• Tidak ada hasil yang ditemukan

manajerial. Kegiatan tersebut disesuaikan dengan tingkatan norma kerja dan kebutuhan yang ada di Kebun Pinang Sebatang. Jurnal kegiatan magang selama menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten masing-masing terlampir pada Lampiran 4, Lampiran 5 dan Lampiran 6.

 

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pembuatan plot. Baby-bag yang telah diisi media tanam disusun rapat dan rapi di plot yang berbentuk bedengan dengan lebar 140 cm (14 baby-bag) dan panjangnya disesuaikan dengan jumlah bibit per nomor plot. Tepi plot diberi palang kayu agar baby-bag tidak roboh. Antara plot satu dengan plot lainnya dibuat jalan kontrol dengan lebar 50 cm dengan panjang sesuai dengan panjang persemaian.

Penanaman kecambah. Kecambah yang ditanam di pre-nursery Kebun Pinang Sebatang adalah DxP Socfindo dan DxP Marihat. Penanaman kecambah DxP Socfindo dilakukan 3 minggu lebih awal dibandingkan dengan kecambah DxP Marihat, hal ini disebabkan pemesanan dan penerimaan kecambah DxP Socfindo lebih awal daripada kecambah DxP Marihat. Kecambah yang dipesan sama-sama dikirim dalam sebuah peti yang rata-rata berisi 50 pack (bungkus) dengan jumlah kecambah kurang lebih 103 kecambah per pack.

Kegiatan penanaman kecambah dibagi atas dua tahap yaitu sortir kecambah dan penanaman kecambah di baby-bag pada plot yang telah ditentukan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh 10 orang karyawan yang tergabung dalam satu tim dengan pembagian tugas 4 orang melakukan sortir dan 6 orang melakukan penanaman kecambah. Kecambah dibedakan menjadi kecambah normal, afkir dan double tun. Kecambah dari hasil sortir yang ditanam adalah kecambah normal dan double tun, sedangkan kecambah yang afkir dimasukkan lagi ke dalam bungkusan. Kecambah afkir dibawa ke Kantor Besar Pinang Sebatang untuk dilakukan pengecekan kembali oleh asisten dan dilaporkan sebagai laporan kegiatan pembibitan.

Kendala yang dihadapi pada proses penanaman kecambah adalah kurang terampilnya karyawan dalam membedakan antara kecambah normal dan afkir berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sehingga banyak ditemukan kecambah afkir digabungkan dengan kecambah normal. Hasil pengamatan penanaman kecambah yang dilakukan di pembibitan Kebun Pinang Sebatang dicantumkan pada Tabel 5.

No Box Kecambah Aktual (butir) Kecambah Ditanam Kecambah Afkir (butir) (%) (butir) (%) 1754 1760 1767 1769 5 149 5 126 5 151 4 344 5 056 5 028 5 059 4 270 98.19 98.08 98.21 98.29 93 98 92 74 1.81 1.92 1.79 1.71 Total 19 770 19 413 - 357 - Rata-rata 4 943 4 853 98.19 89 1.81

Pemeliharaan pre-nursery. Pemeliharaan kecambah di pre-nursery perlu dilakukan supaya kecambah tumbuh dengan baik. Pemeliharaan meliputi pemberian naungan buatan, penyiraman dan pengendalian gulma. Naungan yang dipakai untuk pre-nursery adalah plastik net yang dipasang di atas kerangka naungan dari balok kayu dengan ketinggian 2 m dan jarak antar tiang sekitar 1.5 m. Kegiatan penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari ketika tidak ada hujan pada hari itu. Apabila terjadi hujan pada malam hari, maka besok paginya tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan

Berdasarkan Tabel 5, jumlah kecambah afkir hanya 1.81 % dan jumlah kecambah yang dapat ditanam adalah 98.12 persen. Kegiatan penanaman kecambah dapat dilihat pada Gambar 1.  

