• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BAGAN KUSIK ESTATE, PT HARAPAN SAWIT LESTARI, KALIMANTAN BARAT ADE BUDIARGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BAGAN KUSIK ESTATE, PT HARAPAN SAWIT LESTARI, KALIMANTAN BARAT ADE BUDIARGO"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis

guineensis

Jacq.) DI BAGAN KUSIK ESTATE, PT HARAPAN

SAWIT LESTARI, KALIMANTAN BARAT

ADE BUDIARGO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bagan Kusik Estate PT Harapan Sawit Lestari Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014 Ade Budiargo NIM A24100182

(3)

ADE BUDIARGO. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan SUDRADJAT

Kegiatan magang dilaksanakan di Bagan Kusik Estate (BKE), PT Harapan Sawit Lestari,Kalimantan Barat selama 4 bulan. Aspek teknis yang dilakukan selama kegiatan magang yaitu turut aktif dalam kegiatan perkebunan, antara lain : pemupukan, pengendalian gulma, sanitasi, LSU, dan panen. Aspek manajerial yang dilakukan yaitu dengan menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten. Pengamatan dilakukan terhadap pengaplikasian pupuk di lapangan dengan mengamati pelaksanaan kaidah empat tepat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi pemupukan di kebun BKE telah memenuhi kaidah tersebut meskipun masih dapat ditingkatkan lagi pada aspek cara pemupukan dan ketepatan dosisnya. Nilai ketepatan cara pemupukan sebesar 85.4% untuk urea dan 80.6% untuk borat. Ketepatan dosis untuk pupuk urea 91.1% tetapi masih dapat ditingkatkan dengan mengganti takaran yang ada dengan takaran yang lebih sesuai. Ketepatan jenis pemupukan telah mencapai 100% untuk semua jenis pupuk sesuai rekomendasi. Jumlah pupuk yang diaplikasi dalam setahun cenderung berpengaruh nyata terhadap produksi TBS, dan berkorelasi positif terhadap produksi TBS. Usia dan pengalaman kerja pemupuk tidak berpengaruh nyata terhadap prestasi kerja yang didapatkan. Efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja di kebun BKE telah tercapai yaitu dengan Indeks Tenaga Kerja sebesar 0.1508 hk ha-1.

Kata kunci : efektivitas pemupukan, efisiensi pemupukan, kelapa sawit, produksi, pupuk

(4)

Fertilizer Management of Palm Oil (Elaeis guneensis Jacq.) in Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari Plantation, West Kalimantan. Supervised by ROEDHY POERWANTO and SUDRADJAT.

The internship was conducted at Bagan Kusik Estate (BKE), PT Harapan Sawit Lestari, West Kalimantan during 4 months. The technical aspects that done during the internship were participate in the plantation activities, i.e : fertilization, weed control, sanitation, leaf sampling, and harvesting. The managerial aspects that done during internship were become an assistant of foreman and assistant of field assistant. The observation done was observing the proper implementation of the rule of the fertilizer application in field. The observations indicated that the fertilizer application on the field has fulfilled these principles, although it could be better by improving the method and dosage aspects. The accuration of fertilization method was 85.4 % for Urea and 80.6 % for Borate. Score of the precise of Urea dosage was 91.1%, therefore the company should be use the standard measuring cup for each fertilizer. The precision of fertilizer types in the fertilizion has reached 100 % for any types of fertilizer. The quantity of fertilizer that applicated in a year likely to affect in fresh fruit bunch production, but the fertilization have a positive correlation with the fresh fruit bunch production. Age and work experience of the fertilization labour doesn’t have a real effect to their work performance. The efficiency of the employe use in the field has been reached with 0.1508 hk ha-1 employement index.

Key words : fertilizer, fertilizer effectiveness, fertilizer efficiency, palm oil, production

(5)

guineensis

Jacq.) DI BAGAN KUSIK ESTATE, PT HARAPAN

SAWIT LESTARI, KALIMANTAN BARAT

ADE BUDIARGO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

(6)

Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Kalimantan Barat Nama : Ade Budiargo

NIM : A24100182

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, Msi Dr. Ir. Sudradjat, MS Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen

(7)

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Kalimantan Barat. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian.

Proses pembuatan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas karunia dan anugerah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1 dengan baik.

2. Bapak Suratmo dan Ibu Sumaryani, adik Cahyo Wulandari dan Arofi Istiqomah serta Furi Widyaningsih atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan dan kepercayaan kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc dan Dr. Ir. Sudradjat, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran yang membangun selama proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses kegiatan akademik di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

5. PT Harapan Sawit Lestari yang telah memberikan izin dan dukungannya untuk magang di Bagan Kusik Estate selama 4 bulan.

6. Bapak Ir. Supianto selaku Estate Manajer, Patuh Hudiono selaku asisten admininistrasi, Aprianus R.N, Sarwanto, Riyono selaku pembimbing lapang dan asisten BKE, serta Edi Suradi dan Edi Suprapto yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis magang.

7. Seluruh keluarga AGH 47, keluarga rumah hijau : Imam Nur Cholis, Samsi Abdul Khodar, Iansyah Wibi Saksono, M Rizal Pahlevi, Putra Minansyah dan Sapto Pujo atas kebersamaan dan inspirasinya selama kuliah di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

8. Keluarga besar Bagan Kusik Estate atas bantuan, bimbingan, serta kasih sayang terhadap penulis selama magang.

Bogor, September 2014 Ade Budiargo

(8)

DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN iv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE MAGANG 5

Waktu dan Tempat 5

Pelaksanaan Magang 5

Pengumpulan Data dan Pengamatan 5

Analisis Data dan Informasi 6

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG 6

PELAKSANAAN MAGANG 10

ASPEK TEKNIS 10

Pengambilan Kesatuan Contoh Daun 10

Pemupukan Organik 12

Pemupukan Anorganik 13

Pengendalian Gulma Kimia 18

Pengendalian Gulma Manual 19

Panen 20

Pembibitan 24

ASPEK MANAJERIAL 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Efektivitas Pemupukan dengan Prinsip 4 Tepat 27

Efisiensi Tenaga Kerja 35

SIMPULAN DAN SARAN 37

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 39

(9)

Produksi dan Produktivitas TBS Kebun BKE 5 tahun terakhir 8

Jumlah Karyawan Staf dan Non Staf Kebun BKE Tahun 2014 8

Alat-alat yang digunakan untuk panen beserta fungsinya 21 Jenis pupuk yang digunakan di BKE tahun 2013/2014 28

Realisasi pemupukan di BKE tahun 2013/2014 28

Realisasi pemupukan di BKE tahun 2013/2014 29

Ketepatan eceran di Kebun Bagan Kusik Estate 31 Pengamatan ketepatan dosis taburan pupuk di BKE 32 Ketepatan cara aplikasi pupuk oleh penabur 33

Pemupukan dan produksi TBS kebun BKE 34

Prestasi kerja karyawan penabur 35

Uji t-student prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi tingkat usia 36 Uji t-student prestasi kerja penabur berdasarkan lama bekerja 36

DAFTAR GAMBAR

Fasilitas kesejahteraan karyawan 9

Pengambilan kesatuan contoh daun 10

Aplikasi janjang kosong 13

Alat pemupukan yang digunakan di BKE 16

Alur pengaplikasian pupuk di kebun 16

Pemupukan mekanis 17

Kegiatan pengendalian gulma kimia 19

Pengendalian gulma manual 20

Alat-alat yang digunakan saat pemanenan 21

Kegiatan pemanenan TBS 23

Pembibitan kelapa sawit 25

Grafik curah hujan di BKE tahun 2013-2014 30

DAFTAR LAMPIRAN

Layout kebun BKE rayon 2 40

Tabel curah hujan 7 tahun terakhir 41

Struktur organisasi di BKE 42

Jurnal harian magang sebagai karyawan harian lepas 43 Jurnal harian magang sebagai pendamping mandor 46 Jurnal harian magang sebagai pendamping asisten 49

(10)
(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki keunggulan lebih jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati yang lain, yaitu memiliki produktivitas yang tinggi mencapai 4 ton ha-1 Crude Palm Oil (CPO), umur ekonomis yang panjang

dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Minyak kelapa sawit juga merupakan bahan baku pembuatan bahan pangan maupun non pangan, dan bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable).

Indonesia merupakan salah satu negara produsen kelapa sawit yang terus berkembang. Perkembangan luas dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir terus meningkat hingga mencapai 10.01 juta hektar pada tahun 2013 dan merupakan perkebunan kelapa sawit yang terluas di dunia. Demikian pula produksinya pada tahun 2013 mencapai 27.74 juta ton dengan produktivitas 3 855 kg ha-1CPO dan menduduki posisi pertama di dunia melampaui Malaysia (Ditjenbun 2013).

