• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III Sumatera Utara"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT : HUBUNGAN MUTU

BUAH DAN CURAH HUJAN TERHADAP KANDUNGAN ASAM

LEMAK BEBAS DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III

SUMATERA UTARA

IMDAD JULIAN PURWANTO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau di kutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Imdad Julian Purwanto

(4)

ABSTRAK

IMDAD JULIAN PURWANTO. Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara. Dibimbing oleh EDI SANTOSA.

Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan, serta bertujuan menganalisis faktor yang mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) di kebun kelapa sawit. Faktor yang dianalisis adalah kualitas buah dan curah hujan hubungannya dengan kandungan ALB. Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014 di Kebun Rambutan PTPN III, Provinsi Sumatera Utara. Analisis data dilakukan menggunakan model regresi linier berganda. Hasil menunjukkan bahwa kenaikan persentase buah restan berpengaruh nyata (P value = 0.087) terhadap kenaikan kadar ALB pada taraf 10%. Kenaikan 1% (kg) jumlah buah restan akan menaikkan ALB sebesar 0.001%. Persetase buah over ripe, buah unripe dan buah under ripe tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan ALB. Hal tersebut diduga karena proporsi yang sangat kecil. Demikian juga curah hujan, tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ALB.

Kata kunci: asam lemak bebas, buah restan, CPO, model linier berganda

ABSTRACT

IMDAD JULIAN PURWANTO. Harvest Management of Oil Palm : Effect of Fruit Quality and Precipitation on Free Fatty Acids content in Rambutan Estate, PTPN III, North Sumatera. Supervised by EDI SANTOSA.

Internship activitywas conducted in order to increase knowledge, skills, and experience in the oil plantation, as well as to study relationship between harvest management and content of free fatty acid (FFA). Activities were carried out from February to June 2014 at the Rambutan Estate of PTPN III in North Sumatera Province. Effects of fruit quality and precipitation on FFA were analyzed by using multiple linier regression models. Results showed that FFA content significantly affected by percentage of delayed-processed bunches (restan) (P value = 0.087). Increasing level of delayed-processed bunches at rate of 1% (kg) increased FFA level of 0.001%. Percentage of over ripe, unripe and under ripe fruits and precipitation did not significantly affect FFA level. This research implies that control of delayed-processed bunch is important to maintain level of FFA.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Agronomi dan Hortikultura

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT : HUBUNGAN MUTU

BUAH DAN CURAH HUJAN TERHADAP KANDUNGAN

ASAM LEMAK BEBAS DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III

SUMATERA UTARA

IMDAD JULIAN PURWANTO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tulisan ini mengangkat tema: Manajemen Panen Kelapa Sawit : Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan Terhadap Kandungan Asam Lemak Bebas di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara. Aspek khusus yang diamati adalah pengaruh mutu buah dan curah hujan terhadap kandungan asam lemak bebas (ALB).

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membimbing, bantuan dan motivasi selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Habib Bunanjar dan Ibu Siti Supatmi, dan seluruh keluarga yang telah mendukung penuh perkuliahan penulis dan selalu memberikan waktu dan doa untuk kemajuan dan kesuksesan penulis.

2. Dr Edi Santosa, SP MSi selaku dosen Pembimbing Skripsi, atas segala bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Dr Ani Kurniawati, SP MSi selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus dosen penguji, atas bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

4. Dr Dwi Guntoro, SP MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Ir Eltavip M Hsb. MM selaku Manajer Kebun Rambutan dan Ir Achmad Effendi Nst selaku Asisten kepala sekaligus pembimbing lapang beserta seluruh jajaran staf/karyawan atas bantuannya dalam proses kelancaran magang di Kebun Rambutan, PTPN III, Sumatera Utara.

6. Rifa Annisa Siregar terima kasih sudah menjadi kolega yang baik dalam pelaksanaan magang tugas akhir.

7. Ardian, Dede, Delly, Yunus, Rizal, Radhiya, Fidi, Nilam, Ufa, Agung dan seluruh sahabat Edelweiss 47, Kemala 47 serta Faperta 47 terima kasih atas kebersamaan dan kenangan yang diberikan selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan turut memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kriteria Panen 2

Kualitas CPO 3

Siklus Perkembangan Buah 4

METODE MAGANG 4

Tempat dan Waktu 4

Kegiatan Magang 5

Analisis Data dan Informasi 5

KEADAAN UMUM TEMPAT MAGANG 6

Profil Perusahaan 6

Keadaan Iklim dan Tanah 6

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 7

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 8

Aspek Teknis 8

Pengolahan Tanda Buah Segar 21

Aspek Manajerial 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Manajemen Panen dan Pasca Panen 26

Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan terhadap ALB 28

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 31

LAMPIRAN 33

RIWAYAT HIDUP 50

DAFTAR TABEL

1 Hubungan kriteria panen dan tingkat kematangan kelapa sawit 2 2 Kriteria matang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kebun Rambutan

PTPN III 9

3 Penilaian pemeriksaan di hanca di Kebun Rambutan PTPN III 11 4 Penilaian pemeriksaan panen di TPH di Kebun Rambutan PTPN III 11

5 Prestasi normal dan basis tugas kegiatan panen 12

6 Premi supervisi panen 12

7 Klasifikasi kelas pemanen 12

(12)

ii

9 Jenis hama, penyakit dan serangannya 17

10 Perbandingan prestasi kerja antara mahasiswa dengan buruh harian lepas 20 11 Pengawasan KHL oleh mahasiswa dalam posisi sebagai pendamping mandor 25 12 Pengamatan TBS tidak dipanen di Afdeling I Kebun Rambutan 27 13 Hasil pendugaan faktor mutu buah dan terhadap ALB 29

DAFTAR GAMBAR

1 Proses pemanenan buah: potong buah (A) susun pelepah (B) potong tandan cangkem kodok (C) kutip brondolan (D) angkut TBS ke TPH (E) susun TBS di

TPH (F) 10

2 Proses pengangkutan TBS: TBS di TPH (A) pengangkutan TBS ke truk (B)

pengutipan brondolan di TPH (C) 14

3 Kegiatan DAK : mendongkel anak kayu (Tanaman Talas) (A) pengumpulan

anak kayu di gawangan mati (B). 15

4 Pengendalian gulma: kimiawi (A) dan manual (B) 17 5 Tanaman inang musuh ulat api : Turnera subulata Sm 18 6 Kegiatan penunasan : pemotongan pelepah (A), peletakkan di gawangan mati

(B) 21

7 Tandan buah segar (TBS) yang tidak sehat: buah abnormal dan mentah (A), buah sakit (B), buah batu (C), dan buah matang normal sebagai pembanding

(D) 26

8 Pola sebaran grafik sisaan terhadap Y duga. grafik membentuk pola heteroskedastisitas penyebaran nilai sisaan Y duga terhadap ALB 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Kebun Rambutan PTPN III 33

2 Data curah hujan Kebun Rambutan 34

3 Data produksi tahun 2009–2013 di Kebun Rambutan 35 4 Struktur organisasi afdeling I Kebun Rambutan 36 5 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL di Kebun Sawit Rambutan PTPN

III , Sumatera Utara 37

6 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Sawit

Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 38

7 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten afdeling di Kebun

Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 39

(13)

15 Data curah hujan harian Kecamatan Tebing Tinggi yang digunakan sebagai

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di Indonesia kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber devisa negara. Kelapa sawit menghasilkan minyak nabati yang memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol (Sastrosayono 2003). Pada tahun 2012 luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 9.57 juta ha, sedangkan pada tahun 2013 luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 10.01 juta ha. Produksi kelapa sawit pada tahun 2012 mencapai 26.01 juta ton, pada tahun 2013 produksi kelapa sawit mencapai 27.74 juta ton (Ditjenbun 2013).

Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada 2 macam yaitu dari daging buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui proses perebusan dan pemerasan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit (endocarp) dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO). Umumnya CPO dan PKO digunakan untuk produk pangan sebagai minyak goreng. Untuk menghasilkan minyak goreng yang memiliki kualitas tinggi dilakukan proses rafinasi. Proses rafinasi CPO dan PKO dilakukan dengan tiga tahap yaitu degumming, bleaching dan deodorisasi (Hasibuan dan Nuryanto 2011).

Pasar CPO telah menetapkan kualitas. Secara umum kualitas CPO ditentukan oleh kandungan asam lemak bebas (ALB). Menurut Pahan (2012) standar kandungan asam lemak bebas maksimal untuk pasar ekspor adalah 3.5%. Kandungan ALB yang dihasilkan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas pada saat proses pemanenan, pengangkutan dan pengolahan tandan buah segar (TBS). Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Pemanenan tandan buah segar (TBS) lewat matang akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) dan menurunkan mutu minyak. Panen saat TBS buah belum matang menghasilkan ALB rendah, tetapi akan menghasilkan rendemen minyak sawit yang rendah sehingga dapat menurunkan produksi (Fauzy et al. 2012).

Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Pembentukan FFA terbanyak adalah saat di lapangan atau sebelum mulai diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), karena pada

saat pengolahan di PKS kenaikan FFA hanya 0.1% atau paling tinggi 0.3−0.5%

pada PKS yang kurang terkendali pengawasannya. Kenaikan FFA saat penimbunan dan pengapalan hingga sampai di tangan konsumen juga relatif rendah (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003).

(16)

2

Tujuan

Kegiatan magang bertujuan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang perkebunan kelapa sawit. Selain itu, bekerja secara nyata di perusahaan di berbagai jenjang karir. Secara khusus penulis mempelajari faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kandungan ALB pada CPO.

TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria Panen

Kelapa sawit siap panen jika telah berumur 31 bulan sejak inisiasi atau sedikitnya 60% buah telah matang. Ciri tandan matang panen yang biasa digunakan adalah apabila sedikitnya ada 5 brondolan yang lepas dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15–20 butir. Dengan kriteria panen tersebut, diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan asam lemak bebas yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomis (PPKS 2003).

Tabel 1 Hubungan kriteria panen dan tingkat kematangan kelapa sawit Fraksi Kriteria

(17)

Warna kulit buah umumnya menjadi salah satu tanda panen. Warna kulit buah umumnya berubah dari hitam menjadi kemerahan pada saat matang. Untuk mempermudah, kriteria panen biasanya mengacu pada fraksi panen Tabel 1. Fraksi atau indeks kematangan yang biasa dipakai yaitu fraksi 2 dan fraksi 3, karena pada fraksi tersebut rendemen minyak yang dihasilkan tertinggi (Kristiani 2008). Panen buah mentah dan kurang matang (fraksi 00, 0, 1) akan mengakibatkan rendemen minyak yang rendah sedangkan pemanenan buah yang lewat matang (Fraksi 4 dan 5) akan mengakibatkan kandungan ALB yang tinggi (Tabel 1).

Kualitas CPO

Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim yang menghidrolisis minyak. Kadar asam lemak yang paling tinggi didapat pada suhu kamar (25–27 °C). Enzim lipase pada buah kelapa sawit sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 8 °C dan pada pemanasan pada suhu 50 °C. Untuk menghentikan kegiatan enzim tersebut bisa dilakukan dengan perebusan hingga temperatur 50 °C selama beberapa menit (Pahan 2012). Aktivitas enzim dapat dihentikan dengan cara direbus di atas 70 ºC selama 30 menit (Naibaho 1998).

Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan, kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat (berat molekul 256) (Naibaho 1998). Kriteria minyak kelapa sawit yang memiliki standar mutu yang baik adalah kadar air < 0.1%, kadar kotoran < 0.01%, kandungan asam lemak bebas, serendah mungkin yaitu < 2%, bilangan peroksida < 2, bebas dari warna merah dan kuning, tidak berwarna hijau, berwarna pucat dan jernih kandungan logam berat serendah mungkin, bahkan bebas dari ion logam (Ketaren 2005).

Menurut Lukito (2013), kandungan asam lemak bebas dipengaruhi oleh penundaan buah diolah (restan). Penundaan baik di TPH maupun di loading ramp PKS akan meningkatkan luka buah dan menurunkan mutu buah. Lamanya penundaan pengolahan buah dapat meningkatkan kandungan ALB sebesar 0.94% setiap penundaan 1 hari (24 jam).

Faktor Lingkungan

Secara umum temperatur sangat berpengaruh pada reaksi kimia, dimana kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan reaksi. Sifat enzim yang inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu supaya enzim dapat bekerja secara optimal.

(18)

4

truk pengangkut buah penuh goncangan dan membuat TBS menjadi memar/luka. Semakin lama buah menginap dan tidak diolah akan mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Menurut Naibaho (1998) bahwa alat transportasi dan jalan adalah hal yang sangat penting dan merupakan urat nadi utama bagi suatu perkebunan kelapa sawit.

Menurut Pahan (2012), pembentukan asam lemak bebas juga dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan TBS yang diolah mengandung kadar air yang tinggi sehingga perkembangbiakan mikroorganisme penghidrolisis minyak menjadi tinggi.

Siklus Perkembangan Buah

Menurut Fauzy et al. (2012) perkembangan buah kelapa sawit dimulai dengan penyerbukan yang terjadi antara bungan jantan dan bunga betina. Bunga betina yang siap diserbuki biasanya pada inflorensen di ketiak daun nomor 20 pada tanaman muda (2–4 tahun) dan daun nomor 15 pada tanaman tua (> 12 tahun). Penyerbukan biasanya terjadi setelah bunga betina berumur 4 hari setelah bunga mekar, dimana bunga betina mengeluarkan bau harum dan lendir yang menarik serangga sehingga proses penyerbukan dapat terjadi. Waktu penyerbukan yang terbaik yaitu pada hari pertama dan hari kedua setelah bunga mekar.

Waktu yang diperlukan dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen adalah 5–6 bulan. Proses terbentuknya minyak dalam mesokarp mulai 120 hsa (hari setelah antesis) dan berhenti saat buah lepas dari tangkainya. Minyak dalam endosperm mulai disintesis saat endosperm mulai memadat yaitu di atas 70 hsa. Secara normal buah mulai membrondol terjadi pada 150–155 hsa. Buah akan membrondol semua dari tandannya sekitar 2–4 minggu sejak membrondol buah pertama.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Magang dilakukan selama 4 bulan yang dimulai dari bulan Februari 2014 hingga Juni 2014, di Kebun Sawit Rambutan PTPN III yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

(19)

Kegiatan Magang

Kegiatan magang dilakukan pada tiga jenjang karir. Selama 1 bulan pertama penulis berperan sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan aktivitas: pengendalian gulma (kimiawi dan manual) dan HPT (Hama Penyakit Tanaman), pemupukan, dan pemanenan. Pada bulan ke-2 penulis berperan sebagai pendamping mandor, dengan mengawasi pekerjaan beberapa KHL pada kegiatan pemeliharaan hingga pemanenan berjalan dengan baik.

Selama 2 bulan terakhir penulis berperan sebagai pendamping asisten. Tugasnya adalah membantu membuat perencanaan operasional, menjamin tenaga kerja ditempatkan pada bidang pekerjaan yang sesuai dan membuat laporan hasil pemeriksaan dan pengujian yang berhubungan dengan proses pemeliharaan dan panen.

Pengamatan Khusus

Selama kegiatan magang penulis juga melakukan pengambilan data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan atau wawancara secara langsung di lapangan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi kandungan ALB pada CPO, kualitas panen, kebutuhan tenaga kerja, dan komposisi buah restan selama pengolahan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan. Data yang diambil adalah data mutu buah dan curah hujan.

Data sekunder ALB diambil dari data Oil Quality di PKS Rambutan. Data yang dianalisis adalah data ALB harian selama dua bulan sejak Maret 2014 sampai April 2014 kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda dengan data mutu buah dan curah hujan.

Analisis Data dan Informasi

Pengaruh mutu buah dan curah hujan terdapat ALB CPO dianalisis dengan uji regresi linier berganda menggunakan software Minitab 16. Faktor-faktor yang mempengaruhi ALB adalah mutu buah, curah hujan dan pengolahan.

Nilai ALB merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas yakni mutu buah Under ripe (X1), Unripe (X2), Over ripe (X3), restan (X4) dan curah hujan (X5). Model yang digunakan dalam analisis ALB CPO kelapa sawit sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5

Keterangan:

Y = persentase ALB (%) , β0 = konstanta titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika X=0 (garis Y memotong sumbu X), β1, …, β4 = koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu unit

perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap variabel bebas lainnya konstan.

(20)

6

X4 = Over ripe (%) X5 = Curah hujan (mm)

Data curah hujan yang digunakan merupakan data curah hujan sehari sebelumnya.

KEADAAN UMUM TEMPAT MAGANG

Profil Perusahaan

Kebun Rambutan merupakan salah satu perkebunan yang dimiliki oleh PTPN III. Kebun Rambutan yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Kebun Rambutan berasal dari perkebunan milik Maatscappay Hindia Belanda NV RCMA (Rubber Cultur Maatskappy Amsterdam) yang pada tahun 1958 dinasionalisasikan menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara. Dalam perkembangannya perkebunan ini beberapa kali mengalami perubahan nama, yaitu pada tahun 1961 menjadi PPN SUMUT IV, pada tahun 1967 diubah menjadi unit kebun PT. Perkebunan V (Persero). Pada bulan Februari 1996 terjadi penggabungan antara PTP II, IV dan V yang diberi nama PTP Nusantara III (Persero) yang berkantor pusat di jalan Sei Batang Hari Medan. Peta lokasi perkebunan ditampilkan pada Lampiran 1.

