• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA

SEJATI, MINAMAS PLANTATION, RIAU

JASTRI MEY SARAGIH

A24090150

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Jastri Mey Saragih

(4)
(5)

ABSTRAK

JASTRI MEY SARAGIH. Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.

Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Kalimantan Selatan dengan tujuan umum mengetahui dan mengikuti praktek perusahaan dalam mengelola lahan gambut untuk tanaman kelapa sawit, serta dengan tujuan khusus mempelajari sistem pengelolaan tata air perkebunan. Kegiatan dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari – Juni 2013. Pada umumnya sasaran ketinggian air di Perkebunan PT BNS adalah 25 – 50 cm di bawah permukaan tanah. Sistem drainase di PT BNS terdiri atas kanal utama, kanal cabang, kanal cabang baru, kanal kolektor, parit kolektor, parit tengah, dan field drain. Upaya-upaya untuk mempertahankan ketinggian air antara lain membuat water zoning, memasang piezzometer, pintu air, over flowgate, pintu air parit tengah, pembuatan emergency gate, pemasangan

spillway, perawatan kanal, dan pembuatan peta dan standar operasional prosedur sistem pengelolaan tata air. Analisis regresi linier sederhana dilakukan untuk menduga pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air. Kajian menunjukkan bahwa curah hujan berpengaruh nyata (P value = 0.014) terhadap ketinggian air. Kenaikan 1 % curah hujan akan menaikkan ketinggian air 0.06893% di bawah permukaan tanah. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk menduga pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi. Kajian menunjukkan curah hujan dan ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Secara keseluruhan ketinggian air di Kebun Teluk Bakau terkontrol dengan baik. Secara keseluruhan kondisi sistem drainase baik dan dapat dilalui kendaraan air. Sistem pengelolaan tata air dikelola dengan baik.

Kata kunci: drainase, ketinggian air, pengelolaan tata air, Riau

ABSTRACT

(6)

0.06899% below the ground surface. Multiple linear regression analysis was used to estimated the effect of rainfall and water level to production. Results showed that the rainfall and the water level did not affect the production. Most of the water levels at Teluk Bakau Estate are controlled well. Most of the drainage system conditions are good and can be passed by conveyance of water. Water management system is managed well.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA

SEJATI, MINAMAS PLANTATION RIAU

JASTRI MEY SARAGIH

A24090150

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

Nama : Jastri Mey Saragih NIM : A24090150

Disetujui oleh

Dr Ir Hariyadi, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi merupakan syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

Terima kasih penulis ucapkan kepada kepada kedua orang tua, Bapak Jamansur Saragih, Ibu Murni Br Perangin Angin, Abang Jon Iman Tuah Bremanda Saragih, kakak-kakakku yang tercinta, dan seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, Bapak Dr Ir Hariyadi, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi. Ibu Dr Ir Yudiwanti Wahyu E. K, MS selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak Mohamad Faozi Toan selaku Manajer Kebun Teluk Bakau dan Bapak Kamsul Effendi selaku Manajer Kebun Mandah, dan keluarga besar PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kebun Teluk Bakau, Minamas Plantation, Riau, terutama Bapak Bistha Senior Asisten Divisi I dan Bang Suryadi selaku Asisten Divisi II yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada penulis. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan, Warkop AGH 46, Agrolina, AGH angkatan 46, KPP 46, PARMASI 46, IMKA 46, dan Parsamosir 46, beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(12)

DAFTAR ISI

Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut 2

Sifat dan Ciri Lahan Gambut 3

Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut 4

METODE 5

Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting) 10

Penanaman 16

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 23

Pemanenan 24

Pengaruh Curah Hujan terhadap Ketinggian Air 37 Pengaruh Curah Hujan dan Ketinggian Air terhadap Produksi 39

(13)

DAFTAR TABEL

1. Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut 5 2. Norma Ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT BNS 9

3. Mutu tanam di lahan peremajaan 19

4. Kriteria Panen di Kebun Teluk Bakau Berdasarkan Jumlah Brondolan yang

Lepas dari Tandan 25

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan sensus pokok 11

2 Pancang utama 11

3 Pre lining dan pancang mata tiga untuk pembongkaran pokok 12

4 Proses pembongkaran pokok 13

5 Parit CECT 13

6 Layout blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan 14 7 Layout petak A blok peremajaan 15 8 Compacting, cambering, gawangan sebelum cambering dan sesudah

cambering 16

9 Pancang tanam 17

10 Alat berat pelubang tanam, bibit dan lubang tanam, sketsa alat pembuat lubang, lubang tanam tampak samping, tampak atas 17 11 Aplikasi RP dan lubang tanam yang tergenang air 18 12 Penanaman yang baik, pokok miring, piringan rata, dan tanaman menguning

akibat pecahnya bola tanah saat menanam 19

13 Lubang tanam normal dan lubang tanam terlalu dekat parit field drain 20 14 Posisi pokok normal dan pokok terancamg longsor 20 15 Penyemprotan hama dan takaran dan pelumas knapsack sprayer 20 16 Hasil penanaman pakis, M. bracteata umur 2 bulan, campuran kacangan Pj

dan Mc umur 2 minggu 22

17 Pemupukan dan hasil pemupukan 23

18 Serangan hama kumbang tanduk, tunas tumbuh kembali pasca penyerangan, pherotrap kumbang tanduk, penanaman beneficial plant, bedengan beneficial plant, pembibitan beneficial plant 24 19 Potong buah, pengangkutan TBS menggunakan bargas 26

20 Piezzometer di km 5 26

21 Pintu air 27

22 Over flow gate dan water gate 27

23 Spillway 28

24 Pencucian kanal dengan menggunakan bargas lumut 28 25 Grafik hubungan ketinggian air dengan hasil TBS (TM 14) di 33

26 KUT 34

27 Kanal kolektor 34

28 KCB 35

29 KCB baru 35

(14)

31 Field drain 36

32 Bendungan KCB dan bendungan kolektor 37

33 Grafik hubungan curah hujan dengan ketinggian air di bawah permukaan

tanah periode Januari 2012 – Mei 2013 38

34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012 – Mei 2013 38 35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 – Mei 2011), dan

produktivitas (Januari 2012 – Mei 2013) 39

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta wilayah Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau 45 2 Curah hujan 2008-2012Kebun Mandah PT BNS, Riau 46 3 Produksi Lima Tahun Terakhir Kebun Teluk Bakau PT BNS 47 4 Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau 48 5 Rekomendasi Dosis Pemupukan di Lahan Peremajaan Divisi I Kebun TBE,

PT BNS 49

6 Peta Sistem Water Zoning PT BNS, Riau 50

7 Peta posisi piezzometer/water level PT BNS, Riau 51 8 Peta bendungan Water Zoning PT BNS, Riau 52 9 Peta posisi pintu air dan spill way PT BNS, Riau 53

10 Peta posisi ombrometerPT BNS, Riau 54

11 Peta water management Kebun Mandah PT BNS, Riau 55 12 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di PT BNS Kebun Teluk

Bakau, Riau 56

13 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT BNS Kebun Teluk Bakau,

Riau 57

14 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau,

Riau 58

15 Ketinggian Air Kebun TBE Tahun 2010 60

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring meningkatnya kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan pengembangan bio energy sebagai alternatif bahan bakar (Yanuar 2011). Peningkatan permintaan terhadap produksi kelapa sawit tersebut di samping menguntungkan juga menjadi tantangan bagi negara Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor kelapa sawit karena perlu peningkatan produksi kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan tersebut sedangkan lahan subur untuk pertanian kelapa sawit semakin terbatas. Perluasan lahan kelapa sawit pada lahan marjinal seperti lahan gambut adalah solusi penting dalam meningkatkan produksi kelapa sawit di Indonesia.