Pemupukan kelapa sawit bertujuan untuk menambah unsur-unsur hara yang kurang atau tidak tersedia didalam tanah, yang mana unsur hara tersebut diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif agar didapatkan tandan buah segar yang optimal. Menurut Sutarta dan Winanrna (2002) pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif yang sehat dan produksi TBS hingga mencapai produktivitas maksimum.

Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar antara 40-60% dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau sekitar 24% dari total biaya produksi (PPKS 2003). Pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah yang tinggi baik kualitas maupun kuantitas (Adiwiganda 2007).

Efektivitas pemupukan berhubungan dengan persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah) dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Agar kebutuhan tanaman atas unsur hara dapat tercukupi dengan tepat maka sebelum diadakan pemupukan terlebih dahulu perlu analisis kebutuhan unsur hara tanaman tersebut melalui analisis tanah dan daun (Pahan 2012).

Pemupukan yang efektif dan efisien dapat dicapai jika dilakukan dengan tepat jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat aplikasi, dan pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu faktor penting yang berperan untuk mencapai produktivitas yang tinggi, terutama dalam memenuhi persyaratan unsur hara (Poeloengan et al. 2003). Aspek manajemen pemupukan juga penting untuk dipelajari agar pelaksanaan

(12)

pemupukan sesuai dengan standar operasional baku yang dijalankan oleh suatu perusahaan sehingga penggunaan pupuk efektif dan efisien.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang yang dilakukan adalah untuk mempelajari serta memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam bekerja secara nyata mengenai aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk mempelajari dan menganalisis manajemen dan efisiensi pemupukan kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk kedalam tanaman tahunan. Tanaman ini merupakan subkelas dari monokotil yang mepunyai habitus paling besar.

Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: Divisi : Spematophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone

Keluarga : Aracaceae (dahulu disebut Palmae) Subkeluarga : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit merupakan cocoideae yang paling besar habitusnya. Daun memerlukan waktu 2 tahun untuk berkembang dari proses inisiasi sampai daun dewasa pada pusat tajuk dan dapat berfotosintesis secara aktif sampai 2 tahun lagi. Daun tersusun secara bertingkat melingkari batang dan membentuk filotaksi daun. Filotaksi adalah pola susunan daun-daun pada batang yang polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas (rumpang) daun yang dapat bertahan lama di batang (Pahan 2008).

Tanaman kelapa sawit memeiliki batang yang lurus, tingginya bisa mencapai 13 – 18 meter. Batang kelapa sawit berbentuk silinder sekitar 10 cm pada tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua. Bagian bawah batang yang agak membesar disebut bonggol. Bagian ini memiliki diameter lebih besar 10-20% dari batang bagian atas (Lubis dan Widanarko 2011)

System perakaran kelapa sawit merupakan system akar serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang menyebar secara horizontal dan menghujam kedalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm dan umunya bercabang lagi

(13)

membentuk akar kuartener. Pertumbuhan dan perkembangan akar dapat terangsang bila konsentrasi hara dalam tanah (terutama N dan K) cukup besar (Pahan 2008)

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Faktor Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dengan curah hujan sekitar 2 000 mm/tahun, terbagi merata sepanjang tahun dan tidak terdapat periode kering tegas dengan kisaran suhu antara 24 – 28˚ C. Tanamankelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Intensitas cahaya matahari bervariasi 1 410 – 1 540 J/cm²/hari. Fotosintesis pada daun kelapa sawit akan meningkatkan pada kondisi dimana langit – berawan karena intensitas cahaya matahari dapat berkurang. Suhu terkait dengan garis lintang dan elevasi di suatu daerah. Tanaman kelapa sawit liar dapat tumbuh dan menghasilkan buah pada ketinggian 1 300 m dari permukaan laut (Pahan 2008).

Faktor Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Lahan yang baik untuk tanaman kelapa sawit harus mengacu 3 faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik tanah, dan kesuburan tanah. Lahan untuk menanam kelapa sawit harus memiliki tingkat keasaman (pH) yang optimum adalah 4.0 – 6.0, kedalaman solum >75 cm, ketinggian muka air tanah <75 cm, bertekstur lempung atau liat, dan kemiringan lahan <12o (Pahan 2008).

Pemupukan

Kemampuan lahan dalam menyediakan unsur hara secara terus-menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbaas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Pemupukan dapat dapat memberikan kontribusi yang sangat luas dalam peningkatan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan.

Pemupukan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah yang juga akan berdampak pada peningkatan produksi tanaman yang relative stabil, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pemupukan bermanfaat untuk melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan (Pahan 2008).

Agar kebutuhan tanaman atas unsur hara dapat tercukupi dengan tepat maka sebelum diadakan pemupukan terlebih dahulu perlu analisis kebutuhan unsur hara tanaman tersebut melalui analisis daun (Pahan 2012). Analisis kadar hara daun dilakukan setiap tahun dan rekomendasi pemupukan tiap tahun didasarkan hasil analisis kadar hara daun tahun sebelumnya. Berdasarkan analisis kadar hara daun dapat diketahui gejala defisiensi kadar hara daun. Pahan (2012) juga menguraikan konsep 4T tersebut sebagai berikut :

(14)

Tepat jenis. Strategi dalam menentukan jenis pupuk harus mempertimbangkan teknis dan pertimbangan ekonomis. Secara teknis, strategi menentukan jenis pupuk sebaiknya dilakukan dengan cara: memilih kombinasi jenis pupuk berdasarkan komposisi unsur hara utama dan unsur hara tambahan, memilih jenis pupuk berdasarkan sifat kelarutannya. Jenis pupuk yang sering digunakan pada perkebunan kelapa sawit yaitu pupuk urea atau ZA (unsur N), rock phosphate atau SP-36 (unsur P), MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg), dan HGF-Borat atau borate (unsur B).

Tepat dosis. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai dengan tepat dosis. Tepat dosis artinya pupuk harus diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dosis pupuk yang berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan semakin tinggi, tetapi juga merugikan tanaman. Berdasarkan pengamatan beberapa kebun yang telah dilakukan oleh mahasiswa sebelumnya salah satunya juga di Tambusai Estate, rata-rata ketepatan dosis pemupukan masih dibawah 90% padahal seharus nya diatas 95% sehingga belum memenuhi prinsip kaidah ketepatan dosis (Hidayat 2012).

Tepat Cara. Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang akan di serap akar tanaman. Aplikasi pupuk pada tanaman menghasilkan untuk kelapa sawit dibedakan atas sifat masing-masing seperti:

(a) Nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran. (b) P2O5 dan MgO (Phosphate dan Magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari

tanaman sampai ujung bokoran.

(c) K2O (Kalium) ditaburkan diujung bokoran, cara penaburan pupuk harus

praktis, tetapi tetap dijamin bahwa pupuk yang diberikan dapat mudah dijangkau oleh ujung akar tanaman, sedangkan tempat penaburan untuk beberapa jenis pupuk tertentu harus ditabur di piringan yang bersih dari gulma dan bebas dari genangan air. (Mahyudin 2011).

Tepat Waktu. Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar-unsur hara

Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit sangat beragam dan terutama tergantung pada potensi produksi (fungsi genetic dari bahan tanaman) dan factor iklim. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Serapan unsur hara dibatasi secara kritis oleh unsur hara yang berada dalam keadaan minimum atau biasa disebut hukum minimum Liebig (Pahan 2008)

Efisiensi pemupukan perlu mempertimbangkan hubungan antara unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Efisiensi pemupukan dapat dihitung berdasarkan kenaikan bobot kering biomassa untuk setiap satuan bobot unsur hara dalam bahan pupuk. Selain itu, efisiensi pemupukan juga dapat ditaksir berdasakan jumlah unsur hara yang diserap tanaman dari setiap satuan jumlah unsur hara yang ditambahkan (Lubis dan Widanarko 2011).

(15)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB dilaksanakan di Perkebunan PT Harapan Sawit Lestari, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat selama empat bulan yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Juni 2014.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan adalah kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan waktu dan jadwal yang ditentukan oleh pihak perkebunan. Praktek kerja langsung di lapangan dilakukan dengan turutaktif dalam pelaksanaan kegiatan kebun, wawancara, dan diskusi dengan mandormaupun dengan para staf. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, kemudian sebagai pendamping mandor selama satu bulan dan asisten selama dua bulan. Kegiatan teknis lapang yang penulis lakukan yaitu kegiatan dipembibitan, pengendalian gulma, pemupukan, danpanen. Aspek manajerial penulis dapatkan pada saat menjadipendampingmandor dan pendamping asisten serta berkonsultasi dengan manajer selama pelaksaan magang.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan maupun diskusi langsung dengan KHL, mandor dan asisten kebun. Data primer meliputi efektivitas pemupukan (tepat waktu, dosis, jenis dan cara), efisiensi pemupukan (efisiensi waktu dan tenaga kerja).

