• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting)

Tahap-tahap pelaksanaan persiapan lahan peremajaan di Kebun Teluk Bakau antara lain: (1) sensus pokok yang akan ditumbang, (2) penetapan raja

lining, (3) pre lining, (4) pembongkaran pokok, (5) pembuatan parit (6) compacting dan cambering, dan (7) penataan areal konservasi.

(1) Sensus pokok yang akan ditumbang. Beberapa bulan sebelum pembongkaran dilakukan sensus pokok pada blok yang akan dibongkar. Sensus pokok adalah menghitung jumlah pokok hidup (H) dan pokok mati (M) sehingga perusahaan dapat mengetahui total biaya pembongkaran pokok.

Alat-alat yang harus dibawa oleh karyawan penyensus pokok adalah buku, alat tulis, dan cat berwarna merah. Pelaksanaan sensus dilakukan baris per baris dan pada setiap pokok pertama dan terakhir ditulis hasil sensus (H dan M) dalam baris tersebut dengan menggunakan cat berwarna merah. Penulisan dilakukan pada pelepah kering dan masih menempel di pokok dan menghadap ke arah KCB (Gambar 1). Kemudian hasil sensus tersebut ditulis pada buku dan diserahkan kepada mandor untuk direkapitulasi.

Gambar 1 Kegiatan sensus pokok

(2) Penetapan pancang utama. Pancang utama adalah sebuah titik yang menjadi patokan untuk memancang seluruh daerah/blok yang akan dipancang. Titik pancang utama adalah salah satu titik pertemuan collection motorcycle road

dengan main motorcycle road. Pemancangan harus memenuhi sistem mata lima. Pancang utama pada PT BNS disebut raja lining (Gambar 2). Pembuatan pancang uatama sudah dilaksanakan ketika penulis sampai di tempat magang sehingga penulis tidak sempat mengamati proses pelaksanaannya sehingga penulis hanya mengamati hasilnya saja.

Pancang utama juga berguna sebagai patokan penataan kembali jaringan jalan yang sudah ada agar sesuai dengan kebutuhan areal peremajaan. Jaringan jalan yang ditata kembali adalah pasar rintis (path), jalan pengumpul sepeda motor (collection motorcycle road), dan jalan utama sepeda motor (main motorcycle road). Jalan pengumpul dan jalan utama sepeda motor dirancang hanya untuk dapat dilewati sepeda motor karena di PT BNS pegangkutan TBS dari lahan ke pabrik kelapa sawit (PKS) menggunakan transportasi air. Jalan pengumpul sejajar dengan kanal cabang (KCB) dan tegak lurus dengan jalan utama dengan lebar 6 m. Jalan utama sejajar dengan kanal utama (KUT) atau arah utara – selatan dan lebar 8 m. Sedangkan pembuatan path termasuk dari kegiatan

compacting dan cambering.

Gambar 2 Pancang utama

(3) Pre lining, yaitu pemancangan awal yang dilakukan sebelum tanaman ditumbang. Kegiatan ini dilakukan sebelum tanaman ditumbang agar tanaman tetap bisa dipanen ketika dilakukan pemancangan. Pancang pada pre lining akan menjadi patokan pembuatan parit CECT dan parit field drain. Ujung pancang CECT diberi warna merah sedangkan ujung pancang field drain diberi warna biru. Pancang mata tiga adalah pancang penunjuk arah bagi operator alat berat dalam pembuatan parit (Gambar 3).

