• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di PT LTS ADE dilakukan secara kimia dan manual. Pengendalian gulma dilaksanakan oleh karyawan perawatan di tiap divisi. Best Development Practices (BDP) minamas pada Block Spraying System (BMS) mengatur terkait pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia dibagi atas pengendalian gulma di gawangan dan pengendalian di piringan dan pasar pikul (Gambar 3).

(a) (b)

Gambar 3 Pengendalian gulma secara kimia: (a) Gawangan; (b) Piringan Pengendalian gulma di gawangan menggunakan knapsack sprayer dengan merek dagang SA 15 kapasitas 15 liter sedangkan pengendalian gulma di piringan, pasar pikul dan tempat pengumpulan hasil (TPH) menggunakan Controlled Droplet Application (CDA) sprayer kapasitas 10 liter (Gambar 4). Pengendalian gulma secara kimia dilakukan oleh tim perawatan, jumlah tim semprot bergantung pada sisa jumlah tim perawatan yang ada dan juga tergantung target luas lahan yang harus disemprot pada periode semprot saat itu. Jumlah total karyawan perawatan di divisi I PT LTS ADE adalah 31 orang yang dibagi untuk kegiatan pemupukan, pengendalian gawangan dan piringan, perawatan jalan dan berbagai kegiatan insidental lainnya.

(a) (b)

Gambar 4 Alat semprot gawangan dan piringan: (a)knapsack sprayer; (b)Controlled Droplet Application

aphrone, sarung tangan karet, masker, pelindung kepala, kacamata, dan sepatu bot (Gambar 5). Herbisida yang digunakan di PT LTS ADE berbahan aktif metil metsulfuron 20%, triclopir butoksi etil ester 480 gram liter-1 dan Isoprofil amina glifosat 480 gram liter-1. Basis kerja untuk pengendalian gulma gawangan yaitu 105 liter hk-1sedangkan basis kerja pengendalian piringan dan pasar pikul yaitu 4 ha hk-1.

Gambar 5 Penyemprot menggunakan APD lengkap

Pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan hanya untuk kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengendalian secara kimia, seperti pada lahan yang gulmanya sudah terlalu tinggi, kondisi gulma sudah terlalu rapat sehingga sulit dilewati saat akan disemprot, dan jika bahan untuk pengendalian sudah habis. Tenaga pengendalian manual biasanya diambil dari tim perawatan yang sudah tidak bisa bersentuhan dengan bahan-bahan kimia dan juga diambil tenaga borongan dari luar karyawan. Alat yang digunakan pada pengendalian secara manual adalah parang babat, parang, arit, pedang panjang dan cangkul untuk mendongkel. Gulma dominan yang ada di divisi I PT LTS ADE adalah Clidemia hirta, Melastoma malabatrichum, Chromolaena odoratadanMikania micranta.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan di PT LTS ADE memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang diatur dalam BDP Minamas tepatnya pada Block Manuring System (BMS). SOP pemupukan pada BMS mewajibkan setiap kebun

(estate) memiliki satu tim pemupuk atau yang disebut Gang Estate, selain itu setiap kebun juga harus memiliki rumah BMS. PT LTS ADE tidak menggunakan

Gang Estate karena memiliki lahan yang terpisah jauh antar divisinya sehingga jika harus memakaiGang Estatemaka dapat merugikan karena waktu tempuh tim pemupuk menuju lokasi akan sangat lama. Tiap divisi di PT LTS ADE memiliki tim pemupuk masing-masing yang diambil dari karyawan perawatan. Alat pelindung diri tim pemupuk yaitu pelindung kepala, aphrone, masker, sarung tangan, dan sepatu bot (Gambar 6).

12

Gambar 6 Pemupuk menggunakan APD lengkap

Rekomendasi jenis dan dosis pupuk diberikan oleh tim Management Research Center (MRC) Minamas setelah dilakukan pengambilan sampel daun. Kegiatan pemupukan yang dilakukan di divisi 1 PT LTS ADE selama pelaksanaan magang yaitu pemupukan dengan pupuk Rock Phosphate (RP) dengan dosis 1.6 kg pokok-1, Compound 44 dengan dosis 2.5 kg pokok-1, ZA dengan dosis 2 kg pokok-1 dan Muriate of Potash (MOP) dengan dosis 2 kg pokok-1. Pupuk diaplikasikan dengan jarak 2 meter dari batang pohon atau dekat dengan posisi pelepah U-shape (Gambar 7). Basis kerja untuk kegiatan pemupukan yaitu 400 kg hk-1pada hari biasa dan 300 kg hk-1pada hari jum’at.

Gambar 7 Aplikasi pupuk di pinggir piringan

Pengendalian Hama dan Penyakit

BDP Minamas pada sistem Integrated Pest Management (IPM) mengatur SOP untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit. Pengendalian hama dan penyakit di PT LTS ADE mengutamakan pengendalian secara biologis dan pengendalian secara kimiawi menjadi langkah terakhir. Pengendalian secara biologis yang dilakukan yaitu pengembangan atau pelestarian burung hantu (Tyto alba) dan penanamanbeneficial plant.

Pengembangan Tyto alba. Pengembangan burung hantu dilakukan untuk mengendalikan hama tikus dengan cara membuat rumah burung hantu atauBarn Owl Box(BOB) di tengah lahan kebun sawit. Ratio normal yang dianjurkan yaitu 1:40 yang artinya terdapat satu rumah burung hantu dalam 40 hektar. Sensus burung hantu dilakukan setiap satu bulan sekali untuk mengetahui populasi burung hantu. Rumah burung hantu di divisi I PT LTS ADE memilki ratio 1:28.59

menggunakan alat cermin yang dipasang pada gagang yang panjang (Gambar 8).

(a) (b)

Gambar 8 Sensus burung hantu: (a) Alat sensus; (b) Kegiatan sensus

Beneficial plant. Beneficial plant adalah tanaman yang berguna atau bermanfaat di perkebunan kelapa sawit. Penanaman beneficial plant dilakukan sebagai tanaman inang untuk predator ulat api dan ulat kantong. Jenis beneficial plant yang ditanam di PT LTS ADE yaituTurnera subulata,Antigonon leptopus, danCasia cobanensis(Gambar 9).Perbandingan jumlah populasi yang dianjurkan berdasarkan IPM untuk Casia cobanensis, Turnera subulata dan Antigonon Leptopusyaitu 60:20:20 sedangkan di divisi I perbandinganbeneficial plant yaitu 31:51:18. Perbandingan jumlah beneficial plant yang tidak sama dengan standar yang diberikan perusahaan dikarenakan banyak Casia cobanensis yang ditanam mati di lapangan dan juga hanya stek turnera saja yang ada di kebun divisi I sehingga penyulaman yang dilakukan hanya untuk turnera saja.

(a) (b) (c)

Gambar 9 Tanamanbeneficial plant: (a)Casia cobanensis; (b)Turnera subulata; (c)Antigonon leptopus

Trunk injection. Pengendalian secara kimia yang dilakukan selama magang adalah pengendalian hama ulat kantong dan ulat api dengan Trunk Injection. PT LTS ADE tidak menggunakan teknik fooging atau mist blower karena dengan menggunakan teknik tersebut tidak hanya akan membunuh hama tapi juga hewan-hewan lain yang menguntungkan seperti predator dan hewan yang dapat membantu penyerbukan. Pengendalian dilaksanakan setelah dilakukan sensus ulat kantong dan ulat api. Alat yang digunakan untuk aplikasi trunk injection adalah alat bor dan juga alat untuk menyuntikkan bahan insektisida ke pokok kelapa sawit (Gambar 10).

14

(a) (b)

Gambar 10 Alat-alat aplikasitrunk injection: (a) Bor (b) Penyuntik bahan

Bahan insektisida yang dipakai yaitu dengan merek dagang Lancer berbahan aktif astefat 75%. Aplikasi dilakukan dengan cara pengeboran pada batang kelapa sawit pada tinggi 1 meter dari atas tanah sehingga terbentuk dua lubang. Bahan astefat yang sudah dilarutkan dengan konsentrasi 60% diinjeksikan kedalam lubang yang telah dibuat dengan dosis 20 ml pokok-1. Basis kerja pengendalian denganTrunk Injection adalah 100 pokok hk-1.

Pemanenan

Panen adalah kegiatan pengambilan buah yang telah memenuhi kriteria matang panen dan pengutipan berondolan. Pemanenan merupakan kegiatan yang paling utama dalam operasional perkebunan kelapa sawit. Menurut Lubis dan Widanarko (2011) panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait dengan teknis budidaya, khususnya pemeliharaan. Panen juga merupakan salah satu kegiatan yang menentukan kuantitas dan kualitas produksi (Sunarko 2007). Hasil panen berupa Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dan juga berondolan. Hasil yang didapat dari pengolahan TBS dapat berupa Crude Palm Oil (CPO) dan

Kernel Palm Oil(KPO) yang merupakan bahan industri dan kegunaannya sangat luas. Kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Gambar 11.

(a) (b) (c)

Gambar 11 Kegiatan pemanenan: (a) Potong buah; (b) Evakuasi buah ke TPH; (c) Kutip berondolan

Keberhasilan panen tergantung pada kegiatan budidaya serta ketersediaan sarana untuk kegiatan transportasi, pengolahan, organisasi, ketenagakerjaan dan faktor penunjang lainnya. Oleh karena itu, kegiatan panen harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar hasil yang didapat sesuai dengan target produksi.

Harvesting System (BHS). Manajemen panen terdiri dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi panen.

Sistem panen. Sistem panen berdasarkan Blok Harvesting System (BHS) Minamas memiliki konsep yaitu rotasi panen dibawah 9 hari, jumlah pemanen cukup, satu seksi harian perhari, jumlah tenaga kerja antar seksi harus sama sehingga adanya kelompok kecil pemanen (KKP), batas hancak antar pemanen harus jelas, panen dimulai dan diakhiri pada arah yang sama, penyelesaian hancak panenblock by block(menyambung), hancak panen dan mandor bersifat tetap dan administrasi yang baik. Divisi I PT LTS ADE memiliki sistem panen yang terkonsentrasi pada 1 hancak panen perharinya dengan total 6 hancak panen yang disebut juga seksi panen. Seksi panen di divisi I PT LTS ADE yaitu seksi A, B, C, D, E, dan F (Lampiran 11). Hal ini dilakukan untuk mencapai pemanenan yang merata setiap rotasi sehingga sehingga tidak ada areal panen yang tidak terpanen.

Sistem hancak panen yang diterapkan di PT LTS ADE adalah sistem hancak tetap, artinya setiap pemanen memiliki hancak panen masing-masing tiap seksinya. Sistem hancak tetap ini dapat berubah pada situasi tertentu menjadi sitem hancak giring tetap seperti pada saat buah dalam kondisi trek, sehingga tenaga kerja pemanen perlu dikurangi dan hancak panen masing-masing panen akan melebar sesuai dengan arahan dari mandor panen. Sistem tenaga kerja pemanen di divisi I PT LTS ADE menggunakan sistem non-DOL (Division of Labour), artinya pemanen melakukan potong buah (cutting), mengutip berondolan (picking) dan membawa sekaligus menyusun buah di TPH (carrier) sendirian tanpa dibantu karyawan lain. Divisi I dibagi menjadi 4 kemandoran panen yang masing-masing kemandoran memiki 15-18 karyawan pemanen. Jumlah pemanen di divisi I adalah 69 orang dengan SKU berjumlah 61 orang dan calon karyawan berjumlah 8 orang. Indeks tenaga kerja pemanen divisi I yaitu 0.05 yang artinya divisi I masih kekurangan tenaga kerja panen karena indeks normal adalah 0.06.

Standard Operating Procedure (SOP) panen adalah standar operasional atau langkah kerja yang wajib dilakukan oleh pemanen tiap hari. SOP panen di divisi I PT LTS ADE di mulai dengan mengikuti apel pagi yang dipimpin oleh mandor panen dan krani cek sawit (KCS). Pemanen kemudian berangkat ke hancak panen dengan. Pemanen memasang nomor hancak dan menanam

Nephrolepis sp. pada 5 menit pertama sebelum melakukan panen. Buah matang panen yang ada di hancak harus diturunkan dan pelepah yang dipotong disusun

U-shape. Buah yang sudah dipanen diangkut menggunakan angkong menuju ke TPH dan disusun 5 berbanjar lalu diberi nomor sesuai dengan nomor pemanen. Pemanen harus mengutip bersih berondolan yang ada di piringan dan TPH dan memasukkannya kedalam karung lalu disusun disamping TBS. Pemanen diwajibkan mengerjakan kegiatan tersebut sesuai yang dianjurkan agar kebun mendapatkan hasil mutu buah dan hancak yang baik. Pemanen yang melanggar akan dikenakan sanksi.

16

Kriteria panen. Kriteria umum untuk buah yang dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah berondolan yang terlepas dari tandan dan jatuh ke piringan secara alami. Jumlah berondolan yang ditetapkan oleh PT LTS ADE sebagai kriteria panen sebanyak 10 butir tandan-1. Kriteria ini ditetapkan dalam rapat SOU-16 (Strategic Operating Unit16) yang diputuskan berdasarkan diskusi antara pihak kebun dan PKS. Buah dengan berondolan di piringan kurang dari 10 butir dianggap mentah dan tidak boleh dipanen.

Sarana dan prasarana panen.Sarana dan prasarana panen adalah semua persiapan yang harus dilakukan oleh pemanen sebelum dan saat melakukan pemanen. Sarana dan prasarana panen yang akan dijelaskan meliputi alat pelindung diri (APD) pemanen dan alat-alat panen. APD pemanen di PT LTS ADE terdiri atas helm, sepatu bot, kacamata dan sarung tangan (Gambar 11).

Gambar 12 Pemanen menggunakan APD lengkap

APD adalah alat yang wajib digunakan oleh pemanen untuk menghindari dan mengurangi dampak dari kecelakaan kerja. Pemanen divisi I PT LTS ADE masih memiliki kesadaran yang rendah terhadap kemungkinan kecelakaan kerja yang dapat terjadi dan dampaknya jika tidak memakai APD, terbukti dari pemanen yang tidak pernah memakai APD lengkap selama pengamatan dilakukan (Tabel 1).

Tabel 1 Persentase penggunaan APD di divisi I PT LTS ADE No Nama Mandor Helm-Sepatu Bot Pemakaian APD

(%) Sepatu boot saja(%) Helm saja(%)

1 Armando 40 60 0

2 S. Manurung 60 30 10

3 Armansyah 40 50 10

4 Sudi Hartono 50 50 0

Total Divisi I ADE 47.5 47.5 5

Alat-alat panen adalah seluruh peralatan yang digunakan untuk memperlancar dan mempermudah kegiatan potong buah dan evakuasi buah ke TPH. Alat panen diberikan kepada pemanen tiap tahun untuk menggantikan alat panen yang sudah rusak. Ketahanan alat panen tergantung pada pemeliharaan alat tersebut oleh tiap pemanen. Alat panen yang digunakan di divisi I yaitu dodos,

masing seperti yang dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis alat-alat panen di PT LTS ADE

Nama alat Spesifikasi Penggunaan

Dodos kecil Lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm

Pemotongan buah tanaman umur 3–4 tahun

Dodos besar Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm

Pemotongan buah tanaman umur 5–8 tahun

Pisau egrek Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung di sumbu 135°

Pemotongan buah tanaman yang berumur lebih dari 9 tahun

Gagang egrek Alumunium ukuran 6 m dan 12 m Galah pisau egrek Clame egrek Besi berbentuk cincin yang dapat

diatur diameternya Menjepit egrek dengangagang egrek Gancu Besi beton, panjang sesuai

kebiasaan setempat Memuat tandan ke angkongdan memeriksa mutu buah

Kampak - Pemotong tangkai buah

Angkong - Alat transportasi buah ke

tempat pengumpulan hasil Sumber: Arsip kantor besar PT LTS ADE

Basis borong dan premi pemanen. Basis borong merupakan suatu ketetapan minimal jumlah janjang atau berat TBS yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari. Penentuan basis disetiap blok berbeda-beda sesuai dengan bobot janjang rata-rata (BJR) pada tiap tahun tanam kelapa sawit di blok tersebut. Pemanen diharapkan mampu mencapai basis yang ditentukan. Pemanen yang mendapatkan hasil panen melebihi basis panen akan mendapatkan premi panen. Premi panen diberikan dengan tujuan untuk memberikan penghargaan kepada pemanen saat mendapatkan hasil melebihi basis, memotivasi pekerja untuk berupaya mencapai basis dan mendorong kenaikan output (kg HK-1).

Penentuan basis borong di PT LTS ADE yaitu menggunakan sistem

payment by weight atau berdasarkan total berat TBS kelapa sawit (Lampiran 12). Pemanen mencapai basis borong apabila mendapatkan jumlah berat TBS sesuai atau melebihi total berat basis yang telah ditentukan pada blok yang dipanen. Pemanen yang mendapatkan basis borong dibayar Rp 12 500 dan jika pemanen tersebut memiliki tingkat kematangan buah diatas 99% maka akan mendapatkan tambahan insentif sebesar Rp 1 500. Pemanen yang melebihi basis borong mendapatkan premi Rp 35 kg-1 TBS yang didapat. Berondolan yang didapat pemanen juga dihargai Rp 150 kg-1 sehingga pemanen lebih termotivasi untuk mengutip bersih berondolan di hancak masing-masing.

18

Angka kerapatan panen, taksasi produksi dan tenaga kerja. Taksasi produksi merupakan perhitungan estimasi produksi atau peramalan hasil produksi untuk esok hari. Taksasi produksi didapat setelah diketahui persen angka kerapatan panen (AKP) dengan menghitung jumlah buah buah matang pada setiap pokok sampelnya. Persentase kematangan buah tersebut akan dikali dengan BJR sehingga diperoleh estimasi tonase produksi. Taksasi produksi akan dibandingkan dengan produksi aktual, dimana standar varian adalah ±5%. Taksasi produksi dilakukan agar supervisi dapat memperhitungkan kebutuhan tenaga kerja pemanen yang akan dipakai esok hari sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan tenaga kerja yang dapat menyebabkan pemanen tidak mencapai basis kerja atau hancak panen tidak selesai. Taksasi juga berguna unutk mengetahui kebutuhan kendaraan angkut hasil panen yang akan dipakai.

Tabel 3 Hasil taksasi, produksi aktual dan kebutuhan tenaga kerja Nama

Mandor Blok/TT AKP(%) Taksasi(kg)

Jumlah TK Aktual Varian (Orang) Produksi (kg) Armando F008/95 24 19 040 13 19 730 3.5 G009/09 20 12 320 10 13 590 9.3 S.Manurung F010/06 20 14 040 10 14 670 4.3 F014/04 18 16 539 13 18 190 9.1 Armansyah G008/07 33 13 680 12 14 170 3.5 H010/09 31 11 348 9 11 780 3.7 S. Hartono G010/07 34 23 299 17 21 550 8.1 F009/00 18 12 481 10 13 490 7.5 Rata-rata 15 343 15 896 6.1

Kapasitas panen. Kapasitas panen adalah jumlah tonase buah yang dapat dipanen oleh pemanen dalam seharinya. Pemanen yang memiliki kapasitas panen yang tinggi akan mendapatkan penghasilan yang besar. Kapasitas panen yang tinggi akan menguntungkan bagi perusahaan karena total produksi yang didapat mejadi besar. Pemanen yang memiliki kapasitas panen tinggi sangat dibutuhkan perusahaan terutama pada saat panen raya atau banjir buah. Pemanen divisi I PT LTS ADE memiliki kapasitas panen yang berbeda pada tiap kemandoran seperti yang disajikan pada Tabel 4. Rata-rata kapasitas pemanen pada tiap kemandoran dibandingkan untuk melihat bagaimana perbedaan kapasitas panen antar kemadoran (Tabel 5).

Tabel 4 Rata-rata kapasitas panen 4 kemandoran divisi I PT LTS ADE Nama

Mandor kapasitas panen (kg hk

-1) Rata-rata U1 U2 U3 U4 U5 U6 A 1 194 1 230 916 1 340 1 159 1 206 1 174.16 B 1 265 1 593 1 620 1 433 1 533 1 380 1 470.66 C 1 379 1 121 1 253 1 455 1 685 1 674 1 427.83 D 1 348 1 287 1 360 671 1 258 863 1 131.16

Nama Mandor Nama Mandor p-value Mandor A Mandor B 0.026*k Mandor A Mandor C 0.008** Mandor A Mandor D 0.698tnk Mandor C Mandor B 0.508tnk Mandor B Mandor D 0.000** Mandor C Mandor D 0.001**

Keterangan: * : berbeda nyata pada uji t-student taraf 5%

**: berbeda sangat nyata pada uji t-student taraf 5% tn : tidak berbeda nyata pada uji t-student taraf 5%

Evaluasi panen. Evaluasi panen adalah kegiatan pemeriksaan terhadap mutu panen dari pemanen baik itu mutu hancak pemanen maupun mutu buah hasil panen. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui dan menilai bagaimana hasil kerja yang telah dilakukan oleh pemanen pada hari itu atau hari sebelumnya. Pemanen yang memiliki mutu hancak dan buah yang rendah dapat merugikan perusahaan. Mutu hancak dan mutu buah rendah dapat membuat hancak panen menjadi kotor dan menimbulkan anak sawit (kentosan) serta dapat mempengaruhi

Oil Extraction Rendemen (OER) sehingga membuat kualitas CPO yang akan dihasilkan menjadi turun.

(a) Mutu hancak

Pemanen di divisi I PT LTS ADE memiliki hancak panen tetap sehingga tiap pemanen memiliki tanggung jawab untuk memelihara hancak masing-masing. Supervisi dan juga asisten divisi akan menjadi lebih mudah untuk mengetahui pemanen mana yang bertanggung jawab jika ada hancak yang bermasalah. Mutu hancak di divisi I termasuk baik meskipun masih didapatkan berondolan yang tertinggal dihancak namun untuk TBS tertinggal (bunch left) dan juga buah matang yang tidak dipanen (Unvarvest bunch) tidak ditemukan selama beberapa ulangan pengamatan seperti pada Tabel 5.

Tabel 6 Hasil Pemeriksaan mutu hancak di divisi I PT LTS ADE Nama

Mandor JumlahPokok

Jumlah berondolan JumlahTBS dipanen Jumlah TBS tinggal TBS tidak dipanen Berondolan /TBS panen Tinggal Mandor A 200 35 41 - - 0.85 Mandor B 200 32 49 - - 0.65 Mandor C 200 42 39 - - 1.08 Mandor D 200 36 42 - - 0.86 Jumlah 800 145 171 - - 0.85

20

(b) Mutu buah

PT LTS ADE sangat memperhatikan mutu buah dari tiap divisi karena standar OER yang harus dicapai sangat besar yaitu diatas 24. Pemeriksaan mutu buah yang kontinyu menjadi hal yang wajib dilakukan. Pemanen sebelum memotong buah harus benar-benar memperhatikan kriteria matang panen yaitu terdapat 10 berondolan dipiringan. KCS akan memeriksa buah yang sudah disusun di TPH sebelum diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). Timgrading di PKS juga akan melakukan pemeriksaan mutu buah dari tiap kendaraan angkut pada saat TBS sudah diturunkan di loading ramp. Pemanen yang ditemukan memotong buah mentah (unripe), kurang matang (under ripe), tandan kosong (empty bunch), dan gagang panjang (long stalk) yang sudah disusun di TPH akan dikenakan denda.

Tabel 7 Hasil pemeriksaan mutu buah di divisi I PT LTS ADE Nama Mandor Kategori Mentah (%) Kurang matang (%) Matang (%) Empty Bunch(%) Gagang panjang (%) Mandor A 0.00 0.35 98.82 1.06 0.37 Mandor B 0.00 0.34 98.99 1.08 0.00 Mandor C 0.00 1.09 97.86 1.05 0.27 Mandor D 0.00 1.34 97.84 0.82 0.69 Rata-rata 0.00 0.74 98.41 1.01 0.31 Toleransi 0.00 <5.00 >95.00 0.00 0.00

Sistem pengangkutan. Manajemen tranportasi merupakan salah satu faktor penting untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil panen menuju pabrik dengan kerusakan sekecil mungkin. Transportasi hasil panen dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pengangkutan dari pohon menuju ke TPH (recovery) dan pengangkutan dari TPH ke pabrik (evacuation). Pengangkutan dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin karena semakin lama buah kelapa sawit tidak diolah maka FFA akan semakin tinggi. Pengamatan terhadap lama waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut seluruh hasil panen ke pabrik juga dilakukan untuk melihat kapasitas kerja pemuat, sehingga dapat diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menghindari buah restan atau pengangkutan malam. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8. Kendala yang sering terjadi dalam pengangkutan buah dari TPH ke pabrik adalah jalan kebun yang rusak, kondisi kendaraan angkut yang kurang baik dan kekurangan unit tranportasi.

Tabel 8 Pengamatan pengangkutan TBS di divisi I PT LTS ADE

Jenis Kendaraan rata-rata (menit)Waktu muat sampai PKS (menit)Waktu rata-rata Muatan rata-rata (kg) Mitsubishi Colt Diesel

Ps 125 Canter 57.53 13.83 5130

Dump Truck Hino FG

kendaraannya yaitu 2 unit Dump TruckHino FG 210 P kapasitas 6 ton dan 2 unit Mitsubishi Colt Diesel Ps 125 Canter kapasitas 4.5 ton (Gambar 13). Setiap unit kendaraan angkut terdapat 4 orang karyawan yaitu satu orang supir, tiga orang pemuat dan satu orang KCS yang bertugas untuk memeriksa kualitas dan menghitung kuantitas TBS dan berondolan. Total pemuat divisi I yaitu 12 orang dan 4 KCS.

Tim pemuat memiliki kewajiban memakai APD yaitu helm dan sepatu bot karena pemuat rentan tertimpa TBS pada saat memindahkan buah dari TPH ke kendaraan angkut. Alat yang digunakan untuk mengangkut buah dan berondolan adalah tojok dan karung lempar.

(a) (b)

Gambar 13 Jenis kendaraan angkut: (a) Mitsubishi Colt Diesel Ps 125 Canter; (b) Dump Truck Hino FG 210 P

Aspek Manajerial

PT LTS ADE membagi karyawan di divisi menjadi dua golongan yaitu tim supervisi dan karyawan harian (pekerja). Tim supervisi termasuk ke dalam golongan serikat kerja unit bulanan (SKU-B) sedangkan karyawan harian termasuk ke dalam serikat kerja unit harian (SKU-H). Tim supervisi terdiri atas mandor 1, mandor panen, mandor perawatan, kerani divisi serta kerani yang lainnya. Kegiatan manajerial yang dilakukan selama magang yaitu pendamping mandor dan pendamping asisten divisi dengan rincian sebagai berikut.

Dokumen terkait