Data sekunder diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh kasi administrasi kebun dan studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh yaitu data curah hujan, realisasi pemupukan 2013-2014, struktur organisasi, data ketenagakerjaan, peta area, historis pemupukan dan historis produksi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Berikut adalah rincian pengumpulan data primer oleh penulis:

1. Ketepatan cara pemupukan. Data ini diperoleh dengan mengukur jarak penaburan pupuk yang terdekat dari batang tanaman kelapa sawit kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. Pengambilan contoh dilakukan terhadap 8 penabur (setiap penabur diambil sample sebanyak 10 tanaman) dengan tiga kali ulangan.

2. Ketepatan dosis pupuk. Pengamatan dilakukan terhadap dosis per tanaman, pengamatan ketepatan dosis eceran dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman per pasar pikul / dua jalur tanaman sampai dengan jalan kontrol. Jumlah tanaman per pasar pikul tersebut kemudian dibandingkan dengan dosis per tanaman dan jumlah pupuk yang di ecer. Jumlah pasar pikul yang diambil sebanyak 15 pasar pikul yang diambil

(16)

secara acak terurut pada 2 blok. Pengamatan juga dilakukan terhadap ketepatan dosis per tanaman dengan menghitung jumlah taburan per tanaman. Pengambilan contoh tanaman dilakukan terhadap 5 orang penabur dengan tiga kali ulangan. Masing-masing penabur diambil 10 contoh tanaman yang diamati.

3. Ketepatan jenis pupuk. Data ini diperoleh dengan pengamatan realisasi jenis pupuk yang diaplikasikan dilapangan kemudian dibandingkan dengan rekomendasi yang diberikan oleh Departemen Riset.

4. Ketepatan waktu pemupukan. Pengamatan dilakukan terhadap realisasi waktu pemupukan yang diaplikasikan di lapangan kemudian dibandingkan dengan rekomendasi waktu pemupukan yang diberikan oleh Departemen Riset serta pola curah hujan selama periode waktu tertentu dilaksanakannya pemupukan.

5. Efisisensi tenaga kerja dan Prestasi kerja penabur. Data ini diperoleh melalui pengamatan jumlah pupuk yang diecer ke lahan dan diaplikasi, jumlah penabur, luas yang teraplikasi, serta waktu dalam menyelesaikannya yang kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan.

Analisis Data dan Informasi

Data primer dan sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif, mencari rata-rata, presentase hasil pengamatan, dan menggunakan uji T-Student kemudian diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit secara umum dan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan kemudian dilakukan juga studi pustaka untuk membandingkannya.

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

Letak Administratif dan Geografis

Kebun Bagan Kusik Estate (BKE) merupakan salah satu bagian dari 8 estate milik perkebunan kelapa sawit PT. Harapan Sawit Lestari (PT. HSL). Perkebunan ini sebelumnya adalah kebun kelapa hibrida dan karet milik PT. Harapan Hibrida dan Karet (PT. HHK) Kalimantan Barat, kemudian pada tahun 2006 diakuisisi oleh Cargill dan Temasek Holdings. Pada tahun 2009 kebun ini diakuisisi sepenuhnya oleh Cargill, dan pada tahun 2013 berganti nama menjadi Cargill Tropical Palm (CTP). CTP merupakan salah satu platform bisnis milik Cargill World Wide yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan berpusat di Amerika Serikat. Kebun BKE terletak di Desa Asam Besar, Kecamatan Manismata, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Perkebunan ini berjarak 148 km dari kota Pangkalan Bun dan kurang lebih 200 km dari kota Ketapang. Kebun ini dapat dicapai dengan perjalanan darat

(17)

selama 4 jam melalui Kota Pangkalan Bun Kalimantan Tengah dan 5-6 jam melalui Kota Ketapang Kalimantan Barat. Batas-batas wilayah geografis kebun BKE yaitu, sebelah utara berbatasan dengan satuan pemukiman (SP) 7 dan 10 yang masuk kedalam wilayah perkebunan milik Poliplant Group, sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Manismata Estate, sebelah barat berbatasan dengan Kebun Kebanteng Estate, dan bagian timur berbatsan dengan Kebun Betivau Estate. Secara geografis lokasi kebun BKE terletak pada koordinat 2˚ 23 3̎ - 2˚ 26 31̎ LS dan 110˚ 56 43̎ - 110˚ 56 47̎ BT.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi rata-rata curah hujan tahunan di Kebun BKE dalam kurun waktu 4 tahun terakhir (2007-2014) adalah 2 762 mm per tahun dengan pola penyebaran hari hujan rata-rata 165 hari per tahun. Rata-rata bulan basah (BB) selama 7 tahun terakhir adalah 8 bulan dan rata-rata bulan kering (BK) adalah 4 bulan. Menurut klasifikasi iklim Schmit-Ferguson, kondisi iklim Kebun BKE termasuk dalam tipe iklim basah. Data curah hujan, harian hujan, BB, dan BK selama 7 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran.

Kebun BKE memilki jenis tanah 60% podzolik dan 40% entisol. Topografi Kebun BKE adalah 93.2% datar dengan luasan lahan 3 101.35 ha, 6.6% bergelombang dengan luasan lahan 230.61 ha, dan 0.51% berbukit dengan luasan lahan 9.24 ha. Derajat kemasaman tanah (pH) 4.5-5, suhu rata-rata berkisar antara 17˚C-34˚C, ketinggian tempat berkisar antara 24-62 m diatas permukaan laut, dan kelembaban sekitar 60%. Kebun BKE termasuk dalam kelas kesesuaian lahan tingkat S3. Berdasarkan klasifikasi kelas kesesuaian lahan tersebut, maka kebun BKE dapat digunakan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, tetapi perlu ada perlakuan khusus untuk mengurangi faktor pembatasnya sehingga peroses budi daya dapat berjalan lancar dan menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan

Seluruh areal kebun Bagan Kusik Estate adalah kebun inti dengan luas area kebun sebesar 3 888 ha, yang terdiri dari tanaman menghasilkan seluas 3 341.2 ha, dan area tidak ditanami seluas 546 ha. Kebun Bagan Kusik Estate dibagi menjadi dua Rayon, Rayon 1 memiliki area tanaman menghasilkan seluas 1 431.9ha dengan jumlah blok sebanyak 54 blok dan Rayon 2 seluas 1 823.6ha dengan blok sebanyak 73 blok. Area kebun yang tidak ditanami meliputi area perumahan, area lahan yang tidak produktif,buffer zone dan jalan. Area perumahan untuk rayon 1 dan 2 adalah 18.79 ha, 382.9 ha untuk area lahan yang tidak produktif, dan 14.5 ha untuk jalan.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Kebun Bagan Kusik Estate menggunakan varietas tanaman Tenera Socfindo, Tenera Marihat, Tenera Lonsum, dan Tenera Dami. Jarak tanam yang digunakan Kebun BKE adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi tanaman per hektar adalah 136 pokok. Tahun tanam Kebun BKE dimulai pada tahun 1994, 1995,

(18)

1996, dan 1997. Produksi dan produktivitas Kebun BKE selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi dan Produktivitas TBS di BKE 5 tahun terakhir

Tahun Tanam (ha) Luas Areal Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 2008/2009 3341.20 71 202.84 21.31 2009/2010 89 282.23 26.72 2010/2011 98 215.99 29.39 2011/2012 76 156.08 22.79 2012/2013 94 851.44 28.38 Rata-rata 85941.72 25.72

Sumber: Dokumen Kebun Bagan Kusik Estate (BKE), 2014 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Areal perkebunan inti BKE dipimpin oleh seorang estate manager dan dibantu oleh seorang senior estate manager, dalam melaksanakan pekerjaan estate manager dibantu oleh lima orangasisten yang bertugas megelola jalannya sistem budidaya kelapa sawit pada dua rayon. Struktur organisasi Kebun BKE dapat dilihat pada Lampiran 3.

Seorang asisten lapangdibantu oleh tiga orang mandor panen, empat orang mandor perawatan, tiga orang kerani buah dan seorang kerani pengiriman buah. Pada dasarnya tugas mandor adalah mengawasi seluruh kegiatan lapangan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang telah ditentukan perusahaan, serta memastikan karyawannya bekerja sesuai prosedur perusahaan mulai dari apel pagi hingga pulang kerja. Kerani buah bertanggungjawab untuk memastikan bahwa hasil produksi sesuai standar perusahaan. Kerani pengiriman buah bertugas mengawasi dan mengatur jalannya pengiriman buah dari lapangan ke PKS.Jumlah staf dan non-staf dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah Karyawan Staf dan Non Staf BKE Tahun 2014

Status Karyawan Jumlah (orang)

Karyawan Staff 7

Junior Staff 87

KHT 410

Total 504

ITK (HK per hektar) 0.1508

Sumber: Data Tenaga Kerja Kebun BKE, 2014

Status karyawan di Kebun BKE terdiri atas karyawan staf, junior staf dan Karyawan Harian Tetap (KHT). Karyawan staf meliputi estate manager, senior assistant, field assistant, dan kepala administrasi. Karyawan junior staff meliputi mandor, kerani, dan operator kendaraan. Keseluruhan jumlah karyawan yang dibutuhkan oleh suatu perkebunan harus berdasarkan indeks tenaga kerja (ITK) standar.ITK Kebun BKE adalah 0.1508 orang per ha (Tabel 2), hal tersebut sesuai

(19)

dengan pernyataan Pahan (2008) bahwa ITK standar yang dibutuhkan oleh perkebunan kelapa sawit yaitu 0.16 orang per ha.

