• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia

sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH,

PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

FATHAN JAMILAH

A24090144

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

FATHAN JAMILAH. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI.

Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek pemetikan. Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah pada bulan Februari-Juni 2013. Hasil menunjukkan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, kapasitas pemetik, persentase pucuk, gilir dan hanca petik telah sesuai standar yang ditetapkan. Analisis petik, analisis pucuk, tebal daun pemeliharaan, jumlah tenaga petik dan sarana transportasi masih memerlukan beberapa pengembangan agar didapat kuantitas dan kualitas pucuk yang optimal.

Kata kunci: pemetikan, teh, Unit Perkebunan Bedakah

ABSTRACT

FATHAN JAMILAH. Plucking Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) at Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Central Java. Supervised by ANI KURNIAWATI.

Internship activities was conducted in order to improve knowledge, field experience, and to analyze tea management which is related to tea plucking. Internship activities was conducted at Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Central Java in February-June 2013. Resutls showed that height of pluck section surface, diameter pluck section surface, plucker’s capacity, percentage of shoots, and plucking time management were eligible. The increase in supervision of plucking analysis, shoots analysis, leaf maintenance, total pluckers, and transportation were really important in order to get an optimal quality and quantity of tea shoots.

(6)
(7)

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia

sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH,

PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

FATHAN JAMILAH

A24090144

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Nama : Fathan Jamilah NIM : A24090144

Disetujui oleh

Dr Ani Kurniawati, SP MSi. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr. Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah”.

Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Kedua orang tua, kakak, dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada penulis.

2. Ibu Dr Ani Kurniawati, SP MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan saran yang bermanfaat bagi penulis selama penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS dan Bapak Dr Ir Hariyadi, MS sebagai dosen penguji atas saran dan masukan bagi perbaikan skripsi.

4. Direksi PT Tambi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.

5. Bapak Ir Bagus Nugroho selaku pemimpin Unit Perkebunan Bedakah, Bapak Purwandi dan Bapak Sudiyono selaku kepala sub bagian kebun, serta Bapak Meggie Satria HC, SE selaku kepala sub bagian kantor yang telah membimbing penulis selama kegiatan magang.

6. Seluruh kepala blok, pembimbing lapangan, karyawan dan staf di kebun maupun pabrik Unit Perkebunan Bedakah atas bantuan dan kebaikan yang diberikan kepada penulis selama kegiatan magang.

Semoga skripsi ini bermanfaat, amin.

Bogor, Desember 2013

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA... 2

METODE MAGANG ... 4

KEADAAN UMUM ... 7

ASPEK TEKNIS ... Error! Bookmark not defined.10 PEMBAHASAN ... 32

Tinggi Bidang Petik ... 32

Tebal Daun Pemeliharaan ... 32

Diameter Bidang Petik ... 33

Persentase Pucuk Peko dan Burung ... Error! Bookmark not defined.33 Gilir Petik ... 34

Hanca Petik ... 34

Tenaga Petik ... 35

Kapasitas Pemetik ... 35

Analisis Petik dan Analisis Pucuk ... 36

Sarana Transportasi Pucuk ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Produksi dan produktivitas teh Unit Perkebunan Bedakah tahun

2008–2012 9

2 Dosis pupuk tanaman teh belum menghasilkan (TBM) di Unit

Perkebunan Bedakah tahun 2013 14

3 Dosis pupuk tanaman teh menghasilkan (TM) di Unit Perkebunan

Bedakah tahun 2013 15

4 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan tingkat serangan

hama dan penyakit 16

5 Diameter bidang petik berdasarkan umur pangkas di Unit

Perkebunan Bedakah 22

6 Gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah bulan Februari-April 2013 23 7 Hanca petik Unit Perkebunan Bedakah bulan Januari-Mei 2013 24 8 Perbandingan jumlah pemetik di lapang dengan perhitungan

berdasarkan rasio 24

9 Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Bedakah bulan Januari–

April 2013 25

10 Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan

Bedakah bulan Januari–April 2013 25

11 Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit

Perkebunan Bedakah bulan Januari–April 2013 25 12 Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah 26 13 Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Bedakah bulan

Januari-April 2013 27

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan penanaman stek di pembibitan 11

2 Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun teh (b) 14 3 Serangan ulat penggulung daun (a), penggulung pucuk (b), dan

penyakit blister blight (c) 16

4 Pengendalian gulma secara manual (a) dan kimiawi (b) 17

5 Kegiatan pemangkasan 18

6 Gunting petik (a) dan mesin petik (b) 20

7 Kegiatan penimbangan di kebun 21

8 Jembatan timbang di pabrik 21

9 Tinggi bidang petik berdasarkan tahun pangkas di Unit Perkebunan

Bedakah pada tahun 2013 21

10 Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun pangkas di Unit

Perkebunan Bedakah pada tahun 2013 22

11 Persentase pucuk peko dan burung berdasarkan tahun pangkas teh 23

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit

Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 41 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping pembimbing di

Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 42 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping kepala blok di

Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 43 4. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping kepala sub

bagian kebun di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo,

Jawa Tengah 44

5. Peta lokasi Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013 45 6. Curah hujan dan hari hujan di Unit Bedakah tahun 2003–2012 46 7. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013 47 8. Luas areal berdasarkan jenis tanaman di Unit Perkebunan Bedakah

tahun 2013 48

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) adalah tanaman perdu yang biasa tumbuh di daerah pegunungan dengan curah hujan tidak kurang dari 120 mm/bulan, suhu udara harian 12-30 oC di negara beriklim tropis yang terletak di antara 430 LU dan 420 LS (Ouwor 2003). Menurut Gnanamangai dan Ponmurugan (2012), tanaman teh tumbuh pada ketinggian 200–2 300 meter di atas permukaan laut (dpl).

Perkebunan komoditas teh terus berkurang seluas 2 584 ha per tahun atau 1.7% dan menyebabkan produksi turun 0.9% per tahun dengan total produksi daun teh kering 150 342 ton pada tahun 2009 (Departemen Pertanian 2010). Berdasarkan data BPS (2010), telah terjadi peningkatan impor teh sebesar 42%. Tingginya permintaan impor dapat diatasi dengan memperbaiki kualitas teh dalam negeri. Kualitas teh dipengaruhi sistem pemetikan, pemangkasan teh, ketinggian tempat tumbuh teh, dan sistem pengolahan teh.

Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m dpl, dataran sedang 800–1 200 m dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1 200 m dpl. Ketinggian tempat tanam kebun teh mempengaruhi kualitas daun teh, terutama dari kadar polifenol dan ukuran serat daun teh. Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan perbedaan suhu, mempengaruhi sifat pertumbuhan perdu teh. Perbedaan sifat pertumbuhan tersebut, menyebabkan perbedaan mutu pada teh jadi. Teh yang diproduksi di dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik dibandingkan dengan teh yang diproduksi di dataran rendah (Setyamidjaja 2000).

Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan Dalimoenthe 2009). Pemetikan teh berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi, dan mutu teh jadi yang berpengaruh terhadap nilai ekonomis teh (Ouwor dan Obanda 1998).

Tujuan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) adalah salah satu tanaman perdu berdaun hijau yang berasal dari daerah Cina, Burma, Thailand, dan Vietnam.Tanaman teh menyukai kondisi yang hangat dengan iklim lembab dan curah hujan lebih dari 2 000 mm/tahun dengan suhu harian 13-25 0C (PPTK Gambung 2006).

Teh dapat tumbuh baik dengan intensitas cahaya matahari 50-70% dengan kelembaban 87-93% pada tanah yang memiliki pH 4.5–5.6 (Johan dan Dalimoenthe 2009). Teh cocok ditanam pada tanah jenis Andosol dengan kemiringan tanah kurang dari 35% (PPTK Gambung 2006). Unsur iklim lain yang harus diperhatikan untuk budidaya tanaman teh adalah angin. Tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok, selain itu angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit (Hajra 2002).

Pemetikan

Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmiati dan Pranoto 2009).

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat–syarat pengolahan, atau kegiatan pemungutan hasil berupa pucuk yang dilakukan secara teratur dan terus menerus yang bertujuan untuk memperoleh hasil berupa tunas dan daun muda sebanyak-banyaknya sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh (PPTK Gambung 2006). Pemetikan adalah salah satu kegiatan penting dari semua teknik operasi dalam produksi teh. Kegiatan ini harus bertujuan untuk mencapai produksi maksimum tunas, tanpa melukai kesehatan tanaman teh yang dipanen dan akhir kualitas produk yang dicapai maksimum (PPTK Gambung 2002).

