PENGARUH LAMANYA PENYIMPANAN CPO TERHADAP
PERUBAHAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI
STORAGE TANK
TUGAS AKHIR
WIDAYAN SUCINTA 072401031
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH LAMANYA PENYIMPANAN CPO TERHADAP
PERUBAHAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI
STORAGE TANK
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
WIDAYAN SUCINTA 072401031
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH LAMANYA PENYIMPANAN CPO
TERHADAP PERUBAHAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI STORAGE TANK
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : WIDAYAN SUCINTA
Nomor Induk Mahasiswa : 072401031
Program Studi : DIPLOMA (D-III) KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui, Medan, Juni 2010
Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Dosen Pembimbing
PERNYATAAN
PENGARUH LAMANYA PENYIMPANAN CPO TERHADAP PERUBAHAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI STORAGE TANK
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2010
KATA PENGHANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Kimia Analis pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Karya ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTP.Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari pada kesempurnan, dengan demikian penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kepada penulis, sehingga penulis dapat melakukan perbaikan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan bantuan materil, moril, serta
dorongan dan do’a yang telah mereka berikan selama ini kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada temanku Mahasiswa/I Kimia Analis 2007 khususnya Devi, Mega, Dika, Kiki, Ria, Dewi, serta bang Ricky dan teman-teman lainnya yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penyelesaian karya ilmiah ini.Dan penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Staf dan Karyawan di PTP.Nusantara III PKS Rambutan.
Akhirya penulis berharap semoga bantuan yang diberikan dalam penyusunan karya ilmiah ini dapat balasan yang setimpal dan penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Medan, Juni 2010
Penulis,
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI 2.1 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Sawit……… 4
2.1.1 Pembentukan Minyak Dalam Buah……… 5
2.2 Kriteria Matang Panen……….. 6
2.2.1 Cara Memotong Tandan Buah Yang Matang Panen…. 7 2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit……….. 7
2.3 Lemak dan Minyak……… 8
2.4. Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit……….. 11
2.5. Pengaruh Asam Lemak Bebas (ALB) Terhadap Minyak Kelapa Sawit 12 2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Minyak Kelapa Sawit….. 13
2.7Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit………. 16
2.7.1 Pengangkutan TBS ke Pabrik ………. 16
2.7.2 Perebusan Tandan Buah Segar (TBS) ……… 16
2.7.3 Stasiun Pemipilan (Stripper)……… 17
2.7.4 Stasiun Pencacahan (digester) dan Pengempaan (presser) 18 2.7.5 Stasiun Pemurnian (Clarifier)……….. 19
2.8 Penyimpanan Dan Penimbunan Minyak Kelapa Sawit…………. 20
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….. 31
5.2 Saran……… 31
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit……… 8
Tabel 2.2 Asam – asam lemak jenuh……… 9
Tabel 2.3 Asam lemak tidak jenuh……….. 10
Tabel 2.4 Standart Mutu Minyak Sawit………. 12
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ ) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat potensial. Dewasa ini, tanaman kelapa sawit tumbuhan sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar dan sebagai tanaman budi daya terbesar di berbagai Negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika. (Naibaho,1996)
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu : kandungan asam lemak bebas, kandungan air dan kotoran dalam minyak, warna, dan bilangan peroksida.Faktor yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas, dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.(Ketaren,1986)
Buah kelapa sawit hasil panen (TBS) harus segera diangkut ke pabrik agar dapat segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid) tinggi.
Dalam menjaga kualitas minyak sawit, lama masa penyimpanan di Stoge Tank sebaiknya tidak lebih dari dua hari. Sebab penyimpanan yang lebih lama akan merusak minyak. Penyimpanan dilakukan dilokasi penumpukan buah dan pada penyimpanan harus diperhatikan letak penumpukan tandan, sehingga tandan yang pertama disimpan harus yang pertama kali diolah. Berdasarkan hal tersebut diatas
penulis berkeinginan dan tertarik membuat karya ilmiah dengan judul “ PENGARUH LAMANYA PENYIMPANAN CPO TERHADAP PERUBAHAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI STORAGE TANK”
1.2Permasalahan
Berdasarkan mutu dari minyak kelapa sawit sehingga ditentukan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dengan standard maksimal kadar ALB = 3,5 %. Untuk mendapatkan kadar ALB yang diharapkan sesuai dengan standart, perlu dilakukan pengendalian baik dari bahan baku, maupun proses pengolahan di pabrik.