PTPN III memiliki visi menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik. PTPN III memiliki misi untuk mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan, menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan, memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal, menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan hasil terbaik bagi para investor, menjadikan perusahaan paling menarik untuk bermitra bisnis dan memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kebun Rambutan memiliki topografi datar hingga bergelombang dengan kemiringan lereng < 5%. Jenis tanah Kebun Rambutan adalah aluvial dan hidromorfik kelabu dengan pH sekitar 4–6.5. Temperatur udara berkisar 24–27 ºC.

Kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai/ suitable) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berpasir dan peka terhadap erosi. Kebun Rambutan dikembangkan dengan perbaikan drainase dan perbaikan kesuburan tanah.

(21)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas hak guna usaha (HGU) Kebun Rambutan secara keseluruhan adalah 6 837.67 ha. Luasan tersebut terbagi dua yaitu sebesar 4 699.91 ha (73.64%) untuk kelapa sawit dan 1 681.95 ha (26.36%) untuk karet. Terdapat 8 pembagian areal kebun yaitu: Afdeling I (856.07 ha), Afdeling II (633.25 ha), Afdeling III (750.65 ha), Afdeling IV (783.05 ha), Afdeling V (985.28 ha), Afdeling VI (1 099.25 ha), Afdeling VII (534.80 ha) dan Afdeling VIII (739.51 ha). Selain itu Kebun Rambutan memiliki pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kernel) dengan kapasitas 30 ton TBS / jam.

Luas areal tanaman menghasilkan (TM) adalah sebesar 4 806.84 ha sedangkan untuk areal tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 989.55 ha. Tanaman kelapa sawit di kebun Rambutan terdiri atas tahun tanam 2013, 2011, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 1998, 1997, 1996, 1995, 1994 dan 1993 yang rencananya akan mengalami replanting pada bulan Juni 2014.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Varietas tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Rambutan adalah Tenera (Dura x Pisifera). Kebun Rambutan tidak melakukan kegiatan pembibitan sendiri. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.09 m x 7.692 m sehingga populasi tanaman per ha yaitu 143 tanaman. Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan jumlah tanaman yang disebabkan jarak tanaman yang berbeda dan serangan hama dan penyakit. Jumlah tanaman sebenarnya di lapangan sekitar 109–120 tanaman. Data produksi kelapa sawit Kebun Rambutan dapat dilihat pada Lampiran 3. Produksi buah sawit selama tahun 2009 sampai tahun 2013 mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena adanya tanaman kelapa sawit yang sudah masuk dalam tanaman tua sehingga memiliki produktivitas menurun. Selain itu penurunan produksi kelapa sawit disebabkan dengan kurangnya curah hujan selama 1 semester yaitu pada bulan Januari sampai bulan Juni tahun-tahun tersebut.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Manager merupakan pimpinan tertinggi di kebun yang bertanggung jawab kepada direksi atas semua kegiatan di tiap unit kerja kebun. Manager Kebun Rambutan membawahi asisten personalia kebun, asisten tata usaha dan asisten teknik/traksi dan 2 orang asisten kepala yang disebut sebagai asisten kepala rayon A dan asisten kelapa rayon B (Lampiran 4).

Asisten kepala rayon A membawahi 4 afdeling yaitu III, IV, V dan VI sedangkan asisten kepala rayon B membawahi 4 afdeling yaitu I, II, VII, dan VIII. Asisten personalia kebun dan asisten tata usaha dibantu oleh krani I dan karyawan. Asisten teknik/traksi dibantu oleh mandor bengkel, mandor dinas sipil, mandor traksi dan karyawan.

(22)

8

krani transport, dan krani cek surat (KCS). Mandor-mandor secara langsung membawahi karyawan di lapangan yang merupakan strata paling bawah dalam struktur organisasi.

Standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16–0.2. Total tenaga kerja di afdeling I Kebun Rambutan adalah 53 orang dengan luas usaha 856.07 Ha, maka ITK Kebun Rambutan adalah 0.06. Nilai tersebut belum memenuhi tingkat standar tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit.

Sistem penggajian karyawan di bagian produksi berdasarkan gaji pokok dan premi sedangkan bagi karyawan di bagian non produksi mendapatkan gaji pokok dan tunjangan peralihan. Selain gaji, karyawan juga mendapatkan fasilitas Tunjangan Hari Raya (THR), bonus dan jatah beras setiap bulan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Pemanenan

Satu hari sebelum panen, dilakukan perhitungan AKP (angka kerapatan panen) untuk menentukan jumlah pekerja panen, jumlah armada pengangkut, menentukan jumlah tandan matang dan memperkirakan produksi. Setiap areal yang akan dipanen (kapveld) harus terlebih dahulu dihitung angka kerapatan panennya.

Tata cara perhitungan AKP yaitu menentukan blok sampel terlebih dahulu untuk setiap kapveld. Satu blok sampel dalam 1 kapveld maksimal 50 ha dengan pohon yang diamati 3–5% dari jumlah pohon. Seluruh pohon dalam baris sampel diperiksa dan dicatat jumlah tandan matang panen dengan rumus sebagai berikut :

AKP = umlah tandan uah matang umlah pohon sampel

Contoh perhitungan AKP pada tanaman kelapa sawit TM 2006 pada blok 260 dengan luasan 20 ha:

Jumlah populasi = 2 860 pohon Jumlah pohon contoh = 176 pohon Jumlah tandan matang = 60 tandan

AKP = 176

60 : 1 = 3 : 1

Jumlah estimasi produksi =2 860 Pohon

3 =953 tandan (@ 10 kg) = 9 530 kg

Kebutuhan tenaga kerja = 9 530 kg

(23)

Jumlah armada = 9 530 kg

6 000 kg=1.5 t uk (@6 000 kg)

Kegiatan pemanenan dilakukan pada pukul 07.00–14.00 WIB. Sebelum pelaksanaan, pemanen berkumpul di kebun untuk mendapatkan arahan dari mandor panen yakni menjelaskan teknis kerja harian dan pembagian hanca panen. Alat-alat panen yang digunakan adalah dodos, egrek, gancu, kapak, ember dan kereta sorong. Dodos, egrek, dan kapak biasanya setiap pagi diasah terlebih dahulu agar tajam sehingga kegiatan pemanenan bisa berjalan dengan lancar.

Sistem hanca yang diterapkan di Kebun Rambutan PTPN III adalah sistem hanca giring. Sistem hanca giring lebih mudah dalam pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di TPH dan pabrik dibandingkan dengan sistem hanca tetap. Setiap mandor panen membawahi 10–15 orang pemanen.

Panen kelapa sawit pada TBS dibenarkan apabila buah kelapa sawit telah memberondol. Kriteria TBS matang di areal perbukitan adalah 1 brondolan per TBS, areal bergelombang 5 brondolan per TBS, sedangkan pada areal tanah datar 10 brondolan per TBS. Tandan buah segar siap dipanen dapat dilihat dari fraksi-fraksi. Kriteria matang panen yaitu fraksi 1, fraksi 2, fraksi 3, fraksi 4 dan fraksi 5, sedangkan untuk buah yang tidak boleh dipanen adalah buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0, karena buah dengan fraksi 00 dan fraksi 0 memiliki kadungan minyak yang masih sedikit (Tabel 2).

Tabel 2 Kriteria matang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kebun Rambutan PTPN III

Kriteria mutu TBS Keterangan Buah Normal

Buah Mentah Buah tidak membrondol berwarna hitam pekat

Buah agak matang 12.5%–25% buah luar membrondol, berwarna merah mengkilat

Buah matang 26%–50% buah luar membrondol berwarna merah mengkilat

Buah lewat matang 50%–100% buah luar atau sebagian buah bagian dalam membrondol

Buah abnormal

Buah banci Muncul bunga jantan dan bunga betina dalam satu tandan

Buah mantel Buah berlapis dan tidak memiliki inti Sumber: Data kantor Afdeling I Kebun Rambutan 2014

(24)

10

perebusan pada pabrik. Sementara TBS yang sudah busuk, buah dibrondolkan dan dimasukkan ke dalam goni dan tandan kosong diletakkan di pinggir TPH.

TBS yang sudah dipanen harus secepat mungkin diangkut dan diolah oleh pabrik. Tujuannya untuk menghindari buah tertinggal lama di lapangan (restan) maka ketersediaan alat transportasi diupayakan memadai. Hal tersebut dilakukan melalui koordinasi antara krani transport dan petugas traksi. Pada musim hujan TBS akan banyak tertinggal dan menginap di TPH buah ini disebut buah restan. Proses pemanenan TBS dapat dilihat pada Gambar 1.

