• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENYADAPAN KARET

(

Hevea

b

rasiliensis

M

uell.

A

rg.

) DI DOLOK MERANGIR ESTATE,

PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE,

SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA

HENDRA WIGUNA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Hendra Wiguna

NIM A24100002

(4)

ABSTRACT

HENDRA WIGUNA. Tapping Management of Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) at Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, North Sumatra. Supervised by SUPIJATNO.

The internship was conducted in order to improve knowledge, field skills, and aimed to learn and identify rubber tapping management. It was conducted at Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE), Simalungun, North Sumatra from February10th until June 9th 2014. Tapping management is aimed to upkeep continuity and increase the production of natural rubber according to its economic life spans. The percentage of average tappable tree per task field at PT BSRE on plant year 2005 and 2009 was 96.82%. The bark consumptions between tappers with A and B classification in downward tapping system ½ S d/3 and upward tapping system ¼ S d/3 were not significantly different and it has not been appropriate to the tapping standard practices. Factors of education and experience of tappers affected cuplump production in downward tapping system ½ S d/3, but factors of age did not affect it. Factors of education, age, and experience of tappers did not affect cuplump production in upward tapping system ¼ S d/3. Tapping panel management and using of stimulant at PT BSRE were applicated according to clonal spesified. Tapping panel dryness (TPD) disease of serial clone PB on plant year 2005 was significantly higher than plant year 2009, meanwhile TPD disease of clone PB 330 and DMI 35 was not significantly different at the same plant year periode.

Keywords: bsre, cuplump, Hevea brasiliensis, tapping, tpd ABSTRAK

Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian lapangan, dan bertujuan untuk mempelajari dan mengidentifikasi manajemen penyadapan tanaman karet. Kegiatan magang dilaksanakan di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE), Simalungun, Sumatera Utara pada tanggal 10 Februari hingga 9 Juni 2014. Manajemen penyadapan ditujukan untuk menjaga kontinuitas dan meningkatan produksi karet alam sesuai dengan umur ekonomis tanaman. Persentase populasi tanaman siap sadap rata-rata per-hanca di PT BSRE pada tahun tanam 2005 dan 2009 adalah 96.82%. Konsumsi kulit sadapan antara penyadap kelas A dan kelas B pada sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 tidak berbeda nyata dan belum sesuai dengan standar penyadapan perusahaan. Faktor pendidikan dan pengalaman kerja penyadap mempengaruhi produksi cuplump pada sistem sadap tarik ½ S d/3, sedangkan faktor usia tidak mempengaruhi. Faktor pendidikan, usia, dan pengalaman kerja penyadap tidak mempengaruhi produksi cuplump pada sistem sadap sorong ¼ S d/3. Manajemen bidang sadap dan penggunaan zat stimulansia di PT BSRE bersifat spesifik klon. Penyakit kering alur sadap (KAS) klon seri PB nyata lebih tinggi pada tahun tanam 2005 dibandingkan pada tahun tanam 2009, sedangkan penyakit KAS pada klon PB 330 dan DMI 35 tidak berbeda nyata pada tahun tanam sama.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

MANAJEMEN PENYADAPAN KARET

(

Hevea

b

rasiliensis

M

uell.

A

rg.

) DI DOLOK MERANGIR ESTATE,

PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE,

SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA

HENDRA WIGUNA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah yang dilimpahkan, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Manajemen Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis turut mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Orang tua dan saudara-saudara tercinta

2. Dr Ir Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing tugas akhir magang

3. Dr Dwi Guntoro, SP MSi dan Anggi Nindita, SP MSi selaku dosen penguji 4. Ir Zuki Elnasir Sinaga selaku Manajer Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 5. Ir Heri Haryono selaku Manajer Divisi IV Dolok Ulu PT BSRE

6. Ir PE Sibarani selaku Asisten Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dan pembimbing lapangan

7. Ir Rizalsyah selaku Asisten field service department (FSD) PT BSRE 8. Pihak human resource department (HRD) PT BSRE

9. Pihak safety, health, and environmentdepartment (SHE) PT BSRE

10. Bapak Janaidi selaku Mandor Besar Sub-Divisi I, Disivi III Dolok Ulu PT BSRE beserta jajarannya

11. Bapak Yahmaya Sinaga selaku Instruktur Sadapan Divisi III Dolok Ulu PT BSRE

12. Bapak Ponimin selaku Mandor Besar FSD PT BSRE beserta jajarannya 13. Bapak Jumadi selaku fasilitator transportasi lapangan

14. Tim dosen pengajar Mata Kuliah Teknik Penulisan Ilmiah sebagai pembimbing penulisan karya ilmiah

15. Rekan-rekan mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura yang senantisa memberikan kritik, saran, dan motivasi semangatnya

16. Radhiya Nur Anwar sebagai teman magang di PT BSRE 17. Liza Arma Ditri S sebagai teman diskusi

Mudah-mudahan karya ilmiah ini bermanfaat dan penulis dapat meraih gelar sarjana dengan hasil terbaik di bidangnya.

Bogor, Oktober 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Fisiologi Pengaliran Lateks 2

Konsumsi Kulit Sadapan 2

Aplikasi Zat Stimulansia 3

Kering Alur Sadap 4

Premi Penyadapan 5

Tenaga Kerja Penyadapan 5

METODE MAGANG 6

Tempat dan Waktu 6

Metode Pelaksanaan 6

Pengamatan dan Pengumpulan Data 7

Analisis Data dan Informasi 9

KEADAAN UMUM 10

Letak Geografi dan Administratif 10

Keadaan Iklim dan Tanah 11

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 11

Keadaan Tanaman dan Produksi 12

Struktur Organisai dan Ketenagakerjaan 14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 16

Aspek Teknis 16

Pembibitan 16

Persiapan Lahan 19

Pemancangan 21

(11)

Penyadapan 22

Pengumpulan dan Penimbangan Hasil 35

Aspek Manajerial 36

Asisten Sub-Divisi 36

Mandor Sadap 37

Mandor Strip Weeding 37

Mandor Pemupukan 38

Krani Stasiun Lateks 39

PEMBAHASAN 40

Populasi Tanaman Siap Sadap 40

Konsumsi Kulit Sadapan 41

Tanaman Terserang Kering Alur Sadap 43

Produksi Lateks Tenaga Kerja Sadap 44

Aplikasi Zat Stimulansia 46

Manajemen Bidang Sadap 47

SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 51

(12)

DAFTAR TABEL

1 Pembagian luas areal penggunan lahan Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 11 2 Luas areal penanaman TM dan TBM Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 12 3 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok

Ulu PT BSRE tahun 2005-2012 13

4 Program replanting di Divisi III Dolok Ulu tahun 2014 14 5 Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 15 6 Sistem penyadapan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 23 7 Kriteria penotolan tanaman siap sadap di PT BSRE 25 8 Penilaian kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 26 9 Kriteria kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 26 10 Pemberian premi penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE 26 11 Populasi tanaman siap sadap per-hanca di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok

Ulu PT BSRE 28

12 Konsumsi kulit sadapan sistem sadap tarik ½ S d/3 panel BOI-1 di Sub-Divisi I, Sub-Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 28 13 Konsumsi kulit sadapan sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 di

Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 29 14 Serangan KAS yang terjadi di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu

PT BSRE tahun 2014 29

15 Produksi cuplump yang dihasilkan penyadap pada sistem sadap tarik ½ S d/3 di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014 30 16 Produksi cuplump yang dihasilkan penyadap pada sistem sadap sorong

¼ S d/3 di Sub-Divisi I, Divisis III Dolok Ulu di PT BSRE tahun 2014 31 17 Ketentuan penyiapan zat stimulansia siap aplikasi di PT BSRE 31 18 Kode aplikasi zat stimulansia ethephon di PT BSRE 32 19 Formulasi zat stimulansia sesuai klon dan panel sadapan di PT BSRE 33

DAFTAR GAMBAR

1 Penyemaian benih karet calon batang bawah 17 2 Pengendalian gulma di pembibitan batang bawah 17 3 Seleksi bibit calon batang bawah (culling) 17 4 Okulasi green budding 18

5 Pewiwilan bibit okulasi 19

6 Seleksi bibit siap tanam 19

7 Pembongkaran dan perumpukan tunggul 20

8 Ripping II Utara-Selatan 20

9 Ploughing II Utara-Selatan 21

10 Pembuatanteras mekanis 21

11 Pemancangan pola mata lima di PT BSRE 21

(13)

13 Penyadapan yang diterapkan di PT BSRE 23 14 Tampilan susunan sebuah hanca sadap di PT BSRE 24

15 Serangan KAS di perkebunan karet PT BSRE 30

16 Teknik lace application zat stimulansia di PT BSRE 32

17 Manajemen bidang sadap di PT BSRE 34

18 Kolom sadapan pada panel dan inspeksi tanda bulan 34 19 Kegiatan penimbangan cuplump di Stasiun Lateks X-24 35

20 Strip weeding pada TM karet 38

21 Pemupukan metode circle application 39

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) 52 2 Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor 54 3 Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten 57

4 Peta perkebunan karet PT BSRE 59

5 Data curah hujan PT BSRE 60

6 Struktur organisasi kebun PT BSRE 61

7 Penetapan poin penilaian sadapan PT BSRE 62

8 Peralatan sadap standar PT BSRE 64

9 Faktur kiriman lateks dan cuplump PT BSRE 67

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan tanaman asli Amerika Selatan dan diintroduksi secara massal ke negara-negara tropis Asia seperti Indonesia sejak abad ke-19. Negara-negara utama produsen karet alam di dunia adalah Thailand, Indonesia, Malaysia, India, dan Vietnam (Lai et al. 2012). Pada tahun 2012 Indonesia memiliki perkebunan karet seluas 3 484 073 ha dengan produksi mencapai 3 180 297 ton karet kering per tahun. Luas areal perkebunan karet di Indonesia terus mengalami peningkatan sepanjang tahun. Luas perkebunan karet di Indonesia adalah 3 424 217 ha pada tahun 2008 dan kemudian mengalami peningkatan sebesar 1.75% menjadi 3 484 073 ha pada tahun 2012. Produksi karet Indonesia juga turut mengalami peningkatan sebesar 15.46%, yaitu 2 754 356 ton pada tahun 2008 menjadi 3 180 297 ton pada tahun 2012. Perkebunan karet di Indonesia memiliki produktivitas nasional rata-rata 1 080 kg ha-1 tahun-1 karet kering pada tahun 2012 (DITJENBUN 2013).

