• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyadapan Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyadapan Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENYADAPAN KARET (Hevea brasilliensis

Muell Arg.

)

DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA

INDONESIA, Tbk. KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,

SUMATERA SELATAN

PRIWANTO

A24052010

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENYADAPAN KARET (Hevea brasilliensis

Muell Arg.

)

DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA

INDONESIA, Tbk. KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,

SUMATERA SELATAN

PRIWANTO

A24052010

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

PRIWANTO. Penyadapan Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal, dan teknologi yang tersedia. Secara umum tujuan magang adalah meningkatkan relevansi atau keterkaitan dan kesesuaian antara proses pendidikan dengan lapangan pekerjaan serta meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai calon tenaga kerja dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata di lapangan. Sedangkan tujuan magang secara khusus adalah mempelajari dan mengetahui aspek penyadapan tanaman karet berupa populasi tanaman yang disadap per hanca, tenaga kerja sadap, konsumsi kulit sadapan, dan penggunaan stimulansia.

Magang dilaksanakan dari tanggal 16 Februari 2009 sampai dengan 16 Juni 2009 di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi kegiatan teknis, yaitu bekerja sebagai buruh harian sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada di lapangan seperti pemupukan, pengendalian gulma, penyadapan, dan stimulansia. Sedangkan kegiatan manajerial yang diikuti penulis dimulai dari kegiatan sebagai pendamping mandor sadap, mandor perawatan, mandor semprot, mandor stimulan, mandor I, krani absen, dan krani TPH.

(4)

Populasi tanaman sadap tiap hanca tidak ditentukan berdasarkan kelas sadap, akan tetapi ditentukan oleh mandor sadap dan mandor I. Penentuan kelas sadap di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate dilakukan oleh mandor sadap berdasarkan kualitas sadapan sesuai dengan petunjuk dari perusahaan.

(5)

PENYADAPAN KARET (Hevea brasilliensis

Muell Arg.

)

DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA

INDONESIA, Tbk. KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,

SUMATERA SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PRIWANTO

A24052010

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENYADAPAN KARET (Hevea brasilliensis Muell Arg.) DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk. KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, SUMATERA SELATAN

Nama : Priwanto NRP : A24052010

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Supijatno, MSi NIP. 19610621.198601.1.001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101.198703.1.003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyuasin, Sumatera Selatan pada tanggal 24 April 1987. Penulis merupakan anak ke empat dari enam bersaudara pasangan Bapak Marsono dan Ibu Legiyem.

Pada tahun 1998 penulis lulus dari SDN 2 Purwosari Banyuasin, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTPN 2 Musi Landas, Banyuasin. Selanjutnya penulis lulus dari MA Sabilul Hasanah pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama Republik Indonesia (BUD DEPAG RI), kemudian pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Penyadapan Karet (Hevea brasilliensis Muell arg.) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Ayahanda, Ibunda, kakak-kakak, dan adik-adikku serta keluarga yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, serta dukungannya kepada penulis. 2. Departemen Agama RI yang telah membantu penulis dalam hal biaya serta

bimbingannya sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan di IPB.

3. Ir. Supijatno, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, dan saran-sarannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

4. Ir. Marlon Malau, MM. selaku Manajer Tulung Gelam Estate atas penerimaan dan bantuannya selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

5. Ir. Lamarius Sitompul selaku asisten kepala, Ir. Ali Osmar Ritonga selaku asisten divisi dua, Bapak Agus Salim Nasution, SE. selaku asisten administrasi, dan seluruh staf Tulung Gelam Estate atas bimbingan dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan magang.

6. Mas Moko selaku mandor I, Kak Yessi selaku mandor perawatan, Bang Markus selaku mandor stimulan, mbak Herni selaku mandor semprot, mas Edy selaku krani checking, kak Holidi, mas Heri, serta seluruh mandor, krani serta karyawan Tulung Gelam Estate atas bantuan, bimbingan, dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

(9)

8. Keluarga besar Asrama Sylvalestari IPB atas kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin indah serta pelajaran hidup selama penulis menyelesaikan studi di IPB.

Semoga bantuan, doa, kerjasama, dan semua kebaikan yang selama ini diberikan mendapat balasan yang lebih baik. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Bogor, September 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Fisiologi Penyadapan... 4

Tenaga Kerja Sadap... 5

Konsumsi Kulit Sadap ... 5

Stimulansia dan Aplikasinya... 6

METODE MAGANG ... 8

Tempat dan Waktu... 8

Metode Magang... 8

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 9

Analisis Data dan Informasi... 10

KONDISI UMUM KEBUN ... 11

Letak Geografis ... 11

Keadaan Iklim dan Tanah ... 11

Luas Areal dan Tata Guna Lahan... 12

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 13

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... 14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 17

Aspek Teknis... 17

Pembukaan dan Persiapan Lahan... 17

Persiapan Bahan Tanam ... 17

Persiapan Tanam dan Penanaman ... 20

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan... 20

Pemeliharaan TanamanMenghasilkan ... 26

Pemeliharaan Jalan dan Sarana Lain ... 28

Penyadapan ... 28

Penanganan Hasil ... 35

Aspek Manajerial... 37

Manajer ... 37

Asisten Kepala ... 38

Asisten Divisi ... 38

(11)

PENYADAPAN KARET (Hevea brasilliensis

Muell Arg.

)

DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA

INDONESIA, Tbk. KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,

SUMATERA SELATAN

PRIWANTO

A24052010

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

PENYADAPAN KARET (Hevea brasilliensis

Muell Arg.

)

DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA

INDONESIA, Tbk. KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,

SUMATERA SELATAN

PRIWANTO

A24052010

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

RINGKASAN

PRIWANTO. Penyadapan Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal, dan teknologi yang tersedia. Secara umum tujuan magang adalah meningkatkan relevansi atau keterkaitan dan kesesuaian antara proses pendidikan dengan lapangan pekerjaan serta meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai calon tenaga kerja dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata di lapangan. Sedangkan tujuan magang secara khusus adalah mempelajari dan mengetahui aspek penyadapan tanaman karet berupa populasi tanaman yang disadap per hanca, tenaga kerja sadap, konsumsi kulit sadapan, dan penggunaan stimulansia.

Magang dilaksanakan dari tanggal 16 Februari 2009 sampai dengan 16 Juni 2009 di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan penulis meliputi kegiatan teknis, yaitu bekerja sebagai buruh harian sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada di lapangan seperti pemupukan, pengendalian gulma, penyadapan, dan stimulansia. Sedangkan kegiatan manajerial yang diikuti penulis dimulai dari kegiatan sebagai pendamping mandor sadap, mandor perawatan, mandor semprot, mandor stimulan, mandor I, krani absen, dan krani TPH.

(14)

Populasi tanaman sadap tiap hanca tidak ditentukan berdasarkan kelas sadap, akan tetapi ditentukan oleh mandor sadap dan mandor I. Penentuan kelas sadap di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate dilakukan oleh mandor sadap berdasarkan kualitas sadapan sesuai dengan petunjuk dari perusahaan.

(15)

PENYADAPAN KARET (Hevea brasilliensis

Muell Arg.

)

DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA

INDONESIA, Tbk. KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,

SUMATERA SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PRIWANTO

A24052010

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENYADAPAN KARET (Hevea brasilliensis Muell Arg.) DI TULUNG GELAM ESTATE, PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk. KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, SUMATERA SELATAN

Nama : Priwanto NRP : A24052010

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Supijatno, MSi NIP. 19610621.198601.1.001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101.198703.1.003

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyuasin, Sumatera Selatan pada tanggal 24 April 1987. Penulis merupakan anak ke empat dari enam bersaudara pasangan Bapak Marsono dan Ibu Legiyem.

Pada tahun 1998 penulis lulus dari SDN 2 Purwosari Banyuasin, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTPN 2 Musi Landas, Banyuasin. Selanjutnya penulis lulus dari MA Sabilul Hasanah pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama Republik Indonesia (BUD DEPAG RI), kemudian pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian.

(18)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Penyadapan Karet (Hevea brasilliensis Muell arg.) di Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Ayahanda, Ibunda, kakak-kakak, dan adik-adikku serta keluarga yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, serta dukungannya kepada penulis. 2. Departemen Agama RI yang telah membantu penulis dalam hal biaya serta

bimbingannya sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan di IPB.

