• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis Apel pagi

Apel pagi adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan pada pukul 05.00 pagi dan diikuti oleh seluruh jajaran karyawan, staf, dan pimpinan. Setelah senam pagi setiap karyawan berkumpul secara berkelompok sesuai kemandoran masing-masing membentuk lingkaran. Setiap mandor melakukan pengarahan kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut, mengevaluasi hasil kerja yang dilakukan hari sebelumnya, melakukan absensi, memberikan motivasi dan memeriksa kelengkapan APD (alat pelindung diri) karyawan. Para mandor akan berkumpul kembali untuk mendapatkan pengarahan dari asisten kebun. Pengarahan yang diberikan asisten kebun adalah evaluasi hasil yang didapatkan pada hari sebelumnya, pekerjaan yang harus ditingkatkan untuk hari ini, safety talk

(penyampaian cara bekerja yang aman pada karyawan) dan memastikan bahwa para mandor memeriksa pekerjaan karyawannya agar sesuai dengan SOP yang berlaku.

Pembibitan

PT Harapan Sawit Lestari (HSL) memiliki lokasi pembibitan yang terletak di PT Indo Sawit Kekal (ISK), tepatnya di River View Estate (RVE). Lahan yang dikelola oleh PT ISK merupakan hasil dari pemekaran lahan yang dilakukan oleh PT HSL. Luas lokasi pembibitan (pre nursery) di RVE adalah 0.1836 ha dan di dalam lahan tersebut terdapat 85 petakan untuk tempat pembibitan. Pemilihan lokasi pembibitan didasarkan pada topografi yang datar, dekat sumber air, dekat dengan lahan yang akan ditananami, drainase yang baik, dan akses menuju lokasi yang mudah.

Bibit yang digunakan adalah Tenera Yangambi, hasil persilangan antara varietas Delidura dengan Psifera Yangambi dengan jumlah bibit sebanyak 41 000 bibit. Terdapat dua jenis bibit yaitu bibit tunggal dan bibit double tun, bibit double tun adalah bibit yang tumbuh memiliki sepasang plumula dan sepasang radikula dalam satu benih tanaman kelapa sawit. Bibit double tun ditanam seperti tanaman tunggal, akan tetapi setelah umur 2.5 bulan bibit tersebut akan dipisah menjadi bibit tunggal. Bibit double tun dapat dilihat pada (Gambar 1).

Gambar 1 Bibit kelapa sawit double tun

Kegiatan penanaman pre nursery, dilakukan selama 3 – 4 bulan dan umur pembibitan pre nursery ketika penulis berkunjung telah sampai pada umur 1.5 bulan. Pre nursery ditanam pada polybag atau disebut baby-bag dengan ukuran lebar 15 cm, panjang 23 cm, dan tebal 0.1 mm. Media tanam yang digunakan adalah tanah lapisan atas (top-soil). Kecambah kelapa sawit ditanam pada polybag dengan kedalaman 2 cm dan dipastikan bahwa plumula menghadap keatas dan radikula menghadap kebawah agar proses pertumbuhan tidak terganggu, setelah dimasukkan kecambah kemudian ditutup dan ditambahkan Wet Decanter Solid (WDS) sebagai pupuk organik setebal 1 cm dipermukaannya.

Baby-bag yang telah diisi dengan media kemudian disusun rapat dan rapi di dalam plot yang berbentuk bedengan dengan ukuran petakan 1.2 m x 10 m dan jarak antar bedengan 0.8 m. Bedengan tersebut rata-rata dapat menampung sekitar 1 000 bibit. Celah antar bedengan diberi penutup tanah (jumbo bag) yang berasal dari karung bekas, guna penutup tanah adalah mencegah tumbuhnya gulma dan menahan erosi tanah pada areal pembibitan. Setiap bedengan diberikan papan

identitas yang berisi nomor bedengan, jumlah bibit yang ditanam, tanggal tanam, dan jenis bibit. Papan identitas tersebut dibuat untuk memudahkan perawatan bibit. Papan identitas dapat dilihat pada (Gambar 2).

Gambar 2 Papan identitas pada pembibitan kelapa sawit

Bibit kelapa sawit disiram 2 kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore. Sistem irigasi yang digunakan adalah sumisansui, yaitu selang sepanjang 54 m yang dilubangi dan diberi tekanan sehingga air akan memancar keluar seperti sprinkler. Pancaran air dari sumisansui diatur sedemikian rupa sehingga dapat memancar tepat pada bedengan bibit. Lama waktu yang dibutuhkan untuk satu kali penyiraman adalah 1 jam.

