• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Pembibitan

Kegiatan produksi bibit di PT BSRE dilaksanakan di Sub Divisi I, Divisi III Dolok Ulu dan berada di bawah tanggung jawab field service department (FSD). Total luas pembibitan produksi beserta sarana pendukung seperti bangunan dan jalan adalah 16.50 ha, sedangkan total luas kebun entress (source nursery) adalah 9.06 ha. Kebun entress ini terletak di lokasi yang berbeda, yaitu di Blok N-31 Sub-Divisi E, Divisi II Dolok Merangir. Bibit yang diproduksi di pembibitan PT BSRE pada tahun 2014 antara lain adalah PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13 dan DMI 35.

Kriteria lokasi produksi bibit yang dimiliki oleh PT BSRE adalah areal rata, dekat dengan sumber air, dan merupakan pusat dari areal penanaman. Hal ini bertujuan untuk mempermudah perawatan, kontrol, dan pendistribusian bibit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama magang di pembibitan produksi dan kebun entress antara lain adalah pembuatan bedengan pembibitan, penyemaian benih, seleksi batang bawah (culling), okulasi (budding), pengendalian gulma, dan seleksi bibit siap tanam.

Persemaian. Benih karet yang disemai berasal dari biji tanaman karet yang tersedia di lapangan dan dikenal dengan istilah benih campuran (mixed). Kriteria benih yang akan disemai antara lain memiliki ciri fisik ukuran paling besar, berat, dan berkilau. Benih yang tidak normal dengan ciri fisik ringan, buram, pecah atau berjamur langsung segera disingkirkan. Benih karet disemai dengan cara ditebarkan satu lapis di atas bedengan berukuran 15 m x 0.9 m x 0.05 m yang telah diisi lapisan pasir tipis dan disusun saling berdekatan dengan kerapatan rata-rata 1000 benih/m2. Bagian bawah benih ditimbun dengan pasir untuk menjaga kelembaban, sedangkan sepertiga bagian atas benih dibiarkan tersembul. Benih-benih tersebut disiram pada pagi dan sore hari untuk menjamin kelembaban bedengan. Benih akan berkecambah setelah 7–8 hari kemudian pada musim kemarau dan 5 hari kemudian pada musim hujan. Benih akan segera dibongkar dari persemaian setelah radikulanya muncul, kemudian dicuci, dan langsung ditanam pada hari yang sama sebanyak tiga benih per polybag. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan persemaian ini adalah bersifat borongan dan penulis turut membantu melakukan persemaian benih. Kegiatan penyemaian benih karet dapat dilihat pada Gambar 1.

Pengendalian gulma di pembibitan. Pengendalian gulma di pembibitan batang bawah khususnya gulma yang tumbuh di dalam polybag bibit dilakukan secara manual menggunakan tangan. Pencabutan dilakukan hingga ke akarnya agar gulma tidak tumbuh kembali. Gulma dominan yang tumbuh di dalam

17

polybag diantaranya gulma rumput-rumputan (Setaria plicata dan Axonopus

compressus) dan gulma daun lebar (Peperomia pelucida dan Cleome

rutidosperma). Gulma-gulma tersebut dikendalikan ketika masih berada pada fase vegetatif. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan pangendalian gulma ini adalah bersifat borongan. Standar borongan untuk kegiatan ini adalah 10 bedengan HK-1. Prestasi kerja penulis adalah 4 bedengan HK-1, sedangkan prestasi kerja tenaga FL wanita adalah 6 bedengan HK-1. Kegiatan pengendalian gulma di pembibitan batang bawah dapat dilihat pada Gambar 2.

Seleksi calon batang bawah (culling). Seleksi bibit calon batang bawah untuk okulasi dilakukan pada polybag yang berisi tiga tanaman calon batang bawah hasil semaian. Culling dilakukan dengan cara mencabut dua dari tiga bibit batang bawah yang memiliki kriteria pertumbuhan tidak jagur, akarnya melintir, albino, dan berukuran paling kecil. Bibit calon batang bawah yang disisakan adalah bibit yang paling jagur pertumbuhannya, minimal memiliki satu payung berdaun tua, dan bukan bibit albino. Bibit yang tidak memenuhi syarat batang bawah dicabut dan dikumpulkan di pinggir pasar blok. Bibit calon batang bawah yang pada awalnya sebanyak 300% diseleksi menjadi 100% bibit batang bawah siap okulasi. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan seleksi calon batang bawah (culling) ini adalah bersifat borongan. Standar borongan untuk kegiatan ini adalah 13 bedengan HK-1. Prestasi penulis adalah 6 bedengan HK-1, sedangkan prestasi kerja tenaga FL wanita adalah 11.5 bedengan HK-1. Kegiatan seleksi calon batang bawah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 1 Penyemaian benih karet Gambar 2 Pengendalian gulma di calon batang bawah pembibitan batang bawah