3. Ir. Supijatno, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, dan saran-sarannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

4. Ir. Marlon Malau, MM. selaku Manajer Tulung Gelam Estate atas penerimaan dan bantuannya selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

5. Ir. Lamarius Sitompul selaku asisten kepala, Ir. Ali Osmar Ritonga selaku asisten divisi dua, Bapak Agus Salim Nasution, SE. selaku asisten administrasi, dan seluruh staf Tulung Gelam Estate atas bimbingan dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan magang.

6. Mas Moko selaku mandor I, Kak Yessi selaku mandor perawatan, Bang Markus selaku mandor stimulan, mbak Herni selaku mandor semprot, mas Edy selaku krani checking, kak Holidi, mas Heri, serta seluruh mandor, krani serta karyawan Tulung Gelam Estate atas bantuan, bimbingan, dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan kegiatan magang.

(19)

8. Keluarga besar Asrama Sylvalestari IPB atas kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin indah serta pelajaran hidup selama penulis menyelesaikan studi di IPB.

Semoga bantuan, doa, kerjasama, dan semua kebaikan yang selama ini diberikan mendapat balasan yang lebih baik. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Bogor, September 2009

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Fisiologi Penyadapan... 4

Tenaga Kerja Sadap... 5

Konsumsi Kulit Sadap ... 5

Stimulansia dan Aplikasinya... 6

METODE MAGANG ... 8

Tempat dan Waktu... 8

Metode Magang... 8

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 9

Analisis Data dan Informasi... 10

KONDISI UMUM KEBUN ... 11

Letak Geografis ... 11

Keadaan Iklim dan Tanah ... 11

Luas Areal dan Tata Guna Lahan... 12

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 13

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... 14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 17

Aspek Teknis... 17

Pembukaan dan Persiapan Lahan... 17

Persiapan Bahan Tanam ... 17

Persiapan Tanam dan Penanaman ... 20

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan... 20

Pemeliharaan TanamanMenghasilkan ... 26

Pemeliharaan Jalan dan Sarana Lain ... 28

Penyadapan ... 28

Penanganan Hasil ... 35

Aspek Manajerial... 37

Manajer ... 37

Asisten Kepala ... 38

Asisten Divisi ... 38

(21)

Mandor ... 39

Krani Divisi... 40

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

Populasi Tanaman Sadap ... 41

Tenaga Kerja Sadap... 43

Konsumsi Kulit Sadapan... 44

Aplikasi Stimulansia ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

Kesimpulan ... 47

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 50

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Aliran Lateks yang Terpotong berdasarkan Kedalaman Irisan Sadap... 6 2. Pembagian Luas Lahan Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate ... 12 3. Luas Lahan Tanaman Menghasilkan Divisi Dua Tulung Gelam Estate . 13 4. Warna Cat berdasarkan Klon di Lahan Pembibitan... 18 5. Jadwal Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan di Perkebunan Karet

Tulung Gelam Estate... 24 6. Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan di Perkebunan Karet Tulung

Gelam Estate Tahun 2009 berdasarkan LSU (Leaf Sampling Unit) dari BLRS... 27 7. Sudut Sadap pada Pembukaan Bidang Sadap berdasarkan Bahan

Tanam yang Dipakai ... 30 8. Konsumsi Kulit Sadap Beberapa Penyadap di Perkebunan Karet Tulung

Gelam Estate pada Tanaman Menghasilkan Tahun Tanam 2004 ... 34 9. Gambaran Populasi Sadap per Hanca Sadap dan Produksinya di Perkebunan

Karet Tulung Gelam Estate di Blok 111 TM 2004... 42 10.Kelas Sadap Beberapa Penyadap Dilihat dari Usia, Pendidikan, dan

Pengalaman Menyadap Divisi Dua Tulung Gelam Estate ... 43

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pekerja Harian ... 51 2. Jurnal Pada Kegiatan sebagai Pendamping Mandor ... 53 3. Kondisi Curah Hujan di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate ... 55 4. Produksi Lateks Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate 2002-2009.... 56 5. Rekomendasi Waktu Aplikasi Stimulansia berdasakan Putaran

(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi yang tersedia.

Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, yaitu 3.4 juta hektar mengungguli Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang hanya memiliki luas lahan penanaman 2.4 juta hektar. Akan tetapi tingkat produktivitas tanaman karet rata-rata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/thn. Tingkat produktivitas rata-rata tanaman karet Indonesia ini masih lebih rendah dibandingkan Thailand, yaitu 1 675 kg/ha/thn (Bastari, 2008).

Menurut data Statistik Perkebunan Indonesia, luas areal Perkebunan Karet di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2001, luas areal penanaman karet di Indonesia 3 344 767 hektar, meningkat menjadi 3 516 796 hektar pada tahun 2007. Produksi karet di Indonesia juga meningkat, yaitu 1.60 juta ton pada tahun 2001 meningkat menjadi 2.76 juta ton pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi 2.83 juta ton. Sekitar 79% produksi berasal dari perkebunan rakyat, 10% dari perkebunan negara dan 11% berasal dari perkebunan swasta (Ditjenbun, 2007).

(26)

Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan Indonesia masih memerlukan usaha-usaha dalam peningkatan produksi. Salah satu faktor teknis yang perlu dipertimbangkan adalah rendahnya mutu penyadapan serta penerapan sistem eksploitasi tanaman di lapangan yang tidak sesuai dengan peraturan. Kenyataan seperti ini tidak hanya terjadi pada areal tanaman karet rakyat, tetapi juga di perkebunan-perkebunan besar milik swasta dan pemerintah.

Sifat perlakuan teknis penyadapan karet berkaitan erat dengan tingkat produksi yang diharapkan bahkan sangat menentukan umur ekonomis tanaman. Penyadapan yang salah menyebabkan pembentukan kulit pulihan akan terganggu, batang benjol-benjol, dan cadangan kulit habis. Batang yang tidak rata juga akan menyulitkan penyadapan selanjutnya. Karena itu, penerapan sistem sadap memerlukan pengawasan dan pengendalian.

Menurut Siregar (1995), sistem sadap selain untuk mempertahankan umur ekonomi tanaman juga bermanfaat untuk perencanaan produksi pada periode mendatang, perencanaan keuangan terutama premi sadap, dan persiapan untuk menempuh kebijaksanaan baru demi produktivitas. Sumarmadji (2000) menambahkan, produksi tanaman karet dinyatakan sebagai produksi optimal apabila hasil karet yang diperoleh sudah maksimal tetapi tidak menyebabkan kerusakan pada tanaman. Lebih tepat lagi produksi optimal tersebut telah dibuktikan dalam jangka yang panjang, idealnya dalam satu siklus ekonomi tanaman.

Dalam upaya menggali potensi dan meningkatkan produksi, pelaksanaan eksploitasi produksi (penyadapan) merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Penyadapan karet merupakan sistem pengambilan lateks yang mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh produksi yang tinggi, secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan dengan memperhatikan kesehatan tanaman.

(27)

sebelum waktunya. Harus disadari sepenuhnya bahwa penyadapan pada tanaman karet merupakan tindakan panen yang berkelanjutan hingga puluhan tahun. Karena itu, penerapan sistem sadap memerlukan suatu mekanisme panen dimana faktor frekuensi, panjang alur sadap, arah sadapan, kedalaman sadap, aplikasi stimulan atau perubahan-perubahannya diformulasikan sehingga dapat diterapkan secermat mungkin di lapangan.

Tujuan

Secara umum tujuan magang adalah meningkatkan relevansi atau keterkaitan dan kesesuaian antara proses pendidikan dengan lapangan pekerjaan. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai calon tenaga kerja dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata di lapangan.

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi Penyadapan

Penyadapan merupakan sistem pengambilan lateks yang mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh produksi yang tinggi, secara ekonomis menguntungkan dan berkesinambungan dengan memperhatikan kesehatan tanaman (Setyamidjaja, 1993). Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks. Pembuluh lateks yang terputus atau terluka tersebut akan pulih kembali seiring berjalannya waktu, sehingga jika dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya tetap akan mengeluarkan lateks (Heru dan Andoko, 2008).

