KERETA API
--
KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) NOMOR : KEP.U/LL.003/XI/1/KA-2015
TENTANG
SYARAT-SYARAT DAN TARIF ANGKUTAN KERETA API PENUMPANG DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO),
MENIMBANG : a. bahwa syarat dan tarif angkutan kereta api penumpang
telah diatur dalam Keputusan Direksi Nomor KEP.C/LL.003/X/17/KA-2013 tentang Syarat-Syarat dan Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang (STP) Bagian 1 Edisi Tahun 2013;
b.bahwa telah terbit Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api;
c. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
pengguna jasa angkutan kereta api serta penyesuaian terhadap standar pelayanan minimum, maka perlu dilakukan pembaharuan terhadap ketentuan yang mengatur mengenai syarat dan tarif angkutan kereta api penumpang;
d.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf
a, huruf b dan huruf c di atas, perlu menetapkan Keputusan Direksi tentang Syarat-Syarat dan Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang;
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086);
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun
2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api;
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api;
8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 8 Tahun
2001 tentang Angkutan Kereta Api;
9. Anggaran Dasar PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang
telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia dan perubahan terakhirnya sebagaimana dinyatakan dalam Akta Nomor 139 tanggal 31 Desember 2012, yang laporannya telah dicatat dalamdatabase Sistem Administrasi Badan hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana suratnya Nomor AHU-AH.01.10-03072 tanggal 4 Februari 2013 dan Perubahan Susunan Pengurus terakhir sebagaimana dinyatakan dalam Akta Nomor 05 tanggal 03 September 2015, yang laporan pemberitahuannya telah diterima dan dicatat dalam database Sistem Administrasi Badan hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana dinyatakan dalam Suratnya Nomor AHU-AH.01.03-0962367 tanggal 07 September 2015. Kedua Akta tesebut dibuat di hadapan Surjadi Jasin S.H., Notaris di Bandung;
10.Keputusan Direksi Nomor
KEP.U/HK.215/XI/7/KA-2012 tanggal 29 November KEP.U/HK.215/XI/7/KA-2012 tentang Peraturan Dinas 22 (PD 22) Jilid 2 mengenai Administrasi Penjualan Jasa di Stasiun;
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API INDONESIA
(PERSERO) TENTANG SYARAT-SYARAT DAN TARIF ANGKUTAN KERETA API PENUMPANG.
Pasal 1
Menetapkan Syarat-Syarat dan Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Pasal 2 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka :
1. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.710/XI/6/KA-2008 tentang Pedoman
dan Prosedur Angkutan Dinas dan Cuma-Cuma di Lingkungan PT Kereta Api (Persero);
2. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.002/I/1/KA-2012 tentang Batas
Kapasitas Yang Dizinkan Dalam Kereta Api;
3. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.003/V/6/KA-2013 tentang Tarif Reduksi
Angkutan Kereta api yang telah diubah dengan Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.003/VII/36/KA-2013;
4. Keputusan Direksi Nomor KEP.C/LL.003/X/16/KA-2013 tentang Mekanisme
Pemberian Fasilitas Reduksi Angkutan Kereta Api Bagi Komisaris, Direksi dan Pegawai Anak Perusahaan dan Outsourcing serta Pihak Ketiga;
5. Keputusan Direksi Nomor KEP.C/LL.003/X/17/KA-2013 tentang
Syarat-Syarat Dan Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang (STP) Bagian 1 Edisi Tahun 2013;
6. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.006/XI/4/KA-2013 tentang Standard
Operating Procedure (SOP) Petugas Boarding Stasiun;
7. Keputusan Direksi Nomor KEP.U/LL.006/V/11/KA-2014 tentang Standar
Operasional Prosedur Pelaksanaan Sistem Boarding di Stasiun di Lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero);
8. Segala ketentuan yang bertentangan dengan keputusan ini;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dalam pelaksanaannya agar tetap memperhatikan ketentuan perundang-undangan.
Ditetapkan di : B a n d u n g
Pada tanggal : 11 November 2015
a.n. DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIREKTUR UTAMA,
ttd
EDI SUKMORO NIPP. 65359
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Dewan Komisaris PT Kereta Api Indonesia (Persero);
2. Para Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero);
3. Para Executive Vice President PT Kereta Api Indonesia (Persero);
4. Para Vice President/General Manager/Senior Manager PT Kereta Api Indonesia
LAMPIRAN 1
KEPUTUSAN DIREKSI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)
NOMOR : KEP.U/LL.003/XI/1/KA-2015
TANGGAL : 11 November 2015
SYARAT-SYARAT DAN TARIF ANGKUTAN KERETA API PENUMPANG BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:
a. Perusahaan adalah badan usaha yang menyelenggarakan perkeretaapian dalam
hal ini PT Kereta Api Indonesia (Persero).
b. Kereta adalah sarana perkeretaapian yang ditarik dan/atau didorong lokomotif
atau mempunyai penggerak sendiri yang digunakan untuk mengangkut orang.
c. Kereta Api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan
sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan Kereta Api.
d. Angkutan Kereta Api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari
satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kereta Api.
e. Kereta Api Komersial adalah Kereta Api angkutan penumpang dengan tarif yang
diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan.
f. Kereta Api Non Komersial adalah Kereta Api angkutan penumpang dengan tarif
yang diatur Pemerintah dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri.
g. Standar Pelayanan Minimum yang selanjutnya disebut SPM adalah ukuran
minimum pelayanan yang harus dipenuhi oleh Perusahan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa, yang harus dilengkapi dengan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji Perusahaan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.
h. Grafik Perjalanan Kereta Api yang selanjutnya disebut Gapeka adalah pedoman
pengaturan pelaksanaan perjalanan Kereta Api yang digambarkan dalam bentuk garis yang menunjukkan stasiun, waktu, jarak, kecepatan, dan posisi perjalanan Kereta Api mulai dari berangkat,bersilang, bersusulan, dan berhenti yang digambarkan secara grafis untuk pengendalian perjalanan Kereta Api.
i. Peraturan perjalanan Kereta Api adalah ketentuan yang mengatur tentang
perjalanan Kereta Api, berupa Gapeka, maklumat perjalanan Kereta Api (malka), warta maklumat (wam) dan daftar waktu.
j. Warta Pelayanan Angkutan adalah telegram dinas terkait angkutan penumpang.
k. Tiket adalah dokumen angkutan yang sah dan merupakan tanda bukti
bentuk lainnya yang ditetapkan Perusahaan sebagai Tiket, untuk Kereta Api yang bersangkutan.
l. Pakaian Dinas selanjutnya disebut Pakaian Dinas R6 adalah pakaian kerja yang
ditentukan dan/atau disediakan oleh Perusahaan untuk dipergunakan/dipakai oleh Komisaris Perusahaan/Direksi Perusahaan/Pegawai Perusahaan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.
m. Tiket komputer adalah dokumen angkutan yang sah berupa hasil print out
aplikasi RTS pada blanko yang ditetapkan Perusahaan.
n. Tiket tercetak adalah dokumen angkutan yang sah berupa kertas tercetak
dengan nama, kelas pelayanan dan tarif.
o. Tiket Pasepartu adalah dokumen angkutan dengan sistem buku tembusan
dimana pengisiannya dilakukan secara manual oleh petugas loket.
p. Tiket suplisi adalah dokumen angkutan dengan sistem buku tembusan dimana
pengisiannya dilakukan secara manual oleh petugas kondektur di atas Kereta Api.
q. Rail Ticket System selanjutnya disebut RTS adalah aplikasi penjualan Tiket
Perusahaan.
r. Kode Booking adalah kode yang terdiri atas 6 (enam) karakter kombinasi huruf
dan angka yang dikeluarkan oleh aplikasi RTS atas setiap transaksi pemesanan berhasil.
s. Kode Pembayaran adalah kode yang terdiri atas 13 (tiga belas) angka yang
dikeluarkan oleh aplikasi RTS atas setiap transaksi pemesanan berhasil di
web/mobile application/Contact Center 121 untuk identifikasi pembayaran atas
pemesanan dimaksud.
t. Batal Petugas adalah proses pembatalan Tiket oleh petugas loket.
u. Batal Pembeli adalah proses pembatalan Tiket atas permintaan penumpang.
v. Check-in adalah proses kegiatan pelaporan diri perihal keberangkatan
penumpang untuk melakukan perjalanan dengan Kereta Api melalui counter
Check-in atau layanan Check-in mandiri dengan penerbitan Boarding Pass
dan/atau pemeriksaan Tiket dan kesesuaian Bukti Identitas.
w. Boarding Pass adalah dokumen yang diterbitkan oleh Perusahaan dan diberikan
kepada penumpang yang telah melakukan Check-in sebagai dokumen pengganti
Tiket , berisi data penumpang dan data perjalanan penumpang.