1.3Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh lamanya penyimpanan CPO terhadap perubahan kandungan asam lemak bebas di storage tank.
1.4Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak. Selain kelapa, kacang – kacangan dan jagung. Dimana dalam perkembangannya melalui salah satu produknya yaitu minyak sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara lain :
1. Mampu mengganti kelapa sebagai sumber bahan baku mentah bagi industri pangan maupun non-pangan dalam negeri.
2. Ditetapkan sebagai pedoman ekspor non-migas Indonesia yang sangat besar bagi pemasukan devisa.
Ada beberapa tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas – varietas itu dapat dibedakan atas warna kulit buahnya, berdasarkan ketebalan tempurung, penampung irisan buah, kandungan minyak dalam buah kelapa sawit dapat dibedakan atas tiga varietas yaitu :
1. Dura, dengan tempurung yang tebal yaitu antara 2 – 8 mm, daging buah berlapis tipis dan kandungan minyaknya rendah.
2. Pisifera, dengan biji yang kecil dan mempunyai tempurung yang sangat tipis tetapi daging buahnya tebal sehingga kandungan minyaknya tinggi.
persentase daging buah terhadap buah tinggi sehingga kandungan minyak yang dihasilkan lebih banyak.
Berdasarkan warna kulitnya ada tiga varietas kelapa sawit yang dikenal yaitu : 1. Nigrescens, buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan
berubah menjadi kehitam – hitaman sewaktu telah masak.
2. Virescens, buah berwarna hijau pada waktu muda dan ketika masak menjadi jingga kemerahan tetapi ujungnya tetap kehijauan.
3. Albescens, pada waktu muda buah berwarna keputih – putihan sedangkan setelah masak menjadi kekuning – kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.
penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah memberondol normal.
Minyak yang mula – mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.
Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong – kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah dilapisi dengan kulit yang tebal dan berkilat.
Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang maka tanaman tesebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karotein. Setelah penyerbukan kelihatan buah berwarna hitam kehijau-hijauan. Pada saat pembentukan minyak terjadi yaitu trigliserida dengan asam lemak tidak jenuh, tanaman membentuk karotein dan phitol untuk melindungi dari oksidasi, sedangkan klorofil tidak mampu melakukannya sebagai antioksidasi.
2.2 Kriteria Matang Panen
1. Tanaman 60% atau lebih telah matang panen 2. Berat janjangan rata – rata 4 kg atau lebih
Buah yang telah matang akan lepas dari bulirnya yang disebut dengan memberondol. Keadaan ini digunakan sebagai tolak ukur kematangan buah. Semakin banyak buah yang memberondol maka buah dinyatakan semakin matang. Untuk mempermudah pengolahan kualitas tandan, maka ditetapkan kriteria matang panen yang berdasarkan pada kandungan minyak dalam tandan semaksimal mungkin, sehinga dihasilkan kandungan asam lemak bebas yang rendah.
2.2.1 Cara Memotong Tandan Buah Yang Matang Panen
Melalui jalan buah, pemanen melihat tanda-tanda buah yang matang panen. Untuk mempermudah pemotongan tandan buah, pelepah dibawah tandan buah yang menyangga dapat dipotong terlebih dahulu.