Sumber : Hasil Pengamatan, 2012

Tabel 5. Hasil Pengamatan pada Penanaman Kecambah di Pre-Nursery Kebun Pinang Sebatang Maret 2012

 

Gambar 1. Kegiatan Penanaman Kecambah di Pre-nursery

menggunakan selang air dan gembor. Kebutuhan air pada pembibitan pre-nursery di Kebun Pinang Sebatang adalah 0.2-0.3 liter per baby-bag per hari. Pengendalian gulma pada pre-nursery dilakukan dengan cara manual. Pemeriksaan terhadap tumbuhan pengganggu dilakukan setiap hari, gulma yang tumbuh langsung dicabuti dari baby-bag dengan cara hati-hati agar kecambah yang ditanam tidak ikut tercabuti.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di Kebun Pinang Sebatang dilakukan dengan cara manual dan kimia. Cara manual dilakukan dengan membabad dan membongkar gulma yang disebut bongkar tanaman pengganggu (BTP). Cara kimia dilaksanakan dengan penyemprotan herbisida. Sistem penyemprotan menerapkan Block Spraying System (BSS) yang dilaksanakan dengan cara rayonisasi. Penyemprotan dengan cara rayonisasi artinya bahwa kegiatan penyemprotan yang dilakukan untuk seluruh divisi di Kebun Pinang Sebatang menjadi tanggung jawab dari satu divisi tertentu. Divisi yang menjadi penanggung jawab kegiatan tersebut adalah Divisi II. Salah satu inovasi yang diterapkan oleh Kebun Pinang Sebatang dalam kegiatan ini adalah pendirian rumah BSS. Rumah BSS merupakan rumah yang berisi perlengkapan bagi karyawan dalam pelaksanaan penyemprotan yaitu sprayer, herbisida dan perlengkapan safety seperti pakaian khusus semprot, sarung tangan, masker, sepatu bot, cilemek, dan lain-lain. Selain itu, di rumah BSS terdapat beberapa kamar mandi, mesin cuci dan lemari. Rumah BSS didirikan dengan tujuan menjaga keselamatan kerja dan kesehatan karyawan, karena pekerjaan penyemprotan berhubungan dengan racun kimia yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan karyawan. Selain itu, rumah BSS juga diharapkan bisa menambah motivasi kerja bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Keadaan penyebaran gulma di Kebun Pinang Sebatang termasuk sporadis (terpencar-pencar), tetapi gulma yang sering dijumpai di lapangan adalah Dicranopteris linearis, Clidemia hirta, Imperata cylindrica, Asystasia sp Melastoma malabathricum dan kentosan.

Pembongkaran tanaman pengganggu. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan cados (cangkul kecil lebar mata pisau 14 cm).

 

Gulma dan kentosan yang terdapat di pasar pikul (gawangan) dan piringan dibongkar sampai ke akar-akarnya. Alat lain yang digunakan dalam kegiatan ini adalah parang. Parang digunakan untuk membabad gulma yang rapat sebelum dibongkar pakai cados. Kegiatan BTP dimulai pada pukul 07.00 – 14.00 WIB di bawah pengawasan seorang mandor perawatan. Mandor bertugas mengawasi berlangsungnya BTP dengan mengecek hasil kerja karyawan. Apabila hasil pekerjaan karyawan tidak sesuai dengan ketentuan mandor, karyawan tersebut harus mengulang pekerjaannya. Pengendalian gulma dengan cara BTP dilakukan oleh karyawan wanita yang berjumlah 14 orang. interval pekerjaan BTP 1 – 2 kali dalam setahun.

Penyemprotan piringan. Pengendalian gulma di piringan bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara dan air, meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan serta memudahkan pemanen dalam pengutipan brondol. Kegiatan penyemprotan diawali dengan pembagian hancak kepada karyawan oleh mandor semprot. Setiap karyawan memiliki hancak dua pasar rintis. Penyemprotan dimulai dari sisi colectioan road menuju pasar rintis sampai ke colectioan road berikutnya. Setelah itu, kegiatan penyemprotan pindah ke sisi colectioan road sebelahnya dan menuju ke pasar rintis sampai ke colectioan road awal penyemprotan. Penyemprotan dilakukan oleh karyawan wanita yang berjumlah 12 orang dengan standar prestasi kerja 4 ha/HK dan akan mendapatkan premi Rp 4 000,00/hari apabila lebih dari 4.5 ha.

Kegiatan penyemprotan piringan dilakukan dengan menggunakan alat semprot micron harby sprayer (MHS) yang berkapasitas 5 liter/kap. Herbisida yang digunakan adalah Prima Up berbahan aktif gliphosate dengan konsentrasi 4% (200 ml/kep 5 liter air) dan dicampur Dejavu yang berbahan aktif fluroksipir dengan konsentrasi 1% (50 ml/kep 5 liter air).

Penyemprotan gawangan. Pengendalian gulma di gawangan bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara dan air, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan yang lain dan menekan populasi hama. Kegiatan penyemprotan diawali dengan pembagian hancak kepada karyawan oleh mandor semprot. Penyemprotan dimulai dari sisi colectioan road menuju pasar rintis.