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

Fasilitas kesejahteraan karyawan yang disediakan di BKE diantaranya adalah kantor kebun, rumah staf, rumah karyawan, masjid, gereja, peralatan kerja (termasuk APD), klinik kebun, tempat penitipan anak, taman kanak-kanak, sekolah dasar, gudang pupuk, gudang kimia, water treatment plan, bus sekolah, ambulan, dan lapangan sepak bola. Fasilitas kesejahteraan karyawan di BKE dapat dilihat pada gambar.

Gambar 1 Fasilitas kesejahteraan karyawan; A) Kantor kebun BKE; B) Gudang Pupuk; C) General store; D) Klinik; E) Water treatment plan; F) Bus sekolah; G) Masjid; H) Taman kanak-kanak; I) Perumahan karyawan

A B C D F I H G E

(20)

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengambilan Kesatuan Contoh Daun

Rekomendasi pemupukan dibuat berdasarkan hasil analisis daun yang didapat dari Leaf Sampling Unit (LSU). Selain dari hasil analisis daun, rekomendasi pupuk juga ditentukan dengan memperhatikan analisis tanah, produksi TBS aktual, umur tanaman dan pengamatan defisiensi secara visual. LSU merupakan pertimbangan utama dalam menentukan dosis rekomendasi pemupukan. LSU dilaksanakan setiap satu tahun sekali untuk menentukan dosis rekomendasi tahun selanjutnya. Oleh karena tahun fiskal di PT HSL dimulai pada bulan Juni – Mei, maka pelaksanaan pengambilan kesatuan contoh daun / LSU dilakukan pada bulan Februari – Maret sehingga rekomendasi pemupukan akan keluar pada bulan Juni. Pengambilan contoh daun dilakukan oleh tim dari ASD, setiap tim terdiri dari satu orang pengegrek, satu orang pengambil contoh daun, satu orang pencatat data dan sekaligus mengamati defisiensi hara secara visual pada pokok LSU dan enam pokok yang mengelilingi pokok LSU.

Pengambilan kesatuan contoh daun harus dilakukan pada pagi hari dan daun tidak dalam kondisi basah. Pokok – pokok yang digunakan sebagai pokok LSU telah ditentukan dan telah diberi tanda untuk mempermuah tim dalam mencari lokasi pokok tersebut. Pengegrek kemudian akan menentukan letak dari daun ke-17 dengan menghitung dari daun ke-1. Dalam phylotaxy kelapa sawit, daun ke-17 berada dibawah daun ke-9 dan daun ke-1. Penentuan pelepah ke-17 dan pengukuran daun dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 2 Pengambilan kesatuan contoh daun; A) Penentuan daun ke-17; B) Penentuan bagian rachis dan poin sampel pelepah yang akan dianalisa; C) Pengukuran lebar petiole; D) Pengukuran tebal petiole

A B

(21)

Pelepah ke-17 dipotong pada bagian bawah dan dipindahkan dari pohon. Titik pada pelepah dimana lebih kurang dua pertiga panjang pelepah dari bawah ditentukan dan pada bagian ini 6 helaian daun yang berdekatan (tiga helai atas dan tiga helai bawah) dari setiap sisi pelepah dipilih dan dipotong dari pelepah dengan pisau yang tajam. Bagian tengah sepertiga dari setiap helai daun kemudian dipotong dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang bersih dan telah diberi label.

Kantongan ini digunakan untuk menyimpan helaian daun dari seluruh tanaman kelapa sawit yang telah dipilih dalam satu KCD. Sampel pelepah (rachis) juga diambil dari bagian yang sama seperti helaian daun. Bagian sebagai contoh pelepah juga diambil dengan memotong bagian rachis kurang lebih 10 cm dari bagian yang datar dan 10 cm dari bagian yang siku. Kemudian semua sampel rachis dari satu KCD dimasukkan ke dalam satu kantongan. Kantong-kantong yang terdiri dari sampel daun dan rachis harus dilabel dengan jelas untuk menunjukkan nomor KCD, kebun, tanggal pengambilan sampel, dan nama pengambil sampel.

Pengukuran pertumbuhan vegetatif kelapa sawit juga dilakukan yaitu dengan mengukur tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar petiole, dan juga tinggi petiole. Akan tetapi dalam pelaksanaannya dengan pertimbangan keselamatan, pengukuran tinggi tanaman tidak dilakukan mengingat umur tanaman di BKE sudah lebih dari 15 tahun dan merupakan pokok tinggi. Target pengambilan kesatuan contoh daun untuk setiap tim adalah satu blok per hari.

Contoh daun yang sudah diperoleh kemudian dibawa ke laboratorium untuk dikeringkan. Setelah kering contoh daun tersebut kemudian dianalisis kandungan hara yang terkandung didalamnya dan dicatat sebagai kandungan hara daun aktual. Hasil analisis tersebut kemudian dihitung dan dikonversi menjadi dosis rekomendasi pemupukan dengan cara menghitung jumlah unsur hara yang diberikan ke dalam tanah, menghitung jumlah pupuk, dan menghitung jumlah pupuk setelah dikoreksi dengan kadar hara daun. Dosis rekomendasi pemupukan diperoleh dengan cara :

H = (S-T) x L x D x BV P = H x (100/Hp) Pk = Kn/K x Ps dimana

H = Jumlah unsur hara yang diberikan ke dalam tanah (kg) S = Kadar unsur hara tanah standar yang akan dicapai (%) T = Kadar unsur hara tanah aktual (%)

L = Luas daerah perakaran / luas piringan (m2)

D = Kedalaman daerah perakaran (m) Bv = Berat volume tanah (ton/m3)

P = Jumlah pupuk yang diberikan ke dalam tanah (kg) Hp = Kadar unsur hara di dalam pupuk (%)

Pk = Jumlah pupuk setelah dikoreksi dengan kadar hara daun (kg) Kn = Kadar unsur hara standar (%)

K = Kadar unsur hara daun aktual (%) Ps = Jumlah pupuk pada tahun sebelumnya

Dari perhitungan tersebut akan diperoleh dosis rekomendasi pemupukan (Npriani 2014)

(22)

Pemupukan

Pemupukan kelapa sawit bertujuan untuk menambah unsur-unsur hara yang kurang atau tidak tersedia didalam tanah, yang mana unsur hara tersebut diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif agar didapatkan tandan buah segar yang optimal. Produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari peranan pemupukan yang baik (Poeloengan et al. 2003). Pemupukan yang dilakukan di kebun BKE menggunakan 2 macam pupuk, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

1. Pupuk organik.

Pupuk organik adalah pupuk alami yang berasal dari bahan-bahan organik yang telah terdekomposisi. Selain mengandung unsur hara yang lengkap, didalam pupuk organik juga terkandung senyawa-senyawa yang bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit seperti asam humik dan asam fulvat yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

Pupuk organik yang diaplikasikan di BKE adalah berupa Tandan Kosong / Janjang Kosong dan pelepah kelapa sawit. Lokasi kebun BKE berada jauh dari PKS sehingga tidak dilakukan aplikasi Wet Decanter Solid (WDS) maupun Palm Oil Mill Effluent (POME). Kegiatan aplikasi janjang kosong di BKE berada dibawah 1 kemandoran dan dilakukan secara mekanis dan manual. Secara mekanis, janjang kosong diangkut dengan menggunakan box bin setelah mengantar buah ke PKS dan pulang membawa janjang kosong. Box bin berkapasitas 5-6 ton janjang kosong kemudian ditempatkan didalam gawangan mati pada blok yang akan diaplikasi.

Janjang kosong diangkut kembali menggunakan traktor kecil (FS) bertrailer yang berkapasitas 1.75 - 2 ton dan dilengkapi mesin greber janjang kosong sehingga pekerjaan memuat janjang kosong dapat dilakukan secara mekanis untuk kemudian diangkut kedalam barisan kelapa sawit. Setelah itu janjang kosong akan diaplikasikan ke gawangan mati secara manual dengan menggunakan angkong dan gancu oleh tenaga langsir. Standar kerja untuk seorang pelangsir janjang kosong adalah 12.5 ton HK-1.

Dosis janjang kosong yang diberikan adalah 50 ton ha-1 setara

dengan 350 kg/tanaman . Akan tetapi dalam pelaksanaannya rata-rata setiap pokok sawit hanya mendapatkan jumlah janjang kosong sebanyak 60-70 buah, dengan berat rata-rata 1 janjang kosong adalah 4,8 kg, maka setiap pokok sawit hanya mendapatkan dosis rata-rata sebesar 288-336 kg per pokok.

