SKRIPSI
OLEH :
LEONARDO AMBARITA / 140301226 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019
SKRIPSI
OLEH :
LEONARDO AMBARITA / 140301226 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana di
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019
ABSTRAK
LEONARDO AMBARITA : Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produktivitas Dua Varietas Kelapa Sawit di Kebun Berangir PT. Perkebunan Nusantara IV Kabupaten Labuhan Batu Utara, yang dibimbing oleh Ir. Irsal, M.P.
dan Dr. Ir. Charloq, M.P. . Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit. Curah hujan merupakan unsur iklim yang penting diperhatikan, dimana kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak dibanding tanaman keras lainnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas dua varietas kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir Kecamatan NA IX-X, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara pada bulan April sampai dengan Juni 2017. Penelitian ini menggunakan data primer yang tersedia di administrasi kebun. Data primer untuk keperluan analisis meliputi data produktivitas tandan buah segar (TBS); data curah hujan; data hari hujan bulanan pada tahun 2013, 2014, 2015, dan 2016.
Metode analisis yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Model diuji kelayakannya dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS.v.22 for windows. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan berpengaruh nyata pada alpha 5% (Sig > α 0.05) terhadap peningkatan produksi TBS pada umur 16 dan 19 tahun dan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi TBS umur 8 tahun. Hal ini dikarenakan curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun dan diduga kurang optimal untuk pertumbuhan dan produksi TBS. Dari hasil uji asumsi klasik yang dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan disimpulkan bahwa persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 8, 16, dan 19 tahun telah memenuhi syarat. Hasil korelasi pada tanaman berumur 8 16, dan 19 tahun dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki hubungan yang kuat, nyata dan (positif) searah. Nilai korelasi curah hujan dan hari hujan ialah 0,838 dengan nilai signifikansi < α 0.01.
Kata kunci : curah hujan, hari hujan, produktivitas TBS
ABSTRACT
LEONARDO AMBARITA: Effects of Rainfall and Rainy Days on Productivity of Two Palm Oil Varieties in Windy Gardens of PT. Perkebunan Nusantara IV Labuhan Batu Utara Regency, which was guided by Ir. Irsal, M.P. and Dr. Ir.
Charloq, M.P. . Climate factors greatly influence the growth and productivity of oil palm. Rainfall is an important element of climate, where oil palm is a plant that requires large amounts of water compared to other perennials. The purpose of this study was to evaluate the effect of rainfall and rainy days on the productivity of two oil palm varieties at PT. Kebun IV Nusantara Plantation Beririr. This research was conducted at PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir Subdistrict NA IX-X, Labuhan Batu Utara Regency, North Sumatra Province from April to June 2017. This study uses primary data available in the administration of the garden. Primary data for analysis purposes include productivity data for fresh fruit bunches (FFB); rainfall data; monthly rainy day data in 2013, 2014, 2015, and 2016. The analytical method used is multiple linear regression analysis and correlation analysis. The model was tested for its feasibility by classical assumption tests including normality test, heteroscedasticity test, multicollinearity test, and autocorrelation test using SPSS.v.22 statistical tools for windows. The results of the regression analysis showed that the rainfall and rainy day variables significantly affected alpha 5%
(Sig> α 0.05) on increasing FFB production at 16 and 19 years of age and had no significant effect on the increase in FFB production at 8 years. This is due to uneven rainfall throughout the year and is thought to be less than optimal for FFB growth and production. From the results of the classic assumption test conducted to determine whether the multiple regression equation is feasible or not to be used it can be concluded that the regression equation for oil palm plants aged 8, 16, and 19 years has met the requirements. The correlation results on plants aged 8 16, and 19 years with two-way analysis at the test level of 1% showed that rainfall and rainy days had strong, real and (positive) relationships in the same direction.
The correlation value of rainfall and rainy days is 0.838 with a significance value
<α 0.01.
Keywords: rainfall, rainy days, productivity of FFB
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 30 September 1996 dari Ayah Mangapul Ambarita dan ibu Rismauli. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2014 penulis lulus dari SMA St. Thomas 1 Medan dan pada tahun 2014 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian masuk bersama (UMB) mandiri, penulis memilih minat Budidaya Pertanian Dan Perkebunan Program Studi Agroteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis ikut dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK) pada tahun 2016-2017 sebagai anggota biro penelitian dan pengembangan, serta penulis juga aktif sebagai asisten di laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan pada tahun 2017-2018.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. Perkebunan Nusantara IV, Labuhan Batu Utara pada bulan Juli - Agustus 2017.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini pada waktunya.