Gambar 3 Pre lining (kiri) dan pancang mata tiga untuk pembongkaran pokok (kanan)

(4) Pembongkaran pokok. Pembongkaran pokok terdiri atas penumbangan,

chiping, dan pembongkaran dan pencacahan bonggol/perakaran (Gambar 4). Tanaman ditumbang terlebih dahulu sejajar dengan arah barisan kemudian dilakukan chiping atau pencincangan. Chiping adalah pencincangan batang pokok sawit ke bentuk irisan-irisan dengan tebal maksimal 10 cm agar terurai lebih cepat oleh mikroorganisme. Setelah itu dilakukan pembongkaran akar kemudian dicacah. Sisa pokok yang telah dibongkar harus dirumpuk rapi sejajar dengan barisan berdasarkan pancang pre lining untuk memudahkan operator excavator

lainnya dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan parit. Akar harus dibongkar untuk mengurangi intensitas serangan ganoderma yang menyebabkan busuk pangkal batang. Kegiatan pembongkaran pokok diborongkan kepada kontraktor dengan biaya Rp 65 000/H dan Rp 20 000/M (untuk gali bonggol/perakaran pokok mati).

Pembongkaran pokok dilakukan alat berat dengan prestasi kerja (PK) 21 –

23 pokok/jam. Capaian PK ini jauh lebih tinggi dibandingkan di tanah mineral (11 – 13 pokok/jam) karena pokok digambut lebih lunak dan lebih rendah (tinggi rata-rata ≤12 m).

(5) Penataan kembali blok untuk kegiatan peremajaan. Blok-blok lama harus ditata ulang agar sesuai dengan kebutuhan kegiatan peremajaan. Penataan kembali merupakan bagian dari inovasi ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya Kebun Teluk Bakau menggunakan jasa kontraktor. Kegiatan-kegiatan penataan kembali blok antara lain pembuatan kanal cabang baru, parit tengah, CECT, dan field drain.

Kanal cabang baru (KCB baru) dahulunya merupakan parit tengah yang membagi blok dua bagian yang sama, namun diubah menjadi KCB baru untuk akses jalan kendaraan air pengangkut TBS dan logistik ke tengah blok. Parit KCB baru memiliki ukuran lebar permukaan atas 4 m, kedalaman 3 m, dan lebar permukaan bawah 3 m (4 m x 3 m x 3 m). Prestasi kerja pembuatan KCB baru adalah 20 m/BU artinya 20 meter per jam oleh alat berat (excavator) dengan biaya kontrak Rp 55 000/m. Terkadang pembuatan parit KCB baru terlalu lebar dari ukuran yang ditentukan sehingga dapat mengurangi populasi tanaman per hektar (SPH). Oleh karena itu kegiatan pembuatan KCB baru perlu diawasi secara langsung di lapangan.

Parit tengah atau parit kontrol adalah parit sekunder untuk drainase blok yang memiliki ukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah sejajar dengan KCB baru. Kombinasi parit tengah dan KCB baru membagi blok menjadi empat bagian

(petak A, B, C, D) yang dahulunya hanya dua bagian yang dipisahkan oleh parit tengah. Hal ini dilakukan agar pasar pikul lebih pendek sehingga evakuasi TBS ke TPH lebih efisien. Water flow dibuat di setiap pertemuan antara parit tengah dengan kanal kolektor untuk mempertahankan ketinggian muka air tanah. Prestasi kerja pembuatan parit tengah adalah 50 m/BU dengan biaya kontrak Rp 9 000/m.

(a) (b)

(d) (c)

Gambar 4 Proses pembongkaran pokok: penumbangan pokok (a),

chipping (b), hasil chipping (c), dan pembongkaran akar (d) Parit CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit tempat dirumpukkan sisa tanaman hasil pembongkaran pokok yang sudah kering (Gambar 5) untuk mengurangi intensitas serangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dan rayap (Coptotermes curvignathus). Sisa-sisa tanaman diupayakan agar tergenang air sehingga kumbang tanduk tidak dapat bertelur pada sisa-sisa tanaman tersebut. Genangan air juga mencegah sisa-sisa tanaman menjadi sumber makanan bagi rayap. Ukuran parit CECT adalah l.2 m x 1.2 m x 1.8 m. Parit CECT dibendung pada kedua sisinya agar tidak mencemari air kanal. Prestasi kerja pembuatan CECT 49 m/BU dengan biaya kontrak Rp 18 000/m.