Penyadapan tanaman karet merupakan salah satu kegiatan yang amat penting dalam budidaya tanaman karet (Balai Penelitian Perkebunan Sembawa, 1982). Penyadapan adalah mata rantai pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan yang dilaksanakan di kebun produksi menghendaki perlakuan yang sebaik-baiknya. Pada tanaman muda, penyadapan umumnya dimulai setelah tanaman mencapai umur 5-6 tahun, tergantung pada kesuburan pertumbuhan tanamannya (Setyamidjaja, 1993).

Menurut Siregar (1995), penyadapan tanaman karet dilakukan dengan menerapkan sistem yang telah disepakati secara internasional. Penyadapan pada batang utama bertujuan untuk pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks di kulit pohon. Pembuluh lateks yang putus atau luka kelak akan pulih kembali sehingga bila dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya, luka tersebut telah pulih dan lateks akan mengalir lagi dengan baik. Sistem sadap selain untuk mempertahankan umur ekonomi tanaman juga bermanfaat untuk perencanaan produksi pada periode mendatang, perencanaan keuangan terutama premi sadap dan persiapan untuk menempuh kebijaksanaan baru demi produktivitas. Untuk membantu meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintesis adalah dengan meningkatkan produktivitas karet, penurunan biaya produksi, peningkatan mutu dan penyajian promosi yang tepat, serta memperbaiki sistem sadap.

(29)

Semakin banyak isi sel semakin besar tekanan pada dinding sel atau turgor. Dengan semakin besarnya turgor ini semakin besar tekanan pada pembuluh lateks dan semakin banyak lateks yang keluar melalui pembuluh lateks (Balai Penelitian Perkebunan Sembawa, 1982).

Menurut Siregar (1995), turun-naiknya tekanan turgor dipengaruhi oleh waktu (sepanjang hari), yang tentu saja berpengaruh terhadap pengaliran lateks. Tekanan turgor tertinggi adalah pada jam 4.00–8.30 pagi. Pada saat itu penyadapan layak dilakukan untuk mendapatkan tetesan lateks yang banyak. Sejalan dengan waktu dan intensitas sinar matahari yang semakin tinggi menyebabkan tekanan turgor semakin menurun, sehingga menyebabkan tekanan turgor semakin turun dan pengaliran lateks semakin sedikit.

Tenaga Kerja Sadap

Menurut Siregar (1995), dalam penyadapan tanaman karet, faktor pengelolaan tenaga kerja dinilai tidak kalah penting dengan aspek teknis lainnya. Karena itu, penyadapan tanaman karet sering juga diidentifikasi sebagai suatu kebijaksanaan panen yang merupakan perpaduan antara aspek teknis agronomi dan pengelolaan tenaga. Kesinambungan produksi misalnya, sangat dipengaruhi oleh perilaku penyadap terhadap hancanya. Turun-naiknya produksi juga ditentukan oleh baik tidaknya penyadap dalam melakukan tugas, misalnya penyadapan dilakukan di luar sistem yang telah ditetapkan.

Menurut Harahap (2001), terdapat banyak hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil (produktivitas) lateks yang diperoleh. Di samping manajemen tenaga kerja dan pengorganisasian karyawan yang tepat, teknik dan cara penyadapan yang benar juga akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh.

Konsumsi Kulit Sadap

(30)

lingkaran pembuluh lateks. Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1 mm – 1.5 mm dari lapisan kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium agar kulit pulihan yang terbentuk nantinya tidak rusak sehingga produksi lateks tetap seimbang (Balai Penelitian Karet Sembawa, 2003).

[image:30.612.140.497.320.400.2]

Kedalaman irisan sadap dianjurkan 1–1.5 mm dari kambium dengan dasar pemikiran bahwa di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks yang semakin ke dalam semakin banyak. Kerusakan kambium harus dihindari agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik, sehingga lamanya penyadapan bisa mencapai 25–30 tahun. Jumlah aliran lateks yang terpotong berdasarkan kedalaman irisan sadap dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Lingkaran Aliran Lateks yang Terpotong berdasarkan Kedalaman Irisan Sadap

Kedalaman irisan sadap dari kambium (mm)

Saluran lateks yang terpotong (%)

2.0 1.5 1.0 0.5

38 48 62 80 Sumber: Balai Penelitian Sembawa (2005)

Menurut Heru dan Andoko (2008), sadapan berat atau sadapan mati yaitu penyadapan sangat intensif menjelang tanaman diremajakan, kedalaman sadapan harus kurang dari 1 mm dari sisa kulit. Penyadapan terlalu dangkal menyebabkan berkas pembuluh lateks semakin sedikit yang terpotong yang berarti semakin sedikit jumlah lateks yang didapatkan.

Stimulansia dan Aplikasinya

(31)

Stimulan merupakan campuran minyak nabati (misalnya minyak sawit) dengan gemuk alami (carrier stimulant) dan hormon (2.4D). Dewasa ini stimulasi lateks yang dianjurkan untuk digunakan adalah stimulan (etefon). Stimulasi lateks biasanya digunakan pada tanaman yang telah dewasa (tetapi pada akhir-akhir ini juga pada tanaman taruna), bertujuan untuk mendapatkan tambahan keuntungan pengusaha perkebunan dengan kenaikan hasil yang diperoleh (Setyamidjaja, 1993).

Aplikasi stimulan memerlukan pengawasan yang lebih intensif. Resiko dari aplikasi yang tidak benar adalah mengeringnya alur sadap. Pada kondisi yang paling merugikan, seluruh kulit cadangan mengalami kekeringan. Untuk itu dianjurkan agar selalu mengamati apa yang disebut dengan Brown Bast. Gejala yang dapat dilihat adalah berubahnya sebagian warna alur sadap menjadi cokelat kehitaman dan tidak mengalirkan lateks lagi (Siregar, 1995).

Dalam kurun waktu yang relatif singkat, hampir semua perkebunan besar menggunakan stimulan etefon dalam mengeksploitasi tanaman karetnya. Faktor pendorong yang membuat cepat meluasnya penggunaan stimulan etefon ini adalah karena pengaruhnya yang sangat efektif dalam meningkatkan produksi lateks tanaman karet (Dompu, 2001).

Menurut Indraty (2002), pohon karet memiliki umur produksi 30 tahun. Namun umur tersebut jarang tercapai karena adanya perlakuan aplikasi stimulan terhadap kulit bidang sadap yang terlalu berlebihan. Penggunaan stimulan dalam jangka panjang untuk merangsang keluarnya lateks diduga menjadi salah satu penyebab penurunan produksi lateks di Perkebunan Karet.

(32)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan selama empat bulan, dimulai dari tanggal 16 Februari 2009 sampai 16 Juni 2009.

Metode Magang

Kegiatan magang ini dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan teknis dan kegiatan manajerial. Kegiatan teknis dilakukan untuk mendapatkan keterampilan teknis. Kegiatan yang dilakukan adalah menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan mengikuti kegiatan sesuai dengan yang dilaksanakan di lapang. Kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan antara lain pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, penyadapan, aplikasi stimulansia, dan lain-lain. Jurnal pada kegiatan sebagai KHL tercantum pada Tabel Lampiran 1.

Kegiatan manajerial untuk memperoleh keterampilan manajerial dilaksanakan dengan bekerja sesuai tingkatan manajerial yang ada, di antaranya menjadi pendamping mandor sadap, mandor semprot, mandor stimulasi, dan menjadi pendamping mandor satu. Jurnal pada kegiatan sebagai pendamping mandor dan mandor satu tercantum pada Tabel Lampiran 2.