Pada tahun 2012 Indonesia memiliki kontribusi sebesar 36.36% produksi karet alam dunia. Jepang dan Cina tercatat sebagai negara pengimpor produk karet alam Indonesia terbesar di Asia dengan kuota masing-masing 389 234 ton dan 437 750 ton, sedangkan Amerika Serikat tercatat sebagai negara pengimpor terbesar di dunia dengan kuota 572 278 ton. Kuota impor karet alam Amerika Serikat meningkat 4.71% dari tahun 2010 hingga 2012 (GAPKINDO 2013). Permintaan terhadap produk karet alam Indonesia yang tinggi dan cenderung meningkat merupakan peluang yang sangat potensial sebagai sumber devisa negara. Permintaan yang tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun di pasar internasional harus tetap dipertahankan stabilitas dan kontinuitasnya agar negara tidak kehilangan devisa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui manajemen produksi kebun, khususnya melalui manajemen penyadapan.

Manajemen penyadapan bertujuan untuk menjaga kontinuitas dan meningkatan produksi karet alam sesuai dengan umur ekonomi tanaman karet, yaitu 20–22 tahun. Produksi tanaman karet dapat dikategorikan optimal apabila produksi karet yang diperoleh telah mencapai produksi maksimal tetapi tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman. Produksi optimal tersebut dicapai dalam satu siklus umur ekonomi tanaman karet (Sumarmadji 2000).

(16)

2

Tujuan

Pelaksanaan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap teori yang diperoleh di perkuliahan melalui kegiatan praktik yang sesungguhnya di lapangan. Kegiatan magang diharapkan mampu meningkatkan keahlian sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.

Tujuan khusus adalah mempelajari dan mengidentifikasi manajemen penyadapan tanaman karet di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi Pengaliran Lateks

Penyadapan merupakan ilmu dan seni melukai kulit tanaman karet secara terukur dan terbatas untuk memperoleh produksi maksimal dan berkelanjutan. Pembuluh lateks yang terpotong akibat pelukaan akan pulih kembali sehingga jika dilakukan kegiatan penyadapan berikutnya akan tetap kembali mengeluarkan lateks (Setiawan dan Andoko 2008). Kegiatan penyadapan di kebun produksi memerlukan perlakuan yang sebaik-baiknya. Tanaman muda peralihan dari masa TBM disadap ketika mencapai umur 5–6 tahun dan bergantung pada kesuburan tanahnya (Setyamidjaja 1993).

Siregar (1995) menyatakan bahwa manajemen penyadapan bertujuan untuk mempertahankan umur ekonomi tanaman, merencanakan produksi pada periode mendatang, merencanakan keuangan terutama premi sadap, dan mempersiapkan dalam menempuh kebijakan baru di kebun. BALIT Sembawa (1982) menyatakan bahwa proses keluarnya lateks diakibatkan oleh adanya tekanan pada pembuluh lateks yang dikenal dengan tekanan turgor dari dalam dinding sel oleh isi sel. Isi sel yang semakin banyak akan menghasilkan tekanan turgor yang semakin besar pada dinding sel. Jika hal ini terjadi, maka jumlah lateks yang keluar dari pembuluh lateks akan semakin banyak.

Tekanan turgor terbesar terjadi pada pukul 04.00–08.00, sehingga penyadapan untuk memperoleh lateks terbanyak sebaiknya dilaksanakan pada rentang waktu tersebut. Kekuatan turgor tersebut sangat dipengaruhi oleh waktu. Seiring dengan tingginya intensitas matahari, tekanan turgor tanaman semakin lemah sehingga lateks yang keluar semakin sedikit (Setiawan dan Andoko 2008).

Konsumsi Kulit Sadapan

Konsumsi kulit sadapan merupakan ukuran ketebalan kulit tanaman karet

yang diiris oleh penyadap dalam setiap dilakukannya penyadapan. BALIT Sembawa (1982) merekomendasikan bahwa kulit asli tanaman karet dapat

(17)

3 Suhendry (2013) menyatakan bahwa kulit pulihan dapat disadap kembali dengan toleransi ketebalan irisan 2–2.5 mm dalam setiap satu kali penyadapan. Penetapan rekomendasi tersebut bertujuan agar kulit tidak rusak dan produksi lateks tetap stabil sehingga penyadapan tetap dapat dilakukan hingga tanaman mencapai umur ekonominya.

Ukuran pembuluh lateks sangat bervariasi atau tergantung pada jenis klonnya, yaitu 21.6–29.7 mikron. Pembuluh lateks sebanyak 20–55% terdapat pada jarak 1 mm pertama dari kambium, 10–35% pada jarak 2 mm dari kambium, dan 10–30% pada jarak berikutnya dari kambium (Setiawan dan Andoko 2008). Kemiringan sadapan yang terbentuk pada bidang sadap akan mempengaruhi jumlah pembuluh lateks yang terpotong. Rekomendasi standar sudut kemiringan bidang sadap yang paling baik, yaitu 30o–40o pada sistem sadap tarik dan 45o pada sistem sadap sorong. Penetapan sudut kemiringan bidang sadap ini didasarkan pada pembuluh lateks yang letaknya agak miring dari arah kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 3.7o terhadap bidang vertikal batang tanaman karet (BALIT Sembawa 2008).

Aplikasi Zat Stimulansia

Sistem penyadapan yang dikenal di Indonesia sekarang ini ada dua sistem, yaitu sistem penyadapan tanpa menggunakan zat stimulansia (penyadapan konvensional) dan penyadapan sistem kombinasi antara kegiatan penyadapan dan pemakaian zat stimulansia (penyadapan stimulasi) (BALIT Sembawa 1982). Pemakaian zat stimulansia ditujukan pada tanaman karet yang telah dewasa. Penggunaan zat stimulansia bertujuan untuk memperoleh tambahan keuntungan melalui peningkatan produksi lateks yang dihasilkan (Setyamidjaja 1993). Penyadapan stimulasi dapat meningkatkan produksi sebesar 40% dari penyadapan tanpa zat stimulansia pada frekuensi sadap sama (Siregar dan Suhendry 2013).

Peningkatan frekuensi aplikasi atau konsentrasi zat stimulansia dapat dilakukan untuk mencapai produksi tanaman yang optimal. Setiap satuan zat stimulansia memberikan efek yang berbeda pada jenis klon yang berbeda sehingga perlakuan stimulasi hanya akan efektif pada klon-klon yang mempunyai respon tinggi terhadap zat stimulansia (Boerhendhy dan Amypalupy 2010). Suatu klon tertentu sampai batas-batas yang masih efektif, pemberian zat stimulansia akan menguntungkan. Oleh karena itu, penggunaan zat stimulansia harus dilakukan secara hati-hati. Pemberian zat stimulansia yang berlebihan akan merugikan kesehatan tanaman yang ditandai oleh meningkatnya intensitas kering alur sadap (Sumarmadji et al. 2005).

Setiawan dan Andoko (2008) menyatakan bahwa zat stimulansia yang banyak digunakan pada perkebunan karet di Indonesia adalah zat stimulansia berbahan aktif ethephon (2-chloroethyl phosphonic acid) dengan merek dagang Ethrel, ELS, dan Cepha. Ethephon memiliki kandungan berupa gas etilen dan jika diaplikasikan pada alur sadap, gas tersebut akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Prinsip kerjanya adalah gas etilen akan menyerap air yang berada dalam sel-sel di sekitar pembuluh lateks. Penyerapan air yang terjadi mengakibatkan tekanan turgor naik dan berakibat pada derasnya aliran lateks yang keluar.

(18)

4

zat stimulansia jika telah berumur lebih dari 10 tahun atau 15 tahun dan disadap dengan intensitas rendah (½ S d/4 atau ½ S d/3).