Field drain adalah parit untuk drainase lahan dan sering disebut sebagai parit tersier. Ukuran field drain adalah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio parit CECT dan field drain masing-masing terhadap baris tanaman adalah 1:4 dan dibuat selang-seling. Artinya dalam 4 baris tanaman terdapat 1 parit CECT dan 1 parit

field drain. Jarak parit CECT ke field drain 14 m sehingga jarak parit CECT ke parit CECT berikutnya 28 m demikian juga dengan jarak field drain ke field drain

berikutnya juga 28 m. PK pembuatan field drain 55 m/BU dan biaya kontrak Rp 6 250/m. Perbedaan blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan dapat dilihat pada Gambar 6. Layout petak blok dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber. Pengamatan di lapangan (2013)

Gambar 6 Layout blok sebelum peremajaan (kiri) dan setelah peremajaan (kanan)

Sumber: Pengamatan di lapangan Keterangan: Arah jalan perawatan tanaman Pokok tanaman kelapa sawit

Gambar 7 Layout petak A blok peremajaan

(6) Compacting dan cambering. Satu gawangan di lahan peremajaan diapit oleh satu parit CECT dan satu parit field drain. Compacting adalah proses pemadatan tanah gawangan agar tanah semakin padat (Gambar 8a). Daya sanggah tanah yang rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan menurunkan produksi. Setelah drainase, pemadatan merupakan faktor yang sangat kritis terhadap kesuksesan budidaya kelapa sawit di lahan gambut. Pemadatan akan meningkatkan kerapatan lindak tanah sehingga mengurangi tingkat pencucian pupuk, meningkatkan pasokan hara (hara per volume gambut meningkat), dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya tanaman dapat dikurangi. Cambering salah satu inovasi PT BNS dalam mencegah tergenangnya air di gawangan. Cambering adalah proses pembubunan gawangan hidup atau pasar rintis (path) sehingga berbentuk cembungan agar air hujan mengalir dari gawangan ke CECT dan field drain sehingga air tidak tergenang pada path (Gambar 8b). Saat Compacting dan cambering juga dilakukan pembersihan gawangan dari sisa tanaman yang masih tertinggal. Compacting dan

cambering dilakukan bersamaan oleh satu alat berat dengan PK compacting 1 350 m/BU dan PK cambering 89 m/BU.

Gambar 8 Compacting (a), cambering (b), gawangan sebelum cambering

(c) dan sesudah cambering (d) Penanaman

Penanaman di lahan peremajaan kebun TBE dilakukan dengan urutan (1) pemancangan pancang tanam, (2) pembuatan lubang tanam, (3) pemupukan lubang tanam, (4) penanaman pokok, dan (5) Penyemprotan pestisida awal setelah tanam.

(1) Pemancangan pancang tanam. Pemancangan pancang tanam–

selanjutnya akan disebut pemancangan saja–dilakukan tim pancang yang terdiri atas 5 orang, yaitu 1 orang tukang teropong, 2 orang tukang pancang, dan 2 orang tukang tarik tali merangkap tukang pancang. Pancang tanam ada dua jenis, yaitu pancang kepala dan anak pancang. Pertama-tama pancang kepala dipancang di sepanjang sisi utara dan selatan blok oleh 1 orang. Jarak antar pancang kepala yang kelak menjadi jarak antar baris tanaman adalah 7 m. Kemudian diikuti pemancangan anak pancang oleh 4 orang yang dilakukan secara simultan dari satu baris ke baris selanjutnya. Jarak anak pancang yang kelak menjadi jarak dalam baris tanaman adalah 7,93 m. Populasi menjadi 180 pokok/ha tetapi karena ada saluran drainase, CECT, dan KCB maka realisasi di lapangan hanya 174 pokok/ha. Pola tanam ini lebih rapat daripada pola tanam kelapa sawit di tanah mineral (143 pokok/ha) karena kesuburan tanah gambut yang rendah dan topografi yang datar. Dengan pola tanam yang lebih rapat, produktivitas kelapa sawit dapat dimaksimalkan. Kemudian antisipasi terhadap penurunan produksi akibat pengurangan populasi karena serangan hama rayap dan penyakit ganoderma atau karena pokok doyong. Serangan hama rayap dan ganoderma di tanah gambut sangat tinggi.