(33)

dilakukan studi pustaka melalui laporan penelitian, jurnal, buku teks, dan sumber pustaka yang lain.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Dalam kegiatan magang terdapat beberapa parameter khusus yang diamati, yaitu populasi sadap per hanca sadap, tenaga kerja sadap, kondisi kulit sadapan, dan penggunaan stimulansia. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan antara lain:

a. Populasi tanaman sadap

Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh populasi tanaman sadap rata-rata per hanca sadap serta produksi yang dihasilkan pada setiap populasi tersebut berdasarkan kelas penyadap. Data diperoleh dengan melakukan sensus langsung dan wawancara terhadap penyadap pada satu mandoran di Divisi 2 Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate.

b. Tenaga kerja sadap

Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data produksi di lapangan berdasarkan tenaga kerja dilihat dari usia penyadap, pendidikan, pengalaman kerja menyadap, dan kelas penyadap. Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan setiap penyadap dan mandor sadap pada satu mandoran yang diikuti pemagang.

c. Konsumsi kulit sadapan

Pengamatan dilakukan pada 10 hanca dalam satu blok yang disadap pada hari itu dengan 10 tanaman contoh tiap hancanya. Pengamatan dilakukan pada tanaman karet tahun tanam 2004 yang baru dibuka sadap pada awal Januari 2009. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk melihat apakah konsumsi kulit di lapang sesuai dengan batasan konsumsi kulit yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun hal-hal yang diamati adalah sebagai berikut :

(34)

- Tinggialur sadap : diperoleh dengan mengukur tinggi sadapan bagian paling bawah menggunakan meteran diukur dari tapak gajah.

- Tebal irisan sadap : diperoleh dengan mengukur tebal kulit yang disadap pada hari itu (tatal) menggunakan penggaris.

- Kedalaman sadap : diperoleh dengan mengukur dalamnya sadapan dengan menusuk kulit sisa sadapan menggunakan alat tusuk berupa obeng negatif pada bidang sadapan tanaman yang baru disadap.

Untuk pengamatan tebal irisan sadap dan kedalaman sadap diukur menggunakan tiga titik pada bidang sadap tanaman.

d. Penggunaan stimulan

Pengamatan tentang penggunaan stimulan dilakukan dengan melihat proses pengenceran, frekuensi pemberian, dosis stimulan per tanaman, serta cara aplikasinya dengan mengamati secara langsung pekerja di lapangan dan dengan melihat data dari mandor stimulansia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi apakah aplikasi yang diterapkan di lapang sesuai dengan aplikasi seharusnya yang telah ditetapkan perusahaan.

Analisis Data dan Informasi

(35)

KONDISI UMUM KEBUN

Letak Geografis

Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatra Indonesia, Tbk. terletak di Desa Talang Jaya, Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan dengan posisi geografis antara 030 30’ – 030 33’ lintang selatan dan antara 105o 17’ – 105o 35’ bujur timur. Batas- batas areal Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate di sebelah utara berbatasan dengan Kec. Cengal dan Desa Cengal, sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Sungai Menang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cengal dan Kec. Sungai Menang, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Sedyomulyo dan Kayu Labu.

Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate berada pada ketinggian 26 meter di atas permukaan laut dengan kelerengan lahan datar dan sedikit bergelombang dengan kemiringan 0– 6%. Peta lokasi Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatra Indonesia, Tbk dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi iklim di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate menurut klasifikasi Schmidth dan Ferguson memiliki tipe iklim B dengan suhu rata-rata 30

0C dan kelembaban di atas 80%. Rata-rata curah hujan tahunan 2 197 mm dengan

rata-rata 9 bulan basah dan 2.1 bulan kering. Data curah hujan Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatera Indonesia, Tbk dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.

(36)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

[image:36.612.135.507.319.593.2]

Total luas areal Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, PT PP London Sumatra Indonesia, Tbk. mencapai 3 817.47 ha yang dibagi menjadi empat divisi, yaitu divisi Tulung Gelam Satu (TGS), divisi Tulung Gelam Dua (TGD), divisi Tulung Gelam Tiga (TGT), dan divisi Tulung Gelam Empat (TGE). Lahan pertanaman karet di Tulung Gelam Estate terdiri dari lahan inti dan plasma. Lahan inti merupakan lahan resmi milik Tulung Gelam Estate yang dikelola langsung oleh kebun, sedangkan lahan plasma merupakan lahan masyarakat yang disewa oleh perusahaan untuk dikelola sampai waktu yang ditentukan berdasarkan kontrak. Pembagian luas lahan di Tulung Gelam Estate dapat dilihat pada Tabel2.

Tabel 2. Pembagian Luas Lahan Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate

Sumber: Kantor Tulung Gelam Estate

Sedangkan luas lahan dan populasi tanaman menghasilkan di Divisi 2 tempat mahasiswa melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis dapat dilihat pada Tabel 3.

Luas (ha) Areal

Inti Plasma Total Tanaman Menghasilkan 1 814.60 909.70 2 724.30 Tanaman Belum Menghasilkan 644.15 - 644.15

Persiapan Tanam 4.50 - 4.50

Pembibitan 9.30 - 9.30

Kebun Percobaan Penelitian 5.10 - 5.10

Hutan 1.02 - 1.02

Lahan terikut 111.20 - 111.20

Pabrik 10.00 - 10.00

Perumahan 44.90 - 44.90

Bangunan Lain 1.00 - 1.00

Jalan 62.30 21.90 84.20

Lainnya (HCV, rawa, dll) 177.80 - 177.80

(37)
[image:37.612.141.503.103.533.2]

Tabel 3. Luas Lahan Tanaman Menghasilkan Divisi 2 Tulung Gelam Estate

Populasi Tanaman

per Hektar Total Blok Luas (ha)

Total Disadap

Klon

Hanca

0112121 9.6 485 334 PB 260 7

0112123 13.4 398 356 PB 260 9

9511110 51.8 379 317 BPM I 36

9511131 36.6 325 313 PB 260 25

9511136 36.1 356 292 PR 300 22

9611130 23.5 481 434 PB 260 22

9612128 39.0 337 277 PB 260 22

9612845 29.8 411 356 PB 260 22

9613132 50.6 467 363 PB 260 38

9711123 19.9 426 384 PB 260 15

9712065 15.8 387 382 B L I G 13

9712137 36.3 382 314 PB 260 25

9713122 40.3 407 383 PB 260 31

9715896 17.4 340 296 PB 260 12

9812071 48.2 377 331 PB 260 33

9523116 28.5 374 339 PB 260 20

9523119 47.9 463 353 B L I G 34

9523120 20.0 477 434 B L I G 19

9523124 33.9 384 292 B L I G 21

0415895 46.2 523 251 PB 260 21

0413848 30.5 498 232 PB 260 12

0415142 32.3 496 151 PB 260 9

Rata-rata 423 326

Total 817.1 549

Sumber: Kantor Tulung Gelam Estate

Keadaan Tanaman dan Produksi

(38)

penanaman di lapangan adalah 3 m x 3 m, sedangkan untuk areal inti jarak tanam yang digunakan adalah 6 m x 3.3 m.

Pada awal produksi, yaitu pada tahun 2002-2008 hasil akhir dari kegiatan produksi karet di Tulung Gelam Estate berupa slab yang diolah di tempat pengolahan slab dan langsung dikirim ke Palembang. Akan tetapi pada tahun 2008 telah dibangun pabrik pengolahan karet CRF (Cengal Rubber Factory) yang berlokasi di sekitar Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate dan menampung serta mengolah lateks dari tiga kebun yang berada di perkebunan lokasi Cengal.

Pada awal produksi tahun 2002, produktivitas masih rendah, yaitu 79.4 kg/ha/tahun dan kegiatan produksi dihentikan sementara selama 5 bulan karena musim kering yang bertujuan untuk menjaga produktivitas tanaman. Produktivitas tanaman pada tahun-tahun selanjutnya terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia tanaman dan populasi tanaman yang disadap. Pada tahun 2008 terjadi penurunan produksi yang disebabkan adanya pencurian berupa penyadapan liar, sehingga terdapat tanaman disadap dua kali dalam satu hari. Produksi karet dari awal produksi Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate dipimpin oleh seorang Manajer yang memiliki tugas dan tanggung jawab administrasi dan operasional secara keseluruhan terhadap kebun yang dikelolanya sesuai kebijakan yang berlaku di perusahaan. Struktur organisasi dan tenaga kerja Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate tercantum pada Gambar Lampiran 2.

Manajer Kebun melaksanakan pengelolaan kebun berdasarkan kebijakan perusahaan sesuai dengan rencana kerja dan anggaran atau budget tahunan. Manajer Kebun bertanggung jawab terhadap semua kegiatan perkebunan meliputi penanaman, perawatan, teknik, administrasi, dan keuangan kebun. Dalam melaksanakan tugasnya manajer estate dibantu oleh asisten kepala, asisten administrasi, dan asisten divisi.