(a) Pencabutan bibit calon (b) Bibit calon batang bawah albino batang bawah afkir

18

Okulasi. Kegiatan okulasi merupakan salah faktor penting dalam memperoleh tanaman karet yang baik dan seragam di lapangan. Bibit batang bawah yang telah melewati proses culling dan telah berumur empat bulan setelah penanaman benih akan diokulasi sesuai dengan klon yang dibutuhkan pada kegiatan replanting di lapangan. Bibit batang bawah akan diokulasi apabila terdapat minimal 35% populasi satu bedengan telah memiliki rata-rata diameter

batang 1.5 cm pada ketinggian 10 cm dari tanah. Satu bedengan berisi

300 polybag tanaman. Bibit batang bawah yang sudah memenuhi kriteria

diokulasi pada satu kali rotasi, namun apabila keberhasilan okulasi pertama < 60% maka batang bawah akan diokulasi kembali pada rotasi kedua di sisi belakang okulasi pertama. Bibit batang bawah yang sudah dua kali diokulasi dan tetap tidak berhasil akan dibuang. Kegiatan okulasi green budding dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) Pengambilan mata entress (b) Penempelan mata entress

Gambar 4 Kegiatan okulasi green budding

Pembukaan perban okulasi dilakukan 21–23 hari setelah okulasi dan mata okulasi telah menempel sempurna pada jendela okulasi batang bawah. Pembukaan perban dilakukan dengan mengiris plastik perban secara hati-hati di bagian simpul ikatan bagian atas agar tidak merusak mata. Penghitungan keberhasilan jumlah okulasi dilakukan setelah proses pembukaan perban okulasi dalam satu bedengan selesai. Tingkat keberhasilan okulasi green budding di PT BSRE mencapai 80%.

Penulis mengikuti kegiatan okulasi klon PB 330 dengan prestasi kerja 112 tanaman HK-1, sedangkan prestasi karyawan okulasi adalah 317 tanaman HK-1.

Norma kerja yang berlaku adalah 7 jam HK-1 dengan basis tugas 16 tanaman jam-1 sehingga selama 7 jam kerja diperoleh 112 tanaman okulasi.

Pewiwilan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk membuang tunas-tunas adventif yang tumbuh di tempat dilakukannya penyerongan (cutback) pada bibit hasil okulasi. Tunas-tunas adventif yang dibuang terdiri atas tunas adventif yang sudah tumbuh dan masih berupa mata tunas. Tunas-tunas adventif ini dapat menghambat pertumbuhan mata okulasi. Pemotongan tunas-tunas adventif tersebut dilakukan dengan menggunakan pisau cutter. Norma kerja yang berlaku bagi tenaga FL bagi kegiatan pewiwilan di PT BSRE adalah bersifat borongan. Standar borongan setiap pekerja yang ditetapkan untuk kegiatan pewiwilan adalah 16 bedengan HK-1. Setiap bedengan pembibitan berisi + 300 polybag tanaman. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan

19 pewiwilan adalah 18 bedengan HK-1, sedangkan prestasi kerja tenaga FL wanita adalah 25 bedengan HK-1. Kegiatan pewiwilan dapat dilihat pada Gambar 5.

