

Leaf Sample Unit (LSU)

Leaf Sample Unit (LSU) merupakan pengambilan sampel daun tanaman yang diperkirakan dapat mewakili seluruh tanaman sebagai indikator status hara yang menggambarkan kekurangan dan kelebihan hara tanaman. Langkah awal dalam penyusun rekomendasi pemupukan tahun yang akan datang berdasarkan hasil analisa LSU dan hasil pengamatan defesiensi secara visual di lapangan akan dihubungkan dengan data produksi pada periode sebelumnya.

Kegiatan pengambilan contoh daun dilakukan dua kali setahun. Pengambilan contoh daun di Kebun Manggala 1 dilakukan pada awal Maret atau 3 bulan sebelum periode selanjutnya. Pengambilan contoh daun dilakukan pada pagi-siang hari (07.00-12.00 WIB). Kegiatan LSU sebaiknya tidak dilakukan pada musim hujan, musim kemarau berkepanjangan dan pada saat aplikasi pemupukan pada areal yang akan diambil taman contoh. Peralatan yang digunakan dalam pengambilan contoh daun yaitu kertas label yang berisi nama Kebun/divisi, blok dan tahun tanam, luas (ha) dan sistem pengambilan, tanggal dan nama pengambil, egrek, gunting/pisau, palastik daun contoh, cat warna biru, kuas dan alat tulis. Pengambilan contoh daun dilaksanakan oleh tim sensus yang telah diberikan pelatihan oleh Minamas Reasearch Center (MRC). Tim sensus terdiri atas dua orang petugas. Petugas pertama memiliki tugas mengamati kondisi tanaman yang disensus, mencatat data yang diperlukan, menentukan anak daun contoh, memotong dan menyimpan anak daun contoh dalam wadah plastik. Petugas kedua memiliki tugas menulis label pada pokok, menentukan pelepah ke-17, memotong dan menurunkan pelepah ke-17. Pemberian contoh label pokok LSU dapat dilihat pada Gambar 4.

Tanda masuk baris pertama

Tanda masuk baris Tanda pindah baris

Tanda masuk baris penutup

Nomor awal TS

Nomor TS

Pengambilan contoh daun dilakukan pada pelepah ke-17. Sistem pengambilan contoh daun yang digunakan yaitu sistem 10 x 10 = 30. Artinya pemilihan pokok contoh dilakukan setiap selang 10 pokok dalam barisan dan setiap selang 10 baris antar barisan dan mulai di ambil dari pokok ke-3. Kegiatan pengambilan contoh daun diawali dengan menentukan titik sampel (TS), dari arah barat-timur (B-T). Pada pengambilan tanaman contoh pokok yang sudah diambil daun contohnya diberi nomor penandaan mulai dari pokok awal sampai pokok terakhir. Pokok yang tidak boleh dipakai tanaman contoh yaitu pokok yang terletak di pinggir jalan, di pinggir sungai, pinggir parit, pinggir bangunan, bersebelahan dengan pokok mati atau kosong, pokok terserang penyakit dan pokok abnormal. Dalam pengambilan contoh daun penulis ikut dalam satu tim dengan perstasi kerja 1 blok per tim. Hasil pengamatan pada defisiensi hara secara visual disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Defesiensi hara tanaman

Dokumen terkait