Janjang kosong atau tandan kosong adalah tandan buah yang sudah melewati proses perontokan dan perebusan pada saat diolah di PKS sehingga menyisakan tandan yang sudah tidak berisi buah sawit lagi dan hanaya berupa limbah pabrik. Akan tetapi didalam janjang kosong tersebut masih mengandung cukup banyak unsur hara, pengaplikasian 1 ton janjang kosong setara dengan 10 kg N, 1 kg P2O5, 12 kg K2O, 1 kg MgO dan 1.16

kg CaO. Dengan dosis 350 kg tanaman-1 , maka satu pokok kelapa sawit akan mendapatkan kurang lebih 3.5 kg N, 0.35 kg P2O5 , 4.2 kg K2O, dan

0.35 kg MgO, 0.41 kg CaO. Berdasarkan SOP kebun HSL pelepah kelapa sawit yang dipotong setiap tahun menghasilkan unsur hara sebesar 125 kg

(23)

N, 23 kg P2O5, 176 kg K2O, dan 25 kg MgO setiap hektarnya. Pelepah

kelapa sawit membutuhkan waktu selama 6-12 bulan agar dapat terdekomposisi sempurna, sedangkan janjang kosong membutuhkan waktu selama delapan bulan.

Janjang kosong diletakkan pada gawangan mati dengan maksimal tumpukan satu lapis janjang kosong. Hal ini dilakukan untuk menghindari berkembangnya hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Aplikasi janjang kosong dilakukan 5 tahun sekali khususnya untuk areal yang produksinya rendah dan areal bekas serangan ulat api (Setora nitens) . Aplikasi jangkos di kebun BKE dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Aplikasi janjang kosong; A) Pengangkutan jangkos dari tumpukan di jalan koleksi; B) Hasil tumpukan jangkos di gawangan mati.

Permasalahan yang ditemukan pada aplikasi jangkos di lapangan yaitu tidak adanya takaran yang menjadi standar dalam pengaplikasian jangkos untuk setiap tanaman, sehingga jumlah jangkos yang diaplikasikan tidak sama satu sama lain. Alat yang digunakan hanya menggunakan angkong sehingga kapasitas yang dibawa masing-masing pekerja berbeda.

2. Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat secara kimia sehingga disebut pupuk buatan. Secara umum, pupuk kimia terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara, dan biasanya unsur hara makro primer (N, P, K). Sedangkan pupuk majemuk memiliki kandungan hara yang lebih lengkap, selain hara makro primer terdapat juga hara makro sekunder (Ca, Mg, S) dan hara mikro esensial (Fe, Bo, Mn, Zn, Cl). Setelah dilakukan pengamatan dilapangan, pupuk yang digunakan di BKE adalah pupuk tunggal dan beberapa pupuk majemuk, diantaranya : Urea (46% N), MOP (60% K2O), RP (P2O5), Kieserit (26% MgO, 21% S),

Dolomit (20% MgO, 30% CaO) dan Borat (46% B2O3, 20% Na2O, dan

0,02% SO4).

Biaya yang harus dibayar oleh perusahaan untuk melakukan pemupukan kelapa sawit sangat besar, oleh karena itu dibutuhkan manajemen yang baik dan benar dalam pelaksanaan pemupukan. Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan terhadap pekerjaan pemupukan harus dilakukan dengan baik agar pemupukan dapat

(24)

berjalan dengan efektif dan efisien. Penentuan dosis rekomendasi dikeluarkan oleh Agronomi Support Departemen (ASD) PT HSL. Rekomendasi dikeluarkan berdasarkan hasil analisis daun, analisis tanah, umur tanaman, serta produksi TBS aktual. Hasil analisis daun didapatkan dengan bekerjasama dengan lembaga riset.

Pemupukan di kebun BKE dilaksanakan dengan dua kali rotasi dalam setahun, rotasi pertama dimulai dari bulan Juni-Desember dan rotasi kedua dimulai pada bulan Januari-Mei. Untuk pupuk Urea, MOP, dan RP dilaksanakan dengan dua kali rotasi, sedangkan untuk pupuk Borat, Kieserit dan Dolomit dilaksanakan hanya satu kali dalam setahun.

Permintaan pupuk dilakukan secara menyeluruh oleh perusahaan kepada suplier pupuk, kemudian pupuk akan didstribusikan ke seluruh estate. Jumlah dan jenis pupuk antar estate berbeda tergantung dari rekomendasi pupuk masing-masing estate. Pupuk yang datang ke BKE disimpan didalam gudang pupuk yang berkapasitas 500 ton. Tetapi kenyataannya, jika jumlah pupuk yang datang melebihi dari kapasitas penyimpanan gudang maka pupuk disimpan di luar gudang dengan syarat terdapat alas / palet, tidak tergenang air, dan pupuk harus ditutup dengan terpal. Hal ini karena sistem yang digunakan adalah FIFO (First In First Out), sehingga jika ada pupuk yang datang lebih dulu, maka pupuk tersebut yang akan segera diaplikasikan. Penyimpanan pupuk di gudang tidak boleh lebih dari 60 hari karena akan mempengaruhi kualitas dari pupuk tersebut.

Pelaksanaan Pemupukan. Kunci untuk mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan adalah perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Pekerjaanpemupukan diawali dengan perencanaan yang dilakukan oleh mandor pupuk dan asisten perawatan. Penentuan blok yang akan dipupuk dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pupuk dan jenis pupuk untuk hari tersebut. Kebutuhan pupuk dihitung dengan melihat dosis rekomendasi, luas blok yang akan dipupuk dan jumlah karyawan pupuk yang hadir pada hari tersebut.

Pengorganisasian dimulai dari pembuatan bukti permintaan pupuk oleh mandor, pengambilan pupuk dari gudang, transportasi pupuk ke lapangan, penentuan ancak dan pengeceran pupuk. Pupuk diambil dari gudang pupuk oleh tenaga Bongkar Muat (BM) setelah mandor menyerahkan bukti pengambilan pupuk kepada kepala gudang. Pengangkutan pupuk dilakukan dengan menggunakaan trailer yang berkapasitas 5 ton. Trailer tersebut kemudian ditarik menggunakan Traktor besar (FM) untuk diecer pada blok yang akan dipupuk

Pengeceran merupakan kunci agar ketepatan dosis setiap tanaman dapat tercapai, karena jika mandor salah dalam menentukan jumlah eceran maka dosis pupuk yang diaplikasikan juga salah. Pupuk diecer dalam bentuk karung 50 kg. Pengeceran dilakukan oleh tenaga BM yang berjumlah 4 orang dan diawasi oleh seorang mandor. Pengeceran dilakukan di sepanjang jalan koleksi. Tumpukan pupuk diletakkan di titik suplai yang biasanya adalah TPH, satu tumpukan pupuk akan digunakan untuk mepupuk 3 pasar pikul yaitu satu pasar pikul lurusan dari tumpukan tersebut, satu pasar pikul di kiri dan satu pasar pikul di kanan tumpukan

(25)

tersebut. Jumlah karung yang diecer disetiap titik suplai dihitung dengan memperhatikan dosis per tanaman, jumlah pokok per baris sampai dengan jalan tengah, dan topografi lahan didalam blok tersebut.

Kegiatan pemupukan yang selanjutnya adalah penaburan pupuk. Pekerjaan pemupukan di BKE dilakukan oleh karyawan yang berjumlah 15 orang dan dibagi kedalam tim. Setiap tim terdiri dari 2 orang penabur, sehingga terdapat 6 tim dengan penabur yang berpasangan dan 1 tim yang bekerja dengan 3 orang penabur. Bekerja secara tim dilakukan dengan maksud agar tidak ada karyawan yang bekerja sendirian didalam blok, sehingga keselamatan kerja karyawan dapat dijaga.

Target karyawan pemupuk yang digunakan disesuaikan dengan dosis rekomendasi setiap blok yang akan dipupuk, yaitu jika dosis rekomendasi 0.5 kg pokok-1 maka targetnya adalah 300 kg atau 4 karung,

jika dosis 1 kg pokok-1 maka targetnya adalah 400 kg atau 8 karung, dan

jika dosis 1.5 kg pokok-1 atau lebih maka targetnya adalah 600 kg atau 12

karung.

Premi diberikan jika penabur telah bekerja melebihi target. Premi dihitung dengan menggunakan sistem karung, setiap kelebihan satu karung 50 kg maka karyawan akan mendapatkan premi sebesar Rp 5 000,- untuk dosis 1.5 kg atau lebih dan Rp 7 000,- untuk dosis 1 kg. Sedangkan untuk pupuk Borat dengan rata-rata dosis 150-200 g pokok-1, premi per

karungnya adalah Rp 15 000,- untuk karungan 20 kg. Prestasi yang didapatkan karyawan rata-rata 2-4 ha hk-1.

