• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis Pemanenan

Satu hari sebelum panen, dilakukan perhitungan AKP (angka kerapatan panen) untuk menentukan jumlah pekerja panen, jumlah armada pengangkut, menentukan jumlah tandan matang dan memperkirakan produksi. Setiap areal yang akan dipanen (kapveld) harus terlebih dahulu dihitung angka kerapatan panennya.

Tata cara perhitungan AKP yaitu menentukan blok sampel terlebih dahulu untuk setiap kapveld. Satu blok sampel dalam 1 kapveld maksimal 50 ha dengan pohon yang diamati 3–5% dari jumlah pohon. Seluruh pohon dalam baris sampel diperiksa dan dicatat jumlah tandan matang panen dengan rumus sebagai berikut :

AKP = umlah pohon sampel

umlah tandan uah matang

Contoh perhitungan AKP pada tanaman kelapa sawit TM 2006 pada blok 260 dengan luasan 20 ha:

Jumlah populasi = 2 860 pohon Jumlah pohon contoh = 176 pohon Jumlah tandan matang = 60 tandan

AKP = 176

60 : 1 = 3 : 1 Jumlah estimasi produksi =2 860 Pohon

3 =953 tandan (@ 10 kg) = 9 530 kg

Kebutuhan tenaga kerja = 9 530 kg

Jumlah armada = 9 530 kg

6 000 kg=1.5 t uk (@6 000 kg)

Kegiatan pemanenan dilakukan pada pukul 07.00–14.00 WIB. Sebelum pelaksanaan, pemanen berkumpul di kebun untuk mendapatkan arahan dari mandor panen yakni menjelaskan teknis kerja harian dan pembagian hanca panen. Alat-alat panen yang digunakan adalah dodos, egrek, gancu, kapak, ember dan kereta sorong. Dodos, egrek, dan kapak biasanya setiap pagi diasah terlebih dahulu agar tajam sehingga kegiatan pemanenan bisa berjalan dengan lancar.

Sistem hanca yang diterapkan di Kebun Rambutan PTPN III adalah sistem hanca giring. Sistem hanca giring lebih mudah dalam pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di TPH dan pabrik dibandingkan dengan sistem hanca tetap. Setiap mandor panen membawahi 10–15 orang pemanen.

Panen kelapa sawit pada TBS dibenarkan apabila buah kelapa sawit telah memberondol. Kriteria TBS matang di areal perbukitan adalah 1 brondolan per TBS, areal bergelombang 5 brondolan per TBS, sedangkan pada areal tanah datar 10 brondolan per TBS. Tandan buah segar siap dipanen dapat dilihat dari fraksi-fraksi. Kriteria matang panen yaitu fraksi 1, fraksi 2, fraksi 3, fraksi 4 dan fraksi 5, sedangkan untuk buah yang tidak boleh dipanen adalah buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0, karena buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0 memiliki kadungan minyak yang masih sedikit (Tabel 2).

Tabel 2 Kriteria matang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kebun Rambutan PTPN III

Kriteria mutu TBS Keterangan Buah Normal

Buah Mentah Buah tidak membrondol berwarna hitam pekat

Buah agak matang 12.5%–25% buah luar membrondol, berwarna merah mengkilat

Buah matang 26%–50% buah luar membrondol berwarna merah mengkilat

Buah lewat matang 50%–100% buah luar atau sebagian buah bagian dalam membrondol

Buah abnormal

Buah banci Muncul bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan

Buah mantel Buah berlapis dan tidak memiliki inti Sumber: Data kantor Afdeling I Kebun Rambutan 2014

Tangkai tandan yang sudah dipanen, dipotong seperti cangkem kodok/mulut ikat (2 cm) dan mengutip semua brondolan yang ada di piringan dan pohon. TBS dan brondolan dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Buah yang diangkat di TPH disusun 5–10 buah dan diberi nomor pemanen dan mandor. TBS dengan > 30 kg dibagi menjadi 2 bagian, untuk memudahkan pada saat proses

10

perebusan pada pabrik. Sementara TBS yang sudah busuk, buah dibrondolkan dan dimasukkan ke dalam goni dan tandan kosong diletakkan di pinggir TPH.