(19)

Jenis Pemetikan

Pemetikan terbagi tiga jenis, yaitu pemetikan jendangan, pemetikan poduksi, dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Pemetikan jendangan dilakukan apabila 60% tanaman dari areal telah siap untuk dijendang (PPTK Gambung 2010). Kegiatan pemetikan jendangan dilakukan 3-4 bulan setelah kegiatan pemangkasan. Perdu tanaman teh harus memiliki daun pemeliharaan dengan ketebalan minimal 30-35 cm.

Pemetikan jendangan dilakukan 3-4 kali, dengan siklus petik 10-15 hari hingga tercapai bidang petik yang lebar dan rata serta mencapai ketebalan daun pemeliharaan yang diinginkan. Tenaga petik yang melakukan pemetikan jendangan adalah tenaga yang memiliki keterampilan yang lebih baik dibandingkan pemetik yang lain. Pemetikan jendangan dilakukan secara manual tanpa menggunakan gunting petik agar pemetikan bersifat selektif dengan meninggalkan 5-6 daun, sehingga daun pemeliharaan akan terbentuk dengan baik. Pemetik diperbolehkan menggunakan gunting petik untuk meratakan bidang petik setelah 2-3 kali memetik menggunakan tangan. Menurut Ouwor dan Kwach (2012) bidang petik harus rata agar tunas baru dapat tumbuh serempak. Pucuk dari tunas yang tumbuh ke samping tidak dipetik untuk memperlebar bidang petik.

Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan, dilaksanakan hingga menjelang pemetikan gendesan. Pemetikan produksi dilakukan sesuai dengan gilir petik dan jenis petikan yang telah ditentukan. Tujuan dari pemetikan produksi adalah untuk mencapai produksi dan produktivitas yang optimal serta berkelanjutan dengan memperhatikan kesehatan tanaman. Pemetikan produksi yang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah adalah dengan memetik pucuk yang manjing. Menurut PPTK Gambung (2010) pucuk manjing adalah pucuk yang sudah memenuhi syarat untuk dipetik dan diolah sesuai dengan rumus petik yang digunakan. Pemetikan gendesan dilakukan dengan cara memetik habis semua pucuk yang layak petik, tanpa memperhatikan bagian pucuk yang ditinggalkan pada tanaman. Pemetikan gendesan bertujuan memanfaatkan daun muda yang jika tidak dipetik akan terbuang saat pemangkasan (Puslitbangtan 1994).

Jenis Petikan

(20)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan sejak Februari hingga Juni 2013. Tempat pelaksanaan magang di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan selama magang adalah kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL) yang mengerjakan aspek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari sebagai pendamping pembimbing hingga sebagai pendamping kepala sub bagian kebun. Kegiatan pada bulan pertama sebagai karyawan harian lepas (KHL) adalah melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi pembibitan, penyulaman, pemeliharaan pohon pelindung, pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut dan pemetikan. Penulis membuat dan mengisi jurnal kegiatan harian selama menjadi KHL (Lampiran 1).

Kegiatan yang dilakukan penulis pada bulan kedua adalah menjadi pendamping pembimbing. Pekerjaan yang dilakukan meliputi: menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu mengawasi dan mengorganisir kerja karyawan harian di lapangan, membantu membuat laporan harian serta mengsi jurnal kegiatan harian (Lampiran 2). Kegiatan yang dilakukan penulis pada bulan ketiga adalah sebagai pendamping kepala blok. Penulis membantu kepala blok dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), membantu pembuatan laporan bulanan, mengawasi kinerja pembimbing dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3).

Kegiatan yang dilakukan penulis pada bulan keempat adalah sebagai pendamping kepala sub bagian kebun. Kegiatan yang dilakukan penulis adalah emmbantu memeriksa perencanaan kerja dan anggaran setiap blok, membantu memeriksa laporan harian dan bulanan setiap blok, mengawasi kinerja kepala blok dan membuat jurnal harian sebagai pendamping kepala sub bagian kebun (Lampiran 4).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

(21)

Parameter yang diamati selama kegiatan magang dengan aspek pemetikan adalah sebagai berikut:

1. Tinggi bidang petik

Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan dari permukaan tanah hingga permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 20 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III, dan IV tahun setelah pangkas. Pengamatan dilakukan di setiap blok.

2. Diameter bidang petik

Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter bidang petik pada dua arah yaitu timur ke barat dan utara ke selatan pada masing-masing tanaman contoh, kemudian diambil rata-rata keduanya dengan rumus :

Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 20 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III, dan IV tahun setelah pangkas. Pengamatan dilakukan di setiap blok.

3. Tebal daun pemeliharaan

Pengukuran dimulai dari pertumbuhan daun terbawah hingga permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 20 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III, dan IV tahun setelah pangkas. Pengamatan dilakukan di setiap blok.

4. Persentase pucuk peko dan burung

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah pucuk burung dan pucuk peko. Perhitungan pucuk burung dan pucuk peko dilakukan menggunakan lingkaran bambu berdiameter 75 cm kemudian pucuk burung dan pucuk peko yang ada di atas bidang petik dalam lingkaran tersebut dihitung jumlahnya. Persentase pucuk dihitung dengan rumus:

Pengamatan dilakukan pada 20 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III, dan IV tahun setelah pangkas. Pengamatan dilakukan di setiap blok. 5. Gilir petik

Data diperoleh dari wawancara dengan mandor petik setiap kepala blok maupun kepala sub bagian kebun dan pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan di setiap blok.

6. Hanca petik

(22)

7. Tenaga petik

Data diperoleh dari arsip di kantor. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan tenaga petik di kebun terhadap perhitungan rasio tenaga petik dengan rumus:

Keterangan: HKE = Hari Kerja Efektif (hari); kapasitas standar pemetik = kemampuan yang harus dicapai seorang pemetik dalam satu hari kerja (kg/orang/hari)

8. Kapasitas pemetik

Pengamatan dilakukan dengan mengamati kapasitas pemetik berdasarkan umur dan lama pengalaman kerja. Data diperoleh dari wawancara dan data dari pembimbing petik.

9. Analisis petik dan analisis pucuk

Pengamatan analisis petik dan pucuk dilakukan dengan mengambil hasil petikan secara acak, kemudian ditimbang 200 g. Analisis petik dilakukan dengan melakukan pemisahan hasil petikan berdasarkan rumus petiknya yaitu: petikan halus (p+1 dan p+2m), petikan medium (p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m) dan petikan kasar (p+4, b+1, b+2, b+3, dan b+4). Data analisis pucuk diperoleh dari hasil perhitungan di lapang. Analisis pucuk dilakukan dengan memisahkan hasil petikan berdasarkan syarat olah yaitu pucuk memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat olah (TMS). Rumus petikan memenuhi syarat olah: p+1, p+2m, p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, dan b+3m. Rumus petikan tidak memenuhi syarat olah: p+4, b+1, b+2, b+3, dan b+4. Data analisis pucuk diperoleh dari arsip di pabrik.

10.Sarana transportasi

Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah, jenis, dan kapasitas angkutan yang digunakan untuk mengangkut pucuk dari kebun ke pabrik. Data diperoleh dari wawancara dan arsip di kantor.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rataan, persentase, dan uji tstudent kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar kerja setiap kegiatan yang berlaku di perusahaan. Uji tstudent pada taraf 5% digunakan untuk mengetahui kapasitas pemetik berdasarkan usia dan lama bekerja pemetik. Rumus tstudent yang digunakan adalah sebagai berikut:

t-hitung = (� −1 � 2 ) �( 1

1+ 1 �2)

Sp = �1− 1 12 + (�2−1) 22

�1+�2 −2

Keterangan :�1,� 2 = rata-rata pengamatan 1 & 2; SІ² , SЇ² = ragam contoh 1 & 2; nІ , nЇ =

(23)

Nilai berbeda nyata apabila t-hitung > t-tabel dan tidak berbeda nyata apabila t-hitung < t-tabel ; t-tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas (nІ + nЇ– 2) (Walpole 1992).