(A) (B) (C)

(D) (E) (F)

Gambar 1 Proses pemanenan buah: potong buah (A) susun pelepah (B) potong tangkai cangkem kodok (C) kutip brondolan (D) angkut TBS ke TPH (E) susun TBS di TPH (F)

Pemeriksaan Kualitas TBS

Mandor panen wajib masuk ke hanca panen secara acak setelah kegiatan pemanenan selesai. Tujuannya untuk memeriksa kualitas panen meliputi: TBS matang yang tertinggal, pelepah yang seharusnya dipotong tetapi tidak dipotong dan memeriksa brondolan di piringan, selain itu mandor panen wajib menghitung jumlah TBS yang sudah terkumpul di TPH dan melakukan sortir baah, jika ditemukan TBS dengan fraksi 0 dan fraksi 00 mandor harus memisahkan buah TBS tersebut.

Setiap harinya ada petugas kap inspeksi yang memeriksa kegiatan pemanenan apakah sudah sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh kantor. Tujuan pemeriksaan oleh petugas kap inspeksi adalah untuk menjaga kualitas buah yang dipanen.

(25)

masing-masing untuk setiap kesalahan yang dilakukan, dan akan dikalikan dengan jumlah kesalahan yang ditemukan. Semakin banyak kesalahan yang dilakukan, maka akan semakin tinggi pula jumlah nilai kesalahan yang akan diperoleh pemanen. Nilai kesalahan ini kemudian akan menjadi faktor untuk menentukan premi harian pemanen.

Premi diberikan sebagai penghargaan yang diberikan kepada pemanen yang telah mencapai basis tugas. Premi bertujuan untuk menambah semangat pemanen dalam berproduksi tinggi, baik kualitatif maupun kuantitatif serta meningkatkan pendapatan karyawan pemanen sesuai dengan jumlah dan mutu hasil yang diperoleh.

Tabel 3 Penilaian pemeriksaan di hanca di Kebun Rambutan PTPN III

Nomor Aspek pemeriksaan Nilai kesalahan*

1 Tandan matang tidak dipanen 5.0

2 Tandan dipanen tidak diangkut di TPH 5.0

3 Brondolan tidak dikutip 0.5

4 Pelepah tidak dipotong dua atau tiga dan tidak disusun

1.0 5 Tidak menurunkan pelepah yang

seharusnya diturunkan (curi buah)

1.0

Jumlah nilai kesalahan 12.5

*Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek pemeriksaan

Tabel 4 Penilaian pemeriksaan panen di TPH di Kebun Rambutan PTPN III

No Aspek pemeriksaan Nilai kesalahan*

1 Buah mentah dipanen 5.0

2 Buah busuk dipanen 5.0

3 Tangkai tandan panjang (> 2.5 cm) 1.0

4 Tumpukan brondolan kotor 2.0

5 Tidak menuliskan nomor pemanen dan nomor mandor panen di gagang tandan

0.5

Jumlah nilai kesalahan 13.5

*Nilai kesalahan dikalikan sesuai dengan jumlah kesalahan untuk setiap aspek pemeriksaan

(26)

12

Tabel 5 Prestasi normal dan basis tugas kegiatan panen Tanaman

Sumber: Kantor Adeling I, Kebun Rambutan 2014

Tabel 6 Premi supervisi panen

Supervisi Volume Perhitungan premi

Mandor Panen < 10 HK 150% rata rata premi pemanen Krani Transportasi < 10 HK 110% rata rata premi pemanen Krani Produksi 110% rata rata premi krani transport Krani Afdeling 110% rata rata premi krani produksi

Mandor I 150% rata rata premi mandor panen

Sumber: Kantor Adeling I, Kebun Rambutan 2014

Pada pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kap inspeksi, jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan SOP panen maka pemanen akan mendapatkan denda atau pemotongan premi yang besarnya ditentukan berapa banyak kesalahan yang dilakukan.

Hasil penilaian dari kinerja setiap pemanen yang telah dilakukan oleh mandor kap inspeksi, mandor I, dan asisten afdeling, selanjutnya akan diakumulasikan untuk setiap hari kerja dan akan digunakan untuk menentukan kelas pemanen pada hari tersebut (Tabel 7).

Tabel 7 Klasifikasi kelas pemanen

Klasifikasi Nilai pemeriksaan panen (%)

A 90–100

B 80–89 C 70–79 D 60–69 Sumber: Instruksi Kerja PTPN III

(27)

pemotongan premi yang besarnya ditentukan berapa banyak kesalahan yang dilakukan. Premi akan diakumulasikan selama 1 bulan dan dibagikan pada saat pembayaran gaji bulanan.

Dalam kegiatan panen kebun biasanya melakukan rotasi panen agar kegiatan pemanenan dapat berjalan dengan baik dan kualitas TBS yang dipanen sesuai dengan kriteria panen. Rotasi panen adalah putaran panen antara panen berikutnya dengan panen selanjutnya di tempat yang sama. Kebun Rambutan dalam setahun membagi rotasi panen menjadi 2 semester pada semester pertama (Januari–Juni) menggunakan rotasi 5/7 sedangkan pada semester kedua (Juli-Desember) menggunakan rotasi 6/7.

Waktu panen yang terlambat akan menyebabkan buah cenderung over ripe bahkan bisa empty bunch. Keadaan tersebut bisa mengakibatkan meningkatnya jumlah brondolan sehingga akan memperlambat penyelesaian hanca dan bisa meningkatkan kadar ALB. Interval panen terlalu cepat akan mengakibatkan pemanen cenderung mendapatkan buah mentah (Unripe). Hal tersebut akan memperkecil presentase kerapatan buah sehingga akan mengurangi jumlah tonase buah yang diperoleh dan mempengaruhi mutu buah yang didapatkan.

Pemanenan yang dilakukan di Kebun Rambutan sudah cukup baik, mungkin yang perlu ditingkatkan adalah pengawasan yang dilakukan oleh mandor panen, sehingga bisa mengurangi panen buah mentah. Selain itu, perlu ada kerja sama antara mandor panen dan krani transport sehingga buah mentah tidak diangkut ke PKS.

Pengangkutan Buah

Setelah buah diperiksa oleh mandor dan krani transportasi buah yang sudah terkumpul di TPH kemudian diangkut ke dalam truk untuk dibawa ke PKS (Gambar 2). Setiap truk yang masuk ke afdeling melapor ke kantor afdeling dan sewaktu mengangkat TBS dari TPH harus diikuti oleh krani transport. Krani transport mencatat jumlah TBS dalam formulir pengumpulan buah (PB.24) per tahun tanam per blok per mandoran dan per pemanen. Kapasitas truk yang dibenarkan masuk ke afdeling sesuai surat perjanjian. TBS diangkut ke PKS dilengkapi dengan surat pengantar TBS (PB.25.01/Berstempel CSPO) yang ditanda tangani oleh krani produksi dan asisten afdeling. Truk yang mengangkut TBS harus dilengkapi jaring pengaman pengangkutan yang dipasang dengan benar untuk menghindari TBS jatuh di jalan.

(28)

14

(A) (B) (C)

Gambar 2 Proses pengangkutan TBS: TBS di TPH (A) pengangkutan TBS ke truk (B) pengutipan brondolan di TPH (C)

Gambar 2 (A) menunjukkan TBS yang sudah dikumpulkan TPH dan siap untuk diangkut kedalam truk. Gambar 2 (B) adalah proses pengangkutan TBS ke dalam truk yang dilakukan, sedangkan pengutipan brondolan di TPH di tunjukkan pada Gambar 2 (C).

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Gulma harus diberantas agar pertumbuhan kelapa sawit dapat berjalan dengan baik dan optimal. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Rambutan PTPN III dengan cara kimiawi dan manual dengan sasaran piringan dan gawangan. Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan

Merk dagang Bahan aktif Daerah aplikasi Gulma sasaran Gradoxone 276 Ally 20 WDG Metil metsulfuro Piringan Seluruh gulma

(herbisida pra-tumbuh) SMART 486 AS Isopropil amina

glifosat 486

Gawangan Gulma daun lebar, gulma daun sempit dan alang-alang Sida Up 490 SL Isopropil amina

glifosat 490 Sumber: Data pengendalian hama dan penyakit Afdeling I 2014

(29)

mempermudah kontrol dalam kegiatan pemupukan, dan mudah mengutip brondolan.