x. Boarding adalah proses memberikan izin kepada penumpang untuk masuk
stasiun atau naik Kereta Api dengan jadwal tertentu dengan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesesuaian Bukti Identitas dengan data Tiket.
y. Sifat persambungan adalah rentang waktu kedatangan suatu Kereta Api tidak
lebih dari 3 (tiga) jam dari waktu keberangkatan Kereta Api atau moda persambungan lainnya, sehingga penumpang Kereta Api dimaksud dapat meneruskan perjalanan dengan Kereta Api atau moda persambungan lainnya setelah transit di suatu stasiun.
z. Award ticket adalah Tiket gratis atau dengan nilai nol rupiah yang diberikan
kepada penumpang yang telah menukarkan Tiket lama atas nama dirinya dengan jumlah tertentu yang ditetapkan Perusahaan.
aa. Bukti Identitas adalah dokumen identitas yang menunjukkan data dan foto diri
pemiliknya dan dikeluarkan oleh Pemerintah, sekolah, organisasi atau instansi berwenang lainnya, contoh KTP, SIM, Paspor, Kartu Pelajar dan lain lain.
bb. Mitra adalah Badan Usaha yang bekerjasama dengan Perusahaan.
cc. Host To Host adalah sistem transaksi online (real-time approach) yang
menghubungkan antara host Perusahaan dengan host Mitra secara langsung.
dd. Tarif Angkutan adalah besaran biaya yang harus dibayar penumpang untuk
mendapatkan layanan jasa angkutan Kereta Api.
ee. Tarif Reduksi adalah besaran tarif angkutan Kereta Api yang telah mendapatkan
potongan harga dengan nilai tertentu berdasarkan kebijakan Perusahaan atau berdasarkan Perjanjian Kerjasama antara Perusahaan dengan suatu Instansi/Lembaga/Organisasi.
ff. Kru KA adalah petugas yang berdinas di atas Kereta Api terdiri dari Masinis,
Asisten Masinis, Kondektur, Petugas Teknisi KA, Petugas pengawal KA (Kamtib
KA), Petugas Restorasi, Petugas Cleaning Service, Petugas CSOT, Petugas
Running awak Kereta Api.
gg. Luar Dinas (LD) adalah perjalanan setelah melakukan dinas sebagai Kru KA
untuk kembali ke tempat kedudukannya semula atau perjalanan untuk memulai dinas sebagai Kru KA diluar tempat kedudukannya.
hh. Infant adalah penumpang dengan usia dibawah 3 (tiga) tahun.
ii. Legiun Veteran Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut LVRI adalah
organisasi kemasyarakatan yang merupakan satu – satunya wadah dan sarana perjuangan bagi segenap Veteran Republik Indonesia, yang dibentuk berdasarkan persamaan kehendak, bidang kegiatan, profesi, dan fungsinya untuk berperan serta dalam pewarisan nilai – nilai juang 1945, pembangunan nasional, pertahanan dan keamanan nasional.
jj. Veteran Republik Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bergabung
dalam kesatuan bersenjata resmi yang diakui oleh Pemerintah yang berperan secara aktif dalam suatu peperangan menghadapi negara lain dan/atau gugur dalam pertempuran untuk membela dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau warga negara Indonesia yang ikut serta secara aktif dalam pasukan internasional di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melaksanakan misi perdamaian dunia, yang telah ditetapkan sebagai penerima Tanda Kehormatan Veteran Republik Indonesia.
kk. Forum Komunikasi Dermawan Darah, yang selanjutnya disebut Fokuswanda
adalah wadah komunikasi dan aspirasi para dermawan darah yang telah menyumbangkan darah bersih minimal 75 (tujuh puluh lima) kali yang bersifat independen dan tidak berafiliasi kepada partai politik.
ll. Pegawai Perusahaan adalah Pekerja Perusahaan yang mempunyai hubungan
kerja bersifat tetap dengan Perusahaan yang terikat dalam perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) dan ditetapkan dalam surat keputusan pengangkatan, Pekerja Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Pekerja Kontrak Magang (PKM) termasuk Pekerja Perusahaan yang diperbantukan di Anak Perusahaan.
mm.Pekerja Outsourcing adalah tenaga alih daya dari suatu perusahaan penyedia
jasa tenaga outsourcing yang bekerjasama dengan Perusahaan atau Anak
Perusahaan.
oo. Brand Awareness adalah kemampuan pembeli potensial untuk mengenali atau
mengingat bahwa sebuah merk merupakan anggota dari kategori produk
tertentu.
pp. Voucher adalah dokumen berharga Tiket yang berfungsi sebagai bentuk diskon
harga terhadap tarif reguler angkutan Kereta Api.
qq. Rombongan yaitu sekelompok orang yang bepergian secara bersama sama,
dengan menggunakan Kereta Api pada jadwal dan kelas pelayanan yang sama sekurang-kurangnya terdiri dari 20 (dua puluh) orang.
rr. Force Majeure atau keadaan kahar adalah keadaan yang secara langsung
mengakibatkan Perusahaan tidak dapat melaksanakan operasional angkutan Kereta Api sebagaimana mestinya diakibatkan keadaan-keadaan diluar kekuasaan Perusahaan dan tidak dapat dihindari, termasuk namun tidak terbatas pada gempa bumi, angin topan, banjir, kebakaran, tanah longsor, pemogokan umum, huru hara, perang, pemberontakan dan kebijakan Pemerintah dan/atau Peraturan Pemerintah.
ss. Kereta Api luar biasa adalah Kereta Api yang perjalanannya tidak tergambar
dalam Gapeka dan tidak tertulis dalam daftar waktu, tetapi yang ditetapkan menurut kebutuhan.
tt. Bagasi adalah barang bawaan milik penumpang.
uu. Kereta Bagasi adalah sarana Kereta Api yang khusus digunakan untuk
mengangkut barang.
vv. Berat hitung adalah berat yang menjadi dasar perhitungan tarif Bagasi.
ww. Loyalty programs adalah program promosi yang dirancang untuk membangun
hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan antara Perusahaan dan pelanggan, untuk menciptakan pembelian yang terus menerus dari layanan jasa angkutan Kereta Api.
xx. Zona l adalah wilayah di stasiun yang merupakan tempat untuk penumpang
naik ke dalam Kereta Api berupa peron stasiun.
yy. Zona 2 adalah wilayah di stasiun yang merupakan tempat penumpang
menunggu sebelum masuk ke dalam zona 1 dapat berupa ruang tunggu, maksimal 1 jam sebelum Kereta Api berangkat atau sesuai arahan Petugas yang berdinas.
zz. Zona 3 adalah wilayah bagian luar stasiun dimana terdapat loket penjualan,
layanan pelanggan serta fasilitas umum dan sosial lainnya. Pasal 2
(1) Klasifikasi Angkutan Kereta Api penumpang berdasarkan jarak tempuhnya
terdiri dari:
a. Kereta Api jarak dekat;
b. Kereta Api jarak menengah;
c. Kereta Api jarak jauh.
(2) Pengelompokan Kereta Api berdasarkan jarak untuk setiap nama Kereta Api
Pasal 3
(1) Kereta Api jarak dekat yaitu Kereta Api dengan jarak tempuh perjalanan
maksimum sejauh 150 kilometer, kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan.
(2) Kereta Api jarak dekat memiliki ciri-ciri pelayanan sebagai berikut:
a. karakteristik pelayanan:
1. menghubungkan beberapa stasiun di wilayah Daop/Divre yang sama
ataupun lintas Daop/Divre;
2. melayani penumpang berdiri;
3. memiliki sifat perjalanan ulang alik/komuter;
4. melayani kebutuhan angkutan penumpang dari daerah sub-urban
menuju pusat kota atau sebaliknya.
b. pengaturan batas kapasitas maksimum
1. Kereta Api yang menggunakan sarana Kereta dengan tempat duduk
sejajar, kapasitas maksimum sesuai dengan jumlah tempat duduk masing-masing sarana Kereta ditambah penumpang berdiri sejumlah 50% dari jumlah tempat duduk;
2. Kereta Api yang menggunakan sarana Kereta dengan tempat duduk
menyamping, kapasitas maksimum dibatasi 178 penumpang untuk setiap Kereta.
c. kelas pelayanan terdiri atas:
1. kelas eksekutif;
2. kelas bisnis;
3. kelas ekonomi.
Pasal 4
(1) Kereta Api jarak menengah yaitu Kereta Api dengan jarak tempuh perjalanan
antara 151 kilometer sampai dengan 450 kilometer.