KEADAAN UMUM

Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi

Tahun 1865 Karesidenan Bagelen yang dinamakan Ledoksche Theetuinen di afdeling Wonosobo disewakan kepada pengusaha swasta D.Vander Sluijs (Tanjungsari) dan W. D. Jong (Tambi dan Bedakah). Pada tahun 1865 perkebunan dijual kepada Mr. M. P. Van den Berg, A. W. Holle dan Ed. Yacobson kemudian mendirikan Thee En Kina Maatschappij. Pada tahun 1880 pengelolaannya diserahkan kepada Firma John Peet dan Co yang berkedudukan di Jakarta. Pada saat Perang Dunia II Hindia Belanda direbut dan diduki tentara Jepang, kemudian diubah namanya menjadi SKK (Sai Pai Kigyo Kodan) dan diubah lagi menjadi SKR (Sai Kogyo Songkoi). Tanggal 17 Agustus 1945, kebun Tambi, Bedakah dan Tanjungsari diambil alih oleh Negara Republik Indonesia yaitu PPN (Pusat Perkebunan Negara). Pada Juli 1947 terjadi aksi militer Belanda I sehingga pabrik-pabrik yang berada di daerah kekuasaaan Belanda dibumihanguskan.

Sejak diadakannya Konferensi Meja Bundar tahun 1949, pengelolaan kebun dilegalkan oleh Gubernur Jawa Tengah dengan mengeluarkan SK No. AGR.36/1952/6/11/24 pada tanggal 8 Juni 1952. Penyerahan jual beli dari Begelen Thee En Kina Maatschappij kepada PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing yang didirikan oleh Eks Pegawai PPN, dilakukan di Jakarta pada tanggal 29 April 1954, diperkuat dengan Akta Notaris Raden Sujadi No. 17 di Magelang. Perjanjian jual beli dilaksanakan di depan Notaris Rd. Mr. Soebandi di Jakarta tanggal 26 November 1954 No.1156.

Pada tanggal 17 Mei 1954, Bagelen Thee En Kina Maatschappij dibeli oleh PT NV Ex. PPN Sindoro Sumbing. Pada 3 Juli 1957 disepakati bahwa PT NV Ex. PPN Sindoro Sumbing mengelola perusahaan bersama Kabupaten Wonosobo dengan modal masing-masing pihak sebesar 50%, sehingga dibentuklah perusahaan baru dengan nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi disingkat NV Tambi. PT Tambi yang didirikan pada tanggal 13 Agustus 1957 dan mendapat pengesahan Menteri Kehakiman tanggal 10 April 1958 No JA 5/30/25. Pada tahun 2010 saham PT Perkebunan Sindoro Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra (IGP).

Letak Geografis dan Administratif

(24)

Desa Candiyasan; sebelah selatan dengan Desa Pagerejo; sebelah barat berbatasan dengan Desa Damarkasian dan Desa Keseneng. Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas 6 blok (Lampiran 5).

Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim

Curah hujan di Unit Perkebunan Bedakah selama sepuluh tahun terakhir (2003-2013) berkisar 1 630–3 957 mm dengan rata-rata 3 031.75 mm per tahun dan hari hujan berkisar 122-217 hari dengan rata-rata 148.9 hari hujan. Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe B dengan rata-rata 8.4 bulan basah (BB) dan 2.7 bulan kering (BK). Suhu harian pada tahun 2013 di Unit Perkebunan Bedakah berkisar antara 19-24 oC dengan kelembaban udara (RH) berkisar 87-93% (Lampiran 6). Jenis tanah di Unit Perkebunan Bedakah adalah Andosol dan Regosol dengan pH 4.5–6.5 serta dengan topografi lahan yang landai, bergelombang dan berbukit dengan tingkat kemiringan 0 hingga lebih dari 45%.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2013, luas areal Unit Perkebunan Bedakah adalah 355.27 ha. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013 tercantum pada Lampiran 7. Unit Perkebunan Bedakah terbagi ke dalam enam blok dengan luas masing-masing blok yaitu Rinjani 43.29 ha, Bismo 61.25 ha, Argopuro 60.04 ha, Mandala 61.92 ha, Muria 58.77 ha, dan Kembang 45.44 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Jenis klon yang dibudidayakan di Unit Perkebunan Bedakah adalah Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025, Cin 143, Pasir Sarongge (PS), Kiara 8, MPS, dan tanaman yang berasal dari biji (seedling). Jarak tanam yang diterapkan di Unit Perkebunan Bedakah adalah 120 cm x 75 cm dengan rata–rata populasi tanaman teh sebanyak 10 000 pohon per ha sedangkan populasi tanaman seedling adalah 7 000–8 000 pohon/ha. Jarak tanam bagi tanaman yang akan di replanting adalah double row yaitu 100 cm x 75 cm dan 140 cm x 75 cm. Jarak tanam 140 cm x 75 cm digunakan untuk memudahkan tenaga kerja dalam pengoperasian mesin petik serta saat pemeliharaan tanaman.

(25)

Tabel 1 Produksi dan produktivitas teh Unit Perkebunan Bedakah tahun 2008– 2012a

Tahun Luas TM Produksi Produktivitas

(ha) Basah Kering Basah Kering

...(kg)... ...(kg/ha/tahun)... 2008 303.23 3 587 799 774 767 11 808.57 2 550.00 2009 303.05 3 210 373 702 440 10 593.54 2 317.90 2010 303.42 3 154 031 685 664 10 394.93 2 259.79 2011 291.20 3 698 326 811 547 12 700.30 2 786.91 2012 285.49 5 019 469 1 113 560 17 581.94 3 900.52 Rata-rata 297.398 3 733 999.6 817 595.6 12 615.86 2 763.02

a

Sumber : Kantor Kebun dan Kantor Induk Unit Perkebunan Bedakah 2013

Struktur Organisasi dan Personalia

Unit Perkebunan Bedakah dipimpin oleh seorang pemimpin unit perkebunan yang diangkat oleh direksi PT Tambi. Pemimpin unit membawahi kepala sub bagian kebun, kepala sub bagian pabrik dan kepala sub bagian kantor. Struktur organisasi Unit Perkebunan Bedakah ditetapkan berdasarkan SK Direksi. Struktur organisasi Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 9.

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri atas karyawan I dan kayawan II, sedangkan karyawan non staf terdiri atas karyawan borong tetap dan karyawan borong lepas. Karyawan borong tetap yaitu karyawan yang bekerja tetap di perusahaan dan mendapatkan fasilitas jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek), pengobatan, serta bonus, sedangkan karyawan borong lepas atau musiman pekerjaannya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan tidak terikat dengan perusahaan sehingga tidak mendapatkan fasilitas jamsostek, pengobatan, dan bonus.

Total tenaga kerja di Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013 berjumlah 303 orang (Lampiran 10) dengan luas areal sebesar 355.27 ha. Indeks tenaga kerja yang dapat dicapai adalah 0.85 orang/ha.

Sistem Pengupahan

(26)

bulannya. Karyawan II mendapatkan upah satu bulan sekali setiap tanggal 3, dan Karyawan I mendapatkan upah satu bulan sekali setiap tanggal 1 setiap bulannya.

Kesejahteraan Karyawan

Unit Perkebunan Bedakah meyediakan berbagai fasilitas bagi karyawan, antara lain berupa rumah dinas, jamsostek, balai pelayanan kesehatan, koperasi, pakaian kerja, tempat olahraga, dan kendaraan bermotor. Karyawan yang mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu karyawan I, II, serta keluarganya (dua orang anak). Karyawan borong tetap dan pensiunan mendapatkan layanan kesehatan hanya untuk yang bersangkutan. Perusahaan memberikan cuti kerja selama 14 hari dan gaji sebesar satu bulan serta sepasang seragam dalam satu tahun bagi karyawan. Karyawan akan mendapatkan jasa produksi apabila perusahaan memperoleh keuntungan atau target tercapai.

Kendaraan bermotor hanya diberikan kepada karyawan tertentu berdasarkan dengan tugas dan jabatannya. Perusahaan menyediakan sarana angkutan antar jemput bagi anak sekolah dengan menggunakan truk. Kegiatan rekreasi merupakan kegiatan kondisional yang dilakukan setahun sekali misalnya pada saat hari jadi PT Tambi. Tunjangan hari raya (THR) diberikan satu kali dalam setahun yaitu pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembibitan

Persiapan budidaya teh dimulai dari proses pembibitan di areal tanaman belum menghasilkan (TBM). Pembibitan dilakukan di bangunan pembibitan yang terbuat dari bilik atau anyaman bambu, atap terbuat dari paranet serta disangga dengan tiang-tiang bambu dengan jarak 3.5 m x 3 m. Paranet memiliki intensitas cahaya sebesar 20-25%. Klon yang digunakan sebagai perbanyakan adalah Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Tambi Merah, dan Seedling. Bedengan berukuran panjang 10-20 m dan lebar 0.8-1 m dan dibuat rorak dengan panjang 1-2 m, lebar 30 cm, dan kedalaman 60 cm. Bedengan ditutup dengan sungkup plastik transparan dengan tinggi 0.6 m, lebar dan panjang disesuaikan dengan bedengan.