Lahan gambut merupakan lahan yang potensial untuk tanaman kelapa sawit. Menurut Winarna (2007) produksi kelapa sawit pada lahan gambut mencapai 27 ton/ha/tahun, sehingga tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi kelapa sawit pada jenis tanah lain. Menurut Suryana et al. (2007) produktivitas rata-rata kelapa sawit Indonesia sebesar 20.25 ton/ha/tahun. Menurut Noor (2010) luas lahan gambut di Indonesia 15 juta ha. Menurut Sabiham dan Sukarman (2012) 9 juta ha sesuai syarat untuk pertanian. Namun yang sudah dibuka dan dikembangkan baru 0.5 juta ha untuk tanaman pangan yang dikelola oleh para transmigran serta 1.2 juta ha untuk perkebunan khususnya kelapa sawit. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya-upaya optimalisasi sumber daya lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Budidaya kelapa sawit pada lahan gambut selalu melibatkan pengelolaan tata air, pemadatan tanah, dan pemupukan, dan jika ketiga faktor tersebut tidak dikelola dengan baik, kelestarian lahan gambut akan terancam. Di samping faktor agronomi tanaman, pengelolaan tata air merupakan faktor paling kritis terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengelolaan tata air yang buruk akan berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan produksi. Level air yang terlalu rendah akan meningkatkan laju subsiden dan risiko kecelakaan kebakaran gambut. Drainase yang buruk akan menyebabkan kondisi kering tak balik (irreversible). Oleh karena itu pengelolaan tata air adalah syarat awal keberhasilan pengelolaan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit (Melling dan Hatano 2010).

Menurut Hatano et al. (2010) level air merupakan faktor penting dalam menentukan regulasi emisi gas rumah kaca pada tanah gambut. Level air yang semakin rendah akan meningkatkan emisi CO2 dan N2O, sedangkan kondisi banjir akan menghasilkan emisi CH4. Oleh karena itu level air diusahakan pada kisaran 50-75 cm di bawah permukaan tanah.

Tujuan

(16)

khusus yaitu mempelajari pengelolaan tata air dalam upaya meningkatkan produksi dan mempertahankan kelestarian lahan gambut. Kemudian menganalisis pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air, dan menganalisis pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut

Pengertian lahan gambut berdasarkan rumusan semiloka nasional pemanfaatan lahan gambut berkelanjutan di Bogor tanggal 28 Oktober 2010 ialah sebagai suatu area yang ditutupi endapan bahan organik dengan ketebalaan >50 cm yang sebagian besar belum terlapuk secara sempurna dan tertimbun dalam waktu lama serta mempunyai kandungan C-organik >18% (Sabiham dan Sukarman 2012). Dalam klasifikasi tanah (soil taxonomy), tanah gambut dikelompokkan ke dalam ordo hitosol (histos dari bahasa Yunani = jaringan) atau sebelumnya dinamakan organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan tanah jenis tanah mineral umumnya (Noor 2001).

Kriteria lahan gambut untuk kebun kelapa sawit harus memenuhi Peraturan Menteri Pertanian (PERMENTAN) Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun 2009, yaitu:

1. Berada pada kawasan budidaya

Kawasan budidaya dimaksud dapat berasal dari kawasan hutan yang telah dilepas dan/atau areal penggunaan lain (APL) untuk usaha budidaya kelapa sawit.

2. Ketebalan lapisan gambut kurang dari 3 (tiga) meter

Lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa sawit: (1) dalam bentuk hamparan yang mempunyai ketebalan gambut kurang dari 3 (tiga) meter; (2) dan proporsi lahan dengan ketebalan gambutnya kurang dari 3 (tiga) meter minimal 70% (tujuh puluh persen) dari luas areal yang diusahakan.

3. Lapisan tanah mineral di bawah gambut

Substratum menentukan kemampuan lahan gambut sebagai media tumbuh tanaman. Lapisan tersebut tidak boleh terdiri atas pasir kuarsa dan tanah sulfat masam.

4. Tingkat kematangan gambut

Areal gambut yang boleh digunakan adalah gambut matang (saprik) dan gambut setengah matang (hemik) sedangkan gambut mentah dilarang untuk pengembangan budidaya kelapa sawit.

5. Tingkat kesuburan tanah

(17)

Sifat dan Ciri Lahan Gambut

Topografi

Topografi lahan gambut tropik pada umunnya berbentuk kubah (dome). Dari pinggir ke arah tengah makin mendekati puncak kubah, permukaan lahan makin meningkat dengan kemiringan 0.1 %. Perbedaan tinggi permukaan di lahan gambut berhubungan erat dengan ketebalan gambut. Informasi perbedaan tinggi permukaan (topografi) ini penting dalam rencana jaringan tata air, termasuk penentuan dimensi ukuran saluran dan arah saluran. Dengan demikian, kekeringan akibat pengatusan berlebihan atau banjir pada saat musim hujan dapat dihindari (Noor 2001).

Iklim

Anasir penting iklim di kawasan gambut tropik adalah curah hujan, suhu, dan kelembapan. Curah hujan di lahan gambut dan rawa umumnya cukup tinggi , yakni antara 2 000 – 4 000 mm per tahun. Curah hujan bulanan rata-rata > 200 mm dengan bulan basah antara 6 – 11 bulan yang jatuh antara bulan September hingga bulan Mei. Suhu permukaan gambut hampir tetap. Jika keadaan tertutup hutan, suhu gambut berkisar 27.50 C – 29.00 C dan jika keadaan terbuka berkisar 40.00 C – 42.50 C. Suhu yang tinggi pada keadaan terbuka akan merangsang aktivitas mikroorganisme sehingga perombakan gambut dipercepat dan intensif, sehingga mempercepat terjadi degradasi lahan (Noor 2001).

Tata Air

Lahan gambut dalam keadaan alami selalu basah dan sebagian secara permanen dalam keadaan tergenang air. Sifat dan keadaan tata air lahan gambut dipengaruhi oleh perilaku pasang surut sungai/laut, iklim, dan topografi. Menurut pengaruh luapan pasang yang terjadi, sebagian lahan gambut berada di wilayah terluapi secara langsung oleh pasang dan sebagian lepas dari pengaruh pasang (Noor 2001).

Sifat Fisik Tanah Gambut

Kawasan gambut umumnya membentuk kubah sehingga ketebalan gambut mendekati tepi air atau pingir (sungai) makin tipis. Daur ulang (recycling) hara ke lapisan atas sangat sedikit dan terbatas. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman perkebunan di lahan gambut tebal lebih baik daripada tanaman semusim (Noor 2001).

Lapisan bawah gambut dapat berupa lapisan lempung marin atau pasir. Gambut yang terhampar di atas pasir kuarsa mempunyai kesuburan lebih rendah dibandingkan dengan yang berada di atas lapisan lempung marin. Lapisan lempung marin umumnya mengandung pirit (FeS2) sehingga jika lapisan atas gambut ini terkuras habis, misalnya akibat budidaya yang intensif atau terbakar, maka dapat terbentuk tanah sulfat masam (Andriesse dalam Noor 2001).

(18)

Gambut memiliki berat volume rendah, porositas tinggi, dan daya tambat air (water holding capacity) sangat tinggi. Gambut di Indonesia rata-rata memiliki berat volume antara 0.07 sampai 0.27 g/cm3, porositas berkisar 83.62 sampai 95.13 persen dan kandungan air dapat mencapai 1 272 persen. Semakin menurun BV tanah gambut akan diikuti secara linear oleh peningkatan porositas tanah dan kandungan air tanah kapasitas jenuh. Pori-pori tanah dalam keadaan tergenang akan diisi oleh air, sehingga semakin tinggi porositas tanah maka akan semakin tinggi air yang akan ditambat pada tanah gambut. Karena berat volume gambut yang rendah maka daya dukung (bearing capacity) tanah gambut juga rendah. Daya hantar air (hydraulic conductivity) tanah gambut ke arah vertikal sangat rendah sedangkan ke arah lateral relatif tinggi. Selain itu, gambut memiliki sifat kering tak balik sehingga perlu pengelolaan yang baik terutama pengelolaan muka air tanah (Barchia 2006).

Sifat Kimia Tanah Gambut

Tanah gambut sebagian besar bereaksi masam sampai sangat masam dengan pH < 4. Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman, karena rasio C/N yang tinggi juga sehingga tanaman bersaing dengan mikroorganisme. Kandungan unsur hara Mg tinggi, sementara P dan K rendah. Kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B, Zn sangat rendah. Daya sangga (buffering capacity) air tinggi. Oleh karena itu perlu ameliorasi tanah gambut untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang merupakan dua faktor pembatas dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut (Barchia 2006).

Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut

Pengelolaan tata air merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pengusahaan lahan gambut. Pengelolaan tata air pada lahan gambut sebaiknya dengan mempertahankan muka air tanah 50 cm – 70 cm dari permukaan tanah. Hal ini dikmaksudkan untuk mempertahankan gambut agar tidak kering dan mudah terbakar. Untuk mempertahankan muka air tanah dapat dilakukan dengan membuat pintu air (Barchia 2006).

Beberapa perkebunan besar telah menerapkan pemupukan berdasarkan umur tanaman. Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut disajikan pada Tabel 1.

Emisi CO2 dari lahan gambut diperkirakan sekitar empat kali emisi dari lahan mineral karena luas lahan gambut yang hanya sekitar 12% dari total luas daratan Indonesia. Hal ini disebabkan tingginya cadangan karbon lahan gambut dan mudahnya karbon tersebut teremisi apabila dilakukan deforestasi, drainase serta pembakaran (Agus 2010).

(19)

dalam (deep peat land) bukan sumber emisi maupun penyerap CO2 (bila dikoreksi emisi CO2 dari dekomposisi dan respirasi mikroorganisme yang secara alamiah ada di lahan gambut). Rataan emisi CO2 55 ton/ha/tahun lebih rendah daripada emisi hutan gambut tropis 78.5 ton/ha/tahun (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia 2013).

Tabel 1 Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut Umur

Keterangan: RP = Rock Phosphate MOP = Moriate of Potash Sumber: Suandi dan Chan dalam Noor (2001)

METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari Februari – Juni 2013 di Kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragilir Hilir, Riau.

Pelaksanaan Magang

(20)

pendamping asisten. Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten yakni memimpin seluruh kegiatan mandor di divisi dan mengevaluasi kegiatan kontraktor dalam mempersiapkan lahan peremajaan.

Selain bekerja langsung layaknya karyawan perusahaan, penulis juga melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan dan wawancara secara langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi menggunakan metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lapangan seperti aktif dalam kegiatan di kebun, wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan kebun, mandor dan asisten divisi. Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi adalah kegiatan pengelolaan tata air seperti sistem drainase Kebun Teluk Bakau, water zoning Kebun Mandah, dan pengaturan ketinggian air Kebun Teluk Bakau.

Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun dan studi pustaka seperti kondisi umum lokasi seperti letak geografis dan keadaan lingkungan perkebunan. Data sekunder lain adalah data produksi perusahaan selama 5 tahun terakhir, ketinggian air 5 tahun terakhir, dan curah hujan 5 tahun terakhir.

Analisis Data dan Informasi

Kegiatan peremajaan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit tanaman, pemanenan, dan pengelolaan tata air di lahan gambut dijelaskan dan dianalisis secara narasi. Pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air dianalisis dengan uji regresi linier sederhana menggunakan Software Minitab 14. Uji regresi sederhana ini dilakukan untuk menduga nilai ketinggian air berdasarkan curah hujan.

Nilai ketinggian air merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh curah hujan yang bertindak sebagai peubah bebas (X). Model yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang digunakan dalam analisis ketinggian air sebagai berikut:

Y = α + βX

Keterangan:

Y : Ketinggian air

α : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y = 0 (garis Y memotong sumbu X)

β : Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit peubahan (naik atau turun) pada variabel X

X : Curah hujan

(21)

Uji regresi berganda ini dilakukan untuk menduga nilai produksi berdasarkan curah hujan dan ketinggian air.

Nilai produksi merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh curah hujan (X1) dan ketinggian air (X2) yang bertindak sebagai peubah bebas. Model yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang digunakan dalam analisis produksi sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 Y : Produksi

α : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y = 0 (garis Y memotong sumbu X) Plantation secara administratif terletak di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Perjalanan ke Kebun Teluk Bakau dari Batam pertama-tama melalui darat dari bandara Hang Nadim Batam menuju Pelabuhan Sekupang selama 30 menit, kemudian melalui laut menuju Pelabuhan Sungai Guntung menggunakan kapal fery selama 2 - 4 jam, dan kemudian menggunakan

speed boat menuju Kebun Teluk Bakau kurang lebih selama 30 menit. Kebun Teluk Bakau juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir, melalui sungai menggunakan speed boat selama 4 - 6 jam. Peta Kebun Teluk Bakau terdapat pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi iklim di Kebun Teluk Bakau berdasarkan data curah hujan lima tahun terakhir menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 125 mm/tahun (>2 000 mm/tahun). Data curah hujan disajikan pada Lampiran 2.

(22)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal Kebun Teluk Bakau sampai Mei tahun 2013 adalah 4 085 ha yang terdiri atas areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 3 073.18 ha, areal pembibitan (nursery) seluas 20 ha, areal LC dan peremajaan (replanting) yang sedang dikerjakan seluas 400.01 ha, areal yang tidak ditanami (prasarana) seluas 394.81ha, dan areal okupasi seluas 197 ha. Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi 4 divisi, yaitu Divisi I (1 029.93 ha) yang terbagi atas 8 blok, Divisi II (1 032.92 ha) terbagi atas 8 blok dan Divisi III (1 114.13 ha) terdiri atas 6 blok, dan Divisi IV (908.02 ha) terdiri atas 6 blok. Peta dan tata guna lahan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau secara umum adalah tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1993 - 1996. Bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Teluk Bakau berasal dari Socfindo, Guthrie Research, dan Marihat. Pola tanam kelapa sawit yang digunakan dalam penanaman adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (populasi efektif 142 pokok/ha). Bibit tanaman kegiatan peremajaan berasal dari Socfindo dan Marihat. Jarak tanam di peremajaan adalah 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Data produksi TBS lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 3.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau terdiri dari seorang manajer kebun yang memimpin dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun. Manajer kebun membawahi seorang senior asisten, tiga asisten divisi, dan seorang kepala tata usaha. Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah kerja seluruh divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap divisi. Kepala tata usaha bertugas memimpin kegiatan administratif di kantor besar. Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau dapat dilihat pada Lampiran 4.

(23)

Tabel 2 Norma ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati

Keamanan, Perawat, dan Pembantu Rumah Tangga 55

Total 629

Luas TM dan TBM 3 493.19 ha

ITK 0.18

Pengelolaan Kebun Tingkat Staf

Pengelolaan kebun dilakukan oleh manajer kebun dibantu oleh asisten kepala, asisten divisi dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun.

Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer jika tidak berada di lokasi, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik, gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan dan menegur para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.

Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi, mengkoordinasikan pekerjaan mandor-mandor tanaman dalam menjalankan peraturan perusahaan, mengevalusi hasil kerja mandor I, kerani divisi, mandor perawatan, mandor panen, kerani panen serta membantu estate manager dalam pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Asisten dibantu oleh seorang mandor I dalam pelaksanaan kegiatan lapangan. Pelaksanaan administrasi asisten dibantu oleh kerani divisi.

Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor besar, menyusun, dan melaporkan secara tertulis kegiatan administratif yang bersifat umum, teknik budidaya, produksi, tenaga kerja, maupun hal-hal pendukung yang berasal dari luar kebun.

Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf

(24)

Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang membawahi beberapa mandor seperti mandor perawatan, mandor panen, dan kerani buah. Kegiatan yang dilakukan mandor I adalah mengawasi kegiatan yang dilakukan mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Selain itu, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana.

Kerani divisi bertugas melakukan kegiatan administratif seperti laporan produksi, laporan penggunaan HK, laporan penggunaan bahan, laporan hancak dan laporan-laporan lainnya serta setiap hari melaporkan pasca panen ke kantor besar. Kerani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan kerani buah. Kerani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras pada karyawan.

Mandor panen bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan instruksi pekerjaan, mengatur hanca karyawan, mengawasi pekerjaan, mem- berikan petunjuk teknis, mengawasi pekerjaan dan melaporkan hasilnya dalam buku kerja mandor. Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja karyawan agar dapat mencapai target yang diinginkan.

Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke collection point (CP). Laporan dimasukkan dalam buku laporan panen harian setiap divisi yang selanjutkan dilaporkan ke kantor besar.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting)

Tahap-tahap pelaksanaan persiapan lahan peremajaan di Kebun Teluk Bakau antara lain: (1) sensus pokok yang akan ditumbang, (2) penetapan raja

lining, (3) pre lining, (4) pembongkaran pokok, (5) pembuatan parit (6) compacting dan cambering, dan (7) penataan areal konservasi.

(1) Sensus pokok yang akan ditumbang. Beberapa bulan sebelum pembongkaran dilakukan sensus pokok pada blok yang akan dibongkar. Sensus pokok adalah menghitung jumlah pokok hidup (H) dan pokok mati (M) sehingga perusahaan dapat mengetahui total biaya pembongkaran pokok.

(25)

Gambar 1 Kegiatan sensus pokok

(2) Penetapan pancang utama. Pancang utama adalah sebuah titik yang menjadi patokan untuk memancang seluruh daerah/blok yang akan dipancang. Titik pancang utama adalah salah satu titik pertemuan collection motorcycle road

dengan main motorcycle road. Pemancangan harus memenuhi sistem mata lima. Pancang utama pada PT BNS disebut raja lining (Gambar 2). Pembuatan pancang uatama sudah dilaksanakan ketika penulis sampai di tempat magang sehingga penulis tidak sempat mengamati proses pelaksanaannya sehingga penulis hanya mengamati hasilnya saja.

Pancang utama juga berguna sebagai patokan penataan kembali jaringan jalan yang sudah ada agar sesuai dengan kebutuhan areal peremajaan. Jaringan jalan yang ditata kembali adalah pasar rintis (path), jalan pengumpul sepeda motor (collection motorcycle road), dan jalan utama sepeda motor (main motorcycle road). Jalan pengumpul dan jalan utama sepeda motor dirancang hanya untuk dapat dilewati sepeda motor karena di PT BNS pegangkutan TBS dari lahan ke pabrik kelapa sawit (PKS) menggunakan transportasi air. Jalan pengumpul sejajar dengan kanal cabang (KCB) dan tegak lurus dengan jalan utama dengan lebar 6 m. Jalan utama sejajar dengan kanal utama (KUT) atau arah utara – selatan dan lebar 8 m. Sedangkan pembuatan path termasuk dari kegiatan

compacting dan cambering.

Gambar 2 Pancang utama

(26)

Gambar 3 Pre lining (kiri) dan pancang mata tiga untuk pembongkaran pokok (kanan)

(4) Pembongkaran pokok. Pembongkaran pokok terdiri atas penumbangan,

chiping, dan pembongkaran dan pencacahan bonggol/perakaran (Gambar 4). Tanaman ditumbang terlebih dahulu sejajar dengan arah barisan kemudian dilakukan chiping atau pencincangan. Chiping adalah pencincangan batang pokok sawit ke bentuk irisan-irisan dengan tebal maksimal 10 cm agar terurai lebih cepat oleh mikroorganisme. Setelah itu dilakukan pembongkaran akar kemudian dicacah. Sisa pokok yang telah dibongkar harus dirumpuk rapi sejajar dengan barisan berdasarkan pancang pre lining untuk memudahkan operator excavator

lainnya dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan parit. Akar harus dibongkar untuk mengurangi intensitas serangan ganoderma yang menyebabkan busuk pangkal batang. Kegiatan pembongkaran pokok diborongkan kepada kontraktor dengan biaya Rp 65 000/H dan Rp 20 000/M (untuk gali bonggol/perakaran pokok mati).

Pembongkaran pokok dilakukan alat berat dengan prestasi kerja (PK) 21 – 23 pokok/jam. Capaian PK ini jauh lebih tinggi dibandingkan di tanah mineral (11 – 13 pokok/jam) karena pokok digambut lebih lunak dan lebih rendah (tinggi rata-rata ≤12 m).

(5) Penataan kembali blok untuk kegiatan peremajaan. Blok-blok lama harus ditata ulang agar sesuai dengan kebutuhan kegiatan peremajaan. Penataan kembali merupakan bagian dari inovasi ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya Kebun Teluk Bakau menggunakan jasa kontraktor. Kegiatan-kegiatan penataan kembali blok antara lain pembuatan kanal cabang baru, parit tengah, CECT, dan field drain.

Kanal cabang baru (KCB baru) dahulunya merupakan parit tengah yang membagi blok dua bagian yang sama, namun diubah menjadi KCB baru untuk akses jalan kendaraan air pengangkut TBS dan logistik ke tengah blok. Parit KCB baru memiliki ukuran lebar permukaan atas 4 m, kedalaman 3 m, dan lebar permukaan bawah 3 m (4 m x 3 m x 3 m). Prestasi kerja pembuatan KCB baru adalah 20 m/BU artinya 20 meter per jam oleh alat berat (excavator) dengan biaya kontrak Rp 55 000/m. Terkadang pembuatan parit KCB baru terlalu lebar dari ukuran yang ditentukan sehingga dapat mengurangi populasi tanaman per hektar (SPH). Oleh karena itu kegiatan pembuatan KCB baru perlu diawasi secara langsung di lapangan.

(27)

(petak A, B, C, D) yang dahulunya hanya dua bagian yang dipisahkan oleh parit tengah. Hal ini dilakukan agar pasar pikul lebih pendek sehingga evakuasi TBS ke TPH lebih efisien. Water flow dibuat di setiap pertemuan antara parit tengah dengan kanal kolektor untuk mempertahankan ketinggian muka air tanah. Prestasi kerja pembuatan parit tengah adalah 50 m/BU dengan biaya kontrak Rp 9 000/m.

(a) (b)

(d) (c)

Gambar 4 Proses pembongkaran pokok: penumbangan pokok (a),

chipping (b), hasil chipping (c), dan pembongkaran akar (d)

Parit CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit tempat dirumpukkan sisa tanaman hasil pembongkaran pokok yang sudah kering (Gambar 5) untuk mengurangi intensitas serangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dan rayap (Coptotermes curvignathus). Sisa-sisa tanaman diupayakan agar tergenang air sehingga kumbang tanduk tidak dapat bertelur pada sisa-sisa tanaman tersebut. Genangan air juga mencegah sisa-sisa tanaman menjadi sumber makanan bagi rayap. Ukuran parit CECT adalah l.2 m x 1.2 m x 1.8 m. Parit CECT dibendung pada kedua sisinya agar tidak mencemari air kanal. Prestasi kerja pembuatan CECT 49 m/BU dengan biaya kontrak Rp 18 000/m.

(28)

Field drain adalah parit untuk drainase lahan dan sering disebut sebagai parit tersier. Ukuran field drain adalah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio parit CECT dan field drain masing-masing terhadap baris tanaman adalah 1:4 dan dibuat selang-seling. Artinya dalam 4 baris tanaman terdapat 1 parit CECT dan 1 parit

field drain. Jarak parit CECT ke field drain 14 m sehingga jarak parit CECT ke parit CECT berikutnya 28 m demikian juga dengan jarak field drain ke field drain

berikutnya juga 28 m. PK pembuatan field drain 55 m/BU dan biaya kontrak Rp 6 250/m. Perbedaan blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan dapat dilihat pada Gambar 6. Layout petak blok dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber. Pengamatan di lapangan (2013)

Gambar 6 Layout blok sebelum peremajaan (kiri) dan setelah peremajaan (kanan)

(29)

Sumber: Pengamatan di lapangan Keterangan: Arah jalan perawatan tanaman Pokok tanaman kelapa sawit