(2) Kereta Api jarak jauh adalah angkutan Kereta Api dengan jarak tempuh
perjalanan di atas 450 kilometer.
(3) Kereta Api jarak menengah dan Kereta Api jarak jauh memiliki ciri-ciri
pelayanan dijelaskan sebagai berikut:
a. karakteristik pelayanan
1. menghubungkan beberapa stasiun antar kota;
2. tidak menyediakan layanan penumpang berdiri;
3. melayani kebutuhan angkutan penumpang antar kota.
b. kapasitas maksimum sesuai dengan jumlah tempat duduk tersedia untuk
masing masing sarana Kereta.
c. kelas pelayanan terdiri atas :
1. kelas eksekutif;
2. kelas bisnis;
BAB II
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PENUMPANG KERETA API Pasal 5
(1) Perusahaan mengumumkan jadwal perjalanan Kereta Api sebagaimana termuat
dalam Peraturan Perjalanan Kereta Api kepada masyarakat.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui
media cetak, elektronik atau dengan cara lainnya, termasuk jika ada perubahan terhadap jadwal dimaksud.
(3) Dalam hal terjadi pembatalan atau perubahan jadwal Kereta Api maka
Perusahaan wajib melakukan hal-hal berikut:
a. mengumumkan dan mensosialisasikan pembatalan dan perubahan jadwal
tersebut secara langsung, melalui telepon, pesan layanan singkat, ditempelkan pada papan informasi dan/atau melalui media yang memungkinkan;
b. sedapat mungkin memberitahukan pembatalan atau perubahan jadwal
tersebut kepada calon penumpang yang telah melakukan transaksi pembelian Tiket Kereta Api;
c. menyediakan Angkutan Kereta Api dengan jadwal lainnya atau menyediakan
moda transportasi lainnya sebagai angkutan pengganti dan sedapat mungkin dengan kelas pelayanan yang sama, memberikan kompensasi yang selanjutnya diatur dalam Keputusan Direksi tersendiri atau mengembalikan bea Tiket kepada penumpang.
Pasal 6
(1) Pengangkutan orang dengan Kereta Api harus dilakukan dengan menggunakan
sarana Kereta.
(2) Dalam keadaan tertentu (bencana alam, perang, huru-hara), Perusahaan dapat
melakukan pengangkutan orang dengan menggunakan gerbong dan/atau Kereta Bagasi yang bersifat sementara dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kereta pada jalur yang bersangkutan tidak tersedia atau tidak mencukupi;
b. adanya permintaan angkutan yang mendesak atau keadaan darurat;
c. gerbong dan/atau Kereta Bagasi harus tertutup dan memenuhi persyaratan
keselamatan dan keamanan penumpang serta paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas yang berupa:
1. pintu masuk/keluar;
2. ventilasi udara;
3. alas untuk duduk yang bersih; dan
4. penerangan.
d. mendapatkan izin tertulis dari Direktur Keselamatan dan Keamanan.
Pasal 7
(1) Perusahaan wajib mengangkut penumpang dan memberikan pelayanan sesuai
dengan kelas pelayanan sebagaimana tercantum dalam Tiket.
(2) Setiap orang yang tidak memiliki Tiket dilarang naik Kereta Api kecuali Kru KA
(3) Dalam hal penumpang terlambat datang di stasiun sehingga ketinggalan Kereta Api, maka Tiket yang telah dimiliki tidak dapat dibatalkan dan secara otomatis dianggap hangus serta tidak mendapatkan penggantian layanan angkutan dengan Kereta Api lainnya ataupun moda angkutan pengganti.
(4) Dalam situasi tertentu termasuk namun tidak terbatas pada banjir dan
demonstrasi di sekitar stasiun yang mengakibatkan penumpang terlambat atau tidak dapat datang di stasiun sehingga ketinggalan Kereta Api, maka Perusahaan dapat melakukan pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melalui suatu ketentuan tersendiri.
Pasal 8
(1) Perusahaan dapat memberikan layanan tambahan di atas Kereta Api berupa
penyediaan makanan, minuman atau barang dan jasa lainnya yang bersifat berbayar, masuk dalam komponen biaya Tiket sebagai tuslah ataupun terpisah, yang dikelola langsung oleh Perusahaan atau perusahaan lain yang bekerjasama dengan Perusahaan.
(2) Pihak lain selain Perusahaan dan pihak yang bekerjasama dengan Perusahaan
dilarang memberikan layanan tambahan di atas Kereta Api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
BAB III
STANDAR PELAYANAN MINIMUM Pasal 9
(1) Pengoperasian Kereta Api harus memenuhi Standar Pelayanan Minimum baik di
stasiun maupun di dalam perjalanan.
(2) Standar Pelayanan Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
mencakup : a. keselamatan; b. keamanan; c. kehandalan; d. kenyamanan; e. kemudahan; dan f.kesetaraan.
(3) Standar Pelayanan Minimum sebagaimana dimaksud ayat (2) tercantum pada
BAB IV TIKET KERETA API
Pasal 10
(1) Setiap penumpang wajib memiliki Tiket.
(2) Tiket hanya berlaku untuk pengangkutan dari stasiun keberangkatan ke stasiun
kedatangan sebagaimana tercantum dalam Tiket kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan.
(3) Satu Tiket hanya berlaku untuk satu nama penumpang, nama dan nomor
Kereta Api, tanggal dan jam keberangkatan, kelas dan relasi perjalanan sebagaimana tercantum dalam Tiket.
(4) Pada Kereta Api komersial, satu orang penumpang diperbolehkan membeli lebih
dari satu Tiket atas nama dirinya, dalam hal penumpang memiliki hak atas tarif reduksi maka Tiket kedua dan seterusnya dikenakan tarif non reduksi (tarif reguler).
(5) Pada Kereta Api non komersial satu orang penumpang hanya diperbolehkan
membeli satu Tiket atas nama dirinya.
(6) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat
dilakukan pada kondisi tertentu dengan penetapan dilakukan oleh pejabat
serendah-rendahnya Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan
Daop/Divre.
Pasal 11
(1) Tiket berupa print-out data diri, data perjalanan dan data transaksi penumpang
yang dihasilkan oleh aplikasi penjualan RTS pada blanko yang telah ditetapkan
Perusahaan.
(2) Dalam hal terjadi gangguan yang mengakibatkan Tiket sebagaimana dimaksud
ayat (1) tidak dapat dicetak, maka pelayanan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pada kereta api jarak jauh dan menengah menggunakan Tiket Pasepartu
sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 atau bentuk lainnya yang ditetapkan Perusahaan;
b. pada kereta api jarak dekat (komuter/lokal) menggunakan Tiket Tercetak.
(3) Tata cara penjualan menggunakan Tiket pasepartu sebagaimana dimaksud ayat
(2) huruf a diatur sebagai berikut:
a. jumlah Tiket yang dijual maksimal 80% dari sisa tempat duduk;
b. Ticketing Centre menginformasikan sisa tempat duduk yang dapat dijual
kepada stasiun keberangkatan Kereta Api melalui Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan Penumpang Daop/Divre/Sub Divre;
c. penjualan Tiket dilayani bagi penumpang di stasiun keberangkatan;
d. Tiket dijual dengan nomor tempat duduk yang diinformasikan dari Ticketing
Centre atau jika tidak memungkinkan Tiket dapat dijual tanpa nomor tempat
duduk dan diinformasikan dengan jelas kepada penumpang tentang hal tersebut dan penumpang dapat menduduki tempat duduk yang masih kosong;
e. stasiun keberangkatan segera melaporkan realisasi penjualannya kepada
Ticketing Centre setelah Kereta Api yang bersangkutan berangkat dari
stasiun keberangkatan dimaksud;
f. Stasiun antara diperbolehkan menjual Tiket setelah Kereta Api dimaksud
telah berangkat dari stasiun keberangkatan dengan alokasi penjualan yang
diinformasikan Ticketing Centre.
(4) Ketentuan Tiket Tercetak sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b diatur sebagai
berikut :
a. sekurang-kurangnya memuat informasi nama kereta api, tanggal perjalanan
dan tarif kereta api;
b. apabila pada kereta api yang bersangkutan terdapat lebih dari satu besaran
tarif (terdapat tarif parsial) maka tarif yang dicetak adalah tarif terendah;
c. dapat dipergunakan pada semua relasi kereta api yang bersangkutan;
d. apabila tarif Kereta Api telah mengalami perubahan dan belum tersedia Tiket
tercetak dengan besaran tarif baru, maka Tiket tercetak yang lama tetap dapat dipergunakan dengan dibubuhi stempel besaran tarif baru;
e. atas penjualan yang menggunakan Tiket tercetak dengan tarif lama yang
telah distempel dengan tarif baru, kepala stasiun menerbitkan Warta Pelayanan Angkutan mengenai hal tersebut.
