• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Tanaman Mengasilkan Di Kebun Manggala 1 Pt. Tunggal Mitra Plantation, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Tanaman Mengasilkan Di Kebun Manggala 1 Pt. Tunggal Mitra Plantation, Riau"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (

Elaeis

guineensis Jacq.

) TANAMAN MENGHASILKAN

DI KEBUN MANGGALA 1 PT. TUNGGAL

MITRA PLANTATION, RIAU

BAHSAN ADE PUTRA HSB

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan di dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

(4)

BAHSAN ADE PUTRA HSB. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman mengasilkan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation, Riau. Dibimbing oleh Suwarto.

Kegiatan magang di laksanakan mulai 9 Februari sampai 9 Juni 2015 di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation terletak di Desa Siarang-arang, Pamatang Damar, Kecamatan Pujud, Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi Riau. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan, kemampuan profesional dan keterampilan kerja dalam meningkatkan aspek pengetahuan proses kerja dan manajerial dalam pengolahan tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus magang yaitu pengelolaan produksi pada kelapa sawit dengan pendekatan pemupukan yang efektif dan efisien harus memenuhi prinsip 5 Tepat (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Cara, Tepat Tempat dan Tepat Waktu). Pengamatan yang dilakukan terhadap ketepatan jenis pupuk dan waktu pemupukan sudah memenuhi prinsip ketepatan, namun ketepatan dosis, cara dan tempat pemupukan belum memenuhi standar ketepatan perusahaan.

Kata kunci : Kelapa sawit, ketepatan pemupukan tanaman menghasilkan, manajemen pemupukan.

ABSTRACT

BAHSAN ADE PUTRA HSB. Fertilization Management of Oil Palm (Elaeis

guineensis Jacq.) mature plant at Manggala 1 Estate PT. Tunggal Mitra Plantation, Riau. Supervised by Suwarto.

The internship was conducted from 9th February to 9th June 2015 in Manggala 1 estate PT. Tunggal Mitra Plantation located in the village Siarang-arang, Pamatang Damar, Subddistrict Pujud, Bangko Pusako, Rokan Hilir Regency, Riau Province. Internship ware consisted of direct and indrect methods. The aims of this internship to increase knowledge, professional ability, and work skills in to improve aspects of processes work knowledge and the management of oil palm plantation. The spesific aim of this internship was to management palm production with efective and efficient fertilization whit fulfill the five principle accuracy (accuracy of type, doses, method, places and time). The observation on accuracy of type and time fertilization have fulfill principles of accuracy, but the accuracy of doses, method, and places has not fulfill the accuracy company prosedure.

(5)

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (

Elaeis

guineensis Jacq.

) TANAMAN MENGHASILKAN

DI KEBUN MANGGALA 1 PT. TUNGGAL

MITRA PLANTATION, RIAU

BAHSAN ADE PUTRA HSB

Skiripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi Dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Skiripsi merupakan hasil dari kerja analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation, Provinsi Riau. Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak 9 Februari 9 Juni 2015 dengan judul Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaies guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation, Provinsi Riau.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Sumindak dan Maruba Daulay dan seluruh keluarga besar atas segala doa dan dukungan yang diberikan.

2. Dr Ir Suwarto MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan

dan saran selama penyusunan skiripsi.

3. Dr Desta Wirnas SP MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan motivasi.

4. Kebun Manggala 1 selaku tempat pelaksanaan magang yang telah menerima penulis, membantu dan meberikan masukan.

5. Bapak Wilmar Marpaung selaku manajer Kebun Manggala I, Bapak Benny Taringan selaku kasie, Bapak Sardi selaku senior asisten, asisten pembibitan dan traksi, Bapak Esron G Surbakti selaku asisten divisi II, Bapak Priyono Simanjuntak selaku asisten divisi I, Bapak Suriyadi selaku asisten divisi IV, Bapak Jastri Mei Saragih selaku asisten divisi III, seluruh Mandor I, seluruh mandor di Kebun Manggala I dan seluruh karyawan Kebun Manggala 1 yang selalu memberikan bantuan selama penulis melaksanakan magang.

6. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura khususnya angkatan 48

(Dandelion) atas kebersamaan dan pelajaran selama masih kuliah.

7. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Tapanuli selatan (IMATAPSEL-Bogor) atas

doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Bogor, Desember 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Magang 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3

Manajemen 3

Pupuk dan Pemupukan 4

Kebutuhan Hara Tanaman 5

Ketepatan Pemupukan 6

Faktor Penunjang Ketepatan Pemupukan 7

Diagnosis Kebutuhan Pupuk 7

METODE MAGANG 7

Tempat dan Waktu 7

Metode Pelaksanaan 8

Pengmpulan Data dan Informasi 8

Analisis Data dan Informasi 9

KEADAAN UMUM 10

Letak Geografis dan Wilayah Administratif 10

Keadaan Iklim dan Tanah 10

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 10

Keadaan Tanaman dan Produksi 11

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 12

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 13

Aspek Teknis 13

Aspek Manajerial 27

PEMBAHASAN 32

Tepat Jenis 33

Tepat Dosis 34

Tepat Cara dan Tempat 35

Tepat Waktu 38

Prestasi Tenaga Kerja 39

Defisiensi Unsur Hara 40

Hubungan Produktivtas dan Pemupukan 41

KESIMPULAN DAN SARAN 43

DAFTAR PUSTAKA 44

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Luas areal dan tata guna lahan Kebun Manggala 1 11

2 Produksi dan produktivitas tandan buah segar Kebun Manggala 1 11

3 Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Manggala 1 12

4 Dosis pupuk, dosis insektisida dan dosis fungisida tahap main-nursery 15

5 Tingkat kematangan dan kriteria panen Kebun Manggala 1 19

6 Luas seksi panen divisi III Kebun Manggala I 19

7 Alat panen Kebun Manggala 1 20

8 Defesiensi hara tanaman 22

9 Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor panen 01 28

10 Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor perawatan 29

11 Rekomendasi pemupukan Kebun Manggala 1 Tahun 2014/2015 33

12 Kandungan unsur hara pupuk Kebun Manggala 1 semester II

Tahun 2014/2015 34

13 Ketepatan dosis NPK Compound di Kebun Manggala 1

semester II Tahun 2014/2015 35

14 Ketepatan jarak tabur pemupukan NPK Compound di Kebun

Manggala 1 semester II Tahun 2014/2015 37

15 Ketepatan penyebaran taburan pemupukan NPK Compound

di Kebun Manggala 1 semester II Tahun 2014/2015 36

16 Ketepatan tempat pemupukan pemupukan NPK Compound

di Kebun Manggala 1 semester II Tahun 2014/2015 37

17 Curah hujan Tahun 2009-2014 dan curah hujan tahun

2015 di Kebun Manggala 1 38

18 Prestasi kerja penabur pupuk divisi III Kebun Manggala 1 39

19 Korelasi antara tahun pemupukan unsur K terhadap produktivitas 42

20 Korelasi antara tahun pemupukan unsur K terhadap produktivitas 42

21 Perbandingan rekomendasi dan realisasi pemupukan 43

DAFTAR GAMBAR

1 Seleksi kecambah 14

2 Pengendalian Gulma 17

3 Pengendalian Hama 20

4 Contoh Label pada Pokok Contoh LSU 21

5 Pengaplikasian Janjang Kosong 24

6 Peta rencana pergiliran waktu pemupukan divisi III 25

7 Alur Pemupukan 26

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di

Kebun Mangga 1 47

2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor

di Kebun Mangga 1 48

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping

asisten divisi III Kebun Manggala 1 50

4 Peta Kebun Manggala 1 53

5 Data Curah Hujan Kebun Manggala 1 54

6 Struktur organisasi Kebun Manggala 1 55

7 Produksi dan produktivitas TBS Kebun Manggala 1 56

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting dalam peningkatan devisa negara. Tanaman kelapa sawit telah dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia dan menjadi unggulan tanaman perkebunan karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kelapa Sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang mempunyai produktivitas dan keunggulan lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia terus meningkat setiap tahun. Luas areal kelapa sawit tahun 2014 mencapai 10 956 231 ha dengan produksi CPO mencapai 29 344 479 ton dengan produktivitas rata-rata CPO sebesar 3 568 kg ha-1 tahun-1. Pada tahun 2013 Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan volume ekspor mencapai 20 577 976 ton dengan nilai US$ 15 838 850 000 (Ditjenbun 2014). Kelapa sawit memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Minyak kelapa sawit memiliki banyak produk turunan baik di bidang pangan maupun non pangan, sehingga menjadi sumber penghasil devisa non-migas Indonesia.