Sistem kerja yang digunakan dalam pembukaan piringan secara manual adalah dengan membagi tenaga kerja per mandoran. Setiap mandor memiliki anggota yang berbeda-beda tergantung jumlah tenaga kerja yang tersedia. Pekerjaan pembukaan piringan biasanya dilakukan per blok dimulai dari blok dengan gulma terparah. Kegiatan membuka piringan secara manual dilakukan oleh karyawan harian lepas (KHL) yang diawasi oleh mandor. Pada TBM I piringan dibuka dengan radius 1 m dari tanaman. Rotasi pemeliharaan piringan 1– 2 bulan sekali tergantung kebutuhan.

Sistem kerja yang diterapkan oleh Kebun Rambutan adalah sistem borongan, dimana 1 tenaga kerja harus dapat membuka piringan/menggaruk piringan sebanyak 60 pohon selama 3 jam kerja. Sistem upah yang diberikan kepada pekerja adalah sistem HK. Satu HK = Rp 15 000 ( 3 jam kerja). Setiap harinya mandor pemeliharaan mencatat di buku mandor yang berisi jumlah tenaga kerja, prestasi kerja yang didapat, dan luasan yang diperoleh. Babat gawangan yang dikerjakan oleh KHL dengan norma 4 HK ha-1.

Dongkel anak kayu merupakan kegiatan mencabut atau mendongkel gulma kayu dan anakan sawit dari areal perkebunan kelapa sawit. Dalam hal ini tidak semua jenis gulma perlu diberantas misalnya vegetasi rumput-rumputan dan tanaman setahun lainnya yang bersifat lunak, berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi. Disamping itu harus dijaga supaya pengendalian gulma tidak berlebihan untuk mencegah terjadinya erosi. Dongkel anak kayu (DAK) dilakukan 2 rotasi setahun. Dongkel anak kayu (DAK) dan anakan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan cados kemudian gulma ditumpuk di atas tumpukan pelepah. Sistem kerja yang dilakukan adalah sistem borongan dengan norma 2 HK ha-1 dengan upah sebesar Rp 11 000. Kegiatan DAK dilakukan oleh KHL yang seluruhnya perempuan dengan kisaran umur 45–49 tahun. Kegiatan DAK diawasi oleh satu mandor yang bertugas untuk menjaga kualitas pekerjaan dan membuat laporan harian yang dimasukan kedalam buku mandor yang dilaporkan kepada Asisten Tanaman. Kegiatan dongkel anak kayu dapat dilihat pada Gambar 3.

(A) (B)

Gambar 3 Kegiatan DAK : mendongkel anak kayu (Tanaman Talas) (A) pengumpulan anak kayu di gawangan mati (B).

(30)

16

Pengendalian gulma secara kimiawi tersebut menggunakan alat semprot knapsack Solo 15 L dan Micron herbi sprayer (MHS) 15 L. Mandor membagi KHL menjadi beberapa grup. Setiap grup terdiri dari 8 penyemprot dengan rincian 1 orang pengisi air, 1 orang membuka Mucuna bracteata (LCC), dan 6 orang tenaga penyemprot. Biasanya dalam 1 hari ada 2–3 grup penyemprot. Upah diberikan secara borongan sebesar Rp 20 000 HK-1. Jika dibanding dengan gaji karyawan pengendalian gulma manual, gaji pengendalian gulma kimiawi lebih besar karena resiko kesehatan lebih besar.

Pengendalian gulma secara kimia dengan knapsack Solo 15 L menggunakan nozel dengan warna merah, biru, kuning dan nozel jantung. Nozel merah memiliki lebar semprot 2 m, nozel biru 1.5 m, dan nozel kuning 0.5 m. Herbisida yang digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu kedalam jerigen dengan kapasitas 20 L, kemudian ditambahkan air hingga jerigen penuh. Herbisida yang sudah dicampur lalu dimasukkan kedalam tangki. Pada pengendalian gulma piringan, 1 HK harus bisa mengabiskan 10 knapsack selama 3.5 jam kerja. Hal-hal yang diawasi mandor pemeliharaan adalah pencampuran racun agar dosis tepat. Selain itu air yang digunakan adalah air bersih agar efek herbisida maksimal. Mengingat setiap KHL mempunyai kecepatan jalan yang berbeda-beda mandor juga mengawasi kecepatan jalan penyemprot agar tepat dosis.

Herbisida yang digunakan adalah Gramoxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat diklorida 276 g l-1 yang dicampur dengan Ally 20 WDG dengan bahan aktif Metil metsulfuron 20%. Gramoxone 276 SL adalah herbisida purna-tumbuh bersifat kontak yang efektif apabila diaplikasikan pada gulma berdaun lebar, sedangkan Ally 20 WDG adalah herbisida sistemik pra-tumbuh dan purna-tumbuh. Parakuat diharapkan membongkar lapisan lilin dan melukai bagian tubuh gulma, sementara Ally 20 WDG yang bersifat sistemik dapat masuk ke dalam jaringan. SMART 486 AS adalah herbisida glifosat purna-tumbuh yang efektif apabila diaplikasikan pada gulma alang-alang. Pencampuran kedua herbisida dengan sistem kerja yang sama diharapkan dapat mematikan gulma alang-alang secara efektif.

Pengendalian gulma dengan Micron Herbi Sprayer diawasi oleh 1 orang mandor pemeliharaan. Tenaga MHS yang ada di Kebun Rambutan ada 5 orang. Dalam 1 grup terdapat 5 orang tenaga MHS yang terdiri atas 1 orang pengisi air dan 4 orang tenaga penyemprot. Sebelum melakukan kegiatan penyemprotan, tenaga penyemprot harus menggunakan APD terlebih dahulu.

Secara umum jenis gulma yang tumbuh di Afdeling I Kebun Rambutan adalah didominasi oleh gulma berdaun lebar yaitu Ageratum conyzoides L, Amaranthus dubius L, Clidemia hirta (L) D.Don, Mimosa pudica L, Nephrolepis biserata (Sw.) Schott dan Passiflora foetida L, gulma teki yaitu Cyperus kyllingia Endl, dan gulma rumput yaitu Axonopus compresus (Sw.) Beauv, Eleusin indica (L). Gaertn, Imperata cylindrica L, Oxalis barrelieri L, dan Paspalum conjugatum Berg. Pertumbuhan gulma pada areal kebun dapat mengganggu proses pemeliharaan seperti pemupukan dan proses pemanenan.

(31)

(A) (B)

Gambar 4 Pengendalian gulma: kimiawi (A) dan manual (B)

Pada Gambar 4 (A) menunjukkan pengendalian gulma pada piringan pohon secara kimiawi, sedangkan Gambar 4 (B) adalah kegiatan pengendalian gulma secara manual yang dilakukan oleh karyawan harian lepas.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan bila serangan hama sudah di atas ambang batas ekonomi. Jumlah serangan hama dikatakan sudah melewati ambang batas ekonomi apabila serangan > 5% dari populasi. Untuk melihat tingginya serangan pada tanaman kelapa sawit dilakukan sensus hama. Tujuan dari sensus hama adalah untuk melihat populasi hama sedini mungkin, mengetahui stadia hama yang menyerang dan mendapatkan data larva yang mati dan hidup.

Tabel 9 Jenis hama, penyakit dan serangannya

No Jenis penyakit dan hama Ambang batas (jumlah larva hidup)

TBM/TM 1 Mahasena corbetti. Tams

(ulat kantong)

8–10 ekor TBM/TM

2 Setora nitens. Wlk (ulat api) 6–8 ekor TBM/TM 3 Oryctes rhinoceros. L

(kumbang tanduk)

5% untuk TM dan 10% untuk TM

TBM/TM

4 Ganoderma - TM

Sumber: Instruksi Kerja Kebun Rambutan

Petugas sensus setiap apel pagi akan melaporkan hasil sensus hari sebelumnya. Hasil sensus berisi jumlah serangan hama dan tingkat keparahan serangan hama tersebut. Setelah diperoleh laporan sensus dari petugas sensus, asisten tanaman akan memberikan perintah kepada mandor pemeliharaan untuk melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan hasil sensus serangan.

(32)

18

Pada tanaman TM serangan hama dan penyakit yang sering menyerang adalah ulat api, ulat kantong, kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros. L.), dan ganoderma. Serangan ulat api (Setora nitens.Wlk) menyebabkan kerusakan daun (defoliasi) tanaman yang akan berdampak pada penurunan produksi tanaman. Sensus ulat api dilakukan dengan cara mengamati pelepah ke-9 yang dipilih dari pohon kelapa sawit ke-1 pada baris pertama dalam blok pengamatan. Pengamatan berikutnya dilanjutkan pada pohon ke-10, ke-20 dan seterusnya (kelipatan 10) yang masih berada pada baris pertama.