Seleksi Bibit Siap Tanam. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahap akhir sebelum bibit hasil okulasi siap ditanam di lapangan. Kriteria bibit siap tanam

adalah telah memiliki satu tajuk atau payung berdaun tua dan berumur 2–2.5 bulan setelah dilakukan penyerongan (cutback). Penanaman pada musim

hujan dapat dilakukan dengan cukup memilih bibit yang telah memiliki satu payung berdaun tua, sedangkan penanaman pada musim kemarau dilakukan dengan memilih bibit yang telah memiliki satu payung berdaun tua dengan tunas terminal yang sudah mulai muncul di atas payung. Setiap bibit siap tanam yang diproduksi memiliki identitas klon berupa cat penanda berwarna pada ujung batang, yaitu hitam untuk PB 340, putih untuk PB 330, dan merah untuk PB 260. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan seleksi bibit siap tanam adalah bersifat borongan. Standar borongan setiap pekerja pada kegiatan seleksi ini adalah 300 tanaman HK-1. Tenaga FL wanita selalu dapat mencapai standar borongan tersebut, sedangkan prestasi penulis adalah 42 tanaman HK-1. Kegiatan seleksi bibit siap tanam dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5 Pewiwilan bibit okulasi Gambar 6 Seleksi bibit siap tanam Persiapan lahan

Persiapan lahan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dilaksanakan setelah proses penebangan tanaman karet tua telah selesai. Kegiatan persiapan lahan di PT BSRE secara berturut-turut dimulai dari kegiatan pembongkaran tunggul dan perumpukan, ripping, ploughing, dan terracing. Seluruh kegiatan persiapan lahan di PT BSRE dikerjakan secara mekanis menggunakan traktor sesuai spesifikasi. Kegiatan persiapan lahan pada satu blok seluas 25 ha membutuhkan waktu rata-rata selama empat bulan.

Pembongkaran dan perumpukan tunggul. Kegiatan pembongkaran tunggul dan perumpukan dilakukan pada hari yang sama saat proses penebangan berlangsung. Penebangan tanaman karet tua dilakukan dengan menyisakan batang setinggi 30 cm dari permukaan tanah. Proses pembongkaran tunggul dilakukan menggunakan traktor bulldozer. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk membongkar satu tunggul adalah 12 detik atau sama dengan 5 tunggul menit-1. Tunggul yang telah dibongkar kemudian dirumpuk membentuk barisan arah Timur-Barat. Jarak antar rumpukan tunggul adalah 100 m. Kegiatan pembongkaran dan perumpukan tunggul dapat dilihat pada Gambar 7.

20

Ripping. Ripping merupakan kegiatan mengangkat sisa-sisa akar dari dalam tanah menggunakan traktor ripper. Standar kedalaman ripping di PT BSRE adalah 50 cm. Apabila kedalamannya kurang, maka pengawas akan meniupkan peluit sebagai tanda bahwa proses ripping harus diulang pada bagian tersebut. Pengecekan kedalaman alur ripping dilakukan dengan menusukkan tongkat besi dengan tinggi penanda 50 cm. Pengawas akan mengikuti dari belakang traktor

ripper dengan jarak 8–10 m. Ripping dilakukan sebanyak empat kali, yaitu

Ripping I arah Timur-Barat, Ripping II arah Utara-Selatan, Ripping III arah Tenggara-Barat laut, dan Ripping IV arah Barat daya-Timur laut. Jarak waktu antar ripping adalah 21 hari. Traktor ripper beroperasi selama 9 jam atau sama dengan 1 jam kerja traktor (JKT). Prestasi kerja traktor rata-rata selama 1 JKT adalah 4 ha. Kegiatan ini diawasi oleh seorang mandor replanting yang membawahi 2 orang tenaga FL dan 2 orang operator traktor ripper. Kegiatan

ripping yang sedang berlangsung saat ini adalah Ripping II Utara-Selatan dan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7 Pembongkaran dan Gambar 8 Ripping II Utara-Selatan perumpukan tunggul

Ploughing. Ploughing merupakan kegiatan mencacah bongkahan tanah hasil ripping agar menjadi bongkahan yang berukuran lebih kecil. Jarak waktu antara ploughing dan ripping adalah 21 hari. Ploughing dikerjakan menggunakan traktor C-Tine Plough. Kedalaman ploughing yang diharuskan di PT BSRE adalah 30 cm. Ploughing dilakukan sebanyak dua kali dengan rincian Ploughing I arah Timur-Barat dan Ploughing II arah Utara-Selatan. Jarak waktu antar

ploughing adalah 21 hari. Traktor C-Tine Plough beroperasi selama 9 jam atau sama dengan 1 jam kerja traktor (JKT). Prestasi kerja traktor rata-rata selama 1 JKT adalah 19 ha. Kegiatan ini sepenuhnya diawasi oleh seorang mandor

replanting yang membawahi seorang tenaga FL dan dua orang operator tarktor

C-Tine Plough. Kegiatan ploughing saat ini telah mencapai tahap Ploughing II Utara-Selatan dan dapat dilihat pada Gambar 9.

