• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis Pembibitan

Persiapan budidaya teh dimulai dari proses pembibitan di areal tanaman belum menghasilkan (TBM). Pembibitan dilakukan di bangunan pembibitan yang terbuat dari bilik atau anyaman bambu, atap terbuat dari paranet serta disangga dengan tiang-tiang bambu dengan jarak 3.5 m x 3 m. Paranet memiliki intensitas cahaya sebesar 20-25%. Klon yang digunakan sebagai perbanyakan adalah Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Tambi Merah, dan Seedling. Bedengan berukuran panjang 10-20 m dan lebar 0.8-1 m dan dibuat rorak dengan panjang 1-2 m, lebar 30 cm, dan kedalaman 60 cm. Bedengan ditutup dengan sungkup plastik transparan dengan tinggi 0.6 m, lebar dan panjang disesuaikan dengan bedengan.

Media tanam yang digunakan adalah tanah. Tanah yang digunakan untuk penanaman stek adalah top soil dan sub soil. Tanah diayak menggunakan ayakan, kemudian setiap m3 top soil dicampur dengan 350–400 g Dithane, 1 250 g SP 36, 500 g KCl, 1 000 g Tawas (Al2(SO4)3), 250 g Kieserite, dan 200 g Basamid, sedangkan untuk sub soil dilakukan pencampuran dengan 350–400 g Dithane, 1 000 g Tawas dan 200 g Basamid. Tanah yang telah dicampur kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 2-3 minggu.

Media tanam dimasukkan ke dalam polybag yang berukuran 12 cm x 24 cm. Campuran top soil dimasukkan terlebih dahulu sebanyak 2/3 bagian, ditata di

dalam bedengan kemudian campuran sub soil dimasukkan sebanyak 1/3 bagian polybag. Alas bedengan sebelumnya telah dilapisi dengan serasah daun untuk menjaga kelembaban tanah. Polybag yang telah tersusun rapi disiram, setelah itu bedengan disungkup sementara dengan menggunakan plastik transparan selama 10-15 hari.

Tahap pengambilan bahan tanaman untuk stek adalah dengan melakukan tipping, yaitu kegiatan pemotongan pucuk teh yang bertujuan unuk merangsang pertumbuhan tunas dan menguatkan daun-daun tua. Setelah 15 hari, pengambilan bahan tanam stek dilakukan. Tanaman yang dipilih harus sehat, tidak terkena serangan hama penyakit, dan ranting harus berwana hijau tua. Ranting tidak boleh terlalu tua atau berwarna coklat karena pertumbuhan tunas akan lamban. Ranting tidak boleh terlalu muda karena tanaman belum cukup kuat sehingga apabila dijadikan bahan stek, daun akan rontok, layu, kemudian mati.

Ranting dipotong dengan ukuran kurang lebih 5 daun dari pucuk atau 15 cm dari bidang pangkasan. Sisa daun dan ranting dari potongan tadi digunakan untuk alas bedengan. Bahan stek yang digunakan adalah tipe single node, yaitu penanaman yang hanya mengikutsertakan satu daun dan satu tunas, dengan panjang ruas batang 2.5 cm dengan kemiringan 450 kemudian daun dipotong 1/2 bagian pada setiap bahan stek. Pemotongan daun bertujuan agar proses fotosintesis tetap berlangsung namun penggunaan hara dan respirasi menjadi berkurang. Bahan stek tersebut direndam selama 1-2 menit dalam 1 g/l larutan Dithane dan 1 ml/l larutan zat penumbuh akar (atonik) untuk merangsang pertumbuhan akar.