Pengendalian ulat api secara kimia menggunakan pulsfog dengan insektisida Matador. Kegiatan fogging dilaksanakan oleh seorang karyawan dibawah pengawasan seorang mandor perawatan. Fogging dilaksanakan di blok yang telah melampaui batas toleransi jumlah ulat api per pelepah, yaitu terdapat 5 ekor ulat api atau lebih per pelepah pada pohon kelapa sawit. Pelaksanaan fogging dilakukan pada malam hari untuk menghindari penguapan insektisida yang berlebihan akibat panas.

Dalam aplikasi fogging, insektisida dicampur dengan solar. Komposisi insektisida dan solar yang diberikan adalah 200 ml insektisida ditambah satu liter solar. Jumlah tenaga fogging machine yang ada di afdeling 1 hanya 2 orang. Dalam satu hari kerja tenaga fogging bisa memperolah luasan sebesar 8 ha dengan sistem gaji 1 HK adalah Rp 15 000. Pengendalian menggunakan fogging terbukti bisa mengurangi serangan hama khususnya ulat api dan ulat kantong. Untuk pengendalian ganoderma, belum ditemukan cara yang efektif.

Pengendalian hayati dilakukan yakni dengan menanam tanaman inang musuh ulat api (Beneficial plant). Beneficial plant yang ditanam adalah Turnera subulata Sm., (Gambar 5). Tanaman Trichogrammatoidea thoseae Nagaraja sebagai inang parasitoid sebagai musuh alami ulat api dan ulat kantong. Penanaman tanaman inang musuh ulat api dilakukan di pinggir blok di sepanjang main road dan collection road.

Gambar 5 Tanaman inang musuh ulat api : Turnera subulata Sm Pemupukan

Kebutuhan pupuk pada tanaman kelapa sawit dapat diketahui dari analisis jaringan daun. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit memiliki peranan yang sangat penting, karena biaya pemupukan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan sehingga pengawasan, ketelitian, dan ketepatan harus perhatikan.

(33)

realisasinya menjadi tanggung jawab asisten afdeling. Sebelum melakukan pemupukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: kebersihan piringan dan gawangan, ketersediaan pupuk, ketersediaan transportasi, dan ketersediaan tenaga penebar pupuk. Pupuk yang diaplikasikan di Kebun Rambutan adalah pupuk urea, pupuk Rock phosphate, pupuk muriate of potash, pupuk magnesium karbonat, dan GLB (Green Life Bioorganik).

Kegiatan pemupukan dimulai pukul 07.30 WIB sampai selesai. Tenaga kerja berjumlah 12 orang yang berstatus sebagai karyawan harian lepas yang umumnya wanita. Organisasi pemupukan meliputi mandor pupuk, karyawan angkut pupuk, karyawan pengecer dan karyawan penabur. Pengangkutan pupuk dimulai dari gudang sampai pengeceran di lapangan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemuatan pupuk ke dalam truk oleh tim pemuat di bawah pengawasan mandor dan kepala gudang. Pengangkutan untilan pupuk ke blok yang akan dipupuk dan pengeceran untilan pupuk sesuai hanca pemupuk yang telah dibagi oleh mandor pupuk.

Pupuk diletakkan di supply point besar (SPB), berupa pasar pikul yang diletakkan di pinggiran blok yang berjarak 2 baris dari ujung awal blok dan 4 baris dari SPB berikutnya, dan demikian seterusnya. Kendala dalam pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan adalah keadaan alat angkutan dan ketepatan waktu pengangkutan. Keterlambatan pengangkutan akan mengakibatkan keterlambatan aplikasi pupuk di lapangan.

Pemupukan dilakukan secara manual dengan cara menabur pupuk di piringan pohon. Setiap penabur pupuk membawa 10 kg pupuk yang dibawa dengan ember. Sistem kerja yang diterapkan untuk pekerjaan ini dilakukan dengan membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki anggota 5 orang penabur pupuk dan 1 orang pengumpul goni. Setiap grup bertanggung jawab untuk memupuk satu gawangan hidup pada hanca yang telah ditentukan sebelumnya hingga batas pasar tengah blok yang dipupuk. Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan pemupukan adalah sistem HK, dimana upah satu HK yaitu sebesar Rp 11 000. Mandor pemupukan harus menghitung jumlah goni dan membuat laporan di buku mandor yang diserahkan pada asisten afdeling.

(34)

20

Tabel 10 Perbandingan prestasi kerja antara mahasiswa dengan karyawan harian lepas *Data diperoleh dari 2 mahasiswa yaitu penulis dan saudari Rifa Annisa Siregar

Pada Tabel 10 dapat dilihat prestasi rata-rata mahasiswa sebesar 0.15±0.07 sedangkan prestasi rata-rata KHL sebesar 0.46±0.09. Perbandingan kemampuan mahasiswa dan BHL dalam melakukan kegiatan pengendalian gulma manual dan DAK berada pada 0.31 ± 0.09 ha. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam melakukan kegiatan pengendalian gulma manual dan DAK masih jauh di bawah KHL hal ini disebabkan kurangnya pengalaman kerja yang dimiliki oleh mahasiswa.

Penunasan Pelepah

Setelah buah sawit turun, pemanen diwajibkan untuk menurunkan pelepah berada di bawah TBS. Pelepah yang jatuh ke tanah dipotong menjadi 2 atau 3 bagian dan ditempatkan pada gawangan mati. Tapi tidak semua pelepah harus diturunkan.

Pemangkasan pelepah (prunning) adalah kegiatan memotong dan membuang pelepah yang tidak menguntungkan bagi tanaman kelapa sawit atau mengganggu pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pelepah yang tidak menguntungkan tersebut yaitu pelepah kering dan pelepah “sengkleh” atau patah yang menggantung di pohon. Penunasan menghindari over prunning dan under prunning. Over prunning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi, ditandai oleh peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BTR (bobot tandan rata-rata). Under prunning adalah terlambatnya kegiatan pemeliharaan sejumlah pelepah yang sudah tidak produktif

sehingga menye a kan “pokok gondrong”. Under prunning mengakibatkan terganggunya pelaksanaan potong buah sehingga output panen tidak maksimal dan lossis meningkat.

(35)

horizontal. Hasil pemotongan pelepah ini akan terlihat membentuk tapak kuda. Pelepah daun yang telah dipotong disusun pada gawangan mati.

Sistem pemotongan songgo tiga tidak jauh beda dengan sistem pemotongan Songgo dua. Agar dapat melangsungkan metabolisme dengan baik, seperti fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah pada setiap batang harus dipertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman. Untuk tanaman berumur 3–8 tahun, jumlah pelepah optimal 48–56 (6–7 lingkaran duduk daun). Sementara itu untuk tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun, jumlah pelepah sekitar 40–48 (5–6 lingkaran duduk daun). Hal ini dilakukan agar tanaman tetap dapat berfotosintesis dengan baik dan mengurangi resiko penunasan berlebih yaitu 35 munculnya bunga jantan pada tanaman. Karena tujuan dari budidaya kelapa sawit ini untuk produksi buah jadi munculnya bunga jantan kurang diharapkan oleh pengelola kebun.

Pemangkasan dilakukan enam bulan sekali untuk tanaman belum menghasilkan dan delapan bulan sekali untuk tanamn menghasilkan. Penunasan yang dilakukan yaitu dengan tenaga sendiri (TS) dan tenaga pinjaman (TP). Tunas TS yaitu penunasan yang dilakukan oleh pemanen dilakukan sore hari setelah kegiatan pemanenan selesai. Tunas TP yaitu penunasan yang dilakukan oleh tenaga KHL yang bekerja harian dimulai dari pukul 07.30 WIB–16.00 WIB. Tenaga penunasan TP biasanya berjumlah 6 orang yang terdiri dari 3 orang pemotong pelepah dan 2 orang pembuang pelepah ke gawangan mati. Alat-alat yang biasa digunakan adalah egrek, dodos, dan kapak. Sistem pemberian upah yang dilakukan adalah sistem HK, dalam satu HK yaitu Rp 15 000, dengan norma 4 ha HK-1. Kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 6.

(A) (B)

Gambar 6 Kegiatan penunasan: pemotongan pelepah (A), peletakkan di gawangan mati (B)

Pengolahan Tanda Buah Segar Stasiun Penerimaan Buah

(36)

22

Tandan buah segar yang masuk ke stasiun penerimaan akan disortir terlebih dahulu sebelum buah masuk ke loading ramp. Buah yang sudah memenuhi syarat akan langsung dimasukkan ke dalam loading ramp. Untuk buah yang tersortir akan dipisahkan sampai buah memberondol dan siap untuk diolah. TBS yang di sortir adalah TBS dengan fraksi 00 dan fraksi 0, sedangkan fraksi 1 masih bisa diolah.