Terracing. Terracing merupakan kegiatan pembuatan teras pada lahan berbukit yang memiliki kemiringan > 20o atau > 36% dengan tujuan untuk mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, dan mempermudah perawatan ataupun penyadapan. Pembuatan teras di PT BSRE dilakukan dengan memotong kontur bukit menggunakan traktor bulldozer. Lebar teras yang dibuat adalah

21 Standar jarak antar teras adalah 6–8 m dan antar teras tersebut dibuat tangga setapak dengan kemiringan maksimal 45o. Setiap jarak 10 m dibuat guludan penahan air yang dilengakapi dengan reservoir. Traktor bulldozer beroperasi selama 9 jam atau sama dengan 1 jam kerja traktor (JKT). Prestasi kerja traktor rata-rata selama 1 JKT adalah sepanjang 700 m dengan lebar teras 2 m, sehingga luas teras yang dapat dibuat adalah 1 400 m2 JKT-1. Kegiatan pembuatan teras yang sedang dilakukan adalah di Blok T-22 dan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 9 Ploughing II Utara-Selatan Gambar 10 Pembuatanteras mekanis Pemancangan

Pemancangan merupakan kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap jumlah populasi ideal dan susunan barisan tanaman karet pada blok penanaman. Barisan tanaman yang terbentuk akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tajuk tanaman karet. Kegiatan pemancangan di PT BSRE dilaksanakan setelah proses pengolahan lahan, yaitu Ploughing II Utara-Selatan selesai. Pekerjaan memancang ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak FSD. Kegiatan pemancangan dapat dilihat pada Gambar 11a, sedangkan susunan titik tanaman dapat dilihat pada Gambar 11b.

(a) Pelaksanaan pemancangan (b) Denah tanam pola mata lima Gambar 11 Pemancangan pola mata lima di PT BSRE

Sistem pemancangan yang diterapkan untuk penanaman tahun 2013 adalah pola mata lima dengan jarak tanam 4 m x 4.5 m, yaitu 4 m jarak dalam baris dan 4.5 m jarak antar baris tanaman. Pemancangan yang pertama dilaksanakan adalah

22

pemancangan ajir kepala arah Utara-Selatan dan kemudian dilanjutkan dengan pemancangan ajir anakan arah Timur-Barat. Ajir kepala dan ajir anakan masing-masing memiliki standar panjang 100 cm dan 30 cm dengan bagian atas diberi cat kapur berwarna putih. Standar peletakan titik tanaman pertama menggunakan ajir kepala adalah 6 m dari titik tanaman terakhir di blok sebelah Utara atau Selatan blok yang dipancang dan 7 m dari titik tanaman terakhir di blok sebelah Timur atau Barat blok yang dipancang. Pemancangan yang diikuti penulis adalah pemancangan di Blok E-31, F-30, dan G-30 Sub-Divisi D Mainu dengan rata-rata prestasi kerja borongan 7 ha HK-1. Pemancangan di Blok E-31 dan F-30 masing-masing dilakukan selama dua hari, sedangkan di Blok G-30 selama satu hari. Pemeliharaan TBM karet

Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan untuk memberikan kondisi optimum bagi tanaman karet agar tetap dapat tumbuh sehat dan jagur. Kehadiran organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tumbuhnya bagian dari tanaman karet yang tidak diharapkan dapat menghambat proses pertumbuhan.

Menunas. Pembuangan tunas-tunas liar pada tanaman karet mulai dilakukan pada masa TBM agar terbentuk bidang sadap yang ideal. Penunasan tunas liar dilakukan menggunakan pisau cutter atau antel pada batang utama hingga ketinggian 3 m dari permukaan tanah. Cabang tunas liar dipotong hingga ke pangkal percabang agar tidak terbentuk benjolan pada permukaan batang saat masuk ke masa TM. Rotasi penunasan yang diterapkan adalah setiap 10–12 hari sekali. Standar borongan setiap pekerja adalah 5 ha HK-1. Prestasi kerja rata-rata penunas adalah 3 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.4 ha HK-1. Kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 12.