Siregar dan Suhendry (2013) menyatakan bahwa terdapat empat teknik aplikasi zat stimulansia, yaitu groove application (Ga), lace application (La),

bark application (Ba), dan bark hole application (Bhl). Teknik Ga merupakan teknik aplikasi zat stimulansia dengan terlebih dahulu menarik scrap dari alur sadap dan setelah terlepas zat stimulansia dioleskan tepat pada alur sadap tersebut menggunakan sikat gigi atau kuas. Teknik La dilakukan dengan langsung menggosokkan ujung sikat gigi atau kuas yang telah dicelupkan dalam larutan zat stimulansia ke alur sadap tanpa menarik scrap-nya terlebih dahulu. Teknik Ba dilakukan dengan terlebih dahulu mengerok kulit perawan selebar 2–2.5 cm hingga sebatas kulit pasir dan kemudian ujung sikat gigi atau kuas yang telah dicelupkan dalam larutan zat stimulansia dioleskan tepat pada kulit kerokan tersebut. Teknik Bhl dilakukan dengan terlebih dahulu membuat lubang berdiameter 0.50.8 cm pada permukaan kulit tanaman karet, kemudian wadah atau botol zat stimulansia dihubungkan menggunakan selang menuju lubang tersebut untuk mengalirkan zat stimulansia ke dalam kulit tanaman karet.

Kering Alur Sadap

Penyakit kering alur sadap (KAS) merupakan penyakit bidang sadap akibat adanya gangguan fisiologis yang disebabkan oleh intensitas penyadapan yang terlalu berat dan pemberian zat stimulansia yang berlebihan (Siregar dan Suhendry 2013). Penyakit kering alur sadap (KAS) yang tinggi pada perkebunan karet tidak dapat dipisahkan dari klon dan sistem eksploitasi tanaman. Penyakit KAS tergolong ke dalam penyakit tanaman karet yang sangat merugikan. Pencegahan KAS merupakan upaya prioritas yang harus dilakukan untuk mempertahankan produksi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan sistem eksploitasi yang tepat (Boerhendhy dan Amypalupy 2010). Klon berproduksi tinggi dan rentan terhadap zat stimulansia tidak dianjurkan untuk diberi zat stimulansia, seperti klon PB 235, PB 260, dan RRIM 712 (Sumarmadji 2000), dan klon BPM 1, PB 330, dan RRIC 100 (Woelan et al. 1999).

(19)

5 Premi Penyadapan

Premi adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila telah melampaui batas ketentuan basis kerja yang ditetapkan perusahaan. Seseorang yang bekerja melebihi kewajibannya berhak memperoleh premi (Ghani 2003). Premi yang diterima oleh seorang penyadap di perkebunan karet adalah premi penyadapan. Setiap perkebunan karet memiliki ketentuan masing-masing dalam menetapkan sistem premi penyadapaan. Saragih (2002) menyatakan bahwa sistem premi sadap yang diberlakukan di Kebun Kawung, PTP Nusantara IX terdiri atas premi buka sadap, premi luar buka sadap, premi sadap borongan, dan premi untuk pengawas. Premi buka sadap terdiri dari premi kualitas, yaitu Rp 500 HK-1 efektif dan premi kuantitas, yaitu Rp 45 kg-1 karet kering. Premi luar buka sadap dihitung berdasarkan klasifikasi penyadap. Premi sadap borong berlaku pada hari Minggu atau hari libur dan perhitungan preminya sama dengan premi luar buka sadap,

akan tetapi premi kuantitas diganti dengan premi sadap borong sebesar Rp 700 kg-1 karet kering. Premi penyadapan diberikan setiap akhir bulan

berdasarkan premi yang diperoleh setiap hari, baik dari sadap rutin maupun borongan selama satu bulan. Premi pengawas terdiri dari premi untuk mandor sebesar 200%, mandor sadap atau tap control sebesar 150%, dan pelayan TPH sebesar 100% masing-masing dari rata-rata premi penyadap.

Herdiati (2003) menyatakan bahwa premi penyadap yang diberikan di PT Pinago Utama Sei Kukui bertujuan untuk meningkatkan semangat dan prestasi kerja penyadap sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang telah ditetapkan. Premi penyadapan yang diterima oleh seorang penyadap terdiri atas premi lateks, premi cuplump, premi scrap, premi kualitas, dan premi kehadiran. Premi lateks untuk kelas A adalah Rp 140 kg-1, kelas B adalah Rp 95 kg-1, dan kelas C adalah Rp 55 kg-1. Premi cuplump dan scrap ditentukan berdasarkan jumlah cuplump dan

scrap yang diperoleh penyadap selama satu bulan dikalikan dengan premi masing-masing, yaitu cuplump sebesar Rp 50 kg-1 dan scrap sebesar Rp 150 kg-1.

Tenaga Kerja Penyadapan

Fungsi manajemen sumber daya manusia tidak cukup hanya dipandang sebagai fungsi pendukung operasi dan lebih rendah dari fungsi utama seperti pemasaran, operasional, ataupun keuangan. Fungsi sumber daya manusia tidak dapat digantikan oleh fungsi lain dalam memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu, evaluasi terhadap pelaksanaan dan pengendalian program-program sumber daya manusia harus dilakukan agar fungsi sumber daya manusia berjalan dengan baik (Kosasih et al. 2012).

Pengelolaan tenaga kerja dinilai memiliki prioritas yang sama dengan aspek teknis pengelolaan kebun karet. Tinggi atau rendahnya produksi lateks yang dihasilkan dari kebun sangat ditentukan oleh baik atau tidaknya penyadap melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, penyadapan tanaman karet sering didefinisikan sebagai perpaduan kebijaksanaan antara aspek teknis agronomi dan pengelolaan tenaga kerja (Siregar 1995).

(20)

6

tanaman karet sebanyak 500–550 tanaman pada areal datar dan 400–450 tanaman pada areal bergelombang atau sama dengan 1 ha hanca setiap hari (Siregar dan Suhendry 2013). Seorang penyadap di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate,

PT PP London Sumatera mampu menyadap tanaman karet sebanyak 478545 tanaman setiap hari atau sama dengan hanca seluas 0.951.08 ha dengan

populasi normal 505 tanaman ha-1 (Robianto 2013).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu, Perkebunan Karet Dolok Merangir, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE), Simalungun, Sumatera Utara. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan, dimulai pada tanggal 10 Februari 2014 hingga 9 Juni 2014.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang di PT BSRE dilaksanakan dengan mengikuti serangkaian kegiatan teknis dan manajerial kebun. Kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan teknis sebagai karyawan harian lepas atau free labour (FL) selama satu bulan dan kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor selama dua bulan serta sebagai pendamping asisten sub-divisi selama satu bulan.

Kegiatan teknis

Kegiatan teknis bertujuan untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan teknis yang dilaksanakan oleh karyawan kebun di lapangan. Kegiatan teknis yang dilaksanakan sebagai tenaga FL selama satu bulan adalah kegiatan di pembibitan green budding yang terdiri atas persemaian, pengendalian gulma di pembibitan, seleksi calon batang bawah (culling), okulasi, pewiwilan, dan seleksi bibit siap tanam. Kegiatan teknis di lapangan terdiri atas pemancangan, persiapan lahan, aplikasi zat stimulansia, penyadapan, dan penimbangan hasil. Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kegiatan manajerial

(21)

7 kerja sub-divisi, pendampingan saat rapat dan apel/antrian pagi, dan penyusunan laporan administrasi sub-divisi. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Metode memperoleh data dan informasi selama kegiatan magang dilakukan dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mengumpulkan data primer melalui wawancara, diskusi, dan pengamatan langsung di lapangan. Metode tidak langsung dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder mengenai letak geografis dan administratif kebun, keadaan iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, dan struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Pengumpulan data selama dilaksanakannya kegiatan magang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pengukuran langsung pada data primer dan analisis arsip pada data sekunder. Data primer

Data primer merupakan data yang bersumber dari pengamatan langsung di lapangan sehingga diperoleh hasil dalam bentuk data primer kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang diamati antara lain adalah:

1. Populasi tanaman siap sadap per hanca

Pengamatan terhadap data ini dilakukan untuk mengetahui populasi rata-rata tanaman karet yang telah siap untuk disadap per hanca. Pengamatan dilakukan pada sepuluh sampel hanca penyadapan dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Data diperoleh dengan mewawancarai penyadap dan sensus terhadap jumlah tanaman (treecount) siap sadap di setiap hanca sampel. 2. Konsumsi kulit sadapan

Pengamatan terhadap data ini dilakukan masing-masing pada sepuluh

sampel hanca sadap dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap

penyadap. Jumlah tanaman sampel yang diamati dari setiap penyadap adalah sebanyak 30 tanaman. Komponen-komponen konsumsi kulit sadapan yang diamati terdiri atas:

a. Tebal irisan sadap. Pengamatan dilakukan dengan mengukur ketebalan kulit bekas sadapan (tatal) menggunakan sigmat pada hari dilakukannya penyadapan. Kulit bekas sadapan diambil dan dikumpulkan sesuai dengan asal tanaman sampel, kemudian diukur untuk memperoleh nilai ketebalan kulit sadapan sesuai hanca dan hari sadapnya.

b. Kedalaman sadap. Pengamatan dilakukan dengan menusukkan alat tusuk berupa jarum inspeksi hingga menyentuh kayu pada bidang sadapan yang baru disadap dan kemudian mengukur hasil kedalaman tusukan tersebut menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan pada tiga titik bidang sadapan, yaitu bagian atas, tengah, dan bawah.