Media tanam yang digunakan adalah tanah. Tanah yang digunakan untuk penanaman stek adalah top soil dan sub soil. Tanah diayak menggunakan ayakan, kemudian setiap m3 top soil dicampur dengan 350–400 g Dithane, 1 250 g SP 36, 500 g KCl, 1 000 g Tawas (Al2(SO4)3), 250 g Kieserite, dan 200 g Basamid,

sedangkan untuk sub soil dilakukan pencampuran dengan 350–400 g Dithane, 1 000 g Tawas dan 200 g Basamid. Tanah yang telah dicampur kemudian ditutup dengan plastik dan dibiarkan selama 2-3 minggu.

(27)

dalam bedengan kemudian campuran sub soil dimasukkan sebanyak 1/3 bagian polybag. Alas bedengan sebelumnya telah dilapisi dengan serasah daun untuk menjaga kelembaban tanah. Polybag yang telah tersusun rapi disiram, setelah itu bedengan disungkup sementara dengan menggunakan plastik transparan selama 10-15 hari.

Tahap pengambilan bahan tanaman untuk stek adalah dengan melakukan tipping, yaitu kegiatan pemotongan pucuk teh yang bertujuan unuk merangsang pertumbuhan tunas dan menguatkan daun-daun tua. Setelah 15 hari, pengambilan bahan tanam stek dilakukan. Tanaman yang dipilih harus sehat, tidak terkena serangan hama penyakit, dan ranting harus berwana hijau tua. Ranting tidak boleh terlalu tua atau berwarna coklat karena pertumbuhan tunas akan lamban. Ranting tidak boleh terlalu muda karena tanaman belum cukup kuat sehingga apabila dijadikan bahan stek, daun akan rontok, layu, kemudian mati.

Ranting dipotong dengan ukuran kurang lebih 5 daun dari pucuk atau 15 cm dari bidang pangkasan. Sisa daun dan ranting dari potongan tadi digunakan untuk alas bedengan. Bahan stek yang digunakan adalah tipe single node, yaitu penanaman yang hanya mengikutsertakan satu daun dan satu tunas, dengan panjang ruas batang 2.5 cm dengan kemiringan 450 kemudian daun dipotong 1/2 bagian pada setiap bahan stek. Pemotongan daun bertujuan agar proses fotosintesis tetap berlangsung namun penggunaan hara dan respirasi menjadi berkurang. Bahan stek tersebut direndam selama 1-2 menit dalam 1 g/l larutan Dithane dan 1 ml/l larutan zat penumbuh akar (atonik) untuk merangsang pertumbuhan akar.

Bahan stek ditanam pada polybag, ditancapkan sedalam 1.5 cm dengan cukup kuat agar tidak goyah saat disiram. Posisi menghadap arah datangnya cahaya matahari agar mendapat cahaya matahari yang cukup. Semua polybag yang telah ditanami kemudian disiram dengan menggunakan air bersih dan disemprot dengan Lannate 2 g/l. Bedengan kemudian ditutup dengan plastik transparan. Kegiatan penanaman stek dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kegiatan penanaman stek di pembibitan

Pembukaan sungkup dilakukan setelah bedengan disungkup selama 3-4 bulan, dan dilakukan secara bertahap agar tanaman mampu beradaptasi terhadap lingkungan luar dengan baik. Tahapan pembukaan sungkup I dibuka 1/4 bagian mulai pukul 07.00–09.00, tahap ke II sungkup dibuka 1/2 bagian pada pukul 07.00–11.00, tahap ke III dibuka semua bagian mulai pukul 07.00–11.00. Masing-masing tahapan dilakukan selama 2 minggu, setelah semua tahapan dilakukan sungkup dibuka semua.

(28)

kriteria A apabila memiliki daun lebih dari 5 lembar dengan tinggi 20–25 cm, kriteria B apabila memiliki daun 3–4 lembar dengan tinggi 15–20 cm, dan kriteria C apabila memiliki daun 2 lembar dengan tinggi kurang dari 15 cm. Seleksi kedua dilakukan 3 bulan setelah seleksi pertama dengan kriteria A, B, dan C. Tiga bulan setelah seleksi tahap kedua maka bibit siap yang akan disalurkan memiliki tinggi 20–25 cm, serta daun berjumlah 5–7 lembar.

Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada saat pengisian polybag adalah 330 buah polybag/HK. Standar kerja yang berlaku yaitu 1 000 polybag/ HK, sedangkan prestasi kerja karyawan yaitu 750 polybag/HK. Pada saat penanaman stek prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 500 buah polybag/HK. Standar kerja yang berlaku adalah 1 800 polybag/buah, sedangkan prestasi kerja karyawan yaitu 1 500 buah polybag/HK.

Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman baru yang memiliki umur yang seragam pada areal TBM. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan lempag, yaitu alat untuk membuat lubang tanam. Ukuran lubang tanam adalah panjang 20 cm, lebar 20 cm, dan kedalaman 30 cm. Areal yang akan dilakukan penanaman harus bersih dari gulma dan tanah galian dicampurkan dengan pupuk dasar lalu dimasukkan ke dalam lubang tanam. Pupuk dasar yang digunakan yaitu 10 g Urea, 5 g SP 36, 5 g KCl dan 3 g Kieserite.

Penyulaman untuk TBM I direncanakan 10% dari luas areal, sedangkan untuk TBM II direncanakan 7.5% dan TBM III 5% dari luas areal. Prestasi kerja penyulaman yang dikerjakan oleh penulis adalah 30 tanaman/HK, sedangkan prestasi kerja yang dikerjakan oleh karyawan adalah 40 tanaman/HK. Standar kerja penyulaman yang ditetapkan perusahaan adalah sebesar 40 tanaman/HK. Pembentukan Bidang Petik (Centering)

Unit Perkebunan Bedakah melakukan pembentukan bidang petik pada areal TBM dengan cara centering. Kegiatan centering adalah untuk membentuk perdu sehingga memiliki bidang petik rata dan luas serta terbentuk percabangan yang ideal agar dapat menghasilkan pucuk yang banyak. Centering dilakukan pada saat tanaman berumur 3–4 bulan setelah tanam, memiliki ketinggian sekitar 50–60 cm. Centering dilakukan dengan cara memotong batang utama yang telah memenuhi syarat yaitu memiliki diameter 0.7 cm dengan ketingian 15–20 cm dari permukaan tanah.

(29)

Pemeliharaan Pohon Pelindung

Pohon pelindung adalah tanaman yang sengaja ditanam di areal perkebunan teh dengan tujuan untuk menjaga iklim mikro, menahan angin, melindungi tanaman dari cuaca yang tidak mendukung terhadap pertumbuhan, dan menjaga kesuburan tanah. Pohon pelindung sementara yang ditanam di Unit Perkebunan Bedakah adalah Crotalaria sp., Tephrosia sp., dan Sesbania sp. Pohon pelindung sementara ditanam di antara barisan tanaman teh dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Pohon pelindung tetap yang ditanam di areal perkebunan teh Unit Perkebunan Bedakah adalah Acacia decurens, Grevillea robusta, Leucaena sp., Meopsis manii, dan pohon pelindung yang akhir-akhir ini banyak ditanam dalah Mimba. Pohon pelindung tetap ditanam pada tepi patok dengan jarak tanam 10 m x 10 m.

Kegiatan pemeliharaan pohon pelindung meliputi penyulaman dan perempelan ranting. Kegiatan perempelan dilakukan apabila memasuki awal musim hujan atau selama musim hujan. Perempelan ranting atau dahan dilakukan menggunakan sabit dengan tujuan menjaga kelembaban iklim. Penulis melakukan kegiatan pemeliharaan pohon pelindung yaitu dengan melakukan perempelan di areal TBM dengan prestasi kerja 0.007 ha/HK. Prestasi kerja karyawan adalah 0.02 ha/HK, sedangkan standar prestasi kerja yang diterapkan perusahaan adalah 0.04 ha/HK.