Bahan stek ditanam pada polybag, ditancapkan sedalam 1.5 cm dengan cukup kuat agar tidak goyah saat disiram. Posisi menghadap arah datangnya cahaya matahari agar mendapat cahaya matahari yang cukup. Semua polybag yang telah ditanami kemudian disiram dengan menggunakan air bersih dan disemprot dengan Lannate 2 g/l. Bedengan kemudian ditutup dengan plastik transparan. Kegiatan penanaman stek dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kegiatan penanaman stek di pembibitan

Pembukaan sungkup dilakukan setelah bedengan disungkup selama 3-4 bulan, dan dilakukan secara bertahap agar tanaman mampu beradaptasi terhadap lingkungan luar dengan baik. Tahapan pembukaan sungkup I dibuka 1/4 bagian mulai pukul 07.00–09.00, tahap ke II sungkup dibuka 1/2 bagian pada pukul 07.00–11.00, tahap ke III dibuka semua bagian mulai pukul 07.00–11.00. Masing-masing tahapan dilakukan selama 2 minggu, setelah semua tahapan dilakukan sungkup dibuka semua.

Seleksi bibit pertama dilakukan setelah 6 bulan, dikelompokkan ke dalam tiga kriteria berdasarkan jumlah daun dan tinggi tanaman. Bibit masuk ke dalam

kriteria A apabila memiliki daun lebih dari 5 lembar dengan tinggi 20–25 cm, kriteria B apabila memiliki daun 3–4 lembar dengan tinggi 15–20 cm, dan kriteria C apabila memiliki daun 2 lembar dengan tinggi kurang dari 15 cm. Seleksi kedua dilakukan 3 bulan setelah seleksi pertama dengan kriteria A, B, dan C. Tiga bulan setelah seleksi tahap kedua maka bibit siap yang akan disalurkan memiliki tinggi 20–25 cm, serta daun berjumlah 5–7 lembar.

Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada saat pengisian polybag adalah 330 buah polybag/HK. Standar kerja yang berlaku yaitu 1 000 polybag/ HK, sedangkan prestasi kerja karyawan yaitu 750 polybag/HK. Pada saat penanaman stek prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 500 buah polybag/HK. Standar kerja yang berlaku adalah 1 800 polybag/buah, sedangkan prestasi kerja karyawan yaitu 1 500 buah polybag/HK.

Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman baru yang memiliki umur yang seragam pada areal TBM. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan lempag, yaitu alat untuk membuat lubang tanam. Ukuran lubang tanam adalah panjang 20 cm, lebar 20 cm, dan kedalaman 30 cm. Areal yang akan dilakukan penanaman harus bersih dari gulma dan tanah galian dicampurkan dengan pupuk dasar lalu dimasukkan ke dalam lubang tanam. Pupuk dasar yang digunakan yaitu 10 g Urea, 5 g SP 36, 5 g KCl dan 3 g Kieserite.

Penyulaman untuk TBM I direncanakan 10% dari luas areal, sedangkan untuk TBM II direncanakan 7.5% dan TBM III 5% dari luas areal. Prestasi kerja penyulaman yang dikerjakan oleh penulis adalah 30 tanaman/HK, sedangkan prestasi kerja yang dikerjakan oleh karyawan adalah 40 tanaman/HK. Standar kerja penyulaman yang ditetapkan perusahaan adalah sebesar 40 tanaman/HK. Pembentukan Bidang Petik (Centering)

Unit Perkebunan Bedakah melakukan pembentukan bidang petik pada areal TBM dengan cara centering. Kegiatan centering adalah untuk membentuk perdu sehingga memiliki bidang petik rata dan luas serta terbentuk percabangan yang ideal agar dapat menghasilkan pucuk yang banyak. Centering dilakukan pada saat tanaman berumur 3–4 bulan setelah tanam, memiliki ketinggian sekitar 50–60 cm. Centering dilakukan dengan cara memotong batang utama yang telah memenuhi syarat yaitu memiliki diameter 0.7 cm dengan ketingian 15–20 cm dari permukaan tanah.

Tujuh bulan berikutnya tanaman akan tumbuh dengan ketinggian 120 cm dan siap untuk dilakukan pemangkasan. Pemangkasan dilakukan setinggi 40 cm dari permukaan tanah. Tanaman akan tumbuh dan siap untuk dipetik dengan ketinggian yang sama dengan bidang potong yaitu 40 cm dari permukaan tanah setelah 2-3 bulan dari kegiatan pemangkasan. Kegiatan pemetikan dilakukan 3–4 kali petikan, kemudian petikan berikutnya dinaikkan 2–3 lembar daun.

Pemeliharaan Pohon Pelindung

Pohon pelindung adalah tanaman yang sengaja ditanam di areal perkebunan teh dengan tujuan untuk menjaga iklim mikro, menahan angin, melindungi tanaman dari cuaca yang tidak mendukung terhadap pertumbuhan, dan menjaga kesuburan tanah. Pohon pelindung sementara yang ditanam di Unit Perkebunan Bedakah adalah Crotalaria sp., Tephrosia sp., dan Sesbania sp. Pohon pelindung sementara ditanam di antara barisan tanaman teh dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Pohon pelindung tetap yang ditanam di areal perkebunan teh Unit Perkebunan Bedakah adalah Acacia decurens, Grevillea robusta, Leucaena sp., Meopsis manii, dan pohon pelindung yang akhir-akhir ini banyak ditanam dalah Mimba. Pohon pelindung tetap ditanam pada tepi patok dengan jarak tanam 10 m x 10 m.

Kegiatan pemeliharaan pohon pelindung meliputi penyulaman dan perempelan ranting. Kegiatan perempelan dilakukan apabila memasuki awal musim hujan atau selama musim hujan. Perempelan ranting atau dahan dilakukan menggunakan sabit dengan tujuan menjaga kelembaban iklim. Penulis melakukan kegiatan pemeliharaan pohon pelindung yaitu dengan melakukan perempelan di areal TBM dengan prestasi kerja 0.007 ha/HK. Prestasi kerja karyawan adalah 0.02 ha/HK, sedangkan standar prestasi kerja yang diterapkan perusahaan adalah 0.04 ha/HK.

Pemeliharaan Lubang Tadah dan Saluran Air

Lubang tadah atau dikenal dengan istilah rorak dibuat pada TBM dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 30 cm, dan kedalaman 30 cm. Lubang tadah dibuat diantara baris setiap 2–3 baris tanaman teh, berfungsi untuk menyimpan dan melancarkan air yang masuk ke areal tanaman. Pelaksanaan pemeliharaan lubang tadah dilakukan saat awal dan akhir musim hujan. Pada TBM I dan II, pemeliharaan lubang tadah dilakukan dua kali dalam setahun, sedangkan untuk TBM III dilaksanakan satu kali. Kegiatan pemeliharaan dilakukan menggunakan cangkul yaitu dengan mengangkat tanah dan serasah yang memenuhi lubang tadah.

Saluran air adalah saluran atau kali yang berada disepanjang jalan kebun di sekitar areal pertanaman teh, dibuat di pinggiran batas nomor kebun dan di tempat yang memiliki aliran air yang cukup deras untuk dialirkan ke lubang tadah. Tujuan pembuatan saluran air adalah untuk melancarkan aliran air yang akan memasuki areal pertanaman teh sehingga air yang masuk tidak terlalu besar dan dapat mencegah terjadinya erosi atau tanah longsor. Pemeliharaan saluran air dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada awal atau akhir musim hujan dengan menggunakan cangkul.

Pemupukan

Pemupukan adalah kegiatan pemeliharaan tanaman dengan memberikan unsur–unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah sesuai kebutuhan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah serta meningkatkan daya dukung tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara optimal. Unit Perkebunan Bedakah menerapkan dua cara pemupukan yaitu melalui tanah dan

pemupukan melalui daun (Gambar 2). Pemupukan melalui tanah dilakukan dua kali untuk tanaman menghasilkan (TM) dalam satu tahun yaitu pada bulan Februari-April (semester I) dan Oktober–November (semester II). Sedangkan untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) pemupukan dilaksanakan empat kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari, April, Oktober, dan Desember. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (46% N), SP 36 (36% P2O5), KCl (60% K20), dan Kieserit (27% MgO).

Gambar 2 Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun teh (b)

Penetapan dosis didasarkan pada target produktivitas kering teh dalam setahun. Asumsi produktivitas kerig untuk TBM I sebanyak 1 750 kg/ha/tahun, TBM II 2 000 kg/ha/tahun, dan TBM III 2 250 kg/ha/tahun. Perbandingan dosis unsur hara yang direkomendasikan oleh PT Tambi ditetapkan dengan perbandingan N : P : K : Mg = 5 : 1 : 2.5 : 0.3. Rekomendasi dosis pupuk yang digunakan Unit Perkebunan Bedakah untuk TBM (Tabel 2) berbeda dengan dosis pupuk untuk TM (Tabel 3). Unit Perkebunan Bedakah menentukan dosis N untuk TBM sebesar 10% dan untuk TM sebesar 6% dari produktivitas keringnya. Prestasi kerja penulis saat melakukan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah 0.22 ha/HK. Prestasi karyawan sebesar 0.48 ha/HK dan standar kerja yang berlaku di Unit Perkebunan Bedakah adalah 0.31 ha/HK.

Tabel 2 Dosis pupuk tanaman teh belum menghasilkan (TBM) di Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013a

Umur TBM (tahun) Urea SP 36 KCl Kieserite

...(kg/ha/apl)...

I 95 25 36 10

II 109 28 42 11

III 122 32 47 13

a

Sumber: RKAP Unit Perkebunan Bedakah 2013

Alat yang digunakan untuk pemupukan yaitu ember, karung pupuk, tugal, dan kored. Pemupukan diawali dengan pembuatan lubang pupuk atau kowakan 1–

2 hari sebelum pemupukan. Lubang pupuk dibuat pada setiap perdu tanaman teh sedalam 10–15 cm. Pemupukan melalui tanah dilakukan dengan cara menabur dan membenamkan pupuk ke dalam lubang pupuk sesuai dengan dosis per tanaman, kemudian lubang pupuk ditutup secara rapat. Pemupukan dilakukan dengan sistem giringan yaitu pemupuk berjalan dalam barisan tanaman secara berjajar dari arah yang sama.

Tabel 3 Dosis pupuk tanaman teh menghasilkan (TM) di Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013a

Blok Urea SP 36 KCl Kiesrite

Seedling Klonal Seedling Klonal Seedling Klonal Seedling Klonal ... (kg/ha/apl)... Bismo 204 330 52 84 78 126 21 33 Rinjani 214 347 54 89 82 133 22 35 Mandala 195 316 50 80 75 121 20 32 Argopuro 216 350 55 89 83 134 22 36 Kembang 213 345 44 88 81 132 21 29 Muria - 287 - 73 - 110 - 29 a