(22)

8

Nilai hasil pengamatan yang diperoleh merepresentasikan tingkat konsumsi kulit bulanan atau tahunan. Pengamatan dilakukan pada hanca dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 panel BOI-1 yang telah disadap selama 6 bulan dan sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 yang telah disadap selama 12 bulan.

d. Panjang alur sadap. Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang alur sadap masing-masing tanaman sampel dari kiri atas ke kanan bawah. Pengukuran panjang alur sadap dilakukan menggunakan meteran gulung pada sepuluh sampel hanca penyadapan dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Jumlah tanaman sampel yang diamati dari setiap penyadap adalah sebanyak 30 tanaman.

e. Kemiringan sadapan. Pengamatan terhadap data ini dilakukan dengan mengukur kemiringan bidang sadap terhadap bidang horizontal. Pengukuran kemiringan sadapan dilakukan menggunakan busur digital pada sepuluh sampel hanca penyadapan dengan sistem sadap tarik ½ S d/3 dan sadap sorong ¼ S d/3 sehingga terdapat tiga hanca pengamatan sebagai ulangan untuk setiap penyadap. Jumlah tanaman sampel yang diamati dari setiap penyadap adalah sebanyak 30 tanaman.

3. Aplikasi zat stimulansia

Pengamatan terhadap data ini dilakukan dengan mengamati dan mempraktikkan proses penyiapan larutan zat stimulansia, mencatat informasi frekuensi aplikasi zat stimulansia, penentuan dosis aplikasi zat stimulansia per tanaman spesifik panel sadapan, cara pengaplikasian, merek dagang, dan bahan aktif. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan kerja pada satu mandoran stimulansia.

4. Tanaman terserang Kering Alur Sadap (KAS)

Pengamatan terhadap data ini dilakukan untuk memperoleh data jumlah tanaman karet yang terserang KAS akibat penerapan sistem eksploitasi yang tidak tepat. Data diperoleh melalui analisis arsip laporan Tapping Panel Dryness kebun. Metode deteksi serangan KAS yang dilakukan di PT BSRE adalah metode

sampling dan pengamatan secara visual. Tanaman sampel siap sadap diambil

secara acak sebanyak 200 tanaman dari satu blok, kemudian jumlah tanaman terserang KAS yang ditemui dipersentasekan dan dikalikan dengan jumlah tanaman (treecount) siap sadap keseluruhan blok tersebut. Deteksi visual serangan KAS dilakukan pada blok-blok dengan panel sadapan BO dan HO yang masing-masing memiliki tahun tanam berbeda.

5. Tenaga kerja penyadapan

(23)

9 Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan melakukan analisis arsip perusahaan, laporan kerja, dan studi pustaka. Data ini tersedia dalam bentuk data kualitatif. Data sekunder yang diamati antara lain adalah:

1. Manajemen bidang sadap

Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai penerapan manajemen bidang sadap tanaman karet spesifik klon dan umur sadap pada beberapa tahun tanam. Penerapan manajemen bidang sadap merupakan cara untuk mengelola umur ekonomi tanaman karet secara optimal.

2. Kelas penyadap di kebun

Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai syarat penentuan kelas penyadap berdasarkan mutu sadapan sesuai prosedur operasional standar penyadapan perusahaan.

3. Sistem premi penyadapan

Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai sistem premi penyadapan yang diterapkan di PT BSRE. Penyadap yang mampu mencapai atau melebihi target produksi yang ditetapkan perusahaan akan memperoleh premi penyadapan.

4. Letak geografis dan administratif

Data ini diperoleh dengan melakukan uji koordinat GPS dan pengenalan batas-batas kebun PT BSRE dengan cara mempelajari peta kebun.

5. Keadaan iklim dan tanah

Data ini diperoleh dengan menganalisis laporan catatan curah hujan kebun dan kemudian dilanjutkan dengan studi pustaka mengenai tipe iklim di PT BSRE berdasarkan klasifikasi Schmidth dan Ferguson.

6. Luas areal konsesi dan tata guna lahan

Data ini diperoleh dengan menganalisis laporan tata guna lahan dan arsip status HGU terakhir PT BSRE.

7. Keadaan tanaman dan produksi

Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip tahun penanaman dan laporan produksi tahunan PT BSRE.

8. Struktur organisasi dan ketenagakerjaan

Data ini diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai struktur organisasi kebun di PT BSRE dan laporan jumlah tenaga kerja efektif tahun 2014.

Analisis Data dan Informasi

(24)

10

t-hitung = rataan pengamatan 1 - rataan pengamatan 2 Sp √ (1/n1 + 1/n2)

Nilai Sp = √ [ (n1-1) S12 + (n2-1) S22 ]

√ (n1 + n2) - 2

Dimana: Sp : simpangan baku gabungan pengamatan 1 dan 2 n1 : populasi pengamatan 1

n2 : populasi pengamatan 2

S12 : ragam populasi 1

S22 : ragam populasi 2

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan positif atau negatif antara pengalaman kerja penyadap dan produksi lateks yang dihasilkan.

r = n ∑

xiyi

– ((∑

xi

) (∑

yi

)) )

√ [ n ∑

x

i2 – ( ∑

x

i)2 ] [ n ∑

y

i2 – ( ∑

y

i)2 ] Dimana: r : koefisien korelasi contoh (-1 < r < 1)

x

i : nilai populasi

x

ke-i

y

i : nilai populasi

y

ke-i

n : jumlah populasi yang diamati

Analisis deskriptif dilakukan terhadap data dan informasi aplikasi zat stimulansia, pola penerapan rumus sadap berdasarkan umur sadap dan klon,

kelas penyadap di kebun, dan sistem premi penyadapan. Hasil analisis statistik yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan kesesuaian hasil kerja penyadap terhadap standar yang diterapkan perusahaan.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Administratif

Perkebunan Karet PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate (BSRE) terletak di Nagori Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Head Office perkebunan karet ini secara geografis terletak pada koordinat 3o 6 57.5 Lintang Utara dan 99o 7 17.8 Bujur Timur. Letak wilayah administratif PT BSRE adalah sebelah timur berbatasan dengan PTPN IV Unit Dolok Ilir, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapian Dolok, sebelah utara berbatasan dengan Kebun PTPN III Unit Gunung Para, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tapian Dolok.

(25)

11 Keadaan Iklim dan Tanah

Keadaan iklim di Perkebunan Karet PT BSRE menurut klasifikasi Schmidth dan Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim A (sangat basah) dengan curah hujan rata-rata tahunan 2 377 mm tahun-1, bulan basah (BB) 9.30 bulan, dan bulan kering (BK) 1.10 bulan dalam setahun. Kelembaban udara rata-rata harian adalah + 75% dengan suhu rata-rata 30 oC. Data curah hujan di Perkebunan Karet PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 5. Jenis tanah yang terdapat di Perkebunan Karet PT BSRE adalah Podsolik Merah Kuning dengan pH 6–7.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Perkebunan karet PT BSRE secara keseluruhan memiliki lahan konsesi seluas 18 002.86 ha yang terbagi atas lima divisi, yaitu Divisi I Naga Raja seluas 3 352.26ha, Divisi II Dolok Merangir seluas 4 590.81 ha, Divisi III Dolok Ulu seluas 3 159.84 ha, Divisi IV Dolok Ulu seluas 2770.20 ha, dan Divisi V Aek Tarum seluas 4 129.75 ha. Lahan perkebunan karet yang diusahakan oleh PT BSRE sepenuhnya adalah lahan perkebunan inti sesuai dengan sertifikat HGU yang diperoleh dari pemerintah. Status kepemilikan perusahaan tercantum dalam keputusan sirkuler pada Akte Notaris No. 80, Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-02853 HT.01.04.TH.2005 tanggal 2 Februari 2005 dan Persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 236/B.2/A6/2005 tanggal 4 Oktober 2005. Divisi III Dolok Ulu terbagi atas tiga Sub-Divisi, yaitu Sub-Divisi H Pondok Burihan seluas 934.47 ha, Sub-Divisi I Pondok Baru seluas 1 123.91 ha, dan Sub-Divisi J Jaman Dolok

seluas 1 101.46 ha. Luas areal penggunaan lahan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pembagian luas areal penggunan lahan Divisi III Dolok Ulu PT BSRE

Uraian Luas lahan Sub-Divisi (ha) Total

H I J

TM Karet 900.88 832.23 1 042.27 2 775.38

TBM Karet - 115.55 - 115.55

Replanting - 94.73 - 94.73

Pembibitan - 16.50 - 16.50

Areal terbuka dapat

ditanami - - - -

Jalan/rel 19.76 28.73 24.02 72.51

Bangunan dan

pemukiman 8.22 30.33 15.70 54.25

Sawah dan rawa 5.61 5.84 17.00 28.45

Hutan konservasi - - 2.47 2.47

Total 943.47 1 123.91 1 101.46 3 159.84

(26)

12

Keadaan Tanaman dan Produksi

Perkebunan karet PT BSRE terdiri atas beberapa tahun tanam, baik tahun tanam paling tua berupa tanaman menghasilkan (TM) hingga tahun tanam yang paling muda berupa tanaman belum menghasilkan (TBM). Tahun tanam yang terdapat di Divisi III Dolok Ulu terdiri atas tahun tanam 1991, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2005, 2006, 2007, 2009, 2012, dan 2013. Tanaman karet di PT BSRE sudah mulai dapat disadap ketika memasuki umur 42–48 bulan setelah dipindah tanam ke lapangan.

