• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) Umur 6, 10 dan 14 tahun pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) Umur 6, 10 dan 14 tahun pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN

KARET (Hevea brasiliensisMuell-Arg.) UMUR 6, 10 DAN 14 TAHUN PADA PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR

SKRIPSI

OLEH :

MARGARETH THACHER MANURUNG 090301091

AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

(2)

PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN

KARET (Hevea brasiliensisMuell-Arg.) UMUR 6, 10 DAN 14 TAHUN PADA PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR

SKRIPSI

OLEH :

MARGARETH THACHER MANURUNG 09030109

AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

(3)

Judul : Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) umur 6, 10 dan 14 tahun pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

Nama : Margareth Thacher Manurung

NIM : 090301191

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Departemen : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Irsal, MP.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Departemen/Program Studi Dr. Ir. T. Sabrina, MAgr. Sc. Ph.D

Tanggal Lulus:

(4)

ABSTRAK

MARGARETH THACHER MANURUNG: Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) umur 6, 10 dan 14 tahun pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir, dibimbing oleh IRSAL dan HARYATI.

Salah satu faktor penentu terpenuhinya ketersediaan air bagi tanaman karet adalah curah hujan dan hari hujan. Curah hujan dan hari hujan merupakan faktor iklim yang ikut mengalami penyimpangan dikarenakan perubahan iklim. Perubahan iklim dapat berdampak negatif maupun positif bagi tanaman karet di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir, di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, pada bulan Februari 2014 sampai dengan Maret 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan bagi produksi tanaman karet. Penelitian ini mengunakan data primer yang tersedia di administrasi kebun. Data primer untuk keperluan analisis meliputi data produksi lateks; data curah hujan; dan data hari hujan bulanan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 di perkebunan karet PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir. Metode analisis yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Model diuji kelayakannya dengan uji asumsi klasik meliput i uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS.v.17 for windows.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi lateks pada tanaman karet pada umur 6, 10 dan 14 tahun. Dari uji asumsi klasik yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan persamaaan regresi linear berganda digunakan disimpulkan bahwa persamaan regresi pada tanaman karet umur 6, 10, dan 14 tahun telah memenuhi syarat. Hasil analisis korelasi pada tanaman berumur 6, 10 dan14 tahun

dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki hubungan yang lemah terhadap produksi lateks tanaman

karet pada tanaman umur 6, 10, dan 14 tahun. Nilai korelasi terkuat diperoleh dari curah hujan dan hari hujan secara berturut ialah 0,933 dengan nilai signifikansi 0,000 (Sig < α 0,01).

Kata kunci : curah hujan, hari hujan, produksi lateks

(5)

ABSTRACT

MARGARETH THACHER MANURUNG: Influence of rain fall and rain day

toward rubber plantation production aged 6, 10, 14 years in plantation PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate supervised by IRSAL and HARYATI.

The determining factors of water supply for rubber plan are rain fall and rain day. Rain fall and rain day are factor of climates that often change as impact by climate changes. Climate changes can negatively or positively effect rubber plantation. This research is done in PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate plantations Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, North Sumatra Province, from February to Maret 2014. This research used to studied about Influence of rain fall and rain day toward rubber plantation production aged 6, 10, 14 years in plantation Begerpang Estate PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate. This reasearch used secondary data available in company administration. Secondary data thats need for analysis consists of latex production; rain fall data and rain day monthly in 2010-2012 Analysis method used is double linier regression and correlation analysis. Model tested by classic asumption consists of normality test, heteroskedasticity test, multicollinearity, and autocorellations test by using statistic software SPSS.v.17 for windows.

The regression analysis shows that rain fall and rain day variables don’t have significant influence with alpha 5% (Sig > α 0,05) to increased latex production of rubber plans aged 6, 10 and 14 years. The result from classical assumption tests that used for seeing the feasibility of multiple regression equation concluded that the rubber plans aged 6, 10, and 14 years are qualified. The correlation result of rain fall and rain day with two-tailed analysis using significant level 1% is weak against the latex production of rubber plans aged 6, 10 and 14 years. The largest correlation value contained between rain fall and rain day are 0,933 each with significant level 0,000 (Sig < α 0,01).

Keywords: rain fall, rain day, latex production.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 April 1991 dari ibu Tringani Barus, SE dan ayah Patuan R. B. Manurung. Penulis merupakan putri

pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Medan, dan pada tahun 2009 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama

(UMB). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek).

Penulis melaksanakan praktek kera lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) umur 6, 10 dan 14 tahun pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir“ yang merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yaitu bapak Patuan R. B. Manurung dan ibu Tringani Barus, SE serta dosen pembimbing yaitu Ir. Irsal, MP. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir.Haryati, MP. selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai dan kerabat di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta seluruh staf pegawai pimpinan PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman Agroekoteknologi stambuk 2009 yang tak dapat disebutkan satu per satu dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2014

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Uji Heteroskedastisitas ... 17

(9)

Uji Multikolinearitas ... 18 Lateks pada Tanaman Karet berumur 6 Tahun ... 28

Analisis Data ... 30

Analisis Regresi Linear Berganda ... 30

Analisis Korelasi... 33

Uji Asumsi Klasik... 34

Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) terhadap Produksi Lateks pada Tanaman Karet berumur 6 Tahun ... 36

Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Lateks pada Tanaman Karet berumur 10 Tahun ... 38

Analisis Data ... 40

Analisis Regresi Linear Berganda ... 40

Analisis Korelasi... 42

Uji Asumsi Klasik... 44

Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) terhadap Produksi Lateks pada Tanaman Karet berumur 10 Tahun ... 46

Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Lateks pada Tanaman Karet berumur 14 Tahun ... 48

Analisis Data ... 50

Analisis Regresi Linear Berganda ... 50

Analisis Korelasi... 52

Uji Asumsi Klasik... 54

Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) terhadap Produksi Lateks pada Tanaman Karet berumur 14 Tahun ... 56

(10)

DAFTAR TABEL

No.

1. Komposisi ideal tanaman karet selama satu siklus (25 tahun)

berdasarkan kelompok umur tanaman ... 8 2. Produksi kumulatif beberapa klon selama 5 tahun sadap

pertama pada iklim berbeda ... 11 3. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 20 4. Rataan produksi Lateks (kg) pada tanaman berumur 6 tahun 14. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 33 15. Uji Analisis Korelasi pada tanaman karet berumur 6 tahun 18. Rataan produksi lateks (kg), curah hujan (mm), dan hari hujan

(hari/bulan)pada tanaman berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) di kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate ... 39

Halaman

(11)

19.Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ...

20.Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 40

21.Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 41

22.Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 10 tahun (2010-2012) ...