Pupuk anorganik yang digunakan adalah majemuk dan tunggal. Pupuk dicampur dengan air dan dilakukan aplikasi sewaktu penyiraman, sehingga konsentrasi yang digunakan adalah 2 g l-1. Kebutuhan pupuk dasar rock phosphate untuk pre nursery adalah 50 kg untuk 1 000 bibit dan diaplikasikan bersamaan sewaktu pengisian media tanam.

Pengendalian hama dan penyakit menggunakan jenis insektisida cyimbush dengan bahan aktif sipermetrin 50 g l-1 dan fungisida dithane dengan bahan aktif mankozeb 80%. Fungisida mempunyai konsentrasi sebesar 1.5 g l-1 dan insektisida sebesar 1.5 ml l-1. Aplikasi fungisida dan insektisida di lapangan dengan mencampur pada satu kep berkapasitas 15 l dan satu kep tersebut untuk 5 000 bibit. Selain dilakukan pengendalian secara kimia, dilakukan juga pengendalian secara biologi dengan memanfaatkan tanaman Turnera subulata (Gambar 3). Turnera subulata merupakan tanaman yang berfungsi untuk konservasi karena berguna sebagai penyedia madu dan tempat inang predator ulat api (Sycanus sp).

Gambar 3 Tanaman Turnera subulata

Pengendalian gulma

Kebun BKE (Bagan Kusik Estate) memiliki beberapa jenis gulma dominan yang tergolong jenis rumput-rumputan, paku-pakuan, dan jenis daun lebar. Jenis rumput-rumputan yang dominan adalah Axonopus sp, Cynodon dactylon, dan Eleusine indica. Jenis paku-pakuan adalah Nephrolepis biserata dan jenis daun lebar adalah Asystasia sp.

Pengendalian gulma di Kebun BKE menggunakan cara kimia dan manual. Pengendalian secara manual dilakukan karena pengendalian secara kimia tidak bisa diterapkan. Pengendalian manual dibagi menjadi beberapa jenis pekerjaan, yaitu dongkel anak kayu (DAK), garuk piringan, dan cabut anak sawit (kentosan). Standar kerja pengendalian manual Kebun BKE adalah 1 ha HK-1 dengan jumlah tenaga kerja 12 orang. Kegiatan perawatan dilakukan 2 kali dalam satu tahun. Alat-alat yang digunakan untuk perawatan manual adalah parang, cangkul, dan egrek.

Pengendalian kimia adalah teknik mengendalikan gulma dengan bahan kimia tertentu sesuai jenis gulma yang tumbuh. Sistem penyemprotan gulma di Kebun BKE adalah chemist, piringan, dan pasar pikul (CPP) menggunakan alat yang disebut Controlled Droplet Application (CDA) (Gambar 4).

Gambar 4 Alat semprot Controlled Droplet Application (CDA) Herbisida yang digunakan perusahaan adalah jenis Ronda plus dengan bahan aktif Glyfosat dan metafuron (Methil metsulfuron). Dosis dan volume semprot herbisida yang digunakan adalah 250 ml ha-1 dan 5 l ha-1 Satu alat semprot berisi

10 l larutan dengan campuran herbisida sebanyak 0.5 l dan air 9.5 l. Waktu aplikasi yang dibutuhkan untuk satu kali semprot dengan luasan 2 ha (piringan, pasar pikul, dan TPH) adalah 64 menit dengan rotasi 2.5 kali dalam satu tahun. Standar kerja Kebun BKE adalah 6 ha HK-1 dengan jumlah tenaga kerja 9 HK. Karyawan diwajibkan menggunakan APD (alat pelindung diri) ketika melaksanakan kegiatan semprot gulma (Gambar 5). APD yang harus digunakan adalah sepatu boot, sarung tangan karet, apron, masker, kacamata, dan baju overall biru. Penggunaan APD ditujukan untuk keselamatan kerja, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalkan atau mungkin ditiadakan.

Gambar 5 Karyawan yang menggunakan APD semprot lengkap Tenaga kerja sering mendapatkan kendala dalam aplikasi herbisida dengan menggunakan CDA sehingga target biasanya tidak terpenuhi. Kendala yang dialami tenaga kerja adalah matinya kelistrikan dikarenakan kabel konslet terkena larutan herbisida sehingga butuh beberapa waktu untuk membetulkannya, kondisi gulma yang rapat, kondisi topografi lahan pada blok yang tidak rata, dan tersumbatnya aliran air karena adanya kotoran yang menyumbat nozel.