TBS yang sudah dipanen harus secepat mungkin diangkut dan diolah oleh pabrik. Tujuannya untuk menghindari buah tertinggal lama di lapangan (restan) maka ketersediaan alat transportasi diupayakan memadai. Hal tersebut dilakukan melalui koordinasi antara krani transport dan petugas traksi. Pada musim hujan TBS akan banyak tertinggal dan menginap di TPH buah ini disebut buah restan. Proses pemanenan TBS dapat dilihat pada Gambar 1.

(A) (B) (C)

(D) (E) (F)

Gambar 1 Proses pemanenan buah: potong buah (A) susun pelepah (B) potong tangkai cangkem kodok (C) kutip brondolan (D) angkut TBS ke TPH (E) susun TBS di TPH (F)

Pemeriksaan Kualitas TBS

Mandor panen wajib masuk ke hanca panen secara acak setelah kegiatan pemanenan selesai. Tujuannya untuk memeriksa kualitas panen meliputi: TBS matang yang tertinggal, pelepah yang seharusnya dipotong tetapi tidak dipotong dan memeriksa brondolan di piringan, selain itu mandor panen wajib menghitung jumlah TBS yang sudah terkumpul di TPH dan melakukan sortir baah, jika ditemukan TBS dengan fraksi 0 dan fraksi 00 mandor harus memisahkan buah TBS tersebut.

Setiap harinya ada petugas kap inspeksi yang memeriksa kegiatan pemanenan apakah sudah sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh kantor. Tujuan pemeriksaan oleh petugas kap inspeksi adalah untuk menjaga kualitas buah yang dipanen.

Penilaian pada setiap pemeriksaan panen dilakukan berdasarkan ketentuan panen yang ditetapkan kebun Tabel 3 dan Tabel 4. Penilaian panen, baik pada hanca panen maupun TPH terdiri dari lima aspek, dengan nilai kesalahan

masing-masing untuk setiap kesalahan yang dilakukan, dan akan dikalikan dengan jumlah kesalahan yang ditemukan. Semakin banyak kesalahan yang dilakukan, maka akan semakin tinggi pula jumlah nilai kesalahan yang akan diperoleh pemanen. Nilai kesalahan ini kemudian akan menjadi faktor untuk menentukan premi harian pemanen.

Premi diberikan sebagai penghargaan yang diberikan kepada pemanen yang telah mencapai basis tugas. Premi bertujuan untuk menambah semangat pemanen dalam berproduksi tinggi, baik kualitatif maupun kuantitatif serta meningkatkan pendapatan karyawan pemanen sesuai dengan jumlah dan mutu hasil yang diperoleh.

Tabel 3 Penilaian pemeriksaan di hanca di Kebun Rambutan PTPN III

Nomor Aspek pemeriksaan Nilai kesalahan*

1 Tandan matang tidak dipanen 5.0

2 Tandan dipanen tidak diangkut di TPH 5.0

3 Brondolan tidak dikutip 0.5

4 Pelepah tidak dipotong dua atau tiga dan tidak disusun

1.0 5 Tidak menurunkan pelepah yang

seharusnya diturunkan (curi buah)

1.0

Jumlah nilai kesalahan 12.5

*Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek pemeriksaan Tabel 4 Penilaian pemeriksaan panen di TPH di Kebun Rambutan PTPN III