Adapun Judul dari penelitian ini adalah ”Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produktivitas Dua Varietas Kelapa Sawit di Kebun Berangir PT. Perkebunan Nusantara IV” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan sidang meja hijau di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Ir. Irsal, MP selaku ketua komisi Pembimbing dan ibu Dr. Ir. Charloq, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan penelitian ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua yang telah memberikan dukungan financial dan spiritual. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelasaian penelitian ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Juli 2019
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 6
Iklim ... 6
Tanah ... 7
Curah Hujan dan Hari Hujan ... 9
Varietas ... 10
Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit ... 12
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Metode Penelitian ... 14
Peubah Amatan ... 15
Produksi Tandan Buah Segar (ton) ... 15
Curah Hujan (mm) ... 15
Hari Hujan (hari) ... 16
Varietas ... 16
Uji Asumsi Klasik ... 16
Uji Normalitas ... 17
Uji Heteroskedastisitas ... 17
Uji Multikolinearitas ... 17
Pengujian Hipotesis ... 18
Penarikan Kesimpulan ... 19
PELAKSANAAN PENELITIAN Pengumpulan Data ... 20
Pengolahan Data dan Analisis Data ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kelapa Sawit Varietas PPKS (kg/ha) ... 21
Curah Hujan dan Hari Hujan ... 23
Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) ... 27
Analisis Data…… ... 28
Uji Asumsi Klasik ... 29
Analisis Regresi Linear Berganda ... 32
Analisis Korelasi ... 35
Pengaruh Curah Hujan (mm) Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Varietas PPKS Selama 4 Tahun (2014-2017) ... 36
Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Varietas PPKS Selama 4 Tahun (2014-2017) ... 38
Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Varietas PPKS Selama 4 Tahun (2014-2017) ... 39
Produktivitas Kelapa Sawit Varietas Socfindo (kg/ha) ... 39
Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Varietas Socfindo Selama 4 Tahun (2014- 2017) 41 Analisis Data……. ... 43
Uji Asumsi Klasik ... 43
Analisis Regresi Linear Berganda ... 47
Analisis Korelasi ... 50
Pengaruh Curah Hujan (mm) Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Varietas Socfindo selama 4 Tahun (2014-2017) ... 51
Pengaruh Hari Hujan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Varietas Socfindo selama 4 Tahun (2014-2017) ... 52
Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Varietas Socfindo selama 4 Tahun (2014-2017) ... 53
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan……… ... 54
Saran………. ... 54 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 19 2. Rataan produktivitas Kelapa Sawit varietas PPKS selama 4 tahun
(2014-2017) ... 21 3. Rataan curah hujan pada tanaman Kelapa Sawit selama 4 tahun (2014-
2017) ... 23 4. Rataan hari hujan pada tanaman Kelapa Sawit selama 4 tahun (2014-
2017) ... 25 5. Rataan Produktivitas, Curah Hujan dan Hari Hujan pada tanaman
Kelapa Sawit selama 4 tahun ... 27 6. Nilai signifikansi uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 29 7. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada tanaman kelapa sawit
varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) ... 30 8. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance varietas PPKS selama 4
tahun (2014-2017) ... 31 9. Nilai Hitung Durbin Watson (d) ... 32 10. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) ... 32 11. Uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun
(2014-2017) ... 33 12. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) ... 34 13. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa
14. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 35 15. Uji Analisis Korelasi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama
4 tahun (2014-2017) ... 36 16. Rataan produktivitas kelapa sawit varietas Socfindo (kg/ha) selama 4
tahun (2014-2017) ... 40 17. Rataan Produktivitas, Curah Hujan dan Hari Hujan pada tanaman
Kelapa Sawit varietas Socfindo selama 4 tahun ... 41 18. Nilai signifikansi uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 44 19. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada tanaman kelapa sawit
varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) ... 45 20. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance varietas Socfindo selama
4 tahun (2014-2017) ... 45 21. Nilai Hitung Durbin Watson (d) ... 46 22. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) ... 47 23. Uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4
tahun (2014-2017) ... 47 24. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) ... 48 25. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa
sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) ... 49 26. Uji Analisis Korelasi pada tanaman kelapa sawit varietas Socfindo
selama 4 tahun (2014-2017) ... 50
DAFTAR GAMBAR
1. Grafik perkembangan produktivitas kelapa sawit pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) ... 22 2. Grafik perkembangan curah hujan pada tanaman kelapa sawit selama 4
tahun (2013-2016) ... 24 3. Grafik perkembangan hari hujan pada tanaman kelapa sawit selama 4
tahun (2013-2016) ... 26 4. Grafik hubungan produktivitas, curah hujan dan hari hujan pada
tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) ... 28 5. Grafik perkembangan produktivitas kelapa sawit pada tanaman kelapa
sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) ... 40 6. Grafik hubungan produktivitas, curah hujan dan hari hujan pada
tanaman kelapa sawit varietas Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) ... 42
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data produktivitas kelapa sawit (kg/bulan) varietas PPKS dan Socfindo kebun Berangir selama 4 tahun (2014-2017) ... 58 2. Data total dan rataan produktivitas kelapa sawit (kg/tahun) varietas
PPKS dan Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) ... 58 3. Data curah hujan (mm/tahun) dan hari hujan (hari/tahun) di kebun
Berangir selama 4 tahun (2014-2017) ... 59 4. Data total dan rataan curah hujan (mm/tahun) dan hari hujan
(hari/tahun) selama 4 tahun (2014-2017) ... 59 5. Klasifikasi Tipe Iklim Schmidth-Ferguson di Kebun Berangir ... 59 6. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi
7. Uji t-parsial analisis linear berganda pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS dan Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) ... 60 8. Sidik ragam analisis linear berganda pada tanaman kelapa sawit
varietas PPKS dan Socfindo selama 4 tahun (2014-2017) ... 61 9. Nilai koefisien analisis linear berganda pada varietas PPKS dan
Socfindo ... 62 10. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada varietas PPKS
dan Socfindo ... 62 11. Uji analisis korelasi antar variabel pada tanaman varietas PPKS dan
Socfindo ... 63 12. Uji Kolmogorov-Smirnov pada tanaman varietas PPKS dan Socfindo ... 64 13. Nilai uji Heterokedastisitas signifikansi pada Absolute Residual pada
tanaman varietas PPKS dan Socfindo ... 65 14. Uji Autokorelasi pada tanaman varietas PPKS dan Socfindo ... 65 15. Tabel Durbin Watson, α = 5% ... 66
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen minyak sawit urutan kedua di dunia setelah Malaysia yang menguasai sekitar 85% pangsa pasar dunia (Fauzi et al., 2002).
(Direktorat Jendral Pekebunan, 2012) menambahkan bahwa kelapa sawit cukup potensial untuk dikembangkan karena perkembangan harga ekspor yang terus meningkat dan membaik pada pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Permintaan minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati terus meningkat di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan minyak sawit tidak hanya untuk dikonsumsi oleh manusia, tetapi juga untuk digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai bahan baku dalam industri kimia. Meningkatnya konsumsi global ini telah mengakibatkan terjadinya ekspansi atau perluasan lahan secara terus menerus (Voge dan Adams, 2014).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit, yaitu iklim, bentuk wilayah, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Selanjutnya Risza (2009) menambahkan bahwa umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar, sistem pengawetan tanah, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen-angkut-olah, sistem pengamanan produksi, serta sistem premi panen juga berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit.