Sumber: RKAP Unit Perkebunan Bedakah 2013

Pemupukan melalui daun dilakukan bersamaan pengendalian hama penyakit (PHP) dengan menggunakan pupuk daun yaitu Zink Sulfat (ZnSO4) dan pupuk pelengkap cair (PPC) menggunakan Green Asri (GA). Aplikasi pupuk daun menggunakan ZnSO4 dilakukan satu bulan sekali dimulai bulan Februari hingga November dengan dosis 1 kg/ha dengan air 200 l/ha. Sedangkan pupuk pelengkap cair diaplikasikan setiap dua kali dalam sebulan dimulai bulan Mei hingga Agustus dengan dosis GA sebesar 0.5 l/ha dan volume air yang digunakan sebanyak 200-400 l/ha. Penyemprotan pupuk daun dan pengendalian hama penyakit (PHP) dilakukan dengan menggunakan power sprayer atau mist blower. Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada saat pemupukan daun (bersamaan pengendalian hama penyakit) adalah 0.12 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.5 ha/HK. Unit Perkebunan Bedakah menerapkan standar kerja untuk pemupukan melalui daun sebesar 0.48 ha/HK.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu kegiatan proteksi tanaman dari hama dan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan sehingga mempengaruhi hasil produksi tanaman. Tujuan dari kegiatan pengendalian hama dan penyakit adalah menekan pertumbuhan hama dan penyakit sehingga memperoleh laju pertumbuhan teh yang tinggi, produksi pucuk yang maksimal, dan kerugian yang serendah mungkin. Hama utama yang menyerang tanaman teh di Unit Perkebunan Bedakah adalah Empoasca sp., ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome), ulat penggulung daun (Homona cofferia), dan ulat api (Setora nitens). Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Empoasca sp dibedakan menjadi tiga tingkatan serangan yaitu serangan ringan, sedang, dan berat. Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakita Tingkat serangan (%) Luas areal (%) Aplikasi (kali) Fungisida Insektisida

Ringan 0–15 45 24 70% Manxyl 70% Crown

30% Probox 30% Metindo

Sedang 15–30 25 36 Conasol Talstar

Berat > 30 30 36 Conasol Confidor

a

Sumber : RKAP Unit Perkebunan Bedakah 2013

Penyakit yang sering menyerang tanaman teh yaitu cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Massee. Penyebaran penyakit ini dipengaruhi oleh kelembaban udara, sinar matahari, angin, dan ketinggian permukaan tanah. Serangan hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Serangan ulat penggulung daun (a), penggulung pucuk (b), dan penyakit blister blight (c)

Pengendalian penyakit cacar dapat dilakukan dengan cara mekanis dan sistemik. Cara mekanis dilakukan dengan merempel pohon pelindung agar tidak terlalu rimbun. Pemetikan dengan gilir petik yang sesuai kondisi pucuk dapat mengurangi sumber penularan cacar karena pucuk teh yang terserang telah terpetik. Pengendalian untuk TBM I, II, dan III digunakan fungisida (dosis 1.5 l/ha) dan insektisida (dosis 2 l/ha) sebanyak 18 kali aplikasi. Pengendalian untuk areal TM dilakukan berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakit. Prestasi kerja penulis adalah 0.12 ha/HK. Standar kerja yang berlaku adalah 0.5 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.48 ha/HK.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki karena tumbuh di waktu dan tempat yang tidak diinginkan atau mengganggu tanaman produksi. Jenis gulma yang berada di Unit Perkebunan Bedakah antara lain Erechtites valerianifolia (sintrong), Impatiens plathypetala (pacar air), Emilia sonchifolia, dan Bidens pilosa. Tujuan pengendalian gulma adalah menekan pertumbuhan gulma sehingga memperoleh laju pertumbuhan teh yang tinggi, produksi pucuk yang maksimal, dan kerugian yang serendah mungkin. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual (manual weeding) dan kimiawi (chemical weeding) sesuai dengan keadaan gulma di kebun (Gambar 4).

Pengendalian gulma secara manual menggunakan alat bantu seperti kored. Pengendalian gulma secara manual untuk TBM I dan TBM II direncanakan 3 kali dalam satu tahun, sedangkan untuk TBM III direncanakan 2 kali dalam setahun. Kegiatan pengendalian gulma di TBM disebut stripe weeding sedangkan pengendalian gulma manual setelah pangkasan disebut babad bokor. Babad bokor dilaksanakan menjelang pemupukan tanah, dilaksanakan 2 kali pada setiap tanaman umur pangkas I–IV. Prestasi kerja penulis saat kegiatan stripe weeding adalah 0.01 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.02 ha/HK. Prestasi kerja penulis saat kegiatan babad bokor adalah 0.018 ha/HK., sedangkan prestasi kerja karyawan saat babad bokor adalah 0.02 ha/HK. Standar prestasi kerja karyawan dalam melakukan babad bokor maupun stripe weeding adalah 0.04 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Pengendalian gulma secara manual (a) dan kimiawi (b)

Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida yang bersifat sistemik dan ideal dilakukan 10 hari sebelum kegiatan pemupukan. Penyemprotan gulma dilakukan 2 kali dalam satu tahun, untuk tanaman umur pangkas I dan II dengan dosis 2 l/ha, sedangkan untuk tanaman umur pangkas III dan IV menggunakan dosis 1.5 l/ha. Prestasi kerja penulis pada saat melakukan chemical weeding adalah 0.21 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.52 ha/HK dan standar kerja karyawan yang berlaku adalah 0.28 ha/HK.

Pemangkasan

Pemangkasan adalah salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman teh dengan cara memotong cabang atau ranting pada ketinggian dan gilir pangkas tertentu. Tujuan kegiatan pemangkasan adalah untuk membentuk bidang petik, merangsang tumbuhnya tunas–tunas baru, dan sebagai usaha peremajaan agar tanaman mampu berproduksi secara optimal. Kegatan pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gilir pangkas di Unit Perkebunan Bedakah idealnya dilakukan setiap 4-5 tahun disesuaikan dengan kondisi tanaman, ketinggian tempat, persentase pucuk burung, dan produksi kering yang dapat dihasilkan tanaman tersebut. Standar tinggi pangkasan yang ditetapkan Unit Perkebunan Bedakah adalah 50-55 cm. Pangkasan pertama dilakukan pada ketinggian 45 cm dari permukaan tanah dan setiap pangkasan berikutnya dinaikkan 5 cm dari luka pangkas sebelumnya, hingga mencapai tinggi 55 cm. Setelah mencapai ketinggian 55 cm, maka tinggi pangkasan diturunkan kembali pada ketinggian 50 cm. Kegiatan pemangkasan dilakukan dalam dua semester yaitu pada bulan Februari-April (semester I)

dengan memangkas sebanyak 60% dari luas seluruhnya dan Oktober-November (semester II) dengan memangkas sebanyak 40% dari luas seluruhnya.

Gambar 5 Kegiatan pemangkasan

Arah pemotongan tiap batang atau ranting adalah dari luar ke dalam dengan kemiringan 450. Sabit yang digunakan harus tajam agar hasil potongan tidak rusak. Bidang pangkas harus sejajar dengan permukaan tanah (sesuai dengan kontur tanah). Batang atau ranting sisa pangkasan disimpan di atas bidang pangkas selama 2 minggu untuk mengurangi penguapan pada luka pangkas. Ranting-ranting tersebut kemudian diletakkan di rorak sebagai bahan kompos.

Pemangkasan dipengaruhi oleh keterampilan pemangkas, ketajaman alat yang digunakan, kerataan dengan kontur tanah dan ketinggian permukaan tanah. Prestasi kerja yang berhasil dicapai oleh penulis adalah 0.005 ha/HK. Prestasi kerja yang dicapai oleh karyawan adalah 0.04 ha/HK dan standar prestasi kerja yang ditetapkan perusahaan adalah 0.02 ha/HK.

Gosok Lumut

Gosok lumut adalah kegiatan membersihkan lumut dan paku-pakuan yang menempel pada batang maupun ranting tanaman teh yang baru dipangkas. Kegiatan gosok lumut perlu dilakukan satu minggu setelah dilakukan kegiatan pemangkasan. Gosok lumut bertujuan untuk mengurangi kerusakan dan pembusukan pada batang agar pertumbuhan tunas tidak terhambat.