Produktivitas tandan buah segar (TBS) ditentukan oleh ketersediaan hara dalam tanah. Kemampuan tanah dalam penyediaan unsur hara secara terus-menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Menurut Risza (2010) pemupukan merupakan proses penambahan tersedianya unsur hara dan perbaikan struktur tanah serta penggantian unsur-unsur hara yang hilang diserap atau diangkut oleh tanaman seperti yang tersimpan dalam tubuh tanaman, akibat penunasan, kastrasi, dan pemanenan buah. Pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil (Pahan 2013). Pemupukan sangat bermanfaat dalam melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi. Pemberian pupuk pada kelapa sawit biasanya dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman. Peningkatkan produktivitas tanaman dapat dilakukan dengan pemupukan yang efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan.

(16)

Strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep efektivitas dan efesiensi yang maksimum. Pemupukan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pembibitan, tahap tanaman belum menghasilkan (TBM), dan tahap tanaman menghasilkan (TM) sesuai dengan ketentuan neraca hara.

Manajemen pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas produk yang dihasilkan. Manajemen pemupukan penting untuk dipelajari, karena untuk menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan agar tercapai pemupukan yang efektif dan efisien.

Tujuan Magang

Kegiatan magang ini secara umum memiliki tujuan untuk meningkatkan wawasan, kemampuan profesional, keterampilan dan pengalaman kerja mahasiswa. Adapun aspek khusus pada kegiatan magang ini adalah teknik pemupukan terhadap kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu jenis tanaman paku yang menghasilkan salah satu jenis minyak nabati yang berasal dari benua Afrika. Klasifikasi tanaman kelapa sawit yaitu: Divisi Embrophyta Siphonagama, sub divisi Pteropsida, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili Arecaceae sub family Cocoidae genus Elaeis spesies E. guineensis Jacq (Pahan 2013).

(17)

sedangkan yang bagian generatif berfungsi sebagai alat pembiakan terdiri dari bunga dan buah.

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan khatulistiwa 120 LU-120 LS. Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah hingga pada lahan dengan elavasi 1 000 meter di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian pertumbuhan dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam pada lahan dengan elavasi antara 0-500 meter dpl. Pada ketinggian tempat lebih dari 500 meter dpl, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi namun produksinya relatif rendah (Pahan 2013).

Manajemen

Menurut Kusumastuti (2009) manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Secara umum terdapat empat fungsi manajemen yang sering disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling). Dua fungsi pertama dikategorikan sebagai kegiatan mental, sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik.

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecendrungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Proses yang menyangkut strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan dirancang dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.

3. Fungsi Pengarahan dan Implementasi (Actuating)

Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesadaran.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)

(18)

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Menurut Pahan (2013) pupuk yang digunakan untuk kelapa sawit terdiri atas pupuk anorganik dan pupuk organik.

Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara (Hardjowigeno 2007).

Menurut Poeloengan at al. (2007) Pupuk majemuk memiliki keunggulan

dibandingkan dengan pupuk tuggal, yaitu lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan dan aplikasinya di lapangan karena satu jenis pupuk majemuk yang mengandung keseluruhan atau sebahagian besar hara yang dibutuhkan tanaman.

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan organik. diperkebunan kelapa sawit berasal dari limbah pabrik kelapa sawit dan sisa-sisa daun kacang-kacangan yang sengaja ditanam saat pembukaan lahan. Pupuk organik bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman kelapa sawit (Pahan 2013).

Menurut Pahan (2013) penambahan bahan organik akan mempengaruhi sifat kimia tanah melalui beberapa hal, sebagai berikut :

1. Peningkatan nilai KTK tanah karena serapan (sorption) hara oleh asam humat. 2. Persediaan hara dari dekomposisi humus dan mineral-mineral tanah yang

terlarut.

3. Pengikatan hara dalam kompleks senyawa organik. 4. Pengaruh dari pengatur tumbuh yang dihasilkan tanah.

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang sehat sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang maksimum, ekonomis dan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Sutarta at al. 2007). Efektifitas pemupukan berhubungan dengan tingkat atau persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Sedangkan efisiens pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, transportasi dan upah tenaga kerja) dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan (Saputra 2012).

(19)

pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah (Saputra 2012).

Menurut Pahan (2013) Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan di perkebunan kelapa sawit tergolong tinggi, yaitu sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan (Risza 2010).

Kebutuhan Hara Tanaman

Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah besar disebut unsur hara makro, sedangkan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur hara mikro. Unsur hara makro terbagi menjadi dua yaitu unsur hara makro melimpah terdiri atas karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O); unsur hara makro terbatas terdiri atas nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), belerang atau sulfur (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro terdiri atas boron (B), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molybdenum (Mo), dan khlorin (Cl) (Hanafiah 2004).

Unsur hara yang dibutuhkan oleh kelapa sawit antara lain unsur hara makro N, P, K, dan Mg serta unsur hara mikro Cu dan B (Mangoensoekarjo 2007). Fungsi unsur hara harus diperhatikan untuk meningkatkan keefektifan pupuk terhadap produksi tanaman. Beberapa fungsi unsur hara yang penting bagi tanaman kelapa sawit, antara lain:

1. Nitrogen (N) berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Gejala kekurangan N adalah tanaman menjadi kerdil, tajuk tanaman tetap hijau tetapi daun-daun tua secara merata menguning kemudian mengering dan gugur, dan pertumbuhan akar terbatas. Sumber unsur hara N adalah Urea atau ZA.

2. Fosfor (P) berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan bunga, buah, dan biji, memperkuat batang agar tidak mudah roboh, pertumbuhan akar, dan untuk metabolisme karbohidrat, serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun berwarna keunguan. Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, Rock Phosphate, SP-36.

3. Kalium (K) berfungsi untuk pembentukan pati, pembukaan stomata, daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit tinggi, dan mempengaruhi proses fisiologis pada tanaman. Unsur K juga diperlukan dalam jumah banyak, penting untuk penyusunan minyak dan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan. Kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena unsur K diangkut ke daun muda. Kekurangan unsur K ditandai dengan gejala klorosis dan terdapat bercak kecil yang terletak pada bagian tepi atau ujung daun dan antara tulang daun, lalu mengering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl.

4. Magnesium (Mg) berfungsi sebagai penyusun klorofil dalam proses

(20)

5. Tembaga (Cu) berfungsi sebagai pembentuk klorofil daun dan katalisator berbagai proses fisiologis tanaman. Kekurangan unsur Cu ditandai dengan gejala krolosis pada daun muda berwarna hijau pusat sampai kuning keputih-putihan. Sumber unsur hara Cu adalah CuSO4.

6. Boron (B) berperan penting dalam menstimulir kegiatan meristematik tanaman, sintesis gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein. Kekurangan unsur B ditandai dengan munculnya daun pancing, daun kecil dan daun sirip ikan, daun rapuh berwarna hijau gelap. Sumber unsur hara B adalah Borax.

7. Zinc (Zn) memiliki peran dalam aktivasi enzimitas dan penting dalam sintesis tryptophane, yang merupakan komponen protein dan berperan dalam produksi hormon pertumbuhan. Kekurangan unsur Zn ditandai dengan terjadinya kematian jaringan tanaman yang menyebabkan daunya tidak berukuran normal.

Ketepatan Pemupukan

Tepat Jenis dan Dosis

Jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada tanaman kelapa sawit harus disesuaikan dengan umur tanaman, jenis tanah, dan waktu aplikasinya (Fauzi et al. 2012). Strategi dalam menentukan jenis dan dosis pupuk diwarnai oleh pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis (Pahan 2013). Strategi yang dapat digunakan dalam dalam menentukan jenis pupuk yaitu memilih kombinasi jenis pupuk berdasarkan unsur hara utama dan unsur hara tambahan dan memilih jenis pupuk berdasarkan kelarutannya. Pemupukan yang efektif akan berpengaruh pada pertumbuhan yang optimal. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk dengan penggunaan dosis pemupukan untuk setiap lokasi yang selalu berbeda-beda, tergantung pada tingkat kesuburan dan umur tanaman (Fauzi et al. 2012).