Pemancangan dilakukan dengan menggunakan tali yang diberi tanda simpul merah dan biru (Gambar 9). Tali direntangkan dari pancang kepala utara

(a) (b)

ke pancang kepala selatan. Jarak antar simpul merah dengan biru adalah 7 m sehingga jarak antar simpul merah ke merah berikutnya 14 m. Pada baris pertama anak pancang akan dipancang pada simpul warna merah kemudian pada baris kedua dipancang pada simpul warna biru kemudian pada baris ketiga kembali dipancang pada simpul warna merah dan demikian seterusnya secara bergantian sehingga pola tanam akan membentuk pola tanam segitiga sama sisi 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Pemancangan dilakukan buruh kontraktor dengan PK 1.7 ha/HK.

Gambar 9 Pancang tanam

(2) Pembuatan lubang tanam. Rendahnya daya sanggah tanah gambut mengakibatkan pokok doyong di lahan gambut sangat tinggi. Tanaman menghasilkan (TM) di Kebun Teluk Bakau sebagian besar doyong. Pokok doyong mengakibatkan produksi turun dan proses pemeliharaan menjadi lambat sehingga berdampak pada pembengkakan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu PT BNS menerapkan teknologi lubang tanam dengan sistem hole in hole.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 10 Alat berat pelubang tanam (a), bibit dan lubang tanam (b), sketsa alat pembuat lubang (c), lubang tanam tampak samping (d), tampak atas (e)

Hole in hole merupakan lubang tanam bertingkat yang terdiri atas lubang atas dan lubang bawah. Lubang atas lebih luas berbentuk persegi sedangkan lubang bawah lebih sempit berbentuk lingkaran (Gambar 10). Pembuatan lubang tanam juga diborongkan kepada kontraktor. Prestasi kerja (PK) pembuatan lubang tanam 0.9 ha/BU.

(3) Pemupukan lubang tanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah Rock Phosphate (RP) yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dengan dosis 500 gram/lubang tanam. Dalam pengaplikasiannya karyawan menggunakan takaran yang sudah dikalibrasi. Penggunaan pupuk RP dibandingkan TSP (Triple Super Phosphate) dikarena RP mengandung cukup banyak kalsium (Ca) yang dapat mengurangi kemasaman gambut. Oleh karena itu penggunaan RP lebih tepat. Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 3.5 ha/HK. Kendala yang dihadapi adalah tergenangnya lubang tanam akibat tingginya level air oleh air hujan sehingga saat lubang tanam dikuras pupuknya ikut terbuang (Gambar 11).

Gambar 11 Aplikasi RP (kiri) dan lubang tanam yang tergenang air (kanan)

(4) Penanaman pokok. Bibit ditanam pada lubang bawah. Jika lubang terlalu dalam maka ditimbun atau sebaliknya jika terlalu dangkal maka digali atau jika tergenang air maka dikuras terlebih dahulu. Kemudian great polybag dikoyak dengan pisau lalu bibit diletakkan dengan hati-hati ke dalam lubang. Setelah itu lubang ditimbun dan dipadatkan hingga leher akar persis sejajar dengan permukaan tanah lubang bawah sehingga piringan akan berbentuk cekung ke dalam. Mutu tanam dikategorikan baik harus memenuhi: (1) piringan cekung (tidak rata), (2) tanaman tidak miring/tegak, (3) tanaman tidak tercekik, (4) timbunan padat, dan (5) akar tanaman tidak timbul. Norma kerja penanaman adalah 40 pokok/HK dengan premi Rp 2000/pokok. Rata-rata PK karyawan 65 pokok/HK dan penulis 16 pokok/HK.