Klon karet yang ditanam di PT BSRE khususnya di Divisi III Dolok Ulu antara lain adalah klon PB 260, PB 235, PB 330, PB 340, DMI 3, DMI 4, DMI 12, DMI 13, DMI 14, RRIC 100, RRIM 901, RRIM 911, dan RRIM 921. Jarak tanam yang digunakan untuk replanting tahun 2014 adalah 4 m x 4.5 m membentuk pola mata lima, yaitu 4 m jarak dalam baris dan 4.5 m jarak antar baris tanaman sehingga terdapat populasi sebanyak 555 tanaman ha-1. Luas areal TM dan TBM di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE sesuai tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Luas areal penanaman TM dan TBM di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE

Tahun Tanam Luas areal penanaman Sub-Divisi (ha)

H I J

TM

1991 - - 108.15

1993 26.42 117.21 34.06

1994 - 9.13 48.80

1995 - 74.55 -

1996 47.93 - -

1997 161.64 40.25 45.20

1998 51.53 - 207.43

1999 187.87 39.26 113.17

2000 154.50 - -

2001 232.30 4.31 291.10

2002 4.85 - 96.57

2005 - 200.72 -

2006 33.85 22.85 -

2009 - 117.21 -

TBM

2012 - 88.60 -

2013 - 94.73 -

Total 900.88 805.82 1 042.27

(27)

13 Produksi yang dihasilkan di PT BSRE adalah cuplump, yaitu lateks yang digumpalkan langsung di mangkuk penampung menggunakan larutan asam semut atau formic acid 3%. Hasil produksi berupa cuplump ini kemudian diangkut menggunakan truk dan diolah di pabrik Dolok Merangir (DM-Factory). Pabrik Dolok Merangir merupakan pabrik pengolahan karet alam yang khusus memproduksi Crumb Rubber SIR 10 (TA62), SIR 20VK (TA77), dan SIR 3WF (TA01) untuk diekspor ke Jepang, Amerika, dan Brazil. Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman karet selama delapan tahun di Divisi III Dolok Ulu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2005–2012

Tahun Luas TM (ha)

Rata-rata produksi karet kering (kg)

Rata-rata produktivitas karet kering (kg ha-1)

2005 2 681.22 3 579 248 1 335

2006 2 725.22 4 624 676 1 697

2007 2 627.44 4 938 892 1 880

2008 2 633.19 5 093 947 1 935

2009 2 719.97 5 224 591 1 921

2010 2 776.67 5 151 187 1 855

2011 2 874.45 5 229 182 1 819

2012 2 785.85 4 454 088 1 599

*Sumber: Laporan Field Dry Production History-Field Service Department tahun 2014

Produktivitas selama tahun 2005 hingga tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2008 hingga tahun 2012 cenderung mengalami penurunan. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2008, yaitu 1 935 kg ha-1 tahun-1 karet kering, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada tahun 2005, yaitu 1 335 kg ha-1 tahun-1 karet kering dengan rata-rata pencapaian

dry rubber content (DRC) kebun 48%.

Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 dicapai karena tanaman karet yang ditanam telah mencapai kemampuan berproduksi maksimal sesuai potensi produksinya. Penurunan produktivitas mulai tahun 2008 hingga 2012 dipengaruhi oleh kondisi tanaman di beberapa blok telah berumur tua dan mulai memasuki masa replanting.

Kegiatan replanting terbesar pada tahun 2014 di Divisi III Dolok Ulu akan dilaksanakan secara intensif di Sub-Divisi I Pondok Baru. Klon-klon yang akan ditanam di Divisi III Dolok Ulu sebagian besar adalah klon karet dengan seri PB, yaitu PB 330 dan PB 340. Klon PB 330 akan ditanam di lahan seluas 131.09 ha atau 40.26% dari luas total replanting, sedangkan klon PB 340 akan ditanam di lahan seluas 136.75 ha atau 42% dari luas total replanting. Sisa 17.74% lahan

(28)

14

Tabel 4 Program replanting di Divisi III Dolok Ulu tahun 2014

Sub-Divisi Blok Klon yang akan ditanamx Luas (ha)

H U-15 PB 330 23.84

I AA-26 PB 330 22.32

T-21 PB 330 10.96

T-22 PB 340 24.62

U-21 DMI 11 6.73

U-22 PB 330 24.50

V-22 PB 340 24.27

W-22 PB 340 24.39

X-24 PB 340 20.90

Y-22 DMI 13 25.00

Y-23 PB 330 25.00

Y-24 DMI 14 25.00

J AA-16 PB 340 18.17

BB-16 PB 340 24.40

BB-19 PB 330 24.47

Total 325.57

x

PB: Prang Besar; DMI: Dolok Merangir Indonesia

*Sumber: Replanting Program by Block-Divisi III Dolok Ulu tahun 2014

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan karet PT BSRE merupakan perkebunan karet yang seluruh unit departemennya berada pada satu lokasi terpusat, yaitu di Emplasmen Dolok Merangir. Pimpinan tertinggi yang berwenang terhadap beberapa departemen di PT BSRE adalah seorang Presiden Direktur. Field Department dipimpin oleh seorang manager field operational (MFO) yang membawahi lima manajer kebun dan seorang manager field administration (MFA). Manajer kebun masing-masing membawahi tiga asisten lapangan dan asisten training, kecuali Divisi II Dolok Merangir dan Divisi V Aek Tarum yang masing-masing membawahi empat asisten lapangan dan dua asisten training, sedangkan MFA membawahi seorang asisten field service department (FSD).

Manajer kebun berkewajiban dan berwenang mengawasi para asisten lapangan, memberikan pedoman tata cara kerja untuk mengontrol biaya dan meningkatkan efisiensi, mengawasi kegiatan administrasi lapangan, menyiapkan estimasi produksi dan anggaran tahunan (annual budget), memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan, mengawasi pemeliharaan fasilitas umum dan kebun, mengawasi dan memeriksa kualitas kegiatan penyadapan, memastikan pengiriman hasil (cuplump dan lateks) sesuai SOP, dan memonitor kegiatan apel/antrian pagi rutin pukul 05.30 WIB di setiap sub-divisi wilayah kerjanya secara bergiliran. Manajer kebun dibantu oleh seorang krani manajer selama melaksanakan kegiatan di kantor kebun, sedangkan ketika di lapangan sepenuhnya dibantu oleh para asisten kebun dan seorang asisten training. Struktur organisasi kebun di PT BSRE dapat dilihat pada Lampiran 6.

(29)

15 langsung menjadi tanggungan pihak PT BSRE, tetapi sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor selaku pihak kedua. Tenaga kerja staf terdiri dari majer kebun, asisten kebun, dan asisten training. Karyawan terdiri dari karyawan SKU bulanan atau

monthly paid (MP) dan karyawan SKU harian atau daily paid (DP). Mandor besar, mandor satu, mandor sadap, krani, dan mandor perawatan termasuk ke dalam MP, sedangkan tenaga penyadap (tapper) termasuk ke dalam DP. Jumlah tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu adalah 878 orang dengan indeks tenaga kerja (ITK) 0.28 orang ha-1. Nilai ITK di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE masih lebih rendah dibandingkan dengan di Perkebunan Karet TGE PT PP London Sumatera. Robianto (2013) menyebutkan bahwa ITK di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera adalah 0.38 orang ha-1. Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Komposisi tenaga kerja di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014

Golongan Jabatan Jumlah (orang)

Staf Manajer divisi, Asisten sub-divisi, dan Asisten training

5 Karyawan

Monthly paid Mandor besar, Mandor satu, Mandor

sadap, Mandor perawatan (penunasan, semprot, penyakit, pemupukan, dan stimulansia), Krani manajer, Krani sub-divisi, dan Krani stasiun lateks

169

Daily paid Penyadap 704

Total 878

*Sumber: Buku labour force effective-Divisi III Dolok Ulu tahun 2014

ITK = JumlahTenagaKerja Luaskebun

=

878orang

3159.84ha

= 0.28 orang ha

-1

Sistem kerja yang diterapkan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE adalah sistem kerja harian dan borongan. Sistem kerja harian memberlakukan jam kerja selama 7 jam HK-1, sedangkan sistem borongan adalah berdasarkan besaran basis tugas yang harus diselesaikan setiap pekerja dan kemudian dihargai dengan pemberian prestasi kerja berupa HK. Sistem kerja borongan tidak memiliki batasan waktu. Artinya, jika suatu pekerjaan selesai dikerjakan dalam waktu 3 jam dan telah mencapai basis tugas, maka akan dihargai Rp 19 000 HK-1. Sistem kerja borongan hanya berlaku untuk pekerja lepas atau FL, sedangkan sistem kerja harian berlaku untuk tenaga penyadap (tapper) atau karyawan SKU harian lainnya. Kegiatan kerja di lapangan pada hari Senin hingga Sabtu di PT BSRE bagi pekerja lepas atau FL dimulai pada pukul 07.00–11.00 WIB, sedangkan kegiatan kerja bagi karyawan SKU harian dimulai pada pukul 06.30–13.30 WIB. Karyawan SKU harian, khususnya seperti penyadap (tapper) dan pengokulasi tetap bekerja pada hari Minggu dengan diberi upah secara kontan sebesar Rp 150 000 hari-1. Upah ini dikenal dengan istilah upah kontanan.