(a) Penunasan cabang menggunakan (b) Penunasan cabang menggunakan pisau cutter pisau antel

Gambar 12 Penunasan cabang dan tunas liar Penyadapan

Penyadapan merupakan suatu kegiatan seni melukai pohon karet secara terukur dan terbatas dengan tujuan untuk menghasilkan produksi maksimal. Penyadapan dikategorikan sebagai faktor utama yang berpengaruh langsung terhadap produksi karet. Teknik penyadapan yang digunakan di Divisi III

23 Dolok Ulu PT BSRE adalah teknik sadap tarik atau downward tapping system

(DTS) dan sadap sorong atau upward tapping system (UTS). Sistem penyadapan yang diterapkan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sistem penyadapan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE

Notasi sadap Teknik sadap Rotasi sadap (hari)

½ S d/3 Sadap tarik ½ spiral 3

½ S d/4 Sadap tarik ½ spiral 4

½ S ↗ d/4 Sadap sorong ½ spiral 4

¼ S d/3 Sadap sorong ¼ spiral 3

*Sumber: Rencana sistem sadap Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014

Sistem penyadapan ½ S d/3 dan ½ S d/4 diterapkan pada TM I–III dan TM XIII–XV, sedangkan sistem sadap sorong ¼ S d/3 diterapkan pada TM IV–X dan TM XVI–XXV. Sistem sadap sorong ½ S ↗ d/4 hanya diterapkan pada TM tua dua tahun menjelang di-replanting. Sistem penyadapan ini tidak bersifat tetap karena sangat bergantung pada jenis klon. Kegiatan penyadapan sistem sadap tarik dan sadap sorong dapat dilihat pada Gambar 13.

(a) Sadap tarik ½ S d/3 (b) Sadap sorong ¼ S d/3 Gambar 13 Penyadapan yang diterapkan di PT BSRE

Jumlah hari dan waktu penyadapan. Kegiatan penyadapan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dimulai pada pukul 06.30–10.30 WIB. Waktu istirahat selama satu jam diberikan kepada para penyadap hingga pukul 11.30 WIB dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian asam semut atau formic acid untuk menggumpalkan lateks menjadi cuplump hingga pukul 13.00 WIB. Pengutipan hasil dilaksanakan pada pukul 13.30 WIB dan dibawa ke stasiun lateks terdekat untuk ditimbang pada pukul 15.00 WIB. Penyadap diberi lembur atau overtime

24

Penetapan jumlah hari sadap per tahun adalah berdasarkan asumsi bahwa tiga hari Minggu dalam satu bulan merupakan hari kerja. Kemudian, setelah dikurangi hari-hari libur umum, maka terdapat ± 345 hari kerja dalam satu tahun.

Jumlah hari kerja tersebut merupakan jumlah hari sadap dalam satu tahun di PT BSRE. Atas dasar penetapan jumlah hari sadap tersebut, maka jumlah hari

sadap per tanaman adalah sebagai berikut: 1. Sistem rotasi sadap d/2 = 177 hari per tahun 2. Sistem rotasi sadap d/3 = 115 hari per tahun 3. Sistem rotasi sadap d/4 = 86 hari per tahun

Pembagian hanca dan pergiliran rotasi sadap. Aturan penamaan blok penanaman yang diterapkan di PT BSRE adalah menggunakan kombinasi huruf dan angka. Penyematan angka terkecil hingga terbesar dimulai dari blok sebelah barat menuju sebelah timur, sedangkan penyematan huruf secara alfabetis dimulai dari blok sebelah utara menuju sebelah selatan. Penamaan blok didahulukan dengan penyebutan huruf dan kemudian diikuti dengan angka. Misalnya, blok yang terletak pada urutan huruf L secara alfabetis dan urutan angka 29 secara numerik akan disebut sebagai Blok L-29. Blok ideal seluas 25 ha dibagi ke dalam 12–16 hanca sadap yang ditandai dengan pemberian nomor hanca atau polet. Setiap hanca dipisahkan oleh sebuah pasar tengah (PST) yang membagi hanca menjadi dua bagian, yaitu hanca sebelah barat dan timur. PST digunakan sebagai jalan akses pemeriksaan sekaligus tempat penyadap menempatkan kendaraan dan peralatan sadapnya. Satu hanca seorang penyadap terdiri atas enam sektor hanca. Hanca sebelah barat PST akan terdiri atas tiga sektor, yaitu sektor 1, 2, dan 3, sedangkan hanca sebelah timur PST terdiri atas sektor 4, 5, dan 6. Tampilan susunan sebuah hanca sadap di PT BSRE dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Tampilan susunan sebuah hanca sadap di PT BSRE