Kesalahan-kesalahan yang harus dihindari pada penanaman kelapa sawit antara lain: (1) bibit ditanam terlalu dalam sehingga tanaman tercekik, (2) bibit ditanam terlalu tinggi sehingga akar timbul, (2) bibit ditanam miring, (3) tanah pada great polybag (bola tanah) pecah dan dibuang. Kesalahan penanaman yang ditemukan penulis di lapangan selang 1 sampai 2 minggu setelah tanam yaitu tanaman yang menguning akibat saat penanamannya bola tanah pecah (Gambar 12d).

Penulis melakukan pengamatan terhadap mutu tanam di lahan peremajaan. Dari 756 tanaman contoh penulis menemukan 96.18 % tanaman baik (Gambar 11a), 3.43 % tanaman miring (Gambar 12b), 0.26 % piringan rata (Gambar 12c), dan tidak ada akar timbul dan timbunan tidak padat, maka mutu tanam masih dalam kategori tinggi. Hasil ini dilaporkan pada mandor dan segera dilakukan perbaikan. Hasil pengamatan dapat diihat pada Tabel 3.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 12 Penanaman yang baik (a), pokok miring (b), piringan rata (c), dan tanaman menguning akibat pecahnya bola tanah saat menanam (d)

Tabel 3 Mutu tanam di lahan peremajaan

Kriteria Jumlah (pokok) Persentase

Miring 26 3.43 % Rata 2 0.26 % Tercekik 1 0.13 % Akar timbul 0 0.00 % Tidak Padat 0 0.00 % Baik 727 96.18 % Jumlah 756 100%

Sumber: Pengamatan di lapangan (2013)

Kendala-kendala yang ditemukan di lapangan adalah lubang tanam yang terlalu dekat dengan parit field drain atau CECT sehingga jika hujan datang maka tanaman akan tergenang oleh air (Gambar 13). Selain itu pokok tergenang juga akibat kedalaman permukaan yang air yang sangat dangkal (di bawah 20 cm) dan ini terdapat pada pokok-pokok yang terletak di pinggir KCB. Jika ini berlangsung lama maka mengakibatkan stres pada tanaman. Untuk itu lubang yang tergenang cukup parah dilakukan penanaman tapak timbun agar pokok tidak tergenang, sedangkan pokok yang sudah terlanjur ditanam dilakukan pendongkrakan pokok dan tanahnya sampai piringan tidak tergenang lagi. Pendongkrakan diusahakan seminimal mungkin mengganggu perakaran tanaman. Pada lahan peremajaan juga terdapat pokok sawit yang rawan longsor terutama pada sisi KCB baru (Gambar 14) sehingga perlu pembuatan pagar kayu yang terbuat dari batang kelapa agar pokok sawit tidak tumbang.

Gambar 13 Lubang tanam normal (kiri) dan lubang tanam terlalu dekat parit

field drain (kanan)

Gambar 14 Posisi pokok normal (kiri) dan pokok terancamg longsor (kanan)

(5) Penyemprotan insektisida awal setelah tanam. Setelah bibit ditanam segera pada sore harinya dilakukan penyemprotan insektisida untuk melindungi daun tanaman dari serangan ulat api, ulat kantong, dan Apogonia sp. Insektisida yang digunakan bermerk dagang Decis 25 EC yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan, berwarna kuning jernih, dan berbahan aktif deltametrin 25 g/l. Konsentrasi aplikasinya adalah 0.4 % dengan volume semprot 135 ml/pokok. Kemudian insektisida bermerk dagang Capture 50 EC yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan, berwarna kuning pekat, dan berbahan aktif cypermethrin 50 g/l. Selain fungsi di atas insektisida ini memiliki fungsi tambahan melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk (Oryctes rhinocerous). Konsentrasi aplikasinya 1.6 % dengan volume semprot 135 ml/pokok. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer

kapasitas 12 atau 15 liter.