Pemeliharaan Lubang Tadah dan Saluran Air

Lubang tadah atau dikenal dengan istilah rorak dibuat pada TBM dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 30 cm, dan kedalaman 30 cm. Lubang tadah dibuat diantara baris setiap 2–3 baris tanaman teh, berfungsi untuk menyimpan dan melancarkan air yang masuk ke areal tanaman. Pelaksanaan pemeliharaan lubang tadah dilakukan saat awal dan akhir musim hujan. Pada TBM I dan II, pemeliharaan lubang tadah dilakukan dua kali dalam setahun, sedangkan untuk TBM III dilaksanakan satu kali. Kegiatan pemeliharaan dilakukan menggunakan cangkul yaitu dengan mengangkat tanah dan serasah yang memenuhi lubang tadah.

Saluran air adalah saluran atau kali yang berada disepanjang jalan kebun di sekitar areal pertanaman teh, dibuat di pinggiran batas nomor kebun dan di tempat yang memiliki aliran air yang cukup deras untuk dialirkan ke lubang tadah. Tujuan pembuatan saluran air adalah untuk melancarkan aliran air yang akan memasuki areal pertanaman teh sehingga air yang masuk tidak terlalu besar dan dapat mencegah terjadinya erosi atau tanah longsor. Pemeliharaan saluran air dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada awal atau akhir musim hujan dengan menggunakan cangkul.

Pemupukan

(30)

pemupukan melalui daun (Gambar 2). Pemupukan melalui tanah dilakukan dua kali untuk tanaman menghasilkan (TM) dalam satu tahun yaitu pada bulan Februari-April (semester I) dan Oktober–November (semester II). Sedangkan untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) pemupukan dilaksanakan empat kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari, April, Oktober, dan Desember. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (46% N), SP 36 (36% P2O5), KCl (60% K20),

dan Kieserit (27% MgO).

Gambar 2 Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun teh (b)

Penetapan dosis didasarkan pada target produktivitas kering teh dalam setahun. Asumsi produktivitas kerig untuk TBM I sebanyak 1 750 kg/ha/tahun, TBM II 2 000 kg/ha/tahun, dan TBM III 2 250 kg/ha/tahun. Perbandingan dosis unsur hara yang direkomendasikan oleh PT Tambi ditetapkan dengan perbandingan N : P : K : Mg = 5 : 1 : 2.5 : 0.3. Rekomendasi dosis pupuk yang digunakan Unit Perkebunan Bedakah untuk TBM (Tabel 2) berbeda dengan dosis pupuk untuk TM (Tabel 3). Unit Perkebunan Bedakah menentukan dosis N untuk TBM sebesar 10% dan untuk TM sebesar 6% dari produktivitas keringnya. Prestasi kerja penulis saat melakukan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah 0.22 ha/HK. Prestasi karyawan sebesar 0.48 ha/HK dan standar kerja yang berlaku di Unit Perkebunan Bedakah adalah 0.31 ha/HK.

Tabel 2 Dosis pupuk tanaman teh belum menghasilkan (TBM) di Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013a

Umur TBM (tahun) Urea SP 36 KCl Kieserite

...(kg/ha/apl)...

I 95 25 36 10

II 109 28 42 11

III 122 32 47 13

a

Sumber: RKAP Unit Perkebunan Bedakah 2013

(31)

Tabel 3 Dosis pupuk tanaman teh menghasilkan (TM) di Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013a

Blok Urea SP 36 KCl Kiesrite

Seedling Klonal Seedling Klonal Seedling Klonal Seedling Klonal

... (kg/ha/apl)...

Bismo 204 330 52 84 78 126 21 33

Rinjani 214 347 54 89 82 133 22 35

Mandala 195 316 50 80 75 121 20 32

Argopuro 216 350 55 89 83 134 22 36

Kembang 213 345 44 88 81 132 21 29

Muria - 287 - 73 - 110 - 29 a

Sumber: RKAP Unit Perkebunan Bedakah 2013

Pemupukan melalui daun dilakukan bersamaan pengendalian hama penyakit (PHP) dengan menggunakan pupuk daun yaitu Zink Sulfat (ZnSO4) dan

pupuk pelengkap cair (PPC) menggunakan Green Asri (GA). Aplikasi pupuk daun menggunakan ZnSO4 dilakukan satu bulan sekali dimulai bulan Februari hingga

November dengan dosis 1 kg/ha dengan air 200 l/ha. Sedangkan pupuk pelengkap cair diaplikasikan setiap dua kali dalam sebulan dimulai bulan Mei hingga Agustus dengan dosis GA sebesar 0.5 l/ha dan volume air yang digunakan sebanyak 200-400 l/ha. Penyemprotan pupuk daun dan pengendalian hama penyakit (PHP) dilakukan dengan menggunakan power sprayer atau mist blower. Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada saat pemupukan daun (bersamaan pengendalian hama penyakit) adalah 0.12 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.5 ha/HK. Unit Perkebunan Bedakah menerapkan standar kerja untuk pemupukan melalui daun sebesar 0.48 ha/HK.

Pengendalian Hama dan Penyakit

(32)

Tabel 4 Aplikasi fungisida dan insektisida berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakita

Tingkat serangan (%)

Luas areal (%)

Aplikasi (kali)

Fungisida Insektisida

Ringan 0–15 45 24 70% Manxyl 70% Crown

30% Probox 30% Metindo

Sedang 15–30 25 36 Conasol Talstar

Berat > 30 30 36 Conasol Confidor

a

Sumber : RKAP Unit Perkebunan Bedakah 2013

Penyakit yang sering menyerang tanaman teh yaitu cacar daun teh (blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Massee. Penyebaran penyakit ini dipengaruhi oleh kelembaban udara, sinar matahari, angin, dan ketinggian permukaan tanah. Serangan hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Serangan ulat penggulung daun (a), penggulung pucuk (b), dan penyakit blister blight (c)

Pengendalian penyakit cacar dapat dilakukan dengan cara mekanis dan sistemik. Cara mekanis dilakukan dengan merempel pohon pelindung agar tidak terlalu rimbun. Pemetikan dengan gilir petik yang sesuai kondisi pucuk dapat mengurangi sumber penularan cacar karena pucuk teh yang terserang telah terpetik. Pengendalian untuk TBM I, II, dan III digunakan fungisida (dosis 1.5 l/ha) dan insektisida (dosis 2 l/ha) sebanyak 18 kali aplikasi. Pengendalian untuk areal TM dilakukan berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakit. Prestasi kerja penulis adalah 0.12 ha/HK. Standar kerja yang berlaku adalah 0.5 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.48 ha/HK.

Pengendalian Gulma

(33)

Pengendalian gulma secara manual menggunakan alat bantu seperti kored. Pengendalian gulma secara manual untuk TBM I dan TBM II direncanakan 3 kali dalam satu tahun, sedangkan untuk TBM III direncanakan 2 kali dalam setahun. Kegiatan pengendalian gulma di TBM disebut stripe weeding sedangkan pengendalian gulma manual setelah pangkasan disebut babad bokor. Babad bokor dilaksanakan menjelang pemupukan tanah, dilaksanakan 2 kali pada setiap tanaman umur pangkas I–IV. Prestasi kerja penulis saat kegiatan stripe weeding adalah 0.01 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.02 ha/HK. Prestasi kerja penulis saat kegiatan babad bokor adalah 0.018 ha/HK., sedangkan prestasi kerja karyawan saat babad bokor adalah 0.02 ha/HK. Standar prestasi kerja karyawan dalam melakukan babad bokor maupun stripe weeding adalah 0.04 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Pengendalian gulma secara manual (a) dan kimiawi (b)

Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida yang bersifat sistemik dan ideal dilakukan 10 hari sebelum kegiatan pemupukan. Penyemprotan gulma dilakukan 2 kali dalam satu tahun, untuk tanaman umur pangkas I dan II dengan dosis 2 l/ha, sedangkan untuk tanaman umur pangkas III dan IV menggunakan dosis 1.5 l/ha. Prestasi kerja penulis pada saat melakukan chemical weeding adalah 0.21 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.52 ha/HK dan standar kerja karyawan yang berlaku adalah 0.28 ha/HK.

Pemangkasan

Pemangkasan adalah salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman teh dengan cara memotong cabang atau ranting pada ketinggian dan gilir pangkas tertentu. Tujuan kegiatan pemangkasan adalah untuk membentuk bidang petik, merangsang tumbuhnya tunas–tunas baru, dan sebagai usaha peremajaan agar tanaman mampu berproduksi secara optimal. Kegatan pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 5.