Kondisi iklim sangat memegang peranan penting karena mempengaruhi potensi produksi. Hujan berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit.
penyebaran hujan sepanjang tahun merata. Tinggi rendahnya curah hujan dapat
dilakukan sebagai evaluasi produksi untuk tahun-tahun ke depan (Siregar et. al, 2006).
Curah hujan dan hari hujan berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit pada saat 24 bulan sebelum tanaman berproduksi/panen (Sevitha 2012).
Kondisi curah hujan yang terlalu tinggi berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan bunga betina menjadi buah yang gagal terbentuk. Sebaliknya curah hujan yang rendah berdampak pada suplai air yang kurang dalam jangka waktu yang lama (Pangaribuan, 2001).
Satu hari hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 500 mm atau lebih dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap diperhitungkan. Frekuensi hari hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air. Defisit air sangat berpengaruh dalam produksi tandan buah segar kelapa sawit karena berpengaruh terhadap pembungaan (Pangaribuan, 2001).
Variabel umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit dan memiliki nilai koefisien regresi yang negatif sebesar -0.0048 yang berarti bahwa setiap bertambahnya 1 bulan umur tanaman, produktivitas kelapa sawit akan menurun sebesar 0.0048 ton/ha. Menurut Corley (2003) produktivitas tandan kelapa sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan- lahan sesuai dengan umur tanaman yang semakin tua hingga umur ekonomis 25 tahun.
Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas dua varietas kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh nyata curah hujan dan hari hujan secara parsial dan simultan terhadap produktivitas dua varietas kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping, membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan quarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Di samping itu, tumbuh pula akar nafas yang muncul di atas permukaan atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada lapisan tanah atas. Dengan perakaran kuat tersebut, jarang ditemukan pohon kelapa sawit yang tumbang (Fauzi et al, 2002).
Pohon kelapa sawit tumbuh tegak lurus tidak bercabang. Diameter batang kelapa sawit adalah 35-60 cm. Setiap tahun batang kelapa sawit bertambah panjang 35-45 cm. Semakin lambat pertambahan panjang batang kelapa sawit semakin baik. Hal ini akan memudahkan perawatan, terutama untuk memanen buah dan memperpanjang masa produktifnya (Hadi, 2004).
Pelepah daun kelapa sawit berpenampang melintang menyerupai bentuk segi tiga, dengan luas penampang 100-112 cm2, dengan ketebalan dinding (lapisan epidermis: sklereid dan silica) dapat mencapai hingga 4-6 mm. Parenkim pelepah daun memiliki dimensi serat sebagai berikut : panjang antara 70-150 cm, diameter serat 0,08- 0,8 mm (Intara dan Dyah, 2012).
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.
Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga semakin efektif dalam melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsugnya fotosintesis dan sebagai alat
respirasi. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua.
(Fauzi et al, 2002).
Letak bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit terpisah, masing-masing tersusun pada tandan yang berbeda tetapi masih satu pohon. Oleh karena itu kelapa sawit disebut tanaman berumah satu atau monoceous. Namun demikian, terkadang dalam satu tandan terdapat bunga jantan sekaligus bunga betina. Bunga ini disebut hermaprodit. Satu tandan bunga jantan terdiri dari 150-200 spinkelet atau manggar. Dalam satu spinkelet (manggar) terdapat 600-1.500 bunga jantan (Hadi, 2004).
Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan. Warna buah tergantung varietas dan umurnya. Buah kelapa sawit secara umum terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu epikarp atau kulit buah, mesokarp atau daging buah, dan endokarp yang terdiri dari tempurung dan inti buah atau kernel. Epikarp merupakan bagian terluar buah kelapa sawit. Epikarp biasanya mempunyai warna tertentu sesuai varietas dan umur buah. Dari warna epikarp inilah seseorang bisa menentukan tingkat kemasakan buah. Mesokarp merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena dari bagian inilah minyak kelapa sawit mentah (CPO) akan diperoleh melalui proses ekstraksi atau penggilingan. Tempurung merupakan bagian buah kelapa sawit yang melindungi inti. Kernel merupakan bagian penting kedua setelah mesokarp karena dari iti
inilah akan dihasilkan KPO sebagai produk unggulan kedua setelah CPO (Hadi, 2004).
Biji pada kelapa sawit adalah bagian dari buah dan bisa diperoleh dengan membuang daging buah. Biji terdiri cangkang (endocarp), inti (endosperm), dan lembaga (embrio). Embrio kelapa sawit panjangnya 3 mm, berdiameter 1,2 mm, berbentuk silindris dengan 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih bentuknya agak tajam.
Bakal biji terdiri 3 ruang tetapi setelah penyerbukan dan menjadi buah, ruang yang berkembang hanya satu; kadang-kadang dijumpai dua ruang. Jika endosperm mendapat air yang mengembang dan kemudian lembaganya akan berkecambah (Soehardjo, 1999).
Berdasarkan tebal dan tipisnya cangkang, buah kelapa sawit digolongkan atas dura, psifera, dan tenera. Buah yang paling baik untuk dijadikan bibit kelapa sawit adalah jenis tenera yang merupakan hasil persilangan antara dura dan psifera. Tenera memiliki perbandingan sabut, tempurung, dan inti yang proporsional. Dura memiliki tempurung yang tebal sehingga sabut dan inti sangat kecil, sedangkan untuk psifera memiliki sabut yang besar sehingga inti amat kecil.
Padahal bagian buah kelapa sawit yang dimanfaatkan tidak hanya sabutnya untuk menghasilkan crude palm oil (CPO), tetapi juga memanfaatkan bagian inti untuk menghasilkan kernel palm oil (KPO) yang berwarna putih (Widyawati, 2009).
Syarat Tumbuh Iklim
Iklim sangat berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan kelapa sawit.
Salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kelapa
sawit adalah air. Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi yang diberikan ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air (Lubis, 1992).
Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit
meliputi curah hujan, radiasi sinar matahari, suhu, dan kelembaban udara (Hadi, 2004).
Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit berkisar 2000 – 2500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Temperatur optimum untuk tanaman kelapa sawit antara 22 – 23 oC. Keadaan angina tidak terlalu berpengaruh karena tanaman kelapa sawit lebih tahan terhadap angina kencang dibandingkan dengan tanaman lainnya (Zimmer, 2009).
Curah hujan yang optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun.
Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan lebih dominan daripada pertumbuhan generatif. Sehingga bunga/buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan pembukaan lahan, pemeliharaan, pemupukan dan pencegahan erosi (Barkhah, 2012).
Suhu berpengaruh pada produksi dan melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Suhu 20oC merupakan batas minimal dan suhu 33oC merupakan suhu maksimum, bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22 – 23oC (Zaenal, 2012).
Tanah
Meskipun kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan tumbuhan dari familia palmae lain misalnya pinang, palem, kelapa, aren, dan lain lain yang dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah, namun karena diinginkan produksi yang optimal dalam jangka waktu yang lama, maka jenis tanah untuk budidaya kelapa sawit harus memenuhi standart atau persyaratan yang dapat menunjang pertumbuhan dan produksi yang optimal, yaitu tanah yang subur (Hadi, 2004).
Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapat produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber-pH optimum 5,0-5,5. Secara umum kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik, kelabu, alluvial, atau regosol. Secara umum kelapa sawit berproduksi dengan baik pada jenis tanah ultisol, inceptisol, andisol, dan histosol (Hartanto,2011).
Sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit ialah memiliki solum yang dalam lebih dari 80 cm, karena baik untuk perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40% lempung dan 20-50% liat. Struktur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah perkembangannya kuat, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. Selain itu,
ketebalan gambut yang baik adalah 0-0,6 m dan tidak dijumpai laterite (Soehardjo, 1999).
Bentuk wilayah yang cocok untuk kelapa sawit adalah: pertama, wilayah yang datar sampai berombak, yaitu wilayah dengan kemiringan lereng 0-8 %.
Kedua, di wilayah bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan lereng 8-30
%, kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaantertentu seperti pembuatan teras (Hartanto, 2011).
Curah Hujan dan Hari Hujan
Curah hujan adalah air hujan yang jatuh di permukaan tanah selama jangka waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horizontal, apabila tidak terjadi penghilangan-penghilangan oleh proses penguapan, pengaliran dan peresapan ke dalam tanah. Curah hujan dinyatakan dalam tinggi air (mm) diukur dengan penakar hujan dengan luas moncong 100 cm2. Satu hari hujan adalah periode 24 jam terkumpulnya curah hujan setinggi 0.5 mm atau lebih dan curah hujan dengan tinggi kurang dari ketentuan tersebut, hari hujan dianggap nol tetapi curah hujan tetap diperhitungkan (Siregar et al, 2006).
Air hujan merupakan sumber air utama untuk tanaman perkebunan.
Menurut Mangoensoekarjo (2007) curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 1.250 – 2.500 mm/tahun, sedangkan Hadi (2004) menunjukkan bahwa curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 2.500 – 3.000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat 7 bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari.
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan (Sastrosayono, 2003).
Kelebihan air yang dikarenakan tingginya curah hujan dapat meneyebabkan kegagalan matang tandan pada bunga yang telah mengalami anthesis. Curah hujan yang tinggi biasanya diikuti dengan penambahan hari hujan.
Hari hujan yang banyak mengakibatkan penurunan intensitas penyinaran matahari sehingga laju fotosintesis turun dan dapat menyebabkan turunnya produktivitas.
Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi di lain pihak dapat menghambat penyerbukan karena sebagian serbuk hilang terbawa aliran air hujan. Sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat pembentukan daun, yang akan menghambat pembentukan bunga di ketiak daun (Nugraheni, 2007).
Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat kegiatan panen karena rusaknya sarana transportasi dan kesulitan pemanen dalam pengumpulan berondolan karena bercampur dengan tanah. Curah hujan yang tinggi mendorong peningkatan pembentukan bunga, tetapi menghambat terjadinya penyerbukan karena serbuk sari hilang terbawa aliran air dan serangga penyerbuk tidak keluar dari sarangnya dan juga kegagalan matang tandan pada bunga yang telah
mengalami anthesis. Proses pematangan buah dipengaruhi keadaan curah hujan, bila curah hujan tinggi buah kelapa sawit cepat memberondol (PPKS, 2006).
Varietas
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian produksi. Melalui tahap pembibitan
ini diharapkan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003). Bibit bermutu diperoleh bila kecambah
kelapa sawit yang digunakan berasal dari produsen yang diakui oleh pemerintah.
Produsen benih resmi yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian, yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. London Sumatera (PT. Lonsum), PT. Socfin Indonesia (PT. Socfindo), PT. Dami Mas Sejahtera, PT. Tunggal Yunus Estate dan PT. Bina Sawit Makmur (Raisawati, 2006).
Bahan Tanam yang umum digunakan adalah Tenera yang merupakan hasil dari persilangan Dura dan Pesifera. Varietas Dura sebagai indukan betina dan varietas Pesifera sebagai jantan. Hasil persilangan tersebut menghasilkan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. PPKS di Indonesia yang menghasilkan varietas unggu adalah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan PT.Socfin Indonesia (Yan dkk, 2012)
Kementerian Pertanian pada bulan Agustus 2013 telah merilis kelapa sawit varietas DxP Socfindo Moderat Tahan Gano. Menurut Prof. Dr. Meity Suradji Sinaga, varietas ini bukan varietas yang “total resisten” terhadap serangan penyakit ganoderma, tetapi “moderat tahan” yang berarti masih bisa terserang, namun tingkat serangannya jauh di bawah rata-rata serangan pada varietas lain (Arisanti, 2013).