Pemupukan

Pemupukan tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit (Andoko dan Widodoro 2013). Kegiatan pemupukan harus direncanakan dengan baik dan dilaksanakan mengikuti 4 tepat yaitu tepat jenis hara, dosis, cara, dan waktu (Setyamidjaja 2006). Pupuk dibagi menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik atau alami. Selain memiliki kandungan hara yang lengkap pupuk organik juga memiliki senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik dan asam fulvat yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman (Andoko dan Widodoro 2013).

Kebun BKE hanya menggunakan janjang kosong dan pelepah kelapa sawit sebagai pupuk organik, karena lokasinya yang jauh dari pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga kebun BKE tidak melakukan aplikasi Palm Oil Mill Effluence (POME)

dan Wet Decanter Solid (WDS). Tujuan digunakan janjang kosong dan pelepah kelapa sawit adalah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman khususnya N dan K. Penerapan janjang kosong di Kebun BKE diutamakan pada blok yang telah terserang ulat api (Setora nitens), sedangkan untuk pelepah kelapa sawit diaplikasikan di semua blok. Berdasarkan SOP Kebun HSL pelepah kelapa sawit yang dipotong setiap tahun menghasilkan unsur hara sebesar 125 kg N, 23 kg P2O5, 176 kg K2O, dan 25 kg MgO setiap hektarnya. Pelepah kelapa sawit membutuhkan waktu selama 6 – 12 bulan agar dapat terdekomposisi sempurna, sedangkan janjang kosong membutuhkan waktu selama 8 bulan. Janjang kosong mengandung beberapa jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan hara janjang kosong sebanyak 30 ton ha-1 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kandungan hara janjang kosong

Kandungan Satuan (kg) per 30 ton Nitrogen (N) 300 Fosfor (P2O5) 30 Magnesium (MgO) 30 Calsium (CaO) 35 Kalium (K2O) 360

Sumber: Dokumen SOP Kebun BKE, 2014

Dosis yang diberikan adalah 50 ton ha-1 dan janjang kosong tersebut diletakkan pada gawangan mati dengan jumlah 350 kg setiap pokoknya. Teknik aplikasi janjang kosong dengan sistem satu lapis. Sistem satu lapis diterapkan untuk mencegah perkembangan kumbang tanduk (Oryctes rhinocerros) pada janjang kosong tersebut.

Aplikasi janjang kosong dilaksanakan sesuai kebutuhan, diangkut dari pabrik kelapa sawit (PKS) menggunakan Truck Large (TL) berkapasitas 11 ton dan diturunkan pada tempat yang sudah ditentukan, yaitu daerah gawangan mati. Pelangsiran janjang kosong menggunakan alat mekanis berupa traktor kecil (FS) yang dilengkapi dengan treler berkapasitas 3 ton dan mesin greaber janjang kosong. Janjang kosong memiliki 3 kriteria ukuran, yaitu kriteria ukuran kecil, ukuran sedang, dan ukuran besar. Dalam satu kali greaberan janjang kosong diperoleh rata-rata ukuran kecil 15 – 20 janjang, sedang 12 – 18 janjang, dan besar 10 – 16 janjang. Berat setiap janjang kosong berbeda-beda pada jenis ukurannya, ukuran kecil beratnya rata-rata 3.8 kg, ukuran sedang 4.86 kg, dan ukuran besar 5.8 kg. Banyaknya greaberan untuk mengisi satu trailer ukuran 3 ton rata-rata adalah 30 – 35 greaber. Lama waktu yang dibutuhkan trailer untuk mengisi dari kondisi kosong hingga penuh adalah 10 – 15 menit dan dalam satu trailer rata-rata cukup untuk 5 – 6 gawangan mati, sehingga diperoleh berat satu trailer janjang kosong rata-rata antara 1.75 – 2.1 ton.

Kebun BKE memiliki dua jenis traktor (FS) yang digunakan untuk aplikasi janjang kosong, yaitu traktor jenis FS76 dan FS66 dan bekerja selama 7 jam HK-1. Kebutuhan bahan bakar kedua traktor tersebut berbeda-beda. Traktor jenis FS66 membutuhkan 2.15 l HM-1, setiap HM (hour meter) membutuhkan waktu 1 jam, sehingga dalam satu hari kerja (7jam) bahan bakar yang dibutuhkan adalah 15.05 l. Traktor jenis FS76 membutuhkan 2.25 l HM-1, sehingga dalam satu hari kerja (7jam) bahan bakar yang dibutuhkan adalah 15.75 l. Aplikasi janjang kosong hanya dikerjakan oleh 3 tenaga kerja,

2 sebagai operator FS dan satu tenaga kerja sebagai tenaga bongkar muat. Upah tenaga kerja Rp 73 000 HK-1 dengan standar kerja 12.5 ton HK-1.