(5) Pada Kereta Api yang telah memberlakukan e-ticket, maka penumpang tidak
mendapatkan blanko Tiket, namun data transaksi penumpang terekam dalam
database RTS.
(6) Tiket untuk penumpang pada Kereta Api wisata yang dikelola oleh pihak lain
yang bekerjasama dengan perusahaan dan dirangkaikan dengan Kereta Api reguler, tetap dilayani menggunakan aplikasi RTS kecuali ditetapkan lain oleh
Perusahaan.
(7) Tarif pada Tiket Kereta Api wisata sebagaimana dimaksud ayat (6) di-setting
dengan Tarif Rp 0,- (nol rupiah) atau tanpa bea. Pasal 12
(1) Setiap penumpang mendapatkan nomor tempat duduk, dengan pengecualian
sebagai berikut:
a. pada Kereta Api jarak dekat dapat dijual Tiket tanpa nomor tempat duduk.
b. pada saat okupansi Kereta Api telah mencapai 100%, diperbolehkan dijual
Tiket tanpa nomor tempat duduk, ketentuan ini berlaku khusus bagi penumpang dengan kriteria berikut:
1. penumpang berusia dibawah 10 (sepuluh) tahun yang bepergian
bersama penumpang dewasa; dan
2. Pegawai Perusahaan yang mempergunakan Pakaian Dinas (R6).
c. Tiket tanpa nomor tempat duduk dikenakan tarif reguler yang sama dengan
Tiket yang mempunyai nomor tempat duduk, kecuali bagi infant pertama
atas satu penumpang dengan tarif dewasa tidak dikenakan bea.
(2) Tiket penumpang sekurang-kurangnya memuat informasi tentang :
a. Kode Booking;
e. stasiun keberangkatan dan kedatangan;
f. kelas pelayanan dan nomor tempat duduk;
g. harga Tiket.
(3) Khusus untuk Tiket Kereta Api jarak dekat yang bersifat komuter, minimal
memuat informasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (4) huruf a. Pasal 13
(1) Dalam hal penumpang bermaksud melanjutkan perjalanan melebihi relasi
perjalanan sebagaimana tercantum dalam Tiket, maka penumpang tersebut harus membeli Tiket untuk relasi selanjutnya atau Tiket persambungan yang ditetapkan oleh Perusahaan.
(2) Perusahaan dapat menetapkan Tiket persambungan yaitu Tiket yang terdiri dari
2 (dua) atau lebih perjalanan Kereta Api atau Kereta Api dengan moda transportasi lainnya yang berbeda dan memiliki sifat persambungan yang dicetak pada satu Tiket.
(3) Setiap penumpang yang memiliki Tiket persambungan sebagaimana dimaksud
ayat (1), wajib melakukan Check-in pada stasiun keberangkatan masing-masing
relasi modanya.
(4) Dalam hal terjadi keterlambatan Kereta Api atau moda transportasi lain yang
digunakan dalam layanan angkutan dengan Tiket persambungan sehingga mengakibatkan penumpang tertinggal dan tidak dapat menggunakan angkutan terusan, maka Perusahaan akan mengembalikan bea untuk angkutan terusannya.
(5) Pengembalian bea angkutan oleh Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (4),
terbatas pada nilai pelayanan yang tidak dapat dinikmati oleh penumpang.
(6) Dalam hal penumpang memiliki lebih dari satu Tiket Kereta Api yang memiliki
sifat persambungan dengan Tiket terpisah, pada saat pemegang Tiket terlambat akibat Kereta Api atau moda lainnya yang dinaiki sebelumnya terlambat, sehingga tertinggal oleh Kereta Api yang seharusnya dinaiki, maka untuk Tiket Kereta Api tersebut dianggap hangus dan tidak ada pengembalian bea angkutan.
Pasal 14
(1) Dalam hal Tiket yang dimiliki oleh penumpang rusak atau hilang maka:
a. penumpang melapor kepada Petugas berwenang di stasiun;
b. penumpang harus dapat menunjukkan Bukti Identitas asli; dan
c. penumpang menyerahkan fotokopi Bukti Identitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b.
(2) Dalam hal penumpang tidak dapat menunjukkan Bukti Identitas asli
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, maka selanjutnya dilakukan hal-hal berikut:
a. dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh Petugas keamanan atau Petugas
lainnya yang berwenang termasuk pemeriksaan Bukti Identitas lainnya yang dimiliki penumpang seperti kartu NPWP, kartu kredit, kartu ATM yang mencantumkan nama, kartu keluarga dll;
b. Petugas dapat meminta dikirimkan foto Bukti Identitas Penumpang dari
c. penumpang membuat surat pernyataan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar memiliki
nama sesuai dengan yang tertera pada database RTS dan bersedia dituntut
secara hukum jika terbukti keterangan yang diberikan tidak benar, ditandatangani penumpang yang bersangkutan dan Petugas pemeriksa serta divalidasi dengan stempel unit pemeriksa atau stasiun;
d. lembar asli surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas
dilampirkan dalam tembusan Tiket pengganti dan fotokopinya diberikan kepada penumpang yang bersangkutan untuk dapat dipergunakan sebagai
Bukti Identitas pengganti untuk kepentingan pemeriksaan Boarding
ataupun pemeriksaan di atas Kereta Api.
(3) Petugas yang berwenang di stasiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
memastikan kesesuaian data yang tertera pada database RTS dengan Bukti
Identitas yang ditunjukkan dan/atau diserahkan oleh penumpang.
(4) Dalam hal data yang tertera pada database RTS dengan Bukti Identitas yang
ditunjukkan dan/atau diserahkan oleh penumpang telah sesuai, maka penumpang dapat dibuatkan Tiket pengganti.
(5) Dalam hal data yang tertera pada database RTS dengan Bukti Identitas yang
ditunjukkan dan/atau diserahkan oleh penumpang tidak sesuai, maka penumpang tidak dibuatkan Tiket pengganti.
(6) Sebelum penumpang mendapatkan Tiket pengganti, Kode Booking atas Tiket
penumpang tersebut wajib dibekukan pada aplikasi RTS.
(7) Dalam hal Kode booking sebagaimana dimaksud pada ayat (5) terdiri atas lebih
dari satu Tiket, maka pembekuan nomor Kode Booking akan mengakibatkan
seluruh Tiket dengan nomor Kode Booking tersebut tidak dapat dibatalkan, jika
kemudian Tiket lainnya akan dilakukan proses pembatalan maka Petugas loket yang menerima permohonan pembatalan Tiket harus terlebih dahulu
menghubungi Ticketing Centre.
(8) Pembatalan atas Tiket pengganti wajib menggunakan aplikasi RTS dengan
terlebih dahulu melapor kepada Ticketing Centre.
Pasal 15
(1) Tiket pengganti diberikan kepada penumpang dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. menggunakan bentuk 245 B sebagaimana tercantum pada Lampiran 3
atau bentuk lainnya yang ditetapkan Perusahaan;
b. data identitas dan perjalanan penumpang yang dituliskan dalam Tiket
pengganti harus sama dengan data yang tercantum pada database RTS;
c. Tiket pengganti dibubuhi dengan keterangan "pengganti Tiket nomor seri
xx_xxxx Kode Booking xxxxxx"; dan
d. fisik Tiket yang rusak dan/atau fotokopi Bukti Identitas dilampirkan dalam
(2) Setelah Perusahaan memberikan Tiket pengganti kepada penumpang, maka secara otomatis Tiket sebelumnya menjadi tidak berlaku.
(3) Tiket pengganti dapat diterbitkan di stasiun di mana penumpang melapor dan
pada saat penumpang yang bersangkutan melaporkan kehilangan Tiket.
(4) Dalam hal Tiket hilang di atas Kereta Api, maka pengaturannya sebagaimana
tercantum dalam Pasal 103 ayat (3).
Pasal 16
(1) Penggunaan Tiket dapat diganti dengan Boarding Pass.
(2) Boarding Pass berupa print-out data diri dan data perjalanan penumpang
yang dihasilkan oleh aplikasi penjualan RTS pada blanko yang ditetapkan Perusahaan.
(3) Boarding Pass diterbitkan pada saat penumpang melakukan Check-in di counter
Check-in atau pada layanan Check-in mandiri.