Menurut Lubis dan Widanarko (2011) bahwa bahan tanaman kelapa sawit unggul dapat berasal dari hasil persilangan berbagai sumber (inter and intra specific crossing) dengan metode Reciprocal Recurrent Selection (RRS). Selain itu, bahan tanaman kelapa sawit unggul dapat juga dihasilkan dari pemuliaan tanaman pada tingkat molekuler yang diperbanyak secara vegetatif melalui teknik kultur jaringan.
Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit
Hasil penelitian Yunita (2010) di PT Tunggal Perkasa Plantations Indragiri Hulu Riau, menemukan bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit terbesar diperoleh saat curah hujan terbesar pula (curah hujan > 100 mm/bulan). Akan tetapi pada curah hujan 60–100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada curah hujan < 60 mm/bulan.
Menurut Bando (2012) di Morowali Sulawesi Tengah, data curah hujan tahunan di Kabupaten Morowali, tahun 1991 merupakan tahun dimana jumlah curah hujan paling tinggi, dengan curah hujan total mencapai 5220 mm, sedang curah hujan terendah terjadi pada tahun 2003 dengan total curah hujan mencapai 2115 mm. Produksi kelapa sawit tertinggi adalah pada tahun 2008 dengan total jumlah produksi sebesar 279.540 kg, sedang yang terendah pada tahun 1990 sebesar 440.328 kg. Produksi kelapa sawit mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan atau umur kelapa sawit serta perluasan wilayah perkebunan.
Hasil penelitian Pasaribu dkk. (2012) di perkebunan kelapa sawit di PPKS sub unit Kalianta Kabun Riau, menemukan bahwa besar kecilnya curah hujan
sangat mempengaruhi nilai lolosan tajuk dan aliran batang serta intersepsi yang terjadi setiap bulannya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa lolosan tajuk pada tegakan kelapa sawit cukup tinggi di wilayah ini. Pada bulan Desember 2009 nilai lolosan tajuk mencapai 353.9 mm. Tingginya nilai lolosan tajuk pada bulan ini dikarenakan oleh tingginya curah hujan pada bulan tersebut. Sebaliknya pada bulan Juni 2011 memiliki curah hujan yang rendah sehingga perolehan nilai lolosan tajuk pada bulan ini hanya sebesar 2.2 mm. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai hujan turun.
Kekeringan dengan defisit air di atas 250 mm pertahun akan mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit terganggu yang berlangsung sampai 2–3 tahun ke depan. Sebagai contoh, produksi tandan buah segar di Kebun Bekri (Lampung) menurun akibat kekeringan pada musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun 1982. Penurunan tersebut 5–11 % pada
tahun berjalan, 14–55 % pada tahun 1983, dan 4–30 % pada tahun 1984 (Lubis, 1992).
Hasil penelitian Prihutami (2011) di Sungai Bahaur Estate Kalimantan Tengah, menemukan bahwa umur tanaman memiliki peranan yang sangat penting terhadap produksi TBS kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan umur tanaman 7-11 tahun memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi TBS. Tanaman
kelapa sawit pada umur 7-11 tahun dapat mencapai produksi optimum dengan jumlah TBS yang dihasikan banyak dan berat janjang yang dihasilkan juga cukup tinggi sehingga berpengaruh kepada pencapaian produksi TBS per hektarnya yang tinggi pula.
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir, Kecamatan NA IX-X Kabupaten Labuhan Batu Utara Provinsi Sumatera Utara mulai bulan April sampai dengan selesai.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Data curah hujan, hari hujan mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2016, dan data produktivitas mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 dikumpulkan melalui data administrasi kebun, lalu data produktivitas dikelompokkan berdasarkan kedua varietas yaitu varietas PPKS dan varietas Socfindo, kemudian data curah hujan, hari hujan, dan produktivitas dianalisis dengan analisis regresi berganda dan korelasi. Analisis regresi berganda menggunakan Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heterokedastisitas, Uji Autokorelasi). Hasil pengujian kemudian dilakukan pengujian terhadap hipotesis, apakah hipotesis diterima atau ditolak. Dan yang terakhir dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah dengan aplikasi SPSS.v.22 (Statistical Package of Social Science) for windows.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi linier berganda dan korelasi. Teknik analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh fungsional antar variabel terikat dan variabel bebas, dan analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat serta hubungan antar variabel komponen produktivitas.
Variabel tidak bebas adalah varibel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas dan dinotasikan dengan Y. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah produktivitas TBS kelapa sawit, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel tidak bebas dan dinotasikan dengan X. Variabel bebas pada penelitian ini adalah curah hujan dan hari hujan bulanan. Pengaruh fungsional variabel curah hujan dan hari hujan bulanan terhadap produksi TBS yang dinalaisis dengan fungsi matermatis sebagai berikut :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e Keterangan :
Y : produktivitas TBS
a : intersep dan garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier
: curah hujan bulanan : hari hujan bulanan
X3 : varietas bibit kelapa sawit ε : error
Peubah Amatan
Peubah amatan yang diamati adalah data primer dari kebun berupa data produktivitas tandan buah segar (TBS) sebagai variabel terikat dan data curah hujan, hari hujan dan varietas sebagai variabel bebas di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir Kecamatan NA IX-X Kabupaten Labuhan Batu Utara Provinsi Sumatera Utara.
Produktivitas Tandan Buah Segar ( ton )
Data produktivitas tandan buah segar (ton/bulan) yang digunakan berdasarkan data produksi kelapa sawit bulanan selama 4 tahun yakni tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 dikumpulkan lalu dibagi dengan luas lahan sehingga didapatkan data produktivitas. Data produktivitas TBS dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi.
Curah Hujan (mm)
Data curah hujan yang digunakan berdasarkan data pengukuran curah hujan bulanan selama 4 tahun yakni tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir Kecamatan NA IX- X Kabupaten Labuhan Batu Utara Provinsi Sumatera Utara.
Hari Hujan (Hari)
Data hari hujan yang digunakan diperoleh dengan cara menjumlahkan hari dimana turunnya hujan setiap bulannya selama 4 tahun mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir Kecamatan NA IX-X Kabupaten Labuhan Batu Utara Provinsi Sumatera Utara.