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat secara kimia sehingga sering disebut pupuk buatan pabrik. Secara umum, pupuk kimia terdiri atas pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal adalah pupuk yang memiliki satu macam hara dan hara yang terdapat dalam pupuk kimia tunggal biasanya adalah hara makro primer. Hara makro primer yang terdapat dalam pupuk kimia tunggal adalah N (nitrogen), P (phospor), dan K (kalium) (Andoko dan Widodoro 2013). Pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara yang lebih lengkap, selain hara makro primer terdapat hara makro sekunder (Ca, Mg, dan S) serta hara mikro esensial (Fe, Bo, Mn, Zn, dan Cl) (Setyamidjaja 2006). Kebun BKE memiliki gudang penyimpanan pupuk berkapasitas 500 ton. Beberapa jenis pupuk yang terdapat di gudang pupuk Kebun BKE adalah urea, RP, borate, kieserit, dolomit, dan MOP.

Manajemen pemupukan kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik, mulai dari sistem perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Perencanaan pemupukan dimulai dengan penentuan dosis rekomendasi yang dikeluarkan oleh Agronomi Support Departemen (ASD). Rekomendasi pemupukan didasarkan hasil rekomendasi dari Lembaga Riset LONSUM (London Sumatera). Rekomendasi tersebut berdasarkan hasil analisa kimia daun, status hara tanah, curah hujan dan evaluasi produksi yang telah diambil contohnya disetiap blok.

Pengorganisasian dimulai dengan pembuatan bukti permintaan pupuk (bon pupuk) oleh mandor, pengambilan dan perhitungan kebutuhan pupuk di gudang, transportasi ke lapangan, kemudian menentukan ancak dan pelangsiran pupuk. Pupuk ditransportasikan ke lapangan menggunakaan trailer berkapasitas 7 ton dan dibantu oleh 4 tenaga bongkar muat (BM).

Pelaksanaan pemupukan dimulai dengan melangsir pupuk, pelangsiran pupuk dilakukan oleh 4 tenaga BM dengan berat kemasan setiap karung pupuk sebesar 50 kg. Jumlah karung yang dilangsir tiap titik langsir dihitung dengan memperhatikan dosis setiap tanaman, jumlah pokok setiap baris sampai batas jalan kontrol, dan topografi lahan dalam blok. Teknik penaburan pupuk menggunakan takaran mangkok yang sudah dikalibrasi yaitu 500 g.

Kegiatan pemupukan yang dilakukan penulis adalah aplikasi pupuk kiesrite dan dolomite. Frekuensi pemupukan kiesrite, MOP, dan dolomite dilakukan 2 kali dalam setahun. Pupuk borat dan RP diaplikasikan dengan frekuensi 1 kali dalam setahun. Setiap pupuk memiliki cara aplikasi yang berbeda-beda, pupuk dolomite dan kieserite diaplikasikan dengan dosis 1.5 kg setiap pokok dengan tempat aplikasi digawangan mati dan jarak sekitar 2 m dari pokok, pupuk MOP dan RP ditabur dengan cara 60% taburan diletakkan di bagian luar piringan dan 40% pada gawangan mati dengan dosis MOP 1.5 kg setiap pokok dan RP 2 kg setiap pokoknya, pupuk urea ditabur dalam piringan dengan jarak 2 m dari pokok dengan dosis 1 kg setiap pokok, sedangkan pupuk borate ditaburkan di piringan kelapa sawit secara merata dengan dosis 150 g setiap pokoknya. Alat yang digunakan untuk menabur pupuk borate adalah cepuk kecil berkapasitas 50 g.

Kegiatan pemupukan di Kebun BKE dilakukan oleh 16 orang karyawan, dari 16 karyawan tersebut terbentuk 8 tim dengan setiap tim beranggotakan 2 orang karyawan. Target pemupukan yang harus diselesaikan oleh karyawan disesuaikan berdasarkan dosis

yang direkomendasikan. Dosis 0.5 kg setiap pokok target yang harus dipenuhi adalah 200 kg, dosis 1 kg setiap pokok target yang harus dipenuhi adalah 400 kg, dan dosis 1.5 kg target yang harus dipenuhi 600 kg.

Pemupukan mekanis adalah sistem pemupukan menggunakan alat traktor penebar pupuk atau sering disebut spreader (Gambar 6). Pemupukan menggunakan traktor dipusatkan pada lahan yang memiliki topografi datar. Tujuan pemupukan menggunakan spreader adalah untuk menghemat tenaga kerja dan mempercepat waktu aplikasi pupuk. Pupuk yang tidak diaplikasikan dengan spreader adalah pupuk borate dan urea. Pupuk borate memiliki dosis aplikasi sangat kecil, yaitu 150 g, dan pupuk urea bila diaplikasikan dengan spreader mampu mematikan tanaman yang bermanfaat selain itu pupuk urea mudah menguap. Spreader memiliki daya tampung pupuk sekitar 1000 kg dan kemampuan aplikasi pupuk sehari bisa mencapai 30 ton.

Gambar 6 Aplikasi pemupukan menggunakan alat mekanis Leaf sampling unit (LSU)

Leaf sampling unit (LSU) adalah suatu kegiatan pengambilan contoh daun di lapangan untuk mendukung kegiatan analisis unsur hara daun yang dilakukan di laboratorium. Analisis daun tersebut merupakan pedoman untuk mengetahui kondisi kebutuhan tanaman terhadap unsur hara. Analisis daun yang akurat harus didukung dengan sistem LSU yang jujur, tepat, dan teliti. Tujuan utama dari LSU adalah membangun titik kelompok contoh daun secara permanen di dalam pertanaman untuk pengambilan contoh daun. Material dan umur tanaman harus sama dan telah diidentifikasi keseragamannya.

Penandaan dan peta dasar blok LSU harus dipersiapkan sebelum pengambilan contoh daun dilaksanakan. Tujuannya agar dapat menentukan titik koordinat tanaman yang akan diambil dan mempermudah pekerjaan. Dibawah ini adalah panduan penentuan contoh daun yang akan diambil.

a) Memilih tanaman yang sehat.

b) Tanaman yang tidak berada di dua baris pinggir jalan blok.

c) Perhitungan dimulai dari ujung blok (timur-selatan) dan dihitung 10 baris tanaman kemudian beri tanda biru pada pohon di ujung baris tersebut yang terletak di pinggir jalan.

d) Mulai dari tanaman di pinggir jalan tersebut, masuk ke areal dan diberi tanda tanaman ke tiga dengan cat biru pada pangkal pelepah bawah. Tanda tersebut terdiri atas nomor baris dan tanaman untuk menunjukkan bahwa tanaman tersebut merupakan pohon pengamatan LSU.

e) Maju ke depan 10 tanaman kemudian diberi tanda LSU berikutnya. Kemudian dilanjutkan sampai ujung dari blok tanaman. Jika tanaman LSU terakhir kurang dari dua tanaman dari ujung blok maka pindah tanaman LSU 1 – 2 tanaman ke dalam blok.

f) Tanaman terakhir di hitung lagi 10 baris tanaman kemudian masuk kembali ke dalam blok sebanyak tiga tanaman dan beri tanda sebagai tanaman LSU pertama pada baris tersebut.

g) Jumlah pohon contoh yang diambil harus mencapai 1% dari total hektar areal.

Kegiatan LSU dalam mengambil daun contoh dilakukan 2 tahun sekali oleh 3 orang tenaga kerja, satu orang pekerja memotong pelepah yang akan dijadikan contoh, satu orang mengambil contoh daun kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran, sedangkan satu orang terakhir melakukan pencatatan. Pencatatan yang dilakukan meliputi: nomor baris, nomor pokok, panjang pelepah, lebar petiol, tebal petiol, tinggi batang, dan gejala defisiensi unsur hara (N, P, K, Mg, B, S, Fe, dan Cu). Alat yang digunakan untuk pengambilan daun contoh adalah egrek, jangka sorong, meteran, dan parang. Tanaman contoh diberi tanda dan nomor urut yang jelas dengan tujuan memudahkan karyawan untuk menganalisis ulang daun tanaman contoh pada tahun berikutnya. Tanda tanaman yang sering digunakan adalah tanda panah ke atas ( ) artinya sebagai tanda masuk dan tanda panah ke samping ( ) artinya sebagai tanda perpindahan baris. Penomora tanaman contoh ditulis dengan angka, misalnya (1167

9 ) yang artinya angka 11 adalah nomor tanaman contoh, angka 67 adalah nomor baris, dan angka 9 adalah nomor tanaman.