Tepat Tempat dan Cara Penyebaran Pupuk

Tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan. Ada yang di dalam bokoran di tempat yang bersih dari gulma, ada juga yang ditempatkan di luar bokoran dimana gulma lunak masih dapat tumbuh. Menurut Pahan (2013). Cara menempatkan pupuk akan mempengaruhi jumlah pupuk yang diserap akar tanaman, waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh keadaan iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah dan kondisi relief, dan proses pengadaan pupuk. Manfaat pemupukan secara maksimal didapat pada bulan-bulan dengan curah hujan berkisar 100-250 mm bulan-1. Pada masa ini, kondisi tanah cukup basah (tetapi belum jenuh), sehingga memudahkan terserapnya unsur hara oleh tanaman.

Tepat Waktu

(21)

Faktor Penunjang Ketepatan Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi status pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produksi TBS. Pelaksanaan pemupukan di lapangan harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu. Faktor penunjang kegiatan pemupukan di lapangan antara lain: (1) perencanaan yang dilakukan dengan cermat yaitu penentuan rekomendasi pupuk, jenis pupuk dan penyediaan pupuk yang cukup dan tepat waktu; (2) organisasi kerja yang meliputi tenaga kerja dan trasportasi; (3) kontrol dan pengawasan. Kontrol terhadap pekerjaan pemupukan harus dilaksanakan secara seksama guna menghindari terjadinya kesalahan aplikasi di lapangan (Saputra 2012).

Diagnosis Kebutuhan Pupuk

Diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Menurut Pahan (2013) Kemampuan tanah dalam menyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat signifikan, tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia (secara kimia) untuk mencapai zona perakaran tanaman. Dalam mendiagnosis kebutuhan Pupuk dapat dilakukan dengan cara:

1. Diagnosis secara Visual

Diagnosis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dan memperhatikan kriteria yaitu membandingkan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku, adanya tanda dan gejala defisiensi hara dan membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapatkan pemupukan.

2. Diagnosis secara Kimia

Diagnosisi secara kimia dilakukan dengan menganalisis tanah dan analisis jaringan. Diagnosis secara kimia ini lebih presisi dan ilmiah jika di bandingkan dengan diagnosis secara visual.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

(22)

Metode Pelaksanaan

Metode yang dilaksanakan yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di lapangan maupun di kantor. Kegiatan magang yang dilakukan dengan melaksanakan pekerjaan di lapangan dan kantor pada berbagai tingkat pekerjaan sesuai tahapannya mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten divisi. Bulan pertama penulis bekerja sebagai KHL, kemudian satu bulan berikutnya menjadi pendamping mandor, dan dua bulan terakhir menjadi pendamping asisten divisi.

Pekerjaan yang dilakukan pada saat sebagai KHL adalah pengendalian gulma, pemupukan, aplikasi janjang kosong, pemanenan, Leaf Sampling Unit (LSU) dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan penulis sebagai KHL dapat dilihat pada Lampiran 1. Pekerjaan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Pekerjaan yang diawasi adalah pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pengangkutan hasil panen. Penulis membuat laporan harian mandor, melakukan apel pagi, mengawasi karyawan yang bekerja di lapangan. Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Pekerjaan yang dilakukan sebagai pendamping asisten divisi pada Lampiran 3, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Pekerjaan yang diawasi adalah perawatan jalan, pemupukan, pengendalian gulma dan pemanenan. Penulis membuat rencana kerja harian dan rencana kerja bulanan, melaksanakan kegiatan yang telah disusun dan mengawasi semua kegiatan yang sedang berlangsung di lapangan.

Aspek magang secara khusus yang dipelajari di perkebunan adalah teknik pemupukan. Kegiatan yang dilakukan adalah aplikasi pemupukan dengan prinsip empat tepat, mempelajari gejala defisiensi unsur hara, dan melakukan kegiatan diskusi dengan petugas gudang, KHL, mandor, dan asisten kebun.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung baik melalui pengamatan lapangan maupun berupa hasil diskusi atau wawancara dengan asisten divisi, mandor, dan karyawan selama penulis berada di lapangan. Data primer yang dikumpulkan meliputi sistem organisasi pemupukan, aplikasi pemupukan mulai dari pengangkutan dan pengeceran pupuk, ketepatan jenis dan dosis pupuk, ketepatan cara dan tempat aplikasi pemupukan, dan ketepatan waktu pemupukan, jumlah tenaga kerja dalam kegiatan pemupukan, gejala defisiensi hara tanaman, dan hubungan produktivitas dengan pemupukan serta dilakukan kegiatan diskusi dengan petugas gudang, KHL, mandor, dan asisten kebun.

(23)

dikumpulkan terkait pengumpulan data pemupukan selama magang adalah sebagai berikut:

1. Ketepatan jenis pupuk, penulis mengamati jenis pupuk yang direkomendasikan dan realisasi pemupukan yang dicapai di perkebunan pada tiap blok dalam divisi tempat magang.

2. Ketepatan dosis pupuk, data diperoleh dengan cara menimbang pupuk yang diaplikasikan oleh 9 orang penabur dan pada setiap penabur diulang sebanyak 5 kali ulangan. Hasil penimbangan pupuk dibandingkan dengan standar dosis rekomendasi pupuk yang ditetapkan pada blok yang telah ditetapkan.

3. Ketepatan cara dengan mengukjur jarak tabur pupuk dan jarak taburan dan cara pelaksanaan pemupukan, data diperoleh dengan cara mengukur jarak tabur pupuk dari pokok sampai titik tabur pemupukan dari 9 orang penabur pupuk dengan masing-masing 5 ulangan. Jarak taburan diukur jarak penyebaran pupuk dari jarak penyebaran terdekat dari batang sampai jarak penyebaran terluar dengan mengamati 10 tanaman contoh masing masing 5 ulangan. Ketepatan tempat pemupukan di lakukan secara visual dan objektif terhadap penaburan pupuk yang dilakukan.

4. Ketepatan waktu, penulis mengamati waktu realisasi pemupukan kemudian menganalisis berdasarkan data curah hujan serta mengamati kesesuaian waktu realisasi pemupukan di lapangan dengan waktu rekomendasi

5. Gejala defisiensi hara, penulis mengamati gejala defisiensi hara yang muncul pada tanaman contoh di baris 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 sebanyak 5 blok. Pengamatan gejala defisiensi hara ini dilakukan secara visual dan objektif dengan membandingkan gejala defisiensi pada tanaman dengan gejala defisiensi dari pustaka yang ada.

6. Efisiensi tenaga kerja, data diperoleh dengan menghitung prestasi kerja penabur, selanjutnya dibandingkan dengan standar kerja yang telah ditetapkan kebun. Penulis juga melakukan pengamatan efisiensi tenaga kerja yang ditetapkan kebun sebanyak 9 orang penabur dalam 3 blok yang telah ditetapkan.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum kebun (letak geografi dan letak wilayah administrasi, keadaan iklim dan tanah, luas areal kebun dan tata guna lahan, dan struktur organisasi dan ketenagakerjaan), data produksi dan produktivitas dan data pemupukan

Analisis Data dan Informasi

(24)

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

PT. Tunggal Mitra Plantation (PT. TMP) terdiri atas tiga kebun yaitu perkebunan Manggala 1 1), Manggala 2 2) dan Manggala 3 (MGE-3). Perusahanan PT. TMP tergabung dalam Minamas Plantation Group. Secara geografis Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Palantation terletak di Desa Siarang-arang, Pematang Damar, Kecamatan Pujud, Bangko Pusako, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kebun Manggala 1 memiliki curah hujan tahunan yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit. Berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan Kebun Manggala 1 pada tahun 2004 sampai 2014 adalah 1 937.9 mm tahun-1 dengan rata rata hari hujan tahunan 114 hari. Kondisi iklim Kebun Manggala 1 menurut Schmidt Ferguson bertipe iklim A (sangat Basah) dengan nilai Q = 14.24. Variabel pengamatan yang dilakukan kebun adalah curah hujan dan hari hujan. Jenis tanah Kebun Manggala 1 sebahagian besar tanah mineral (77.3%) dan tanah gambut (22.7%) pada spot tertentu. Kebun Manggala 1 memiliki kondisi tofografi tanah datar dan bergelombang. Tofografi tanah datar memiliki kemiringan 0-4% seluas 3 109 ha dan pada tanah bergelombang memiliki kemiringan 4-12 % seluas 409 ha. Jenis tanah pada lahan mineral adalah typic hapluduits (podsolik merah kekuningan) dengan tekstur tanah liat berpasir dan jenis tanah gambut adalah gambut matang.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal PT. Tunggal Mitra Palantation memiliki luas total hak guna

usaha (HGU) sebesar 13 836 ha. Luas lahan Kebun Manggala 1 sebesar 4 919.68 ha yang dibagi dalam empat divisi yaitu divisi I seluas 1 630.68 ha,