No Aspek pemeriksaan Nilai kesalahan*

1 Buah mentah dipanen 5.0

2 Buah busuk dipanen 5.0

3 Tangkai tandan panjang (> 2.5 cm) 1.0

4 Tumpukan brondolan kotor 2.0

5 Tidak menuliskan nomor pemanen dan nomor mandor panen di gagang tandan

0.5

Jumlah nilai kesalahan 13.5

*Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek pemeriksaan Prestasi normal adalah kemampuan pemanen yang bekerja secara optimal selama 7 jam kerja. Basis tugas adalah batas prestasi minimum (kg HK-1) yang dicapai pemanen. Setiap pemanen wajib untuk mencapai basis tugas yang telah ditetapkan perusahaan. Basis tugas diberikan kepada pemanen sebesar 70% dari prestasi normal (PN) untuk areal tanah rata sampai bergelombang dan untuk areal berbukit 80% dari prestasi normal tanah rata sampai bergelombang (Tabel 5). Premi panen juga diberikan pada mandor I, krani produksi, krani transportasi, krani afdeling, dan mandor panen yang dapat dilihat dalam Tabel 6. Distribusi basis tugas disesuaikan dengan penyebaran produksi bulanan.

12

Tabel 5 Prestasi normal dan basis tugas kegiatan panen Tanaman menghasilkan (TM) Prestasi normal (PN) Kg TBS HK-1 Basis tugas (BT) kg.TBS Tanah rata s.d bergelombang (70% x PN) Areal berbukit s.d curam (80% x BT tanah rata) 1 2 3= 2 x 70% 4= 3 x 80% TM 1-3 400 280 224 TM 4-8 800 560 448 TM 9-13 1 300 910 728 TM 14-20 1 200 840 672 TM 21-24 1 000 700 560 TM > 24 800 560 448

Sumber: Kantor Adeling I, Kebun Rambutan 2014 Tabel 6 Premi supervisi panen

Supervisi Volume Perhitungan premi

Mandor Panen < 10 HK 150% rata rata premi pemanen Krani Transportasi < 10 HK 110% rata rata premi pemanen Krani Produksi 110% rata rata premi krani transport Krani Afdeling 110% rata rata premi krani produksi

Mandor I 150% rata rata premi mandor panen

Sumber: Kantor Adeling I, Kebun Rambutan 2014

Pada pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kap inspeksi, jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan SOP panen maka pemanen akan mendapatkan denda atau pemotongan premi yang besarnya ditentukan berapa banyak kesalahan yang dilakukan.

Hasil penilaian dari kinerja setiap pemanen yang telah dilakukan oleh mandor kap inspeksi, mandor I, dan asisten afdeling, selanjutnya akan diakumulasikan untuk setiap hari kerja dan akan digunakan untuk menentukan kelas pemanen pada hari tersebut (Tabel 7).

Tabel 7 Klasifikasi kelas pemanen

Klasifikasi Nilai pemeriksaan panen (%)

A 90–100

B 80–89 C 70–79 D 60–69 Sumber: Instruksi Kerja PTPN III

Kelas pemanen dapat berubah setiap hari tergantung hasil pemeriksaan panen harian. Kelas pemanen merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk menentukan premi pemanen yang akan diterima pada setiap hari kerja. Jika dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kap inspeksi ditemukan hal-hal yang berkaitan dengan SOP panen maka pemanen akan mendapatkan denda atau

pemotongan premi yang besarnya ditentukan berapa banyak kesalahan yang dilakukan. Premi akan diakumulasikan selama 1 bulan dan dibagikan pada saat pembayaran gaji bulanan.

Dalam kegiatan panen kebun biasanya melakukan rotasi panen agar kegiatan pemanenan dapat berjalan dengan baik dan kualitas TBS yang dipanen sesuai dengan kriteria panen. Rotasi panen adalah putaran panen antara panen berikutnya dengan panen selanjutnya di tempat yang sama. Kebun Rambutan dalam setahun membagi rotasi panen menjadi 2 semester pada semester pertama (Januari–Juni) menggunakan rotasi 5/7 sedangkan pada semester kedua (Juli-Desember) menggunakan rotasi 6/7.

