• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan magang yang dilaksanakan di SCME mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan pemanenan, pemupukan, pengendalian hama, dan pengendalian gulma (manual dan kimiawi). Pelaksanaan kerja sebagai KHL, mandor, dan pendamping Asisten Divisi di SCME secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu kerja setiap hari rata–rata adalah 7 jam yang dimulai pada pukul 06.00–13.00 WIB.

Pelaksanaan kegiatan magang di SCME yang dilakukan oleh penulis sebagai karyawan harian lepas (KHL), mandor, dan pendamping asisten kebun di divisi dilaksanakan setiap Senin−Sabtu mulai pukul 05.00 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti apel pagi (Morning Muster) yang dimulai pukul 05.00 WIB bersama asisten, mandor, dan karyawan. Apel pagi dibagi menjadi 2 tahap, pada tahap pertama merupakan apel pagi yang hanya dihadiri mandor, kerani panen, dan Asisten Divisi. Sedangkan pada apel pagi tahap kedua melibatkan karyawan lapangan. Kegiatan apel pagi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kegiatan apel pagi (a. Apel pagi tahap I; b. Apel pagi tahap II)

Aspek Teknis

Pemanenan

Kriteria panen. Penulis menentukan kematangan buah (minimum ripeness standard) secara visual dengan melihat ciri-ciri khusus seperti perubahan warna buah dan jumlah jatuhnya brondolan buah secara alami. Tingkat kematangan buah menjadi dasar dalam penetapan kriteria grading. Kriteria tersebut berdasarkan pada standar operasional prosedur (SOP) agronomi BGA yang ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kriteria grading berdasarkan tingkat kematangan buah

Kriteria Jumlah/persentase brondolan

Mentah (Unripe) 0 Brondolan

Kurang matang (under ripe) < 2 brondolan kg-1 tandan-1

Matang (ripe) 2 brondolan kg-1 tandan-1 hingga 75% brondolan permukaan telah lepas dari tandan

Terlalu matang (over ripe) > 75%−90% brondolan telah lepas dari tandan Busuk/tandan kosong

(Empty Bunch)

> 90% brondolan telah lepas dari tandan

Sumber : SOP agronomi BGA (2013)

Selain brondolan, salah satu ciri buah yang telah matang (ripe) adalah perubahan warna buah. Buah kelapa sawit memiliki warna yang berbeda saat matang. Menurut Pahan (2007), pembagian tipe buah berdasarkan warna kulit buah dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe, yaitu nigrescens, virescen, dan

albescen. Buah nigrescens berwarna ungu hingga hitam pada waktu muda dan

menjadi jingga kehitaman pada saat matang. Buah virescens berwarna hijau pada saat muda, dan berubah menjadi jingga kemerahan dengan ujung buah berwarna kehijauan pada saat matang. Buah albescens berwarna keputih-putihan saat muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan dengan ujung buah berwarna ungu kehitam-hitaman pada saat matang. Penulis hanya menemukan buah tipe nigrescens dan virescens pada saat magang di SCME.

Taksasi panen. Taksasi panen merupakan kegiatan harian yang dilakukan mandor panen untuk memperkirakan panen esok hari. Taksasi panen akan menghasilkan data dan informasi seperti angka kerapatan panen (AKP), perkiraan jumlah tenaga kerja dan rate transport yang diperlukan, serta tonase hasil panen. Taksasi panen dilakukan minimal 15% dari luasan suatu blok. Rata-rata luasan 1 blok adalah 30 ha, sehingga minimal dalam 1 blok dilakukan taksasi panen seluas 4.5 ha. Setiap harinya, rata-rata kegiatan panen dilakukan pada 6 blok. Sehingga, minimal total luasan taksasi dilakukan pada 27 ha.

Pelaksanaan panen. Panen merupakan kegiatan yang utamanya adalah mengambil buah yang telah memenuhi kriteria panen untuk dikirimkan ke pabrik dan diolah lebih lanjut. Panen dilakukan dengan menggunakan dodos dan egrek. Pada 1 divisi, kegiatan pemanenan terdiri atas 3 kemandoran, yakni kemandoran A, B, dan C. Setiap kemandoran terdiri atas 13−14 tenaga pemanen, dan diatur

oleh seorang mandor panen. Namun jumlah ini dapat berubah, menyesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap hari panen. Sistem panen yang digunakan adalah sistem hanca giring tetap. Pada sistem ini, setiap karyawan telah ditentukan hanca masing-masing, namun hancanya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan/kondisi kerapatan buah. Apabila telah menyelesaikan hancanya pada suatu blok, pemanen dapat berpindah ke blok selanjutnya untuk melakukan kegiatan panen di hancanya. Menurut Panggabean (2011), hanca panen adalah pembagian luasan yang harus dipanen oleh karyawan untuk setiap hari kerja.