(25)

Tabel 1 Luas areal dan tata guna lahan Kebun Manggala 1

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang terdapat di Kebun Manggala 1 varietas Tenera, hasil persilangan Dura dengan Pisifera yang berasal dari Socfindo, Marihat, Rispa dan Lonsum dengan tahun tanam 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, 1998, 2013, 2014 dan 2015. Jarak tanam yang digunakan pada TM yaitu 9.15 m x 9.15 m x 9.15 m dengan populasi 136 pokok ha-1. Berdasarkan kondisi di lapangan rata-rata populasi tanaman ha-1 lebih rendah dari populasi yang seharusnya yaitu sebanyak 130 pokok ha-1. Hal tersebut disebabkan adanya tanaman mati secara alami dan sengaja ditumbang. Sedangkan jarak tanam yang digunakan pada TBM yaitu 7.9 m x 7.9 m x 7.9 m dengan populasi 185 pokok ha

-1 tahun-1. Produksi dan produktivitas TBS dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi dan produktivitas TBS Kebun Manggala 1

Tahun Luas (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton ha-1)

(26)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Manggala 1 dipimpin oleh satu orang manajer kebun (Estate Manager). Dalam melaksanakan tugas sebagai manajer kebun dibantu oleh satu orang senior asisten, empat orang asisten divisi dan satu orang kepala administrasi (Kasie). Manajer kebun memiliki tugas dalam perencanaan, pengorganisasian dan pengelolaan dalam mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam rangka mencapai produksi dan mutu kerja yang optimal. Senior asisten merangkap sebagai asisten pembibitan dan asisten transportasi unit (traksi). Senior asisten memiliki tanggung jawab langsung kepada manajer kebun dalam pengelolaan semua aspek agronomi dan non agronomi dalam manjemen kegiatan di kebun. Asisten divisi memiliki tugas dan tanggug jawab dalam mengelola divisi secara menyeluruh kegiatan kebun. Kepala administrasi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam bagian administrasi dan keuangan kebun. Asisten divisi dibantu oleh mandor 1 dan krani divisi. Mandor 1 memiliki tugas dalam pengontrolan dan mengawasi seluruh kegiatan yang ada di kebun. Krani divisi bertugas dalam kegiatan administarsi di divisi dan melaporkannya ke kantor besar. Struktur organisasi Kebun Manggala 1 dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 3. Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Manggala 1

Jenis tenaga kerja Tingkat karyawan Jumlah orang

Karyawan staff Manajer Kebun

Karyawan non-staff SKU bulanan kantor

SKU bulanan traksi

Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.12

Standar ITK perkebunan kelapa sawit 0.20-0.30

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)

(27)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembibitan

Pembibitan merupakan tempat menumbuhkan kecambah atau proses mengembangkan kecambah menjadi bibit dan memelihara bibit sampai siap tanam di lapangan. Pembibitan di PT. TMP dilakukan di Manggala 1 divisi II blok C010 dengan luas 29.3 ha. Kecambah yang digunakan yaitu Marihat (LTC dan SMB) dan Socfindo (Lame dan Yangambi). Sistem pembibitan yang digunakan dua tahap (double stage) yaitu tahap pre-nursery dan tahap main-nursery. Pembibitan ini dilakukan untuk menyediakan bibit di Kebun MGE-1, MGE-2 dan MGE-3 yang melakukan penanaman kembali (replanting) karena produksi yang menurun.

Kegiatan yang dilakukan di pre-nursery mulai pembuatan bedengan tempat penyusunan babybag. Kegiatan yang dikuti penulis yaitu mengisi media tanam yang digunakan dalam babybag ukuran 15 cm x 23 cm x 0.1 cm dengan komposisi topsoil (40%), liat (40%) dan pasir (20%). Penulis juga melakukan pengawasan sebelum penanaman dilakukan dengan melakukan seleksi kecambah dengan kriteria kecambah normal, double tone dan abnormal yang didampingi oleh mandor. Kecambah normal yaitu kecambah yang memiliki pluma dan radikula yang tegak lurus. Kecambah abnormal yaitu kecambah yang memiliki salah satu plumula atau radikula patah, kecambah patah dan kecambah mati. Kecambah yang diseleksi kemudian ditanam dalam babybag yang terlebih dahulu media tanam di aplikasikan mycoriza (mycogold) dengan dosis 50 g babybag-1. Kecambah normal ditanam di atas mycoriza dengan meletakkan plumula pada bagian atas, radikula pada bagian bawah dan ditutup menggunakan tanah. Sedangkan kecambah doble tone di tanam pada bedengan yang terpisah dan bibit yang di jaga dua kecambah, namun setelah umur 6 minggu (1.5 bulan) dilakukan pemisahan bibit secara teliti dan ditanam pada bedengan yang telah disiapkan. Penyiraman tahap pre-nursery dilakukan dua kali penyiraman selama 10 menit dengan volume 0.2-0.3 liter babybag-1.

Kegiatan pada tahap pre-nursery dilakukan selama 3 bulan (12 minggu) sebelum dilakukan transplanting ke tahap main-nursery. Sedangkan bibit double tone dilakukan transplanting setelah umur 4 bulan (16 minggu). Hasil seleksi kecambah dilakukan pada 3 bungkus kecamabah dengan jumlah masing-masing kecambah sebanyak 103 kecambah. Jumlah kecambah yang diseleksi sebesar 309 kecamabah dengan kriteria kecambah normal 209 kecambah, double tone 83

kecambahdan afkir 7 kecambah. Seleksi kecambah dapat dilihat pada Gambar 1.

(28)

Pembibitan tahap main-nursery penulis mengikuti kegiatan mulai dari pengisian polybag berukuran 40 cm x 50 cm x 0.2 cm dengan media tanam yaitu topsoil (40%), liat (40%) dan pasir (20%). Prestasi penulis dapat mengisi 75 polybag, sedangkan prestasi karyawan 200 polybag, ini masih jauh dari prestasi kerja yang diharapkan. Kegiatan selanjutnya melakukan transplanting bibit per-nursery ke main-nursery. Transpalanting yaitu proses pemindahan bibit dari media tanaman sebelumnya (pre-nursery) ke polybag (main-nursery) mulai dari

proses seleksi di pre-nursery, pengangkutan dan penanaman. Penanaman

dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan menyesuaikan ukuran babybag

dan pengaplikasian pupuk dasar (Rock Phospate) 120 g polybag-1 sebelum penanaman. Prestasi karyawan pada saat transpalantig pembibitan yaitu 100 polybag HK-1. Kagiatan selanjutnya yaitu dengan melakukan pemeliharan (pemupukan, pengendalian hama dan pengendalian penyakit) dan penyiraman bibit. Dosis pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 4. Pupuk yang digunakan yaitu NPK (14:13:9+TE(2.5)). Sedangkan penyiraman dilakukan tahap main-nursery dilakukan dua kali penyiraman selama 20 menit dengan volume 3-5 liter polybag-1.

Tenaga kerja pembibitan dilakukan oleh tenaga SKU bulanan yang dengan jumlah 51 orang dan dipimpin oleh asisten pembibitan, mandor I, krani pembibitan dan empat kemandoran pembibitan.