(30)

16

benih, pengisian polybag, seleksi batang bawah (culling), penyerongan (cutback), penimbangan dan pengangkutan cuplump, penggambaran panel sadapan, dan aplikasi zat stimulansia. Jenis pekerjaan dengan sistem kerja harian adalah penyadapan, okulasi, dan pemancangan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembibitan

Kegiatan produksi bibit di PT BSRE dilaksanakan di Sub Divisi I, Divisi III Dolok Ulu dan berada di bawah tanggung jawab field service department (FSD). Total luas pembibitan produksi beserta sarana pendukung seperti bangunan dan jalan adalah 16.50 ha, sedangkan total luas kebun entress (source nursery) adalah 9.06 ha. Kebun entress ini terletak di lokasi yang berbeda, yaitu di Blok N-31 Sub-Divisi E, Divisi II Dolok Merangir. Bibit yang diproduksi di pembibitan PT BSRE pada tahun 2014 antara lain adalah PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13 dan DMI 35.

Kriteria lokasi produksi bibit yang dimiliki oleh PT BSRE adalah areal rata, dekat dengan sumber air, dan merupakan pusat dari areal penanaman. Hal ini bertujuan untuk mempermudah perawatan, kontrol, dan pendistribusian bibit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama magang di pembibitan produksi dan kebun entress antara lain adalah pembuatan bedengan pembibitan, penyemaian benih, seleksi batang bawah (culling), okulasi (budding), pengendalian gulma, dan seleksi bibit siap tanam.

Persemaian. Benih karet yang disemai berasal dari biji tanaman karet yang tersedia di lapangan dan dikenal dengan istilah benih campuran (mixed). Kriteria benih yang akan disemai antara lain memiliki ciri fisik ukuran paling besar, berat, dan berkilau. Benih yang tidak normal dengan ciri fisik ringan, buram, pecah atau berjamur langsung segera disingkirkan. Benih karet disemai dengan cara ditebarkan satu lapis di atas bedengan berukuran 15 m x 0.9 m x 0.05 m yang telah diisi lapisan pasir tipis dan disusun saling berdekatan dengan kerapatan rata-rata 1000 benih/m2. Bagian bawah benih ditimbun dengan pasir untuk menjaga kelembaban, sedangkan sepertiga bagian atas benih dibiarkan tersembul. Benih-benih tersebut disiram pada pagi dan sore hari untuk menjamin kelembaban bedengan. Benih akan berkecambah setelah 7–8 hari kemudian pada musim kemarau dan 5 hari kemudian pada musim hujan. Benih akan segera dibongkar dari persemaian setelah radikulanya muncul, kemudian dicuci, dan langsung ditanam pada hari yang sama sebanyak tiga benih per polybag. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan persemaian ini adalah bersifat borongan dan penulis turut membantu melakukan persemaian benih. Kegiatan penyemaian benih karet dapat dilihat pada Gambar 1.

(31)

17

polybag diantaranya gulma rumput-rumputan (Setaria plicata dan Axonopus

compressus) dan gulma daun lebar (Peperomia pelucida dan Cleome

rutidosperma). Gulma-gulma tersebut dikendalikan ketika masih berada pada fase vegetatif. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan pangendalian gulma ini adalah bersifat borongan. Standar borongan untuk kegiatan ini adalah 10 bedengan HK-1. Prestasi kerja penulis adalah 4 bedengan HK-1, sedangkan prestasi kerja tenaga FL wanita adalah 6 bedengan HK-1. Kegiatan pengendalian gulma di pembibitan batang bawah dapat dilihat pada Gambar 2.

Seleksi calon batang bawah (culling). Seleksi bibit calon batang bawah untuk okulasi dilakukan pada polybag yang berisi tiga tanaman calon batang bawah hasil semaian. Culling dilakukan dengan cara mencabut dua dari tiga bibit batang bawah yang memiliki kriteria pertumbuhan tidak jagur, akarnya melintir, albino, dan berukuran paling kecil. Bibit calon batang bawah yang disisakan adalah bibit yang paling jagur pertumbuhannya, minimal memiliki satu payung berdaun tua, dan bukan bibit albino. Bibit yang tidak memenuhi syarat batang bawah dicabut dan dikumpulkan di pinggir pasar blok. Bibit calon batang bawah yang pada awalnya sebanyak 300% diseleksi menjadi 100% bibit batang bawah siap okulasi. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan seleksi calon batang bawah (culling) ini adalah bersifat borongan. Standar borongan untuk kegiatan ini adalah 13 bedengan HK-1. Prestasi penulis adalah 6 bedengan HK-1, sedangkan prestasi kerja tenaga FL wanita adalah 11.5 bedengan HK-1. Kegiatan seleksi calon batang bawah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 1 Penyemaian benih karet Gambar 2 Pengendalian gulma di calon batang bawah pembibitan batang bawah

(a) Pencabutan bibit calon (b) Bibit calon batang bawah albino batang bawah afkir

[image:31.595.107.512.244.732.2]
(32)

18

Okulasi. Kegiatan okulasi merupakan salah faktor penting dalam memperoleh tanaman karet yang baik dan seragam di lapangan. Bibit batang bawah yang telah melewati proses culling dan telah berumur empat bulan setelah penanaman benih akan diokulasi sesuai dengan klon yang dibutuhkan pada kegiatan replanting di lapangan. Bibit batang bawah akan diokulasi apabila terdapat minimal 35% populasi satu bedengan telah memiliki rata-rata diameter

batang 1.5 cm pada ketinggian 10 cm dari tanah. Satu bedengan berisi

300 polybag tanaman. Bibit batang bawah yang sudah memenuhi kriteria

[image:32.595.57.484.62.607.2]

diokulasi pada satu kali rotasi, namun apabila keberhasilan okulasi pertama < 60% maka batang bawah akan diokulasi kembali pada rotasi kedua di sisi belakang okulasi pertama. Bibit batang bawah yang sudah dua kali diokulasi dan tetap tidak berhasil akan dibuang. Kegiatan okulasi green budding dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) Pengambilan mata entress (b) Penempelan mata entress

Gambar 4 Kegiatan okulasi green budding

Pembukaan perban okulasi dilakukan 21–23 hari setelah okulasi dan mata okulasi telah menempel sempurna pada jendela okulasi batang bawah. Pembukaan perban dilakukan dengan mengiris plastik perban secara hati-hati di bagian simpul ikatan bagian atas agar tidak merusak mata. Penghitungan keberhasilan jumlah okulasi dilakukan setelah proses pembukaan perban okulasi dalam satu bedengan selesai. Tingkat keberhasilan okulasi green budding di PT BSRE mencapai 80%.

Penulis mengikuti kegiatan okulasi klon PB 330 dengan prestasi kerja 112 tanaman HK-1, sedangkan prestasi karyawan okulasi adalah 317 tanaman HK-1.

Norma kerja yang berlaku adalah 7 jam HK-1 dengan basis tugas 16 tanaman jam-1 sehingga selama 7 jam kerja diperoleh 112 tanaman okulasi.

(33)

19 pewiwilan adalah 18 bedengan HK-1, sedangkan prestasi kerja tenaga FL wanita adalah 25 bedengan HK-1. Kegiatan pewiwilan dapat dilihat pada Gambar 5.

Seleksi Bibit Siap Tanam. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahap akhir sebelum bibit hasil okulasi siap ditanam di lapangan. Kriteria bibit siap tanam

adalah telah memiliki satu tajuk atau payung berdaun tua dan berumur 2–2.5 bulan setelah dilakukan penyerongan (cutback). Penanaman pada musim

hujan dapat dilakukan dengan cukup memilih bibit yang telah memiliki satu payung berdaun tua, sedangkan penanaman pada musim kemarau dilakukan dengan memilih bibit yang telah memiliki satu payung berdaun tua dengan tunas terminal yang sudah mulai muncul di atas payung. Setiap bibit siap tanam yang diproduksi memiliki identitas klon berupa cat penanda berwarna pada ujung batang, yaitu hitam untuk PB 340, putih untuk PB 330, dan merah untuk PB 260. Norma kerja yang berlaku pada kegiatan seleksi bibit siap tanam adalah bersifat borongan. Standar borongan setiap pekerja pada kegiatan seleksi ini adalah 300 tanaman HK-1. Tenaga FL wanita selalu dapat mencapai standar borongan tersebut, sedangkan prestasi penulis adalah 42 tanaman HK-1. Kegiatan seleksi bibit siap tanam dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5 Pewiwilan bibit okulasi Gambar 6 Seleksi bibit siap tanam Persiapan lahan

Persiapan lahan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dilaksanakan setelah proses penebangan tanaman karet tua telah selesai. Kegiatan persiapan lahan di PT BSRE secara berturut-turut dimulai dari kegiatan pembongkaran tunggul dan perumpukan, ripping, ploughing, dan terracing. Seluruh kegiatan persiapan lahan di PT BSRE dikerjakan secara mekanis menggunakan traktor sesuai spesifikasi. Kegiatan persiapan lahan pada satu blok seluas 25 ha membutuhkan waktu rata-rata selama empat bulan.