Memotong pelepah harus merapat ke batang sehingga tidak ada sisa pelepah, hanya pangkal yang masih menempel ke batang. (Naibaho,1996)
2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit Asam lemak Minyak Kelapa Sawit
(%) minyak dari jenis tenera lebih kurang 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. (Ketaren, S. 2005)
2.3 Lemak dan Minyak
minyak dengan alkali, lalu mengasamkan larutan yang dihasilkan, kita akan memperoleh gliserol dan campuran asam lemak (fatty acid).(Harold,H. 2003)
Asam lemak jenuh mempunyai rumus umum CnH2n + 1COOH yang dimulai dari asam lemak beratom C2 (asam asetat) seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Asam – asam lemak jenuh
C3H6O2 C2H5COOH Asam propionat Asam propanoat
C4H8O2 C3H7COOH Asam butirat Asam butanoat
C6H12O2 C5H11COOH Asam kaproat Asam hexanoat
C8H16O2 C7H15COOH Asam kaprilat Asam oktanoat C10H20O2 C9H19COOH Asam kaprat Asam dekanoat C12H24O2 C11H23COOH Asam laurat Asam dedekanoat
C14H28O2 C13H27COOH Asam miristat Asam
tatradekanoat
C16H32O2 C15H31COOH Asam palmitat Asam
hexadekanoat C18H36O2 C17H33COOH Asam stearat Asam
oktadekanoat C20H40O2 C19H33COOH Asam arachidat Asam eikosenoat C22H44O2 C21H43COOH Asam behenat Asam dokosanoat C24H48O2 C23H47COOH Asam lignoserat Asam
tetrakosanoat
Tabel 2.3 Asam lemak tidak jenuh
Rumus molekul Rumus struktur Nama umum Nama sistematik C16H30O2 C15H29COOH Palmitoleat 9-heksadesenoat C18H34O2 C17H33COOH Oleat
Cis-9-oktadesenoat C18H34O2 C17H33COOH Elaidat
Trans-9-oktadesenoat C18H34O2 C17H33COOH Vasenat 11-oktadesenoat
C18H32O2 C17H31COOH Linoleat
Cis-9-12-oktadekadienoat
C18H30O2 C17H29COOH Linolenat 9,12,15
oktadekatrienoat
C18H30O2 C17H29COOH Linolenat 6,9,12
oktatrienoat
C18H30C2 C17H29COOH Eleostearat 9,11,13
oktadekatrienoat
C18H32O2 C19H31COOH Arakidonat 5,8,11,14
eikosatetraenoat
C18H46O2 C23H45COOH Nervonat Cis
15-tetrakosenoat
Asam lemak tidak jenuh dengan rumus molekul yang sama seperti oleat dengan elaidat adalah merupakan isomer cis dan trans dari 9 oktadesenoat.
Asam-asam lemak yang mengandung lebih dari 1 ikatan rangkap dan ikatan rangkap tersebut terletak pada dua atom C yang berdekatan (- CH = CH – CH = CH-) disebut berkonjugasi (in conyugation), banyak terdapat pada tanaman, sedangkan ikatan rangkap tersebut tidak berkonjugasi, asam lemak tersebut dinamakan tipe divinylmetane (=CH-CH2-CH=CH-).(Naibaho,1996)
diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Dengan proses netralisasi minyak sebelum digunakan dalam bahan, maka jumlah asam lemak bebas dapat dikurangi sampai kadar maksimum 0,2 persen. (Winarno,F.G. 1997)
2.4. Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu sawit dapat dibedakan menjadi dua arti yang sangat penting yaitu : Pertama; benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan dan bilangan iodium. Kedua: pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu yang diukur berdasarkan spesifikasi standart mutu Internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam tembaga, peroksida dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun higienisnya yang harus diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganannya pasca panen, atau kesalahan selama pemprosesan. Selain ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan mutu minyak sawit.