Kegiatan seleksi pada pembibitan dilakukan pada dua tahap dengan sebesar 30%. Seleksi tahap pertama dilakukan di pre-nursery umur 10-12 minggu sebesar 12% dan tahap main-nursery umur 24-26 minggu sebesar 6% dan umur 36-56 minggu sebesar 12%. Tahapan seleksi, penulis mengikuti pelatihan seleksi bibit di pre nursery dan pemusnahan bibit di main nursery. Kegiatan seleksi bibit (culling) terdapat kriteria bibit yang harus di seleksi. Kriteria bibit yang harus di seleksi yaitu juvenil, kerdil (runt), tajuk rata (flat top), daun bulai (chimera), tajuk lemah(limp), anak daun jarang (wide internode), anak daun sempit (short internode), tegak, dan penyakit tajuk (crown disease).

Gambar 1. Seleksi Kecambah: (A) Kecambah afkir, (B) Kecambah normal (C) Kecambah double tone

(29)

Tabel 4 Dosis pupuk, dosis insektisida dan dosis fungisida tahap main-nursery

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma merupakan kegiatan mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman untuk mengurangi kompetisi hara, air, dan cahaya terhadap tanaman. Tujuan dari pengendalian gulma untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, perawatan tanaman, sanitasi, menekan populasi hama dan taksasi panen. Pengendalian gulma di Kebun Manggala 1 dilakukan di piringan (cyrcle) dan gawangan (interrow) dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian secara manual terdiri atas garuk piringan (raking) dan pembabatan gulma di gawangan. Jenis gulma yang dominan di Kebun Manggala 1 yaitu Stnochlaena palustris, Scelaria sumatrensis, Ageratum conyzoides, Melastoma malabatricum, Digitaria sp, Chrolaena odorata, Clidemia hitra, Paspalum conjugatum dan Asystasia intrusa.

(30)

bahan aktif Triklopir butoksi etil ester 480 gl-1. Kebun Manggala 1 mengendalikan gulma secara kimia menggunakan sistem Block Spraying Sitem (BSS). BSS yaitu sistem penyemprotan yang terkonsentrasi pada satu blok yang dilakukan dengan bergerak bersama. Pengendalian gulma secara kimia terdiri atas dua mandoran yaitu kemandoran tim semprot kebun (TSK) terdiri dari 6 orang dan kemandoran BSS atau geng semprot terdiri dari 10 orang. TSK menggunakan alat semprot yaitu Knapsack sprayer 15 L dengan nozle deflektor warna merah dengan lebar semprot 1.5 m dan BSS menggunakan Knapsack sprayer 17 L dengan nozle deflektor warna merah dan kuning dengan lebar semprot 1.5 m. Pengendalian gulma dilakukan dengan pengendalian gulma di piringan dan pengendalian gulma di gawangan.

Penyemprotan piringan dimulai dengan pembagian hancak oleh mandor dengan prestasi kerja karyawan 5 ha HK-1 dan penulis disini melakukan tugas sebagai tukang pengangkut air pada TSK. Herbisida yang dipakai menggunakan glyphosat 250 ml ha-1 dan metil metsulfuron 20% (250 g l-1) yang sudah dilarutkan dengan 2.5 L air (kosentrasi 10%). Penyemprotan piringan dilakukan menggunakan knapsack 15 L dengan volume semprot 2 kep ha-1 dengan masing masing dosis herbisida 125 ml kep-1. Prestasi penulis dalam penyemprotan di pringan yaitu melakukan pencampuran herbisida dan mengisi 50 knapsack terhadap 5 tenaga kerja. Sedangkan pengendalian gulma di gawangan dimulai dengan pembagian hancak oleh mandor dan penyemprotan di mulai jalan koleksi sampai ke pasar tengah dengan prestasi kerja 3 ha HK-1 dan penulis disini bekerja sebagai pendamping mandor. Untuk jenis herbida yang digunakan baik di piringan maupun di gawangan tergantung persediaan yang ada di gudang.

Permasalahan yang dihadapi penulis pada saat penyemprotan yaitu keadaan gulma yang tinggi menyebabkan kebutuhan bahan dan volume semprot meningkat. Solusi dalam menghadapi permasalahan yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan rotasi yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan gulma di piringan maupun digawangan dapat dikendalikan.

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma dilakukan pada garuk piringan (Raking) dan babat gawangan. Pengendaian gulam secara garuk piringan harus bebas dari gulma (kondisi W0) agar akar tanaman kelapa

(31)

Pengendalian gulma manual dengan babat gawangan bersamaan dengan mendongkel anak kayu (DAK). DAK dilakuakan dengan membongkar gulma sampai ke akarnya, gulma yang dibongkar yaitu anak kayu dan kentosan. Rotasi babat gawangan dilakukan sekali setahun dengan norma kerja sebesar 0.5-1 ha HK-1, sedangkan prestasi penulis sebesar 0.5 ha HK-1. Penulis melakukan babat gawangan pada areal TBM dengan kondisi gulma yang tinggi. Jenis gulma yang dominan di areal TBM yaitu Scelaria sumatrensis, Paspalum conjugatum dan Melastoma malabatricum. Peralatan yang digunakan berupa parang dan cados.

Permasalahan yang dihadapi penulis yaitu kekurangan tenaga kerja dalam melakukan pengendalian gulma dengan babat. Kekurangan tenaga kerja disebabkan rendahnya prestasi tenaga kerja yang diperoleh karena pengaruh gulma yang tinggi pada areal TBM. Solusi dalam mengatasi permasalahan yaitu penambahan tenaga kerja dan melakukan pengendalian gulma sesuai dengan rotasi yang ditetapkan. Kegiatan pada pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar 2.

(A) (B) (C)

Gambar 2. Pengendalian Gulma: (A) Pengendalian secara kimiawi di piringan, (B) Pengendalian secara kimiawi di gawangan, (C) Pengendalian secara manual di piringan TBM.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu kegiatan dari pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Pengendalian hama sangat penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Jenis hama yang dominan ada di Kebun Manggala 1 yaitu hama golongan serangga (ulat api dan ulat kantong) dan tikus. Pengendalian hama dilakukan secara biologis dan kimia. Pengendalian secara biologis yaitu dengan penanaman tanaman yang bermanfaat (Beneficial plant) dan pengendalian kimia menggunakan trunk injection dan penyemprotan insektisida. Kegiatan pada pengendalian hama dapat dilihat pada Gambar 3.

(32)

subulata dan Antigonen leptopus dengan komposisi 1 Beneficial plant yang

mewakili 1% ha-1 dengan komposisi 60% : 20% : 20%. Sedangkan

pengendalalian secara kimia menggunakan trunk injection bahan aktif asefat 75% dengan dosis 15 ml pokok-1.

Pengendalian Kumbang tanduk pada areal TBM menggunakan insektisida dengan bahan aktif Siprtmetrin 500 ml ha-1. Prestasi kerja dalam trunk jection dilakukan dalam satu tim kerja (2 orang) dengan output 5 ha HK-1, dan penulis ikut melakukan kegiatan dengan tim kerja. Prestasi kerja pengendalian hama kumbang tanduk yaitu 5 ha HK-1, dan penulis melakukan kegiatan dalam pengawasan pengendalian kumbang tanduk.

Pengendalian hama tikus. Pengendalian ini menggunakan pemasangan kandang burung hantu (BOB) dengan perbandingan 1:20 (terdapat 1 BOB dalam kawasan 20 ha). Pengembangan BOB ini memiliki tujuan dalam penyediaan tempat tinggal burung hantu dan menjadikan burung hantu sebagai musuh alami dalam pengendalian tikus. Jenis burung hantu yang digunakan di Kebun Manggala 1 yaitu Tyto alba.

(A) (B) (C) (D)

Gambar 3. Pengendalian Hama: (A) Casia cobanensis, (B) Antigonon leptopus, (C) Turnera subulata (D) Kandang burung hantu

Permasalahan yang dihadapi penulis saat pengendalian hama serangga yaitu banyak pelepah yang dipotong untuk sensus hama serangga. Pemotongan pelepah digunakan dalam pengambilan contoh daun terhadap kegiatan sensus hama. Berdasarkan standar kebun, kegiatan sensus hama serangga di lakukan dua kali sebulan dengan sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah pelepah dan yang akan berhubungan dengan tingkat produksi. Permasalahan lainnya yaitu kekurangan tenaga kerja dalam melakukan sensus hama serangga. Kekurangan tenaga kerja ini disebabkan oleh sistem sensus yang dilakukan dua kali sebualan sehingga membutuhkan tenaga kerja yang besar. Solusi dalam menghadapi permasalahan yaitu pengurangan kegiatan sensus hama serangga dengan mengendalikan hama serangga dengan mengoptimalkan pegendalian secara biologis menggunakan benefical plant.