(34)

20

Ripping. Ripping merupakan kegiatan mengangkat sisa-sisa akar dari dalam tanah menggunakan traktor ripper. Standar kedalaman ripping di PT BSRE adalah 50 cm. Apabila kedalamannya kurang, maka pengawas akan meniupkan peluit sebagai tanda bahwa proses ripping harus diulang pada bagian tersebut. Pengecekan kedalaman alur ripping dilakukan dengan menusukkan tongkat besi dengan tinggi penanda 50 cm. Pengawas akan mengikuti dari belakang traktor

ripper dengan jarak 8–10 m. Ripping dilakukan sebanyak empat kali, yaitu

Ripping I arah Timur-Barat, Ripping II arah Utara-Selatan, Ripping III arah Tenggara-Barat laut, dan Ripping IV arah Barat daya-Timur laut. Jarak waktu antar ripping adalah 21 hari. Traktor ripper beroperasi selama 9 jam atau sama dengan 1 jam kerja traktor (JKT). Prestasi kerja traktor rata-rata selama 1 JKT adalah 4 ha. Kegiatan ini diawasi oleh seorang mandor replanting yang membawahi 2 orang tenaga FL dan 2 orang operator traktor ripper. Kegiatan

ripping yang sedang berlangsung saat ini adalah Ripping II Utara-Selatan dan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7 Pembongkaran dan Gambar 8 Ripping II Utara-Selatan perumpukan tunggul

Ploughing. Ploughing merupakan kegiatan mencacah bongkahan tanah hasil ripping agar menjadi bongkahan yang berukuran lebih kecil. Jarak waktu antara ploughing dan ripping adalah 21 hari. Ploughing dikerjakan menggunakan traktor C-Tine Plough. Kedalaman ploughing yang diharuskan di PT BSRE adalah 30 cm. Ploughing dilakukan sebanyak dua kali dengan rincian Ploughing I arah Timur-Barat dan Ploughing II arah Utara-Selatan. Jarak waktu antar

ploughing adalah 21 hari. Traktor C-Tine Plough beroperasi selama 9 jam atau sama dengan 1 jam kerja traktor (JKT). Prestasi kerja traktor rata-rata selama 1 JKT adalah 19 ha. Kegiatan ini sepenuhnya diawasi oleh seorang mandor

replanting yang membawahi seorang tenaga FL dan dua orang operator tarktor

C-Tine Plough. Kegiatan ploughing saat ini telah mencapai tahap Ploughing II Utara-Selatan dan dapat dilihat pada Gambar 9.

Terracing. Terracing merupakan kegiatan pembuatan teras pada lahan berbukit yang memiliki kemiringan > 20o atau > 36% dengan tujuan untuk mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, dan mempermudah perawatan ataupun penyadapan. Pembuatan teras di PT BSRE dilakukan dengan memotong kontur bukit menggunakan traktor bulldozer. Lebar teras yang dibuat adalah

[image:34.595.295.478.301.436.2]
(35)

21 Standar jarak antar teras adalah 6–8 m dan antar teras tersebut dibuat tangga setapak dengan kemiringan maksimal 45o. Setiap jarak 10 m dibuat guludan penahan air yang dilengakapi dengan reservoir. Traktor bulldozer beroperasi selama 9 jam atau sama dengan 1 jam kerja traktor (JKT). Prestasi kerja traktor rata-rata selama 1 JKT adalah sepanjang 700 m dengan lebar teras 2 m, sehingga luas teras yang dapat dibuat adalah 1 400 m2 JKT-1. Kegiatan pembuatan teras yang sedang dilakukan adalah di Blok T-22 dan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 9 Ploughing II Utara-Selatan Gambar 10 Pembuatanteras mekanis Pemancangan

Pemancangan merupakan kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap jumlah populasi ideal dan susunan barisan tanaman karet pada blok penanaman. Barisan tanaman yang terbentuk akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tajuk tanaman karet. Kegiatan pemancangan di PT BSRE dilaksanakan setelah proses pengolahan lahan, yaitu Ploughing II Utara-Selatan selesai. Pekerjaan memancang ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak FSD. Kegiatan pemancangan dapat dilihat pada Gambar 11a, sedangkan susunan titik tanaman dapat dilihat pada Gambar 11b.

[image:35.595.319.503.191.330.2]

(a) Pelaksanaan pemancangan (b) Denah tanam pola mata lima Gambar 11 Pemancangan pola mata lima di PT BSRE

(36)

22

pemancangan ajir kepala arah Utara-Selatan dan kemudian dilanjutkan dengan pemancangan ajir anakan arah Timur-Barat. Ajir kepala dan ajir anakan masing-masing memiliki standar panjang 100 cm dan 30 cm dengan bagian atas diberi cat kapur berwarna putih. Standar peletakan titik tanaman pertama menggunakan ajir kepala adalah 6 m dari titik tanaman terakhir di blok sebelah Utara atau Selatan blok yang dipancang dan 7 m dari titik tanaman terakhir di blok sebelah Timur atau Barat blok yang dipancang. Pemancangan yang diikuti penulis adalah pemancangan di Blok E-31, F-30, dan G-30 Sub-Divisi D Mainu dengan rata-rata prestasi kerja borongan 7 ha HK-1. Pemancangan di Blok E-31 dan F-30 masing-masing dilakukan selama dua hari, sedangkan di Blok G-30 selama satu hari. Pemeliharaan TBM karet

Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan untuk memberikan kondisi optimum bagi tanaman karet agar tetap dapat tumbuh sehat dan jagur. Kehadiran organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tumbuhnya bagian dari tanaman karet yang tidak diharapkan dapat menghambat proses pertumbuhan.

Menunas. Pembuangan tunas-tunas liar pada tanaman karet mulai dilakukan pada masa TBM agar terbentuk bidang sadap yang ideal. Penunasan tunas liar dilakukan menggunakan pisau cutter atau antel pada batang utama hingga ketinggian 3 m dari permukaan tanah. Cabang tunas liar dipotong hingga ke pangkal percabang agar tidak terbentuk benjolan pada permukaan batang saat masuk ke masa TM. Rotasi penunasan yang diterapkan adalah setiap 10–12 hari sekali. Standar borongan setiap pekerja adalah 5 ha HK-1. Prestasi kerja rata-rata penunas adalah 3 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 0.4 ha HK-1. Kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 12.

(a) Penunasan cabang menggunakan (b) Penunasan cabang menggunakan pisau cutter pisau antel

Gambar 12 Penunasan cabang dan tunas liar Penyadapan

(37)

23 Dolok Ulu PT BSRE adalah teknik sadap tarik atau downward tapping system

[image:37.595.114.511.155.253.2]

(DTS) dan sadap sorong atau upward tapping system (UTS). Sistem penyadapan yang diterapkan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sistem penyadapan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE

Notasi sadap Teknik sadap Rotasi sadap (hari)

½ S d/3 Sadap tarik ½ spiral 3

½ S d/4 Sadap tarik ½ spiral 4

½ S ↗ d/4 Sadap sorong ½ spiral 4

¼ S d/3 Sadap sorong ¼ spiral 3

*Sumber: Rencana sistem sadap Sub-Divisi I, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE tahun 2014

Sistem penyadapan ½ S d/3 dan ½ S d/4 diterapkan pada TM I–III dan TM XIII–XV, sedangkan sistem sadap sorong ¼ S d/3 diterapkan pada TM IV–X dan TM XVI–XXV. Sistem sadap sorong ½ S ↗ d/4 hanya diterapkan pada TM tua dua tahun menjelang di-replanting. Sistem penyadapan ini tidak bersifat tetap karena sangat bergantung pada jenis klon. Kegiatan penyadapan sistem sadap tarik dan sadap sorong dapat dilihat pada Gambar 13.

[image:37.595.335.473.377.565.2]

(a) Sadap tarik ½ S d/3 (b) Sadap sorong ¼ S d/3 Gambar 13 Penyadapan yang diterapkan di PT BSRE

Jumlah hari dan waktu penyadapan. Kegiatan penyadapan di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE dimulai pada pukul 06.30–10.30 WIB. Waktu istirahat selama satu jam diberikan kepada para penyadap hingga pukul 11.30 WIB dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian asam semut atau formic acid untuk menggumpalkan lateks menjadi cuplump hingga pukul 13.00 WIB. Pengutipan hasil dilaksanakan pada pukul 13.30 WIB dan dibawa ke stasiun lateks terdekat untuk ditimbang pada pukul 15.00 WIB. Penyadap diberi lembur atau overtime

(38)

24

Penetapan jumlah hari sadap per tahun adalah berdasarkan asumsi bahwa tiga hari Minggu dalam satu bulan merupakan hari kerja. Kemudian, setelah dikurangi hari-hari libur umum, maka terdapat ± 345 hari kerja dalam satu tahun.