(39)

administrasi, dan asisten divisi. Karyawan dibedakan menjadi karyawan harian tetap atau DRP (daily rated personil) dan karyawan bulanan tetap atau MRP

(monthly rated personil).

Sistem kerja yang berlaku di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate terdiri dari sistem kerja harian, harian target, dan borongan. Sistem kerja harian biasanya diterapkan pada jenis pekerjaan yang rutin dikerjakan setiap bulan, dengan waktu kerja 7 jam per HK. Jenis pekerjaan untuk sistem harian antara lain dongkel anak kayu, pengendalian gulma, pemangkasan, dan perawatan jalan. Sistem kerja harian target sama dengan sistem kerja harian, jenis pekerjaannya rutin akan tetapi waktunya tergantung dari target pekerjaan. Artinya jika target pekerjaan selesai dalam waktu 5 jam maka pekerja sudah memperoleh 1 HK. Jenis pekerjaan untuk sistem ini antara lain pemupukan, penyemprotan, dan stimulansia.

Sistem kerja borongan diterapkan untuk pekerjaan yang tidak rutin dilakukan setiap bulannya dan perlu waktu yang cepat untuk menyelesaikannya. Jenis pekerjaan untuk sistem ini antara lain pemancangan dan pekerjaan lubang tanam. Upah untuk sistem kerja harian dan harian target adalah Rp. 32 800,- /HK, sedangkan untuk upah borongan tergantung dengan jenis pekerjaannya. Contohnya untuk lubang tanam diupah Rp. 1 000,- per lubang tanam.

Selain upah di atas terdapat premi yang diperoleh terutama untuk jenis pekerjaan collection atau panen. Perhitungan premi di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate sesuai tingkat pekerjaannya adalah sebagai berikut :

- Hari Libur (Holiday/Sunday Tapping)

1. Penyadap

(kg Sheet x Rp 1 500,-) + (kg lump kering x Rp 800,-) + premi hadir (Rp 15 000,-)

2. Mandor Sadap

Total pendapatan premi anggota x 10% 3. Krani Timbang

Rata-rata pendapatan premi seluruh penyadap pada satu TPH x 1.25 4. Mandor Satu

(40)

- Hari biasa (Normal Tapping)

1. Penyadap

(kg Sheet + kg lump kering) x Rp 450,- 2. Krani Timbang

Rata-rata premi penyadap satu TPH x 1.25 3. Mandor Sadap

Rata-rata premi penyadap anggota x 1.5 4. Mandor Satu

(41)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembukaan dan Persiapan Lahan

Pembukaan lahan dilakukan sendiri oleh Tulung Gelam Estate menggunakan buldozer yang dijalankan oleh seorang operator. Operator buldozer

sendiri merupakan karyawan harian tetap Tulung Gelam Estate. Pada saat ini pembukaan lahan untuk penanaman di Tulung Gelam Estate merupakan penanaman susulan, yaitu lahan-lahan yang belum dimanfaatkan sebagai lahan tanam dibuka untuk areal penanaman. Sebagai contoh, areal pembibitan yang sudah tidak digunakan sebagai lahan persediaan bibit dibuka dan ditanam bibit karet untuk produksi.

Persiapan Bahan Tanam

Bahan tanam yang dipakai untuk penanaman karet di Tulung Gelam Estate berasal dari lahan pembibitan yang merupakan bagian integral dari Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate yang berfungsi menyediakan bibit yang akan ditanam di lapangan. Pembibitan di Tulung Gelam Estate didirikan pada awal pembukaan lahan karet di PT Lonsum, yaitu pada tahun 1995 dan dipimpin oleh seorang asisten pembibitan.

Kegiatan teknis yang ada di lahan pembibitan antara lain:

- Pewiwilan / Prunning

Pewiwilan dilakukan dengan membuang tunas-tunas yang tumbuh pada bibit hasil okulasi yang bertujuan agar batang tanaman terus tumbuh ke atas. Hal ini dimaksudkan agar pada saat bibit ditanam di lapang, batang tanaman tumbuh lurus tanpa percabangan pada ketinggian yang tidak dikehendaki.

- Seleksi / Culling

(42)

- Pemberian tanda klon

[image:42.612.129.512.208.366.2]

Bibit tanaman yang sudah diokulasi dikumpulkan dalam barisan berdasarkan klon, kemudian pada batang diberikan cat dimana warna cat telah disesuaikan dengan klon yang ada. Warna cat berdasarkan klon dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel4. Warna Cat berdasarkan Klon di Lahan Pembibitan

Klon Warna Cat

PB 260 Hijau tua

PB 311 Hijau muda

PB 325 Biru tua

PB 340 Biru muda

PB 217 Merah tua

BPM 1 Merah jambu

BLIG Violet

PR 300 Hitam

RRIC 100 Orange

GT 1 Kuning

Mixed Coklat

Sumber: Kantor Nursery Tulung Gelam Estate

- Pengendalian hama dan penyakit

Bibit tanaman hasil okulasi disemprot untuk pengendalian hama dan penyakit terutama penyakit daun. Penyemprotan ini dilakukan jika hujan turun pada malam hari atau sebelumnya. Jika dalam waktu 3 hari berturut-turut tidak turun hujan maka penyemprotan tidak perlu dilakukan. Pestisida yang dipakai dalam penyemprotan adalah fungisida dengan bahan aktif propineb 70% dan insektisida dengan bahan aktif karbanil 85%. Kedua jenis pestisida dicampurkan dengan konsentrasi masing-masing 2 g/l yang kemudian disemprotkan pada daun tanaman menggunakan alat semprot gendong.

- Peremajaan entres

(43)

dilakukan pemupukan rock phpspate (CIRP) dan urea dengan dosis 50 g urea dan 75 g CIRP per pohon, kemudian dilakukan pemupukan lagi 6 bulan setelah peremajaan.

- Pembibitan Legume Cover Crop (LCC) Muccuna bracteata

Pada prinsipnya, penanaman Muccuna bracteata dimaksudkan untuk penyisipan atau penanaman LCC pada lahan miring. Akan tetapi, pada saat ini

Muccuna bracteata dipakai sebagai tanaman penutup tanah pada lahan tanaman belum menghasilkan. Pada penanaman Muccuna bracteata, benih dilukai ujungnya menggunakan pisau untuk mematahkan dormansi kemudian ditanam pada polibag kecil.

- Pencatatan data pembibitan

Total bibit di pembibitan dari mulai awal penanaman, okulasi, sampai bibit keluar tercatat datanya. Bibit siap tanam yang ada di pembibitan akan diambil oleh divisi-divisi atau kebun lain untuk ditanam di lahan. Setiap pengangkutan bibit dari pembibitan diketahui dan disetujui oleh asisten pembibitan dan diawasi oleh mandor pembibitan dengan melakukan pencatatan lembaran pengiriman bibit. Contoh lembaran pengiriman bibit pembibitan terdapat pada Tabel Lampiran 6.

- Okulasi

(44)

Persiapan Tanam dan Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan pemancangan terlebih dahulu untuk memberi tanda tempat tanaman akan ditanam menggunakan pancang dari kayu. Kegiatan pemancangan dilakukan dengan menggunakan kawat yang sudah diberi tanda jarak tanam, yaitu 6 meter untuk jarak antar barisan dan 3.3 meter jarak dalam barisan menggunakan sistem kandang ( membentuk persegi panjang). Terlebih dahulu dibuat pancangan kepala membentuk kandang untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya. Barisan tanaman dibuat lurus mengikuti barisan tanaman yang sudah ada di sekitarnya. Norma kerja untuk kegiatan pemancangan adalah 0.25 ha/HK. Pada kegiatan ini mahasiswa hanya mengawasi dan melakukan diskusi dengan pekerja serta mandor dan tidak ikut bekerja langsung.

Setelah dilakukan pemancangan, lahan berarti sudah siap untuk ditanam. Sistem kerja penanaman karet di Tulung Gelam Estate biasanya menggunakan sistem kerja borongan, dimana untuk penanaman seorang pekerja dibayar Rp. 1000,- untuk satu tanaman yang ditanam.