Panen

(33)

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)

telah di tentukan. Urutan kegiatan panen yang ada di Kebun Manggala 1 yaitu

pemotongan pelepah penyangga, pemotongan TBS, penyusunan pelepah (

U-Shape Front Stacking), pengutipan brondolan, pemotongan tangkai TBS maksimal 5 cm, pengangkutan TBS ke TPH, penomoran di setiap TBS dan pengangkutan TBS ke pabrik selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Kriteria panen. Merupakan Indikasi dalam menentukan buah matang yang dapat dipanen. Kriteria panen yang digunakan di Kebun Manggala 1 yaitu adanya TBS yang sudah membrondol minimal 10 brondolan yang terlepas secara alami. Mutu panen merupakan tujuan dari hasil dalam pemanenan yang baik, mutu panen ditentukan oleh drajat kematangan buah yang mempengaruhi rendemen minyak asam lemak bebas (ALB). Tingkat kematangan panen dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat kematangan dan kriteria panen Kebun Manggala 1

Tingkat kematangan Kategori Toleransi

Un-ripe (mentah) 0-4 brondolan 0 %

Under- ripe (kurang matang) 5-9 brondolan <5 %

Ripe (matang) 10 atau lebih brondolan >95 %

Empty bunch (janjang kosong) Brondolan lepas per janjang > 95 % 0 %

Long stalk (gagang panjang) Panjang tangkai > 5 cm 0 %

Old bunch (buah restan) Lebih dari 48 jam 0 %

Sumber : Pedoman Budidaya Kelapa Sawit Minamas Plantation

Sistem panen. Sistem panen yang digunakan di Kebun Manggala 1 yaitu BHS yang terkonsentrasi pada seksi panen dengan menggunakan hancak tetap. Seksi panen yaitu pembagian luasan areal yang diberikan kepada pemanen dalam waktu sehari. BHS dilakukan agar semua areal terpanen, memudahkan dalam perpindahan hancak dan mengefesienkan pengangkutan TBS. Pembagian seksi panen divisi III Kebun Manggala 1 terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas seksi panen divisi III Kebun Manggala I

Seksi panen Blok Tahun tanam Luas (ha)

Total Luas Divisi III 819.8

(34)

melakukan panen dalam dua hari rata rata 11.5 janjang sedangkan perstasi karyawan rata-rata 72.5 janjang.

Rotasi Panen. Rotasi panen atau pusingan yaitu waktu panen yang diperlukan antara panen terakhir dengan penen selanjutnya pada seksi panen yang sama. Rotasi panen di Kebun Manggala 1 ditetapkan <9 rotasi. Rotasi panen ini dilakukan agar dapat menjaga produksi, kualitas buah, pengolahan pabrik dan biaya. Rotasi panen yang terlalu tinggi menyebabkan kehilangan yang tinggi dan penurunan kualitas miyak (ALB meningkat). Rotasi panen yang rendah

menyebabkan banyak buah under-ripe dan unripe terpanen sehingga

mempengaruhi kualitas minyak. Rotasi penen yang di gunakan di Kebun Manggala 1 yaitu 6/7, artinya luas areal dibagi 6 seksi panen untuk 7 hari.

Taksasi Panen. Taksasi panen yaitu perkiraan jumlah pokok yang dapat dipanen dari seluruh pokok yang ada dalam satu blok yang akan dipanen. Sistem perhitungannya dengan mengamati sampel atau jumlah TBS siap panen dalam satu blok. Sampel yang diamati minimal 5% dari total luasan dalam satu blok. Kegiatan taksasi ini dilakukan sebelum panen dilakukan dengan tujuan mengetahui taksasi produksi harian, kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan transportasi pengangkut TBS. Penulis melakukan taksasi penen pada dua seksi panen B dan seksi panen C dengan masing masing sebesar 8.05% dan 8.65%.

Basis, Premi Panen dan Alat Panen. Basis panen yaitu target minimum tonase atau jumlah janjang bersadasarkan bobot janjang rata-rata (BJR) yang harus dipanen dalam satu seksi untuk mendapatkan premi panen. Premi panen yaitu pemberian intensif tambahan diluar gaji pokok sesuai dengan prestasi kerja setelah basis borong tercapai. Kebun Manggala 1 menerapkan basis panen menggunakan basis borong. Alat panen yang digunakan di Kebun Manggala 1 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Alat panen Kebun Manggala 1.

No Nama Alat Keterangan

1 Pisau egrek Pemotong buat tanaman yang berumur lebih dari

9 tahun,

2 Gagang egrek Aluminium ukuran 6 m – 12 m sebagi tiang

egrek.

3 Gancu Besi beton untuk mengangkut dan membongkar

TBS dari angkong

4 Angkong Alat transportasi TBS dari dalam blok ke TPH

5 Kampak Pemotong tangkai TBS

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)

(35)

Gambar 4. Contoh Label pada Pokok Contoh LSU

TBS matang tidak banyak (produksi turun). Solusi dalam menghadapi permasalahan ini dengan menambah luas areal panen sehingga basis panen dapat tercapai. Penyebab alat panen yang kurang karena alat yang digunakan mengalami kerusakan atau alat panen patah pada saat pemotongan buah berlangsung. Solusi dalam menghadapi masalah ini dengan menyediakan alat panen cadangan digudang apabila terjadi kerusakan di lapangan.

Leaf Sample Unit (LSU)

Leaf Sample Unit (LSU) merupakan pengambilan sampel daun tanaman yang diperkirakan dapat mewakili seluruh tanaman sebagai indikator status hara yang menggambarkan kekurangan dan kelebihan hara tanaman. Langkah awal dalam penyusun rekomendasi pemupukan tahun yang akan datang berdasarkan hasil analisa LSU dan hasil pengamatan defesiensi secara visual di lapangan akan dihubungkan dengan data produksi pada periode sebelumnya.

Kegiatan pengambilan contoh daun dilakukan dua kali setahun. Pengambilan contoh daun di Kebun Manggala 1 dilakukan pada awal Maret atau 3 bulan sebelum periode selanjutnya. Pengambilan contoh daun dilakukan pada pagi-siang hari (07.00-12.00 WIB). Kegiatan LSU sebaiknya tidak dilakukan pada musim hujan, musim kemarau berkepanjangan dan pada saat aplikasi pemupukan pada areal yang akan diambil taman contoh. Peralatan yang digunakan dalam pengambilan contoh daun yaitu kertas label yang berisi nama Kebun/divisi, blok dan tahun tanam, luas (ha) dan sistem pengambilan, tanggal dan nama pengambil, egrek, gunting/pisau, palastik daun contoh, cat warna biru, kuas dan alat tulis. Pengambilan contoh daun dilaksanakan oleh tim sensus yang telah diberikan pelatihan oleh Minamas Reasearch Center (MRC). Tim sensus terdiri atas dua orang petugas. Petugas pertama memiliki tugas mengamati kondisi tanaman yang disensus, mencatat data yang diperlukan, menentukan anak daun contoh, memotong dan menyimpan anak daun contoh dalam wadah plastik. Petugas kedua memiliki tugas menulis label pada pokok, menentukan pelepah ke-17, memotong dan menurunkan pelepah ke-17. Pemberian contoh label pokok LSU dapat dilihat pada Gambar 4.