Kegiatan gosok lumut dilakukan dengan menggunakan ranting-ranting tanaman teh, lidi, dan kain. Prestasi kerja penulis yang diperoleh pada saat gosok lumut adalah 0.02 ha/HK, prestasi kerja karyawan sebesar 0.02 ha/HK dan standar kerja yang berlaku sebesar 0.02 ha/HK.

Penggemburan Tanah (Porokan)

Porokan adalah kegiatan menggemburkan tanah dengan garpu yang dilakukan 10-20 hari setelah pemangkasan. Tujuan dari kegiatan ini adalah unuk menggemburkan tanah sehingga tanah menjadi subur, terhindar dari erosi, memperluas bidang perakaran dan memiliki drainase serta aerasi yang baik.

Kegiatan porokan yang digunakan di Unit Perkebunan Bedakah adalah porok ungkit, yaitu dengan menancapkan ujung garpu di tanah hingga menancap kuat sekitar 20-30 cm namun tidak mengenai akar tanaman, kemudian garpu diangkat sehingga tanah terangkat. Porokan dilakukan dua kali diantara baris tanaman, dan satu kali diantara perdu tanaman teh. Prestasi kerja karyawan dalam kegiatan porokan adalah 0.06 ha/HK, sedangkan standar prestasi kerja yang ditetapkan perusahaan adalah 0.06 ha/HK dan prestasi kerja penulis adalah 0.02 ha/HK.

Pemetikan

Pemetikan adalah kegiatan pengambilan hasil berupa pucuk peko maupun pucuk burung yang memenuhi syarat untuk diolah dengan membentuk suatu kondisi tanaman agar dapat berproduksi secara berkelanjutan dengan menyisakan daun pemeliharaan. Kegiatan pemetikan selain berfungsi untuk tujuan produksi, juga berfungsi untuk membentuk figur tanaman agar mampu berproduksi sesuai potensinya secara berkelanjutan. Pemetikan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar didapat hasil yang memiliki kualitas dan kuantitas tinggi.

Sistem pengupahan. Pemberian upah kepada tenaga petik di Unit Perkebunan Bedakah didasarkan pada hasil pucuk basah yang dapat diperoleh tenaga petik dalam satu hari dan dipengaruhi oleh analisis pucuk. Upah diberikan dalam jangka waktu 10 hari sekali setiap tanggal 3, 13, dan 23. Unit Perkebunan Bedakah menetapkan upah berdasarkan tempat pemetikan. Untuk Blok Bismo dan Rinjani upah sebesar Rp260 per kg, Blok Argopuro dan Kembang sebesar Rp280 per kg, Blok Muria dan Mandala pemberian upah sebesar Rp290 per kg. Khusus untuk Blok Mandala, Muria, Argopuro, dan Kembang, pemetik akan mendapatkan bonus sebesar Rp60 per kg apabila pemetik hadir setiap hari selama satu bulan penuh.

Perbedaan upah dan pemberian premi bagi blok tertentu karena blok yang terletak di dataran tinggi seperti Blok Muria, Mandala, Argopuro dan Kembang sulit dijangkau serta memiliki kontur tanah yang bergelombang sehingga menyulitkan dalam proses pemetikan dan pengangkutan hasil petik ke tempat penimbangan. Selain itu, tenaga petik akan mendapatkan premi sebesar Rp30 per kg apabila hasil petikan memenuhi standar analisis pucuk minimal 50%, ketentuan ini berlaku bagi semua blok kebun.

Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang berlaku di Unit Perkebunan Bedakah adalah sistem giringan. Sistem giringan dilakukan dengan cara pemetik memetik mengikuti barisan perdu, sehingga satu pemetik berada di dalam satu ring. Pemetik pindah ke barisan lain yang belum dipetik apabila barisan sebelumnya telah diselesaikan. Kelebihan dari sistem giringan adalah mempermudah dalam pengawasan pemetikan. Pembimbing dapat langsung menegur dan memberitahukan cara memetik yang benar apabila pemetik

Dokumen terkait