(34)

dengan memangkas sebanyak 60% dari luas seluruhnya dan Oktober-November (semester II) dengan memangkas sebanyak 40% dari luas seluruhnya.

Gambar 5 Kegiatan pemangkasan

Arah pemotongan tiap batang atau ranting adalah dari luar ke dalam dengan kemiringan 450. Sabit yang digunakan harus tajam agar hasil potongan tidak rusak. Bidang pangkas harus sejajar dengan permukaan tanah (sesuai dengan kontur tanah). Batang atau ranting sisa pangkasan disimpan di atas bidang pangkas selama 2 minggu untuk mengurangi penguapan pada luka pangkas. Ranting-ranting tersebut kemudian diletakkan di rorak sebagai bahan kompos.

Pemangkasan dipengaruhi oleh keterampilan pemangkas, ketajaman alat yang digunakan, kerataan dengan kontur tanah dan ketinggian permukaan tanah. Prestasi kerja yang berhasil dicapai oleh penulis adalah 0.005 ha/HK. Prestasi kerja yang dicapai oleh karyawan adalah 0.04 ha/HK dan standar prestasi kerja yang ditetapkan perusahaan adalah 0.02 ha/HK.

Gosok Lumut

Gosok lumut adalah kegiatan membersihkan lumut dan paku-pakuan yang menempel pada batang maupun ranting tanaman teh yang baru dipangkas. Kegiatan gosok lumut perlu dilakukan satu minggu setelah dilakukan kegiatan pemangkasan. Gosok lumut bertujuan untuk mengurangi kerusakan dan pembusukan pada batang agar pertumbuhan tunas tidak terhambat.

Kegiatan gosok lumut dilakukan dengan menggunakan ranting-ranting tanaman teh, lidi, dan kain. Prestasi kerja penulis yang diperoleh pada saat gosok lumut adalah 0.02 ha/HK, prestasi kerja karyawan sebesar 0.02 ha/HK dan standar kerja yang berlaku sebesar 0.02 ha/HK.

Penggemburan Tanah (Porokan)

Porokan adalah kegiatan menggemburkan tanah dengan garpu yang dilakukan 10-20 hari setelah pemangkasan. Tujuan dari kegiatan ini adalah unuk menggemburkan tanah sehingga tanah menjadi subur, terhindar dari erosi, memperluas bidang perakaran dan memiliki drainase serta aerasi yang baik.

(35)

Pemetikan

Pemetikan adalah kegiatan pengambilan hasil berupa pucuk peko maupun pucuk burung yang memenuhi syarat untuk diolah dengan membentuk suatu kondisi tanaman agar dapat berproduksi secara berkelanjutan dengan menyisakan daun pemeliharaan. Kegiatan pemetikan selain berfungsi untuk tujuan produksi, juga berfungsi untuk membentuk figur tanaman agar mampu berproduksi sesuai potensinya secara berkelanjutan. Pemetikan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar didapat hasil yang memiliki kualitas dan kuantitas tinggi.

Sistem pengupahan. Pemberian upah kepada tenaga petik di Unit Perkebunan Bedakah didasarkan pada hasil pucuk basah yang dapat diperoleh tenaga petik dalam satu hari dan dipengaruhi oleh analisis pucuk. Upah diberikan dalam jangka waktu 10 hari sekali setiap tanggal 3, 13, dan 23. Unit Perkebunan Bedakah menetapkan upah berdasarkan tempat pemetikan. Untuk Blok Bismo dan Rinjani upah sebesar Rp260 per kg, Blok Argopuro dan Kembang sebesar Rp280 per kg, Blok Muria dan Mandala pemberian upah sebesar Rp290 per kg. Khusus untuk Blok Mandala, Muria, Argopuro, dan Kembang, pemetik akan mendapatkan bonus sebesar Rp60 per kg apabila pemetik hadir setiap hari selama satu bulan penuh.

Perbedaan upah dan pemberian premi bagi blok tertentu karena blok yang terletak di dataran tinggi seperti Blok Muria, Mandala, Argopuro dan Kembang sulit dijangkau serta memiliki kontur tanah yang bergelombang sehingga menyulitkan dalam proses pemetikan dan pengangkutan hasil petik ke tempat penimbangan. Selain itu, tenaga petik akan mendapatkan premi sebesar Rp30 per kg apabila hasil petikan memenuhi standar analisis pucuk minimal 50%, ketentuan ini berlaku bagi semua blok kebun.

Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang berlaku di Unit Perkebunan Bedakah adalah sistem giringan. Sistem giringan dilakukan dengan cara pemetik memetik mengikuti barisan perdu, sehingga satu pemetik berada di dalam satu ring. Pemetik pindah ke barisan lain yang belum dipetik apabila barisan sebelumnya telah diselesaikan. Kelebihan dari sistem giringan adalah mempermudah dalam pengawasan pemetikan. Pembimbing dapat langsung menegur dan memberitahukan cara memetik yang benar apabila pemetik melakukan kesalahan dalam pemetikan. Penerapan sistem seperti ini menjadikan tenaga petik memiliki rasa tanggung jawab terhadap areal pemetikannya, sehingga meningkatkan motivasi untuk bekerja dengan baik dan benar.

(36)

Alat petik. Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan menggunakan gunting petik dan mesin petik. Cara penggunaan gunting petik adalah gunting diletakan diatas bidang petik kemudian perdu digunting rata. Gunting harus berada diatas bidang petik dan gunting tidak boleh dalam keadaan miring. Hal tersebut harus diperhatikan karena apabila menggunting tidak rata atau terlalu menekan bidang petik, maka akan menurunkan bidang petik sehingga daun pemeliharaan akan ikut tergunting. Alat petik dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Gunting petik (a) dan mesin petik (b)

Mesin petik yang digunakan di Unit Perkebunan Bedakah adalah mesin petik jenis GT 120 yang diimpor dari Jepang. Mesin petik GT 120 mulai digunakan di Unit Perkebunan Bedakah sejak tahun 2011. Mesin petik GT 120 memiliki panjang mesin 165 cm, lebar 45 cm, tinggi 27.5 cm dilengkapi dengan pisau sepanjang 120 cm dan panjang handle 100-140 cm. Pekerja yang menggunakan mesin petik adalah laki-laki. Penggunaan mesin petik membutuhkan tenaga yang kuat serta pemahaman yang baik mengenai cara penggunaan dan pemeliharaan mesin. Unit Perkebunan Bedakah secara berkala mendatangkan teknisi untuk berdiskusi bersama pemetik mengenai pemeliharaan dan mengenai kendala saat menggunakan mesin petik. Keberadaan pohon pelindung menyulitkan kegiatan pemetikan saat memutar balik arah. Hal tersebut dapat menyulitkan pengoperasian mesin petik saat operator akan memutar balik. Unit Perkebunan Bedakah menggunakan 9 unit dan satu unit mesin cadangan. Pengoperasian satu mesin petik dikendalikan oleh 2 orang operator, 1 orang memegang kantong penampung pucuk, 1 orang pengangkut hasil petikan, dan 1 orang merapikan bidang petik. Jumlah tenaga petik mesin Unit Perkebunan Bedakah adalah 36 orang.

Pelaksanaan pemetikan. Kegiatan pemetikan mulai dilaksanakan dari pukul 07.00–14.00 WIB. Kegiatan pemetikan dapat melebihi jam kerja sehingga penimbangan dapat dilakukan dua kali apabila pucuk dalam kondisi yang melimpah. Kegiatan pemetikan akan selesai sebelum jam kerja berakhir apabila kondisi pucuk kurang melimpah, sehingga kegiatan penimbangan hanya dilakukan satu kali. Teknis melakukan pemetikan adalah dengan memetik bersih semua pucuk yang berada di atas bidang petik tanpa meninggalkan pucuk tanggung. Hal ini bertujuan agar bidang petik rata dan menjadikan tumbuhnya tunas baru dengan seragam.

(37)

lokasi yang dipetik jauh dari tempat penimbangan maka penimbangan dilakukan di tempat terdekat lokasi pemetikan yang dapat dijangkau oleh truk.