Gambar 7 Layout petak A blok peremajaan

(6) Compacting dan cambering. Satu gawangan di lahan peremajaan diapit oleh satu parit CECT dan satu parit field drain. Compacting adalah proses pemadatan tanah gawangan agar tanah semakin padat (Gambar 8a). Daya sanggah tanah yang rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan menurunkan produksi. Setelah drainase, pemadatan merupakan faktor yang sangat kritis terhadap kesuksesan budidaya kelapa sawit di lahan gambut. Pemadatan akan meningkatkan kerapatan lindak tanah sehingga mengurangi tingkat pencucian pupuk, meningkatkan pasokan hara (hara per volume gambut meningkat), dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya tanaman dapat dikurangi. Cambering salah satu inovasi PT BNS dalam mencegah tergenangnya air di gawangan. Cambering adalah proses pembubunan gawangan hidup atau pasar rintis (path) sehingga berbentuk cembungan agar air hujan mengalir dari gawangan ke CECT dan field drain sehingga air tidak tergenang pada path (Gambar 8b). Saat Compacting dan cambering juga dilakukan pembersihan gawangan dari sisa tanaman yang masih tertinggal. Compacting dan

(30)

Gambar 8 Compacting (a), cambering (b), gawangan sebelum cambering

(c) dan sesudah cambering (d)

Penanaman

Penanaman di lahan peremajaan kebun TBE dilakukan dengan urutan (1) pemancangan pancang tanam, (2) pembuatan lubang tanam, (3) pemupukan lubang tanam, (4) penanaman pokok, dan (5) Penyemprotan pestisida awal setelah tanam.

(1) Pemancangan pancang tanam. Pemancangan pancang tanam– selanjutnya akan disebut pemancangan saja–dilakukan tim pancang yang terdiri atas 5 orang, yaitu 1 orang tukang teropong, 2 orang tukang pancang, dan 2 orang tukang tarik tali merangkap tukang pancang. Pancang tanam ada dua jenis, yaitu pancang kepala dan anak pancang. Pertama-tama pancang kepala dipancang di sepanjang sisi utara dan selatan blok oleh 1 orang. Jarak antar pancang kepala yang kelak menjadi jarak antar baris tanaman adalah 7 m. Kemudian diikuti pemancangan anak pancang oleh 4 orang yang dilakukan secara simultan dari satu baris ke baris selanjutnya. Jarak anak pancang yang kelak menjadi jarak dalam baris tanaman adalah 7,93 m. Populasi menjadi 180 pokok/ha tetapi karena ada saluran drainase, CECT, dan KCB maka realisasi di lapangan hanya 174 pokok/ha. Pola tanam ini lebih rapat daripada pola tanam kelapa sawit di tanah mineral (143 pokok/ha) karena kesuburan tanah gambut yang rendah dan topografi yang datar. Dengan pola tanam yang lebih rapat, produktivitas kelapa sawit dapat dimaksimalkan. Kemudian antisipasi terhadap penurunan produksi akibat pengurangan populasi karena serangan hama rayap dan penyakit ganoderma atau karena pokok doyong. Serangan hama rayap dan ganoderma di tanah gambut sangat tinggi.

Pemancangan dilakukan dengan menggunakan tali yang diberi tanda simpul merah dan biru (Gambar 9). Tali direntangkan dari pancang kepala utara

(a) (b)

(31)

ke pancang kepala selatan. Jarak antar simpul merah dengan biru adalah 7 m sehingga jarak antar simpul merah ke merah berikutnya 14 m. Pada baris pertama anak pancang akan dipancang pada simpul warna merah kemudian pada baris kedua dipancang pada simpul warna biru kemudian pada baris ketiga kembali dipancang pada simpul warna merah dan demikian seterusnya secara bergantian sehingga pola tanam akan membentuk pola tanam segitiga sama sisi 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Pemancangan dilakukan buruh kontraktor dengan PK 1.7 ha/HK.

Gambar 9 Pancang tanam

(2) Pembuatan lubang tanam. Rendahnya daya sanggah tanah gambut mengakibatkan pokok doyong di lahan gambut sangat tinggi. Tanaman menghasilkan (TM) di Kebun Teluk Bakau sebagian besar doyong. Pokok doyong mengakibatkan produksi turun dan proses pemeliharaan menjadi lambat sehingga berdampak pada pembengkakan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu PT BNS menerapkan teknologi lubang tanam dengan sistem hole in hole.

(a) (b) (c)

(d) (e)

(32)

Hole in hole merupakan lubang tanam bertingkat yang terdiri atas lubang atas dan lubang bawah. Lubang atas lebih luas berbentuk persegi sedangkan lubang bawah lebih sempit berbentuk lingkaran (Gambar 10). Pembuatan lubang tanam juga diborongkan kepada kontraktor. Prestasi kerja (PK) pembuatan lubang tanam 0.9 ha/BU.

(3) Pemupukan lubang tanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah Rock Phosphate (RP) yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dengan dosis 500 gram/lubang tanam. Dalam pengaplikasiannya karyawan menggunakan takaran yang sudah dikalibrasi. Penggunaan pupuk RP dibandingkan TSP (Triple Super Phosphate) dikarena RP mengandung cukup banyak kalsium (Ca) yang dapat mengurangi kemasaman gambut. Oleh karena itu penggunaan RP lebih tepat. Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 3.5 ha/HK. Kendala yang dihadapi adalah tergenangnya lubang tanam akibat tingginya level air oleh air hujan sehingga saat lubang tanam dikuras pupuknya ikut terbuang (Gambar 11).

Gambar 11 Aplikasi RP (kiri) dan lubang tanam yang tergenang air (kanan)

(4) Penanaman pokok. Bibit ditanam pada lubang bawah. Jika lubang terlalu dalam maka ditimbun atau sebaliknya jika terlalu dangkal maka digali atau jika tergenang air maka dikuras terlebih dahulu. Kemudian great polybag dikoyak dengan pisau lalu bibit diletakkan dengan hati-hati ke dalam lubang. Setelah itu lubang ditimbun dan dipadatkan hingga leher akar persis sejajar dengan permukaan tanah lubang bawah sehingga piringan akan berbentuk cekung ke dalam. Mutu tanam dikategorikan baik harus memenuhi: (1) piringan cekung (tidak rata), (2) tanaman tidak miring/tegak, (3) tanaman tidak tercekik, (4) timbunan padat, dan (5) akar tanaman tidak timbul. Norma kerja penanaman adalah 40 pokok/HK dengan premi Rp 2000/pokok. Rata-rata PK karyawan 65 pokok/HK dan penulis 16 pokok/HK.

Kesalahan-kesalahan yang harus dihindari pada penanaman kelapa sawit antara lain: (1) bibit ditanam terlalu dalam sehingga tanaman tercekik, (2) bibit ditanam terlalu tinggi sehingga akar timbul, (2) bibit ditanam miring, (3) tanah pada great polybag (bola tanah) pecah dan dibuang. Kesalahan penanaman yang ditemukan penulis di lapangan selang 1 sampai 2 minggu setelah tanam yaitu tanaman yang menguning akibat saat penanamannya bola tanah pecah (Gambar 12d).

(33)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 12 Penanaman yang baik (a), pokok miring (b), piringan rata (c), dan tanaman menguning akibat pecahnya bola tanah saat menanam (d)

Tabel 3 Mutu tanam di lahan peremajaan

Kriteria Jumlah (pokok) Persentase

Miring 26 3.43 %

Rata 2 0.26 %

Tercekik 1 0.13 %

Akar timbul 0 0.00 %

Tidak Padat 0 0.00 %

Baik 727 96.18 %

Jumlah 756 100%

Sumber: Pengamatan di lapangan (2013)

(34)

Gambar 13 Lubang tanam normal (kiri) dan lubang tanam terlalu dekat parit

field drain (kanan)

Gambar 14 Posisi pokok normal (kiri) dan pokok terancamg longsor (kanan)

(5) Penyemprotan insektisida awal setelah tanam. Setelah bibit ditanam segera pada sore harinya dilakukan penyemprotan insektisida untuk melindungi daun tanaman dari serangan ulat api, ulat kantong, dan Apogonia sp. Insektisida yang digunakan bermerk dagang Decis 25 EC yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan, berwarna kuning jernih, dan berbahan aktif deltametrin 25 g/l. Konsentrasi aplikasinya adalah 0.4 % dengan volume semprot 135 ml/pokok. Kemudian insektisida bermerk dagang Capture 50 EC yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan, berwarna kuning pekat, dan berbahan aktif cypermethrin 50 g/l. Selain fungsi di atas insektisida ini memiliki fungsi tambahan melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk (Oryctes rhinocerous). Konsentrasi aplikasinya 1.6 % dengan volume semprot 135 ml/pokok. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer

kapasitas 12 atau 15 liter.