Gambar 15 Penyemprotan hama (kiri) dan takaran dan pelumas knapsack sprayer (kanan)

Cara penyemprotannya ialah menyemprot kedua sisi pangkal batang dan pangkal pucuk untuk melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk kemudian menyemprot seluruh permukaan daun untuk melindungi tanaman dari hama pemakan daun (Gambar 15). Kegiatan ini dilakukan setelah jam kerja yakni dari jam 14.00-15.30 dengan premi Rp 20 000/orang. Norma kerja kegiatan ini 2.3 ha/orang dan PK penulis 1,7 ha.

Pemeliharaan

Pemeliharaan di lahan peremajaan terdiri atas: (1) penanaman tanaman penutup tanah, (2) pemupukan, dan (3) pengendalian gulma.

(1) Penanaman tanaman penutup tanah. Lahan gambut tidak boleh dibiarkan terbuka terlalu lama karena dapat mepercepat proses oksidasi tanah sehingga proses dekomposisi tanah semakin cepat. Akibatnya lahan bisa mengalami subsiden yang lebih cepat. Selain itu tanaman penutup tanah di lahan gambut juga berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Oleh karena itu setelah bibit ditanam, lahan segera ditanami tanaman penutup tanah.

Tanaman penutup tanah yang digunakan adalah pakis/neprolephis, Mucuna bracteata (Mb), dan campuran Pueraria javanica (Pj) dengan Calopogonium mucunoides (Cm). Pakis selain tanaman penutup tanah juga sering dimanfaatkan oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk meletakkan telurnya. Sedangkan manfaat lain kacang-kacangan (Mb, Pj, dan Cm) adalah menghasilkan bahan organik dan dapat mengikat unsur nitrogen dari udara untuk tanaman kelapa sawit.

Neprolephis ditanam di antara jarak dalam baris tanaman. Jarak tanam

Neprolephis dari pokok sawit adalah 3 m sedangkan jarak tanam Neprolephis

adalah 0.6 m x 0.6 m (Gambar 16a). Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 0.6 ha/HK.

Setiap di tengah jarak dalam baris tanaman ditanami satu bibit Mb. Jarak tanam Mb dari parit 60 cm (Gambar 16 b). Sebelum ditanam lubang tanam diberi pupuk NPK atau urea dengann dosis 10 g/lubang. Neprolephis dan Mb tidak boleh ditanam pada blok yang sama karena akan menimbulkan persaingan. Prestasi kerja karyawan 1 ha/HK dan penulis adalah 1 ha/HK.

Penanaman benih kacang-kacangan yang terdiri dari campuran Pj dan Cm memerlukan pupuk dan bakteri Rhizobium agar tumbuh dengan baik. Benih kacang-kacangan yang terdiri dari 3 kg Pj/ha dan 3 kg Cm/ha dicampur dengan pupuk sumicoat 6 kg dan RP 12 kg sebagai penyedia unsur hara sehingga perbandingan kacang-kacangan dengan pupuk sumicoat dan RP adalah 1 : 1 : 2. Kemudian campuran tersebut diberi bakteri Rhizobium untuk meningkatkan daya fiksasi nitrogen pada kacang-kacangan. Untuk 10 kg campuran benih Pj dan Cm dipakai 50 g Rhizobium yang dilarutkan dalam 0.25 L air. Benih ditanam di sepanjang path dengan jarak 2 m dari pokok sawit (Gambar 16c). Alur tanam benih dibuat masing-masing dua baris di sepanjang kiri dan kanan path dengan jarak tanam 50 cm dan kedalaman 2 – 3 cm. Untilan kebutuhan benih ialah 4 kg/hong (sudah termasuk pupuk).