Tanda masuk baris pertama

Tanda masuk baris

Tanda pindah baris

Tanda masuk baris penutup

Nomor awal TS

Nomor TS

(36)

Pengambilan contoh daun dilakukan pada pelepah ke-17. Sistem pengambilan contoh daun yang digunakan yaitu sistem 10 x 10 = 30. Artinya pemilihan pokok contoh dilakukan setiap selang 10 pokok dalam barisan dan setiap selang 10 baris antar barisan dan mulai di ambil dari pokok ke-3. Kegiatan pengambilan contoh daun diawali dengan menentukan titik sampel (TS), dari arah barat-timur (B-T). Pada pengambilan tanaman contoh pokok yang sudah diambil daun contohnya diberi nomor penandaan mulai dari pokok awal sampai pokok terakhir. Pokok yang tidak boleh dipakai tanaman contoh yaitu pokok yang terletak di pinggir jalan, di pinggir sungai, pinggir parit, pinggir bangunan, bersebelahan dengan pokok mati atau kosong, pokok terserang penyakit dan pokok abnormal. Dalam pengambilan contoh daun penulis ikut dalam satu tim dengan perstasi kerja 1 blok per tim. Hasil pengamatan pada defisiensi hara secara visual disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Defesiensi hara tanaman

Ulangan Blok Jumlah

(37)

Pemupukan

Pumupukan merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Pemupukan sangat didukung oleh keadaan suatu lahan. Kemampuan lahan sangat terbatas dalam penyediaan unsur hara untuk mendorong pertumbuhan vegetatif maupun generatif tanaman kelapa sawit. Keterbatasan unsur hara harus diimbangi dengan pemupukan agar memberikan produksi yang optimal dan kuatitas minyak yang baik. Aplikasi pemupukan mengacu pada konsep keefektifan dan keefesienan pemupukan. Efesiensi pemupukan mempertimbangkan unsur hara dan pertumbuhan tanaman berdasarkan kenaikan bobot kering biomassa untuk setiap satuan bobot unsur hara dalam bahan pupuk (Efendi dan Agus 2011).

Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis yang telah direkomendasikan melalui kegiatan analisis daun, analisis tanah dan produksi. Prinsip pemupukan yaitu setiap pokok diberikan jenis pupuk maupun dosis pupuk sesuai dengan rekomendasi departemen riset kebun. Pemupukan di Kebun Manggala 1 dilakukan berdasarkan rekomendasi MRC. Sistem pemupukan di Kebun Manggala 1 yaitu Blok Manuring System (BMS) atau pemupukan dilakukan terkonsentrasi pada blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang baik. Menurut Yuhardiman (2014) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemupukan yaitu persiapan piringan, material pupuk, tenaga kerja dan sarana transportasi. Kegiatan pemupukan di Kebun Manggala 1 menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik dimanfaatkan dalam memberikan hara, memperbaiki sifat fisik tanah, kimia tanah dan biologis tanah dalam penyerapan unsur hara. Bahan organik yang digunakan yaitu janjang kosong dan palm oil mill effluent (POME) yang tersedia di kebun. Sedangkan pupuk anorganik dimanfaatkan sebagai unsur penambah dalam memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman.

Pemupukan Organik. Pupuk organik yang digunakan di Kebun Manggala 1 yaitu pengaplikasian limbah cair (effluent) dan pengaplikasian janjang kosong. Limbah cair merupakan sisa pengolahan mesocarp kelapa sawit dengan tujuan dapat mengurangi pupuk anorganik. Sistem aplikasi yang digunakan di Kebun Manggala 1 yaitu cara Flatbed. Pengaplikasian dilakukan pada blok yang dekat dengan PKS dengan topografi yang datar. Bentuk flatbed yang digunakan yaitu persegi panjang dengan ukuran 3.2 m x 2.4 m x 0.5 m dengan kapasitas volume 3.84 m3. Total jumlah flatbed yang digunakan 104 buah ha-1. Pada saat penulis melakukan magang pengapilkasian flatbed belum dilakukan, hal ini disebabkan proses pemindahan blok aplikasi limbah cair karena areal replanting tahun 2015. Selain limbah cair, PKS juga menghasilkan limbah padat berupa janjang kosong. Janjang kosong merupakan limbah padat dari pabrik yang dihasilkan dari limbah TBS sebagai bahan organik tanah yang dapat di gunakan dalam meningkatkan penyerepan air tanah, memperbaiki ketahanan kapasitas air tanah, memperbaiki struktur tanah dan penyedia unsur hara bagi tanaman.

(38)

200 kg pokok-1 dengan cara melingkari tanaman dan tidak boleh berlapis dalam

pengaplikasian janjangan kosong untuk menghindari perkembangan hama Oryctes

rhinoceros. Kebutuhan janjang kosong pada TM sebesar 30 ton ha-1. Janjang

kosong yang dihasilkan pabrik diangkut kedalam blok menggunakan dump-truck

dengan bobot 4-5 ton (untuk 30 ton setara 6-8 trip). Dosis aplikasi janjang kosong sebanyak 250 kg pokok-1. Pada areal TM janjang kosong diaplikasikan di pinggir gawangan mati antar tanaman yang disusun persegi panjang dengan panjang 3 m dan lebar 1.5 - 2 m dalam satu titik. Tenaga kerja yang digunakan pangapilikasian janjang kosong yaitu tenaga borongan (SPK) dengan upah bayar Rp 6 000,00 per ton. Proses aplikasi janjang kosong dapat di lihat pada Gambar 5.

(A) (B) (C) (D)

Gambar 5. Pengaplikasian Janjang Kosong: (A) Aplikasi janjang Kosong areal TBM 0, (B) Aplikasi janjang kosong areal TBM 1, (C) Pengangkutan janjang kosong areal TM, (D) Pengaplikasian janjang kosong areal TM.

Masalah yang dihadapi pada pemupukan organik yaitu tenaga kerja dan kualiatas janjang kosong. Penyebab masalah tenaga kerja dengan menggunakan tenaga SPK, sehingga pengawasan pada aplikasi janjang kosong terbatas dan pengaplikasian yang tidak sesuai dengan baik. Sedangkan penyebab kualitas janjang kosong masih banyak ditemukan buah mogol yang masih menempel pada janjang kosong meskipun proses perebusan TBS di PKS sudah dilakukan sesuai standar pabrik dan penyebab yang lain diduga sifat genetik buah yang sulit dipisahkan dari janjang kosong.

Pemupukan Anorganik. Pemupukan anorganik yang dilakukan di Kebun Manggala 1 dimulai dengan kegiatan perencanaan pemupukan . perencaan dalam pemupukan sangat penting karena berhubungan dengan biaya, tenaga kerja, material pupuk dan material transportasi. Perencanaan dalam kegiatan pemupukan di Kebun Manggala 1 dilakukan atas rekomendasi oleh MRC. Rekomendasi pemupukan dikeluarkan berdasarkan hasil analisis tanah, analisis daun dan data produksi setiap tahunnya. Bahan rekomendasi pemupukan berupa jenis dan jumlah pupuk yang akan digunakan, dosisi pupuk dan waktu pemupukan. Jenis pupuk yang di gunakan di Kebun Manggala 1 berdasarkan kebutuhan tanaman.

Pembibitan mengguanakan jenis pupuk majemuk NPK (14-13-9-2.5), Rock

Phosphat (RP/Ca(PO4)2). Replanting dan TBM menggunakan jenis NPK

(12-6-22-3), CuSO4, ZnSO4, HGFB,Muriate of Pothas (MOP) TM menggunakan pupuk

majemuk jenis NPK Compoud 44 (12-6-22-3), Kieserite (MgSO4.H2)).

(39)

tenaga kerja yang digunakan dalam aplikasi pemupukan. Pengaplikasian pemupukan di lapang merupakan tugas dari mandor pupuk. Mandor pupuk terlebih dahulu membuat peta pemupukan dan rancana pergiliran waktu pemupukan setiap bloknya. Peta dan rencana pergiliran pemupukan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta dan rencana pergiliran waktu pemupukan divisi III

Pupuk yang akan diaplikasikan terlebih dahulu telah dilakukan permintaan barang dalam perencanaan. Sebelum pupuk diterima di gudang terlebih dahulu dilakukan penimbangan pupuk dan penyelesaian administrasi dalam penerimaan pupuk oleh kepala gudang. Gudang pupuk berfungsi untuk menyimpan pupuk dalam waktu yang ditetapkan dengan kapasitas masksimal 800 000 ton. Gudang ini memiliki sirkulasi udara yang cukup baik dan lantai disemen agar tidak mudah lembab sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pupuk diletakkan di atas falet dan disusun rapi maksimal 15 tingkat secara stafel agar memudahkan dalam pengangkutan.

(40)

Arah pemupukan

Pasar tengah

Gambar 7. Alur pemupukan

meningkatkan sosialisasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan menyediakan baju yang nyaman untuk penabur pupuk.