Gambar 15 Penyemprotan hama (kiri) dan takaran dan pelumas knapsack sprayer (kanan)

(35)

Cara penyemprotannya ialah menyemprot kedua sisi pangkal batang dan pangkal pucuk untuk melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk kemudian menyemprot seluruh permukaan daun untuk melindungi tanaman dari hama pemakan daun (Gambar 15). Kegiatan ini dilakukan setelah jam kerja yakni dari jam 14.00-15.30 dengan premi Rp 20 000/orang. Norma kerja kegiatan ini 2.3 ha/orang dan PK penulis 1,7 ha.

Pemeliharaan

Pemeliharaan di lahan peremajaan terdiri atas: (1) penanaman tanaman penutup tanah, (2) pemupukan, dan (3) pengendalian gulma.

(1) Penanaman tanaman penutup tanah. Lahan gambut tidak boleh dibiarkan terbuka terlalu lama karena dapat mepercepat proses oksidasi tanah sehingga proses dekomposisi tanah semakin cepat. Akibatnya lahan bisa mengalami subsiden yang lebih cepat. Selain itu tanaman penutup tanah di lahan gambut juga berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Oleh karena itu setelah bibit ditanam, lahan segera ditanami tanaman penutup tanah.

Tanaman penutup tanah yang digunakan adalah pakis/neprolephis, Mucuna bracteata (Mb), dan campuran Pueraria javanica (Pj) dengan Calopogonium mucunoides (Cm). Pakis selain tanaman penutup tanah juga sering dimanfaatkan oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk meletakkan telurnya. Sedangkan manfaat lain kacang-kacangan (Mb, Pj, dan Cm) adalah menghasilkan bahan organik dan dapat mengikat unsur nitrogen dari udara untuk tanaman kelapa sawit.

Neprolephis ditanam di antara jarak dalam baris tanaman. Jarak tanam

Neprolephis dari pokok sawit adalah 3 m sedangkan jarak tanam Neprolephis

adalah 0.6 m x 0.6 m (Gambar 16a). Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 0.6 ha/HK.

Setiap di tengah jarak dalam baris tanaman ditanami satu bibit Mb. Jarak tanam Mb dari parit 60 cm (Gambar 16 b). Sebelum ditanam lubang tanam diberi pupuk NPK atau urea dengann dosis 10 g/lubang. Neprolephis dan Mb tidak boleh ditanam pada blok yang sama karena akan menimbulkan persaingan. Prestasi kerja karyawan 1 ha/HK dan penulis adalah 1 ha/HK.

(36)

(a) (b) (c)

Gambar 16 Hasil penanaman pakis (a), M. bracteata umur 2 bulan (b), campuran kacangan Pj dan Mc umur 2 minggu (c)

Pemupukan. Pemupukan awal dilakukan 6 MST dengan pupuk NPK 65 dan pupuk cair FeSO4. Pupuk NPK 65 ditabur melingkari pokok dengan radius 20 cm. Fungsi pupuk NPK 65 adalah untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, perkembangan akar, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman. Dosis pupuk NPK 65 adalah 350 g/pokok dengan PK karyawan dan penulis 2.9 ha/HK. Tanaman yang belum diberi pupuk NPK 65 akibat piringannya tergenang air diberi tanda dan akan diberi pupuk ketika piringannya sudah mengering. piringannya tergenang air tidak boleh ditaburi pupuk dan diberi tanda Konsentrasi pupuk cair FeSO4 0.33 % dan volume semprot 135 ml/pokok dengan PK karyawan 3.7 ha/HK sedangkan penulis 1.7 ha/HK. Fungsi pupuk FeSO4 adalah untuk meningkatkan jumlah klorofil daun dan daya tahan tanaman. Saat memasukkan larutan pupuk FeSO4 ke dalam knapsack sprayer, larutan disaring menggunakan saringan tambahan dua lapis kain kasa agar butiran-butiran kecil pupuk FeSO4 yang belum terlarut sempurna tidak ikut masuk ke dalam tangki knapsack sprayer. Hal ini dilakukan untuk mencegah butiran-butiran kecil pupuk menempel pada daun yang bisa menyebabkan kegosongan pada daun. Rekomendasi dosis pemupukan lahan peremajaan dapat dilihat pada lampiran 5.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan populasi hama, dan mempermudah kegiatan pemeliharaan. Pengendalian gulma di lahan peremajaan dilakukan secara kimia dan manual.

Pengendalian gulma secara kimia yang diikuti oleh penulis adalah penyemprotan gulma berdaun lebar. Herbisida yang digunakan bermerk dagang Starane 290 EC yang merupakan herbisida purna tumbuh yang sistemik dan selektif, berbentuk pekatan, berwarna coklat tua, dan berbahan aktif fluroksipir metil heptil ester 295 g/l dengan konsentrasi 0.15 %. Knapsack sprayer yang digunakan berkapasitas 19-20 liter dan Nozelnya diberi sarung plastik yang terbuat dari kotak sabun colek agar radius pola semprotan nozelnya merata dan tidak terlalu lebar. Prestasi kerja kayawan 2.5 ha/HK tergantung kondisi kerapatan gulma.

(37)

berdaun lebar dengan menggunakan parang dan garpu. Kegiatan mencabut kentosan juga dilakukan. Terkadang kegiatan cabut kentosan dan mencabut rumput sekaligus dilakukan oleh 1 orang karyawan. Kedua kegiatan ini dilakukan jika kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan. Prestasi kerja mencabut kentosan adalah 0.5 – 0.7 ha/HK. Jenis-jenis gulma yang dominan di lahan peremajaan adalah Paspalum conjugatum, Cyperus iria (rumput matahari), Clibadium surinamenses (narong), Micania micrantha (rumput saudagar), Melastoma malabatrichum (saduduk/senggani), Borreria latifolia

(rumput staren), dan kentosan.

Gambar 17 Pemupukan (kiri) dan hasil pemupukan (kanan)

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) di lahan peremajaan dilakukan secara kimia, biologis, dan manual. Pengendalian HPT secara kimia menggunakan insektisida dengan konsentrasi dan dosis yang sama dengan penyemprotan awal setelah tanam tersebut di atas. Jika serangan meningkat maka konsentrasi ditingkatkan dua atau tiga kali lipat. Rotasi chemist peremajaanadalah sekali dua minggu. Norma kerja chemist peremajaan 1 044 pokok/HK atau 6 ha/HK sedangkan PK penulis 4 ha/HK. Hama-hama yang menyerang tanaman di areal peremajaan antara lain Apogonia sp., Oryctes rhinoceros, dan belalang.

Apogonia sp. atau kumbang malam menyebabkan daun berlubang-lubang karena lapisan epidermis anak daun terkikis atau dimakan seluruhnya. Apogonia

sp. aktif dan mencari makan pada malam hari. Pada waktu siang kumbang ini beristirahat di dalam lapisan tanah sedalam sekitar 2 cm atau bersembunyi di antara gulma yang ada di sekitar area peremajaan. Kerusakan pada tanaman yang telah berumur lebih dari satu tahun bisa diabaikan. Umumnya serangan Apogonia

sp. di lapangan akan berkurang dengan sendirinya bila tanaman penutup tanah sudah menutupi areal penanaman dengan sempurna.

(38)

Belalang merupakan hama pemakan daun. Gejala serangannya ialah terdapat defoliasi (kehilangan daun) yang dimulai dari tepi anak daun. Terkadang serangannya hanya menyisakan tulang anak daun.