42

23.Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 42

24.Uji Analisis Korelasi pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 43

25.Nilai signifikansi pada uji heteroskedastisitas pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 44

26.Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance pada umur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 45

27.Rataan produksi lateks (kg), curah hujan (mm), dan hari hujan

(hari/bulan)pada tanaman berumur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012) di kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate ... 48

28.Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 50

29.Uji t-parsial curah hujan dan hari hujan pada tanaman karet berumur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 50

30.Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 51

31.Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 14 tahun (2010-2012) ... 52

32.Interpretasi nilai R pada analisis korelasi ... 52

(12)

33. Uji Analisis Korelasi pada tanaman karet berumur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 53

34. Nilai signifikansi pada uji heteroskedastisitas pada tanaman karet berumur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 54

35. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance pada umur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012) ... 55

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tanaman karet berumur 6 tahun (2010-2012) ... 22 2. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tanaman

karet berumur 10 tahun (2010-2012) ... 23 3. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tanaman

karet berumur 14 tahun (2010-2012) ... 25 4. Grafik curah hujan (mm/bulan) pada tanaman karet selama

3 tahun (2010-2012) ... 26 5. Grafik hari hujan (hari/bulan) pada tanaman karet selama

3 tahun (2010-2012) ... 28 6. Grafik hubungan produksi lateks (kg) dan curah hujan (mm)

pada tanaman karet berumur 6 tahun (2010-2012) ... 29 7. Grafik hubungan produksi lateks (kg) dan curah hujan (mm)

pada tanaman karet berumur 10 tahun (2010-2012) ... 39 8. Grafik hubungan produksi lateks (kg) dan curah hujan (mm)

pada tanaman karet berumur 14 tahun (2010-2012) ... 49

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data Produksi Karet (kg/ha) pada Tanaman Berumur 6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ... 62 2. Data Total dan Rataan Produksi Karet (kg/tahun) pada

Tahun 2010-2012 ... 62 3. Data Total dan Rataan Produksi Karet (kg) pada Tanaman

Berumur 6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ... 63 4. Data Curah Hujan (mm/bulan) pada Tanaman Berumur 6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ... 64 5. Data Rataan Curah Hujan (mm/bulan) pada Tanaman Berumur

6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ... 65 6. Klasifikasi Tipe Iklim Scmidth-Ferguson ... 66 7. Uji–T Parsial Analisis Linear Berganda pada Tanaman Berumur

6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ... 67 8. Sidik Ragam Analisis Linear Berganda pada Tanaman Berumur

6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ... 78 9. Nilai F-Tabel pada α = 5% ... 69 10. Nilai Koefisien Analisis Linear Berganda pada Tanaman Berumur

6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ... 70 11. Model Pengujian Analisis Regresi Linear Berganda pada Tanaman

Berumur 6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ... 71

(14)

12. . Uji Analisis Korelasi Antar Variabel pada Umur 6, 10, dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ...72 13. Uji Normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk pada Tanaman Berumur

6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2011-2012) ... 73 14. Nilai Signifikansi Uji Heteroskedastisitas pada Absolute

Residual pada Tanaman Berumur 6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012)... 74 15. Uji Autokorelasi pada Umur 6, 10 dan 14 Tahun Selama

3 Tahun (2010-2012) ... 75 16. Nilai Durbin Watson α = 5% ... 75 17. Residual Analisis Linear Berganda pada Tanaman Berumur

6, 10, dan 14 Tahun ... 76

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki areal perkebunan karet yang luas yaitu sekitar 3,45 juta Ha pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 mengalami perluasan menjadi

3,49 juta Ha. Laju pertumbuhan areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2011 hingga 2012 adalah 0,81%. Peningkatan luas areal perkebunan karet

ini sejalan dengan peningkatan produksi dan produktivitas perkebunan di Indonesia pada tahun 2011 hingga 2012. Pada tahun 2011 produksi perkebunan

karet 2,99 juta ton, dan 3,04 juta ton pada tahun 2012. Laju pertumbuhan produksi perkebunan karet 2011 sampai dengan 2012 1,68%. Produktivitas perkebunan

karet pada tahun 2011 adalah 1,07 ton/Ha dan 1,08 pada tahun 2012. Laju pertumbuhan produktivitas perkebunan karet di Indonesia ini 0,84%

(Ditjenbun, 2012).

(15)

ABSTRAK

MARGARETH THACHER MANURUNG: Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) umur 6, 10 dan 14 tahun pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir, dibimbing oleh IRSAL dan HARYATI.

Salah satu faktor penentu terpenuhinya ketersediaan air bagi tanaman karet adalah curah hujan dan hari hujan. Curah hujan dan hari hujan merupakan faktor iklim yang ikut mengalami penyimpangan dikarenakan perubahan iklim. Perubahan iklim dapat berdampak negatif maupun positif bagi tanaman karet di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir, di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, pada bulan Februari 2014 sampai dengan Maret 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan bagi produksi tanaman karet. Penelitian ini mengunakan data primer yang tersedia di administrasi kebun. Data primer untuk keperluan analisis meliputi data produksi lateks; data curah hujan; dan data hari hujan bulanan pada tahun 2010, 2011 dan 2012 di perkebunan karet PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir. Metode analisis yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Model diuji kelayakannya dengan uji asumsi klasik meliput i uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS.v.17 for windows.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi lateks pada tanaman karet pada umur 6, 10 dan 14 tahun. Dari uji asumsi klasik yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan persamaaan regresi linear berganda digunakan disimpulkan bahwa persamaan regresi pada tanaman karet umur 6, 10, dan 14 tahun telah memenuhi syarat. Hasil analisis korelasi pada tanaman berumur 6, 10 dan14 tahun

dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki hubungan yang lemah terhadap produksi lateks tanaman

karet pada tanaman umur 6, 10, dan 14 tahun. Nilai korelasi terkuat diperoleh dari curah hujan dan hari hujan secara berturut ialah 0,933 dengan nilai signifikansi 0,000 (Sig < α 0,01).

Kata kunci : curah hujan, hari hujan, produksi lateks

(16)

ABSTRACT

MARGARETH THACHER MANURUNG: Influence of rain fall and rain day

toward rubber plantation production aged 6, 10, 14 years in plantation PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate supervised by IRSAL and HARYATI.

The determining factors of water supply for rubber plan are rain fall and rain day. Rain fall and rain day are factor of climates that often change as impact by climate changes. Climate changes can negatively or positively effect rubber plantation. This research is done in PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate plantations Dolok Merangir, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, North Sumatra Province, from February to Maret 2014. This research used to studied about Influence of rain fall and rain day toward rubber plantation production aged 6, 10, 14 years in plantation Begerpang Estate PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate. This reasearch used secondary data available in company administration. Secondary data thats need for analysis consists of latex production; rain fall data and rain day monthly in 2010-2012 Analysis method used is double linier regression and correlation analysis. Model tested by classic asumption consists of normality test, heteroskedasticity test, multicollinearity, and autocorellations test by using statistic software SPSS.v.17 for windows.

The regression analysis shows that rain fall and rain day variables don’t have significant influence with alpha 5% (Sig > α 0,05) to increased latex production of rubber plans aged 6, 10 and 14 years. The result from classical assumption tests that used for seeing the feasibility of multiple regression equation concluded that the rubber plans aged 6, 10, and 14 years are qualified. The correlation result of rain fall and rain day with two-tailed analysis using significant level 1% is weak against the latex production of rubber plans aged 6, 10 and 14 years. The largest correlation value contained between rain fall and rain day are 0,933 each with significant level 0,000 (Sig < α 0,01).

Keywords: rain fall, rain day, latex production.