Loading ramp adalah penampung buah berkapasitas berupa lantai miring yang dilengkapi pintu-pintu yang digerakkan secara hidrolik. Pabrik rambutan memiliki 2 loading ramp, setiap 1 loading ramp memiliki 12 pintu. Saat pintu terangkat di atas buah akan jatuh ke bawah dan masuk ke conveyer yang menuju ke perebusan yang akan diisikan ke dalam lori. Setiap lori berkapasitas 2 ton TBS. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Perebusan dilakukan pada bejana tertutup rapat dan berbentuk silinder horizontal yang dilengkapi pipa dan katup-katup pemasukan uap, pengeluaran uap, pengeluaran kondensat, pengukuran tekanan, pintu masuk dan keluar, serta rail band. Tujuan perebusan adalah untuk memudahkan proses pengolahan berikutnya seperti pemipilan, pelumatan, pengepresan, serta pemisahan fiber dari kernel. Perebusan dilakukan juga untuk menonaktifkan enzim yang dapat menghidrolisis minyak yang meningkatkan asam lemak bebas.

Perebusan dilakukan selama 90 menit dengan sistem perebusan 3 puncak yang artinya selama perebusan menggunakan 3 tingkat suhu yang berbeda. Tujuannya adalah agar tingkat kematangan buah sempurna dan merata sehingga menggurangi lossis minyak saat perebusan. Satu perebusan mempunyai kapasitas 20 ton.

Stasiun Pemipilan (Thresser)

Buah yang sudah matang dan sudah dikeluarkan dari perebusan kemudian dibawa ke stasiun pemipilan untuk memisahkan buah dengan janjangnya. Alat pemipil menggunakan tromol berputar yang turut memutar TBS dengan kecepatan 3-4 rpm. Pada saat berada di atas, TBS akan jatuh dengan keras menyebabkan buah rontok dari tandannya. Batang-batang besi membentuk kisi-kisi yang berada di dalam alat pemipil memungkinkan brondolan ke luar dari alat pemipil menuju digester melalui broad elevator. Janjang kosong dikirim ke tempat pengumpulan janjang kosong.

Stasiun Pencacahan (Digester) dan Penempaan (Pressure)

Proses berikutnya brondolan dicacah dan dilumatkan menjadi bubur menggunakan alat pencacahan. Alat berupa tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah. Kemudian buah dimasukkan ke dalam mesin penempa bertekanan 70–80 bar. Tujuan penempaan adalah mengekstraksi minyak dan memisahkan daging buah dengan bijinya. Mesin penempaan terletak di bawah digester.

(37)

penempaan, minyak dan fiber kemudian dipisahkan dengan alat vibrating screen. Minyak masuk ke stasiun clarifier, kernel masuk ke stasiun pengolahan kernel, sedangkan fiber yang masih mengandung minyak dikembalikan lagi ke digester untuk diproses kembali.

Stasiun Pemurnian (Clarifier)

Di stasiun pemurnian akan dilakukan kegiatan pemisahan minyak dari air dan kotoran untuk menghasilkan CPO berkualitas tinggi. Serabut kasar dan kernel yang melalui vibrating screen akan masuk ke dalam fiber cyclone sedangkan minyak akan ditampung ke dalam crude oil tank (COT). Pada proses ini minyak dipanaskan untuk memperbesar massa jenis sehingga sludge mengendap di dasar tanki. Proses selanjutnya, minyak dikirim ke tangki pengendapan (Continuous settling tank).

Di dalam CST terjadi pemisahan antara minyak dengan sludge. Sludge mengendap ke dasar tangki kemudian dikirim ke sludge tank sedangkan minyak dikirim ke oil tank. Sludge merupakan materi yang masih mengandung minyak sehingga dapat diolah kembali. Dengan system centrifugal minyak yang masih mengandung sedikit air dikembalikan ke CST. Sludge kemudian disaring dengan sand cyclone untuk memerangkap pasir dan brush stranner untuk memerangkap serabut (fiber).

Sludge kemudian memasuki sludge buffer tank untuk dilakukan proses pengendapan lanjutan. Pasir dan air yang masih terkandung di dalam minyak kemudian dipisahkan di sentrifuge. Hasil dari pemisahan di sentrifuge kemudian di alirkan ke fat pit untuk dialirkan ke kolam penampungan limbah. Sementara sludge yang masih mengandung minyak dikembalikan ke recovery tank untuk dikembalikan ke CST. Minyak yang berada pada oil tank kemudian dikurangi kadar airnya di vacum dryer hingga mencapai 0.15%. Vacum dryer di Pabrik Rambutan memiliki kapasitas 30 ton jam-1. Hasil akhir dari pengolahan CPO kemudian ditampung di storage tank. Pabrik Rambutan memiliki 2 unit storage tank masing-masing berkapasitas 2 000 ton.

Aspek Manajerial

Kegiatan magang yang dilakukan di PTPN III kebun Rambutan mencakup kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan yang berhubungan dengan aspek manajerial di setiap pekerjaan. Aspek manajerial di dapat ketika menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten.

Pendamping Mandor

Selama melakukan kegiatan magang Penulis menjadi pendamping mandor selama 1 bulan yakni terhitung sejak tanggal 11 Maret hingga 10 April 2014 Adapun mandor yang diikuti yakni dari jenis pekerjaan panen, semprot gawangan dan manual, pupuk, krani transport, krani panen, dan krani divisi.

(38)

24

melihat taksasi produksi mandor panen dapat menentukan berapa produksi hari ini, kebutuhan tenaga pemanen, kebutuhan armada pengangkutan.

Setiap jam 05.30 WIB seluruh mandor ikut apel pagi bersama asisten afdeling di kantor afdeling. Apel pagi membahas evaluasi kerja dari kemaren dan menentukan rencana kerja harian meliputi, kegiatan pemeliharaan dan kegiatan pemanenan. Setelah apel pagi para mandor panen langsung berangkat ke kebun untuk memberikan informasi yang diperoleh dari asisten afdeling saat apel pagi. Melakukan pembagian hanca panen, memberikan sosialisasi tentang kriteria buah yang siap panen.

Mandor panen juga bertugas memeriksa dan menghitung buah yang sudah diangkut di TPH. Selain itu mandor panen harus memeriksa hanca yang sudah siap dipanen kemudia di cek secara acak. Objek yang di periksa oleh mandor panen adalah buah matang yang tidak di panen, brondolan yang tidak dikutip. Jika ditemukan kedua hal tersebut maka mandor panen mempunyai kewajiban untuk memanggil pemanen yang menanen hanca tersebut untuk memanen kembali buah matang yang tertinggal.

Selain menjadi mandor panen penulis juga menjadi krani panen. Krani panen mempunyai tugas yang hampir sama dengan mandor panen. Selama menjadi pendamping krani panen penulis bertugas memisahkan buah mentah, janjang kosong, dan potongan tandan buah dari TPH agar tidak terangkut ke pabrik. Jika buah mentah terangkut ke pabrik pemanen akan terkena denda sesuai dengan SOP yang disepakati.

Kegiatan pemeliharaan manual meliputi dongkel anak kayu (DAK), membuka piringan pokok, membuka gawangan, penaburan Marshal. Selama menjadi pendamping mandor pemeliharaan manual penulis mempunyai tugas untuk mengawasi seluruh kegiatan pemeliharaan manual. Membagi hanca kerja, mengawasi kualitas kerja pemeliharaan, bertanggung jawab untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan, membuat jurnal harian yang berisi jumlah tenaga kerja, prestasi kerja dan lama jam kerja yang dilaporkan langsung kenapa mandor pemeliharaan dan asisten afdeling.

Selama menjadi pendamping mandor penyemprotan penulis memiliki tugas melakukan pembagian hanca semprot, mengawasi pemakaian rancun, mengawasi kualitas penyemprotan, menentukan jumlah tenaga kerja yang di butuhkan sehingga prestasi kerja dapat diperoleh. Setelah kegiatan penyemprotan selesai penulis membuat jurnal harian yang berisi jumlah bahan yang digunakan, luasan yang diperoleh dan prestasi HK-1 yang dilaporkan ke mandor semprot dan asisten afdeling.

(39)

*Data diperoleh dari 2 mahasiswa yaitu penulis dan saudari Rifa Annisa Siregar

Prestasi yang diperoleh mahasiswa selama menjadi pendamping mandor yaitu 4.91 (ha jam-1). Kemampuan mahasiswa dalam melakukan kegiatan pengawasan dipengaruhi oleh jenis kegiatan yang diawasi, luas areal dan jumlah tenaga kerja.