Setiap karyawan mendapatkan hancak satu pasar rintis dan setengah sisi kanan dan kiri dari gawangan mati.

Kegiatan penyemprotan gawangan menggunakan alat semprot RB – 15 yang berkapasitas 15 liter air (1 kep). Untuk daerah rendahan digunakan herbisida campuran yang bermerk Prima Up dan Meta Prima. Prima Up berbahan aktif gliphosate dengan konsentrasi 0.8 persen. Meta Prima berbahan aktif metil metsulfuron dengan konsentrasi 0.03 persen. Sedangkan untuk daerah selain rendahan, seperti daerah yang berbukit penyemprotan gawangan menggunakan Kenlon yang berbahan aktif tryclophir dengan konsentrasi 0.8 persen. Standar kerja karyawan yaitu 1.5 ha/HK dan akan mendapatkan premi RP 4 000,00/hari apabila lebih dari 2.75 ha.

Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM)

Dalam kegiatan pemupukan, Kebun Pinang Sebatang mempunyai prinsip bahwa setiap pohon harus menerima semua jenis pupuk sesuai dosis rekomendasi yang telah ditetapkan oleh Minamas Research Center. Biaya untuk pemupukan merupakan biaya tertinggi yang dikeluarkan perusahaan, yaitu sebesar 60% dari total biaya pemeliharaan seluruh tanaman kelapa sawit.

Pengambilan sampel daun. Kegiatan pengambilan sampel daun bertujuan untuk menentukan dosis rekomendasi pemupukan atau penambahan pupuk an-organik yang diperlukan untuk satu tahun ke depan. Daun yang dijadikan sampel adalah daun ke-17 dari filotaksis daun kelapa sawit. Ketentuan dosis berdasarkan hasil analisis daun yang dilakukan oleh Minamas Research Center terhadap sampel daun dan faktor terkait yang hasilnya disebarkan ke setiap kebun untuk dilaksanakan. Rekomendasi pupuk untuk Kebun Pinang Sebatang tahun 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 6.

Sebelum dilaksanakan pengambilan sampel daun oleh karyawan, terlebih dahulu dilakukan pelatihan teknis cara pengambilan sampel daun ke-17 serta identifikasi gejala defisiensi hara yang terjadi pada tanaman kelapa sawit. Pelatihan dipandu oleh salah seorang staf dari Minamas Research Center dan dibantu oleh dua orang pendamping.

 

Tabel 6. Rekomendasi Pupuk An-Organik untuk Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012 Jenis

Pupuk

Jumlah Aplikasi

Dosis Rekomendasi

Aplikasi ke-1 Aplikasi ke-2

...(kg/pohon)... Urea RP MOP Kiserite HGFB Dolomit 2 1 2 1 1 1 1.00 1.00 – 2.00 1.50 1.75 0.10 1.25 1.00 - 1.25 - - - Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012

Kegiatan pengambilan sampel daun di Divisi III dilakukan oleh 2 tim, masing-masing tim teridiri atas satu orang karyawan laki-laki dan dua orang karyawan perempuan. Karyawan laki-laki bertugas memotong daun ke-17, sedangkan karyawan perempuan bertugas memberi nomor pohon sensus, memisahkan daun dengan lidinya, mengamati secara visual kondisi tanaman untuk identifikasi gejala defisiensi hara, lalu mencatat data pada blanko yang telah disediakan. Hasil identifikasi gejala defisiensi hara yang dilakukan dengan karyawan, pada umumnya ditemukan gejala defisiensi unsur Boron dan Magnesium. Gejala defisiensi unsur Boron ditemukan pada daun muda yang menjadi kecoklatan, membengkok, tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar. Defisiensi unsur Magnesium ditemukan pada daun tua atau pelepah bawah yang apabila terkena cahaya matahari langsung berwarna kuning merata. Ketentuan kerja tim pengambilan sampel daun adalah satu blok untuk satu hari pengambilan sampel daun. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel daun adalah egrek, gunting, kantong plastik, cat, kuas blanko dan alat tulis.

Penguntilan pupuk. Sebelum dilakukan aplikasi pupuk di lapangan terlebih dahulu dilaksanakan penguntilan pupuk di gudang penyimpanan pupuk. Kegiatan penguntilan pupuk yang dilakukan selama kegiatan magang adalah penguntilan pupuk MOP. Setiap untilan pupuk berisi 14 kg berdasarkan alat takar yang telah ditentukan. Untilan pupuk disusun 10 tumpuk agar mempermudah perhitungan jumlah pupuk yang telah diuntil. Ketentuan kerja karyawan untuk penguntilan pupuk adalah 1.5 ton per HK dan apabila karyawan menguntil pupuk melebihi

1.5 ton akan diberikan premi sebesar Rp 40,00/kg kelebihannya. Alat yang digunakan untuk penguntilan pupuk adalah alat takar, karung dan plastik ikat.

Pengangkutan pupuk. Pengangkutan pupuk dimulai dari gudang sampai pengeceran di lapangan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemuatan untilan pupuk ke dalam truk oleh tim pemuat di bawah pengawasan mandor dan kepala gudang. Pengangkutan untilan pupuk ke blok yang akan dipupuk dan pengeceran untilan pupuk sesuai hancak pemupuk yang telah dibagi oleh mandor pupuk. Kendala dalam pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan adalah keadaan alat angkutan dan ketepatan waktu pengangkutan. Keterlambatan pengangkutan akan mengakibatkan keterlambatan aplikasi pupuk di lapangan.

Pemupukan di lapangan. Pemupukan di Kebun Pinang Sebatang dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan pemupukan menerapkan Block Manuring System (BMS) yang dilaksanakan dengan cara rayonisasi. Kegiatan pemupukan dengan cara rayonisasi dilakukan untuk seluruh divisi di Kebun Pinang Sebatang dengan penanggung jawab satu divisi. Divisi yang mempunyai tanggung jawab dalam pemupukan di Kebun Pinang Sebatang adalah Divisi IV. Pelaksanaan pemupukan dengan cara rayonisasi ini menggunakan prinsip kerja blok per blok, sehingga pelaksanaannya dapat terkonsentrasi dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dalam pengawasan dan produktivitas kelapa sawit yang diharapkan dapat dicapai.

Kegiatan pemupukan dimulai pukul 07.00-12.00 WIB, sehingga pupuk yang ditabur masih terhindar dari penguapan yang disebabkan suhu udara yang terlalu panas. Karyawan menabur pupuk pada hancak yang telah ditentukan oleh mandor, pupuk ditabur secara merata di gawangan mati dan piringan yang membentuk U-shape. Kegiatan pemupukan yang dilakukan adalah pemupukan MOP dengan dosis pupuk 1.5 kg per pohon sehingga untuk satu untilan pupuk sebesar 14 kg harus diberikan pada 9 pohon sawit. Setiap karyawan mendapatkan premi sebesar Rp 15 500,00 per hari apabila dapat mencapai basis ouput pemupukan lebih dari 600 kg/hari.

Sensus ulat api. Sensus ulat api (Setora nitens) dilakukan untuk memonitor serangan ulat api terhadap kelapa sawit. Serangan ulat api menyebabkan kerusakan daun (defoliasi) tanaman yang akan berdampak pada penurunan produksi tanaman. Sensus ulat api dilakukan dengan cara mengamati pelepah ke-9 yang dipilih dari pohon kelapa sawit ke-1 pada baris pertama dalam blok pengamatan. Pengamatan berikutnya dilanjutkan pada pohon ke-10, ke-20 dan seterusnya (kelipatan 10) yang masih berada pada baris pertama. Setelah pengamatan pada baris pertama selesai, pengamatan dilanjutkan pada baris ke-10 ke-20 dan seterusnya (kelipatan 10). Cara pemilihan dan pengamatan tanaman kelapa sawit sampel sama dengan yang dilakukan pada baris pertama untuk setiap barisnya. Kegiatan sensus ulat api dilakukan bersama dua orang karyawan wanita. Seorang karyawan bertugas memotong pelepah dan karyawan yang lainnya bertugas mengamati, mencatat jumlah ulat api yang diamati pada pelepah serta mengambil ulat api untuk dimasukkan ke wadah yang telah tersedia. Alat yang digunakan adalah egrek untuk memotong pelepah dan tabung sebagai wadah pengumpulan ulat api. Norma kerja untuk sensus ulat api adalah satu blok per HK, prestasi penulis sama dengan prestasi karyawan yaitu satu blok per HK. Serangan ulat api masih ditolerir apabila jumlah ulat api < 5 ekor/pelepah, sedangkan hasil sensus yang dilakukan bersama dua orang karyawan di Blok B009 Divisi III adalah > 5 ekor/pelepah, sehingga perlu dilakukan pengendalian. Kegiatan sensus ulat api dan ulat api Setora nitens dapat dilihat pada Gambar 2.

Pengendalian Ulat Api

 

Gambar 2. Kegiatan Sensus Ulat Api : (a) Penghitungan Jumlah Ulat Api pada Sampel Pelepah, (b) Ulat Api Setora nitens

Pengendalian secara kimia. Pengendalian ulat api secara kimia menggunakan pulsfog dengan insektisida Matador. Dalam aplikasi fogging, insektisida dicampur dengan solar. Komposisi insektisida dan solar yang diberikan adalah 200 ml insektisida ditambah satu liter solar. Pelaksanaan fogging dilakukan pada malam hari, karena apabila dilakukan pada siang hari dikhawatirkan mengganggu kegiatan lain di perkebunan serta menghindari penguapan insektisida yang berlebihan akibat panas. Kegiatan fogging dilaksanakan oleh seorang karyawan dibawah pengawasan seorang mandor perawatan. Fogging dilaksanakan di blok yang telah melampaui batas toleransi jumlah ulat api per pelepah, yaitu terdapat 5 ekor ulat api atau lebih per pelepah pada pohon kelapa sawit.

Pengendalian secara biologi. Pengendalian ulat api juga dilakukan dengan cara biologi, yaitu dengan penanaman beneficial plant. Beneficial plant adalah tanaman yang berfungsi untuk konservasi karena dapat berguna sebagai penyedia madu dan tempat inang predator ulat api. Predator ulat api yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Sycanus sp. Jenis beneficial plant yang ditanam di Kebun Pinang Sebatang adalah Casia cobanensis, Turnera subulata dan Antigonon leptopus yang dapat dilihat pada Gambar 3. Standar penanaman beneficial plant di Kebun Pinang Sebatang adalah 20 m/ha dengan komposisi penanaman Casia cobanensis : Turnera subulata : Antigonon leptopus adalah 2 : 6 : 2 . Beneficial plant ditanam di areal terbuka, seperti bahu jalan utama (main road).

Gambar 3. Beneficial Plant di Kebun Pinang Sebatang : (a) Casia cobanensis, (b) Turnera subulata, (c) Antigonon leptopus

 

Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan paling kritis dalam budidaya kelapa sawit, karena kehilangan hasil akibat pelaksanaan panen akan sangat merugikan, walaupun kegiatan budidaya yang lain seperti pemupukan, pemeliharaan telah dilaksanakan dengan baik. Fokus utama kegiatan panen adalah memotong semua TBS masak panen dengan interval panen kurang dari 9 hari dan dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke pabrik kelapa sawit (PKS) selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Kegiatan panen diawali dengan apel pagi karyawan pada pukul 06.00 WIB di kantor divisi yang dipimpin oleh mandor panen. Tujuan apel pagi adalah memeriksa kehadiran karyawan pemanen, memeriksa perlengkapan alat panen dan safety karyawan serta menjelaskan pembagian hancak masing-masing pemanen.

Persiapan panen. Panen merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha budidaya kelapa sawit, oleh karena itu persiapan panen harus diperhatikan sebelum kegiatan tersebut dilakukan. Persiapan panen di Kebun Pinang Sebatang meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja per kemandoran, penetapan luas hancak kerja pemanen, penetapan jumlah tenaga kerja serta penyediaan alat-alat panen. Pemeliharaan hancak panen juga dilakukan agar pelaksanaan panen dapat berjalan lancar, kegiatan tersebut meliputi pemeliharaan pasar pikul, tempat pengumpulan hasil (TPH), collection road dan main road serta penyediaan titian panen. Persiapan panen di atas sangat perlu diperhatikan untuk menunjang kelancaran kegiatan panen, sehingga tujuan panen dan mutu produk kelapa sawit berdasarkanoil extraction rate (OER) > 23.5%, kernel extraction rate (KER) > 4.8% dan free faty acid (FFA) < 2.5% yang telah ditetapkan perusahaan dapat tercapai.

Sistem organisasi panen. Dalam pengelolaan panen, losses harus ditekan seminimal mungkin agar produksi yang optimum dapat dicapai. Salah satu tujuan penetapan sistem organisasi block harvesting system (BHS) di Kebun Pinang Sebatang adalah untuk menekan losses.

Seksi Panen Luas Seksi Panen (ha) A 162.72 B 128.65 C 131.14 D 133.15 E 139.66 F 187.57 Rata-rata 147.14 Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012

Realisasi luas seksi panen di Kebun Pinang Sebatang dicantumkan pada Tabel 7.