(17)

12. . Uji Analisis Korelasi Antar Variabel pada Umur 6, 10, dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012) ...72 13. Uji Normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk pada Tanaman Berumur

6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2011-2012) ... 73 14. Nilai Signifikansi Uji Heteroskedastisitas pada Absolute

Residual pada Tanaman Berumur 6, 10 dan 14 Tahun Selama 3 Tahun (2010-2012)... 74 15. Uji Autokorelasi pada Umur 6, 10 dan 14 Tahun Selama

3 Tahun (2010-2012) ... 75 16. Nilai Durbin Watson α = 5% ... 75 17. Residual Analisis Linear Berganda pada Tanaman Berumur

6, 10, dan 14 Tahun ... 76

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki areal perkebunan karet yang luas yaitu sekitar 3,45 juta Ha pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 mengalami perluasan menjadi

3,49 juta Ha. Laju pertumbuhan areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2011 hingga 2012 adalah 0,81%. Peningkatan luas areal perkebunan karet

ini sejalan dengan peningkatan produksi dan produktivitas perkebunan di Indonesia pada tahun 2011 hingga 2012. Pada tahun 2011 produksi perkebunan

karet 2,99 juta ton, dan 3,04 juta ton pada tahun 2012. Laju pertumbuhan produksi perkebunan karet 2011 sampai dengan 2012 1,68%. Produktivitas perkebunan

karet pada tahun 2011 adalah 1,07 ton/Ha dan 1,08 pada tahun 2012. Laju pertumbuhan produktivitas perkebunan karet di Indonesia ini 0,84%

(18)

Dampak perubahan iklim yang menonjol terhadap tanaman perkebunan terutama kelapa sawit, karet dan coklat adalah penurunan produksi akibat perubahan curah hujan dan kejadian iklim ekstrim. Kekeringan sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas hasil kelapa sawit, karet, kakao, tebu dan kopi (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011).

Rendahnya produktivitas di berbagai jenis usaha telah menjadi masalah

bagi banyak perusahaan. Masalah produktivitas yang dimaksud pada dasarnya adalah bagaimana kombinasi setiap input yang digunakan untuk

menghasilkan output yang maksimal kuantitasnya serta berkualitas. Produksi ini juga dipengaruhi oleh faktor biologi dari tanaman, tanah, dan alam batas (Sitanggang, 2011).

Indonesia secara geografis berada di daerah garis khatulistiwa sehingga limpahan radiasi dan curah hujan yang cukup tinggi. Meskipun demikian limpasan radiasi neto dan curah hujan masih sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang menurunkan tingkat kesesuaian lahan. Gejala tersebut

karena secara umum faktor keawanan tinggi dapat menyebabkan radiasi neto di permukaan tanah menjadi rendah. Pada musim hujan, ketersedian air

(19)

Iklim mempunyai peranan yang penting dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu unsur iklim yang berperanan penting adalah curah hujan. Peranan curah hujan tergantung pada distribusinya dalam penentuan suatu usaha tani. Informasi iklim yang akurat sangat diperlukan dalam mendukung pembangunan pertanian (Estiningtyas, dkk., 2000).

Pada saat ini keberadaan musim/iklim sering kali mengalami pergeseran atau penyimpangan. Kondisi penyimpangan iklim dari kondisi normal akan menyebabkan dampak negatif. Dampak negatif tersebut dapat berupa kemarau panjang atau kekeringan dan kejadian banjir atau hujan besar. Kehilangan panen akibat penyimpangan iklim berdampak pada perubahan tata guna lahan dan hasil panen (Riyadi, 2000).

Bridgestone salah satu perusahaan swasta yang mengembangkan dan mengusahakan komoditi karet sebagai produk perkebunannya. Nama besar Bridgestone terkenal sebagai produsen ban dengan kualitas yang diakui pada skala internasional. Keberhasilan Bridgestone dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

Perusahaan PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate (PT. BSRE) Divisi II Dolok Merangir (Head Office) terletak di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun dengan jarak 5 km dari jalan raya. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

(20)

PT. BSRE terletak diantara 99º 07 Bujur Timur dan 3º07 Lintang Utara. Dengan ketinggian tempat ± 141 m di atas permukaan laut (m dpl) dengan topografi tanah yang datar, berbukit, dan lerengan.

Luas areal yang diusahakan oleh PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir adalah 18.000.03 Hektar, termasuk didalamnya gedung, jalan, rawa-rawa, sungai dan hutan. Berikut data luas areal berdasarkan divisi:

Divisi I Naga Raja : 3.352,26 Hektar Divisi II Dolok Merangir : 4.590,81 Hektar Divisi III Dolok Ulu : 2.770,20 Hektar Divisi IV Dolok Ulu : 2.770,20 Hektar Divisi V Aek Tarum : 4.129,75 Hektar Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) umur 6, 10 dan 14 tahun di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok

Merangir.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) umur 6, 10 dan 14 tahun pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir.

Kegunaan Penelitian

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Berdasarkan (William dkk., 1987 dalam Anzah 2010), sistematika dari tanaman karet dapat diuraikan sebagai berikut ini; Divisio : Spermatophyta; Subdivisio : Angiospermae; Class : Dicotyledoneae; Ordo: Euphorbiales; Familia : Euphorbiaceae; Genus : Hevea; Species : Hevea brassiliensis, Muell-Arg.

Akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Siregar, 2012).

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup

besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya

tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet

ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara

(22)

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing (Sianturi, 2001).

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. (Sitanggang, 2011).

Syarat Tumbuh

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15o LS dan 15o LU. Di luar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman antara 240-280

Curah hujan rata-rata yang sesuai bagi pertumbuhan karet adalah sekitar 2000

mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari hujan. Suhu harian yang

diinginkan tanaman karet rata-rata 25 C (Fauzi, 2008).

0 -300

Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain : C. Tanaman karet dapat tumbuh dengan

baik pada ketinggian dengan kisaran 1-600 m dpl. Menurut Setiawan, tanaman karet

dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir hingga tanah laterik

merah dan padsolik kuning, tanah abu gunung, tanah organosol, tanah berliat serta

tanah yang mengandung peat. Tanaman karet dapat diperbanyak dengan cara

(23)

solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas. Aerase

dan drainase cukup. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air.

Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir. Tanah bergambut tidak lebih

dari 20 cm. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro.

Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5. Kemiringan tanah < 16% dan permukaan air

tanah < 100 cm (Anwar, 2006).

Umur Tanaman

Karet sebagai tanaman berumur panjang memberikan pengaruh spesifik

terhadap sifat fisika tanah. Tanaman akan memberikan perlindungan yang berbeda

terhadap permukaan tanah dan perbedaan umur tanaman mempengaruhi sifat fisika

tanah akibat perbedaan tajuk dan perakaran tanaman. Tanaman yang masih muda

mempunyai tajuk yang masih kecil dan sistem perakarannya sedikit, makin

bertambah umur tanaman maka semakin besar tajuk yang dimilikinya dan semakin

banyak pula sistem perakarannya. Tanaman dengan sistem perakaran yang banyak

dan menyebar dapat menyebabkan pori-pori tanah meningkat dan memberi pori

aerasi yang lebih baik, sehingga pori-pori dalam tanah dapat dipertahankan dan

permeabilitas menjadi baik (Zurhalena dan Farni, 2010).

Baik ketebalan asli maupun jumlah baris pembuluh lateks yang ada di dalam

semakin meningkat dan bertambahnya umur tanaman. Jumlah baris pembuluh lateks

pada prinsipnya merupakan ciri khas suatu klon tetapi perkembangannya bergantung

pada tingkat pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti

kepadatan tanaman dan status hara juga klon (Webster dan Baulkwill, 1989).

(24)

udara yang baik yaitu bila pori yang terisi air minimum 10% dan pori terisi udara minimum 10% atau lebih.