Apabila AKP tinggi, seorang pemanen dibantu oleh seorang karyawan wanita, yang bertugas khusus untuk mengutip brondolan, yang disebut gardan. Rotasi panen normal adalah 4 kali dalam sebulan dengan pusingan diupayakan maksimal 7 hari. Foto pelaksanaan panen dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Pemanenan buah

Kutip brondolan. Brondolan merupakan buah kelapa sawit yang lepas dari tandannya. Brondolan sangat penting untuk dikutip, karena brondolan yang tidak dikutip merupakan kehilangan yang berpengaruh bagi produksi minyak sawit dan dapat tumbuh menjadi gulma (kentosan) di lahan. Brondolan yang jatuh di piringan, jalan pikul, maupun di sekitarnya diambil dan dimasukkan ke dalam karung kemudian dikumpulkan di TPH untuk diangkut ke pabrik. Terdapatnya brondolan di lahan adalah akibat kelalaian pemanen dan kesengajaan pemanen yang malas. Kelalaian tersebut dapat terjadi akibat tidak terlihatnya brondolan oleh pemanen ataupun gardan karena tertutup gulma atau legum cover crop (LCC). Oleh karena itu, kondisi piringan pokok kelapa sawit harus bersih. Pada saat di lahan, penulis masih menemukan beberapa blok yang piringannya tidak bersih dari gulma, LCC, ataupun sampah.

Penulis berperan sebagai pengutip brondolan saat mendampingi pemanen sebagai gardan, dan saat membersihkan TPH dari brondolan sisa pengangkutan yang tercecer. Brondolan banyak yang tercecer di TPH akibat pengangkutan berlangsung malam hari, dan kondisi tepi jalan yang lembek akibat hujan, sehingga truk pengangkut hanya dapat berhenti di tengah jalan yang menyulitkan tim bongkar muat untuk menaikkan tandan buah segar (TBS) dan brondolan. Pada saat kegiatan, penulis berhasil mengumpulkan brondolan sebanyak 5 karung ukuran 50 kg pupuk Urea.

Penilaian mutu hanca panen. Penilaian mutu hanca adalah pengecekan kualitas panen pada blok yang telah dipanen dengan cara melihat kualitas pelepah yang ditunas, jumlah tandan yang dipanen, brondolan yang tidak dikutip, penyusunan pelepah berbentuk U-Shape, buah tinggal, pokok overpruning serta jumlah kontaminasi kotoran pada brondolan. Jumlah pelepah yang layak dipruning disesuaikan dengan ketentuan manajemen tajuk yaitu 46−48 pelepah yang dipertahankan untuk kelapa sawit umur 8−14. Selain itu, kegiatan mutu hanca juga bertujuan memastikan kondisi piringan bersih dari gulma.

Perhitungan tandan hasil panen. Sebelum dimuat ke dalam truk, tandan buah yang telah dipanen dan diletakkan di TPH, dihitung terlebih dahulu oleh kerani panen. Jumlah kerani panen menyesuaikan dengan jumlah kemandoran yang ada. Satu kerani bertanggung jawab terhadap 1 kemandoran. Kerani bertanggung jawab untuk menghitung buah normal, buah busuk, dan buah kurang matang (KM). Kerani panen juga bertanggung jawab dalam memeriksa buah mentah yang ikut dipanen dengan melakukan grading. Buah yang kurang matang yang ikut terpanen harus dibelah menjadi 2 bagian sebagai tanda bahwa buah telah digrading. Jika pemanen memanen buah mentah, maka akan diberikan sanksi Rp 5000/tandan buah mentah.