(4) Dalam hal Boarding Pass penumpang hilang maka:
a. penumpang melapor kepada petugas berwenang di stasiun;
b. penumpang harus dapat menunjukkan Bukti Identitas asli yang sesuai
dengan data yang tertera pada database RTS;
c. penumpang menyerahkan fotokopi Bukti Identitas;
d. Petugas memeriksa kesesuaian data pada database RTS dengan Bukti
Identitas penumpang;
e. apabila data telah sesuai, maka Boarding Pass dicetak ulang dan diberikan
kepada penumpang, namun jika data tidak sesuai maka penumpang tidak
berhak atas Boarding Pass pengganti;
f. pada Boarding Pass pengganti diberi keterangan “Pengganti” ;
g. dalam hal telah diterbitkan Boarding Pass pengganti, maka Boarding Pass
yang asli menjadi tidak berlaku;
h. fotokopi Bukti Identitas dilampirkan dalam laporan check-in.
i. dalam hal Boarding Pass hilang di atas Kereta Api, maka pengaturannya
sebagaimana dalam Pasal 103 ayat (3).
(5) Dalam hal penumpang tidak dapat menunjukkan Bukti Identitas asli
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (2).
(6) Pemberlakuan Boarding Pass ditetapkan dalam suatu Keputusan Direksi
Direksi.
Pasal 17
(1) Ticketing Centre adalah Unit Kerja pada Direktorat Komersial dibawah
EVP Passenger Transport Marketing and Sales yang bertanggungjawab dalam
pengelolaan sistem penjualan Tiket Kereta Api dari proses pra penjualan sampai dengan purna penjualan.
(2) Ticketing Centre bertindak sebagai koordinator untuk kegiatan-kegiatan berikut:
a. pengaturan alokasi tempat duduk penjualan manual pada saat terjadi
gangguan sistem dan atau jaringan; dan
b. setting tarif, jadwal dan hal lainnya terkait penjualan Tiket Kereta Api
(3) Segala bentuk koordinasi maupun kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (2) didokumentasikan dalam buku daftar penjagaan bernomor atas setiap kejadian
termasuk atas setiap Warta Pelayanan Angkutan yang dikeluarkan oleh Ticketing
Centre.
BAB V
TIKET KHUSUS PENGAWAL BARANG PADA KERETA BAGASI YANG TERANGKAI PADA KERETA API PENUMPANG
Pasal 18
(1) Setiap pengawal barang pada Kereta Bagasi yang terangkai pada Kereta Api
penumpang wajib memiliki Tiket khusus bentuk 17 B, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3.
(2) Tiket khusus sebagaimana dimaksud ayat (1), sekurang-kurangnya memuat
informasi berikut:
a. nama pengawal;
b. nama instansi/ekspeditur/penyewa Kereta Bagasi jika perorangan;
c. nomor perjanjian angkutan barang hantaran ekspeditur bagi pengawal
barang ekspeditur;
d. nama Kereta Api;
e. masa berlaku; dan
f. tarif.
(3) Jumlah pengawal dalam satu Kereta Bagasi maksimal 10 (sepuluh) orang.
Pasal 19
(1) Tiket khusus hanya berlaku untuk pengawal barang pada Kereta Bagasi dan
tidak diperbolehkan naik pada bagian lainnya termasuk Kereta penumpang atau Kereta makan.
(2) Tiket khusus dapat dipergunakan pada lebih dari satu Kereta Api oleh pengawal
yang sama dengan syarat perusahaan ekspeditur dari pengawal tersebut memiliki perjanjian kerja sama angkutan barang hantaran dengan Mitra pada Kereta Api dimaksud dan dicantumkan pada Tiket khusus.
(3) Dalam hal tidak terselenggaranya angkutan, pemegang Tiket Khusus tidak dapat
meminta ganti rugi kepada Perusahaan. Pasal 20
(1) Pelayanan Tiket khusus dilakukan di stasiun keberangkatan atau kedatangan
Kereta Api.
(2) Tiket khusus dapat diterbitkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pembelian pertama wajib melampirkan dokumen sebagai berikut:
1. surat keterangan dari perusahaan ekspeditur bahwa yang bersangkutan
adalah benar merupakan pegawai dari perusahaan tersebut;
2. fotokopi Bukti Identitas pemohon; dan
3. perjanjian angkutan barang hantaran antara perusahaan ekspeditur dan
b. dokumen sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a diarsipkan dan wajib diperbaharui dalam hal masa berlaku Bukti Identitas dan/atau perjanjian angkutan barang hantaran berakhir.
c. pembelian selanjutnya disertai dengan penukaran/penyerahan Tiket
khusus yang telah terpakai selambat-lambatnya tanggal 3 (tiga) dari bulan yang berjalan; dan
d. dalam hal Tiket khusus hilang, maka tidak diberikan Tiket pengganti dan
bea Tiket khusus tidak dikembalikan serta untuk mendapatkan Tiket khusus baru dianggap sebagai pembelian baru dan berlaku ketentuan ayat (2) huruf a.
(3) Tiket khusus bagi pengawal barang pada Kereta Bagasi yang terangkai pada
Kereta Api penumpang yang bersifat insidental dapat dilayani langsung pada saat pelayanan sewa Kereta Bagasi.
(4) Tiket khusus berlaku selama 1 (satu) bulan kalender ditambah 3 (tiga) hari,
khusus bagi pengawal barang pada Kereta Bagasi yang bersifat insidental maka masa berlakunya hanya satu kali perjalanan.
Pasal 21
(1) Tarif Tiket khusus ditentukan dengan rincian sebagai berikut :
a. Kereta Api kelas eksekutif Rp 400.000,-
b. Kereta Api kelas bisnis Rp 300.000,-
c. Kereta Api kelas ekonomi Rp 200.000,-
(2) Dalam hal Kereta Api terdiri lebih dari satu kelas, maka dikenakan tarif
berdasarkan kelas pelayanan tertinggi.
(3) Dalam hal Tiket khusus dipergunakan pada lebih dari satu Kereta Api, maka
tarif mengacu pada Kereta Api dengan kelas pelayanan tertinggi.
(4) Khusus pengawal angkutan pada Kereta Bagasi yang bersifat insidental, tarif per
sekali jalan dikenakan sebesar 20% dari tarif subclass tertinggi pada Kereta Api
dimaksud,dengan pembulatan ke atas pada kelipatan Rp 5.000,-.
Pasal 22
Angkutan pada Kereta Bagasi yang bersifat insidental sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) adalah angkutan pada kereta Bagasi untuk 1 (satu) atau beberapa perjalanan saja termasuk tidak terbatas pada angkutan mobil khusus kepresidenan, angkutan jenazah dan angkutan barang penting Bank Indonesia.
BAB VI
BUKTI IDENTITAS PETUGAS Pasal 23
(1) Setiap Petugas wajib memiliki Bukti Identitas sebagai Petugas yang diterbitkan
oleh Perusahaan.
(2) Bukti Identitas Petugas yang merupakan Pegawai Perusahaan adalah Kartu
Bukti Diri, dapat berupa kartu biasa atau kartu elektronik yang memiliki fungsi lain seperti alat pembayaran.
(3) Bukti Identitas Petugas yang merupakan pekerja outsourcing dan/atau pekerja
Anak Perusahaan adalah bentuk 304 sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.
Pasal 24
(1) Bentuk 304 sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (3) merupakan dokumen yang
diberikan Perusahaan kepada pekerja outsourcing dan/atau pekerja Anak
Perusahaan sebagai Bukti Identitas diri.
(2) Bentuk 304 sekurang kurangnya memuat informasi sebagai berikut:
a. nama;
b. nama perusahaan;
c. foto diri;
d. masa berlaku; dan
e. tandatangan pejabat penerbit.
(3) Masa berlaku bentuk 304 adalah maksimal 1 (satu) tahun.
Pasal 25
(1) Pelayanan permohonan bentuk 304 dilakukan di unit kerja yang
bertanggungjawab terhadap pengawasan pelaksanaan pekerjaan dari pekerja
outsourcing dan/atau pekerja anak Perusahaan sebagaimana dimaksud Pasal 24
ayat (1).
(2) Tata cara penerbitan bentuk 304 diatur sebagai berikut:
a. permohonan bentuk 304 dilakukan melalui surat tertulis yang
ditandatangani pejabat berwenang dari perusahaan penyedia jasa
outsourcing dan/atau Anak Perusahaan yang bekerjasama dengan
Perusahaan di bidang pelayanan di atas Kereta Api dan ditujukan kepada kepala unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
b. permohonan bentuk 304 dapat dilakukan secara kolektif;
c. permohonan bentuk 304 dilampiri dengan:
1. pas foto;
2. fotokopi identitas diri; dan
3. fotokopi perjanjian kerjasama antara penyedia jasa outsourcing dan/atau
Anak Perusahaan dengan Perusahaan.
(3) Dalam hal bentuk 304 hilang, maka permohonan bentuk 304 pengganti wajib
melampirkan surat keterangan kehilangan dari Kepolisian.