Indeks produksi merupakan suatau perbandingan antara produksi dengan lilit batang yang menggambarkan kemampuan produksi tanaman. Indeks ini juga menggambarkan produksi kulit. Indeks produksi dipengaruhi faktor anatomis dan fisiologis tanaman. Oleh sebab itu, indeks produksi nilainya dipengaruhi oleh umur tanaman (Subroto dan Napitupulu, 1979).

Dijikman (1951), melaporkan bahwa lateks yang keluar dari organ muda lebih sedikit mengandung karet bila dibandingkan dengan lateks yang keluar dari kulit batang berumur 5 – 10 tahun, tetapi proses penggumpalan lateks lebih lama terjadi pada lateks yang keluar dari organ muda, sebab partikel dari organ ini sangat sedikit dan viskolitas lateks lebih rendah.

Tabel 1. Komposisi ideal tanaman karet selama satu siklus (25 tahun) berdasarkan kelompok umur tanaman.

TBM = tanaman belum menghasilkan; TM=Tanaman Menghasilkan; BO-1= bark original (kulit perawan); BO-2=kulit perawan kedua; B1-1=kulit pulihan pertama; B1-2=kulit pulihan kedua.

Sumber: Santoso (1994)

Umur tanaman untuk dapat disadap bervariasi menurut tinggi tempat dari permukaan laut, pemeliharaan tanaman, jenis dan bentuk bahan tanam. Dahulu tanaman karet baru dapat disadap pada umur 5-6 tahun berkat pemeliharaan yang

(25)

baik. Tanaman karet yang tumbuh di tempat yang tinggi dari permukaan laut, setiap kenaikan 100 m akan lebih lambat disadap dapat disadap 3-6 bulan. Tanaman cenderung tumbuh meninggi laju pertumbuhan lilit batang mengecil (Sianturi, 2001).

Curah Hujan

Hujan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet baik secara langsung dalam hal pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman yang bervariasi menurut fase perkembangan tanaman, kondisi iklim dan tanah, maupun secara tidak langsung melalui pengaruh terhadap kelembaban udara dan tanah serta radiasi matahari. Ketiga faktor lingkungan fisik tersebut erat kaitannya dengan penyerapan air dan hara serta penyakit tanaman (Fauzi, 2008).

Air merupakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jumlah irigasi yang diberikan dan kapasitas tanah dalam menahan air. Air yang sangat sedikit ataupun berlebihan dapat berakibat buruk bagi tanaman (Ismantika, 1998). Menurut Sheriff (1992), tanaman sangat peka terhadap kekurangan air. Hal ini mengakibatkan pengurangan dalam pembentukan dan perluasan daun. Jika hal tersebut terjadi maka fotosintesis tanaman akan terganggu dan penurunan produktifitas tanaman.

(26)

dapat memacu perkembangan penyakit gugur daun, dan memungkinkan serangan penyakit yang berulang, seperti yang terjadi di Bengkulu dan Kalimantan Barat (Soepadmo dan Suwarto, 1990).

Karena adanya kebutuhan air yang sangat tinggi dan pentingnya air, tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kali air menjadi pembatas, pertumbuhan berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman budidaya. Jumlah pengurangan hasil panen ini biasanya dipengaruhi oleh genotip. Kehebatan kekurangan air, dan tingkat perkembangan (Gardner, dkk., 1991 dalam Dalimunthe, 2004).

Produksi juga dipengaruhi oleh faktor biologi dari tanaman, tanah, dan alam batas. Contoh faktor alam yang dapat mempengaruhi produksi adalah tingkat curah hujan. Ketika curah hujan tinggi maka intensitas cahaya matahari yang berguna untuk fotosintesis tanaman akan berkurang. Kualitas lateks berkurang karena tetesan air hujan dan aktivitas karyawan yang terbatas ketika hujan turun. (Sitanggang, 2011).

Kriteria musim hujan dan kemarau mengacu pada pendapat Wisnubroto (1995), yaitu dikatakan musim hujan jika jumlah curah hujan perdasarian lebih dari 50 mm atau 34 mm berturut-turut. Musim kemarau jika jumlah curah hujan kurang dari 50 mm atau 34 mm perdasarian selama 3 dasarian berurutan.

(27)

keadaan kapasitas lapang penting karena keadaan tersebut dinyatakan air tersedia optimum bagi tanaman. Pada keadaan lengas tanah sangat kurang sehingga tidak tersedia untuk tanaman dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan tidak dapat segar kembali sehingga disebut sebagai keadaan titik layu permanen.

Hari Hujan

Jumlah hari hujan yang diinginkan adalah 100 – 150 hari hujan (hh) per tahun. Jumlah hari hujan yang terlalu banyak akan menyulitkan pengelolaan

produksi perkebunan dan kehilangan produksi banyak terjadi. Hari hujan yang tidak merata menyebabkan hasil panen juga tidak merata, sehingga kapasitas pabrik dan tenaga buruh tidak dapat dipertahankan secara mantab (Sianturi, 2001).

Penyebaran pertanaman karet sesuai dengan anjuran pada wilayah dengan

jumlah bulan basah yang semakin banyak atau hujan merata sepanjang tahun. Hal ini perlu ditinjau kembali mengingat pernyataan-pernyataan berikut ini:

1. Semakin basah kondisi suatu lingkungan ternyata semakin tinggi resiko

serangan penyakit utama tanaman karet. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian Pawiroseomadjoe, Soepena dan Situmorang, 1992, dan Pawirosoemadjo dan Setiawan, 1995 (Darmandono dan Setiono, 1998).

2. Perbandingan untuk produktifitas karet untuk periode 1990-1995 antar tiga perusahaan perkebunan di Jawa Barat dengan tiga perusahaan perkebunan

di Jawa Timur membuktikan kebenaran bahwa bulan basah berpengaruh negatif terhadap produktifitas tanaman karet.

(Darmono dan Setiono, 1998 dalam Dalimunthe, 2004).

Tabel 2. Produksi kumulatif beberapa klon selama 5 tahun sadap pertama pada iklim berbeda.

Klon Produksi Kumulatif (kg/ha)

(28)

AVROS2037 2.829 5.390 4.403

GT1 3.227 6.079 4.678

PB217 3.641 7.121 6.860

PB235 5.613 6.673 6.894

PB260 6.875 8.628 7.580

PB255 2.737 4.848 4.779

PB261 4.067 5.222 5.466

RRIM600 2.772 6.693 4.971

Iklim basah: curah hujan > 3.000 mm/tahun, jumlah bulan kering 0 bulan. Iklim sedang: curah hujan 1.500 – 3.000 mm/tahun, jumlah bulan kering 1-2 bulan. Iklim kering: curah hujan < 1.500, jumlah bulan kering 2-3 bulan.

Sumber: Aidi Daslin, dkk. (1997).

Tidak tercapainya potensi produksi bukan hanya disebabkan oleh penyakit gugur daun tetapi terganggunya penyadapan akibat curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Oleh karena itu sebelum penempatan suatu klon perlu diketahui

kondisi agroekosistem suatu kebun dimana tanaman karet dikembangkan (Woelan, dkk., 1999).

Hujan yang ada di Indonesia semakin ke timur semakin berkurang baik jumlah maupun distribusinya. Panjang musim hujan di Indonesia bervariasi antara 10 - 110 hari atau 640 - 4115 mm, sedangkan panjang musim kemarau

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data produksi karet (lateks) (kg/Ha), curah hujan (mm/bulan) dan hari hujan (hari/bulan) pada tahun 2010-2012 dari kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada tanaman berumur 6, 10 dan 14 tahun dapat dilihat secara berturut-turut pada Tabel 4 – 6 (Lampiran 1); Tabel 7-8 (Lampiran 5).