Penanaman dimulai dari pembuatan lubang tanam, langsir bibit ke lubang tanam, pemberian pupuk Rock Phospate (CIRP) , dan penanaman. Pemupukan CIRP dilakukan pada saat penanaman, dosis yang digunakan adalah 200 g/lubang tanam. Separuh dari pupuk ditaburkan ke dalam lubang secara merata dan sisanya ditaburkan pada tanah yang digali. Langsir bibit yang dilakukan oleh penanam adalah dari tempat bibit diturunkan oleh kelompok pelangsir ke lubang tanam yang dibuat oleh penanam.

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

(45)

pengendalian gulma (weeding), pemangkasan (pruning), pemupukan (manuring),

sertapengendalian hama dan penyakit (pest and desease control).

- Penanaman LCC

Kacangan mempunyai peranan sangat penting di perkebunan. Selain mencegah bahaya erosi dan menyuburkan tanah, kacangan juga menekan pertumbuhan gulma, sehingga tanaman menjadi subur dan cepat menjadi dewasa. Jenis kacangan yang ditanam di Tulung Gelam Estate antara lain Calopogonium caeruleum (CC), Pueraria javanica (PJ), Centrosema pubescens (CP), dan

[image:45.612.208.446.354.532.2]

Muccuna bracteata. Kebutuhan biji untuk penanaman LCC adalah 2 kg biji/ha untuk CC, 5 kg biji/ha untuk PJ atau CP, dan 500 bibit/ha untuk Muccuna bracteata. Sistem penanaman untuk CC dan PJ dicampur dan disebar pada alur penanamannya, yaitu dua alur dalam satu gawangan tanaman, sedangkan untuk bibit Muccuna bracteata ditanam disetiap tengah-tengah barisan tanaman karet.

Gambar 1. Kegiatan Menanam LCC Muccuna bracteata

- Penyulaman (Supplying)

(46)

terbuka. Norma kerja sensus tanaman adalah 3 ha/HK, norma kerja langsiran bibit adalah 300 bibit/HK, dan penyulaman 1 ha/HK. Norma yang berlaku di lapangan untuk kegiatan penyulaman adalah 7 jam/HK.

- Pengendalian gulma (Weeding)

Pekerjaan pengendalian gulma pada areal TBM mempunyai arti penting, yaitu menjaga agar tanaman karet tumbuh dengan baik. Berdasarkan cara aplikasinya kegiatan ini terbagi menjadi dua cara, yaitu manual dan kimia. Cara manual dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti parang, clurit, dan dongkel. Pekerjaan pengendalian gulma dengan cara manual, seperti dongkel anak kayu (pulling out woody growth) dan pengendalian gulma pada piringan, sedangkan pekerjaan pengendalian gulma dengan kimia, antara lain penyemprotan dan wiping lalang.

a. Dongkel anak kayu

Kegiatan ini merupakan kegiatan pengendalian gulma secara manual yang bertujuan untuk membersihkan gawangan dari gulma-gulma berdaun lebar dengan menggunakan dongkel. Kegiatan ini dilakukan oleh kelompok pekerja harian lepas yang diawasi oleh seorang mandor perawatan. Setiap pekerja berdiri pada ujung gawangan dimana setiap pekerja menyelesaikan pekerjaan dongkel anak kayu pada satu gawangan sampai ke ujung kemudian berpindah ke gawangan berikutnya. Gulma daun lebar yang tumbuh pada gawangan karet seperti pakis kawat, bawang-bawangan, tanaman karet kecil yang tumbuh di gawangan, dan lain-laindi dongkel sampai akarnya.

Norma kerja sebenarnya kegiatan ini adalah 1 ha/HK, akan tetapi pelaksanaan di lapangan yang berlaku 7 jam/HK dimulai pukul 06.30 s.d 02.00 dengan waktu istirahat pukul 12.30 s.d 13.00. Prestasi kerja mahasiswa pada kegiatan ini sama dengan prestasi kerja pekerja.

b. Pengendalian gulma di piringan (weeding circle)

(47)

arit atau dongkel. Setiap keterlambatan kegiatan ini, terutama pada areal yang murni kacangan perlu diwaspadai agar kacangan tidak sempat membelit batang tanaman, karena jika kacangan sampai membelit batang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Norma kerja untuk pekerjaan ini adalah 0.2 ha/HK, akan tetapi norma yang berlaku di lapangan adalah 7 jam/HK.

c. Semprot barisan (spraying strip)

[image:47.612.191.447.434.607.2]

Semprot barisan merupakan tindakan pengendalian gulma secara kimia yang dilakukan di Tulung Gelam Estate dengan cara menyemprot barisan tanaman selebar 1,5-2 meter ke kiri dan ke kanan barisan tanaman. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman. Pada awal pembentukan jalur pada barisan tanaman digunakan alat semprot gendong, untuk seterusnya digunakan alat semprot micron herbi. Herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak dan sistemik dengan konsentrasi disesuaikan dengan alat yang digunakan dan tingkat kerapatan gulma. Jika menggunakan alat semprot gendong maka digunakan herbisidasistemik dengan dosis 4 l/ha, sedangkan jika menggunakan micron herbi, dipakai herbisida kontak dengan dosis 50 cc/ha dan sistemik 150 cc/ha. Norma kerja yang berlaku untuk kegiatan ini adalah 4 ha/HK.

Gambar 2. Pelaksanaan Semprot Barisan pada Tanaman Belum Menghasilkan

d. Pengendalian gulma alang-alang (wiping)

(48)

itu, setiap terdapat alang-alang ditengah-tengah lahan pertanaman maka segera dimusnahkan. Bagi pihak manajemen, alang-alang merupakan indikator tanggap atau tidaknya seorang staf terhadap lingkungannya.

Wiping merupakan salah satu kegiatan pengedalian gulma terutama alang-alang. Alang-alang yang tumbuh pada barisan dan gawangan tanaman diusap dengan kain atau sarung tangan menggunakan herbisida sistemik dengan konsentrasi 10 cc/l dari pangkal sampai ujung daun, kemudian ujung daun

di-potes sebagai tanda bahwa tanaman tersebut sudah di-wiping. Norma kerja yang berlaku untuk kegiatan ini adalah 10 ha/HK dengan rotasi untuk tanaman belum menghasilkan12 kali dan tanaman menghasilkan2 kali dalam satu tahun. Norma kerja yang berlaku di lapangan adalah 7 jam/HK.

- Pemupukan

[image:48.612.121.517.469.680.2]

Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan merupakan salah satu penunjang produksi yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pemberian unsur hara sehingga tanaman akan berproduksi tinggi dan dapat dipanen sesuai waktunya. Jadwal pemupukan tanaman belum menghasilkan di Tulung Gelam Estate dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Jadwal Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate

Dosis (g/pohon) Bulan

ke- Tempat Aplikasi Pupuk Lahan Datar Lahan teras

0 Lubang CIRP 200 250

1 Piringan NPK 15.15.6.4 50 75

3 Piringan NPK 12.12.17.2 75 100

5 Piringan NPK 12.12.17.2 75 100

8 Piringan NPK 12.12.17.2 100 125

12 Piringan NPK 12.12.17.2 100 125

16 Piringan NPK 12.12.17.2 100 150

20 Piringan NPK 12.12.17.2 100 150

24 Piringan NPK 12.12.17.2 150 200

28 Piringan NPK 12.12.17.2 150 200

32 Piringan NPK 12.12.17.2 200 250

36 Piringan NPK 12.12.17.2 200 250

40 Piringan NPK 12.12.17.2 200 250

46 Piringan NPK 12.12.17.2 250 300

(49)

Kegiatan pemupukan yang dilakukan pada saat magang adalah pemupukan tanaman belum menghasilkan 2006 klon PB 260 seluas 12 ha yang dikerjakan oleh 6 orang pekerja menggunakan pupuk NPK 12.12.17.2. Aplikasi pemupukan dilakukan dengan menabur pupuk di sisi batang tanaman dengan dosis yang digunakan adalah 150 g/pohon. Norma kerja pemupukan adalah 2 ha/HK. Prestasi kerja mahasiswa pada kegiatan ini sama dengan prestasi kerja pekerja lainnya.

- Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman karet remaja bertujuan untuk membentuk tajuk dengan cabang-cabang yang

seimbang

pada ketinggian yang diinginkan. Pemangkasan dilakukan secara teratur dan bertahap sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Pemangkasan cabang dilakukan serapat mungkin pada batang. Pada kebanyakan tanaman karet baik klon maupun semaian, cabang- cabang telah terbentuk pada batang bagian bawah. Oleh karena itu, untuk mendapatkan bidang sadap yang baik serta penyadapan bisa maksimal, maka batang tanaman bebas dari cabang sampai pada ketinggian 310 cm.

Mulai dari saat penanaman, tunas dan cabang-cabang pada batang yang tumbuh pada ketinggian kurang dari 170 cm dari tanah dibuang secara teratur setiap bulan. Tunas-tunas akan berkembang menjadi cabang-cabang yang membentuk kelompok cabang yang melingkar pada batang. Cabang-cabang ini akan dibuang secara bertahap sampai pada ketingian 225 cm dari tanah. Pada ketinggian 170–225 cm cabang yang boleh dipotong adalah cabang yang telah mempunyai tiga tingkat helaian daun yang telah mengeras dan telah terbentuk sekurangnya dua tingkat percabangan baru pada batang yang di atas.

Pembuangan cabang dimulai dari cabang yang terbawah atau yang paling besar dari kelompok cabang terendah. Pada setiap interval pemangkasan, jumlah maksimal cabang yang boleh dipotong adalah sepertiga dari jumlah cabang yang terdapat pada kelompok cabang sebelum dilakukan pemangkasan pertama. Pemotongan cabang dilakukan sedemikian rupa sehingga terbentuk tajuk dengan cabang-cabang yang seimbang.

(50)

diteruskan pada kelompok cabang berikutnya yang lebih atas dengan cara yang sama. Cabang-cabang yang terletak di atas 225 cm dari tanah dibiarkan tumbuh dan tidak dipangkas. Bila ada cabang yang dominan/jagur antara 225–310 cm boleh dipangkas secara bertahap sampai menjelang akan disadap, kecuali pada tepi-tepi jalan segera dipangkas.

- Pengendalian hama, penyakit, dan organisme pengganggu tanaman Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman belum menghasilkan dilakukan jika terdapat kejadian tanaman yang diserang hama ataupun penyakit. Salah satu contoh hama yang sering menyerang tanaman karet belum menghasilkan adalah rayap yang sering kali menyerang batang melalui akar, sehingga menyebabkan batang kering dan rapuh dari dalam dengan gejala daun menguning dan kering. Organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang adalah dari golongan mamalia seperti monyet, babi, dan rusa yang sering merusak dengan mematahkan batang yang masih kecil ataupun melukai kulit batang karet.

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

- Pengendalian gulma

Pekerjaan pengendalian gulma pada areal TM hampir sama dengan kegiatan pengendalian gulma yang dikerjakan pada areal TBM, yaitu dengan cara manual dan kimia. Hanya saja jenis pekerjaannya lebih sedikit dibandingkan areal TBM. Jenis pekerjaan pengendalian gulma yang masih dikerjakan pada tanaman menghasilkan adalah dongkel anak kayu dan semprot barisan. Kegiatan bersih piringan dan wiping tidak lagi dikerjakan karena tanaman LCC pada tanaman menghasilkan sudah tidak digunakan lagi, bahkan dibuang karena bisa mengganggu kegiatan penyadapan. Gulma yang tumbuh pada areal TM tidak setebal pada areal TBMkarena sinar matahari sudah terhalangi oleh tajuk tanaman serta jarang ditemukan alang-alang. Kalaupun ada sedikit sekali dan bisa disemprot ketika melakukan kegiatan semprot barisanpada lahan tersebut.

a. Dongkel anak kayu

(51)

dengan menggunakan dongkel. Kegiatan ini juga dilakukan oleh kelompok pekerja harian lepas yang diawasi oleh seorang mandor perawatan.

b. Semprot barisan

Pada tanaman menghasilkan, kegiatan semprot barisan dikerjakan untuk memudahkan para penyadap dalam bekerja serta menekan persaingan tanaman dengan gulma agar produksi yang dihasilkan tinggi dengan kualitas yang baik. Pada kegiatan ini pekerja menggunakan alat semprot micron herbi kapasitas 5 liter dengan mesin berdinamo yang menggunakan baterai. Herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak dengan dosis 50 cc/ha dan sistemik dengan dosis 150 cc/ha. Norma kerja yang berlaku untuk kegiatan ini adalah 4 ha/HK.

- Pemupukan

Pemupukan pada tanaman menghasilkan merupakan salah satu penunjang produksi tanaman melalui pemberian unsur hara, sehingga produksi tetap tinggi dan kualitas lateks baik. Jadwal pemupukan untuk tanaman menghasilkan di Tulung Gelam Estate menggunakan sampel daun yang dikirim ke Bah Lias Research Station (BLRS) untuk mengetahui dosis pupuk yang akan digunakan. Sebagai contoh rekomendasi pemupukan pada tanaman menghasilkan di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate tahun 2009 tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate Tahun 2009 Berdasarkan LSU (Leaf Sampling Unit) dari BLRS

Aplikasi (g/pohon)

Urea CIRP MoP/KCl

LSU Blok Luas (ha)

Jumlah Pohon

Sept.

Total

(kg) Okt.

Total

(kg) Nov.

Total (kg)

5429 9611854 18.3 7 489 150 1 123 300 2 247 0 -

5430 9611861 49.9 15 349 200 3 070 300 4 605 150 2 302

5431 9612054 32.4 10 024 200 2 005 300 3 007 150 1 504

5432 9612060 35.8 12 448 200 2 490 300 3 734 150 1 867

5433 9612850 46.6 11 907 150 1 786 300 3 572 0 -

5434 9612853 36.6 12 217 200 2 443 300 3 665 150 1 833

5435 9612894 45 13 562 200 2 712 300 4 069 150 2 034

5436 9711046 39.6 12 640 200 2 528 300 3 792 150 1 896

5437 9711855 41.9 12 878 200 2 576 300 3 863 150 1 932

[image:51.612.108.528.513.686.2]
(52)

Pemeliharaan Jalan dan Sarana Lain

Jalan merupakan sarana yang sangat penting sebagai penunjang produksi. Jika kondisi jalan tidak diperhatikan, maka kegiatan di perkebunan akan terhambat terutama bisa menurunkan kualitas produksi nantinya. Jenis-jenis jalan yang terdapat di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate antara lain jalan poros, jalan blok, jalan kontrol, dan jalan pringgan.

- Jalan poros : jalan yang dibuat oleh pemerintah sebagai sarana kepentingan umum dan perusahaan tidak bertanggung jawab atas kerusakan jalan tersebut.

- Jalan blok : jalan yang memisahkan antara blok yang satu dengan blok lainya dan lebih sempit dari pada jalan poros. Fungsi jalan blok antara lain sebagai jalan angkut hasil produksi di lapangan dan jalan kontrol ketika manajer ataupun asisten kebun melakukan kontrol menggunakan mobil serta jalan pekerja dalam melakukan aktivitas di lapangan.

- Jalan kontrol : jalan yang membelah blok menjadi dua bagian untuk memudahkan pengawasan oleh mandor terhadap para pekerja maupun kondisi lahan maupun tanaman.

- Jalan pringgan : jalan pinggir lahan atau perbatasan antara lahan kebun dengan lahan masyarakat dan ukurannya lebih kecil dari jalan blok akan tetapi masih bisa dilewati oleh mobil.

Penyadapan

(53)

Hanya dengan konsistensi dan perhatian yang tinggi kita akan memperoleh hasil karet yang tinggi dengan jangka wa ktu yang lama.

- Penentuan matang sadap

Cara menentukan kesiapan atau kematangan sadap adalah dengan mengukur lilit batang. Pengukuran lilit batang dilakukan pada saat umur tanaman 5 tahun. Pada tanaman asal biji (seedling), tanaman dinyatakan telah matang sadap jika lilit batang telah mencapai 50 cm pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah, sedangkan pada tanaman hasil okulasi (bud graft) jika lilit batang telah mencapai 45 cm yang diukur pada ketinggian 150 cm dari permukaan tanah.