Tabel 2.4 Standart Mutu Minyak Sawit
2.5. Pengaruh Asam Lemak Bebas (ALB) Terhadap Minyak Kelapa Sawit
Asam lemak bebas yang terdapat di dalam minyak kelapa sawit sangat berpengaruh terhadap proses produksi. Kadar asam lemak bebas yang sangat tinggi selama proses pemurnian menunjukkan kehilangan kadar minyak yang besar serta penggunaan bahan pemucat yang besar pula. Dengan kata lain, bila kadar ALB di dalam minyak kelapa sawit tinggi, biaya produksi akan tinggi dan hasil (rendemen) akhir dan produksi rendah, sehingga akan menimbulkan kerugian bagi pabrik perusahaan. Pengaruh kadar ALB yang tinggi terhadap mutu minyak produksi yaitu :
1. Timbulnya ketengikan dalam minyak
2. Meningkatnya kadar kolesterol dalam minyak
Pada dasarnya minyak kelapa sawit terdiri dari sejumlah besar asam lemak tidak jenuh yang mengandung fitosterol. ALB di dalam minyak kelapa sawit dihitung sebagai asam palmitat yang merupakan asam lemak jenuh yang mengandung kolesterol. Semakin besar ALB yang terdapat di dalam minyak maka semakin besar pula kadar kolesterol di dalamnya.
3. Menentukan suhu dari titik asap (smoke point), titik nyala (flash point), dan titik api ( fire point).
Bila minyak dipanaskan pada suhu tertentu timbul asap tipis kebiruan atau titik asap. Bila pemanasan diteruskan akan tercapai titik nyala bila minyak sudah terbakar secara tetap akan terbentuk titik api. Ketiga sifat ini sangat penting dalam penentuan mutu minyak dan mempunyai suhu yang bervariasi dan dipengaruhi oleh jumlah ALB yang terdapat di dalam minyak. (Ketaren,1986)
2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Minyak Kelapa Sawit
Kerusakan yang terjadi pada minyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti absorbsi dan kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba, dan berbagai reaksi kimia.
a. Absorbsi dan kontaminasi
menyebabkan perubahan pada minyak, dimana akan menghasilkan bau tengik sehingga menurunkan kualitas minyak.
b. Aksi Enzim
Biasanya, bahan yang mengandung minyak mengandung enzim yang dapat menghidrolisis. Jika organisme dalam keadaan hidup, enzim dalam keadaan tidak aktif. Sementara, jika organisme telah mati maka koordinasi antar sel akan rusak sehingga enzim dapat diketahui dengan mengukur kenaikan bilangan asam.
Adanya aktivitas enzim akan menghidrolisis minyak sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menghasilkan bau tengik dan rasa yang tidak enak. Asam lemak bebas juga dapat menyebabkan warna gelap dan proses pengkaratan logam. Untuk mengurangi aktivitas enzim ini, bisa diusahakan dengan penyimpanan minyak pada kondisi panas, minimal 500C.
c. Aksi Mikroba
Kerusakan minyak oleh mikroba (jamur, ragi dan bakteri) biasanya terjadi jika masih terdapat dalam jaringan. Namun, minyak yang telah dimurnikan pun masih mengandung mikroba yang berjumlah maksimum 10 organisme setiap gramnya. Dalam hal ini, minyak dapat dikatakan steril. Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh mikroba antara lain produksi asam lemak bebas, bau sabun, bau tengik, perubahan warna minyak.
d. Reaksi Kimia
pengaruhnya memang kecil terhadap produksi minyak kelapa sawit. Faktor penyebab kerusakan minyak kelapa sawit yang perlu mendapat perhatian dan besar pengaruhnya yaitu kerusakan karena reaksi kimia, yaitu hidrolisis dan oksidasi.
Reaksi hidrolisa trigliserida gliserol. Hal ini akan merusak minyak dengan timbulnya bau tengik. Untuk mencegah terjadinya hidrolisis, kandungan air dalam minyak harus diusahakan seminimal mungkin.
2.7 Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dimulai dari pengangkutan TBS ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil-hasil sampingnya. Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan TBS di pabrik, yaitu:
1. Minyak sawit merupakan hasil pengolahan daging buah 2. Minyak inti sawit dihasilkan dari ekstraksi inti sawit
Secara ringkas akan diuraikan tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak.(Naibaho,1996)
2.7.1 Pengangkutan TBS ke Pabrik
Tandan buah segar (TBS) hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah. Jika buah tidak segera diolah maka kandungan ALB nya semakin meningkat, dan asam lemak yang terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan.