Krani Divisi

Selama menjadi krani divisi penulis membantu dalam membuat rencana kerja harian (RKH) dan pengisian System Application Product and Data processing (SAP). RKH berisi tentang rencana seluruh kegiatan pada hari tersebut beserta absensi dan alokasi tenaga kerja. Membuat log book harian seluruh kegiatan dari pemeliharaan hingga pemanenan.

Pendamping Asisten Afdeling

Asisten adalah seorang pemimpin yang meminpin afdeling yang langsung bertanggung jawab kepada asisten kepala. Asisten afdeling mempunyai tugas untuk mengawasi seluruh kegiatan yang ada di afdeling. Asisten afdeling mempunyai tugas untuk memimpin apel pagi dengan para mandor yang dimulai pada pukul 05.30 WIB.

Penulis menjadi pendamping asisten afdeling selama 2 bulan, selama menjadi pendamping asisten penulis bertugas untuk membuat rencana kerja harian, melakukan pemeriksaan disetiap pos kerja dan mendampingi asisten untuk melakukan apel pagi.

Tabel 11 Pengawasan KHL oleh mahasiswa dalam posisi sebagai pendamping mandor

Aktivitas Jumlah

BHL (orang)

Luas areal (ha)

Waktu kerja (jam)

Prestasi (ha jam-1)

Pembuatan piringan TBM 23 9.60 3.0 3.20

Chemis 9 8.70 3.0 2.90

Pengendalian Gulma Manual 16 6.70 3.5 1.91

Pemupukan TBM 2013 11 28.30 4.5 6.29

Pemupukan TM 1995 12 32.21 3.0 10.74

Pemupukan TM 2006 12 29.20 3.5 8.34

Pemanenan TM 2006 8 25.00 5.0 5.00

Pemanenan TM 2011 5 9.50 5.0 1.90

(40)

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Panen dan Pasca Panen Kriteria Mutu Buah sebagai Dasar Sortasi TBS

Kriteria mutu buah penting dilakukan untuk memepertahankan mutu CPO yang di hasil PKS. Buah yang tersortir di sajikan dalam Gambar 7.

(A)

(B) (C) (D)

Gambar 7 Tandan buah segar (TBS) yang tidak sehat: buah abnormal dan mentah (A), buah sakit (B), buah batu (C), dan buah matang normal sebagai pembanding (D)

Buah yang ditunjukkan pada Gambar 7 (A) adalah buat mentah dan buah abnormal buah mentah. Buah abnormal adalah kelompok buah yang memiliki fruit set yeng rendah atau jumlah buah partenokarpi lebih banyak daripada buah yang jadi. Buah partenokarpi atau buah tidak sempurna disebabkan karena penyerbukan tidak sempurna atau tidak diserbuki karena posisi buah yang terjepit oleh pelepah. Buah tersebut biasanya kandungan minyak yang rendah serta tidak memiliki cangkang dan endosperm. Buah mentah merupakan buah yang belum memiliki kriteria matang panen tapi dipaksa dipanen oleh pemanen karena mengejar prestasi kerja. Buah mentah jika diolah akan mengalami kesulitan karena buah mentah belum bisa memberondol dengan sempurna saat dilakukan perebusan, sementara itu buah mentah memiliki kandungan rendemen yang masih rendah yaitu 16.0% (Lubis 1992).

(41)

yang ditumbuhi jamur. Buah batu yang ditunjukkan oleh Gambar 7 (C) adalah buah yang sudah masuk standar minimal kriteria matang panen tetapi pengerasan sehingga tidak bisa membrondol. Pengolahan buah yang memiliki kualitas yang buruk akan mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan oleh PKS. Menurut (Fauzi et al. 2012) menyatakan bahwa CPO yang dihasilkan dalam suatu pabrik maksimal memiliki kandungan ALB sebesar 5% dan kadar kotoran (KK) sebesar 0.15%.

Kualitas Panen

Panen merupakan pekerjaan memotong buah yang sudah memenuhi kriteria kematangan buah yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat sehingga mengurangi kuantitas produksi. Kualitas panen secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi TBS dalam suatu perkebunan kelapa sawit, karena dengan pemanenan yang baik akan memperkecil lossis produksi. Sumber-sumber lossis produksi dilapangan adalah potong buah mentah, buah matang tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, buah aatu brondolan di curi. Dalam pengamatan kualitas panen penulis mengambilpengamatan mutu hanca. Parameter yang diamati adalah TBS tertinggal. Data pengamatan TBS yang tidak dipanen di lapangan dapat dilihat dalam Tabel 12.

Tabel 12 Pengamatan TBS tidak dipanen di Afdeling I Kebun Rambutan No Pemanen Tanaman sampel (tanaman) TBS tertinggal di

tanaman (TBS)

1 176 4

2 166 1

3 163 1

4 174 3

Total 679 9

Unharvesting bunch (UHB/ Palm) 0.013 Sumber: hasil pengamatan (2014)

(42)

28

Ketersediaan Tenaga Kerja

Dalam melakukan kegiatan pemanenan kebutuhan tenaga kerja harus diperhatikan, hal ini penting dilakukan karena ketersediaan tenaga kerja bisa mempengaruhi jumlah produksi TBS harian kebun. Selain itu kebutuhan tenaga panen didasarkan pada efisiensi jumlah tenaga kerja dalam menyelesaikan semua kapveld sesuai dengan rotasi panen yang sudah ditentukan. Untuk menghitung kebutuhah tenaga kerja pemanenan buah dapat digunakan rumus berikut:

Kebutuhan tenaga panen= A x B x C x D

Penulis mengambil sampel perhitungan kebutuhan tenaga pemanen yang ada di afdeling I dengan sampel TM muda (Tahun tanam 2006) dengan luas hanca 213.3 ha, memiliki kerapatan panen sebanyak 5:1 dengan bobot rata-rata buah 11 kg, dan kapasitas panen 1 800 kg, jumlah populasi 143 pohon ha-1. Maka kebutuhan tenaga panen yang disediakan untuk TM 2006 adalah:

Kebutuhan tenaga panen = 213.3 ha x ( 5:1) x 11 kg x 143 pohon/ha 1800 kg/HK

= 37 pemanen/ hari kerja

Jumlah tenaga pemanen yang ideal untuk TM 2006 adalah 34 orang. Sedangkan jumlah tenaga panen TM 2006 yang tersedia di afdeling I hanya 10 orang, berarti tenaga pemanen yang dimiliki afdeling I masih kurang sebanyak 27 orang. Kekurangan tenaga pemanen akan mengakibatkan dalam penyelesaian hanca panen. Jika hanca panen harian tidak terselesaikan akan mengakibatkan rotasi panen yang terlambat. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah buah yang over ripe. Pada dasarnya buah yang over ripe mengandung kadar ALB yang tinggi, sehingga bisa menyebabkan kualitas CPO yang dihasilkan menurun.

Hubungan Mutu Buah dan Curah Hujan terhadap ALB

Penggolahan TBS yang memiliki mutu yang buruk bisa mempengaruhi kualitas CPO rendah. Ciri CPO yang memiliki kualitas rendah dapat dilihat dari kandungan ALB yang tinggi. Asam lemak bebas yang tinggi akan menyebabkan minyak mudah membeku pada suhu kamar sehingga menyulitkan dalam tranportasi minyak. Selain itu CPO yang memiliki kandungan ALB tinggi memiliki nilai harga yang lebih rendah.

Gambar

Tabel 1   Hubungan kriteria panen dan tingkat kematangan kelapa sawit
Gambar 1 Proses pemanenan buah: potong buah (A) susun pelepah (B) potong
Tabel 8   Herbisida yang digunakan di Kebun Rambutan
Gambar 3 Kegiatan DAK : mendongkel anak kayu (Tanaman Talas) (A)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Panen kelapa sawit terutama didasarkan pada saat kadar minyak mesokarp mencapai maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum, yaitu pada saat buah mencapai tingkat

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan kadar kotoran lebih kecil 0,01%, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin(lebih kurang 2%

Selain itu, buah yang lewat matang juga akan merugikan karena akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) yang dapat menurunkan kualitas minyak kelapa

Hubungan Curah Hujan, Hari Hujan dan Umur Tanaman Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut penelitian Manalu (2008) Di Kebun Kelapa Sawit

SOFI HANS HAMDAN : Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 7, 10, dan 13 Tahun di PTPN III Kebun Huta Padang Kabupaten Asahan, yang

2015, Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Simalungun,

sedangkan curah hujan yang terjadi pada kebun Berangir memiliki curah hujan 2.818 mm/tahun sehingga dalam memenuhi kebutuhan air pada perkebunan kelapa sawit

Tujuan utama kegiatan panen kelapa sawit yaitu mencapai produktivitas TBS dan kandungan minyak yang tinggi serta mutu produksi yang baik berupa asam lemak bebas ALB atau free fatty acid