Selain itu, pada saat melakukan pengukuran lilit batang, dilakukan penotolan pada batang tanaman untuk mengetahui berapa jumlah tanaman yang siap dibuka atau mengetahui kapan tanaman akan dibuka. Sistem pemberian tanda totol disesuaikan dengan ukuran lilit batangnya. Apabila populasi dari suatu hanca sudah 60% totol tiga, maka pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan.

- Pembukaan bidang sadap

Pembukaan bidang sadap dilakukan oleh kelompok pekerja dengan kualifikasi pembukaan sebagai berikut:

a. Tinggi bukaan sadap

Ketinggian bidang sadap pada saat pembukaan pertama kali berbeda-beda untuk tanaman asal biji dan okulasi. Langkah-langkah penyadapan panel bawah sebagai berikut:

- Tanaman asal biji (seedling)

(54)

- Tanaman okulasi (bud graft)

Panel pertama (A) dibuka pada ketinggian 150 cm. Penyadapan pohon susulan juga dibuka pada ketinggian 150 cm pada tahun pertama. Namun pohon yang terlambat disadap lebih dari satu tahun dibuka pada ketinggian rata-rata sadapan. Panel kedua (B) dibuka pada ketinggian 150 cm atau sama tinggi dengan bukaan pertama. Semua pohon diganti dari panel A ke panel B pada saat yang sama.

b. Arah dan sudut sadap

[image:54.612.128.511.431.485.2]

Arah sadap dari kiri atas ke kanan bawah membentuk irisan sadap ½ S untuk sistem sadap bawah dan ¼ S untuk sistem sadap atas. Pembuatan sudut yang miring ini dibantu dengan mal sadap. Arah bidang sadap jangan sampai terbalik karena sangat erat hubungannya dengan produksi lateks. Arah sadap yang benar akan memotong pembuluh lateks lebih banyak dibandingkan arah sadap yang asal atau terbalik. Pedoman sudut sadapan pada pembukaan bidang sadap tanaman dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sudut Sadap pada Pembukaan Bidang Sadap Berdasarkan Bahan Tanam yang Dipakai

Bahan tanam Panel rendah Panel Tinggi Sadap Bawah

Panel Tinggi Sadap Atas

Okulasi ½ S 30o ½ S 30o ½ S 40o

Biji ½ S 25o ½ S 30o ½ S 40o

Sumber: SOP Rubber PT PP London Sumatera

- Peralatan penyadapan

Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat yang digunakan, maka akan semakin baik hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Peralatan Tanaman

Peralatan yang biasanya digunakan dan dipasangkan pada tanaman antara lain :

(55)

- Mangkuk lateks: berfungsi menampung lateks yang mengalir pada alur sadapan melalui talang lateks. Volume mangkuk yang digunakan adalah 750 ml yang terbuat dari plastik dan dipasang pada jarak 10 cm di bawah talang lateks.

- Kawat mangkuk : terbuat dari kawat yang berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkuk lateks. Ada dua jenis kawat mangkuk yang digunakan di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate, yaitu kawat mangkuk spiral dan kawat mangkuk cincin. Kawat mangkuk spiral biasanya digunakan pada tanaman yang baru dibuka dengan tujuan kawat akan melar dengan sendirinya bersamaan dengan bertambahnya diameter tanaman serta menghindari luka kayu karena kawat mangkuk spiral tidak ditancapkan pada tanaman saat dipasang. Kawat mangkuk cincin biasanya digunakan pada tanaman yang sudah tua sebagai pengganti kawat yang hilang atau rusak pada tanaman yang telah lama disadap.

b. Peralatan Penyadap

Peralatan pada penyadapan juga menentukan hasil yang didapatkan oleh seorang penyadap. Peralatan penyadapan yang dibawa oleh seorang penyadap antara lain:

- Pisau sadap : Penyadap membawa dua buah pisau sadap dimana yang satu digunakan untuk menyadap dan lainnya digunakan apabila sewaktu-waktu pisau sadap utama rusak atau kurang baik untuk digunakan. Ketajaman pisau terus dikontrol dan diperhatikan karena turut menentukan banyaknya lateks yang keluar dari luka yang dihasilkan. Pisau sadap yang kurang tajam mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh lateks sehingga lateks yang keluar sedikit.

- Wadah lump : Berfungsi sebagai tempat menampung lump dan sekrap yang diambil pada saat melakukan penyadapan. Lump diperoleh dari sisa lateks yang menggumpal di mangkuk pada penyadapan sebelumnya, sedangkan sekrap merupakan lateks yang membeku pada alur sadap. - Ember/tong : Ember digunakan untuk menampung lateks yang

(56)

lateks dari ember jika lateks di ember telah penuh. Ember yang dipakai mempunyai kapasistas 10 kg, sedangkan tong mempunyai kapasitas 30 kg. - Anjang-anjang : Sebuah meja penyadap yang terbuat dari kayu gelondongan kecil, berfungsi sebagai tempat meniriskan lump dan ember/tong serta sebagai penanda hanca sadap seorang penyadap. Oleh sebab itu, setiap penyadap mempunyai anjang-anjang di setiap hanca sadapnya.

- Pelaksanaan penyadapan

Penyadapan merupakan hasil akhir pada kegiatan budi daya karet karena penyadapan merupakan kegiatan pengambilan hasil dari apa yang ditunggu-tunggu oleh seorang pengusaha karet. Untuk menghasilkan hasil dan kualitas lateks yang tinggi, selain perawatan yang benar dan terkontrol, penyadapan juga sangat menentukan baik teknis penyadapan maupun manajemen penyadapan itu sendiri. Oleh karena itu, peraturan mengenai penyadapan perlu diberlakukan.

Penyadapan di Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate dimulai pada saat terang pohon atau sekitar pukul 05.30. Penyadap yang sudah mahir biasanya menyelesaikan penyadapan satu hanca (400-500 tanaman) dalam waktu 2 -3 jam, yaitu sekitar pukul 08.30. Waktu pengutipan atau pengambilan lateks dimulai pada pukul 11.00 atau 11.30. Disela waktu antara penyadapan dan pengutipan biasanya digunakan oleh para penyadap untuk sarapan pagi, pengecekan kembali hanca yang telah disadap apabila ternyata masih ada tanaman yang belum disadap atau lateks yang mengalir tidak pada alur sadap atau tidak masuk ke mangkuk lateks.

Penyadapan dilakukan menggunakan pisau sadap dengan mengiris kulit tanaman karet dari arah kiri atas ke kanan bawah. Sekrap yang terdapat pada alur sadap diangkat dan ditarik kemudian dimasukkan ke dalam wadah, begitu juga dengan lump yang terdapat pada mangkuk diambil dan dimasukkan ke d

Gambar

Tabel 1.  Lingkaran Aliran Lateks yang Terpotong berdasarkan Kedalaman Irisan Sadap
Tabel 2. Pembagian Luas Lahan Perkebunan Karet Tulung Gelam Estate
Tabel  3. Luas Lahan Tanaman Menghasilkan Divisi 2 Tulung Gelam Estate
Tabel 4. Warna Cat berdasarkan Klon di Lahan Pembibitan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian analisis verifikatif digunakan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan dengan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi pada

Sebelum pemilih masuk ke dalam bilik suara untuk melakukan pemilihan, pemilih diharuskan untuk melakukan pendaftaran terlebih dahulu dimeja Ketua KPPS untuk melihat apakah pemilih

Dalam hal penumpang memiliki lebih dari satu Tiket Kereta Api yang memiliki sifat persambungan dengan Tiket terpisah, pada saat pemegang Tiket terlambat

Dari hasil kuesioner bagian informasi yang terdapat di lampiran yang disebarkan kepada orang yang setidaknya pernah melakukan donor minimal 1 kali, diketahui bahwa dari 60

[r]

Penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh Izzati (2017) yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Peran Orang Tua dengan Perilaku Cyberbullying Pada

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing disertai teknik peta konsep yaitu, menyajikan pertanyaan atau masalah meliputi kegiatan

Dan pada tahap pengembangan hal yang harus dilakukan peneliti adalah; validasi ahli, revisi I (Draft II), uji coba I, analisis hasil uji coba, I, revisi II (Draft III),