Waktu panen yang terlambat akan menyebabkan buah cenderung over ripe bahkan bisa empty bunch. Keadaan tersebut bisa mengakibatkan meningkatnya jumlah brondolan sehingga akan memperlambat penyelesaian hanca dan bisa meningkatkan kadar ALB. Interval panen terlalu cepat akan mengakibatkan pemanen cenderung mendapatkan buah mentah (Unripe). Hal tersebut akan memperkecil presentase kerapatan buah sehingga akan mengurangi jumlah tonase buah yang diperoleh dan mempengaruhi mutu buah yang didapatkan.

Pemanenan yang dilakukan di Kebun Rambutan sudah cukup baik, mungkin yang perlu ditingkatkan adalah pengawasan yang dilakukan oleh mandor panen, sehingga bisa mengurangi panen buah mentah. Selain itu, perlu ada kerja sama antara mandor panen dan krani transport sehingga buah mentah tidak diangkut ke PKS.

Pengangkutan Buah

Setelah buah diperiksa oleh mandor dan krani transportasi buah yang sudah terkumpul di TPH kemudian diangkut ke dalam truk untuk dibawa ke PKS (Gambar 2). Setiap truk yang masuk ke afdeling melapor ke kantor afdeling dan sewaktu mengangkat TBS dari TPH harus diikuti oleh krani transport. Krani transport mencatat jumlah TBS dalam formulir pengumpulan buah (PB.24) per tahun tanam per blok per mandoran dan per pemanen. Kapasitas truk yang dibenarkan masuk ke afdeling sesuai surat perjanjian. TBS diangkut ke PKS dilengkapi dengan surat pengantar TBS (PB.25.01/Berstempel CSPO) yang ditanda tangani oleh krani produksi dan asisten afdeling. Truk yang mengangkut TBS harus dilengkapi jaring pengaman pengangkutan yang dipasang dengan benar untuk menghindari TBS jatuh di jalan.

Dalam pengangkutan buah biasanya terdapat 2 orang pemuat di setiap truk. Pemuat ini bertanggung jawab atas muatan truk serta penyusunan TBS. Pengangkutan TBS dan brondolan biasanya dimulai pukul 09.00 WIB atau saat buah yang dipanen sudah dapat dimuat ke dalam 1 bak truk. Teknik pengangkutan yang dilakukan adalah pengambilan TBS dimulai dari jarak yang terjauh dari jalan utama dan semakin mendekat ke jalan utama kebun. Kapasitas 1 truk angkut TBS adalah 6–7 ton.

14

(A) (B) (C)

Gambar 2 Proses pengangkutan TBS: TBS di TPH (A) pengangkutan TBS ke truk (B) pengutipan brondolan di TPH (C)

Gambar 2 (A) menunjukkan TBS yang sudah dikumpulkan TPH dan siap untuk diangkut kedalam truk. Gambar 2 (B) adalah proses pengangkutan TBS ke dalam truk yang dilakukan, sedangkan pengutipan brondolan di TPH di tunjukkan pada Gambar 2 (C).

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Gulma harus diberantas agar pertumbuhan kelapa sawit dapat berjalan dengan baik dan optimal. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Rambutan PTPN III dengan cara kimiawi dan manual dengan sasaran piringan dan gawangan. Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan

Merk dagang Bahan aktif Daerah aplikasi Gulma sasaran Gradoxone 276 SL Paraquat diklorida 276 g/l Piringan dan gawangan

Rumput dan teki Ally 20 WDG Metil metsulfuro Piringan Seluruh gulma

(herbisida pra-tumbuh) SMART 486 AS Isopropil amina

glifosat 486

Gawangan Gulma daun lebar, gulma daun sempit dan alang-alang Sida Up 490 SL Isopropil amina

glifosat 490

Gawangan Gulma daun sempit dan gulma daun lebar Round Up

Biosorp 480 AS

Isopropil amina glifosat 480

Gawangan Rumput dan dan gulma daun lebar Sumber: Data pengendalian hama dan penyakit Afdeling I 2014

Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan meliputi menggaruk piringan, menggaruk gawangan, dan dongkel anak kayu (DAK). Menggaruk piringan merupakan kegiatan membersihkan gulma yang ada di piringan dengan membersihkan semua gulma dan kacangan bersih dari gulma (kacangan 100%). Tujuannya adalah agar tanaman dapat menyerap hara secara maksimal,

mempermudah kontrol dalam kegiatan pemupukan, dan mudah mengutip brondolan.