Jumlah hari kerja tersebut merupakan jumlah hari sadap dalam satu tahun di PT BSRE. Atas dasar penetapan jumlah hari sadap tersebut, maka jumlah hari

sadap per tanaman adalah sebagai berikut: 1. Sistem rotasi sadap d/2 = 177 hari per tahun 2. Sistem rotasi sadap d/3 = 115 hari per tahun 3. Sistem rotasi sadap d/4 = 86 hari per tahun

Pembagian hanca dan pergiliran rotasi sadap. Aturan penamaan blok penanaman yang diterapkan di PT BSRE adalah menggunakan kombinasi huruf dan angka. Penyematan angka terkecil hingga terbesar dimulai dari blok sebelah barat menuju sebelah timur, sedangkan penyematan huruf secara alfabetis dimulai dari blok sebelah utara menuju sebelah selatan. Penamaan blok didahulukan dengan penyebutan huruf dan kemudian diikuti dengan angka. Misalnya, blok yang terletak pada urutan huruf L secara alfabetis dan urutan angka 29 secara numerik akan disebut sebagai Blok L-29. Blok ideal seluas 25 ha dibagi ke dalam 12–16 hanca sadap yang ditandai dengan pemberian nomor hanca atau polet. Setiap hanca dipisahkan oleh sebuah pasar tengah (PST) yang membagi hanca menjadi dua bagian, yaitu hanca sebelah barat dan timur. PST digunakan sebagai jalan akses pemeriksaan sekaligus tempat penyadap menempatkan kendaraan dan peralatan sadapnya. Satu hanca seorang penyadap terdiri atas enam sektor hanca. Hanca sebelah barat PST akan terdiri atas tiga sektor, yaitu sektor 1, 2, dan 3, sedangkan hanca sebelah timur PST terdiri atas sektor 4, 5, dan 6. Tampilan susunan sebuah hanca sadap di PT BSRE dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Tampilan susunan sebuah hanca sadap di PT BSRE

Seorang penyadap di PT BSRE secara umum memiliki 3–4 hanca penyadapan. Hanca-hanca tersebut dikenal sebagai hanca TAP A, TAP B, TAP C, dan TAP D. Hanca TAP D merupakan hanca tambahan karena adanya penggunaan rotasi sadap empat hari sekali atau d/4. Hanca TAP A diberi tanda

polet dengan cat berwarna merah, hanca TAP B warna biru, hanca TAP C warna

hijau, dan hanca TAP D warna kuning. Tanda polet akan ditempatkan pada dua pohon yang berada di ujung PST sebelah selatan dan utara.

(39)

25 Penyadapan sebelah timur pada bulan 1, 5, dan 9 dimulai dari barisan tanaman paling kiri, sedangkan pada bulan 3, 7, dan 11 dimulai dari barisan tanaman paling kanan. Pegiliran rotasi sadap ini bertujuan mencegah serangan penyakit kering alur sadap (KAS) atau tapping panel dryness (TPD).

Kriteria siap sadap. Tanaman karet di PT BSRE mulai disadap ketika berumur 42–48 bulan setelah penanaman ke lapangan. Tanaman yang disadap seluruhnya berasal dari okulasi hijau atau green budding. Tanaman siap sadap memiliki lingkar batang minimal 46 cm yang diukur pada ketinggian 170 cm dari permukaan tanah. Pohon yang sudah masuk ke dalam kriteria sadap ditandai dengan tanda totol berjumlah empat buah. Totol merupakan titik atau noktah berbahan cat hitam yang ditorehkan di sisi pohon karet sebelah timur pada ketinggian 170 cm dari permukaan tanah. Penotolan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 36 bulan setelah penanaman ke lapangan. Suatu blok dapat disadap ketika 135 tanaman ha-1 telah memenuhi kriteria siap sadap atau sekitar 24% dari populasi normal 555 tanaman ha-1. Kriteria penotolandi PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kriteria penotolan tanaman siap sadap di PT BSRE

Jumlah totol Ukuran lingkar batang (cm)

1 38–41.9

2 42–43.9

3 44–45.9

4 > 46 *Sumber : Buku field standard practice (FSP) - 018 Tapping PT BSRE tahun 2014

Penggambaran bidang sadap. Penggambaran bidang sadap dilakukan menggunakan mal gambar. Mal gambar yang digunakan ada dua jenis, yaitu mal gambar dengan sudut kemiringan 30o dan 45o. Mal gambar dengan sudut kemiringan 30o digunakan untuk penggambaran bidang sadap setengah spiral (½ S), sedangkan mal gambar dengan sudut kemiringan 45o digunakan untuk penggambaran bidang sadap seperempat spiral (¼ S). Sudut sadapan atau kemiringan bidang sadap yang terbentuk sebesar 30o pada bidang sadap ½ S dan 45o pada bidang sadap ¼ S. Bidang sadap yang terbentuk adalah dari kiri atas ke kanan bawah. Penggambaran bidang sadap perawan dimulai pada setengah sisi pohon di sebelah barat dan kemudian menuju ke bidang sadap selanjutnya sesuai klon.

(40)

26

Tabel 8 Penilaian kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE

Kategori penilaian Nilai

Waktu penyadapan 0–30

Pemakaian kulit 0–30

Luka kayu 0–10

Kedalaman sadap 0–20

Kebersihan panel, mangkuk, talang, dll. 0–10

Total 0–100

*Sumber: Buku field standard practice (FSP) - 023 Tapping Premium Payment PT BSRE tahun 2014

Tabel 9 Kriteria kelas penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE

Kelas penyadap Jumlah nilai

A 75–100 B 50–74 C < 50

*Sumber: Buku field standard practice (FSP) - 023 Tapping Premium Payment PT BSRE tahun 2014

Premi penyadapan. Penyadap yang mampu mencapai atau melebihi target produksi lateks yang ditetapkan perusahaan akan memperoleh premi. Pemberian premi ditujukan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya dan diharapkan akan semakin lebih giat. Premi yang diberikan kepada penyadap di PT BSRE terdiri atas premi dasar dan premi bonus. Penyadap akan menerima premi dasar apabila dapat memperoleh sampai dengan 80% target produksi yang ditetapkan, sedangkan premi bonus diberikan apabila memperoleh lebih dari 80% target produksi yang ditetapkan. Jumlah premi yang diterima juga dipengaruhi oleh status kelas penyadap. Ketentuan pemberian premi di Divisi III dolok Ulu PT BSRE dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Pemberian premi penyadap di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE

Kelas penyadap < 80% target produksi > 80% target produksi Premi dasar Premi bonus

A Rp 75 Rp 250

B Rp 50 Rp 225

C Rp 25 Rp 175

*Sumber: Buku field standard practice (FSP) - 023 Tapping Premium Payment PT BSRE tahun 2014

Perhitungan Premi :

Jumlah Kg cuplump kering ( < 80% target ) x premi dasar = Rp ... Jumlah Kg cuplump kering ( > 80% target ) x premi bonus = Rp ... +

(41)

27 Perhitungan premi tersebut tidak berlaku untuk penyadapan pada kulit perawan. Penyadap hanya menerima premi mati Rp 72 000 bulan-1 selama enam bulan pertama penyadapan kulit perawan. Premi lain yang juga diberikan kepada penyadap adalah premi buka sadap, premi formic acid, dan premi getah tarik atau

scrap. Premi buka sadap diberlakukan menjelang perubahan panel sadapan dan

penyadap akan membuka terlebih dahulu panel sadapan baru. Penyadap akan memperoleh bayaran sebesar Rp 15 000 hanca-1 siap untuk pre-opening dan Rp 25 000 hanca-1 siap untuk new opening. Premi formic acid diberikan sebesar Rp 1 200 hari-1 karena penyadap menuangkan formic acid 3% ke mangkuk lateks. Premi getah tarik diberikan sebesar Rp 2 500 kg-1 untuk scrap yang dikumpulkan.

Premi juga diberikan kepada karyawan SKU bulanan atau MP, khususnya para mandor yang terlibat pada kegiatan penyadapan. Rincian preminya adalah : 1. Mandor Besar = 2.5 x rata-rata premi penyadap 2. Instruktur Sadap = 2 x rata-rata premi penyadap 3. Mandor Sadap = 1.5 x rata-rata premi penyadap 4. Mandor Perawatan (Pemupukan, = 1 x rata-rata premi penyadap

Semprot, dan Penunasan)

5. Mandor Penyakit dan Stimulansia = 1.5 x rata-rata premi penyadap Peralatan sadap. Setiap penyadap bertanggung jawab untuk merawat semua peralatannya agar tetap dalam kondisi baik dan bersih. Jenis-jenis peralatan sadap standar yang digunakan penyadap di PT BSRE antara lain pisau sadap, mangkuk lateks, talang, kawat kakak tua, jerigen peralatan, jerigen lateks, batu asah, dan kaca mata pengaman. Peralatan sadap tersebut akan diperiksa keadaannya setiap hari oleh mandor deres, setiap minggu oleh mandor besar, dan setiap bulan oleh asisten.

Gambar

Tabel 1 Pembagian luas areal penggunan lahan Divisi III Dolok Ulu PT BSRE
Tabel 2  Luas areal penanaman TM dan TBM di Divisi III Dolok Ulu PT BSRE
Tabel 3 Perkembangan produksi dan produktivitas tanaman di Divisi III Dolok Ulu  PT BSRE tahun 2005–2012
Tabel 4  Program replanting di Divisi III Dolok Ulu tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk kegiatan komunikasi bahaya yang dilakukan PT BSRE adalah training K3 bagi pekerja baru, safety talk yang dilakukan sekali dalam seminggu yaitu lima

Penyadapan lebih awal dilakukan pada tanaman yang telah diaplikasikan stimulansia yang tujuannya adalah untuk mengoptimalkan produksi lateks dengan bantuan stimulansia

Konsumsi Kulit Sadap Beberapa Penyadap di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate pada Tanaman Menghasilkan Tahun Tanam 2004 Nama Penyadap Kelas Sadap Tinggi Alur

Hujan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet baik secara langsung dalam hal pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman yang bervariasi menurut fase

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi lateks pada tanaman karet pada umur 6, 10 dan