Pengendalian hama secara biologis dengan menanam tanaman bermanfaat/beneficial plant. Beneficial plant yang ditanam adalah Turnera subulata, Casia cobanensis, dan Antigonon leptopus (Gambar 18e). C. cobanensis

ditanam pada bedeng yang berukuran 280 cm x 120 cm dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. A. leptopus ditanam pada bedeng yang berukuran panjang x lebar (250 cm x 100 cm) dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm. Setiap lubang tanamnya ditancapkan cabang pohon akasia sebagai tempat A. leptopus merambat. T. subulata ditanam pada bedeng yang berukuran 180 cm x 90 cm dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Rasio C. cobanensis, A. leptopus, dan T. subulata terhadap luas lahan adalah 60 % : 20 % : 20 %. Pembibitan beneficial plant termasuk pohon pulai dan pohon buta dibuat di areal emplasement untuk memudahkan pemeliharaan dan pengangkutan (Gambar 18f).

Pengendalian hama secara manual yaitu mengambil kumbang tanduk yang terdapat pada lubang gerekan pada pangkal pucuk sawit yang sekaligus dilakukan oleh karyawan yang sedang melakukan semprot hama. Pengendalian secara jebakan (pherotrap) yaitu memasang pherotrap kumbang tanduk (Gambar 18c) dengan rasio terhadap luas lahan 1 : 2 ha. Jebakan dibuat sedemikian rupa dan diberi hormon pemikat kemudian digantung pada tiang kayu.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 18 Serangan hama kumbang tanduk (a), tunas tumbuh kembali pasca penyerangan (b), pherotrap kumbang tanduk (c), penanaman

beneficial plant, (d) bedengan beneficial plant (e), pembibitan

beneficial plant (g)

Pemanenan

(39)

standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Sistem panen yang digunakan di Divisi I Kebun Teluk Bakau adalah sistem Block Harvesting System (BHS). Sistem BHS merupakan program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari.

Kriteria matang panen merupakan indiksasi yang dapat membantu pemanen agar memotong TBS pada saat yang tepat. Berikut merupakan kriteria matang panen di Kebun Teluk Bakau.

Tabel 3 Kriteria panen di kebun teluk bakau berdasarkan jumlah brondolan yang lepas dari tandan

Jumlah brondolan lepas dari tandan Tingkat kematangan 0 – 5 Buah Mentah ( Un Ripe ) 6 – 9 Buah Mengkal (Under Ripe )

> 10 Buah Masak ( Ripe )

> 70% Buah terlalu Masak ( Empty Bunch ) Sumber: Kantor Besar Kebun Teluk Bakau

Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali ke seksi panen awal pada kegiatan panen. Sistem BHS membagi divisi menjadi 6 seksi panen. Sehingga membentuk rotasi panen 6/7 yang artinya terdapat enam hari kerja dan kembali ke seksi panen awal pada hari ke-7. Seksi-seksi kemudian dibagi menjadi beberapa hanca tetap untuk memudahkan pengawasan.

Pelaksanaan kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pukul 06.00 WIB oleh pemanen dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dan memberi pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu dan menyampaikan hasil evaluasi hasil kegiatan panen hari sebelumnya. Pelaksanaan panen di Kebun Teluk Bakau mengikuti kaidah Sapta Disiplin Potong yang berisi: (1) Buah matang dipanen semua, (2) Tidak memanen buah mentah, (3) Seluruh brondolan dikutip bersih, (4) Pelepah disusun rapi dan

dirumpukkan di gawangan berbentuk “U”, (5) buah diantrikan dan disusun rapi di

TPH dan diberi tanda, (6) Pelepah sengkleh tidak ada, dan (7) Administrasi dikerjakan secara benar dan segera. Kutip brondolan dilakukan oleh tim pengutip brondolan yang sebagian besar terdiri dari KHL sehari setelah potong buah pada seksi yang sama.

(40)

(a) (b)

Gambar 19 Potong buah (a), pengangkutan TBS menggunakan bargas (b)

Pengaturan Ketinggian Air

Ketinggian air di lapangan harus dijaga agar tidak kekeringan di musim kemarau atau kebanjiran di musim hujan. Kebanjiran akan menghambat proses pemanenan sehingga memperlambat rotasi panen. Kondisi ini menyebabkan kehilangan (losses) akibat buah tinggal atau busuk. Kekeringan menyebabkan ketinggian air di kanal rendah atau bahkan kering sama sekali sehingga tidak bisa dilewati kendaraan air pengangkut TBS. Kondisi ini menyebabkan kehilangan akibat TBS tidak terangkut (restan). Upaya-upaya pengaturan ketinggian air (Water Level Control) antara lain memasang piezzometer, membuat pintu air,

over flow gate, emergency gate, spillway, membuat peta water zoning, dan merawat kanal secara berkala

Pemasangan piezzometer. Piezzometer merupakan alat pengukur ketinggian air yang terbuat dari pipa paralon yang berdiameter 3 inchi, panjang 2 meter, dan dilengkapi skala (Gambar 20). Piezzometer dipasang di titik tertentu pada bendungan, KUT, KCB, emplasemen, pintu air, over flow gate, emergency gate,

spillway, dan pabrik. Sasaran ketinggian air yang terbaca pada masing-masing piezzometer berbeda-beda bergantung posisi ditempatkannya piezzometer. Pada umumnya sasaran ketinggian air pada hulu lebih rendah daripada hilir. Seperti piezzometer di km 5 kebun TBE yang merupakan hilir memiliki sasaran ketinggian air 40 cm sampai 60 cm dpt, sedangkan di km 18 kebun RSE yang merupakan hulu memiliki sasaran ketinggian air 50 sampai 80 cm dpt. Hal ini ditujukan untuk mencegah kekeringan pada kebun yang berada di hulu atau kebanjiran pada kebun yang berada di hilir akibat perbedaan topografi. Informasi ketinggian air yang terbaca pada piezzometer dilaporkan setiap hari ke kantor besar kebun TBE melalui radio. Data ketinggian air menjadi acuan pengaturan ketinggian air.

(41)

Pemasangan pintu air (water gate). Pintu air adalah alat untuk mengatur ketinggian air dengan cara membuka dan menutup aliran air (Gambar 21). Pintu air pada umunya ditempatkan di setiap hilir kanal yang menuju ke luar wilayah

water zoning ataupun ke luar wilayah perkebunan. Setiap pintu air dilengkapi piezzometer. Perkebunan PT BNS memiliki 1 pintu air perbatasan water zoning

dan 4 pintu air perbatasan dengan masyarakat. Pintu air perbatasan masyarakat akan membuang kelebihan air ke sungai atau laut.

Gambar 21 Pintu air

Pemasangan over flow gate. Over flow gate adalah alat untuk mengatur ketinggian air dengan cara menahannya pada ketinggian tertentu dan bersifat tetap (Gambar 22). Jika air berlebih, secara otomatis air akan mengalir melalui over flow gate. Over flow gate terdapat di titik tertentu pada perbatasan dengan okupasi.

Pemasangan pintu air parit tengah (water flow). Pintu air parit tengah dipasang di setiap pertemuan parit tengah dengan kanal atau parit kolektor. Gunanya untuk mengatur ketinggian air di tengah blok.

Pembuatan emergency gate. Emergency gate merupakan pintu darurat untuk mencegah banjir pada kebun. Emergency gate dapat berupa kanal maupun pintu air yang menghubungkan kebun dengan sungai atau laut.

Gambar 22 Over flow gate (kiri) dan water gate (kanan)

Pemasangan spillway. Spillway merupakan pintu air utama yang berfungsi untuk mengatur ketinggian air di KUT (Gambar 23). Spillway juga berfungsi untuk mencegah penetrasi air laut ke KUT sehingga kadar garam pada KUT tetap sangat rendah untuk digunakan pabrik untuk mengolah TBS. Spillway terletak di km 0.45 sebelah barat KUT dan berbatasan langsung dengan sungai. Spillway

(42)

Gambar 23 Spillway

Perawatan kanal. Semua sistem drainase kebun harus tercatat secara administrasi baik jumlah maupun panjangnya. Hal ini ditujukan untuk memudahkan kegiatan perawatan kanal. Setiap tahunnya diadakan pencucian kanal 30 % dari total keseluruhan. Tujuan pencucian kanal antara lain untuk mengoptimalkan fungsi kanal baik untuk tanaman maupun kendaraan air, memperlancar sirkulasi air untuk menekan pertumbuhan gulma air terutama lumut (Bryophyta sp.), dan mencegah terganggunnya kipas baling-baling kendaraan air. Pencucian kanal dapat dilakukan secara mekanik dan manual.