(4) Dalam hal pemegang bentuk 304 tidak lagi bekerja pada penyedia jasa
outsourcing dan/atau Anak Perusahaan yang bekerjasama dengan Perusahaan,
maka bentuk 304 tersebut dinyatakan tidak berlaku dan penyedia jasa
outsourcing dan/atau Anak Perusahaan wajib melaporkan kepada kepala unit
BAB VII
DOKUMEN BERHARGA TIKET Pasal 26
(1) Perusahaan dapat mengeluarkan dokumen berharga Tiket yang berfungsi
sebagai potongan harga/diskon terhadap tarif reguler angkutan Kereta Api.
(2) Dokumen berharga Tiket sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas:
a. Voucher Registered; dan
b. Voucher Unregistered.
Pasal 27
(1) Voucher registered merupakan voucher dengan diskon tarif sebesar 100% dan
memiliki nomor kode Booking, yang penerbitan dan penggunaannya harus
melalui proses transaksi pada aplikasi RTS.
(2) Bentuk Voucher registered sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.
(3) Voucher registered dapat diberikan kepada :
a. Mitra ; dan/atau
b. Pihak Lain berdasarkan pertimbangan EP/ EVP/VP Daop/Divre/Sub Divre.
(4) Voucher registered tidak dapat dipindahtangankan.
(5) Terhadap Tiket yang dicetak dengan Voucher registered tidak dapat dilakukan
perubahan jadwal namun tetap dapat dilakukan pembatalan.
(6) Ketentuan pembatalan Voucher registered sebagaimana diatur dalam Pasal 45.
Pasal 28
(1) Otorisasi penerbitan Voucher registered diatur sebagai berikut:
a. untuk lingkungan Kantor Pusat, ijin diberikan oleh EVP Passenger Transport
Marketing and Sales (EP)berlaku untuk Kereta Api seluruh lintas;
b. untuk lingkungan Daop/Divre/SubDivre, ijin diberikan oleh EVP/VP
Daop/Divre/SubDivre atau Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan penumpang atas seijin EVP/VP Daop/Divre/SubDivre yang bersangkutan dan berlaku untuk Kereta Api keberangkatan di wilayahnya dan relasi sebaliknya jika perjalanan pergi pulang.
(2) Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan penumpang di Daop/Divre atau
Manager Group Customer and Support Service (EPSG) untuk lingkungan Kantor
Pusat membuat loket khusus pelayanan Voucher registered.
(3) Tata cara penerbitan Voucher registered diatur sebagai berikut :
a. Voucher diberikan atas rekomendasi EVP/VP Daop/Divre/SubDivre atau
EVP Passenger Transport Marketing and Sales;
b. atas rekomendasi sebagaimana dimaksud huruf a, petugas yang ditunjuk
oleh Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan penumpang melakukan transaksi pemesanan pada aplikasi RTS dengan memilih jenis Tarif Reduksi
“Voucher Registered“ dan dicetak pada kertas polos;
c. transaksi dicetak pada kertas biasa kemudian disalin pada blanko voucher
registered termasuk pada bagian bonggolnya;
d. blanko voucher registered yang telah diisi diberikan kepada penerima; dan
(4) Tata cara penukaran Voucher Registered diatur sebagai berikut :
a. Voucher Registered ditukarkan di loket stasiun;
b. Petugas loket melakukan cetak Tiket atas nomor Kode Booking yang tertera
pada Voucher Registered menggunakan menu cetak Tiket offline, pada kolom
alasan ditulis "mencetak Voucher registered ";
c. data yang ditampilkan harus sama dengan data yang tertulis pada Voucher,
jika data yang ditampilkan berbeda maka pencetakan Tiket ditolak;
d. Tiket yang telah tercetak diberikan kepada pemilik Voucher; dan
e. blanko Voucher registered dilampirkan pada laporan penjualan.
(5) Proses tambah infant atas nomor Kode Booking pada Voucher Registered dapat
dilakukan setelah Voucher dicetak menjadi Tiket.
Pasal 29
(1) Voucher unregistered merupakan jenis Voucher dengan diskon tarif tertentu
sampai dengan 100%, dimana penerbitannya tanpa melalui proses transaksi
pada aplikasi RTS sehingga tidak memiliki nomor kode Booking.
(2) Voucher unregistered dipergunakan sebagai sarana promosi dan diberikan
kepada pihak lain dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan loyalitas
pelanggan serta meningkatkan Brand Awareness Kereta Api.
(3) Penggunaan Voucher unregistered termasuk tidak terbatas diberikan pada
acara-acara yang diselenggarakan Perusahaan, atau sponsorship terhadap acara-acara
yang diselenggarakan pihak lain.
(4) Bentuk Voucher unregistered sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.
(5) Terhadap Tiket yang dicetak dengan Voucher unregistered tidak dapat dilakukan
perubahan jadwal namun tetap dapat dilakukan pembatalan.
(6) Tata cara pembatalan Voucher unregistered sebagaimana diatur dalam Pasal 45.
Pasal 30
(1) Otorisasi penerbitan Voucher unregistered, ijin diberikan oleh VP Passenger
Marketing (EPM).
(2) Dalam hal Daop/Divre/Sub Divre memerlukan Voucher unregistered untuk
kepentingan marketing di wilayahnya, maka Senior Manager/Manager Pemasaran Angkutan penumpang dapat mengajukan permohonan disertai
justifikasi kebutuhan kepada VP Passenger Marketing (EPM).
Pasal 31
(1) Tata cara penukaran Voucher unregistered diatur sebagai berikut :
a. Voucher unregistered wajib diisi datanya secara lengkap oleh pemilik
Voucher;
b. penukaran Voucher dilakukan di loket stasiun;
c. Petugas loket melayani pencetakan Tiket sebagaimana transaksi penjualan
biasa dengan memilih kode reduksi “Voucher unregistered“ sesuai dengan
nilai Tarif Reduksi yang tercantum pada Voucher unregistered;
d. Tiket akan tercetak dengan tarif sebesar harga tarif reguler dikurangi
e. Tiket yang telah tercetak diberikan kepada pemilik Voucher; dan
f. blanko Voucher unregistered diberi keterangan “telah ditukar oleh Petugas
loket” dan dilampirkan pada laporan penjualan.
(2) Penggunaan blanko Voucher unregistered dapat diganti dengan e-voucher yang
ketentuannya diatur melalui keputusan direksi. BAB VIII
PELAYANAN PENJUALAN TIKET KERETA API Pasal 32
(1) Pelayanan penjualan Tiket Kereta Api dapat dilakukan melalui :
a. Channel internal yaitu titik penjualan Tiket Kereta Api yang dikelola oleh
Perusahaan seperti loket stasiun, web korporat KAI, mobile application
korporat dan Contact Center 121;
b. Channel eksternal yaitu titik penjualan Tiket Kereta Api yang dikelola oleh
Mitra, diantaranya loket agen, loket multi biller, minimarket, web dan mobile
application yang dikelola oleh Mitra.
(2) Semua transaksi penjualan Tiket Kereta Api wajib menggunakan aplikasi RTS.
(3) Apabila penjualan Tiket Kereta Api dilakukan dengan menggunakan aplikasi
Mitra, maka aplikasi Mitra tersebut wajib terhubung secara Host to Host dengan
aplikasi RTS.
(4) Penjualan secara manual di loket stasiun dengan menggunakan Tiket Pasepartu
atau bentuk lainnya yang ditetapkan oleh Perusahaan, hanya diperbolehkan apabila terjadi kondisi tertentu sebagai berikut:
a. RTS mengalami gangguan yang diteguhkan dengan pemberitahuan
gangguan yang disampaikan oleh Ticketing Centre;
b. jaringan mengalami gangguan; dan
c. sebagai pengganti Tiket yang hilang atau rusak.
(5) Penjualan Tiket yang dilakukan secara manual diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Kepala Stasiun berkoordinasi dengan Senior Manager/Manager Angkutan
Daop/Divre/Sub Divre setempat dan Ticketing Centre terkait alokasi tempat
duduk untuk Kereta Api yang berangkat di stasiunnya;
b. Senior Manager/Manager Angkutan mengatur alokasi tempat duduk untuk
penjualan stasiun-stasiun di wilayah kerjanya;
c. Kepala Stasiun segera menerbitkan Warta Pelayanan Angkutan tentang
gangguan yang terjadi di stasiunnya serta pemberitahuan penjualan manual dan dilampirkan pada laporan penjualan transaksi manual; dan
Pasal 33
(1) Penjualan Tiket Kereta Api dapat dilakukan sejak 90 (sembilan puluh) hari
sebelum keberangkatan sampai dengan keberangkatan Kereta Api yang bersangkutan, kecuali ditetapkan lain oleh Perusahaan.
(2) Penjualan Tiket Kereta Api dilayani semua titik pelayanan penjualan untuk
semua rute dan lintas pelayanan kecuali untuk Kereta Api tertentu, hanya dilakukan di loket stasiun.
(3) Tiket Kereta Api yang penjualannya dilayani selain di loket stasiun, ditetapkan
melalui suatu keputusan direksi.
Pasal 34
(1) Perusahaan menyediakan formulir pemesanan untuk penjualan Tiket di loket
stasiun.
(2) Formulir pemesanan sebagaimana dimaksud ayat (1), berisi data pemesan, data
penumpang dan data perjalanan penumpang sebagaimana tercantum pada Lampiran 3.
(3) Dalam hal penjualan dilakukan di loket Mitra, maka formulir wajib disediakan
oleh Mitra.
(4) Pemesan mengisi formulir dengan lengkap serta membubuhkan tandatangan
sebagai persetujuan atas persyaratan dan ketentuan angkutan penumpang Kereta Api serta telah memberikan informasi pada formulir dengan benar.
(5) Dalam hal pemesanan dilakukan melalui web atau mobile application maka
kolom-kolom pada halaman pemesanan wajib diisi dengan benar. Pasal 35
(1) Penulisan nama sesuai dengan yang tertera pada Bukti Identitas, tidak disingkat
termasuk penulisan gelar/pangkat, kecuali dalam Bukti Identitas tertulis disingkat.
(2) Jumlah huruf untuk penulisan nama termasuk gelar/pangkat maksimal 25 (dua
puluh lima) huruf atau sampai batas maksimal penulisan yang dapat diakomodir pada aplikasi RTS.
(3) Dalam hal nama penumpang terdiri lebih dari 25 (dua puluh lima) huruf, maka
nama penumpang ditulis dengan lengkap, dimulai dari awal sampai batas maksimal penulisan.
Contoh :
Ir.Raden Agus Dwinanto Budiadji SH maka ditulis Ir.Raden Agus Dwinanto Bu
(4) Ketentuan penulisan nomor identitas sebagai berikut:
a. penumpang berusia 17 tahun atau lebih wajib mencantumkan nomor
identitas sesuai dengan Bukti Identitas;
b. penumpang berusia dibawah 17 tahun apabila belum memiliki Bukti
Identitas, maka penulisan nomor identitas diisi dengan tanggal lahir yang bersangkutan dengan format " hhbbtttt "
Contoh :
c. penulisan nomor identitas penumpang harus ditulis sebagaimana contoh berikut:
Jenis penumpang Bukti Identitas Nomor yang Dimasukan Contoh
KTP Nomor KTP 3211201907770000
Penumpang Umum SIM Nomor SIM 77071320381
Pasport Nomor Pasport U 88446
Pegawai/PKM/PKWT KBD/KMF Nipp pegawai bersangkutan 46990 Keluarga Pegawai KBD Nomor KBD bersangkutan L 9035
Pensiunan Pegawai KBD Nomor KBD bersangkutan P 6625
Pelajar Kartu Pelajar Nomor induk siswa 5832 atau 11183365
LVRI / Veteran Kartu LVRI Nomor anggota LVRI NPV21067284 TNI/Polri KTA Nomor NRP/NBI diawali TNI/Polri TNI629987 POLRI526634
Member Railcard Nomor telepon genggam 081910517510
Fokuswanda Kartu Fokuswanda Nomor anggota Fokuswanda 0003/DKI/AB/54 Pemilik Railcard Poin
Railcard Diomond /
Gold Nomor Railcard 305135005506
Pemilik Railcard Kartu Diskon
Railcard Titanium / Bronze
Nomor Railcard 305135005506 Untuk lansia maka penulisan nomor identitas didahului “lan”
contoh : lan3211201907770006
Untuk wartawan maka penulisan nomor identitas didahului “war” contoh : war3211201907770009
Khusus angkutan rombongan penulisan nomor identitas dapat diganti dengan nama rombongan disertai nomor urut peserta
contoh : rombongan kemenhub1, rombongan kemenhub2 dst. Pasal 36
(1) Petugas loket wajib memastikan kepada pemesan bahwa nama dan nomor
identitas yang ditulis dalam formulir pemesanan telah sama dan sesuai dengan Bukti Identitas yang dimiliki calon penumpang.
(2) Pemesan tidak diwajibkan menyerahkan fotokopi Bukti Identitas calon
(3) Dalam hal Tiket yang dicetak Petugas loket salah atau tidak sesuai dengan formulir pemesanan yang diisi oleh pemesan dan pemesan belum meninggalkan loket, maka Petugas dapat melakukan pembatalan Tiket dimaksud dengan pengaturan sebagaimana dimaksud pada Pasal 40, kemudian Petugas mencetak kembali Tiket baru dengan data yang sesuai.
(4) Dalam hal Tiket yang dicetak petugas loket salah, dan pemesan telah
meninggalkan loket, maka Petugas mencocokkan data yang tercetak pada Tiket dengan data yang tertulis pada formulir pemesanan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dalam hal data yang tercetak pada Tiket sama dengan data yang tertulis
pada formulir pemesanan (kesalahan penumpang mengisi data pada formulir pemesanan) maka hal tersebut menjadi tanggung jawab penumpang yang bersangkutan dan biaya yang timbul atas perubahan data Tiket menjadi tanggungjawab penumpang;
b. dalam hal nama yang tercetak pada Tiket berbeda dengan yang tertulis
pada formulir pemesanan (kesalahan Petugas melayani pemesanan) maka sedapat mungkin penumpang yang bersangkutan diberi Tiket baru sesuai dengan yang dipesan penumpang sebagaimana tertulis pada formulir pemesanan, dan biaya yang timbul menjadi tanggungjawab pribadi petugas yang bersangkutan; dan
c. formulir pemesanan menjadi bukti otentik atas pemesanan yang dilakukan
apabila di kemudian hari timbul permasalahan. Pasal 37
(1) Pemberitahuan terkait kewajiban pemesan untuk memeriksa kembali Tiket yang
tercetak telah sesuai dengan yang dipesan, wajib dipasang di loket pelayanan penjualan Tiket.
(2) Pembayaran Tiket dilakukan dengan menggunakan mata uang Rupiah secara
tunai atau non tunai menggunakan kartu debit/kartu kredit/kartu prepaid
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 38
(1) Bukti transaksi pembelian Tiket Kereta Api pada Mitra dapat berupa:
a. struk/resi pembayaran;
b. email notifikasi;
c. SMS notifikasi; dan
d. bentuk lainnya yang ditetapkan Perusahaan.
(2) Bukti transaksi pembelian Tiket Kereta Api pada Mitra sekurang-kurangnya
berisi data penumpang, data perjalanan dan Kode Booking.
(3) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud ayat (2) tersebut tidak berlaku sebagai
Pasal 39
(1) Dalam hal pemesan telah menerima bukti pembayaran Tiket Kereta Api, maka
tata cara pencetakan Tiket diatur sebagai berikut:
a. pencetakan Tiket pada loket khusus penukaran Tiket diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. calon penumpang menyerahkan atau menunjukkan bukti transaksi
pembelian Tiket Kereta Api kepada Petugas loket stasiun;
2. Petugas loket memasukkan Kode Booking yang terdapat pada bukti
transaksi pada aplikasi RTS kolom pencarian;
3. apabila data valid dan status telah dibayar maka pencetakan Tiket
dapat dilakukan dan kemudian Tiket diberikan kepada calon penumpang;
4. dalam hal data tidak tercantum dalam aplikasi RTS/status belum
bayar/ Tiket tidak dapat dicetak/ ditemukan permasalahan lainnya, maka diatur sebagai berikut:
a) Petugas loket melakukan konfirmasi perihal permasalahan transaksi
dimaksud kepada Ticketing Centre;
b) Ticketing Centre menginformasikan keabsahan Kode Booking melalui
email terkait permasalahan transaksi dimaksud kepada stasiun
yang bersangkutan;
c) Petugas loket mencatat informasi sebagaimana dimaksud huruf b)
dalam daftar penjagaan penerimaan surat dari Ticketing Centre;
d) berdasarkan pemberitahuan informasi dari Ticketing Centre tersebut,
dapat diterbitkan Tiket pengganti dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (1).
5. dalam hal muncul keterangan Tiket telah dicetak, maka penanganannya
mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (4).
b. pencetakan Tiket pada layanan Cetak Tiket Mandiri (CTM) dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
1. calon penumpang memasukan nomor Kode Booking atau Kode
Pembayaran pada aplikasi CTM;
2. setelah memasukkan nomor Kode Booking atau Kode Pembayaran, data
penumpang akan tampil pada layar monitor CTM;
3. apabila data telah benar, centang pada nama yang akan dicetak Tiket
nya atau pilih semua jika akan dicetak semua;
4. Tiket dicetak oleh mesin CTM dan dapat langsung di ambil oleh
pemesan.
(2) Dalam hal bukti transaksi pembelian Tiket Kereta Api hilang/rusak maka diatur
ketentuan berikut:
a. penumpang melapor kepada Petugas berwenang di stasiun;
b. Petugas sebagaimana dimaksud pada huruf a, melakukan penelusuran atas
transaksi yang dilakukan penumpang tersebut pada database RTS;
c. penumpang wajib menunjukkan Bukti Identitas asli yang sesuai dengan
data yang tertera pada database RTS;
d. apabila Kode Booking atas nama penumpang dimaksud valid, status telah
dibayar, detail penumpang muncul dan sesuai dengan Bukti Identitas, maka
e. apabila data penumpang tidak ditemukan atau dengan status belum bayar, maka tidak diproses lebih lanjut.
BAB IX
PEMBATALAN TIKET DAN PERUBAHAN JADWAL Pasal 40
(1) Dalam hal Tiket yang tercetak salah atau tidak sesuai dengan formulir
pemesanan yang diisi oleh pemesan, maka dapat dilakukan Batal Petugas.
(2) Batal Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan dan ketentuan sebagai berikut :
a. pemesan belum meninggalkan loket;
b. proses Batal Petugas dilakukan segera setelah transaksi yang salah
dimaksud tanpa diselingi oleh transaksi yang lain;
c. dilakukan oleh Petugas yang sama dan dalam shift yang sama dengan
Petugas yang melakukan transaksi yang salah tersebut;
d. Tiket yang salah/rusak diberi keterangan dan dilampirkan pada laporan
penjualan.
(3) Khusus Batal Petugas pada transaksi Tiket thermal Kereta Api jarak dekat, pada
laporan penjualan wajib dilampirkan berita acara pembatalan yang ditandatangani Petugas yang bersangkutan dan Kepala Stasiun atau Kepala Sub Urusan Komersial Stasiun.
(4) Batal Petugas yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 41
(1) Dalam hal pencetakan Tiket gagal dilakukan/hasil cetakan Tiket tidak
sempurna/blanko Tiket yang telah dicetak rusak yang diakibatkan oleh
gangguan hardware ataupun software, maka atas Kode Booking Tiket tersebut
dapat dicetak ulang menggunakan menu cetak Tiket offline.
(2) Khusus Tiket thermal Kereta Api jarak dekat, tidak diperbolehkan dicetak ulang
tetapi dapat dilakukan Batal Petugas dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 40 ayat (3).
Pasal 42
(1) Dalam hal terjadi gangguan RTS, proses Batal Petugas dapat dilakukan secara
manual.
(2) Batal Petugas secara manual sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
a. pembatalan dan pengembalian bea Tiket menggunakan bentuk 239
sebagaimana tercantum pada Lampiran 3;
b. Tiket yang dibatalkan diberi keterangan “Batal Petugas” dan dilampirkan
Pasal 43
(1) Atas permintaan penumpang, Tiket yang telah dibeli dapat dilakukan perubahan
jadwal, kecuali terhadap Tiket dengan kategori sebagai berikut:
a. Award ticket;
b. Tiket yang dicetak dari Voucher registered ataupun Voucher unregistered; dan
c. Tiket yang dicetak menggunakan poin.
(2) Perubahan jadwal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. jadwal keberangkatan dengan Kereta Api yang sama;
b. jadwal keberangkatan dengan Kereta Api yang berbeda.
(3) Syarat dan ketentuan perubahan jadwal diatur sebagai berikut:
a. perubahan jadwal dilakukan selambat-lambatnya 60 menit sebelum jadwal
keberangkatan Kereta Api sebagaimana tercantum pada Tiket yang telah dibeli;
b. tempat duduk Kereta Api pengganti masih tersedia;
c. penumpang mengisi dan menandatangani formulir pembatalan yang
disediakan Perusahaan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 Keputusan ini;
d. dikenakan bea administrasi sebesar 25% dari harga Tiket lama diluar bea
pesan dengan pembulatan ke atas pada kelipatan Rp 1.000,-;
e. jika Kereta Api jadwal baru tarifnya lebih tinggi maka penumpang
membayar selisih tarif;
f. jika Kereta Api jadwal baru tarifnya lebih rendah maka tidak ada
pengembalian bea atas selisih tarif;
g. Tiket lama dan/atau bukti transaksi perubahan jadwal wajib dilampirkan
pada laporan penjualan loket.
Pasal 44
(1) Dalam hal terjadi gangguan RTS, makatidak dapat dilakukan perubahan jadwal.
(2) Dalam hal penumpang mengajukan permohonan perubahan jadwal pada saat
terjadi gangguan RTS maka diatur sebagai berikut:
a. Tiket yang akan dirubah jadwal dibatalkan terlebih dahulu secara manual;
b. bea Tiket yang dibatalkan setelah dikurangi bea pembatalan
dikompensasikan untuk membeli Tiket baru;
c. penumpang membayar selisih kurang harga Tiket baru dikurangi bea Tiket
yang dikembalikan;
d. pembelian Tiket baru menggunakan Tiket Pasepartu;
e. Tiket lama wajib dilampirkan pada laporan penjualan loket.
(3) Dalam hal kondisi tidak mendesak, pembelian Tiket baru dilayani setelah RTS
normal.
Pasal 45
(1) Atas permintaan penumpang, Tiket yang telah dibeli dapat dilakukan batal
pembeli.
(2) Pemohon pembatalan wajib mengisi formulir pembatalan Tiket sebagaimana
tercantum pada Lampiran 3.
(3) Formulir pembatalan terdiri dari rangkap 2 dengan ketentuan sebagai berikut :
b. formulir pembatalan asli dikirimkan kepada VP Revenue And Cost
Comptroller (EKCR).
(4) Syarat dan ketentuan Batal Pembeli sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur
sebagai berikut:
a. dilakukan di loket stasiun yang ditunjuk selambat lambatnya 30 (tiga puluh)
menit sebelum jadwal keberangkatan Kereta Api sebagaimana tercantum dalam Tiket;
b. pembatalan Tiket atas permintaan penumpang dikenakan bea pembatalan
sebesar 25% dari harga Tiket diluar bea pesan dengan pembulatan ke atas
pada kelipatan Rp 1.000,-;
c. pemohon pembatalan Tiket harus penumpang yang namanya tercantum
pada Tiket dan dapat menunjukkan Bukti Identitas asli yang sesuai dengan data yang tercantum pada Tiket serta menyerahkan fotokopi identitas;
d. dalam hal pemohon pembatalan adalah turis asing maka wajib melampirkan
fotokopi Paspor dengan nama yang sesuai dengan yang tertera pada Tiket;
e. dalam hal pemohon pembatalan Tiket bukan pemilik Tiket yang
bersangkutan maka wajib melampirkan surat kuasa bermeterai dari pemilik Tiket kepada yang dikuasakan untuk melakukan pembatalan Tiket dengan tetap menunjukkan Bukti Identitas asli pemilik Tiket dan menyerahkan fotokopi Bukti Identitas asli pemilik Tiket;
f. dalam hal Tiket yang dibatalkan lebih dari satu penumpang namun dengan
Kode Booking yang sama maka fotokopi Bukti Identitas dan atau surat
kuasa pembatalan yang dilampirkan cukup salah satu dari penumpang dimaksud;
g. bukti transaksi pembatalan Tiket dicetak pada formulir pembatalan atau
dapat dicetak tersendiri;
h. Tiket yang dibatalkan dan/atau bukti transaksi pembatalan dilampirkan
pada laporan penjualan loket; dan
i. Petugas loket membuat rekapan pembatalan sebagai arsip.
(5) Dalam hal penumpang bermaksud membatalkan Tiket tetapi Tiket atau bukti
transaksinya hilang maka berlaku ketentuan berikut:
a. permohonan pembatalan hanya dapat dilakukan oleh penumpang yang
bersangkutan dan tidak dapat diwakilkan dengan menunjukkan Bukti Identitas asli;
b. penumpang membuat pernyataan tertulis tentang Tiket atau bukti transaksi
yang hilang dan maksud pembatalan Tiket serta melampirkan fotokopi Bukti Identitas;
c. Petugas loket melakukan tindakan sebagaimana diatur pada Pasal 14
ayat (3) dan ayat (4);
d. Dalam hal penumpang telah memperoleh Tiket Pengganti, maka terhadap
Tiket pengganti penumpang tersebut dilakukan Batal Pembeli dengan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4);
e. surat pernyataan dan fotokopi Bukti Identitas penumpang dilampirkan pada