Gambar 7 Kegiatan penimbangan di kebun

Penimbangan dilakukan dengan menggunakan alat timbang gantung yang dibawa oleh supir. Penimbangan harus dilakukan oleh supir truk dan dicatat oleh pembimbing pemetikan. Data hasil penimbangan dicatat oleh pembimbing di dalam buku klat pemetikan. Data hasil total penimbangan, nomor kebun yang dipetik, dan jumlah tenaga petik yang hadir dicatat dalam buku pengantar daun. Pucuk yang telah ditimbang ditransportasikan menggunakan truk ke pabrik. Truk ditimbang menggunakan jembatan timbang di pabrik untuk mengetahui selisih penimbangan di kebun.

Gambar 8 Jembatan timbang di pabrik (1) Tinggi bidang petik

Tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Bedakah semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Hasil pengamatan tinggi bidang petik tercantum pada Gambar 9.

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4

T

in

ggi

b

ida

n

g

pe

ti

k

(c

m

)

Tahun pangkas

(38)

(2) Tebal daun pemeliharaan

Kegiatan pemetikan lebih baik dilakukan apabila tebal daun pemeliharaan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan, karena tebal daun pemeliharaan menunjang dalam penyediaan hara untuk tanaman. Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun pangkas di Unit Perkebunan Bedakah pada tahun 2013

(3) Diameter bidang petik

Diameter bidang petik diukur dari dua arah berbeda, kemudian hasil pengukuran dirata-ratakan agar hasilnya lebih akurat. Hasil pengamatan diameter bidang petik di Unit Perkebunan Bedakah tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5 Diameter bidang petik berdasarkan umur pangkas di Unit Perkebunan Bedakaha

Blok Diameter bidang petik pada tahun pangkas

I II III IV

(4) Persentase pucuk peko dan pucuk burung

(39)

Gambar 11 Persentase pucuk peko dan burung berdasarkan tahun pangkas teh. Pucuk peko dan pucuk burung.

(5) Gilir petik

Gilir petik atau siklus petik di Unit Perkebunan Bedakah berbeda-beda disesuaikan dengan ketinggian tempat tumbuh teh. Perencanaan gilir petik bertujuan untuk mengetahui nomor kebun yang sudah layak untuk dipetik serta sebagai sarana untuk mengatur strategi dalam mencapai target bulanan. Rencana dan realisasi gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah bulan Februari-April 2013a Blok Ketinggian tempat (m dpl) Gilir petik (hari)

Rencana Realisasi

Hanca petik adalah areal yang harus selesai dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari. Hanca petik setiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi pucuk, jumlah tenaga petik dan topografi lahan. Semakin baik kondisi pucuk di lapang maka hanca petik akan semakin besar. Jumlah tenaga petik berbanding terbalik terhadap besarnya hanca petik. Hanca petik di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 7.

(40)

Tabel 7 Hanca petik Unit Perkebunan Bedakah bulan Januari-Mei 2013a

Blok

Luas areal Gilir Jumlah Hanca Hanca per

petik petik pemetik petik pemetik

(ha) (hari) (orang) (ha/HK) (ha/HK)

Bismo 54.96 35 48 1.527 0.032

Rinjani 37.20 35 27 1.033 0.038

Mandala 52.31 60 30 0.858 0.029

Argopuro 48.46 50 30 0.950 0.032

Kembang 34.27 60 31 0.562 0.018

Muria 58.77 60 33 0.963 0.029

Jumlah 285.97 300 199 5.893 0.178

Rata-rata 47.660 50 33.17 0.980 0.030

a

Sumber: Hasil pengamatan

(7) Tenaga petik

Tenaga petik merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pemetikan agar tercapai produksi yang maksimal. Jumlah pemetik teh dengan menggunakan gunting petik serta rasio tenaga petik teh dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perbandingan jumlah pemetik di lapang dengan perhitungan berdasarkan

rasioa

Blok Jumlah tenaga petik (orang)

Lapang Rasio

Bismo 48 48

Rinjani 27 31

Mandala 30 42

Argopuro 30 42

Kembang 31 28

Muria 33 48

Jumlah 199 239

a

Sumber: Hasil pengamatan

(8) Kapasitas pemetik

(41)

Tabel 9 Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Bedakah bulan Januari–April 2013a

Blok Kapasitas pemetik

Januari Februari Maret April Rata-rata ...(kg/pemetik)...

Bismo 68.27 82.19 61.60 57.68 067.44

Rinjani 76.06 94.89 70.37 96.43 084.44

Mandala 64.61 112.17 99.36 56.79 083.23

Argopuro 99.52 121.54 92.36 73.69 096.78

Kembang 66.36 100.72 97.35 59.59 081.01

Muria 108.58 130.12 111.13 81.73 107.89

Rata-rata 80.57 106.94 88.70 70.99 086.80

a

Sumber: Laporan produksi Unit Perkebunan Bedakah 2013

Setiap pemetik memiliki kapasitas petik yang berbeda. Pengamatan kapasitas petik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Bedakah bulan Januari–April 2013a

Usia (tahun) n (orang) Rata-rata kapasitas pemetik (kg/HK)

20-40 10 107.1a

41-55 10 93.9a

a

Sumber : Hasil pengamatan

Keterangan : Angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5%

Pengamatan kapasitas pemetik dilakukan terhadap pemetik di Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan pengalaman lama bekerja sebagai pemetik. Kapasitas pemetik berdasarkan lama bekerja sebagai pemetik dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan Bedakah bulan Januari–April 2013a

Lama kerja (tahun) n (orang) Rata-rata kapasitas pemetik (kg/HK)

<15 10 92.0a

>15 10 103.9a

a

Sumber : Hasil pengamatan

(42)

(9) Analisis petik

Analisis petik adalah kegiatan memisahkan hasil petikan berdasarkan rumus petiknya. Analisis petik dilakukan dengan mengambil hasil petikan secara acak dari seluruh pemetik. Hasil petikan tersebut dicampur merata dan diambil sampel 200 g untuk dianalisis. Jumlah sampel untuk setiap analisis dihitung berdasarkan produksi pucuk per blok dengan kelipatan 500 kg pucuk sehingga setiap 500 kg pucuk diambil 1 sampel. Analisis petik dalam pengolahan teh hitam yang baik adalah > 70% petikan medium. Tujuan dari analisis petik adalah untuk menilai kesesuaian keterampilan pemetik dalam melakukan pemetikan sesuai ketentuan perusahaan, menilai kesehatan tanaman, dan menilai kondisi kebun. Analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah bulan Mei 2013a

Blok Komposisi pucuk (%)

Petikan halus Petikan medium Petikan kasar Petikan rusak

Bismo 1.53 53.06 26.53 18.88 Petikan rusak = daun lembaran dan tangkai

Proses Pengolahan Teh Hitam

Proses pengolahan teh hitam di Unit Perkebunan Bedakah menggunakan sistem orthodox dengan rotorvane. Tahapan pengolahan teh hitam yang dilakukan adalah penerimaan dan penimbangan pucuk segar, analisis pucuk, pelayuan, penggulungan, penggilingan, sortasi basah, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penyimpanan.

Penerimaan pucuk segar dari kebun Pucuk teh yang baru dipetik, diangkut oleh truk ke pabrik untuk ditimbang dengan jembatan timbang. Penimbangan bertujuan mengetahui selisih antara timbangan di kebun dengan timbangan di pabrik dan untuk mengetahui berapa banyak pucuk yang siap untuk diolah. Pucuk dalam waring dipindahkan dan dibeberkan di atas Withering Through untuk dilayukan.

(43)

Analisis pucuk dilakukan setiap hari dengan mengambil sampel pucuk teh yang telah dibeberkan pada Withering Through. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik secara acak dengan cara memasukan tangan posisi terbuka ke hamparan pucuk lalu pucuk diangkat ke atas. Semua sampel tadi dicampur dan diambil 200 g untuk dianalisis. Jumlah sampel untuk setiap analisis dihitung berdasarkan produksi pucuk per blok dengan kelipatan 500 kg pucuk sehingga setiap 500 kg pucuk diambil 1 sampel.Pucuk yang telah ditimbang, kemudian dipisahkan antara pucuk muda yang memenuhi syarat olah (p+1, p+2m, p+2, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m) dengan pucuk tua yang tidak memenuhi syarat olah (p+4, b+1t, b+2t, b+3t, lembaran dan tangkai daun tua). Pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk yang tidak memenuhi syarat ditimbang dan dinyatakan dalam persen. Hasil analisis pucuk bulan Januari-April 2013 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Bedakah bulan Januari-April 2013a

Blok

Analisis pucuk

Januari Februari Maret April

MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS

Sumber : Buku analisis pucuk bulan Januari–April 2013

Keterangan : Pucuk MS = p+1, p+2m, p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, b+3m

Pucuk TMS =p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t,b+4, lembaran dan tangkai tua

Pelayuan. Pelayuan adalah proses menurunkan kadar air sehingga dapat menghasilkan pucuk layu yang siap untuk diolah ke proses berikutnya. Tujuan dari kegiatan pelayuan adalah menguapkan sebagian kandungan air pucuk secara perlahan sehingga daun menjadi lentur dan lemas, menciptakan aroma segar pucuk layu serta memudahkan dalam proses penggilingan.