(a) (b) (c)

Gambar 16 Hasil penanaman pakis (a), M. bracteata umur 2 bulan (b), campuran kacangan Pj dan Mc umur 2 minggu (c)

Pemupukan. Pemupukan awal dilakukan 6 MST dengan pupuk NPK 65 dan pupuk cair FeSO4. Pupuk NPK 65 ditabur melingkari pokok dengan radius 20 cm. Fungsi pupuk NPK 65 adalah untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, perkembangan akar, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman. Dosis pupuk NPK 65 adalah 350 g/pokok dengan PK karyawan dan penulis 2.9 ha/HK. Tanaman yang belum diberi pupuk NPK 65 akibat piringannya tergenang air diberi tanda dan akan diberi pupuk ketika piringannya sudah mengering. piringannya tergenang air tidak boleh ditaburi pupuk dan diberi tanda Konsentrasi pupuk cair FeSO4 0.33 % dan volume semprot 135 ml/pokok dengan PK karyawan 3.7 ha/HK sedangkan penulis 1.7 ha/HK. Fungsi pupuk FeSO4 adalah untuk meningkatkan jumlah klorofil daun dan daya tahan tanaman. Saat memasukkan larutan pupuk FeSO4 ke dalam knapsack sprayer, larutan disaring menggunakan saringan tambahan dua lapis kain kasa agar butiran-butiran kecil pupuk FeSO4 yang belum terlarut sempurna tidak ikut masuk ke dalam tangki knapsack sprayer. Hal ini dilakukan untuk mencegah butiran-butiran kecil pupuk menempel pada daun yang bisa menyebabkan kegosongan pada daun. Rekomendasi dosis pemupukan lahan peremajaan dapat dilihat pada lampiran 5.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan populasi hama, dan mempermudah kegiatan pemeliharaan. Pengendalian gulma di lahan peremajaan dilakukan secara kimia dan manual.

Pengendalian gulma secara kimia yang diikuti oleh penulis adalah penyemprotan gulma berdaun lebar. Herbisida yang digunakan bermerk dagang Starane 290 EC yang merupakan herbisida purna tumbuh yang sistemik dan selektif, berbentuk pekatan, berwarna coklat tua, dan berbahan aktif fluroksipir metil heptil ester 295 g/l dengan konsentrasi 0.15 %. Knapsack sprayer yang digunakan berkapasitas 19-20 liter dan Nozelnya diberi sarung plastik yang terbuat dari kotak sabun colek agar radius pola semprotan nozelnya merata dan tidak terlalu lebar. Prestasi kerja kayawan 2.5 ha/HK tergantung kondisi kerapatan gulma.

Pengendalian gulma secara manual yang diikuti oleh penulis adalah konsolidasi dan mencabut rumput. Konsolidasi dilakukan minimal 4 MST untuk membersihkan piringan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Selain itu konsolidasi juga bertujuan untuk memperbaiki piringan dan menegakkan tanaman yang miring. Norma kerja konsolidasi 1.2 ha/HK sedangkan PK penulis 0.4 ha/HK. Kegiatan mencabut rumput juga dilakukan tetapi hanya terhadap gulma

berdaun lebar dengan menggunakan parang dan garpu. Kegiatan mencabut kentosan juga dilakukan. Terkadang kegiatan cabut kentosan dan mencabut rumput sekaligus dilakukan oleh 1 orang karyawan. Kedua kegiatan ini dilakukan jika kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan. Prestasi kerja mencabut kentosan adalah 0.5 – 0.7 ha/HK. Jenis-jenis gulma yang dominan di lahan peremajaan adalah Paspalum conjugatum, Cyperus iria (rumput matahari), Clibadium surinamenses (narong), Micania micrantha (rumput saudagar), Melastoma malabatrichum (saduduk/senggani), Borreria latifolia

(rumput staren), dan kentosan.

Gambar 17 Pemupukan (kiri) dan hasil pemupukan (kanan) Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) di lahan peremajaan dilakukan secara kimia, biologis, dan manual. Pengendalian HPT secara kimia menggunakan insektisida dengan konsentrasi dan dosis yang sama dengan penyemprotan awal setelah tanam tersebut di atas. Jika serangan meningkat maka konsentrasi ditingkatkan dua atau tiga kali lipat. Rotasi chemist peremajaanadalah sekali dua minggu. Norma kerja chemist peremajaan 1 044 pokok/HK atau 6 ha/HK sedangkan PK penulis 4 ha/HK. Hama-hama yang menyerang tanaman di

Dokumen terkait