Produksi Karet/Lateks (kg/Ha)

Data produksi karet (kg/Ha) pada tahun 2010, 2011 dan 2012 dari kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate. Pada tanaman berumur 6, 10 dan 14 dapat dilihat pada Tabel 4, 5 dan 6.

Tabel 4. Rataan produksi Lateks (kg) pada tanaman berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Bulan Tahun Rataan

2010 2011 2012

Januari 146 2064 1395 1201,67

Februari 117 1841 1240 1066,00

Maret 123 1861 1311 1098,33

April 139 1633 1231 1001,00

Mei 113 1484 1566 1054,33

Juni 137 1576 1400 1037,67

Juli 158 1629 1464 1083,67

Agustus 179 1532 1282 997,67

September 165 1649 1835 1216,33

Oktober 182 2164 1899 1415,00

November 190 2080 2084 1451,33

(30)

Total 1860 21537 18531 13976,00 Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan produksi lateks tertinggi pada tanaman karet berumur 6 tahun terdapat pada bulan November sebesar 1451 kg dan rataan terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 997,67 kg. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tahun pada tanaman karet berumur 6

tahun (2010-2012) disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tanaman karet berumur 6 tahun (2010-2012)

(31)

Berikut ini data produksi lateks (kg) pada tanaman berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) di kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.

Tabel 5. Rataan produksi Lateks (kg) pada tanaman berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Bulan Tahun Rataan

2010 2011 2012

Januari 5119 4904 2179 4067,33

Februari 4024 4380 1940 3448,00

Maret 3463 3855 1772 3030,00

April 3773 3109 1668 2850,00

Mei 3628 3307 2369 3101,33

Juni 3974 3628 2254 3285,33

Juli 4386 4308 2535 3743,00

Agustus 4455 4201 1953 3536,33

September 4118 4805 2298 3740,33

Oktober 5099 5002 2373 4158,00

November 4742 4686 2366 3931,33

Desember 5185 4766 2066 4005,67

Total 51966 50951 25773 42896,67

(32)

Gambar 2. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tanaman karet berumur 10 tahun (2010-2012)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tahun 2010 pada tanaman karet berumur 10 tahun, total produksi lateks tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 5185 kg dan total terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 3463 kg. Pada tahun 2011, total produksi lateks tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 5002 kg dan total terendah terdapat pada bulan April sebesar 3109 kg. Pada tahun 2012, total produksi karet tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 2535 kg dan total terendah terdapat pada bulan April sebesar 1668 kg.

Berikut data rataan lateks (kg) selama 3 tahun (2010-2012) dari kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, pada tanaman karet berumur 14 tahun.

Tabel 6. Rataan produksi Lateks (kg) pada tanaman berumur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Bulan Tahun Rataan

2010 2011 2012

Januari 3504 4161 3363 3676,00

Februari 2778 3818 2674 3090,00

Maret 2403 3474 2224 2700,33

April 2560 2571 1973 2368,00

Mei 2450 2583 2673 2568,67

Juni 2357 3039 2790 2728,67

Juli 2903 3590 3269 3254,00

(33)

September 2497 3589 3099 3061,67

Oktober 3344 3753 3351 3482,67

November 3894 3388 3477 3586,33

Desember 3715 3776 3080 3523,67

Total 35478 41398 34732 37202,67

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan produksi lateks tertinggi pada tanaman karet berumur 14 tahun terdapat pada bulan Januari sebesar 3676,00 kg dan rataan terendah terdapat pada bulan April sebesar 2368,00 kg. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tanaman karet berumur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012) disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tanaman karet berumur 14 tahun (2010-2012)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tahun 2010 pada tanaman karet berumur 14 tahun, total produksi lateks tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 3894 kg dan total terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 2357 kg. Pada tahun 2011, total produksi lateks tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 4161 kg dan total terendah terdapat pada bulan April sebesar 2571 kg. Pada tahun

(34)

2012, total produksi karet tertinggi terdapat pada bulan November sebesar 3477 kg dan total terendah terdapat pada bulan April sebesar 1973 kg.

Curah Hujan dan Hari Hujan

Data rataan curah hujan (mm/bulan) dan hari hujan pada tanaman karet berumur 6, 10 dan 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012) PT. Bridgestone Sumatra

Rubber Estate dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 (Lampiran 5).

Tabel 7. Rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman karet selama 3 tahun (2010-2012)

Bulan Tahun Rataan

2010 2011 2012

Januari 131 220 114 155,00

Februari 32 111 128 90,33

Maret 92 287 198 192,33

April 91 247 345 227,67

Mei 134 239 235 202,67

Juni 295 234 86 205,00

Juli 293 169 241 234,33

Agustus 247 382 219 282,67

September 172 172 396 246,67

Oktober 343 343 290 325,33

November 213 213 274 233,33

Desember 249 249 249 249,00

Total 2292 2866 2775 2644,33

(35)

Gambar 4. Grafik curah hujan (mm/bulan) pada tanaman karet selama 3 tahun (2010-2012)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tahun 2010 pada tanaman karet total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 295,00 mm/bulan dan

total terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 32,00 mm/bulan. Pada tahun 2011, total curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar

382,00 mm/bulan dan total terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 111,00 mm/bulan. Pada tahun 2012, total curah hujan tertinggi terdapat pada

bulan September sebesar 396,00 mm/bulan dan total terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 86,00 mm/bulan.

Berikut ini data rataan hari hujan (hari) selama 3 tahun (2010-2012) pada tanaman karet PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman karet selama 3 tahun (2011-2012)

Bulan Tahun Rataan

2010 2011 2012

Januari 10 12 7 9,76

Februari 4 8 9 6,93

Maret 8 14 12 11,33

April 7 10 18 11,60

(36)

Juni 14 13 6 10,83

Juli 14 12 13 12,95

Agustus 15 16 11 13,83

September 11 11 16 12,83

Oktober 20 20 17 19,05

November 12 12 16 13,45

Desember 10 10 16 11,79

Total 134 150 154 145,93

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan hari hujan tertinggi pada tanaman karet terdapat pada bulan Oktober sebesar 19 hari/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 6 hari/bulan. Grafik perkembangan hari hujan (hari) pada tanaman karet selama 3 tahun (2010-2012) disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik hari hujan (hari/bulan) pada tanaman karet selama 3 tahun (2010-2012)

(37)

total hari hujan tertinggi terdapat pada bulan April sebesar 18 hari/bulan dan total terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 6 hari/bulan.

Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Lateks pada Tanaman Karet berumur 6 Tahun

Data rataan lateks (kg), curah hujan (mm/bulan), dan hari hujan (hari/bulan) selama 3 tahun (2010-2012) dari kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, pada tanaman karet berumur 6 tahun.

Tabel 9. Rataan produksi lateks (kg), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) pada tanaman berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Bulan

September 1216,33 246,67 12,83

Oktober 1415,00 325,33 19,05

November 1451,33 233,33 13,45

Desember 1353,00 249,00 11,79

(38)

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa total produksi lateks pada tanaman karet berumur 6 tahun (2010-2012) sebesar 13976,00 kg, total curah hujan sebesar 2644,33 mm dan total hari hujan sebanyak 146 hari. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) dan curah hujan (mm) pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) disajikan pada Gambar 1.