Penaburan pupuk dilakukan dengan menggunakan cepuk atau mangkok staniless yang telah dikalibrasi untuk setiap jenis pupuk. Dari hasil kalibrasi yang telah dilakukan, didapatkan berat pupuk satu cepuk adalah 500 g. Maka untuk pupuk dengan dosis 1.5 kg taburan dilakukan dengan jumlah 3 cepuk per pokok. Ketepatan dosis akan didapatkan jika penabur menaburkan pupuk sesuai dengan aturan tersebut. Untuk pupuk Kieserit dan Dolomit, penaburan dilakukan pada gawangan mati. Sedangkan untuk pupuk Urea, taburan harus berada didalam piringan atau kurang lebih 1.5-2 m dari pokok. Untuk pupuk MOP dan RP, 60% taburan diletakkan di bagian luar piringan dan 40% pada gawangan mati.

Pupuk diambil dari titik suplai dengan menggunakan ember khusus yang telah dimodifikasi agar nyaman ketika digendong oleh karyawan. Kemudian pupuk dibawa masuk kedalam pasar pikul dan ditaburkan disetiap pokok sesuai dengan dosis rekomendasi. Penaburan dilakukan sampai dengan pokok di jalan tengah, kemudian penabur harus kembali menuju titik suplai untuk mengambil pupuk yang tersisa. Setelah dikalibrasi ember tersebut dapat menampung pupuk Urea sebanyak ±17 kg, sehingga untuk mendapatkan ketepatan dosis yang maksimal satu ember pupuk tersebut dihabiskan untuk 11 pokok kelapa sawit dengan dosis 1.5 kg/pokok. Peralatan yang digunakan untuk pemupukan dapat dilihat pada Gambar 4.

(26)

Gambar 4 Alat pemupukan yang digunakan di BKE; A) Cepuk stainless; B) Ember plastik dan cepuk

Pupuk Borat dalam penaburannya membutuhkan cepuk yang berbeda dari pupuk yang lain karena dosisnya yang kecil. Untuk Borat penaburan dilakukan menggunakan cepuk plastik dengan ukuran 50 g setelah dikalibrasi. Borat ditaburkan didalam piringan kelapa sawit secara merata. Pengawasan ekstra juga sangat dibutuhkan karena Borat adalah pupuk yang mahal sehingga rawan pencurian saat diecer sebelum ditabur. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Alur pengaplikasian pupuk di kebun; A) Persediaan pupuk di gudang BKE; B) Pengeceran pupuk di lapangan; C) Peralatan pemupukan ; D) Penabur sedang mengaplikasikan pupuk

A B

C D

(27)

Pengawasan sangat menentukan hasil dari pemupukan kelapa sawit. Mandor harus memastikan semua karyawan menaburkan pupuk sesuai dengan dosis, taburan pada tempat yang tepat, dan semua pokok sawit telah terpupuk. Pada kenyataannya, pokok-pokok sawit yang dekat dengan titik suplai akan mendapatkan pupuk yang relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan pokok yang berada di dalam blok / disekitar jalan kontrol. Hal ini disebabkan karena penabur harus berjalan jauh dari titik suplai sampai ke jalan koleksi, jika pupuk didalam ember yang dibawanya habis, mereka harus kembali lagi ke titik suplai untuk mengambil pupuk yang tersisa dan masuk lagi kedalam pasar pikul untuk melanjutkan taburannya sampai ke jalan tengah. Selain itu, banyaknya parit dan rawa didalam blok juga mempengaruhi jumlah taburan untuk setiap pokok sawit.

Permasalahan yang dihadapi saat aplikasi pupuk secara manual adalah pengeceran yang masih menggunakan sistem karungan dan tidak ada tenaga langsir sehingga karyawan pupuk harus berjalan jauh untuk melangsir pupuk kedalam blok dan kemudian menaburkannya. Cepuk yang digunakan juga masih kurang efektif jika digunakan untuk semua jenis pupuk, karena berat jenis masing-masing pupuk berbeda. Selain itu, karyawan juga kurang memperhatikan hasil taburan karena mereka lebih mementingkan waktu agar cepat mencapai target.

Pemupukan Mekanis. Bagan Kusik Estate telah menerapkan pemupukan secara mekanis yang dilakukan dengan menggunakan Fertilizer Spreader dan dijalankan menggunakan farm traktor (FM). Spreader yang digunakan memiliki hoper yang berkapasitas 650 kg dan telah dikalibrasi sesuai dengan dosis rekomendasi. Pemupukan yang dilakukan menggunakan spreader akan lebih efisen waktu dan tenaga jika dibandingkan dengan pemupukan secara manual, hal ini karena spreader dapat mengaplikasikan pupuk 10-20 ton/hari. Untuk mendapatkan ketepaan dosis, maka spreader harus dijalankan dengan kecepatan tertentu sehingga setiap pokok mendapatkan jumlah pupuk yang sama dan sesuai dengan rekomendasi. Aplikasi pemupukan secara mekanis dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Pemupukan mekanis; A) Pemupukan mekanis menggunakan fertilizer spreader; B) Semburan pupuk lebih merata

(28)

Kalibrasi yang dilakukan adalah dengan menghitung jumlah pupuk yang dibawa kemudian dibandingkan dengan jumlah pokok yang terpupuk dan kecepatan jalan traktor tersebut. Setelah dilakukan pengamatan dengan menggunakan spreader 03 dan FM Kaitech 904, untuk pupuk sebanyak 1 ton dengan dosis 1.5 kg / pokok dengan kerapatan tanam 136 pokok / ha, dan jarak tanam 9.2 m, maka pokok sawit yang harus teraplikasi adalah sebanyak 667 pokok dengan jarak tempuh traktor adalah 3 054 m, didapatkan waktu aplikasi rata-ratanya selama 20 menit 56 detik. Sehingga kecepatan rata-rata traktor adalah 2.43 m / detik atau setara dengan 8.9 km / jam dengan standar putaran mesin 1750 Rotasi Per Menit (RPM). Jika operator melakukan pemupukan sesuai dengan kalibrasi tersebut, maka ketepatan dosis pemupukannya adalah 100%. Taburan pupuk yang didapatkan dari pemupukan mekanis akan lebih merata jika dibandingkan dengan pemupukan secara manual. Akan tetapi untuk areal rendahan tidak dapat dipupuk secara mekaniskarena adanya parit maupun rawa sehingga tidak dapat dilewati oleh traktor, sehingga untuk areal rendahan akan lebih efektif jika dipupuk secara manual.

Pengendalian Gulma Secara Kimia

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan untuk mengendalikan gulma yang tumbuh di piringan dan pasar pikul, kegiatan ini biasa disebutPath and Circle Chemist.Kegiatan ini dilakukan dengan rotasi 2.5 kali per tahun, yaitu setiap blok di BKE akan mendapatkan perlakuan pengendalian gulma secara kimia sebanyak 2-3 kali dalam setahun. Jenis gulma yang dominan di kebun BKE adalah, Boreria alata, Ageratum conyzoides, Ottochloa nodosa, Clidemia hirta, Nephrolephis biserata, Cleome rutidospermae, dll. Herbisida yang digunakan adalah herbisida yang berbahan aktif gliphosate. Alat semprot yang digunakan mikron herbi-4 yang berkapasitas 10 liter.

Kegiatan pengendalian gulma ini hanya dilakukan jika cuaca cerah dan tidak hujan, karena jika cuaca hujan maka herbisida akan terbuang sia-sia tercuci oleh air hujan. Sebelum dilakukan penyemprotan, herbisida terlebih dulu harus diambil dari gudang kimia kemudian diencerkan. Pengenceran dilakukan oleh seorang pelangsir air semprot dan didampingi oleh mandor. Pengenceran herbisida dilakukan menggunakan air bersih dengan konsentrasi 5%. Untuk mendapatkan konsentrasi 5% dilakukan dengan mencampurkan herbisida sebanyak 1 liter dengan air sebanyak 19 liter dalam dirigen berukuran 20 liter. Selain mempersiapkan herbisida, mandor juga harus memastikan bahwa alat semprot yang akan digunakan dalam keadaan berfungsi dengan baik. Setelah itu alat semprot beserta dirigen yang berisi herbisida dibawa dan diecer pada blok yang akan disemprot.

Kegiatan pengendalian gulma ini dilakukan oleh unit tim semprot yang terdiri dari 8 orang penyemprot, 1 orang pelangsir air, dan 1 orang mandor. Penyemprotan adalah kegiatan yang berhubungan dengan bahan kimia, oleh karena itu setiap karyawan semprot dibekali dengan alat pelindung diri (APD) yang berupa baju wearpack, sarung tangan karet, masker, kacamata, sepatu boot, dan apron plastik. Selain itu, karyawan semprot juga telah dibekali pengetahuan tentang bahaya dan cara penanggulangan jika terkena bahan kimia tersebut.