Tanaman diambil sebanyak 30 – 40 contoh per blok dan daun tidak dalam keadaan basah. Pelepah ke-17 dipotong pada bagian pangkal dan dipindahkan dari pohon. Titik pelepah bagian atas yang datar berubah menjadi siku (berbentuk ekor kadal) ditentukan sebagai pelepah contoh dan pada bagian tersebut diambil 6 helai daun. Daun dipotong menjadi 3 bagian, yaitu pangkal, tengah, dan ujung. Daun yang digunakan contoh adalah daun tengah yang diambil 10 cm dari pangkal daun contoh, daun diambil sepanjang ± 17 cm. Pelepah yang digunakan contoh dipotong sepanjang 10 cm dibagian atas yang datar berubah sampai menjadi siku membentuk ekor kadal (Gambar 7). Daun dan pelepah yang digunakan contoh dipisahkan dari lidinya kemudian dimasukkan dalam plastik bersih dan diberi label. Daun yang sudah dikemas dan diberi label kemudian diberikan kepada petugas pengeringan daun.

Gambar 7 Pengambilan contoh daun (LSU) untuk analisis unsur hara

Panen

Panen merupakan puncak dari produksi dan terkait erat dengan kegiatan budi daya, khususnya pemeliharaan tanaman. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari panen setelah melalui proses pascapanen. Keberhasilan panen dan produksi tergantung pada kegiatan budi daya ditambah dengan ketersediaan prasarana dan sarana untuk trasnportasi, pengolahan, organisasi, ketenagaan, dan penunjang lainnya (Setyamidjaja 2006).

Pekerjaan panen dimulai dari pemotongan tandan buah matang, pengutipan berondolan dan dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) kemudian diangkut ke pabrik untuk diolah. Cara dan waktu panen dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas yang akan diperoleh, akibatnya pemanenan kelapa sawit harus dikelola dengan baik. Tugas seorang pemanen yaitu memotong buah yang matang dari pokok, mengutip berondolan dan mengumpulkannya ke TPH (Ananta 2013).

Demo panen. Demo panen dilaksanakan pada setiap kemandoran panen dan waktunya satu minggu sekali. Tujuan diadakan demo panen adalah agar pemanen dapat memahami cara panen yang benar dan aman pada pekerjaan panen, membentuk naluri cara panen yang benar dan aman pada pekerjaan panen, dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. PT HSL mewajibkan setiap estate untuk menerapkan pelatihan panen ayun pada pokok tinggi. Panen ayun adalah cara memanen buah pada pokok tinggi dengan mengayun-ngayunkan gagang egrek sampai pelepah dan buah terpotong. Penerapan penen ayun yang benar akan lebih cepat dari panen tarik yang dilakukan sebelumnya, selain itu resiko tertimpa pelepah menjadi kecil karena jarak pemanen dari pokok minimal 2 m.

Persiapan panen adalah pekerjaan yang mutlak dikerjakan ketika tanaman kelapa sawit berubah dari TBM ke TM. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu (1) persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan (4) penyediaan alat-alat kerja (Pahan 2007).

Persiapan panen di Kebun BKE dilaksanakan pada pukul 05.30 pagi setelah senam pagi dilakukan. Kegiatan apel pagi dipimpin langsung oleh asisten kebun dan mandor panen. Asisten kebun akan mengevaluasi hasil kerja mandor pada hari sebelumnya beserta langkah perbaikannya, menyampaikan informasi tentang

safety dalam bekerja, mengingatkan mandor agar karyawan menjaga kualitas buah, mengingatkan mandor agar tetap menjaga rotasinya agar tetap stabil, dan absensi mandor. Mandor panen bertugas membagi ancak panen pada karyawannya, melakukan absensi pada karyawan, evaluasi hasil kerja karyawan pada hari sebelumnya, mengingatkan agar karyawan tidak memanen buah mentah, menyampaikan pekerjaan yang akan dilakukan pada hari tersebut, cek kelengkapan APD karyawan, cek alat kerja karyawan, dan memastikan bahwa karyawan telah berada pada ancak masing-masing.

Tahap pemanenan yang sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) Kebun BKE adalah sebagai berikut: (1) pemanen memasuki ancak yang telah ditentukan mandor panen pada saat apel pagi, (2) pemanen mengamati jumlah berondolan di piringan sebagai acuan memotong buah yang matang, (3) pemanen memotong pelepah yang menyangga buah menggunakan egrek, (4) pelepah

Dokumen terkait