Pengambilan pupuk dan Pengeceran pupuk. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga bongkar muat dengan jumlah 3 orang. Pengambilan pupuk di gudang dilakukan pada pagi hari setelah selesai apel pagi. Sebelum pengambilan pupuk di gudang terlebih dahulu mandor pupuk membuat rencana kebutuhan dalam luas yang akan diaplikasikan. Perencanaan ini di buat berdasarkan peta pemupukan dan rancana pergiliran bloknya. Permintaan barang dilakukan minimal sehari sebelum pemupukan dilaksanakan berdasarkan keputusan asisten divisi dan disetujui oleh manajer kebun. Selanjutnya permintaan barang ini diserahkan ke kantor gudang sehingga pihak kantor gudang mengetahui jumlah pupuk yang akan dikeluarkan. Pengawasan pengambilan pupuk digudang dilakukan lansung oleh kepala gudang selanjutnya pupuk dimuat ke dum-truck dengan kapasitas 4-6 ton.

Pengeceran pupuk merupakan kegiatan dalam mengambil pupuk dari gudang menggunakan dum-truck yang akan disebar ke blok yang telah ditentukan. Pengeceran pupuk dilakukan di jalan collection dengan cara di jatuhkan dari dum- truck ke jalan collection. Pengeceran ini berdasarkan arahan dari mandor pupuk sedangkan penabur melakukan persiapan peralatan sebelum pengeceran selesai. Pengeceran dilakukan untuk memudahkan penabur dalam melakukan pengambilan pupuk pada saat pemupukan. Pengeceran dilakukan dengan membagi dosis yang telah ditentukan yaitu 1 karung pupuk berbobot 50 kg berdasarkan hancak yang telah ditentukan oleh mandor pupuk. Upah yang diberikan kepada tenaga bongkar muat pupuk sebesar Rp 10 000,00 per ton. Masalah yang dihadapi yaitu pengambilan pupuk digudang. Penyebab masalah yaitu waktu pengambilan pupuk di gudang memerlukan waktu yang lama dan menunggu antrian pengambilan pupuk digudang sehingga proses pelaksanaan pemupukan terlambat dilakukan di lapanagan.

Pelaksanaan dan Pengawasan Pemupukan. Aplikasi pemupukan dilakukan pada tiga tahap pertumbuhan tanaman, yaitu tahap pembibitan, tahap TBM dan Tahapan TM. Aplikasi setiap tahapan dilakukan berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan MRC. Sistem pemupukan yang dilakukan di Manggala 1 menggunakana sistem BMS yang dilaksanakan blok perblok sehingga pengawasannya lebih mudah dan lebih meningkatkan kualitas pemupukan. Sistem pelaksanaan pemupukan di Kebun Manggala 1 dapat dilihat pada Gambar 7.

(41)

pokok ditentukan oleh penabur. Tenaga penabur bertugas untuk menaburkan pupuk pada setiap pokok berdasarkan dosis yang telah ditentukan. Takaran pupuk yang digunakan dalam penaburan pupuk menggunakan takaran mangkok yang seragam dan sesuai dosis per pokok yang telah ditentukan berdasarkan simulasi dan pengarahan oleh asisten divisi. Setiap tahapan pertumbuhan tanaman dilakukan dengan penaburan yang berbeda. Pada tahapan pembibitan penaburan pupuk dilakukan secara melingkar didalam polybag, tahapan TBM penaburan dilakukan secara melingkar di piringan dan pada tahapan TM di penaburan dilakukan dilakukan di dekat rumpukan pelepah pada gawangan mati. Penaburan ini dilakukan dalam memenimalisir kehilangan pupuk akibat run off dan pada daerah tersebut karena terdapat akar-akar tersier dan akar kuartener banyak berkembang yang lebih efektif dalam penyerapan unsur hara. Norma prestasi kerja pemupukan makro pada tanaman TM dan TBM sebesar 600 kg HK-1, dan pemupukan mikro sebesar 300 kg HK-1. Prestasi Penulis melakukan pemukuan Cu di areal TBM blok D006 sebesar 108 kg dan areal TM blok G011 sebsar 100 kg.

Pengawasan pemupukan merupakan tanggung jawab oleh asisten yang dipercayakan kepada mandor pupuk. Tujuan dari pengawasan yaitu memastikan pelaksanaan pemupukan berjalan sesuai dengan standar kebun dan meminimalisir kehilangan pupuk akibat kesalahan dalam pelaksanaan pemupukan.

Aspek Manajerial

Aspek manejerial yaitu kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan di kebun maupun administrasi di kantor kebun. Kegiatan yang dikuti penulis selama magang yaitu pendamping mandor panen, krani produksi, mandor perawatan, krani divisi, mandor pupuk, mandor 1 dan asisten divisi.

Pendamping Mandor Panen

(42)

Tabel 9 Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor panen 01 11 050 kg, taksasi aktual sebesar 12 723 kg.

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping di mandoran panen 01 yaitu mengikuti kegitan dalam memimpin apel pagi bersama karyawan, pengecekan tenaga pemanen, pengaturan hancak, taksasi produksi dan pengecekan hancak. Permasalahan yang dihadapi yaitu penggunaan alat pelindung diri yang belum maksimal oleh karyawan pemanen karena ketidaknyamanan dalam bekerja dan tidak tersedia alat pelindung diri cadangan akibat rusak, kurang pengawasan terhadap pemanen sehingga masih ada buah underipe yang terpotong dan keakuaratan antara taksasi dan aktual produksi masih tinggi. Solusi dari permasalahan yaitu sosialisasi penggunaan alat pelindung diri yang maksimal terhadap pemanen, penyediaan stok alat pelindung diri di gudang apabila terjadi kerusakan di lapangan, pengawasan yang maksimal dan sanksi yang tegas

terhadap pemanen yang memotong buah underipe, dan penambahan jumlah pokok

contoh dalam melakukan taksasi produksi.

Krani Produksi

Krani produksi memiliki tenaga kerja per tim, dimana satu tim terdiri atas sopir dump-truck dan tiga orang sebagai pengangkut buah. Krani produksi selalu berkoordinasi dengan mandor panen dalam mengatur transportasi pengangkutan TBS ke PKS, menghitung TBS dan brondolan, menyeleksi TBS di TPH, membuat laporan potong buah dan membuat premi potong buah yang tidak memenuhi standar. Selama penulis menjadi pendamping krani produksi, kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan penulisan terhadap jumlah TBS yang dipanen dan mentaksasi brondolan yang dikutip setiap karyawan pemanen, melakukan pengecekan TBS di TPH dan mengangkut TBS sampai ke PKS. Permasalahan yang dihadapi di lapangan yaitu koordinasi antara mandor panen dan krani panen masih belum maksimal karena masih ada karyawan pemanen yang belum selesai

memotong buah namun dump truck sudah mencapai hancak yang belum selasai

Gambar

Tabel 2  Produksi dan produktivitas TBS Kebun Manggala 1
Tabel 4  Dosis pupuk, dosis insektisida dan dosis fungisida tahap main-nursery
Gambar 6. Peta dan rencana pergiliran waktu pemupukan divisi III
Gambar 7. Alur pemupukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Angka kerapatan panen digunakan untuk mengetahui taksasi hasil produksi TBS yang akan dipanen dikalikan dengan berat janjang rata-rata (BJR) dan jumlah pohon kelapa sawit di blok

Pengeceran merupakan kunci agar ketepatan dosis setiap tanaman dapat tercapai, karena jika mandor salah dalam menentukan jumlah eceran maka dosis pupuk yang diaplikasikan juga

Prinsip utama dalam aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pohon harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh

Aplikasi jenis pupuk yang digunakan di PT Inti Indosawit Subur adalah berdasarkan buku rekomendasi pemupukan yang. diterbitkan oleh bagian Departemen R &amp; D

sawit adalah setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah. direkomendasikan oleh MRC untuk mencapai produktivitas tanaman

Pengeceran merupakan kunci agar ketepatan dosis setiap tanaman dapat tercapai, karena jika mandor salah dalam menentukan jumlah eceran maka dosis pupuk yang diaplikasikan juga

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara visual, jenis pupuk yang diaplikasikan di lapangan sudah memenuhi tepat jenis yaitu sesuai dengan rekomendasi

Ketidaksiapan lapangan untuk dilaksanakannya pemupukan, yaitu piringan belum siap dipupuk karena gulma belum dikendalikan; hambatan karena hujan lebat, sehingga