Pencucian kanal secara mekanik menggunakan excavator long arm untuk KUT dan short arm untuk KCB dan kanal kolektor. Pencucian dilakukan dengan cara penggalian kembali sedimentasi dari dasar kanal ke luar secara periodik. Kegiatan ini dilakukan saat kondisi air cukup dan kanal tidak boleh digali terlalu dalam (melebihi kedalaman awal) karena dapat menimbulkan longsor. Excavator long Arm (PC>200/seri 9) memiliki PK 3 meter/BU untuk KUT, Excavatorshort arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 5 meter/BU untuk kanal kolektor, dan

Excavatorshort arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 10 meter/BU untuk KCB.

Gambar 24 Pencucian kanal dengan menggunakan bargas lumut

(43)

Pencucian kanal secara biologis dilakukan dengan cara memelihara ikan kowan (Tenenepharyngodon idellus) pada kanal-kanal sebagai pemakan lumut atau algae(Tallophyta sp.). Cara ini masih perlu pengembangan lebih lanjut oleh departemen R & D Minamas Plantation. Pencucian kanal secara kimia tidak dilakukan karena dapat mengancam kehidupan biota air dan lingkungan.

Pembuatan peta dan SOP (Standard Operational Procedure) sistem pengelolaan tata air. Perkebunan PT BNS memiliki peta umum sistem pengelolaan tata air dan setiap kebun kecuali kebun TBE memiliki peta detail sistem pengelolaan tata air kebun masing-masing. Peta umum hanya mengambarkan kanal-kanal, water zoning (Lampiran 6), posisi piezzometer (Lampiran 7), bendungan (Lampiran 8), pintu air dan spillway (Lampiran 9), dan pengukur curah hujan (ombrometer) (Lampiran 10), sedangkan peta detail termasuk menggambarkan arah aliran air dan muara outlet air (Lampiran 11). Pemetaan ini memudahkan pengawasan dan penanganan yang tepat waktu.

Ruang lingkup SOP meliputi kegiatan pemeriksaan, pengukuran, pencatatan, perawatan, dan evaluasi terhadap pengelolaan tata air. Tujuan pembuatan SOP antara lain: (1) untuk memonitor ketinggian air di kebun sehingga dapat dipertahankan pada kondisi optimum bagi tanaman, (2) mengumpulkan data-data yang akurat dan terpadu yang berhubungan dengan pengelolaan tata air, (3) apabila ada masalah dengan ketinggian air maka cepat diketahui dan dilakukan usaha-usaha perbaikan, (4) menciptakan koordinasi antar kebun maupun PKS dalam penanganan pengelolaan tata air PT BNS.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor Peremajaan (Replanting)

Mandor peremajaan memimpin lingkaran pagi dengan karyawan penanam pokok tanaman pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi, mengecek cangkul sebagai alat tanam, dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan penanam. Mandor peremajaan bertugas mengawasi tim penanam agar mutu tanam terjaga. Karyawan yang mutu tanamnya buruk akan ditegur dan diberi sangsi jika perlu oleh mandor dan diperintahkan untuk segera memperbaikinya kembali. Mandor peremajaan juga bertanggung jawab terhadap kegiatan penyisipan dan logistik bibit dari areal pembibitan ke areal peremajaan. Mandor peremajaan melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring jumlah bibit yang telah ditanam dan disisip.

Pendamping Mandor Pemeliharaan

(44)

kerja dan membuat buku monitoring penggunaan bahan jika menggunakan bahan seperti benih atau bibit kacang-kacangan.

Pendamping Mandor Semprot (Chemist)

Mandor chemist memimpin lingkaran pagi dengan karyawan semprot pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga semprot, mengatur dan mengecek alat semprot untuk masing-masing penyemprot, mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan semprot. Pada saat di lapangan penulis mengawasi pencampuran bahan dan memastikan racun sesuai dosis di gudang divisi, mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan semprot di lapangan dan membawa sabun untuk cuci tangan.. Selesai menyemprot, seluruh alat semprot dan bahan sisa dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah bahan beracun berbahaya (B3) seperti botol, galon tempat racun dikumpulkan ke gudang Limbah B3. Hasil kerja dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta ealisasi kerja.

Pendamping Mandor Pupuk

Mandor membuat lingkaran pagi dengan karyawan pupuk pada jam 06.00 WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga pemupukan kemudian melaporkannya kepada asisten. Mandor pupuk bertanggung jawab dalam mengatur dan membagikan takaran pupuk yang standar dan sesuai dosis pupuk yang akan ditabur pada masing-masing pemupuk. Pekerjaan yang dilakukan di kebun merupakan tanggung jawab semua pihak sehingga mandor wajib mengecek Alat Pelindung Diri (APD) seperti: Sepatu, sarung tangan, dan topi pada setiap karyawan pemupukan. Pelaksanaan di lapangan mandor melakukan pengawasan penuh pada pekerjaan pupuk dengan memastikan penaburan pupuk dilakukan secara benar. Mandor membawa sabun untuk cuci tangan tim pupuk. Selesai pemupukan, seluruh alat kerja ( ember dan takaran ) dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah bahan B3, seperti karung kemasan pupuk serta plastik dikumpulkan ke gudang limbah B3 dan dilaporkan pada kerani gudang untuk dicatat. Mandor pupuk melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta realisasi kerja.

Pendamping Mandor Panen

(45)

Administrasi panen oleh mandor panen dengan mencatat nomor hancak yang dikerjakan oleh setiap karyawan dan mengevaluasi hancak panen pada hari itu juga merupakan bukti hasil kegiatan yang akan dilaporkan. Jika dalam pemeriksaan terdapat kesalahan yang terjadi pada hancak panen yang diperiksa, maka karyawan panen yang bersangkutan harus segera di panggil dan ditegur untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Jika sudah diperingatkan berkali-kali namun tidak ada perubahan pada karyawan tersebut maka dilakukan teguran secara tertulis berupa surat peringatan ( SP ) I, II dan III yang ditanda tangani oleh asisten dan diketahui manajer kebun dan SPSI. Mandor memberikan instruksi dan memastikan seluruh alat yang dipakai oleh karyawan dibersihkan dan ditutup kembali apabila pekerjaan panen telah selesai. Mandor panen melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi kerja dan menulis luasan (ha) yang dipanen hari ini pada blanko pusingan potong buah serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.. Selain itu, untuk memperlancar kegiatan pemanenan dalam timnya mandor panen membuat daftar rencana perawatan, penggantian alat–alat kerja, APD pada tim panen dan melatih tenaga kerja baru baik teknis maupun non-teknis.

Pendamping Mandor I pekerjaan pemeliharan maupun pemanenan. Penulis melakukan pengawasan kegiatan mandor dan karyawan agar rencana kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Penulis saat mendapatkan tugas sebagai mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Pengawasan dengan melakukan pengecekan mutu hancak pada kegiatan panen juga dilakukan oleh penulis saat menjadi mandor I dengan mengambil lima pemanen setiap hari panen. Untuk membangun kerja sama, komunikasi, menularkan improvment dan menyelesaikan masalah maka penulis mengikuti field day. Field day merupakan aktivitas yang dilakukan dilapangan/blok untuk sharing pendapat dan menyelesaikan permasalahan.

Pendamping Kerani Buah

Gambar

Tabel 1 Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut
Tabel 2 Norma ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati
Gambar 2 Pancang utama
Gambar 3   Pre lining (kiri) dan pancang mata tiga untuk pembongkaran  pokok (kanan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Interval panen lebih dari 9 hari di Divisi III Kebun Pinang Sebatang disebabkan oleh produksi buah yang tinggi, kondisi cuaca yang tidak mendukung pada waktu pelaksanaan

Rotasi dan Seksi Panen. Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen bergantung