Varietas
Terdapat dua varietas kelapa sawit di Kebun Berangir PT. Perkebunan Nusantara IV, yaitu varietas Socfindo dan varietas PPKS. Varietas yang diamati adalah varietas Socfindo dan PPKS. Data diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir Kecamatan NA IX-X Kabupaten Labuhan Batu Utara Provinsi Sumatera Utara.
Produksi kelapa sawit banyak dipengaruhi beberapa oleh faktor. Faktor tersebut tidak berdiri sendiri untuk memberikan pengaruh terhadap produksi yang dihasilkan kebun. Berdasarkan ketersediaan data di kebun, maka data komponen produksi yang digunakan yaitu data komponen jumlah janjang, berat janjang rata- rata, jumlah pokok produktif. Komponen produksi ini dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik berguna untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian layak diuji atau tidak. Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedasitisitas, autokorelasi dalam model yang digunakan.
Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah layak digunakan.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrim yang nantinya dapat mengganggu hasil penelitian. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal dan mendekati normal. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji one sample Kolmogorov – Sminov dengan menggunakan taraf signifikan 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan dan nilai uji one sample Kolmogorov – Sminov lebih besar dari 5%
atau 0,05.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang digunakan adalah uji Glejser. Uji glejser dilakukan dalam meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai β signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model.
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan nilai tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah yang terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF<5 dan nilai tolerance > 0,1.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan adanya pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) dibandingkan dengan nilai Tabel durbin Watson. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika d terletak antara 0 dan dI, maka autokorelasi positif.
2. Jika d terletak antara dL dan dU atau d terletak antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan.
3. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak ada autokorelasi.
4. Jika d terletak antara (4-dL) dan 4, maka ada autokorelasi negatif.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji-T (parsial), Uji-F (serempak) dan R2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% apakah diterima atau ditolak. Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat besarnya presentase pengaruh variabel bebas terhadap nilai variabel terikat. Nilai R2 semakin mendekati nol memperlihatkan semakin kecil pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel terikat sedangkan nilai R2 semakin mendekati satu memperlihatkan semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel terikat. Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel dependen terhadap variabel independen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai T-hitung dengan T-Tabel.
Uji hipotesis secara serempak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F Tabel, hipotesis yang diajukan dalam analisis ialah :
H0 : bi = 0 Hi : bi ≠ 0,
Bi = koefisien regresi variabel ke-i
Pengambilan keputusan untuk melihat apakah hipotesis H0 diterima atau ditolak. Hipotesis H0 ditolak membuktikan bahwa variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit.
Tabel 1. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi
Nilai R Interpretasi
0,00 Tidak ada korelasi
0,01-0,20 Sangat Lemah
0,21-0,40 Lemah
0,41-0,60 Agak Lemah
0,61-0,80 Cukup
0,81-0,99 Kuat
1,00 Sangat Kuat
Sumber: Husain dan Setiadi, 1995 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan untuk meringkas hasil pengolahan data yang telah di analisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis korelasi. Kesimpulan dapat menjelaskan kebenaran dari hipotesis yang telah dibuat apakah diterima atau ditolak.
PELAKSANAAN PENELITIAN Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer adalah meliputi data primer untuk laporan umum dan data primer untuk keperluan analisis. Data primer ini diperoleh dari studi literatur yang didapat di kantor tentang PTPN IV kebun Berangir. Data primer untuk analisis disesuaikan dengan kelengkapan data pada administrasi kebun. Data primer untuk laporan umum meliputi keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan tanah dan iklim, luas tata guna kebun, keadaan produksi dan produktivitas tanaman. Data primer untuk keperluan analisis ini diambil data bulanan selama 4 tahun terakhir yaitu mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 meliputi data curah hujan, data hari hujan, varietas, data produksi selama 4 tahun terakhir mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2017.
Pengolahan Data Dan Analisis Data
Data yang telah didapat diolah dengan program SPSS.v.22 dengan melakukan uji asumsi klasik pada data yang telah diperoleh untuk melihat apakah data yang diperoleh layak untuk diuji atau tidak. Data yang layak diuji akan dilanjutkan dengan uji regresi linier berganda dan korelasi dan dibandingkan dengan hipotesis yang dibuat kemudian dilakukan penarikan kesimpulan terhadap hipotesis yang telah diuji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data produktivitas kelapa sawit (kg/ha) pada tahun 2014, 2015, 2016, 2017 varietas PPKS, tahun 2014, 2015, 2016, 2017 varietas Socfindo, data curah hujan (mm/bulan) dan hari hujan (hari/bulan) pada tahun 2013-2016 dari kebun PT.
Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir dapat dilihat secara berturut-turut pada tabel-tabel berikut.
Produktivitas Kelapa Sawit Varietas PPKS (kg/ha)
Data produktivitas kelapa sawit (kg/ha) pada tahun 2014, 2015, 2016, dan 2017 varietas PPKS dari kebun PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir dapat dilihat pada Tabel 2 (Lampiran 1).
Tabel 2. Rataan produktivitas kelapa sawit varietas PPKS per tahun (2014-2017)
Bulan Tahun
Rataan
2014 2015 2016 2017
---kg/ha--- Januari 162.391 162.844 155.601 223.121 175.989 Februari 152.749 132.329 173.270 165.354 155.925 Maret 175.807 130.260 171.183 225.871 175.780 April 177.237 167.911 109.630 209.452 166.058
Mei 217.391 198.725 189.067 217.404 205.647
Juni 206.521 191.710 240.520 186.534 206.321 Juli 212.999 185.409 265.415 296.930 240.188 Agustus 199.637 265.473 297.136 323.146 271.348 September 228.496 276.146 342.758 316.398 290.950 Oktober 200.673 215.079 307.739 263.574 246.766 November 214.733 211.999 293.111 298.209 254.513 Desember 202.543 184.348 299.727 263.120 237.435 Total 2.351.177 2.322.234 2.845.158 2.989.113 2.626.920
Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan produktivitas kelapa sawit varietas PPKS tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 290.950 kg/ha dan rataan
perkembangan produktivitas kelapa sawit varietas PPKS (kg/ha) pada tahun 2014- 2017 disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik perkembangan produktivitas kelapa sawit varietas PPKS per tahun (2014-2017).
Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa tahun 2014 pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS, total produktivitas tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 228.496 kg/ha dan total terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 152. 749 kg/ha. Pada tahun 2015, total produktivitas tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 276.146 kg/ha dan total terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 130.260 kg/ha. Pada tahun 2016, total produktivitas tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 342.758 kg/ha dan total terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 155.601 kg/ha. Pada tahun 2017, total produktivitas tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 323.146 kg/ha dan total terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 165.354 kg/ha.
Curah Hujan dan Hari Hujan
Data rataan curah hujan (mm/bulan) dan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit selama 4 tahun (2013-2016) PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir, (Lampiran 3).
Berikut ini data curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016) PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir.
Tabel 3. Rataan curah hujan pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016)
Bulan Tahun
Rataan
2013 2014 2015 2016
---mm/bulan---
Januari 173 184 259 84 175
Februari 392 130 77 148 187
Maret 67 60 238 61 107
April 320 209 259 111 225
Mei 338 158 305 401 300
Juni 102 62 142 249 139
Juli 145 129 137 326 184
Agustus 284 284 176 95 210
September 254 272 216 194 234
Oktober 518 354 155 264 323
November 283 362 350 450 361
Desember 321 332 297 547 374
Total 3.196 2.538 2.609 2.929
Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan curah hujan tertinggi pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016) terdapat pada bulan Desember sebesar 374 mm/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 107 mm/bulan.
Grafik perkembangan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016) disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik perkembangan curah hujan pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016).
Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa tahun 2013 pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016), total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar 392 mm/bulan dan total terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 67 mm/bulan. Pada tahun 2014, total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 362 mm/bulan dan total terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 60 mm/bulan. Pada tahun 2015, total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 350 mm/bulan dan total terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 77 mm/bulan. Pada tahun 2016, total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 547 mm/bulan dan total terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 61 mm/bulan.
Berikut ini data hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016) di PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir (Lampiran 3).
Tabel 4. Rataan hari hujan pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016).
Bulan Tahun
Rataan
2013 2014 2015 2016
---hari/bulan---
Januari 11 8 10 6 9
Februari 15 4 6 8 8
Maret 6 4 12 3 6
April 16 11 10 8 11
Mei 12 11 15 13 13
Juni 6 4 9 11 7
Juli 8 5 8 14 9
Agustus 11 13 11 8 11
September 10 14 12 13 12
Oktober 22 14 8 13 14
November 16 15 17 20 17
Desember 13 15 11 17 14
Total 146 116 128 133
Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan hari hujan tertinggi pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016) terdapat pada bulan November sebesar 17 hari/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 6 hari/bulan.
Grafik perkembangan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016) disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 dapat dilihat bahwa tahun 2013 pada tanaman kelapa sawit, total hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 22 hari/bulan dan total hari hujan terendah terdapat pada bulan Maret dan Juni sebesar 6 hari/bulan. Pada tahun 2014, total hari hujan tertinggi terdapat pada bulan November dan Desember sebesar 15 hari/bulan dan total hari hujan terendah terdapat pada bulan Februari, Maret, dan Juni sebesar 4 hari/bulan. Pada tahun 2015, total hari hujan tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 17 hari/bulan dan total hari hujan terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 6 hari/bulan. Pada tahun 2016, total
hari hujan tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 20 hari/bulan dan total hari hujan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 3 hari/bulan.
Gambar 3. Grafik perkembangan hari hujan pada tanaman kelapa sawit per tahun (2013-2016).
Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Varietas PPKS (2014-2017)
Data rataan produktivitas (kg/ha), curah hujan (mm/bulan), dan hari hujan (hari/bulan) dari kebun PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Berangir, pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS.
Tabel 5 dapat dilihat bahwa total produktivitas pada tanaman kelapa sawit per tahun (2014-2017) sebesar 2.626.920 kg, total curah hujan per tahun (2013- 2016) sebesar 2.818 mm dan total hari hujan sebanyak 132 hari.
Tabel 5. Rataan Produktivitas, Curah Hujan dan Hari Hujan pada tanaman Kelapa Sawit per tahun.
Bulan Rataan
Produktivitas Curah Hujan Hari Hujan ---kg/ha--- --mm/bulan-- --hari/bulan--
Januari 175.989 175 9
Februari 155.925 187 8
Maret 175.780 107 6
April 166.058 225 11
Mei 205.647 300 13
Juni 206.321 139 7
Juli 240.188 184 9
Agustus 271.348 210 11
September 290.950 234 12
Oktober 246.766 323 14
November 254.513 361 17
Desember 237.435 374 14
Total 2.626.920 2.818 132
Grafik perkembangan produktivitas (kg/ha), curah hujan (mm/bulan), dan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit per tahun (2014-2017) disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik hubungan produktivitas, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS per tahun (2014-2017).
Gambar 4 diatas dapat diketahui bahwa rataan produktivitas tertinggi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS per tahun (2014-2017) terdapat pada bulan September sebesar 290.950 kg/ha dan rataan terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 155.925 kg/ha. Rataan curah hujan tertinggi pada bulan Desember sebesar 374 mm/bulan dan terendah pada bulan Maret sebesar 107 mm/bulan. Rataan hari hujan tertinggi pada bulan November sebanyak 17 hari/bulan dan terendah pada bulan Maret sebanyak 6 hari/bulan.
Analisis Data
Analisis produktivitas TBS 2014, 2015, 2016, dan 2017 varietas PPKS di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi.