Sistem kerja yang digunakan dalam pembukaan piringan secara manual adalah dengan membagi tenaga kerja per mandoran. Setiap mandor memiliki anggota yang berbeda-beda tergantung jumlah tenaga kerja yang tersedia. Pekerjaan pembukaan piringan biasanya dilakukan per blok dimulai dari blok dengan gulma terparah. Kegiatan membuka piringan secara manual dilakukan oleh karyawan harian lepas (KHL) yang diawasi oleh mandor. Pada TBM I piringan dibuka dengan radius 1 m dari tanaman. Rotasi pemeliharaan piringan 1–

2 bulan sekali tergantung kebutuhan.

Sistem kerja yang diterapkan oleh Kebun Rambutan adalah sistem borongan, dimana 1 tenaga kerja harus dapat membuka piringan/menggaruk piringan sebanyak 60 pohon selama 3 jam kerja. Sistem upah yang diberikan kepada pekerja adalah sistem HK. Satu HK = Rp 15 000 ( 3 jam kerja). Setiap harinya mandor pemeliharaan mencatat di buku mandor yang berisi jumlah tenaga kerja, prestasi kerja yang didapat, dan luasan yang diperoleh. Babat gawangan yang dikerjakan oleh KHL dengan norma 4 HK ha-1.

Dongkel anak kayu merupakan kegiatan mencabut atau mendongkel gulma kayu dan anakan sawit dari areal perkebunan kelapa sawit. Dalam hal ini tidak semua jenis gulma perlu diberantas misalnya vegetasi rumput-rumputan dan tanaman setahun lainnya yang bersifat lunak, berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi. Disamping itu harus dijaga supaya pengendalian gulma tidak berlebihan untuk mencegah terjadinya erosi. Dongkel anak kayu (DAK) dilakukan 2 rotasi setahun. Dongkel anak kayu (DAK) dan anakan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan cados kemudian gulma ditumpuk di atas tumpukan pelepah. Sistem kerja yang dilakukan adalah sistem borongan dengan norma 2 HK ha-1 dengan upah sebesar Rp 11 000. Kegiatan DAK dilakukan oleh KHL yang seluruhnya perempuan dengan kisaran umur 45–49 tahun. Kegiatan DAK diawasi oleh satu mandor yang bertugas untuk menjaga kualitas pekerjaan dan membuat laporan harian yang dimasukan kedalam buku mandor yang dilaporkan kepada Asisten Tanaman. Kegiatan dongkel anak kayu dapat dilihat pada Gambar 3.

(A) (B)

Gambar 3 Kegiatan DAK : mendongkel anak kayu (Tanaman Talas) (A) pengumpulan anak kayu di gawangan mati (B).

Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida, baik selektif maupun non selektif. Keuntungan pengendalian gulma secara kimia adalah cepat dan efektif terutama untuk areal yang luas. Pengendalian kimia meliputi pengendalian gulma pada gawangan, piringan pohon, dan pemeliharaan jalan.

16

Pengendalian gulma secara kimiawi tersebut menggunakan alat semprot knapsack Solo 15 L dan Micron herbi sprayer (MHS) 15 L. Mandor membagi KHL menjadi beberapa grup. Setiap grup terdiri dari 8 penyemprot dengan rincian 1 orang pengisi air, 1 orang membuka Mucuna bracteata (LCC), dan 6 orang tenaga penyemprot. Biasanya dalam 1 hari ada 2–3 grup penyemprot. Upah diberikan secara borongan sebesar Rp 20 000 HK-1. Jika dibanding dengan gaji karyawan pengendalian gulma manual, gaji pengendalian gulma kimiawi lebih besar karena resiko kesehatan lebih besar.