Seorang penyadap di PT BSRE secara umum memiliki 3–4 hanca penyadapan. Hanca-hanca tersebut dikenal sebagai hanca TAP A, TAP B, TAP C, dan TAP D. Hanca TAP D merupakan hanca tambahan karena adanya penggunaan rotasi sadap empat hari sekali atau d/4. Hanca TAP A diberi tanda

polet dengan cat berwarna merah, hanca TAP B warna biru, hanca TAP C warna

hijau, dan hanca TAP D warna kuning. Tanda polet akan ditempatkan pada dua pohon yang berada di ujung PST sebelah selatan dan utara.

Pergiliran rotasi sadap dalam hanca diterapkan berdasarkan aturan pembagian hanca yang telah ditetapkan. Penyadapan dimulai dari hanca sebelah Barat setiap bulan genap, sedangkan setiap bulan ganjil penyadapan dimulai dari hanca sebelah Timur. Ketentuan lebih spesifiknya adalah penyadapan sebelah barat pada bulan 2, 6, dan 10 akan dimulai dari barisan tanaman paling kanan sedangkan pada bulan 4, 8, dan 12 dimulai dari barisan tanaman paling kiri.

25 Penyadapan sebelah timur pada bulan 1, 5, dan 9 dimulai dari barisan tanaman paling kiri, sedangkan pada bulan 3, 7, dan 11 dimulai dari barisan tanaman paling kanan. Pegiliran rotasi sadap ini bertujuan mencegah serangan penyakit kering alur sadap (KAS) atau tapping panel dryness (TPD).

Kriteria siap sadap. Tanaman karet di PT BSRE mulai disadap ketika berumur 42–48 bulan setelah penanaman ke lapangan. Tanaman yang disadap seluruhnya berasal dari okulasi hijau atau green budding. Tanaman siap sadap memiliki lingkar batang minimal 46 cm yang diukur pada ketinggian 170 cm dari permukaan tanah. Pohon yang sudah masuk ke dalam kriteria sadap ditandai dengan tanda totol berjumlah empat buah. Totol merupakan titik atau noktah berbahan cat hitam yang ditorehkan di sisi pohon karet sebelah timur pada ketinggian 170 cm dari permukaan tanah. Penotolan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 36 bulan setelah penanaman ke lapangan. Suatu blok dapat disadap ketika 135 tanaman ha-1 telah memenuhi kriteria siap sadap atau sekitar 24% dari populasi normal 555 tanaman ha-1. Kriteria penotolandi PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kriteria penotolan tanaman siap sadap di PT BSRE

Jumlah totol Ukuran lingkar batang (cm)

1 38–41.9

2 42–43.9

3 44–45.9

4 > 46 *Sumber : Buku field standard practice (FSP) - 018 Tapping PT BSRE tahun 2014

Penggambaran bidang sadap. Penggambaran bidang sadap dilakukan menggunakan mal gambar. Mal gambar yang digunakan ada dua jenis, yaitu mal gambar dengan sudut kemiringan 30o dan 45o. Mal gambar dengan sudut kemiringan 30o digunakan untuk penggambaran bidang sadap setengah spiral (½ S), sedangkan mal gambar dengan sudut kemiringan 45o digunakan untuk penggambaran bidang sadap seperempat spiral (¼ S). Sudut sadapan atau kemiringan bidang sadap yang terbentuk sebesar 30o pada bidang sadap ½ S dan 45o pada bidang sadap ¼ S. Bidang sadap yang terbentuk adalah dari kiri atas ke kanan bawah. Penggambaran bidang sadap perawan dimulai pada setengah sisi pohon di sebelah barat dan kemudian menuju ke bidang sadap selanjutnya sesuai klon.

Penetapan kelas penyadap. Penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu kelas I, II, dan III. Penyadap kelas I setara dengan kelas A, kelas II setara dengan kelas B, dan kelas III setara dengan kelas C. Penyadap di PT BSRE diklasifikasikan ke dalam salah satu kelas tersebut berdasarkan jumlah nilai mutu yang diperoleh setelah dilakukannya inspeksi

Dokumen terkait