Analisis regresi linear berganda untuk mengetahui apakah variabel curah hujan dan hari hujan akan memberikan pengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit varietas PPKS. Model yang digunakan untuk menganalisis produktivitas kelapa sawit adalah model analisis linear berganda. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Alat bantu dengan menggunakan SPSS.v.22 for windows.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
Tabel 6. Nilai signifikansi uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 12
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 35.95423344
Most Extreme Differences Absolute .162
Positive .162
Negative -.080
Test Statistic .162
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data berdistribusi normal.
Data di analisis dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada taraf uji 0,05.
Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov dan nilai signifikansi yaitu α = 0,200 yang berarti data berdistribusi normal.
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heterokedastisitas.
Metode pengujian yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai β signifikan maka mengindikasikan terdapat heterokedastisitas dalam model.
Berikut disajikan uji heterokedastisitas menggunakan uji Glejser pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai signifikansi pada uji heterokedastisitas pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017).
Model Variabel Sig.
1 Konstanta .386
Curah Hujan .296
Hari Hujan .597
Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas di atas menunjukkan bahwa variabel curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun yaitu sebesar 0,296 sedangkan variabel hari hujan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,597. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 dalam model ini sehingga memiliki sebaran varian yang sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terdapat heterokedastisitas dalam model ini.
Model regresi yang memenuhi prasyarat adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1. Berikut disajikan nilai VIF dan Tolerance model regresi linear berganda pada produktivitas TBS varietas PPKS selama 4 tahun (2014- 2017) di PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017).
Variabel Tolerance VIF
Curah Hujan .415 2.411
Hari Hujan .415 2.411
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 untuk kedua variabel yang diuji dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam model persamaan
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Untuk model persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (d) ialah 0,927 berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, jika d (0,927) terletak antara dU (1,579) dan 4-dU (2,421), maka tidak terjadi autokorelasi; jika nilai d (0,927) lebih kecil dari dL (0,812) atau nilai d (0,927) lebih besar dari 4-dL (3,188), maka terjadi autokorelasi; jika nilai d (0,927) terletak antara dL (0,812) dan dU (1,579) atau nilai d (0,927) terletak antara 4-dU (2,421) dan 4-dL (3,188) maka tidak dapat disimpulkan. Dalam model regresi di atas maka nilai d terletak antara dL dan dU, artinya tidak dapat disimpulkan. Dari keempat uji asumsi klasik tersebut menyatakan bahwa persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) telah memenuhi syarat.
Tabel 9. Nilai Hitung Durbin Watson (d)
Model Durbin-Watson
1 0.927
Analisis Regresi Linear Berganda
Berikut disajikan nilai koefisien pada model persamaan regresi linier berganda pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) di PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017).
Model Koefisien
R R2 Adjusted R Square
1 .630a .397 .263
Pada tabel dapat diperoleh bahwa pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) nilai koefisien (R) sebesar 63,0%, koefisien determinasi (R2) sebesar 39,7%, dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2) sebesar 26,3%. Koefisien determinasi (R2) menandakan bahwa 39,7%
produktivitas kelapa sawit varietas PPKS dapat dijelaskan oleh variasi variabel curah hujan dan hari hujan yang terjadi dan sisanya sebesar 60,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) dapat dilihat dari uji t-parsial. Berikut disajikan uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) pada tabel 11.
Tabel 11. Uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017)
Peubah 4 tahun
t-hitung Sig.
Curah Hujan 1.109 .296tn
Hari Hujan 0.548 .597tn
Keterangan: tn = berpengaruh tidak nyata
Hasil uji t-parsial di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi variabel curah hujan pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) lebih besar dari 5% (Sig > α 0,05) yaitu 0,296 > 0,05, dan nilai t hitung < t tabel yaitu - 1,109 < 2,18. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% (H0 terima). Dengan demikian, variabel curah hujan secara parsial berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit
Hasil uji t-parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel hari hujan pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) lebih besar dari 5% (Sig > α 0,05) yaitu 0,296 > 0,05, dan nilai t hitung < t tabel yaitu 0,548 < 2,262. Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% (H0 terima). Dengan demikian, variabel hari hujan secara parsial berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit varietas PPKS.
Berikut disajikan analisis sidik ragam untuk uji serempak pada persamaan regresi linear berganda variabel curah hujan dan hari hujan dengan produktivitas pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) pada tabel 12.
Tabel 12. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017).
Produktivitas Sumber keragaman
Derajat
bebas F hitung Sig.
4 tahun
Regresi 2 2.966 .102tn
Residual 9
Total 11
Keterangan: tn = berbeda tidak nyata
Berdasarkan sidik ragam produktivitas di atas, pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017), diperoleh nilai F-hitung < F-tabel yaitu 2,966 < 4,26 dan nilai signifikansi pada uji ini lebih besar dari 5% (Sig α 0,05) yaitu 0,102 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa F hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% (H0 terima). Hal tersebut mengartikan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan dalam model regresi secara simultan (bersama-sama) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas kelapa sawit
varietas PPKS di PT. Perkebunan Nusantara IV kebun Berangir selama 4 tahun (2014-2017).
Berikut disajikan hasil model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017) pada Tabel 13.
Tabel 13. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun (2014-2017).
Produktivitas Variabel Koefisien regresi
4 Tahun
Konstanta 71,486
Curah Hujan 5,609
Hari Hujan 18,935
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dibentuk persamaan regresi yang dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi produktivitas kelapa sawit varietas PPKS selama 4 tahun berikut ini:
Ŷ= 71,486 + 5,609(curah hujan) + 18,935(hari hujan) + €
Model persamaan selama 4 tahun dapat diartikan bahwa setiap peningkatan curah hujan sebesar satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas kelapa sawit varietas PPKS sebesar 5,609 satuan dan setiap peningkatan hari hujan sebesar satu satuan maka akan meningkatkan produktivitas kelapa sawit varietas PPKS sebesar 18,935 satuan.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Berikut disajikan inpretasi nilai R pada analisis korelasi pada Tabel 14.
Tabel 14. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi