• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Penyadapan Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Di Gurach Batu Estate, Pt Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Penyadapan Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Di Gurach Batu Estate, Pt Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, Sumatera Utara"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PENYADAPAN KARET (

Hevea brasiliensis

Muell.

Arg.) DI GURACH BATU ESTATE, PT BAKRIE SUMATERA

PLANTATION TBK KISARAN, ASAHAN, SUMATERA UTARA

ARION MANATAP SIAHAAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

Arion Manatap Siahaan

(4)

ABSTRAK

ARION MANATAP SIAHAAN. Pengelolaan Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, Sumatera Utara. Dibimbing oleh SUPIJATNO.

Kegiatan magang dilaksanakan di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, Sumatera Utara dari 9 Februari hingga 9 Juni 2015. Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperoleh pengalaman, kemampuan, dan pengetahuan dalam berkerja, secara khusus pengelolaan penyadapan karet. Pengelolaan penyadapan dilakukan untuk mengoptimalkan produksi untuk jangka panjang. Persentase tanaman siap sadap rata-rata pada tahun tanaman 2002, 2005, dan 2008 adalah 94.8%. Tebal kulit sadap harian sebesar 1.55 mm yang lebih besar dari standar perusahaan yaitu sebesar 1.30 mm hari-1. Frekuensi aplikasi stimulansia klon PB 260 lebih rendah dari klon BPM 1. Kedalaman sadap adalah 1.01 mm dari kambium yang sesuai dengan standar perusahaan sebesar 0.50-1.50 mm dari kambium. Persentase KAS pada tahun tanam 2002, 2005, dan 2008 adalah sebesar 7.21%, 3.20%, dan 0.08%. Rata-rata KAS klon RRIM 921 dan PB 260 dari tahun tanam 2003 dan 2005 adalah 4.09% dan 4.34%. Penyadap di GBE terdiri dari 92.86% penyadap kelas A dan 7.14% kelas B. Premi penyadapan terdiri dari premi kelas (kualitas) dan produksi (kuantitas). Pemberian premi hari libur yang nilainya dua kali lebih tinggi dari pada hari normal belum mampu meningkatkan produksi dibanding produksi hari normal.

Kata kunci: karet, penyadapan, penyadap, produksi, premi

ABSTRACT

ARION MANATAP SIAHAAN. Tapping Management of Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) at Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, North Sumatera. Supervised by SUPIJATNO.

The internship program was conducted in Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, North Sumatera from 9 February to 9 June 2015. This program was aimed to enhanced work experiences, skills and knowledges, especially the tapping management of rubber . Tapping management conducted to optimize yield production for longterm. The percentage of average of tappable trees on 2002, 2005, and 2008 planted year were 94.8 %. The Daily bark consumption was 1.55 mm and it is higher than the company standard which is 1.30 mm day-1. The stimulant application frequency of PB 260 is lower than BPM 1. The daily tapping depth was 1.01 mm from cambium and it is approriate to company standard which is 0.50-1.50 mm day-1. The percentage of brown bast (BB) on plants year 2002, 2003, and 2008 were 7.21%, 3.20%, and 0.08%. The BB level on RRIM 921 and PB 260 weren’t different. GBE has 92.86% grade A and 7.14% grade B tappers. The incentive that given on holiday which is two times higher than normal days had not been able to increase the production in normal days.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGELOLAAN PENYADAPAN KARET (

Hevea brasiliensis

Muell.

Arg.) DI GURACH BATU ESTATE, PT BAKRIE SUMATERA

PLANTATION TBK KISARAN, ASAHAN, SUMATERA UTARA

ARION MANATAP SIAHAAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengelolaan Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, Sumatera Utara

Nama : Arion Manatap Siahaan NIM : A24110043

Disetujui oleh

Dr Ir Supijatno, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur pada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengelolaan Penyadapan Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, Sumatera Utara”. Skripsi ini dibuat sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Reduan Siahaan dan Ibu Erika Sinaga yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

2. Dr Ir Supijatno, MSi sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir.

3. Dr Dwi Guntoro, SP MSi sebagai pembimbing akademik yang telah memberi arahan sejak penulis berada di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

4. Bapak Adni Sahid sebagai Manajer Gurach Batu Estate.

5. Bapak Hari Pramono selaku Asisten Divisi IV yang menjadi pembimbing lapangan dalam kegiatan magang.

6. Bapak Supardi selaku Mador Besar Divisi IV.

7. Mandor Harian dan Mandor Sadap Divisi IV yang telah membimbing penulis dalam pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan.

8. Karyawan Harian dan Penyadap Divisi IV.

9. Rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura Angkatan 48 yang telah memberi saran dan motivasi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, November 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Fisiologi Pengaliran Lateks ... 2

Penyadapan ... 2

Kering Alur Sadap ... 3

Stimulansia ... 4

Premi Sadap ... 5

METODE MAGANG ... 5

Tempat dan Waktu ... 5

Metode Pelaksanaan ... 5

Pengumpulan Data ... 6

Data Primer ... 6

Data Sekunder ... 7

Analisis Data ... 8

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ... 8

Letak Geografis dan Administratif ... 8

Keadaan Iklim dan Tanah ... 8

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 9

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 11

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 12

Aspek Teknis ... 12

Kebun entres ... 12

Pembongkaran advance planting material (APM) ... 13

Pemeliharaan ... 13

Persiapan penyadapan ... 14

(10)

Doting bulanan (tutulan) ... 20

Tapping inspection ... 20

Aspek Manajerial ... 30

Asisten divisi ... 30

Mandor besar (head mandor) ... 31

Mandor ... 31

Krani divisi ... 31

Krani timbang ... 32

PEMBAHASAN ... 32

Persentase Tanaman Siap Sadap (Tappable Trees) ... 32

Pengelolaan Bidang Sadap ... 33

Aplikasi Stimulansia ... 34

Tenaga Kerja Penyadapan... 34

Kering Alur Sadap ... 35

Penerapan Sistem Sadap ... 36

Kelas Penyadap ... 37

Sistem Premi Penyadapan ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

Kesimpulan ... 38

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN 41 RIWAYAT HIDUP 53

DAFTAR TABEL

1 Luas areal GBE ... 9

2 Luas areal tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) per tahun tanam di GBE ... 10

3 Produksi dan produktivitas karet kering GBE tahun 2010-2014 ... 11

4 Jumlah tenaga kerja di GBE ... 11

5 Standar garis penuntun berdasarkan konsumsi kulit per tahun ... 16

6 Jumlah borongan penyadap berdasarkan panel di GBE ... 18

7 Warna kapur inspektur sadap ... 20

8 Tanda inspeksi sadapan ... 21

9 Persentase tanaman siap sadap pada beberapa tahun tanam ... 21

(11)

11 Aplikasi stimulansia pada klon PB 260 dan BPM 1 ... 23

12 Produksi lateks berdasarkan tingkat usia penyadap ... 24

13 Produksi lateks berdasarkan tingkat pengalaman penyadap ... 24

14 Persentase tanaman terserang KAS pada beberapa tahun tanam ... 25

15 Persentase tanaman terserang KAS pada klon RRIM 921 dan PB 260 ... 25

16 Estimasi produksi pada klonal quick starter dan medium starter berdasarkan tahun sadap, posisi panel, dan sistem sadap ... 26

17 Nilai inspeksi sadapan berdasarkan jumlah kesalahan pada beberapa kriteria penilaian ... 27

18 Nilai inspeksi sadap berdasarkan produksi ... 27

19 Kelas penyadap berdasarkan nilai inspeksi ... 27

20 Jumlah penyadap berdasarkan kelas penyadap di GBE ... 28

21 Premi berdasarkan kelas penyadap 28

22 Rata-rata produksi karet kering Divisi IV hari normal dan hari libur tahun 2014 30

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi ... 14

2 Menggambar garis penuntun sadap ... 15

3 Tanda batas dalam field number ... 17

4 Tanda batas penyadap ... 18

5 Doting dan tutulan ... 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran ... 41

2 Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran 43

3 Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran ... 45

4 Peta Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran Tahun 2013 ... 49

5 Curah hujan Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran tahun 2005-2014 ... 50

6 Struktur organisasi Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran ... 51

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan tanaman tahunan yang berasal dari hutan hujan Amerika Selatan. Tanaman ini telah dibudidayakan secara besar-besaran di berbagai negara sebagai penghasil karet alam utama. Lima negara penghasil karet alam terbesar pada tahun 1993-2013 adalah Thailand, Indonesia, Malaysia, India, dan China (FAO 2012a).

Indonesia sebagai negara yang memproduksi karet alam mempunyai lahan terluas di dunia. Deptan (2013) menyatakan bahwa pada tahun 2013 Indonesia memiliki lahan seluas 3.555 juta hektar dengan total produksi 3.237 juta ton karet kering. Gapkindo (2014) menyatakan bahwa ekspor karet alam tahun 2012 berupa

ribbed smoke sheet (RSS) sebesar 66 682 ton karet kering dan standard indonesian rubber (SIR) sebesar 2.37 juta ton karet kering.

Potensi lahan yang luas belum dapat digunakan untuk mengoptimalkan produksi karet alam Indonesia. FAO (2012b) mencatat Thailand memiliki lahan 2.05 juta hektar dengan total produksi 3.5 juta ton karet kering. Produksi karet alam Thailand mampu menyaingi Indonesia dengan produktivitas yang lebih baik dan menempatkan Thailand sebagai produsen karet alam terbesar dunia. Menurut Damanik et al. (2010) potensi lahan produksi karet alam Indonesia belum diimbangi dengan pengelolaan produksi yang memadai.

Pertumbuhan produktivitas karet alam Indonesia dinilai rendah. Keadaan ini disebabkan oleh sebagian besar karet alam Indonesia diproduksi oleh petani rakyat yang sangat sederhana (Hanani dan Fahriya 2012). Dilihat dari status pengusahaanya sebagian besar perkebunan karet Indonesia dikelola oleh Perkebunan Rakyat (PR) yakni sekitar 85.58%, Perkebunan Besar Negara (PBN) mengusahakan sebesar 7.53%, dan 6.89% oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) (BPS 2012).

Salah satu penyebab rendahnya produksi karet alam Indonesia adalah teknis penyadapan yang kurang sempurna. Waktu penyadapan yang kurang tepat yang dilakukan diatas waktu optimum dan teknik penyadapan yang kurang baik, seperti konsumsi kulit yang berlebihan dan kerusakan jaringan kambium menyebabkan turunnya produksi. Penyadapan intensif di waktu tanaman remaja (sadap tahun-tahun awal) menyebabkan penurunan produksi yang cukup signifikan saat tanaman menjelang tua (Manumono 2008).

Menurut Damanik et al. (2010) peranan Indonesia sebagai penghasil karet alam terbesar masih dapat diraih dengan memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen atau pengolahan sehingga produktivitas dan kualitasnya dapat ditingkatkan secara optimal. Salah satu upaya dari teknik budidaya yang perlu diperbaiki adalah teknik penyadapan. Teknik penyadapan yang benar dapat mengoptimalkan produksi dan produktivitas karet.

(14)

mampu menghindari produksi yang berfluktuasi sehingga harga ekonomi karet alam tetap stabil.

Tujuan

Tujuan umum pelaksanaan magang adalah untuk meningkatkan pengalaman

kerja melalui praktek kerja di lapangan. Kegiatan diharapkan mampu meningkatkan

keahlian sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.

Tujuan khusus pelaksanaan magang adalah mengidentifikasi dan mempelajari pengelolaan penyadapan tanaman karet yang diterapkan di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, Sumatera Utara.

TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi Pengaliran Lateks

Pembuluh lateks telah ada pada tanaman sejak awal pertumbuhan, yakni sejak masih dalam bentuk kecambah. Pembuluh lateks pada biji terdapat pada kotiledon biji muda dan dalam integumen yang kemudian mengalami perkembangan karena integrasi sel-sel tertentu serta berdifusinya dinding sel selama proses pertumbuhan. Sel-sel pada pembuluh lateks bentuknya memanjang dan lebih sempit bila dibandingkan sel-sel tetangganya. Sel-sel pembuluh lateks membentuk kelompok yang berdifusi sehingga terbentuk pembuluh lateks yang memanjang kearah vertikal batang. Pembuluh lateks yang membentuk kelompok itu dikenal dengan berkas pembuluh lateks (Siregar 1995).

Lateks yang mengalir setelah disadap menunjukkan adanya tekanan turgor diberkas pembuluh lateks. Tekanan turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel, banyak sedikitnya berhubungan dengan besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Tekanan turgor yang kuat menyebabkan semakin banyak lateks yang mengalir. Besar kecilnya tekanan turgor dipengaruhi oleh waktu sehingga penyadapan pada waktu yang tepat akan menghasilkan lateks dalam jumlah yang banyak (Setiawan dan Andoko 2005).

Penyadapan pertama yang dilakukan pada kulit pohon yang sebelumnya belum pernah disadap (pohon yang tidak disadap selama beberapa bulan) akan memancarkan lateks dengan kadar karet tinggi (50-60%) yang sangat kental. Aliran lateks akan lambat dan segera berhenti yang disebabkan oleh koagulasi pada luka. Penyadapan berikutnya akan menghasilkan lateks dengan kadar karet yang lebih rendah dan arus pemancaran lateks akan lebih lama. Setelah beberapa kali penyadapan aliran lateks akan mengalir selama 2-3 jam. Kadar karet akan berhenti menurun dan stabil pada penyadapan berikutnya dengan rata-rata 30% dari bobot total lateks (Riches dan Gooding 1951).

Penyadapan

(15)

pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang bila takaran cair lateks pada kulit berkurang (Budiman 2012).

Karet unggul pada perkebunan karet rakyat umumnya sudah menghasilkan lateks pada umur empat sampai enam tahun, sedangkan karet lokal pada tahun kedelapan sampai kesepuluh, tergantung dari perawatan kebun. Pemanenan karet atau penyadapan dilakukan bila batang karet telah memiliki lingkar batang minimal 45 cm pada ketinggian 100 cm dari atas permukaaan tanah atau pertautan okulasi. Penyadapan sebaiknya dilakukan ketika 60% dari total populasi sudah memiliki lingkar tersebut (Janudianto et al. 2013).

Kegiatan penyadapan membutuhkan alat bantu untuk mempermudah proses pemanenan lateks. Alat-alat yang biasa digunakan dalam kegiatan penyadapan, yaitu: mangkok sadap, talang, kawat penyangga mangkok, tali pengikat kawat, ember lateks, keranjang bambu kecil, pisau sadap, batu asah, pengeorok kulit, mal bidang sadap, jarum pengukur tebal kulit, dan busur bidang sadap (Siregar dan Suhendry 2013).

Kedalaman irisan sadap dianjurkan adalah 1-1.5 mm. Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan dengan panjang irisan setengah irisan dan frekuensi penyadapan dua tahun pertama tiga hari sekali dan tahun selanjutnya dua hari sekali. Waktu penyadapan sebaiknya dilakukan jam 5.00-7.30 pagi (Adri dan Supriyanto 2009).

Robianto (2013) menyatakan bahwa sistem sadap yang diterapkan di Divisi II PP London Sumatera Indonesia Tbk Sumatera Selatan adalah sistem sadap ½ S d/3 dan ½ S d/2. Sistem sadap ½ S d/3 artinya tanaman disadap spiral setiap tiga hari sekali dimana setiap penyadap memiliki tiga hanca tetap untuk disadap secara bergiliran. Sistem sadap ½ S d/3 di Divisi II diterapkan pada tahun tanam muda, yaitu: tahun tanam 2004, 2006, dan 2008 sedangkan sistem sadap ½ S d/2 disadap setengah spiral setiap dua hari sekali yang diterapkan untuk tahun tanam 1995, 1997, dan 2001.

Kering Alur Sadap

Penyakit kering alur sadap (KAS) merupakan gangguan fisiologi. KAS mengakibatkan keringnya alur sadap sehingga tidak mengalirkan lateks. Penyakit ini tidak mematikan tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai dengan penggunaan perangsang lateks. Gangguan KAS tidak menular dari tanaman yang sakit ke pohon yang sehat tetapi dapat meluas pada kulit yang seumur pada pohon yang sama (Balit Sembawa 2012).

Cara sederhana untuk mendeteksi gangguan KAS yang paling sederhana adalah bila gejala awal (KAS parsial) telah terjadi yakni dengan tes tusuk sesuai dengan arah penyebaran KAS. Cara ini digunakan untuk mengatasi KAS secara akurat. Deteksi gangguan KAS sebaikknya dilakukan secara rutin setiap tiga bulan sekali. Semakin cepat terdeteksi adanya gangguan KAS akan meminimalkan penyebaran KAS dan segera dilakukan tindakan pengobatan (Budiman 2012).

(16)

populasi maka penyadapan dianjurkan untuk dihentikan dan dilakukan pengobatan yang intensif (Siregar dan Suhendry 2013).

Asim (2012) menyatakan bahwa hasil pengamatan langsung KAS di PT Air Muring Divisi I di tiga blok dengan 1 hanca per blok pada tahun tanam yang berbeda memiliki serangan yang berbeda. Serangan KAS pada tahun tanam 2000 blok (R00101), 2002 blok (R02101), dan 2003 blok (R03101), yaitu: 2.72%, 2.02%, dan 0.66%.

Robianto (2013) menyatakan bahwa persentase kejadian KAS di PT PP London Sumatera Indonesia Tbk Sumatera Selatan pada tahun tanam 2004 sebesar 5.62% dan pada tahun tanam 2006 sebesar 0.43%. Kejadian KAS pada tahun 2004 lebih tinggi dari tahun 2006 mengindikasikan bahwa tingkat eksploitasi pada tahun 2004 lebih tinggi dari tahun 2006.

Stimulansia

Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi, menguntungkan secara ekonomi, dan berkesinambungan. Sistem eksploitas terdiri dari dua sistem yaitu sistem konvensional (tanpa mengunakan stimulan) dan stimulasi. Sistem eksploitasi stimulasi konvensional merupakan sistem sadap biasa tanpa menggunakan perangsang (stimulan) sedangkan sistem eksploitasi stimulasi merupakan sistem sadap kombinasi dengan menggunakan stimulasi (Damanik et al. 2010).

Stimulan merupakan campuran yang terdiri dari minyak nabati (misalnya minyak kelapa sawit) dengan gemuk alami (disebut carrier stimulant) dan hormon (missal 2.4-D). Penggunaan stimulan didasarkan atas upaya mempertahankan turgor sel-sel pada pembuluh lateks tetap tinggi sehingga masa (waktu) pengaliran lateks setiap kali penyadapan lebih lama agar produksi dapat lebih tinggi. Teknik penggunaan stimulan yang memungkinkan yaitu: groove application, lace application, grove application yang diperluas, lace application yang diperluas,

bark application, dan bark hole application (Siregar dan Suhendry 2013).

Senyawa stimulansia yang umum digunakan di perkebunan karet adalah ethepon atau 2-chlorophosponic acid, suatu senyawa kimia yang juga digunakan sebagai zat perangsang pada tumbuhan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan stimulansia, yaitu: tanaman yang distimulasi harus memenuhi persyaratan teknis (umur, kondisi tanaman, sistem sadap), jenis klon yang ditanam mempunyai respon yang baik terhadap stimulasi, pemupukan tanaman harus dilaksanakan sesuai dosis yang dianjurkan dan pupuk diberikan dengan cara yang tepat dan teratur (Setyamidjaja 1993).

Asim (2012) menyatakan bahwa aplikasi stimulansia di PT Air Muring ditentukan berdasarkan sistem penyadapan dan kulit sadap. Konsentrasi untuk sistem sadap bawah kulit perawan (Downward Tapping System for Virgin Bark) yaitu 3.3% sedangkan konsentrasi untuk sistem sadap atas (Upward Tapping System) yaitu 5%.

(17)

stimulansia yang digunakan yaitu ½ S d/3 + ET 2.5%.Ga 0.5 (-). 9/y (3w), yang artinya sistem sadap setengah spiral sekali dalam tiga hari mengunakan stimulansia berbahan aktif ethepon 2.5% dengan merek dagang ethrel dengan sistem groove application yang dilakukan sembilan kali dalam setahun dan interval pemberian setiap tiga minggu sekali. Jadwal aplikasi umumnya pada awal bulan yakni minggu pertama untuk setengah hanca dan pada minggu ke-3 untuk setengah hanca yang sisa. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kelebihan hasil pada sadap hari sadap dan agar hasil yang dicapai meningkat secara terus menerus setiap hari.

Premi Sadap

Premi sadap yang diberlakukan pada setiap perusahaan memiliki sistem perhitungan yang berbeda. Mulyana (2003) menyatakan sistem premi penyadapan yang diterapkan di PT Perkebunan Nusantara VII Ciamis terdiri dari dua macam, yaitu: premi kualitas dan kuantitas. Premi kualitas dan kuantitas produksi lateks hasil sadapan harian diberikan dengan memperhatikan: kualitas sadapan yang diklasifikasikan dalam empat kelas, kuantitas produksi dan mutu yang dihasilkan oleh penyadap, kerjasama dalam upaya pencapaian target produksi. Premi kualitas diberikan dengan perhitungan indeks 9% pendapatan sebulan. Premi ini berlaku untuk karyawan pelaksana yang terbagi menjadi kelas A: 100%, B: 75%, C: 50%, dan D: 0%. Perhitungan premi kuantitas didasarkan pada potensi tanaman yang disadap sesuai dengan tarif rupiah kg-1 kering. Disamping itu terdapat bonus premi yang besarnya 6% dari pendapatan sebulan. Bonus premi kuantitas diberikan atas dasar kerjasama tim dalam pencapaian produksi.

Robianto (2013) menyatakan bahwa premi yang diberikan untuk jenis pekerjaan panen atau sadap di PT PP London Sumatera Indonesia Tbk Sumatera Selatan memiliki perhitungan berbeda. Penyadap mendapat (3-5 kg karet kering x Rp 750,00), (6-8 kg karet kering x Rp 1 000,00), (9 kg karet kering x Rp 1 250,00), (10 kg karet kering x Rp 1 750,00), (11-12 kg karet kering x Rp 2 000,00), (13-14 kg karet kering x Rp 2 250,00), dan (lebih dari 15 kg karet kering x Rp 2 500,00). Mandor sadap mendapat premi dari rata-rata penyadap anggota x 1.5. Krani timbang mendapat premi dari rata-rata penyadap satu tempat pengumpulan hasil (TPH) x 1.25. Mandor satu mendapat premi dari rata-rata premi mandor satu divisi x 1.5.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Divisi IV, Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran, Asahan, Sumatera Utara. Kegiatan dilaksanakan pada 9 Februari – 9 Juni 2015.

Metode Pelaksanaan

(18)

Kegiatan yang diikuti adalah menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan pendamping asisten selama dua bulan.

Kegiatan teknis bertujuan untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan teknis yang dilaksanakan sebagai karyawan kebun di lapangan. Kegiatan yang dilakukan secara langsung adalah menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan. Kegiatan teknis yang telah dilakukan dalam kegiatan magang, yaitu: pemeliharaan kebun entres, pembongkaran advance planting material (APM), pengendalian gulma dan penyakit jamur akar putih, kegiatan persiapan penyadapan, penyadapan. Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran terlampir pada Lampiran 1.

Kegiatan manajerial dilaksanakan untuk memperoleh dan meningkatkan kemampuan manajerial kebun sesuai dengan prosedur operasional standar yang berlaku. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor yaitu: mengawasi penyadapan, mengawasi pengendalian gulma, inspeksi sadap, trees census,

mengawasi tempat pengumpulan hasil (TPH), dan membuat laporan harian produksi. Jurnal kegiatan magang pendampingan mandor di Gurach Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran terlampir pada Lampiran 2.

Kegiatan mendampingi asisten lapangan sebagai pimpinan divisi yang membawahi beberapa mandor dilakukan selama dua bulan. Kegiatan yang telah dilakukan sebagai pendamping asisten kebun, yaitu: inspeksi sadap, sampling ketinggian sadap untuk pindah panel, mengawasi aplikasi stimulansia, mengawasi pembuatan garis penuntun sadap, rekapituasi produksi bulanan, dan laporan sadap libur. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Gurcah Batu Estate, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran terlampir pada Lampiran 3.

Pengumpulan Data

Data dan informasi selama kegiatan magang diperoleh dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung bertujuan untuk mengumpulkan data primer melalui wawancara, diskusi, dan pengamatan langsung di lapangan. Metode tidak langsung dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder mengenai sejarah kebun, letak geografis, curah hujan 10 tahun terakhir, luas areal dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi lima tahun terakhir, dan struktur organisasi perusahaan.

Data Primer

Beberapa parameter yang diamati untuk memperoleh data primer pada saat magang, yaitu: persentase tanaman siap sadap, pengelolaan bidang sadap, aplikasi stimulansia, tenaga kerja penyadapan, dan tanaman terserang kering alur sadap (KAS). Pengumpulan data akan dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan.

Berikut ini merupakan komponen-komponen aspek penyadapan yang diamati:

(19)

orang tenaga penyadap dengan frekuensi penyadapan tiga hari sekali (d/3) atau sistem sadap S d/3 pada tiga tahun tanam sehingga diamati 36 hanca pada seluruh penyadap.

2. Pengelolaan bidang sadap. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti 15 orang tenaga penyadap dengan frekuensi penyadapan tiga hari sekali (d/3) pada beberapa tahun tanam. Setiap penyadap diamati sebanyak satu hanca sadap (hanca tetap) sehingga akan diamati 15 hanca dengan masing-masing hanca sadap diamati sebanyak 10 tanaman contoh. Tanaman contoh yang diamati diambil secara diagonal. Parameter kondisi sadapan yang diamati, yaitu:

a. Panjang alur sadap. Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang sadapan tanaman yang diamati menggunakan meteran.

b. Tinggi sadapan Pangamatan dilakukan dengan mengukur tinggi sadapan dari permukaan tanah hingga bagian terbawah kulit sadap menggunakan meteran.

c. Panjang bidang tersadap. Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang bidang sadap dari awal dilakukan penyadapan hingga bidang terbawah saat dilakukan pengamatan.

d. Tebal kulit sadap harian. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tebal kulit bekas sadap menggunakan penggaris. Tebal kulit akan diukur dengan menghitung nilai rata-rata irisan setelah tiga kali penyadapan.

e. Kedalaman irisan sadap dari lapisan kambium. Pengamatan dilakukan dengan mengukur dalamnya sadapan dengan menusuk kulit sisa sadapan menggunakan Tap SP, yaitu alat inspeksi sadap yang dapat mengukur kedalaman sadap. Kedalaman sadap diukur dari tiga titik, yaitu: bagian atas, tengah, dan bawah pada bidang sadapan.

3. Aplikasi stimulansia. Pengamatan Aplikasi stimulansia dilakukan dengan mengamati proses pengenceran, frekuensi pemberian, dosis per tanaman, merek dagang, bahan aktif, dan cara aplikasi dengan mengamati secara langsung pekerja di lapangan.

4. Tenaga kerja penyadapan. Pengamatan terhadap parameter tenaga kerja penyadapan membandingkan produksi berdasarkan usia dan pengalaman. Data diperoleh dengan pengamatan secara langsung terhadap produksi lateks yang dihasilkan oleh 10 tenaga kerja penyadapan.

5. Kering alur sadap (KAS). Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman yang terserang kering alur sadap (KAS) per hanca. Pengamatan dilakukan pada 36 hanca sampel penyadapan yang memiliki umur berbeda. Data diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap gejala visual KAS. Data Sekunder

Beberapa parameter yang diamati untuk memperoleh data sekunder pada saat magang, yaitu: Penerapan sistem sadap, kelas penyadap, sistem pembayaran premi. Data diperoleh dengan menganalisis arsip perusahaan.

(20)

2. Kelas penyadap. Pengamatan dilakukan dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai pembagian hanca sadapan setiap kelas penyadap berdasarkan usia pekerja dan syarat penentuan kelas penyadap berdasarkan mutu sadap dan target produksi yang ingin dicapai sesuai dengan prosedur standar operasional penyadapan yang ditetapkan perusahaan.

3. Sistem premi penyadapan. Pengamatan dilakukan dengan menganalisis arsip perusahaan mengenai sistem premi penyadapan yang diterapkan diperusahaan. Penyadap yang memperoleh produksi melebihi basis produksi yang ditetapkan perusahaan akan memperoleh premi kualitas (kelas penyadap) dan kuantitas (karet kering).

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan mempelajari rata-rata dari data yang didapat, yaitu: persentase tanaman siap sadap, aplikasi stimulansia, kelas penyadap, dan sistem premi penyadapan. Nilai rata-rata yang didapat kemudian dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Pelaksanaan kegiatan di lapangan diamati langsung kemudian dibandingkan dengan standar pelaksanaan dari perusahaan.

Data pengelolaan bidang sadap, tenaga kerja penyadapan, tanaman terserang KAS, dan premi penyadapan dianalisis dengan uji t-student pada taraf 5% menggunakan aplikasi Minitab 16.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis dan Administratif

Gurach Batu Estate (GBE) merupakan perkebunan yang dikelola oleh PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk Kisaran wilayah Sumut I. Sebagian besar wilayah GBE berada di Kecamatan Pulo Bandring, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada 2º57’30”-3º2’30” LU dan 99º30’-99º35’ BT. GBE berbatasan dengan Desa Pulo Bandring di sebelah utara, Desa Silau Maraja dan Desa Suka Damai di sebelah selatan, Desa Sidodadi di sebelah timur, dan Desa Sungei Puleh di sebelah barat. Lokasi GBE berada pada ketinggian 38 m dpl dengan kemiringan tanah 0-8% kategori datar. Peta GBE terdapat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

(21)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

GBE terdiri dari empat divisi, yaitu: Gurach Batu I (Divisi I), Gurach Batu II (Divisi II), Gurach Batu III (Divisi III), Gurach Batu IV (Divisi IV) dengan total luas 3 562 ha. Setiap divisi terdiri dari beberapa blok yang disebut field number. Field number terdiri dari populasi tanaman karet dari klon yang sama pada suatu lokasi pada tahun tanam yang sama. Pembagian tata guna lahan di GBE dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1 Luas areal GBE

No. Uraian

*Sumber: Laporan luas ha-Februari 2015 GBE

Keadaan Tanaman dan Produksi

Gurach Batu Estate mengelola dua komoditi tanaman perkebunan, yaitu: karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) sebesar 71.6% dan kelapa sawit (Elaeis guinenssis Jacq.) sebesar 28.6% dari total lahan produksi.

Tanaman karet yang dibudidayan GBE terdiri dari tahun tanam 1997, 1998, 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, dan 2013. Klon yang ditanam di GBE dibagi menjadi dua tipologi klonal, yaitu quick starter

(metabolisme tinggi) dan medium starter (metabolisme sedang). Klon yang termasuk quick starter yang ditanam, yaitu: PB 260, PB 312, PB 314, PB 340, RRIM 901, RRIM 921, IRR 118, dan IRR Series sedangkan klon yang termasuk

(22)

Tabel 2 Luas areal tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) per tahun tanam di GBE

Tahun tanam Luas (ha)

Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV TM

1997 262

1998 306 118 25

1999 39

2001 145

2002 44 28 210

2003 5 75 180

2004 40 87

2005 80 156 66

2006 17

2007 140 79 107

2008 44 114

Total TM 233 618 727 789

TBM

2010 87

2013 3 10 1

Total TBM 3 10 0 88

*Sumber: Laporan Luas ha – Februari 2015 GBE

Hasil dari kegiatan produksi karet di GBE adalah dalam bentuk lateks, koagulum, cup lump, dan tree lace (skrep). Lateks adalah getah yang keluar dari pembuluh lateks dalam bentuk cair. Koagulum adalah lateks yang telah mengalami pra-koagulasi. Cup lump adalah lateks yang tertinggal pada saat pengumpulan karena telah terkoagulasi. Tree lace adalah lateks yang mengering (terkoagulasi) pada alur sadap. Hasil produksi dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH).

Hasil produksi karet dari TPH kemudian didistribusikan ke Bunut Rubber Factory (BRF) menggunakan truk kapasitas 3 ton dan lori kapasitas 2 ton tanki-1. BRF adalah pabrik pengolahan karet yang menghasilkan produk, seperti: lateks pekat (cenex), SIR 10, SIR 10 VK, SIR 3CV, SIR 3L, dan block skim rubber

(BSR).

(23)

kg ha-1. Produktivitas diatas tahun 2011 lebih rendah yang disebabkan oleh peningkatan luas TM baru yang produksinya lebih rendah.

BPS (2015) menyatakan bahwa luas perkebunan karet swasta tahun 2013 sebesar 282 858 ha dengan produksi 325 875 ton karet kering. Data tersebut menunjukkan bahwa produktivitas perkebunan karet swasta adalah 1.15 ton ha-1 karet kering. Produktivitas karet GBE pada tahun 2013 adalah 1.56 ton ha-1 yang nilainya lebih tinggi dari produktivitas rata-rata perkebunan swasta tahun 2013 yaitu sebesar 1.15 ton ha-1 karet kering. Produksi dan produktivitas karet kering GBE tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi dan produktivitas karet kering GBE tahun 2010-2014 Tahun Luas lahan TM

(ha)

Produksi (kg)

Produktivitas (kg ha-1)

2010 1 856 3 022 799 1 628.66

2011 1 909 3 269 542 1 712.70

2012 2 124 3 345 805 1 575.24

2013 2 311 3 625 119 1 568.64

2014 2 367 3 913 497 1 653.36

*Sumber: Mountly crop production report

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di GBE dibedakan menjadi staf, karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Staf terdiri dari manajer dan asisten divisi. Karyawan tetap terdiri dari human industrial pancasila (HIP) dan standar kerja umum (SKU). Karyawan tidak tetap terdiri dari perkerja kontrak waktu terbatas (PKWT), casual labour (CL), dan buruh kontraktor up. Tenaga kerja di GBE berjumlah 846 orang dengan indeks tenaga kerja (ITK) 0.237. Jumlah tenaga kerja di GBE dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah tenaga kerja di GBE

Jabatan Jumlah

Staf 5

Karyawan tetap

Human industrial pancasila (HIP) 78

Standar kerja umum (SKU) 560

Karyawan tidak tetap

Pekerja kontrak waktu tertentu (PKWT) 72

Casual labour (CL) 54

Buruh kontraktor up 77

Total 846

*Sumber: Tenaga kerja tetap April 2015

(24)

oleh kepala krani (chief clerk) pada bagian administrasi. Struktur organisasi di GBE terdapat pada Lampiran 6.

Sistem kerja yang diterapkan di GBE terdiri dari sistem kerja harian dan borongan. Sistem kerja harian dilakukan selama 7 jam kerja untuk 1 HK. Jika perkerjaan yang dilakukan dengan sistem kerja harian melebihi 7 jam maka akan diberikan upah lembur sebanyak waktu ekstra (over time) yang dibutuhkan. Sistem kerja harian diterapkan dalam kegiatan penyadapan, pemeliharaan drainase, perbaikan jalan, sanitasi tanaman, penyisipan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Sistem kerja borongan dilakukan berdasarkan target perkerjaan yang harus diselesaikan dan bukan berdasarkan waktu kerja. Perkerja borongan dapat memperoleh upah 1 HK jika telah meyelesaikan target kerja (borongan) yang telah ditentukan untuk setiap jenis kegiatan. Sistem kerja borongan diterapkan untuk kegiatan aplikasi stimulansia, bongkar anak kayu, strip spraying, spot spraying, pengendalian alang-alang, buka panel, menggambar garis penuntun sadapan, trees census, dan pemupukan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Kebun entres

Kebun entres yang ada di GBE terdapat di Divisi II dengan luas 6 ha. Klon yang ditanam pada kebun entres, yaitu: PB 217, PB 260, PB 330, PB 340, PM 10, RRIC 100, RRIM 921, T 3401B, dan T 3601B. Penanam entres dibagi menjadi beberapa plot berbentuk segi empat berdasarkan klon dengan jarak tanam 1.5 m x 1.5 m dan jarak antar plot 2 m. Kegiatan kebun entres yang dilakukan saat magang dilakukan adalah pemeliharaan, yaitu: pengendalian gulma manual, pengendalian penyakit oidium, dan pruning.

Pegendalian gulma manual. Pekerjaan ini dilakukan pada barisan dan gawangan entres. Pengendalian manual dilakukan menggunakan cangkul. Norma kerja untuk pengendalian gulma manual adalah 5 barisan dan gawangan HK-1 dengan rotasi dua kali dalam sebulan. Prestasi kerja penulis pada kegiatan ini adalah 2 barisan dan gawangan sedangkan prestasi karyawan adalah 5 barisan dan gawangan.

Pengendalian penyakit gugur daun. Penyakit ini disebabkan oleh jamur

Oidium heveae yang biasa menyerang daun entres yang masih muda. Gejala dari serangan penyakit ini adalah terdapat bintik atau spot putih pada daun yang menyebabkan daun layu, menguning, dan gugur. Penyakit ini sering muncul ketika musim hujan pada saat stadia daun muda setelah periode gugur daun.

Pengendalian penyakit ini dilakukan aplikasi fungisida Manzate 82 WP, bahan aktif mankozeb dengan dosis 1 200 g ha-1 dengan konsentrasi larutan 30 g liter-1 air. Pengendalian dilakukan dengan spot spraying dengan target pada daun muda (flush). Norma kerja untuk kegiatan ini adalah 1 cap HK-1.

(25)

Pembongkaran advance planting material (APM)

Advance planting material adalah tanaman tambahan yang ditanam saat penanaman awal yang jumlahnya 10 tanaman ha-1 yang akan digunakan sebagai tanaman sisipan. APM ditanam di tengah barisan antar tanaman. Pembongkaran dilakukan pada APM yang berumur lebih dari satu tahun. Kegiatan teknis pada pembongkaran APM sebelum dipindah ke lahan adalah chopping dan topping. Tujuan dilakukan chopping dan topping adalah untuk meningkatkan persentasi tanaman yang tumbuh setelah dipindah tanam.

Chopping. Kegiatan dilakukan dengan memotongan akar sebelum tanaman dipindah ke lahan yang baru. Pemotongan dilakukan dengan menggali tanah dan memotong akar dengan lebar setengah lingkaran tanaman yang berjarak ± 20 cm dari tanaman dengan kedalaman ± 60 cm.. Norma kerja untuk kegiatan ini adalah 50 lubang HK-1. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 5 lubang sedangkan prestasi kerja rata-rata karyawan adalah 25 lubang HK-1. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan adalah tanah yang terlalu keras.

Topping. Kegiatan ini dilakukan dilakukan dua minggu setelah chopping

dengan cara memotongan batang utama tanaman APM. Topping dilakukan pada ketinggian ± 275 cm dari atas tanah dengan kemiringan 45º. Batang yang telah dipotong diolesi coaltar untuk mencegah serangan penyakit melalui jaringan yang luka. Pemindahan APM dapat dilakukan satu minggu setelah topping dilakukan. Norma kerja untuk kegiatan topping adalah 50 tanaman HK-1. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 5 tanaman sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 26 tanaman HK-1.

Pemeliharaan

Pengendalian gulma. Kegiatan ini terdiri dari pengendalian secara manual dan secara kimiawi. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan babat dan cangkul. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida yang bersifat kontak dan sistemik.

Pengendalian gulma babat manual dilakukan pada pengendalian gulma gawangan khususnya gulma dari kelompok pakis-pakisan, seperti: Nephrolevis biserata, Cyclosorus aridus, Diplazium asperum. Norma kerja untuk pengendalian babat manual adalah 0.6 ha HK-1 dengan rotasi dua kali setahun.

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan strip spraying dan

spot spraying. Strip spraying dilakukan untuk mengendalikan gulma pada barisan tanaman karet, seperti: Otocloa nodosa dan Borreria alata dengan lebar semprot 1.5 m. Alat semprot yang digunakan untuk strip spraying adalah micron herby,

volume semprot 10 liter cap-1 . Herbisida yang diaplikasikan untuk strip spraying adalah Amiphosate 480 SL dengan bahan aktif glyphosate isoprofylamine yang bersifat sistemik. Dosis herbisida yang digunakan adalah 500 ml ha-1 dengan konsentrasi larutan 350 ml Amiphosate per 20 liter air. Noozle yang digunakan berwarna merah dengan flow rate 400 ml menit-1 dengan kecepatan jalan 1 m detik-1. Norma kerja untuk kegiatan strip spraying adalah 4 ha HK-1 dengan rotasi dua kali setahun. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 3 ha sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata adalah 4 ha HK-1.

(26)

semprot 15 liter cap-1. Herbisida yang diaplikasikan untuk spot spraying adalah Gramoxone 276 SL dengan bahan aktif paraquat diklorida yang bersifat kontak. Dosis aplikasi herbisida adalah 350 ml ha-1 dengan konsentrasi larutan 70 ml Gramoxone per 20 liter air. Noozle yang digunakan berwarna merah dengan flow rate 400 ml menit-1. Norma kerja untuk kegiatan spot spraying adalah 4 ha HK-1 dengan rotasi dua kali setahun. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 3 ha HK-1 sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 3 ha HK-1. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah pembuatan larutan hebisida yang kurang efisien karena flow rate knapsack Solo lebih besar dari micron herby yang tidak diimbangi dengan kecepatan pengangkutan air oleh tukang air.

Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan memperhatikan kondisi cuaca. Aplikasi herbisida harus diulang bila hujan turun kurang dari dua jam untuk herbisida kontak dan kurang dari empat jam untuk herbisida sistemik. Aplikasi herbisida juga harus diulang bila gulma sasaran tidak mati. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi

Pegendalian penyakit jamur akar putih (JAP). Penyakit ini disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus. Penyakit ini sering disebut dengan penyakit fomes. Gejala dari penyakit JAP diantaranya: sebagian daun keriting, layu, dan menguning, akar menjadi lapuk, dan terdapat miselium jamur berwarna putih pada akar.

Pengendalian JAP yang dilakukan di GBE dilakukan secara kimiawi. Bahan kimia yang digunakan adalah fungisida Bayleton 250 EC, bahan aktif

triadimeton dengan dosis 2 liter larutan pohon-1 dengan konsentrasi 1%. Pohon yang sudah diaplikasikan fungisida diberi tanda cat merah dengan simbol F (fomes), bulan aplikasi, dan tahun aplikasi. Norma kerja untuk pengendalian JAP adalah 5.56 ha HK-1 dengan rotasi dua kali setahun.

Persiapan penyadapan

Persiapan penyadapan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penyadapan. Kegiatan ini dilakukan sebagai tahap awal untuk mempersiapkan tanaman siap sadap (tappable trees) sehingga dapat dikelola sesuai standar penyadapan yang ditetapkan perusahaan. Kegiatan persiapan penyadapan adalah sebagai berikut:

(27)

Pengukuran lilit batang. Pengukuran dilakukan dengan mengukur diameter batang pohon dari ketinggian 100 cm dari permukaan tanah yang ada dalam suatu field. Field adalah satu luasan tanaman dari klon sejenis pada tahun tanam yang sama pada lokasi yang sama. Pohon yang sudah diukur diberi tanda berupa titik (dot) menggunakan coaltar dengan ketinggian ± 2 m dari permukaan tanah. Lilit batang yang ukurannya ≥ 50 cm diberi tanda doting dua (:), lilit batang yang ukurannya 45-49 cm (calon matang sadap) diberi tanda doting satu (.), sedangkan lilit batang yang ukurannya < 45 cm tidak diberi tanda. Norma kerja untuk kegiatan ini adalah 7 jam HK-1.

Hitung pohon (trees census). Pada awal TM, kegiatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah seluruh tanaman yang telah bertanda doting dua, doting satu, dan tanpa doting dalam satu field. Tanaman dapat disadap jika ≥ 50% populasi fieldtelah memiliki lilit batang ≥ 50 cm (matang sadap).

Trees census tetap dilakukan setiap tahunnya untuk mengetahui populasi tanaman. Trees census dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah tanaman siap sadap, tanaman tidak disadap, tanaman terkena KAS atau yang disebut brown bast

(BB), dan tanaman terserang bark necrosis (BN). BB dan BN menyebabkan bidang sadap tidak mengeluarkan lateks sehingga perlu dihitung untuk mengetahu populasi tanaman tidak produktif. Norma kerja untuk kegiatan ini adalah 10 ha HK-1.

Menggambar garis penuntun sadap. Garis penuntun sadap dibuat untuk membantu penyadap melaksanakan penyadapan sesuai dengan ketentuan perusahaan. Garis penuntun sadap dapat dibuat jika tanaman sudah memiliki tanda doting dua. Kegiatan menggambar garis penuntun sadap dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Menggambar garis penuntun sadap

Garis penuntun sadap untuk bukaan baru (new opening) berada pada panel A. Posisi panel A sadap ditentukan berdasarkan arah barisan tanaman . Bila arah barisan tanaman timur-barat maka panel A sadap berada di sebelah utara mengarah ke gawangan. Bila arah barisan tanam utara-selatan maka panel A sadap berada di sebelah timur mengarah ke gawangan. Khusus untuk lahan berbentuk teras, panel A menghadap pada dinding teras.

(28)

Garis penuntun digambar dengan menggunakan mal dan pisau sadap. Garis penuntun digambar pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah dengan sudut kemiringan 35º untuk sadap bawah. Garis penuntun new opening untuk pemakaian pada tahun sadap awal adalah 2.5 cm untuk buka panel dengan konsumsi bidang sadap 12 cm. Garis penuntun sadapan disertai garis penuntun doting bulanan yang digambar secara vertikal sebanyak dua garis yang membagi tiga panel sadap. Norma kerja untuk kegiatan menggambar garis penuntun new opening (TM 1) adalah 300 tanaman HK-1 sedangkan menggambar garis penuntun tahunan setelah TM1 dilakukan dengan sistem kontrak dengan premi 2 250 rupiah hanca-1.

Garis penuntun sadap digambar berdasarkan konsumsi kulit selama satu tahun sesuai dengan standar perusahaan. Standar garis penuntun yang diterapkan di GBE terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Standar garis penuntun berdasarkan konsumsi kulit per tahun

Panel Sistem sadap Konsumsi kulit per

tahun (cm)

Opening panel A - 2.5

A1-A2 ½ S d/4 12.0

A3-A6 ½ S d/3 15.6

Opening panel B - 2.5

B1-B5 ½ S d/3 15.6

Opening panel H - 2.5

H0-1-H0-4 ¼ S↑d/3 22.0

H0-1.1-H0-1.4 dst. ¼ S↑d/3 22.0

*A1-A2: bidang sadap perawan A1 dan A2; A3-A6: bidang sadap perawan A3, A4, A5, A6; B1-B5: bidang sadap perawan B1, B2, B3, B4, B5; H0.1-H0.3: bidang sadap perawan H0.1, H0.2, H0.3.

Pemasangan alat sadap. Alat sadap yang dipasang adalah alat sadap pohon, seperti: talang, kawat kakak tua, dan mangkuk. Alat sadap tersebut terpasang pada tanaman untuk mempermudah pengumpulan hasil berupa lateks dan cup lump. Norma kerja untuk pemasangan alat sadap adalah 0.67 ha HK-1 dengan rotasi satu kali setahun. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan ini adalah 500 tanaman HK-1 sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 500 tanaman HK-1.

Talang dipasang dengan jarak 5-10 cm dari bawah alur sadap terbawah. Talang dipasang dengan menancapkan kaki talang sedalam 3 mm dari kambium dengan kemiringan 45º. Talang dapat berjarak < 5 cm jika tanaman agak miring agar mempermudah lateks mengalir dari alur sadap.

Kawat kakak tua dibentuk membulat seperti sarang kakak tua agar dapat menyanggah lateks yang terkumpul di mangkuk. Kawat dipasang secara horizontal terhadap bidang sadap. Kawat penyanggah berjarak 10-15 cm dari talang sadap. Jarak antara kawat dan talang adalah < 10 cm jika tanaman agak miring untuk mempermudah lateks masuk kedalam mangkuk.

(29)

Jarak antara mangkuk dan talang untuk tanaman yang miring adalah < 7 cm untuk mempermudah lateks turun ke mangkuk.

Buka hanca. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan penyayatan awal pada bidang sadap untuk mempermudah penyadapan yang disebut dengan new opening. Buka hanca dilakukan jika garis penuntun sadap dan alat sadap telah terpasang. Buka hanca dilakukan dengan menyayat kulit pada garis bukaan selebar 2.5 cm dengan kedalaman 0-1 mm dari kulit terluar. Buka hanca dilakukan untuk meyesuaikan sayatan pisau sadap pada alur sadap. Bukaan sadap dapat dilakukan selama tiga kali penyayatan sebelum penyadapan sebenarnya dilakukan. Norma kerja untuk kegiatan buka hanca adalah 1 hanca HK-1. Prestasi penulis untuk kegiatan ini adalah 100 tanaman HK-1 sedangkan prestasi karyawan untuk kegiatan ini adalah 600 tanaman HK-1.

Pembagian hanca. Kegiatan ini dilakukan pada field number yang telah memenuhi kriteria matang sadap. Penentuan field number di GBE dilakukan sebelum penanaman yang ditentukan berdasarkan komoditas tanaman yang akan ditanam, tahun tanam, divisi, dan nomor field yang akan ditanam pada tahun tanam yang sama yang diikuti luas dan klon yang akan ditanam.

Setiap hanca yang telah dibagi diberi tanda berupa polet yang berbetuk melingkar dengan lebar 5-7.5 cm dengan ketinggian 2-2.5 m dari permukaan tanah. Polet 3 untuk batas antar mandoran, polet 2 untuk batas hanca dalam satu mandoran, dan polet 1 untuk batas nomor hanca antar penyadap dalam hanca dalam satu mandoran. Jarak antar lingkaran polet adalah ± 10 cm. Gambar tanda batas pada field number dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Tanda batas dalam field number

Pembagian hanca dilakukan untuk menentukan jumlah penyadap yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah tanaman yang telah memenuhi kriteria matang

(a) Batas nomor hanca (b) Batas hanca

(30)

sadap. Field number dibagi menjadi hanca (A, B, C, D) d/4 untuk tahun sadap pertama dan kedua serta hanca (A, B, C) d/3 untuk tahun sadap berikutnya. Setiap areal hanca dibagi menjadi beberapa nomor hanca sesuai nomor penyadap. Setiap penyadap mendapat jumlah tanaman matang sadap yang sama atau selisih ± 1 tanaman jika jumlah tanaman tidak dapat dibagi rata. Pembagian hanca sadap di GBE ditentukan berdasarkan panel sadap yang akan disadap. Standar borongan sadap di GBE dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah borongan penyadap berdasarkan panel di GBE

Panel Sistem sadap Kulit

Borongan (tanaman penyadap-1) Areal datar Areal berbukit

A ½ S d/4 Perawan 600-650 450-500

A ½ S d/3 Perawan 600-650 450-500

B ½ S d/3 Perawan 550-600 350-450

C ½ S d/3 Pulihan 500-550 300-350

D ½ S d/3 Pulihan 450-500 275-325

H0 ¼ S↑d/3 Perawan 425-475 400-450

*Sumber: BE-SP-02

Setiap hanca yang telah dibagi diberi tanda berupa polet yang berbetuk melingkar dengan lebar 5-7.5 cm dengan ketinggian 2-2.5 m dari permukaan tanah. Polet 3 untuk batas antar mandoran, polet 2 untuk batas hanca dalam satu mandoran, dan polet 1 untuk batas nomor hanca antar penyadap dalam hanca dalam satu mandoran. Jarak antar lingkaran polet adalah ± 10 cm.

Batas barisan penyadap diberi tanda yang disebut keplek yang terbuat dari plat atau digambar menggunakan car berwarna merah. Keplek digunakan untuk mengetahui hanca, nomor kebun penyadap, dan buang amek dari setiap penyadap. Buang amek adalah jumlah tanaman dalam satu barisan tanaman yang harus dibagi kepada kebun disebelahnya untuk memenuhi borongan penyadap. Tanda batas penyadap dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Contoh keplek

Gambar 4 Tanda batas penyadap

*IX: Mandor sadap IX; D: Hanca D; 9: Nomor hanca 9; 65  32: Buang amek, 65 tanaman pada

(31)

Penyadapan (tapping)

Penyadapan merupakan kegiatan penyayatan pembuluh lateks dari arah kiri atas ke kanan bawah bidang sadap sehingga akan mengeluarkan lateks. Penyadapan dilakukan berdasarkan interval sadap d/4 dan d/3. Interval d/4 artinya penyadapan dilakukan setiap empat hari sekali dengan hanca tetap (A, B, C, D) sedangkan interval d/3 artinya penyadapan dilakukan tiga hari sekali dengan hanca tetap (A, B, C).

Penyadapan dilakukan setiap Senin sampai Sabtu untuk hari normal dan tambahan Minggu atau hari libur yang disebut kontanan. Kegiatan penyadapan untuk Senin sampai Jum’at adalah tujuh jam kerja sedangkan pada Sabtu 5 jam kerja dengan lembur (over time) tiga jam. Penyadapan pada hari libur dilakukan selama 7 jam kerja dengan upah dua kali hari normal.

Alat sadap. Penyadap diberikan alat sadap yang digunakan untuk membantu pelaksanaan penyadapan. Setiap penyadap diberikan dua pisau sadap, satu batu asah, dua blong lateks kapasitas 30 kg, satu blong lateks kapasitas 15 kg, dan satu ember pinggang untuk mengumpulkan cuplump dan tree lace. Selain itu penyadap juga diberikan alat pelindung diri berupa satu pasang boots dan kaca mata pelindung untuk sadap atas.

Waktu sadap. Kegiatan penyadapan di GBE dilaksankan mulai pukul 06.00 WIB hingga selesai. Waktu sadap dapat berubah jika terjadi hujan pada saat penyadapan akan dilaksanakan. Penyadap harus tiba di hanca 15 menit sebelum penyadapan untuk membersihkan patok tengah hanca dan meja lump, mengasah pisau sadap, dan meniriskan blong lateks. Rata-rata penyadap mampu menyelesaikan penyadapan selama 3.5-4 jam atau selesai pada pukul 09.30-10.00 WIB. Penyadap dapat beristirahat (wolon) menunggu waktu pengumpulan (pungut).

Pengumpulan lateks. Waktu pengumpulan normal dilakukan dua jam setelah penyadap yaitu pukul 12.00 WIB , kecuali hari Jum’at pada pukul 11.30 WIB. Waktu pengumpulan dapat berubah jika terjadi hujan saat penyadapan sedang dilakukan. Jika terjadi hujan saat penyadapan maka pengumpulan lateks dapat dilakukan lebih awal untuk mencegah prakoalgulasi pada lateks. Rata-rata penyadap dapat menyelesaikan pengumpulan lateks selama 30-45 menit.

Penimbangan. Hasil yang diperoleh dari kebun dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk ditimbang. Penimbangan dilakukan oleh krani timbang. Hasil yang ditimbang berupa lateks, koagulum, cup lump, dan tree lace. Penimbangan di TPH dilakukan untuk mengetahui produksi yang diperoleh penyadap dan total produksi dari setiap divisi.

Pengawetan lateks kebun. Lateks yang dihasilkan dari GBE diawetkan sebelum dikirim ke BRF. Pengawetan dilakukan untuk mencegah penurunan mutu lateks. Lateks yang diproduksi di GBE akan diolah menjadi lateks pekat atau yang disebut centrifuge latex (cenex). Untuk mencegah terjadinya prakoagulasi pada saat pengangkutan ke pabrik, lateks diberi amonia (NH3), tetrazolium (TZ), dan

diamonium phosphate (DAP). Amonia diaplikasikan dalam bentuk larutan yang disebut ammonia solution (amsol) dengan konsentrasi 10% dan amonia dalam bentuk gas. Bahan pengawet diaplikasikan dengan dosis, yaitu: amonia 4 kg ton-1 latkes, TZ 0.5 kg ton-1 lateks, dan DAP 4.5 kg ton-1 lateks.

(32)

(a) Doting sadap bawah

Formic acid bersifat asam sehingga membantu mempercepat proses koagulasi pada lateks.

Doting bulanan (tutulan)

Doting bulanan dilakukan setiap bulan untuk mengetahui konsumsi bidang sadap selama satu bulan oleh setiap penyadap. Doting bulanan dilakukan pada panel yang sedang disadap, yaitu sadap bawah (panel A dan B) dan sadap atas (panel H). Doting bulanan pada sadap bawah dilakukan dengan memberi tanda doting menggunakan tipex atau cat putih pada 1/3 bagian panel sehingga terdapat dua tanda dot (titik) pada bidang sadap yang membagi tiga bidang. Doting bulanan pada bidang sadap atas disebut dengan tutulan yaitu memberi tanda berupa goresan tanda pemakaian kulit pada kedua sisi pinggir panel sadap. Contoh doting dan tutulan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Doting dan tutulan

Tapping inspection

Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa dan mengendalikan mutu sadap. Kegiatan ini dilakukan oleh inspektur: mandor sadap, mandor besar, asisten divisi, manajer estate, tapping inspector dari head office, maupun general manager plantation. Setiap inspektur memiliki warna yang diberi warna berbeda sebagai pembeda tanda inspeksi. Pembeda tanda inspektur berdasarkan warna terdapat dalam Tabel 7.

Tabel 7 Warna kapur inspektur sadap

Warna kapur Inspektur

Putih Mandor sadap

Kuning Mandor besar

Merah Asisten divisi

Hijau Manajer estate

Biru Tapping inspector

Hitam General manager plantation

*Sumber: BE-SP-09

Mutu sadap yang dinilai dalam penentuan kelas penyadap, yaitu: kedalaman sadapan dari kambium, luka kayu, pemakaian kulit, kemiringan alur

(33)

sadap, dan pekerjaan lain, seperti: jarak talang, jarak mangkuk, kebersihan alat sadap, kelengkapan alat sadap. Tapping inspection dilakukan pada sepuluh tanaman contoh dengan memberikan tanda pada tanaman. Tanda-tanda yang digunakan dalam kegiatan inspeksi penyadapan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Tanda inspeksi sadapan

Tanda Arti

H Luka kayu

O Kurang dalam

= Konsumsi kulit terlalu irit X Konsumsi kulit berlebihan

↑ Alur sadap ditahan

↓ Alur sadap ditekan

I Sadapan terlalu dalam

√ Benar

*Sumber: BE-SP-09

Persentase tanaman siap sadap

Penyadap di GBE memiliki tiga sampai empat hanca tetap sesuai interval sadap d/3 atau d/4. Rata-rata penyadap memiliki luas areal sadapan ± 1.17 ha per hanca untuk jarak tanam 6.5 m x 3 m. Jumlah tanaman siap sadap pada tahun tanam 2002, 2005, dan 2008 adalah 584 tanaman hanca-1 dengan persentase 94.8%. Persentase tanaman siap sadap di GBE dapat dilihat pada Tabel 9.

(34)

Pengelolaan bidang sadap

Pengelolaan bidang sadap di GBE dilakukan dengan mengelompokan menjadi lima bidang sadap. Lima bidang sadap tersebut, yaitu: panel A, B, C, D, dan H0. Panel A, B, dan H0 adalah kulit perawan sendangkan panel C dan D adalah panel pulihan dari panel A dan B. Panel C dan D tidak lagi digunakan karena sebagian besar klon yang ditanam di GBE termasuk klon quick starter

yang tidak memanfaatkan kulit pulihan.

Panel A dan B digunakan untuk sistem sadap bawah ½ S d/4 dan ½ S d/3. Pemakaian untuk panel A adalah selama enam tahun, panel B, enam tahun dan panel H0 sepuluh tahun. Lebar bidang sadap yang harus dikelola untuk panel A adalah 90.9 cm, panel B 93.6 cm, dan panel H0 68.5 cm. Penggunaan panel A dan B dilakukan dari ketinggian 130 cm dari atas tanah ke arah bawah hingga ketinggian 15-20 cm dari pertautan okulasi sedangkan panel H0 dilakukan dari ketinggian ± 132 cm kearah atas. Pemakaian kulit harian harus dikendalikan harian agar bidang sadap dapat digunakan sesuai perencanaan. Pengelolaan bidang sadap pada beberapa tahun tanam terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10 Pengelolaan bidang sadap dengan sistem sadap ½ S d/3 pada tahun tanam 2002 dan 2008

*Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

(35)

Aplikasi stimulansia dilakukan dengan cara setengah hanca untuk setiap aplikasi dan akan dilanjutkan tiga minggu kemudian setelah aplikasi sebelumnya. Penyadapan lebih awal dilakukan pada tanaman yang telah diaplikasikan stimulansia yang tujuannya adalah untuk mengoptimalkan produksi lateks dengan bantuan stimulansia karena semakin pagi tanaman disadap maka akan semakin besar tekanan turgor sehingga lateks yang dikeluarkan lebih banyak.