2.7.2 Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)
pada besarnya tekanan uap. Besarnya tekanan uap yang digunkan adalah 2,5 atm dengan suhu uap 1250C. Adapun tujuan dari perebusan adalah
1. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB 2. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang 3. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan 4. Untuk mendapatkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak
2.7.3 Stasiun Pemipilan (Stripper)
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil atau thresher dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.
2.7.4 Stasiun Pencacahan (digester) dan Pengepaan (presser)
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan atau pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan atau pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan pencach di bagian dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar oleh motor listrik yang dipasang dibagian atas alat pencacahan (digester). Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (Pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya.
2.7.5 Stasiun Pemurnian (Clarifier)
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (Sludge),maupun air. Tujuan dari pembersihan atau pemurnian minyak kasar yaitu gar diperoleh minyak dengan kualita sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (Crude Oil Tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-1000C. Menaikkan temperatur minyak kasar sangat penting, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak, air dan sludge sehingga sangat membantu dalam prose pengendapan. Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap.
merupakan padatan dengan kadar minyak maksimum 3,5% dari berat sampel. Solid yang dihasilkan ini selanjutnya diaplikasikan ke kebun.
2.8 Penyimpanan Dan Penimbunan Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit sebelum dikirim ke pasar harus disimpan terlebih dahulu dalam tangki timbun. Temperatur penyimpanan yang tidak terkontrol dan melebihi 550C menyebabkan terjadinya oksidasi dan hidrolisis. Akibatnya, kualitas minyak akan menurun. Pembersihan tangki dilakukan secara teratur agar air atau kotoran tidak terikut saat pengiriman.
CPO (Crude Palm Oil) yang ditimbun ditempat yang tidak sesuai dengan persyaratan perdagangan dapat menimbulkan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan terjadinya proses fermentsi sehingga dapat menurunkan kualitas minyak yang terkandung dalam CPO. (Pahan, 2006)
Penyimpanan dan penanganan minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak sawit selama penyimpanan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit.
metode dengan berpedoman pada minimalisasi penurunan mutu minyak yang diakibatkan oleh pemanasan tersebut.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standart prosedur penyimpanan, baik dalam transportasi dan penimbunan minyak sawit. Hal ini untuk mencegah sengketa baik antara produsen, transporter, pembeli maupun konsumen sendiri.
Minyak yang terdapat dalam tangki angkut akan dipompakan kedalam tangki timbun, sebelumnya dituang kedalam bak pindah agar pemompaan dapat berlangsung dengan baik. Bak pindah terbuat dari plat besi yang dilapisi dengan epoksi dan berada di bawah permukaan tanah, yang dilengkapi oleh pipa pemanas. Bak tersebut harus terlindung dari sinar matahri dan hujan sehingga pengoperasiannya dapat dilakukan setiap saat. Pada stasiun pembongkaran disediakan pipa penghibung sumber uap dengan tangki angkut yang muda dioperasikan.
Tabel 2.5 Suhu Minyak Kelapa Sawit
Produk Minimal 0C Maksimal 0C
Minyak sawit (CPO) 50 55
Stearin 55 70
Olein 30 35
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
- Neraca Analitik - Buret 50 ml
- Gelas Erlenmeyer 250 ml - Gelas ukur 50 ml
- Beaker glass 50 ml
3.2 Bahan
- CPO - n-heksan - Etanol 96%
3.3. Persiapan Reagen
3.3.1 Pembuatan Larutan KOH 0.054N
-Ditimbang sebanyak 7 gram KOH pellet dalam gelas Beaker kemudian
-dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 2000 ml, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis batas dan dihomogenkan.