Pengangkutan buah ke pabrik. Kegiatan pengangkutan TBS dimulai dari kegiatan BM buah dari TPH ke truk pengangkut buah. Bongkar muat buah dilakukan oleh 3−4 tenaga BM, dan 1 orang supir truk. Buah yang dimuat tidak boleh melebihi kapasitas truk yaitu 7.5 ton. Buah yang dimuat dari TPH harus disusun rapi di atas truk agar memudahkan proses bongkar muat dan efisien tempat. Apabila buah telah dimuat, truk dipasang jaring agar buah tidak terjatuh di jalan saat proses pengangkutan. Tandan buah segar dari SCME diangkut ke PKS Selucing Agro Mills (SAGM). Sebelum dan sesudah muat buah ke pabrik, truk ditimbang terlebih dahulu bobotnya di jembatan timbang. Hal ini dilakukan untuk untuk memperoleh bobot bersih buah. Kendala dalam proses pengangkutan adalah jalan MR dan CR yang menjadi lembek setelah hujan akibat tidak terdrainase dengan baik, sehingga menyebabkan truk tidak dapat berjalan dengan baik. Foto pengangkutan buah dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Pengangkutan buah (a. Muat buah ke truk; b. Buah siap kirim) Pemupukan

Leaf sampling unit (LSU). Leaf Sampling Unit adalah kegiatan pengambilan contoh daun yang dilaksanakan dalam satu unit areal tertentu untuk pengamatan kesatuan contoh daun yang dilakukan untuk memperoleh informasi status hara tanah. Tujuan kegiatan ini yaitu menentukan status hara tanaman

menghasilkan (TM) kelapa sawit yang tepat melalui analisis daun untuk penyusunan rekomendasi pemupukan tahunan yang dikeluarkan oleh Departemen Riset BGA. Data yang diambil pada LSU yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah pelepah, 3 daun dari sisi kiri dan 3 daun dari sisi kanan pelepah ke 17, serta jumlah daun. Pengambilan 3 daun dari sisi kiri dan 3 daun dari sisi kanan pelepah ke 17 dilakukan dengan ketentuan diambil pada jarak 2 jengkal dari mata pancing mengarah ke pangkal pelepah. Pokok yang pertama diambil datanya adalah pokok ke 5 pada baris ke 5. Pokok dalam baris yang selanjutnya dilakukan pengambilan data adalah pokok dengan interval 10 pokok, yakni ke 15, dan ke 25. Sementara untuk baris selanjutnya adalah baris dengan interval 10 baris, yakni ke 15, ke 25, ke 35, ke 45, dan seterusnya.

Kegiatan LSU dilaksanakan oleh 2 tim LSU yang masing-masing terdiri atas 3 orang. Seorang karyawan ditugaskan khusus untuk memberi tanda pada pokok dengan menggunakan cat. Hal ini bertujuan agar contoh daun tidak terkontaminasi oleh cat. Sebelum memulai pengambilan contoh daun di setiap blok di divisi, tim LSU telah diberikan simulasi pengambilan daun oleh tim riset. Tim LSU akan mengambil contoh daun mulai pukul 07.00 hingga 13.00 WIB saat hari tidak hujan deras. Pelaksanaan LSU tahun 2014 dilaksanakan pada bulan Mei-Juni. Hasil pengamatan LSU di seluruh blok kebun akan disatukan dalam buku rekomendasi pemupukan BGA yang digunakan untuk tahun selanjutnya sebagai pedoman pemupukan.

Aplikasi tandan kosong. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah hasil limbah pabrik kelapa sawit yang berasal dari stasiun perebusan PKS. Prinsip penggunaan TKKS yaitu mengembalikan unsur hara yang telah digunakan dari dalam tanah. TKKS digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman kelapa sawit TBM dan TM. Kandungan unsur hara yang terkandung pada TKKS disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Komposisi kandungan unsur hara TKKS Unsur hara utama

Persentase unsur hara dalam tandan kosong Bobot pupuk tunggal ton-1 TKKS Kisaran Rata-rata Nitrogen (N) 0.32 – 0.43 0.37 8.00 kg Urea Fosfor (P) 0.03 – 0.05 0.04 2.90 kg RP Potassium (K) 0.89 – 0.95 0.91 18.30 kg MOP Magnesium (Mg) 0.07 – 0.10 0.08 5.00 kg Kieserit Sumber : Pahan (2007)

Manfaat TKKS yaitu untuk merangsang pertumbuhan akar tersier dan quarter. Pertumbuhan akar yang baik dapat meningkatkan optimalisasi penyerapan unsur hara yang lebih efektif. Penggunaan TKKS juga membantu mengurangi aliran permukaan dan menjaga kelembaban tanah. Menurut Ginting et al. (2011), aplikasi tandan kosong kelapa sawit secara nyata dapat mensubstitusi pupuk MOP hingga 25% dengan peningkatan produksi mencapai 11.7% dari pemupukan standar kebun.