(44)

kegiatan pembalikan pucuk atau jaga layu untuk mendapatkan tingkat layu yang rata. Pembalikan dilakukan pada pucuk setiap 4–6 jam sebanyak dua kali agar kelayuan merata. Pembalikan pertama dilakukan pada pukul 17.00 WIB dan pembalikan kedua dilakukan pada pukul 00.00 WIB.

Gambar 12 Pelayuan pucuk pada Withering Through

Kegiatan selanjutnya adalah turun layu atau pendinginan pucuk layu. Penentuan turun layu adalah 70% pucuk dalam Withering Through telah menunjukkan layu. Kriteria pucuk layu apabila pucuk diremas menjadi lemas dan lentur merata, keluar aroma segar pucuk layu, tidak akan patah dan lengket apabila dikepal.

Penggilingan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses penggilingan meliputi penggulungan (45 menit), penggilingan dan sortasi basah (15 menit), sehingga waktu yang dibutuhkan untuk proses penggilingan yaitu sekitar 1 jam untuk setiap serinya. Alat yang diguanakan pada proses penggilingan antara lain adalah Open Top Roller (OTR), Rotorvane (RV), Rotary Roll Breaker (RRB), dan Ghogi. Proses yang pertama adalah dengan melakukan proses penggulungan menggunakan OTR selama 45 menit. Penggulungan bertujuan untuk memecah sel daun sehingga cairan sel keluar serta menjadikan pucuk menjadi keriting sehingga memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya. Unit Perkebunan Bedakah menggunakan 4 buah mesin OTR dengan masing-masing alat memiliki kapasitas 300-350 kg.

Proses selanjutnya adalah penggilingan, berfungsi untuk memperpendek ukuran partikel, memeras cairan sel, memperkecil gulungan sehingga dapat diperoleh bubuk basah sebanyak-banyaknya. Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan Rotorvane. Proses selanjutnya adalahsortasi basah. Tujuan dari sortasi basah yaitu untuk memisahkan ukuran partikel sehingga diperoleh bubuk yang seragam, mendinginkan dan memecah gumpalan fraksi. Bubuk basah yang keluar dari mesin RV kemudian dimasukkan ke dalam mesin RRB oleh mesin pengantar (conveyor) RRB dan conveyor harus dijalankan sebelum fraksi dimasukkan. Bubuk I dihasilkan dari mesin RRB I, bubuk II dihasilkan dari mesin RRB II, dan bubuk III dihasilkan dari mesin RRB III, sedangkan bubuk kasar yang tidak bisa terayak di mesin RRB akan masuk ke mesin Googi dan dihasilkan bubuk IV dan badag.

(45)

ruangan harus dijaga dengan udara segar dari humidifier dengan RH 90-97% dan

suhu ≤250

C. Di ruangan oksidasi enzimatis, trolley disimpan berdasarkan jenis bubuk teh. Waktu oksidasi dan jam naik ke mesin pengering harus selalu tercatat dengan baik. Waktu oksidasi rata-rata adalah 120–130 menit.

Pengeringan. Pengeringan merupakan kegiatan menurunkan kadar air pada bubuk-bubuk teh. Tujuan utama adalah menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dan kadar air turun hingga 3-4% sehingga teh tahan untuk disimpan. Peralatan yang digunakan untuk pengeringan di Unit Perkebunan Bedakah adalah ECP (Endless Chain Pressure) Dryer dan Heater. ECP I berfungsi untuk mengeringkan bubuk 1 dan 2. ECP II berfungsi untuk mengeringkan bubuk 3, 4, dan badag. Kapasitas mesin dryer di Unit Perkebunan Bedakah adalah 200-250 kg/jam. Waktu yang dibutuhkan dari bubuk masuk kemudian keluar dari mesin pengering membutuhkan waktu sekitar 20-25 menit.

Sortasi kering. Sortasi kering merupakan pengelompokan teh ke dalam jenis-jenis mutu dengan bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan standar teh hitam agar dapat diterima di pasaran. Tujuan dari kegiatan sortasi kering adalah untuk memisahkan teh kering menjadi beberapa grade sesuai ukuran partikel, mendapatkan bentuk serta ukuran teh yang bersih dan seragam, serta untuk membersihkan teh dari serat, tangkai, dan debu teh.

Mesin yang digunakan pada proses sortasi kering adalah Bubble Tray, Vibrex, Chota, Winower, dan Crusher. Bubble tray merupakan ayakan yang digunakan pada awal proses sortasi untuk memisahkan bubuk teh berdasarkan ukuran partikel. Bubuk teh yang keluar dari Bubble Tray ada yang menjadi bohea dan sebagian lagi akan diproses menggunakan mesin Vibrex. Vibrex berfungsi untuk membersihkan teh dari serat-serat. Selanjutnya teh akan dproses dengan Chota yang berfungsi untuk memisahkan partikel berdasarkan ukuran mesh. Proses terakhir dilakukan pada Winower yang berfungsi untuk memisahkan teh berdasarkan berat jenis teh. Tahapan sortasi kering pada jenis bubuk dan badag adalah dimasukkan ke Crusher untuk dilakukan penghancuran partikel teh lalu dimasukkan ke Bubble Tray untuk mengikuti tahapan yang sama.

Pengepakan dan penyimpanan. Tujuan dari pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi teh dari kerusakan serta memudahkan dalam penyimpanan di gudang dan transportasi. Gudang penyimpanan di Unit Perkebunan Bedakah memiliki kapasitas 200 ton dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 4 orang. Teh dikemas dengan menggunakan plastik transparan kemudian dimasukkan ke dalam karung plastik putih. Hal ini bertujuan agar kelembaban teh tetap terjaga dan tidak terkontaminasi oleh serangga maupun hama gudang lain. Karung teh di ruang penyimpanan disusun 10 tumpukan dan dialasi kayu untuk mencegah karung teh bersentuhan langsung dengan lantai. Susunan karung teh disimpan dengan jarak 30 cm dari dinding. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelembaban teh tahan lama disimpan.

Aspek Manajerial

Gambar

Tabel 1  Produksi dan produktivitas teh Unit Perkebunan Bedakah tahun 2008–2012a
Gambar 1 Kegiatan penanaman stek di pembibitan
Tabel 2  Dosis pupuk tanaman teh belum menghasilkan (TBM) di Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013a
Tabel 3  Dosis pupuk tanaman teh menghasilkan (TM) di Unit Perkebunan Bedakah tahun 2013a
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pembibitan yaitu mempersiapkan bahan tanaman yang memenuhi kriteria layak tanam, sehingga dapat digunakan untuk penanaman baru ( new planting )

Pelaksanaan pemangkasan di UP Tambi sangat mempertimbangkan kondisi tanaman, ketersediaan dana dan tenaga kerja serta beberapa pertimbangan lain yang lebih

Gilir petik panjang akan menyebabkan hanca petik semakin kecil, hal ini menyebabkan pucuk di lapang menjadi lewat petik (kaboler). Penanganan pucuk setelah

Kegiatan pengelolaan kebun di UP Tanjungsari perlu lebih ditingkatkan agar kondisi pucuk lebih baik dan produksi terus meningkat. Pengawasan tenaga kerja oleh para

Menurut Rosyadi (2008) hal lainnya yang mempengaruhi ketersediaan pucuk peko adalah sistem petikan berat dengan gunting yang dilakukan secara terus-menerus menyebabkan

Hasil pengamatan mandiri dari kegiatan penelitian pada aspek khusus pemetikan teh menunjukkan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, tebal daun pemeliharaan, gilir

Kriteria tanaman yang akan dipangkas juga telah memenuhi standar PPTK seperti, tinggi bidang petik tanaman kurang dari 120 cm, diameter bidang petik yang lebar

Hasil yang diperoleh berdasarkan uji t-student, rata-rata tinggi bidang petik untuk tanaman teh tahun pangkas I, II, dan III menunjukan tidak berbeda dengan standar yang