(29)

Larutan herbisida dituangkan kedalam tangki mikron herbi-4 oleh petugas pelangsir air, setelah terisi kemudian karyawan semprot mulai melakukan kegiatan penyemprotan. Target untuk seorang penyemprot adalah 30 liter hk -1dengan prestasi rata-rata 6 ha hk-1. Premi yang diberikan kepada karyawan

semprot adalah berupa premi harian tetap yaitu Rp 5.000,- per hari. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Kegiatan pengendalian gulma kimia; A) APD yang wajib digunakan untuk tim semprot (Wearpack, kaos tangan karet, masker, apron); B) Alat semprot yang digunakan yaitu CDA (Controled Droplet aplication) sebelum diisi larutan herbisida.

Selain Path and Circle Chemist, pekerjaan lain yang dilakukan adalah Chemis Gulma (CG). Chemis gulma adalah pekerjaan semprot yang ditujukan untuk mengendalikan gulma keras yang tumbuh di gawangan. Pekerjaan ini dilakukan dengan rotasi 2 kali setahun. Bahan kimia yang digunakan adalah Gliphosate.

Pengendalian Gulma secara Manual

Kegiatan pengendalian gulma secara manual di kebun BKE meliputi babat gawangan dan garuk piringan / sanitasi.

Babat gawangan. Kegiatan babat gawangan termasuk kedalam kategori perawatan yang dilakukan dengan rotasi 2 kali setahun. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara membabat gulma-gulma yang dianggap gulma keras berupa kayu-kayuan, pakis-pakisan, anak sawit, dan gulma-gulma lain menggunakan parang. Kegiatan ini dilakukan dibawah satu kemandoran dengan jumlah karyawan 10 orang. Basis kerja seluas 1 ha hk-1 yang harus diselesaikan

dalam waktu 5 jam.

Permasalahan yang sering ditemukan pada kegiatan babat gawangan adalah kurang sesuainya hasil babatan yang dikerjakan karyawan dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Banyak anak kayu liar yang tidak dibabat, babatan pada batang kayu yang terlalu tinggi menjadi permasalahan utama dalam kegiatan babat gawangan. Hal ini disebabkan karena karyawan perawatan adalah ibu-ibu dan kebanyakan sudah lanjut usia. Pengawasan dari mandor yang kurang intensif membuat hasil kerja babat gawangan kurang maksimal.

Garuk piringan. Pekerjaan garuk piringan sering juga disebut sanitasi pringan, karena pekerjaan ini tidak hanya membersihkan gulma di piringan tetapi

(30)

juga menggaruk serasah dan rontokan dari pelepah kelapa sawit yang jatuh di piringan menggunakan penggaruk dan parang. Pekerjaan ini berada dibawah satu kemandoran yang terdiri dari 8 orang karyawan. Basis kerja dalam melaksanakan pekerjaan garuk pirngan adalah 0.7 ha hk-1 yang diselesaikan dalam waktu 5 jam.

Rotasi pekerjaan garuk piringan adalah sekali dalam setahun.

Gambar 8 Pengendalian gulma manual; A) Karyawan sedang melakukan pekerjaan sanitasi piringan; B) penulis sedang melakukan pekerjaan babat gawangan

Permasalahan yang ditemukan dalam pekerjaan garuk piringan adalah pengawasan dari mandor yang kurang intensf sehingga karyawan bekerja dengan santai dan banyak istirahat. Hal ini menyebabkan banyak karyawan yang tidak dapat mencapai basis kerja. Populasi gulma didalam piringan yang tinggi juga turut menghambat pekerjaan garuk piringan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal seharusnya kegiatan garuk piringan ini diselaraskan dengan kegiatan semprot piringan dan pasar pikul / CPP. Perlakuan CPP sebaiknya dilakukan 2 bulan sebelum garuk piringan masuk pada blok yang sama, sehingga hasil pekerjaan garuk piringan maksimal dan piringan akan senantiasa terjaga keberbersihannya.

Panen

Panen kelapa sawit merupakan kegiatan mengambil Tandan Buah Segar (TBS) yang telah masak, mengutip brondolan dan mengumpulkannya ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). TBS kemudian diangkut menuju Pabrik Kelapa Sawit (PKS) < 24 jam setelah diambil, hal ini dilakukan untuk menghindari meningkatnya kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) dan untuk menghindari penurunan kualitas dari CPO yang dihasilkan. Panen merupakan hal yang paling penting dalam perkebunan kelapa sawit, sehingga pengelolaan panen harus dilakukan dengan baik mulai dari persiapan panen, organisasi panen, pelaksanaan panen, pengawasan dan juga evakuasi TBS dari TPH hingga ke PKS.

Persiapan Panen. Persiapan panen dilakukan pada saat briefing di pagi hari yang dilakukan oleh mandor kepada karyawan untuk menyampaikan hasil panen pada hari sebelumnya, lokasi panen dan juga target yang harus dicapai pada hari tersebut. Setelah itu, karyawan akan mempersiapkan peralatan yang akan

(31)

digunakan untuk pemanenan, yaitu : egrek, angkong, gancu, kapak, penggaruk brondolan dan pengki. Selain itu, karyawan juga harus mempersiapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang berupa sepatu boot karet, helm, dan kaca mata. Berdasarkan pengamatan lapang di kebun BKE, alat-alat yang digunakan pada saat panen dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9Alat-alat yang digunakan saat pemanenan, dari kiri ke kanan : angkong, kapak, pengki, gancu, penggaruk, dan egrek

Alat-alat tersebut kemudian diangkut menuju ke lokasi panen menggunakan Mini Tractor (FS) yang dilengkapi Trailer dan dipisahkan antara alat dengan karyawan. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak sedikit karyawan yang membawa sendiri peralatannya tersebut menggunakan motor pribadi agar lebih cepat dan tidak harus menunggu. Untuk egrek dan kapak, pada saat transportasi mata egrek dan kapak harus dibungkus menggunakan selang plastik hingga menutupi seluruh mata egrek untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Tabel 3 Alat-alat yang digunakan untuk panen beserta fungsinya

Alat Fungsi

Egrek Memotong pelepah dan TBS dari pohon Angkong Mengangkut TBS dari piringan ke TPH

Gancu Menaikkan TBS dari piringan ke angkong dan menata TBS ketika di TPH Kapak Memotong tangkai TBS agar seragam

Penggaruk Mengutip brondolan dari piringan

Pengki Tempat pengumpul brondolan dari piringan

Demonstrasi Kerja. Demonstrasi kerja adalah salah satu kegiatan yang rutin dilakukan disetiap kemandoran kerja, tak terkecuali kemandoran panen. Demo kerja dilakukan rutin setiap seminggu sekali disetiap kemandoran. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan contoh panen yang benar dan aman bagi setiap karyawan.

Organisasi Panen. Bagan Kusik Estate Rayon 2 memiliki 6 kemandoran panen yang bertanggung jawab atas bloknya masing-masing. Sistem yang digunakan adalah hanca tetap, yaitu setiap karyawan telah memiliki hanca masing-masing sesuai blok yang dipanen yaitu empat pasar pikul / delapan baris tanaman. Oleh karena itu, setiap pemanen mendapatkan jatah ± 2 ha hk-1. Setiap

(32)

kemandoran akan dibantu oleh kerani produksi yang bertugas untuk menghitung jumlah buah yang didapatkan setiap karyawan kemudian dicatat dalam docket untuk mengetahui ketercapaian basis dan menghitung premi pemanen. Rotasi panen yang diterapkan di BKE adalah 2.5 rotasi per bulan, artinya setiap blok yang telah dipanen akan dipanen kembali dalam 11 – 15 hari kemudian. Akan tetapi pada pelaksanaannya banyak kemandoran yang rotasi panennya mencapai 16-20 hari. Hal ini sering terjadi karena terbatasnya jumlah pemanen pada setiap kemandoran. Jumlah pemanen per kemandoran rata-rata 13-15 orang untuk areal seluas kurang lebih 300 ha. Rasio jumlah tenaga kerja di kebun BKE sebesar 0.1508 hk ha-1, sedangkan standar rasio tenaga kerja untuk perkebunan kelapa

sawit adalah sebesar 0.16 hk ha-1.

Pelaksanaan Panen. Setiap pemanen harus bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku dan wajib menggunakan APD yang berupa sepatu boot, helm dan kacamata. Dalam pelaksanaan panen, para pemanen menggunakan egrek dengan 3 sambungan untuk memotong TBS karena rata-rata umur kelapa sawit di BKE sudah lebih dari 15 tahun. Standar pemasangan gagang egrek dengan 3 sambungan sesuai dengan SOP :

 Panjang gagang egrek diameter 32: 3 atau 4 meter.

 Panjang gagang egrek diameter 38: 3, 4 atau 5 meter.