Aplikasi TKKS sebaiknya langsung diaplikasikan ke lahan, karena apabila sudah terlalu lama ditumpuk di lahan akan membuat cendawan dan hama cepat berkembang. Standar dosis yang telah ditentukan untuk aplikasi TKKS adalah 200 kg TKKS per pokok. Penyusunan TKKS 1 lapis bertujuan untuk menghindari perkembangan kumbang badak (Orychtes rhinoceros) yang tumbuh pada keadaan lembab. Setelah TKKS disusun, karyawan kemudian menanam Neprolephis sp. di sela-sela tandan kosong. Tanaman ini bermanfaat sebagai slow growth cover crop yang menahan aliran air agar tidak terjadi erosi, serta menjaga kelembaban.

Sistem pemupukan. Pelaksanaan pemupukan di SCME diatur oleh BMS. BMS mengatur proses pemupukan mulai dari permintaan/reservasi kebutuhan pupuk ke gudang sentral, penyimpanan pupuk, penguntilan, pelangsiran hingga pengaplikasian pupuk ke lahan. BMS dipimpin oleh seorang mandor BMS yang bertanggung jawab langsung kepada asisten koordinator BMS. Mandor BMS dibantu oleh 2 mandor tabur dan seorang mandor until.

BMS menerapkan prinsip 6T (tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran, dan tepat administrasi) dalam pemupukan. Tepat dosis adalah ketepatan jumlah dosis diaplikasikan pada pokok tepat sesuai dengan urutan pemupukan 2014 rekomendasi Departemen Riset BGA. Rekomendasi dosis pemupukan diformulasikan berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS actual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status tanaman, analisis hara daun (Leaf Sampling Unit), observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (Soil Sampling Unit), data curah hujan, dan hasil percobaan. Tepat jenis adalah ketepatan jenis pupuk yang diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan yang direkomendasikan oleh Departemen Riset BGA. Tepat cara adalah ketepatan metode yang digunakan dengan jenis pupuk yang digunakan (ditabur atau dimasukan ke dalam lubang) yang dipengaruhi oleh kondisi dan topografi lahan. Tepat sasaran adalahpupuk yang diaplikasikan telah sesuai tempatnya yaitu di dalam piringan ataudi luar piringan serta jarak taburan pupuk dari pokok yang tepat. Tepat waktu adalah pelaksanaan kegiatan pemupukan telah sesuai dengan intensitas curah hujan yang ada, serta kondisi cuaca. Tepat administrasi adalah ketepatan dalam pencatatan data pupuk di kantor.

Pemupukan dilakukan blok ke blok untuk memudahkan pengontrolan dan pelangsiran pupuk. Jadwal pemupukan pada suatu blok telah direncanakan oleh mandor BMS dan diketahui oleh asisten koordinator BMS. Dalam 1 hari, pemupukan dapat dilakukan pada 3−5 blok. Hal ini bergantung pada jenis dan ketersediaan pupuk, kondisi cuaca, dan jadwal yang ditetapkan.

Tenaga kerja pemupukan. Kegiatan penaburan pupuk di SCME terdiri atas 1 kemandoran yang terdiri atas 28 tenaga penabur. Total tenaga kerja pemupukan adalah 40 orang yang terdiri atas 4 orang tenaga bongkar muat, 8 orang tenaga penguntil, dan 28 orang penabur. Para karyawan penabur pupuk dibagi menjadi kelompok kecil penabur (KKP) yang terdiri atas 3 orang karyawan. Khusus tenaga bongkar muat, tugasnya merangkap sebagai pelangsir pupuk ke tempat peletakan pupuk (TPP). Apabila kegiatan pemupukan telah selesai karung dikumpulkan dan diangkut oleh 1 orang karyawan yang mengumpulkan karung ke gudang BMS.

Hasil kerja standar dari karyawan penabur pupuk berbeda-beda. Hal ini bergantung pada dosis aplikasi pupuk. Hasil kerja standar untuk dosis 1−2 kg adalah 650 kg, dosis 0.5−1 kg adalah 420 kg, dan untuk dosis < 0.5 kg adalah 120

kg. Hasil kerja standar dari penguntil adalah 2000 kg, dan bongkar muat pupuk 4000 kg. Jika karyawan melebihi hasil kerja standar, maka karyawan berhak mendapatkan premi tetap dan premi lebih basis. Premi tetap yang didapatkan oleh penabur, bongkar muat maupun penguntil adalah Rp 4000. Perhitungan jumlah premi adalah sebagai berikut:

Penyimpanan pupuk. Manajemen penyimpanan pupuk di BGA terdiri atas 2 tempat yaitu gudang sentral dan gudang BMS. Gudang sentral menyimpan semua jenis pupuk yang dibutuhkan seluruh kebun, sedangkan gudang BMS adalah tempat penyimpanan pupuk yang diambil dari gudang sentral dan hanya menyimpan jenis pupuk yang akan diaplikasikan sesuai kebutuhan kebun masing-masing. Pemesanan jenis pupuk ke gudang sentral dilakukan oleh asisten koordinator BMS dengan diketahui oleh kerani gudang. Gudang sentral kemudian menindaklanjuti pemesanan, dan mengirimkan pupuk sesuai dengan jenis dan jumlah yang diminta oleh gudang BMS. Selain sebagai tempat penyimpanan, gudang juga sebagai tempat berlangsungnya kegiatan penguntilan pupuk dan quality check control bobot untilan.

Penguntilan pupuk. Penguntilan di gudang BMS dipersiapkan untuk divisi 1, 2, 3, dan 4 yang dilakukan sesuai dengan jadwal pemupukan yang telah ditentukan dan ketersediaan pupuk di gudang. Penguntilan pupuk merupakan kegiatan pengemasan ulang pupuk berukuran 50 kg ke karung pupuk dengan bobot tertentu sesuai dengan kelipatan dosis per pokok kelapa sawit.

Bobot tiap karung until berbeda-beda sesuai dengan jenis pupuk, contohnya pupuk Urea yang memiliki bobot until 10 kg, RP 16 kg, dan MOP 16.5 kg. Menurut SOP agronomi BGA, bobot maksimal 1 karung untilan adalah 17 kg. Takaran yang digunakan untuk menguntil pun berbeda-beda setiap jenis pupuk. Perbedaan bobot untilan bertujuan untuk mempermudah kegiatan pengeceran pupuk dari gudang ke lahan dan memastikan jumlah pupuk yang disediakan telah sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Menurut Candra (2012), penguntilan dilakukan untuk memudahkan pelangsiran pupuk ke lahan, menjamin pupuk yang diaplikasi tepat dosis, dan tidak menggumpal.

Pada saat penguntilan, karyawan penguntil harus teliti dan memastikan karung untilan tidak robek dan rusak, serta mengikat karung dengan kuat agar tidak terjadi kehilangan pupuk saat kegiatan pengeceran dan penaburan akibat kebocoran. Karyawan penguntil juga diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan penguntilan. APD tersebut antara lain adalah masker, sarung tangan, celana, dan apron. Namun, pada saat pengamatan, penulis sering menemukan karung untilan yang bocor atau robek akibat gancu, dan karyawan yang tidak konsisten memakai APD. Kegiatan penguntilan dikontrol oleh seorang mandor until yang berperan dalam pengawasan prestasi kerja tenaga penguntil. Mandor juga berperan dalam kegiatan quality check control berupa uji petik dengan menimbang secara acak beberapa karung untilan dan melihat apakah untilan telah sesuai dengan rekomendasi atau tidak. Setiap minggunya, karyawan penguntil diberikan extrafooding berupa 1 kaleng susu setiap minggu. Hal ini

dilakukan untuk menetralkan racun yang ada pada tubuh karyawan penguntil dan menjaga kebugaran tubuh. Kegiatan penguntilan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Penguntilan di Gudang BMS

Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk merupakan kegiatan pengangkutan pupuk dari gudang menuju tempat peletakan pupuk (TPP) di suatu blok. Proses pelangsiran pupuk dimulai dengan pengangkutan pupuk oleh karyawan BM di gudang BMS. Kegiatan ini dimulai pada pukul 06.00 WIB. Pengambilan pupuk di gudang BMS menggunakan dump truck dengan kapasitas truk 7.5 ton. Karyawan bongkar muat akan memuat pupuk sesuai dengan kebutuhan jumlah untilan yang telah dihitung oleh mandor. Jumlah tenaga bongkar muat saat pengisian pupuk adalah 4 orang dengan waktu bongkar muat kurang lebih 30−40 menit. Setelah pupuk untilan termuat, truk akan langsung menuju ke lahan dan mulai melangsir untilan yang dilangsir melalui 2 sisi blok (Collection Road) pada setiap blok. Untilan pupuk diletakkan pada tempat peletakan pupuk (TPP). Setiap 3 jalan pikul terdapat 1 TPP. Jumlah pupuk untilan yang dilangsir disesuaikan dengan kebutuhan, berdasarkan bobot untilan, dosis aplikasi dan jumlah pokok yang akan diaplikasi. Kegiatan pelangsiran dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Pelangsiran pupuk (a. Pelangsiran pupuk; b. Untilan di TPP) Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah kegiatan pengangkutan pupuk dari tempat peletakan pupuk (TPP) menuju pokok di dalam barisan tanaman kelapa sawit. Pengeceran bertujuan untuk mempermudah penabur saat membawa pupuk dari TPP menuju lahan. Pada saat pelaksanaan magang di lapangan, tidak ada tenaga khusus yang ditugaskan untuk melakukan pengeceran. Tugas mengecer pupuk untilan ini dirangkap oleh penabur pupuk. Hal ini dilakukan untuk mengurangi peluang tertinggalnya pupuk untilan di lahan. Berdasarkan pengalaman dan kondisi kebun, dengan adanya pengecer, peluang tertinggalnya pupuk untilan di kebun menjadi besar. Hal ini akibat jalan pikul yang terkadang bercabang dan berbelok-belok mengikuti kontur dan menyebabkan penabur kebingungan dan tidak melihat adanya pupuk untilan.

Akibatnya pemupukan menjadi tidak tepat sasaran. Penabur yang bertugas sekaligus sebagai pengecer dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Pengeceran pupuk

Pengaplikasian pupuk. Kegiatan utama dari rangkaian pemupukan adalah pengaplikasian pupuk ke pokok kelapa sawit. Pengaplikasian pupuk didasarkan pada konsep 4 tepat, yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tempat. Setiap penabur pupuk diberi takaran pupuk atau biasa disebut cepuk. Ukuran cepuk berbeda-beda, sesuai dengan jenis pupuk dan dosis pupuk yang dibutuhkan setiap pokok. Takaran pupuk bobotnya beragam, mulai dari 1 kg, 0.625 kg, 0.75 kg, dan 0.05 kg sehingga apabila dosis RP yang disarankan adalah 2 kg maka penaburan untuk 1 pokok adalah 2 kali takaran 1 kg. Standar aplikasi tiap pokok adalah 2 kali taburan (2 cepuk). Sebelum digunakan di lahan, cepuk telah dikalibrasi dan dibandingkan dengan cepuk kontrol. Hal ini dilakukan agar pengaplikasian pupuk dapat tepat dosis. Selain ketepatan dosis, penaburan pupuk juga perlu memperhatikan ketepatan cara dan tempat pupuk ditabur.

Pada saat pengaplikasian pupuk di lapangan, kelompok kecil penabur (KKP) telah dibagi batas hancanya masing-masing. Setiap hanca KKP dibatasi oleh bendera merah yang tercantum nomor KKPnya. Keuntungan dengan sistem ini yaitu antara penabur pupuk dapat saling membantu apabila target pupuk belum tercapai oleh anggota KKP dan apabila terdapat pokok yang tidak terpupuk atau penaburannya kurang tepat maka mandor dapat dengan mudah mengetahui penabur yang melakukan kesalahan tersebut.

Pengamatan ketepatan dosis untilan. Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada proses penguntilan pupuk di gudang BMS. Bobot standar pupuk Urea setiap untilannya adalah 10 kg, sedangkan pupuk MOP 16.5 kg. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Ketepatan dosis untilan Jenis

pupuk Ulangan

Bobot untilan standar (kg)

Bobot rataan yang diamati (kg) Ketepatan dosis (%) Urea 1 10 9.98 99.83 2 10 10.15 98.41 3 10 10.81 91.82 Rata-rata 10.32 96.80 MOP 1 16.5 16.90 97.57 2 16.5 16.18 98.06 3 16.5 16.47 99.81 Rata-rata 16.51 99.93

Setiap untilan ditimbang menggunakan timbangan digital. Setelah ditimbang, diperoleh data yang menunjukkan bahwa dosis untilan Urea rata-rata memiliki nilai rata-rata 10.32 kg dengan ketepatan 96.80%, sedangkan dosis untilan MOP rata-rata memiliki nilai rata-rata 16.51 kg dengan ketepatan 99.93%.

Pengamatan ketepatan jenis pupuk. Penentuan tepat jenis berdasarkan pada kebutuhan hara tanaman. Data ini diperoleh dari hasil analisis defisiensi unsur hara secara visual dan disesuaikan dengan data defisiensi unsur hara hasil

Dokumen terkait