Luas rata-rata seksi panen hari jumat (5 jam kerja): 105.1 ha + 7.01 ha = 112.11 ha

Luas rata-rata seksi panen hari biasa (7 jam kerja): 147.14 ha + 7.01 ha = 154.15 ha

Koefesien penambah luas areal (C) : Luas areal rata-rata per 5 jam kerja (B): Luas areal rata-rata per seksi (A):

Seksi panen. Seksi panen adalah areal kerja yang harus diselesaikan dalam satu hari panen. Areal panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang dibagi ke dalam 6 seksi panen pada luasan 882.89 ha dengan estimasi potensi produksi sebesar 19.71 ton/ha/tahun. Perhitungan luas seksi panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang adalah sebagai berikut :

Sistem hancak panen yang diterapkan di Kebun Pinang Sebatang adalah sistem hancak giring tetap, artinya dalam penyelesaian seksi panen, pemanen dan mandor mendapatkan hancak panen tetap. Jika hancak panennya telah selesai dipanen, pemanen digiring oleh mandor untuk pindah ke hancak berikutnya sesuai dengan nomor hancak yang telah ditentukan. Pelaksanaan panen di Kebun Pinang Sebatang menggunakan sistem non-DOL (Division of Labour), artinya pemanen melakukan pekerjaan potong buah sekaligus mengutip brondolan. Standar basis panen yang berlaku di Kebun Pinang Sebatang sebesar 1 300 kg per hari dalam waktu 7 jam kerja dan untuk hari Jum`at basis yang ditetapkan adalah 950 kg per hari dalam waktu 5 jam kerja.

Tabel 7. Realisasi Luas Seksi Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012

Nomor Sampel Pemanen

Jumlah Brondolan

Rata-rata Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

...(butir/TBS)... 1 2 3 4 5 13 17 14 20 24 20 11 22 17 13 23 16 18 15 23 19 15 18 17 20 Rata-rata 17 16 19 17

Angka kerapatan panen digunakan untuk mengetahui perkiraan (taksasi) hasil produksi TBS yang akan dipanen dikalikan dengan berat janjang rata-rata (BJR) dan jumlah pohon kelapa sawit di blok yang akan dipanen tersebut. Berat janjang rata-rata di Divisi III Kebun Pinang Sebatang adalah 16.5 kg. Hasil pengamatan kerapatan dan taksasi panen dicantumkan pada Tabel 9.

Kerapatan panen. Pada pelaksanaan di lapangan, perhitungan angka kerapatan panen (AKP) dilakukan di blok yang akan dipanen besok harinya. Angka kerapatan panen dihitung berdasarkan pengamatan TBS matang pada sampel pohon kelapa sawit yang diamati dengan menggunakan rumus :

Sumber : Hasil Pengamatan, 2012

Tabel 8. Hasil Pengamatan Kriteria Matang Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Maret-April 2012

Kriteria panen. Derajat kematangan buah menjadi salah satu faktor yang paling menentukan dalam kegiatan potong buah karena akan mempengaruhi kadar ekstraksi minyak dan kualitas minyak yang diolah. Metode yang digunakan untuk menentukan derajat kematangan buah di Kebun Pinang Sebatang adalah minimum ripeness standard (MRS), yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang. Jumlah brondolan yang lepas sekurang-kurangnya 5 brondolan per TBS di piringan sebelum panen. Hasil pengamatan kriteria matang panen dicantumkan pada Tabel 8.

 

Tabel 9. Hasil Pengamatan Angka Kerapatan Panen dan Taksasi Produksi TBS di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada April 2012

Blok Luas (ha) Total Populasi (pohon) Total Pohon Contoh (pohon) Jumlah Tandan Matang (tandan) AKP (%) Taksasi Produksi (kg) A011 A008 B009 88.87 85.80 52.30 11 690 12 044 7 135 334 369 281 100 115 83 29.94 31.16 29.53 57 749.77 61 923.02 34 764.93 Rata-rata 75.65 10 129 328 99 30.21 51 479.24 Sumber : Hasil Pengamatan, 2012

Tenaga kerja panen. Pengamatan terhadap jumlah tenaga kerja pemanen yang masuk setiap hari dilakukan dengan pengacakan waktu sebanyak 6 hari selama kegiatan magang berlangsung. Hasil pengamatan tenaga kerja panen dicantumkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Pengamatan Jumlah Pemanen yang Masuk Kerja di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Februari-April 2012

Dokumen terkait