Gambar 6. Grafik hubungan produksi lateks (kg) dan curah hujan (mm) pada tanaman karet berumur 6 tahun (2010-2012)

Dari grafik dapat diketahui bahwa rataan produksi lateks tertinggi pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) terdapat pada bulan November sebesar 1451 kg dan rataan terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 997,67 kg. Rataan curah hujan tertinggi pada bulan Oktober sebesar 325,33 mm dan terendah pada bulan Februari 90,33 mm. Rataan hari hujan tertinggi pada bulan Oktober sebanyak 19 hari dan terendah Februari sebanyak 7 hari/bulan.

Analisis Data

(39)

regresi linear berganda dan analisis korelasi. Analisis regresi linear berganda untuk mengetahui apakah variabel curah hujan dan hari hujan akan memberikan pengaruh terhadap produksi karet. Model yang digunakan untuk menganalisis produksi karet adalah model analisis linear berganda. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat lemahnya hubungan antara variabel bebas dengan veriabel terikat. Alat bantu dengan menggunakan SPSS.v.17 for windows.

Analisis Regresi Linear Berganda

Berikut disajikan nilai koefisien pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) di Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada Tabel 10 (Lampiran 10).

Tabel 10. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Umur Nilai Koefisien

R R2 Adjusted R2

6 tahun 0,553 0,305 0,151

Pada Tabel dapat diperoleh bahwa pada tanaman karet berumur 6 tahun nilai koefisien (R) sebesar 55,3%, koefisien determinasi (R2) sebesar 30,5%, dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2) sebesar 15,1%. Koefisien determinasi (R2

Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi karet pada tanaman berumur 6 tahun dapat dilihat dari uji T-parsial. Berikut disajikan uji T-parsial pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010 -2012) pada Tabel 11 (Lampiran 7).

(40)

Tabel 11. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada tanaman karet berumur 6

Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf uji 5% tn = tidak berbeda nyata

Hasil uji T-parsial di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi pada tanaman karet berumur 6 tahun lebih besar dari α 5% (Sig > α 0,05), maka dapat dikatakan t-hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai t-tabel sebesar 2,18. Variabel yang berpengaruh secara tidak nyata adalah curah hujan dengan nilai t-hitung -0,865% dan nilai signifikansi 0,410 serta hari hujan dengan nilai t-hitung 1,453% dan nilai signifikansi 0,180. Berikut disajikan analisis sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda variabel curah hujan dan hari hujan pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) pada Tabel 12 (Lampiran 8).

Tabel 12. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Umur Tanaman Sumber keragaman F-hitung Sig.

6 Tahun Regresi 1,978 0,194tn

Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf uji 5% tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan sidik ragam produksi di atas, pada tanaman karet berumur 6 tahun di tahun 2010-2012, diperoleh nilai F-hitung sebesar 1,978 dengan nilai

(41)

Berikut disajikan hasil model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 6 tahun (2010-2012) pada Tabel 13 (Lampiran 11). Tabel 13. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman karet

berumur 6 tahun (2010-2012)

Umur Variabel Koefisien regresi Sig.

6 Tahun

Konstanta 1517,158 0,003

Curah hujan -2,489 0,410

Hari hujan 92,919 0,180

Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf uji 5% tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dibentuk persamaan regresi yang dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi produksi TBS pada tanaman karet berumur 6 tahun berikut ini:

Ŷ = 1517,158 − 2,489 curah hujan + 92,919 hari hujan +

Model persamaan untuk umur 6 tahun dapat diartikan bahwa setiap penambahan satu satuan nilai curah hujan akan menurunkan nilai produksi lateks sebesar 2,489 satuan dan setiap pengurangan satu satuan nilai hari hujan akan menaikan nilai produksi lateks sebesar 92,919 satuan.

ɛ

Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variable bebas dan terikat. Berikut disajikan inpretasi nilai R pada analisis korelasi pada Tabel 14.

Tabel 14. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi

(42)

Berikut disajikan data analisis korelasi antara variabel produksi karet, curah hujan, dan hari hujan pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) pada Tabel 15 (Lampiran 12).

Tabel 15. Uji Analisis Korelasi pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Variabel Statistik Uji Variabel

Curah Hujan Hari Hujan Umur 6 Curah Hujan Korelasi 1 0,933** 0,378

Sig. 0,000 0,226

Hari Hujan Korelasi 0,933** 1 0,498

Sig. 0,000 0,100

Umur 6 Korelasi 0,378 0,498 1

Sig. 0,226 0,100

Keterangan : ** = berbeda nyata pada taraf uji 1%.

Hasil analisis korelasi di atas pada tanaman karet berumur 6 tahun menunjukan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan memiliki keeratan yang sangat erat yaitu 0,933. Nilai R tersebut memiliki interpretasi bahwa variabel curah hujan dan hari hujan memiliki pengaruh yang kuat dalam pencapaian produksi karet. Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil dari α 1% (Sig < α 0,01) dan analisis korelasi lainnya memperlihatkan hubungan tidak berpengaruh nyata terhadap pencapaian produksi karet yang disebabkan nilai signifikansi lebih besar dari α 1% (Sig > α 0,01). Korelasi terlemah dari hasil analisis korelasi pada tanaman karet berumur 6 tahun terjadi pada variabel curah hujan dan produksi karet yaitu sebesar 0,378 yang menunjukan keeratan yang lemah.

Uji Asumsi Klasik

(43)

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data

berdistribusi normal. Data dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk pada taraf uji 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar

dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada tanaman karet berumur 6 tahun diperoleh nilai Shapiro-Wilk yaitu 0,864 (Lampiran 13) dan nilai

signifikansi α = 0,054 yang berarti data telah terdistribusi dengan normal.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala. Metode pengujian yang yang digunakan ialah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai ß signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model. Berikut disajikan uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) pada Tabel 16 (Lampiran 14).

Tabel 16. Nilai signifikansi pada uji heteroskedastisitas pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas di atas menunjukkan bahwa variabel curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman karet berumur 6 tahun yaitu sebesar 0,410 sedangkan variabel hari hujan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,180. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai signifikansi di atas 0,01 dalam model ini sehingga memiliki sebaran varian yang

Umur Variabel Sig.

6 Tahun

Konstanta 0,003

Curah hujan 0,410

(44)

sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model ini.

Model regresi yang memenuhi prasyarat adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1. Berikut disajikan nilai VIF dan Tolerance model regresi linear berganda pada produksi karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) di kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada Tabel 17 (Lampiran 8). Tabel 17. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance pada umur 6 tahun selama

3 tahun (2010-2012)

Umur Variabel Tolerance VIF

6 tahun Curah hujan 0,130 7,695

Hari hujan 0,130 7,695

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari sepuluh dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 untuk kedua variabel yang diuji dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam model persamaan regresi tersebut.

(45)

menyatakan bahwa persamaan regresi pada tanaman karet berumur 6 tahun telah memenuhi syarat.

Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) terhadap Produksi Lateks pada Tanaman Karet berumur 6 Tahun

Menurut Fathia dan Tety (2012) Curah hujan rata-rata yang sesuai bagi

pertumbuhan karet adalah sekitar 2000 mm per tahun dengan jumlah hari

hujan 100-150 hari hujan. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 250-300

Berdasarkan data curah hujan pada kebun PT. Bridgestone Sumatra

Rubber Estate lasifikasi iklim menurut Schimidth-Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim B yaitu daerah basah (Lampiran 7). Data tahun 2012-2012

menunjukkan bahwa rataan bulan basah sebanyak 9 bulan dan rataan bulan kering sebanyak 2 bulan (Lampiran 6). Pada tahun 2010-2012, data total rataan curah hujan tahunan di Begerpang 2644,33 mm/tahun. Maka jumlah curah hujan sudah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet pada tanaman berumur 6 tahun.

C. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-600 m dpl.

Menurut Fathia dan Tety (2012) Curah hujan rata-rata yang sesuai bagi

pertumbuhan karet adalah sekitar 2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari hujan. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 250-300

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien regresi curah hujan selam 3 tahun (2010-2012) pada tanaman karet berumur 6 tahun memiliki tanda negatif sebesar 1,804 (Tabel 13) . Hal tersebut mengartikan bahwa setiap kenaikan satu milimeter curah hujan menurunkan produksi lateks sebesar -1,804

(46)

dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Sedangkan nilai koefisien regresi hari hujan bertanda positif sebesar 63,549 satuan (Tabel 13). Hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu hari hujan akan menaikan produksi lateks sebesar 63,459 kg dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.

Hasil analisis secara serempak (uji-F) Tabel 12 memperlihatkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan yang berpengaruh tidak nyata terhadap produksi karet pada tanaman berumur 6 tahun pada taraf uji 5%. Nilai F-hitung pada tanaman berumur 6 yaitu sebesar 1,978 lebih kecil daripada nilai F-tabelnya yakni sebesar 3,885. Nilai signifikansi tanaman berumur 6 tahun adalah 0,194 lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Ini membuktikan bahwa curah hujan dan hari hujan secara bersama-sama berpengaruh tidak secara nyata terhadap produksi lateks di kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.

(47)

Selain itu, menurut Subroto dan Napitupulu (1979) indeks produksi merupakan suatau perbandingan antara produksi dengan lilit batang yang menggambarkan kemampuan produksi tanaman. Indeks ini juga menggambarkan produksi kulit. Indeks produksi dipengaruhi faktor anatomis dan fisiologis tanaman.

Hubungan Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Lateks pada

Tanaman Karet berumur 10 Tahun

Data rataan lateks (kg), curah hujan (mm/bulan), dan hari hujan (hari/bulan) selama 3 tahun (2010-2012) dari kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada tanaman karet berumur 10 tahun.

Tabel 18. Rataan produksi lateks (kg), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) pada tanaman berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Bulan

September 3740,33 246,67 12,83

Oktober 4158,00 325,33 19,05

November 3931,33 233,33 13,45

Desember 4005,67 249,00 11,79

Total 42896,67 2644,33 145,93

(48)

produksi lateks (kg) dan curah hujan (mm) pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) disajikan pada Gambar 6.

Gambar 7. Grafik hubungan produksi lateks (kg) dan curah hujan (mm) pada tanaman karet berumur 10 tahun (2010-2012)

Dari grafik dapat diketahui bahwa rataan produksi lateks tertinggi pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) terdapat pada bulan Oktober sebesar 4158 kg dan rataan terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 2850 kg. Rataan curah hujan tertinggi pada bulan Oktober sebesar 325,33 mm dan terendah pada bulan Februari 90,33 mm. Rataan hari hujan tertinggi pada bulan Oktober sebanyak 19 hari dan terendah Februari sebanyak 7 hari/bulan. Analisis Data

Analisis Regresi Linear Berganda

Berikut disajikan nilai koefisien pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) di Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada Tabel 19 (Lampiran 10).

Tabel 19. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

(49)

R R2 Adjusted R2

10 tahun 0,438 0,192 0,012

Pada Tabel dapat diperoleh bahwa pada tanaman karet berumur 10 tahun nilai koefisien (R) sebesar 43,8%, koefisien determinasi (R2) sebesar 19,2%, dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2) sebesar 1,2%. Koefisien determinasi (R2

Pengaruh curah hujan dan hari hujan terhadap produksi karet pada

tanaman berumur 10 tahun dapat dilihat dari uji T-parsial. Berikut disajikan uji T-parsial pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010 -2012)

pada Tabel 20 (Lampiran 7).

) menandakan bahwa 19,2% variasi produksi kelapa lateks dapat dijelaskan oleh variasi variabel curah hujan dan hari hujan yang terjadi dan sisanya sebesar 80,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model.

Tabel 20. Uji T-parsial curah hujan dan hari hujan pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010 - 2012)

Peubah 10 tahun

t-hitung Sig.

Curah hujan -0,583 0,574

Hari hujan 1,027 0,331

Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf uji 5% tn = tidak berbeda nyata

(50)

hujan pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) pada Tabel 21 (Lampiran 8).

Tabel 21. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Umur Tanaman Sumber keragaman F-hitung Sig.

10 tahun Regresi 1,069 0,383tn

Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf uji 5% tn

Berdasarkan pendugaan model produksi di atas, pada tanaman karet berumur 10 tahun di tahun 2010-2012, diperoleh nilai F-hitung sebesar 1,069 dengan nilai F-tabel sebesar 3,88 dan nilai signifikansi pada uji ini adalah 0,383. Nilai signifikansi pada uji F lebih besar dari α 5% (Sig > α 0,05), maka dapat dikatakan F-hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%. Hal tersebut mengartikan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan dalam model secara bersama-sama berpengaruh tidak nyata terhadap produksi karet. Berikut disajikan hasil model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 10 tahun (2010-2012) pada Tabel 22 (Lampiran 11).

= tidak berbeda nyata

Tabel 22. Model pengujian analisis regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 10 tahun (2010-2012)

Umur Variabel Koefisien regresi Sig.

10 tahun

Konstanta 2763,707 0,001

Curah hujan -3,539 0,574

Hari hujan 130,837 0,331

Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf uji 5% tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dibentuk persamaan regresi yang dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi produksi TBS pada tanaman karet berumur 10 tahun berikut ini:

Ŷ = 2763,707 − 3,539 curah hujan + 130,837 hari hujan + ɛ

(51)

sebesar 3,539 satuan dan setiap penambahan satu satuan nilai hari hujan akan menaikan nilai produksi lateks sebesar 130,837 satuan.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variable bebas dan terikat. Berikut disajikan inpretasi nilai R pada analisis korelasi pada Tabel 23.

Tabel 23. Interpretasi nilai R pada analisis korelasi

Nilai R Interprestasi

Berikut disajikan data analisis korelasi antara variabel produksi karet, curah hujan, dan hari hujan pada tanaman karet berumur 6 tahun selama 3 tahun (2010-2012) pada Tabel 24 (Lampiran 12).

Tabel 24. Uji Analisis Korelasi pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Variabel Statistik Uji Variabel

Curah Hujan Hari Hujan Umur 10

Keterangan : ** = berbeda nyata pada taraf uji 1%.

(52)

produksi karet. Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil dari α 1% (Sig < α 0,01) dan analisis korelasi lainnya memperlihatkan hubungan tidak berpengaruh nyata terhadap pencapaian produksi karet yang disebabkan nilai signifikansi lebih besar dari α 1% (Sig > α 0,01). Korelasi terlemah dari hasil analisis korelasi pada tanaman karet berumur 10 tahun terjadi pada variabel curah hujan dan produksi karet yaitu sebesar 0,312 yang menunjukan keeratan yang lemah.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data

berdistribusi normal. Data dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk pada taraf uji 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar

dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada tanaman karet berumur 10 tahun diperoleh nilai Shapiro-Wilk yaitu 0,582 (Lampiran 13) yang berarti data telah terdistribusi dengan normal.