 Untuk gagang egrek diameter 45: dipasang sebagai gagang dasar

Pemanen juga harus memperhatikan jarak antara badan dengan pohon ketika melakukan pemotongan TBS yaitu 1.5 – 2 m agar tetap aman. Selain memotong TBS, pemanen juga harus memotong pelepah terbawah dari TBS yang akan diambil. Pangkal pelepah yang berduri dipotong dan ditempatkan di gawangan mati dengan cara tengkurap, sedangkan unjung pelepah ditempatkan diantara tanaman tanpa mengurangi lebar piringan. Penyusunan pelepah dengan cara seperti ini bertujuan untuk mengurangi aliran permukaan (run off) sehingga meminimalkan terjadinya erosi.

Brondolan yang tercecer di piringan juga harus dikutip dan ditempatkan didalam karung sebelum dibawa ke TPH. Pada saat di TPH, buah disusun dengan kelipatan 10 dan tangkainya dipotong agar seragam panjangnya. Selanjutnya pemanen harus memberi nomor pada tangkai tersebut sesuai dengan identitas masing-masing pemanen agar memudahkan kerani produksi dalam menghitung buah.

Basis atau target pemanen dalam memanen kelapa sawit ditentukan berdasarkan Bobot Janjang Rata-Rata (BJR) setiap blok tersebut. BJR didapat dari perhitungan rata-rata BJR selama 6 bulan berjalan. Mandor wajib menyampaikan BJR setiap blok yang akan dipanen kepada para pemanen.

Premi diberikan jika pemanen telah mendapatkan buah melebihi basis. Terdapat tiga jenis premi yang berlaku di BKE untuk kegiatan pemanenan, yaitu : premi basis, premi lebih basis, dan premi kelipatan basis (setiap kelipatan 30% dari basis). Premi basis diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada pemanen karena telah bekerja mencapai basis, besarnya adalah Rp 6 000,-. Premi lebih basis dihitung untuk setiap tandan yang didapat selain basis, besarnya premi lebih basis tergantung dari BJR masing-masing blok. Premi kelipatan basis adalah bonus sebesar Rp 6000,- yang diberikan jika pemanen telah mendapat hasil melebihi target yang jumlahnya 30% dari basis, berlaku untuk setiap kelipatan dan terbatas sebanyak tiga kali kelipatan basis tersebut.

(33)

Angka Kerapatan Panen. Angka kerapatan panen merupakan angka yang menunjukkan besarnya kerapatan buah matang pada suatu areal. AKP berguna untuk memproyeksikan produksi dan menentukan kebutuhan tenaga kerja per hari.

Rumus AKP = Jumlah TBS siap panen / Jumlah tanaman diamati

Gambar 10 Kegiatan pemanenan TBS; A) Mandor memberi arahan kepada karyawan; B) Pemotongan buah dengan diawasi oleh mandor; C) TBS yang sudah dipotong dikeluarkan menggunakan angkong; D) TBS diangkut menggunakan trailer; E) TBS ditumpahkan kedalam box bin; F) Box bin dibawa oleh Truk

Pengawasan. Tujuan dari pengawasan adalah untuk meminimalkan terjadinya kehilangan hasil atau losses fruit yang disebabkan karena buah mentah dipanen, buah matang tidak terpanen, buah tinggal, brondolan tidak dikutip, dan buah yang tercecer di jalan ketika diangkut. Mengawasi jalannya proses panen adalah tugas dari seorang mandor panen yang kemudian akan diawasi asisten.

A

E F

B

(34)

Buah yang telah matang ditandai dengan adanya brondolan sehat yang jatuh di piringan minimal 15 buah. Sanksi diberikan jika pemanen dengan sengaja memanen buah mentah, yaitu berupa denda sebesar Rp 50.000,- untuk setiap tandan mentah yang dipanen. Sehingga dibutuhkan pengawasan yang baik agar buah mentah dapat diminimalisir. Grading buah dilakukan oleh mandor, kerani panen dan juga asisten.

Evakuasi TBS. Evakuasi TBS adalah kegiatan mengangkut TBS dari TPH dan kemudian diangkut ke PKS untuk diolah. Berdasarkan pengamatan di lapang, untuk kegiatan evakuasi buah yang dilakukan di BKE sudah menerapkan sistem pengangkutan secara mainline, yaitu pengangkutan buah dilakukan secara mekanis. TBS yang berada di TPH akan diangkut kedalam box bin yang berada disetiap main road pada blok yang sedang dipanen dengan menggunakan Truck Schissor (TS)yang berkapasitas maksimal 5 ton dan Traktr Trailer (FS) yang berkapasitas maksimal 3 ton. Box bin yang sudah terisi penuh oleh TBS kemudian akan diangkut ke PKS menggunakan Truck Large (TL) yang berdaya angkut maksimal 11 ton. Mandor, kerani produksi dan asisten harus memastikan bahwa tidak ada buah yang tertinggal di TPH maupun didalam box bin sehingga tidak terangkut ke PKS pada hari itu juga.

Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan adalah kegiatan awal dari seluruh kegiatan budidaya kelapa sawit. Pembibitan kelapa sawit PT HSL bertempat di River View Estate (RVE). Sistem pembibitan yang digunakan adalah dengan pembibitan 2 tahap yaitu pre nursery dan main nursery. Pembibitan dengan sistem 2 tahap memberikan lebih banyak keuntungan jika dibandingkan dengan pembibitan 1 tahap yaitu : luas lahan yang digunakan lebih sedikit, lebih mudah dan efektif dalam perawatannya, mudah dalam pengawasan dan pengamanan bibit, dan juga seleksi dapat dilakukan dengan lebih baik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi pembibitan adalah topografinya harus datar, dekat dengan sumber air, memiliki drainase yang baik, akses jalan mudah, dan dekat dengan emplasmen agar pengawasan dan pengamanan bibit lebih intensif.

Pre Nursery. Bibit adalah investasi yang akan menentukan keberhasilan budidaya kelapa sawit. Bibit yang digunakan di PT HSL adalah persilangan Dura dan Pisifera yaitu DxP Yangambi. Benih yang diterima dari supplier harus segera diseleksi antara benih yang baik dan benih yang rusak. Benih yang baik adalah biji yang telah muncul plumula dan radikulanya, jika patah maka harus dipisahkan. Setelah itu benih harus segera ditanam pada babybag yang berukuran 8x14 cm dengan media tanam tanah top soil dan ditambah Wet Decanter Solid (WDS) yang telah kering dengan perbandingan 6:1. Selain itu ditambahkan pula pupuk Rock Phospate (RP) sebanyak 50 kg untuk 1000 babybag.

Babybag ditata didalam bedengan dengan luas 1.2x10 m. Bedengan dibuat dengan tujuan untuk mempermudah perawatan dan pengawasan bibit didalam pembibitan. Didalam area pembibitan prenursery diharapkan tidak ada gulma yang tumbuh baik didalam maupun diluar polybag. Karena gulma dapat menjadi sarang bagi hama pembibitan kelapa sawit seperti belalang, ulat, dan jangkrik. Sebagai antisipasi maka disetiap sela-sela bedengan dipasang alas karung bekas karung pupuk / jumbo bags agar tanah tertutup sehingga gulma tidak dapat

Gambar

Gambar 1  Fasilitas kesejahteraan karyawan; A) Kantor kebun BKE; B) Gudang  Pupuk; C) General store; D) Klinik; E) Water treatment plan; F) Bus  sekolah; G) Masjid; H) Taman kanak-kanak; I) Perumahan karyawan
Gambar  2    Pengambilan  kesatuan  contoh  daun;  A)  Penentuan  daun  ke-17;  B)  Penentuan bagian rachis dan poin sampel pelepah yang akan dianalisa;
Gambar  3  Aplikasi  janjang  kosong;  A)  Pengangkutan  jangkos  dari  tumpukan  di  jalan  koleksi;  B)  Hasil  tumpukan  jangkos  di  gawangan mati
Gambar 5  Alur pengaplikasian pupuk di kebun; A)  Persediaan pupuk di  gudang BKE; B) Pengeceran pupuk di lapangan; C) Peralatan  pemupukan ; D) Penabur sedang mengaplikasikan pupuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri

Luas fase yang dihasilkan pada periode 11 April 2015 yaitu fase generatif 20468,40 Ha, fase vegetatif 2220,99 Ha, fase bera 3644,1 Ha, dan fase air 125,4 Ha.Jumlah fase vegetatif

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket

The construction of the nontrivial maneuver employs the nilpotent approximation of the orig- inally nonnilpotent robot dynamics, and is based on an iterative steering algorithm..

[r]

Pada proses validasi yang dilakukan oleh peneliti, baik validasi kepada ahli materi, ahli media dan ahli desain, peneliti mendapatkan penilain dari ahli materi,

Walaupun penerapan sangsi pukulan yang memang harus dilakukan sudah tidak diperselisihkan lagi, ternyata aplikasinya tidak sepenuhnya seperti itu. Kenyataan