3.3.2 Standarisasi KOH 0.054N
-Ditimbang 0.1 gram kristal asam oksalat kemudian dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer 250 ml
-Kemudian dilarutkan dengan 100 ml aquadest hingga larut -Ditambahkan 3 tetes tymol blue 1%
-Dititrasi dengan larutan KOH 0.054 N sampai terbentuk larutan berwarna kuning kehijauan, kemudian di catat volume KOH yang digunakan, selanjutnya di hitung normalitas KOH yang digunakan
3.4. Penentuan Asam Lemak Bebas
-Sebanyak ± 2 gram CPO yang telah ditutup dimasukkan kedalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan berturut-turut 10 ml n-heksan, dan 20 ml alkohol
-Kedalam campuran ditambahkan sebanyak 3 tetes larutan tymol blue
-Kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0.054 N hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning kehijauan
V. KOH x N.KOH x BM. Asam Palmitat
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
Kadar ALB dari CPO pada tangki penimbunan terdapat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.1 Data Kadar Asam Lemak Bebas Sebelum Pencucian Tangki Timbun
No Tanggal Analisa Berat Sampel
(gram)
N. KOH
(ml)
V. KOH
(ml)
ALB
(%)
1 11 – 01 - 2010 2,9521 0,054 6,8 3,2 %
2 12 – 01 - 2010 3,2995 0,054 7,9 3,3 %
3 13 – 01 - 2010 1,2534 0,054 3,0 3,3 %
4 14 – 01- 2010 1,8834 0,054 4,6 3,4 %
5 15 – 01 - 2010 2,2877 0,054 5,6 3,4 %
Tabel 4.2 Data Kadar Asam Lemak Bebas Setelah Pencucian Tangki Timbun
No Tanggal Analisa Berat Sampel
4.2 Perhitungan
Penentuan kadar ALB
V. KOH x N.KOH x BM. Asam Palmitat
Kadar ALB (%) = x 100% Massa Sampel x 1000
Keterangan:
N = Normalitas
V = Volume Zat Pentiter BM Asam Palmitat = 256
Perhitungan kadar ALB untuk No.1 pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut : N KOH = 0,054 N
V KOH = 5,6 ml Massa = 2,2877 ml
Lama Penyimpanan %
5,6 ml x 0,054 N x 256
Kadar ALB (%) = x 100 %
2,2877 ml x 1000 = 3,4 %
4.3 Pembahasan
Selama 2 minggu telah melakukan pengamatan di PTP.Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi bahwa perubahan yang terjadi pada minyak CPO di storage tank sebelum pencucian, kadar asam lemak bebasnya lebih tinggi dibandingkan dengan storage tank setelah pencucian.
Kadar asam lemak bebas pada CPO yang diperoleh di tangki penimbunan PTP. Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi sudah memenuhi standart dan mutunya baik, dimana dari data yang diperoleh, kadar asam lemak bebas mencapai 3,0 – 3,4 % yang berarti memenuhi standart PTP. Nusantara III yaitu 3,5%. Pada pengamatan yang saya lakukan bahwa semakin lama penyimpanan CPO maka semakin tinggi kadar ALB nya. Indikator yang digunakan pada penentuan asam lemak bebas untuk minyak CPO pada tangki timbun yaitu bromtymol blue (BTB), hal ini disebabkan karena pH pada BTB adalah 6,0-7,6 dengan perubahan warna yang terjadi dari kuning menjadi kuning kehijauan dimana BTB merupakan pH yang mendekati normal.
merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak sawit menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses-proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan bejana hampa pada suhu 900C. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan di PTP. Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi bahwa CPO yang dihasilkan telah memenuhi standart mutu minyak kelapa sawit yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu kadar ALB sebesar 3,5%. Dari hasil penelitian yang diperoleh, pengaruh lamanya penyimpanan CPO terhadap kenaikan kandungan asam lemak bebas selama 6 hari:
1. Untuk tangki timbun sebelum pencucian kadar ALB meningkat sebesar 0,2% yaitu dari 3,2% hingga 3,4%.
2. Untuk tangki timbun sesudah pencucian kadar ALB meningkat sebesar 0,1% yaitu dari 3,0% hingga 3,1%.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Harold,H. 2003. Kimia Organik. Edisi Kesebelas. Jakarta. Erlangga.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta. UI-Press.
Naibaho,M.P. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Pahan,I. 2006. Panduan Lengkap Sawit, Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta. Penebar Swadaya.
Tim Penulis. 1997. Kelapa Sawit : Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran. Cetakan kedelapan. Jakarta. Penerbit Penebar Swadaya.