(53)

dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya. Jika nilai ß signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model. Berikut disajikan uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) pada Tabel 25 (Lampiran 14).

Tabel 25. Nilai signifikansi pada uji heteroskedastisitas pada tanaman karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Umur Variabel Sig.

10 tahun

Konstanta 0,061

Curah hujan 0,552

Hari hujan 0,354

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas di atas menunjukkan bahwa variabel curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman karet berumur 10 tahun yaitu sebesar 0,552 sedangkan variabel hari hujan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,354. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai signifikansi di atas 0,01 dalam model tidak terdapat heteroskedastisitas.

Berikut disajikan nilai VIF dan Tolerance model regresi linear berganda

pada produksi karet berumur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012) di kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada Tabel 26 (Lampiran 14).

Tabel 26. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance pada umur 10 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Umur Variabel Tolerance VIF

10 tahun Curah hujan 0,130 7,695

Hari hujan 0,130 7,695

(54)

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Untuk model persamaan regresi pada tanaman karet berumur 10 tahun di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (d) ialah 0,626 berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, jika d terletak antara -2 dan 2, maka tidak ada autokorelasi. Oleh karena itu, pada persamaan regresi pada tanaman karet berumur 10 tahun tidak ada autokorelasi. Dari keempat uji asumsi tersebut menyatakan bahwa persamaan regresi pada tanaman karet berumur 10 tahun telah memenuhi syarat.

Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) terhadap Produksi Lateks pada Tanaman Karet berumur 10 Tahun

Pada tanaman karet berumur 10 tahun, curah hujan dan hari hujan secara

statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi lateks di kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate. Hal ini diduga terjadi dikarenakan curah

(55)

berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman budidaya. Jumlah pengurangan hasil panen ini biasanya dipengaruhi oleh genotip. Kehebatan kekurangan air, dan tingkat perkembangan. Selain itu penurunan produksi juga dapat terjadi dikarenakan terjadinya kerusakan tanaman akibat serangan penyakit gugur daun yang sering terjadi akibat dari curah hujan yang tinggi. Selain itu juga mengancam serangan penyakit ini secara berulang. Hal ini sesuai dengan literatur Soepadmo dan Suwarto (1990) yang menyatakan bahwa kerusakan tanaman karet dan penurunan produktivitas sering ditemui pada suatu lokasi pertanaman akibat serangan penyakit gugur daun atau gangguan angin. Intensitas serangan penyakit daun erat hubungannya dengan agroklimat setempat. Eksplosi penyakit gugur daun terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun. Pola curah hujan yang demikian dari tahun ke tahun akan dapat memacu perkembangan penyakit gugur daun, dan memungkinkan serangan penyakit yang berulang, seperti yang terjadi di Bengkulu dan Kalimantan Barat.

Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh nilai koefisien regresi curah hujan selama 3 tahun (2010-2012) pada tanaman karet berumur 10 tahun memiliki tanda negatif sebesar 3,539 (Tabel 13). Hal tersebut mengartikan bahwa setiap kenaikan satu milimeter curah hujan menurunkan produksi lateks sebesar 3,539 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Sedangkan nilai koefisien regresi hari hujan bertanda positif sebesar 130,837 satuan (Tabel 13). Hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu hari hujan akan menaikan produksi lateks sebesar 130,837 kg dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.

(56)

produksi karet pada tanaman berumur 10 tahun pada taraf uji 5%. Nilai F-hitung pada tanaman berumur 10 yaitu sebesar 1,068 lebih kecil daripada nilai F-tabelnya yakni sebesar 3,885. Nilai signifikansi tanaman berumur 10 tahun adalah 0,383 lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Ini membuktikan bahwa curah hujan dan hari hujan secara bersama-sama berpengaruh tidak secara nyata terhadap produksi lateks di kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa curah hujan dan hari hujan secara statistik berpengaruh tidak signifikan terhadap produksi lateks di kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada tanaman berumur 10 tahun. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya faktor lain yang mendukung pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman seperti keadaan keadaan tata air dan udara yang baik dan seimbang yang dapat membantu memperlancar penyerapan unsur hara yang dapat meningkatkan produktifitas tanaman, sehingga curah hujan dan hari hujan berpengaruh tidak secara nyata. Hal ini berdasarkan literatur Sarief (1986) untuk pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperlukan suatu keadaan tata air dan udara yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman dengan mudah dapat menyerap unsur hara. Tata air dan udara yang baik yaitu bila pori yang terisi air minimum 10% dan pori terisi udara minimum 10% atau lebih. Selain itu menurut Subroto dan Napitupulu (1979) indeks produksi merupakan suatau perbandingan antara produksi dengan lilit batang yang menggambarkan kemampuan produksi tanaman. Indeks ini juga menggambarkan produksi kulit. Indeks produksi dipengaruhi faktor anatomis dan fisiologis tanaman.

(57)

Data rataan lateks (kg), curah hujan (mm/bulan), dan hari hujan (hari/bulan) selama 3 tahun (2010-2012) dari kebun PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada tanaman karet berumur 14 tahun.

Tabel 27. Rataan produksi lateks (kg), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) pada tanaman berumur 14 tahun selama 3 tahun (2010-2012)

Bulan

September 3061,67 246,67 12,83

Oktober 3482,67 325,33 19,05

November 3586,33 233,33 13,45

Desember 3523,67 249,00 11,79

Total 37202,67 2644,33 145,93

Gambar

Gambar 1. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tanaman karet berumur 6 tahun (2010-2012)
Tabel 5. Rataan produksi Lateks (kg) pada tanaman berumur 10 tahun              selama 3 tahun (2010-2012)
Tabel 6. Rataan produksi Lateks (kg) pada tanaman berumur 14 tahun                   selama 3 tahun (2010-2012)
Gambar 3. Grafik perkembangan produksi lateks (kg) pada tanaman karet berumur 14 tahun (2010-2012)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyadapan lebih awal dilakukan pada tanaman yang telah diaplikasikan stimulansia yang tujuannya adalah untuk mengoptimalkan produksi lateks dengan bantuan stimulansia

Optimasi Produksi Klon Karet Melalui Sistem Eksploitasi Berdasarkan Metabolisme Lateks.. Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan

Hasil analisis korelasi pada tanaman berumur 13, 16, dan 19 tahun dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki

Berdasarkan hasil produksi menunjukkan bahwa pola tanam kedelai dan sorgum terbaik terdapat pada jarak tanam 0,5 m dari tanaman karet dan secara ekonomi tumpangsari sorgum

Dalam kegiatan penelitian terdapat beberapa parameter khusus yang diamati, yaitu mengenai aspek khusus Sistem Penyadapan Tanaman Karet, seperti : persentase pohon

Seleksi genotipe dilakukan berdasarkan parameter potensi produksi (lateks dan kayu), pertumbuhan tanaman (lilit batang, ketebalan kulit), anatomi kulit (jumlah dan

Dilihat dari produksi dan KKK yang tetap tinggi menandakan bahwa kandungan karet (poliisoprena) dalam klon ini sangat tinggi sehingga penurunannya tidak dipengaruhi oleh

Seleksi genotipe dilakukan berdasarkan parameter potensi produksi (lateks dan kayu), pertumbuhan tanaman (lilit batang, ketebalan kulit), anatomi kulit (jumlah dan