Pengendalian gulma secara kimia dengan knapsack Solo 15 L menggunakan nozel dengan warna merah, biru, kuning dan nozel jantung. Nozel merah memiliki lebar semprot 2 m, nozel biru 1.5 m, dan nozel kuning 0.5 m. Herbisida yang digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu kedalam jerigen dengan kapasitas 20 L, kemudian ditambahkan air hingga jerigen penuh. Herbisida yang sudah dicampur lalu dimasukkan kedalam tangki. Pada pengendalian gulma piringan, 1 HK harus bisa mengabiskan 10 knapsack selama 3.5 jam kerja. Hal-hal yang diawasi mandor pemeliharaan adalah pencampuran racun agar dosis tepat. Selain itu air yang digunakan adalah air bersih agar efek herbisida maksimal. Mengingat setiap KHL mempunyai kecepatan jalan yang berbeda-beda mandor juga mengawasi kecepatan jalan penyemprot agar tepat dosis.

Herbisida yang digunakan adalah Gramoxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 g l-1 yang dicampur dengan Ally 20 WDG dengan bahan aktif Metil metsulfuron 20%. Gramoxone 276 SL adalah herbisida purna-tumbuh bersifat kontak yang efektif apabila diaplikasikan pada gulma berdaun lebar, sedangkan Ally 20 WDG adalah herbisida sistemik pra-tumbuh dan purna-tumbuh. Parakuat diharapkan membongkar lapisan lilin dan melukai bagian tubuh gulma, sementara Ally 20 WDG yang bersifat sistemik dapat masuk ke dalam jaringan. SMART 486 AS adalah herbisida glifosat purna-tumbuh yang efektif apabila diaplikasikan pada gulma alang-alang. Pencampuran kedua herbisida dengan sistem kerja yang sama diharapkan dapat mematikan gulma alang-alang secara efektif.

Pengendalian gulma dengan Micron Herbi Sprayer diawasi oleh 1 orang mandor pemeliharaan. Tenaga MHS yang ada di Kebun Rambutan ada 5 orang. Dalam 1 grup terdapat 5 orang tenaga MHS yang terdiri atas 1 orang pengisi air dan 4 orang tenaga penyemprot. Sebelum melakukan kegiatan penyemprotan, tenaga penyemprot harus menggunakan APD terlebih dahulu.

Secara umum jenis gulma yang tumbuh di Afdeling I Kebun Rambutan adalah didominasi oleh gulma berdaun lebar yaitu Ageratum conyzoides L, Amaranthus dubius L, Clidemia hirta (L) D.Don, Mimosa pudica L, Nephrolepis biserata (Sw.) Schott dan Passiflora foetida L, gulma teki yaitu Cyperus kyllingia Endl, dan gulma rumput yaitu Axonopus compresus (Sw.) Beauv, Eleusin indica (L). Gaertn, Imperata cylindrica L, Oxalis barrelieri L, dan Paspalum conjugatum Berg. Pertumbuhan gulma pada areal kebun dapat mengganggu proses pemeliharaan seperti pemupukan dan proses pemanenan.

Setiap hari mandor pemeliharaan membuat laporan terkait jumlah tenaga kerja, prestasi dan luasan yang diperoleh. Selain itu mandor membuat peta daerah yang sudah dilakukan pengendalian yang selanjutnya dilaporkan kepada Asisten tanaman saat apel pagi.

(A) (B)

Gambar 4 Pengendalian gulma: kimiawi (A) dan manual (B)

Pada Gambar 4 (A) menunjukkan pengendalian gulma pada piringan pohon secara kimiawi, sedangkan Gambar 4 (B) adalah kegiatan pengendalian gulma secara manual yang dilakukan oleh karyawan harian lepas.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan bila serangan hama sudah di atas ambang batas ekonomi. Jumlah serangan hama dikatakan sudah melewati ambang batas ekonomi apabila serangan > 5% dari populasi. Untuk melihat tingginya serangan pada tanaman kelapa sawit dilakukan sensus hama. Tujuan dari sensus hama adalah untuk melihat populasi hama sedini mungkin, mengetahui stadia hama yang menyerang dan mendapatkan data larva yang mati dan hidup.

Tabel 9 Jenis hama, penyakit dan serangannya

No Jenis penyakit dan hama Ambang batas (jumlah larva hidup)

TBM/TM 1 Mahasena corbetti. Tams

(ulat kantong)

8–10 ekor TBM/TM

2 Setora nitens. Wlk (ulat api) 6–8 ekor TBM/TM 3 Oryctes rhinoceros. L

(kumbang tanduk)

5% untuk TM dan 10% untuk TM

TBM/TM

4 Ganoderma - TM

Sumber: Instruksi Kerja Kebun Rambutan

Petugas sensus setiap apel pagi akan melaporkan hasil sensus hari sebelumnya. Hasil sensus berisi jumlah serangan hama dan tingkat keparahan serangan hama tersebut. Setelah diperoleh laporan sensus dari petugas sensus, asisten tanaman akan memberikan perintah kepada mandor pemeliharaan untuk melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan hasil sensus serangan.

Pada tanaman TBM I serangan hama yang sering ditemukan adalah ulat kantong, ulat api, dan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pengendalian hama seperti kumbang tanduk menggunakan pestisida Marshal 5 g dengan dosis 5 g tanaman-1 dengan pengaplikasian ditaburkan butiran-butiran Marshal di ketiak daun. Tenaga penabur terdiri dari 2–4 orang yang semuanya wanita. Dalam 3 jam kerja tenaga penabur harus menghabiskan 2 bungkus Marshal 5 g (karbosulfat 5%) dengan gaji Rp 15 000 HK-1.

18

Pada tanaman TM serangan hama dan penyakit yang sering menyerang adalah ulat api, ulat kantong, kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros. L.), dan ganoderma. Serangan ulat api (Setora nitens.Wlk) menyebabkan kerusakan daun (defoliasi) tanaman yang akan berdampak pada penurunan produksi tanaman. Sensus ulat api dilakukan dengan cara mengamati pelepah ke-9 yang dipilih dari pohon kelapa sawit ke-1 pada baris pertama dalam blok pengamatan. Pengamatan berikutnya dilanjutkan pada pohon ke-10, ke-20 dan seterusnya (kelipatan 10) yang masih berada pada baris pertama.

Pengendalian ulat api secara kimia menggunakan pulsfog dengan insektisida Matador. Kegiatan fogging dilaksanakan oleh seorang karyawan dibawah pengawasan seorang mandor perawatan. Fogging dilaksanakan di blok yang telah melampaui batas toleransi jumlah ulat api per pelepah, yaitu terdapat 5 ekor ulat api atau lebih per pelepah pada pohon kelapa sawit. Pelaksanaan fogging dilakukan pada malam hari untuk menghindari penguapan insektisida yang berlebihan akibat panas.

Dalam aplikasi fogging, insektisida dicampur dengan solar. Komposisi insektisida dan solar yang diberikan adalah 200 ml insektisida ditambah satu liter solar. Jumlah tenaga fogging machine yang ada di afdeling 1 hanya 2 orang. Dalam satu hari kerja tenaga fogging bisa memperolah luasan sebesar 8 ha dengan sistem gaji 1 HK adalah Rp 15 000. Pengendalian menggunakan fogging terbukti bisa mengurangi serangan hama khususnya ulat api dan ulat kantong. Untuk pengendalian ganoderma, belum ditemukan cara yang efektif.

Pengendalian hayati dilakukan yakni dengan menanam tanaman inang musuh ulat api (Beneficial plant). Beneficial plant yang ditanam adalah Turnera

Dokumen terkait