Hasil rekapitulasi arsip aplikasi stimulansia di GBE menunjukkan bahwa aplikasi stimulansia ditentukan berdasarkan panel, sistem sadap, dan klon. Contoh aplikasi stimulansia pada klon PB 260 dan BPM 1 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Aplikasi stimulansia pada klon PB 260 dan BPM 1

Panel Sistem

*Sumber: tapping systemand recommendation stimulant 2007-2015

Tenaga kerja penyadapan

Penyadap merupakan tenaga kerja pemanen yang ada di perkebunan karet. Produksi lateks harian yang diperoleh salah satunya ditentukan oleh kemampuan penyadap dalam melakukan penyadapan sehingga produksi yang dihasilkan sesuai dengan potensi produksi tanaman. Analisis tenaga kerja penyadapan dilakukan pada penyadap yang berbeda usia dan pengalaman.

(36)

Tabel 12 Produksi lateks berdasarkan tingkat usia penyadap

*Keterangan: angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama

tidak berbeda nyata pada uji t-student taraf 5%.

Analisis tenaga kerja penyadap juga dilakukan pada dua tingkat pengalaman yaitu pengalaman ≥ 6 tahun dan < 6 tahun. Produksi lateks penyadap dengan pengalaman ≥ 6 tahun adalah 39.4 kg hari-1 sedangkan produksi penyadap dengan pengalaman < 6 tahun adalah 39.2 kg hari-1. Data pengamatan produksi tingkat pengalamaan penyadap dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Produksi lateks berdasarkan tingkat pengalaman penyadap Tingkat

*Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama

(37)

Kering alur sadap

Kering alur sadap atau yang disebut brown bast merupakan penyakit fisiologis yang disebabkan penyadapan dengan intensitas tinggi. Gejala serangan KAS secara umum terlihat dari alur sadap tidak mengeluarkan lateks sebagian atau selurunya. Kententuan KAS yang ditetapkan di GBE adalah jika > 50% dari panjang alur pada seluruh panel (A, B, dan H0) tidak dapat mengeluarkan lateks maka tanaman dinyatakan terkena KAS. Sebagai contoh jika > 50% dari panjang alur panel A terkena KAS maka penyadapan dipindah pada panel B, jika > 50% dari panjang alur panel B maka penyadapan dipindah pada panel H0, dan jika pada alur panel H0 masih tidak dapat mengeluarkan lateks maka tanaman dinyatakan terkena KAS dan diistirahatkan hingga panel sadap mengeluarkan lateks kembali.

Tingkat serangan KAS pada beberapa tahun tanam sangat bervariasi. Persentase tanaman terserang KAS di GBE pada tahun tanama 2002, 2005, dan 2008 adalah 7.31%, 3.20%, dan 0.08%. Persentase tanaman terserang KAS pada beberapa tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Persentase tanaman terserang KAS pada beberapa tahun tanam Tahun tanam Jumlah hanca sampel % KAS

2002 12 7.31

2005 12 3.20

2008 12 0.08

Tingkat serangan KAS pada klon dilakukan pada klon RRIM 921 dan PB 260 pada tahun tanaman 2003 dan 2005. Rata-rata serangan KAS dari dua tahun tanam pada klon klon RRIM 921 adalah 4.09% sedangkan pada klon PB 260 adalah 4.34%. Persentase tanaman terserang KAS pada klon RRIM 921 dan PB 260 dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Persentase tanaman terserang KAS pada klon RRIM 921 dan PB 260 Klon Jumlah hanca sampel % KAS tahun tanam Rata-rata

(%)

2003 2005

RRIM 921 12 5.79 2.39 4.09a

PB 260 12 5.85 2.83 4.34a

*Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata pada uji t-student taraf 5%.

Penerapan sistem sadap

Sistem sadap di GBE dilakukan berdasarkan tahun sadap dan posisi panel sadap. Sistem sadap bawah dilakukan pada panel A dan B sedangkan sadap atas dilakukan pada panel H0. Panel A, B, dan H0 merupakan panel perawan yang menggunakan kulit perawan (virgin bark) sebagai bidang yang akan dieksploitasi. GBE tidak memanfaatkan kulit pulihan karena sebagian besar klon yang ditanam termasuk klonal quick starter yang memiliki tebal kulit pulihan yang tipis.

(38)

stater dan medium stater berdasarkan sistem sadap yang diterapkan. Klonal quick starter memiliki potensi 2 200 kg ha-1 karet kering per tahun sedangkan klonal

medium starter dengan potensi 2 100 kg ha-1 karet kering tahun-1. Estimasi produksi berdasarkan sistem sadap dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Estimasi produksi pada klonal quick starter dan medium starter

berdasarkan tahun sadap, posisi panel, dan sistem sadap Tahun

sadap

Posisi panel

Sistem sadap

Estimasi produksi (kg karet kering ha-1 tahun-1)

Quick starter Medium starter

Potensi 2 200 2 100

1 A1 ½ S d/4 550 438

2 A2 ½ S d/4 1 342 1 213

3 A3 ½ S d/3 1 870 1 608

4 A4 ½ S d/3 2 200 1 814

5 A5 ½ S d/3 2 200 1 766

6 A6 ½ S d/3 2 134 1 639

7 B1 ½ S d/3 2 090 1 952

8 B2 ½ S d/3 2 068 1 846

9 B3 ½ S d/3 1 826 1 635

10 B4 ½ S d/3 1 826 1 540

11 H0-1 ¼ S↑d/3 2 200 2 100

12 H0-2 ¼ S↑d/3 2 100 2 005

13 H0-3 ¼ S↑d/3 1 900 1 814

14 H0-4 ¼ S↑d/3 1 700 1 623

15 B5 ½ S d/3 1 300 1 241

16 H0-1.2nd ¼ S↑d/3 1 700 1 623

17 H0-2.2nd ¼ S↑d/3 1 600 1 527

18 H0-3.2nd ¼ S↑d/3 1 500 1 432

19 H0-4.2nd ¼ S↑d/3 1 400 1 336

20 B6 ½ S d/3 1 200 1 145

21 H0-1.3rd ¼ S↑d/3 1 500 1 432

22 H0-2.3rd ¼ S↑d/3 1 300 1 241

*Sumber: Trend produksi tanaman karet: budget produksi 2015

Kelas penyadap

(39)

Tabel 17 Nilai inspeksi sadapan berdasarkan jumlah kesalahan pada beberapa

Penentuan kelas penyadap juga dinilai berdasarkan kuantitas produksi lateks yang diperoleh oleh penyadap. Penilaian dilakukan berdasarkan rata-rata produksi lateks penyadap. Bobot penilaian dibagi menjadi tiga kriteria produksi, yaitu: ≤ 80%, 81-90%, dan ≥ 91%. Penilaian inspeksi sadap berdasarkan produksi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Nilai inspeksi sadap berdasarkan produksi

Produksi lateks per rata-rata penyadap (%) Nilai

≤ 80 0

81-90 5

≥ 91 15

*Sumber: BE-SP-04

Kelas penyadap di GBE ditentukan berdasarkan akumulasi dari nilai

tapping inspection (mutu) dan jumlah produksi (kuantitas) penyadap. Akumulasi dari dari penilaian tersebut mambagi penyadap menjadi empat kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas D. Kelas penyadap berdasarkan nilai inspeksi dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Kelas penyadap berdasarkan nilai inspeksi

Kelas Nilai Keterangan

A 90-100 Sangat baik

B 70-89 Baik

C 51-69 Kurang baik

D ≤ 50 Penyadap ditraining kembali

*Sumber : BE-SP-04

Gambar

Tabel 1 Luas areal GBE
Tabel 2 Luas areal tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum
Gambar 1 Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi
Gambar 2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi karet pada tanaman berumur 6 tahun dapat dilihat dari uji T-parsial. ) menandakan bahwa 30,5% variasi produksi kelapa lateks

Perlakuan klon terhadap sifat aliran lateks (indeks produksi, indeks penyumbatan, kecepatan aliran lateks) menunjukkan pengaruh yang nyata dengan ketiga klon pembanding kecuali

Walaupun demikian, penyadap dengan latar belakang pendidikan SMA, usia &lt; 33 tahun, dan memiliki pengalaman kerja &lt; 10 tahun yang merupakan penyadap junior akan lebih

Data primer yang diamati yaitu nisbah jumlah dominan (NJD), teknik pengendalian gulma, kalibrasi alat semprot, prestasi kerja, penggunaan alat pelindung diri (APD),

Hasil pengamatan terhadap konsumsi kulit sadapan pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 menunjukkan bahwa tebal irisan sadap rata-rata yang dihasilkan

Produksi lateks pada perlakuan pupuk hayati Bacillus lebih tinggi karena pupuk hayati Bacillus yang digunakan mengandung 10 tipe bakteri Bacillus yang dapat menjadi

Hasil pengamatan terhadap konsumsi kulit sadapan pada sistem sadap sorong ¼ S d/3 panel HOI-2 menunjukkan bahwa tebal irisan sadap rata-rata yang dihasilkan

Ketepatan dosis stimulansia cair yang digunakan di Afdeling Sumber Jambe sudah sesuai standar yang dianjurkan yaitu 1 g/pohon/bulan tetapi ketepatan waktu aplikasi