• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN

GOOD AGRICULTURAL PRACTICES

(GAP)

PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN

(

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS

PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO,

JAWA TENGAH

MUHAMMAD ZAMRONI

A24110067

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD ZAMRONI. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI.

Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek pemetikan. Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada pemeliharaan tanaman menghasilkan teh serta mempelajari studi pengelolaan tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan secara aktif mengikuti dan mengamati kegiatan teknis di lapangan dan wawancara. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan laporan manajemen, arsip kebun dan jurnal penelitian teh. Hasil magang menunjukkan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, analisis pucuk, kapasitas pemetik, gilir dan hanca petik serta sarana transportasi telah sesuai standar. Analisis petik masih perlu peningkatan agar kuantitas dan kualitas pucuk optimal.

Kata kunci: Good Agricultural Practices (GAP), gilir petik, rumus petik, manajemen pemetikan

ABSTRACT

MUHAMMAD ZAMRONI. The Application of Good Agricultural Practices (GAP) for Maintenance of Productive Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) with Special Aspect of Plucking at Plantation Unit of Tambi, Wonosobo, Central Java. Supervised by AHMAD JUNAEDI.

Internship activities was conducted in order to improve knowledge, field experience, and to study tea management aspect of tea plucking. The specific purpose of this internship was to obtain information regarding the application of Good Agricultural Practices (GAP) in the maintenance of productive tea at Plantation Unit of Tambi. Internship was conducted by direct and indirect methods. Direct method was conducted by doing and observing the field activity and interview actively. Indirect method was conducted by collecting management report, company archive and literature review. Results showed that the height and diameter of plucking height surface, shoots analysis, the capacity of plucker, plucking round management and plucking area and transportation were complied to the standart by best practices. The increase in supervision of plucking analysis were really important to get an optimal quality and quantity of tea shoots.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENERAPAN

GOOD AGRICULTURAL PRACTICES

(GAP)

PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN

(

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS

PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO,

JAWA TENGAH

MUHAMMAD ZAMRONI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Nama : Muhammad Zamroni NIM : A24110067

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari sampai Juni 2015 berjudul Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, kakak dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Ahmad Junaedi MSi selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Ir Ade Wachjar MS dan Candra Budiman SP MSi selaku dosen penguji, Dr Ir Heni Purnamawati MSc Agr selaku dosen pembimbing akademik, serta Bapak Muhamad Subandi sebagai pembimbing selama magang. Penghargaan juga disampaikan kepada Unit Perkebunan Tambi yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Dandelion AGH 48, Nur Khairina Mufattihah, Sahabat Maxima dan Bintang Muda atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat, Aamiin.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Teh 2

Syarat Tumbuh 2

Budidaya Tanaman Teh 3

Good Agricultural Practices 4

Pemetikan dan Analisis Hasil Petikan 5

METODE MAGANG 6

Tempat dan Waktu 6

Pelaksanaan 6

Pengamatan dan Pengumpulan Data 7

Analisis dan Pengolahan Data 8

KEADAAN UMUM 9

Sejarah PT Perkebunan Tambi 9

Letak Geografis dan Luas Areal 10

Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi 10

Keadaan Tanaman dan Produksi 10

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11

Kesejahteraan Karyawan 12

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12

Aspek Teknis 12

Aspek Manajerial 37

PEMBAHASAN 40

Pemupukan 40

Pemangkasan 42

Pengendalian OPT 43

Rekomendasi untuk Pemenuhan GAP 45

Bidang Petik 46

Tebal Daun Pemeliharaan 46

Analisis Petik dan Analisis Pucuk 47

Gilir Petik 48

Hanca Petik 48

Tenaga dan Kapasitas Pemetik 49

KESIMPULAN DAN SARAN 50

Kesimpulan 50

Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 53

(13)

DAFTAR TABEL

1. Kebutuhan pupuk lewat tanah pada TM di Unit Perkebunan Tambi 2015 17 2. Kebutuhan pupuk tanah pada TBM di Unit Perkebunan Tambi 2015 18 3. Diameter bidang petik berdasarkan umur setelah pemangkasan di Unit

Perkebunan Tambi tahun 2015 28

4. Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Mei 2015 29 5. Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 29 6. Gilir petik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 30 7. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 30 8. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 30 9. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2010-2014 31 10. Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Tambi

bulan Januari-April 2015 31

11. Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan

Tambi bulan Januari-April 2015 31

12. Perhitungan rasio kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi

2015 32

13. Perbandingan jumlah pemetik di lapangan dengan perhitungan

berdasarkan hasil perhitungan 32

DAFTAR GAMBAR

1. Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat

penyungkupan (c) 14

2. Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b) 16 3. Gejala serangan hama ulat penggulung daun (a) dan penyakit Blister blight

(b) 20

4. Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) 22 5. Penampakan rorak (a) dan kegiatan pembuatan saluran air/rorak (b) 23

6. Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan 24

7. Alat petik; gunting petik (a) dan mesin petik (b) 26

8. Kegiatan penimbangan pucuk di lapangan 27

9. Tinggi bidang petik berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit

Perkebunan Tambi tahun 2015 27

10. Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit

Perkebunan Tambi tahun 2015 28

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit

Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 53

2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Unit

Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 54

3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun (kepala

blok) Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 55 4. Jurnal harian magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling Unit

Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 56

5. Peta lokasi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah 57 6. Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa

Tengah tahun 2005-2014 58

7. Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa

Tengah tahun 2015 59

8. Struktur organisasi perusahaan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa

Tengah 60

9. Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

bulan Mei 2015 61

10. Realisasi produksi teh Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2013 62 11. Realisasi produktivitas Unit Perkebunan Tambi tahun 2008-2014 63 12. Hasil pengamatan kesesuaian komponen pemeliharaan tanaman teh

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh merupakan salah satu tanaman penyegar dan aromatik yang mempunyai peranan yang sangat strategis terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 komoditas teh mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 156.74 juta. Walaupun jumlahnya relatif kecil namun yang dihasilkan dari teh merupakan nett devisa karena komponen impornya sangat kecil. Secara nasional industri teh menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1.2 trilyun. Komoditas teh di Indonesia berfungsi juga sebagai sumber penciptaan lapangan kerja di pedesaan dan mendorong agribisnis dan agroindustri yang secara langsung maupun tidak langsung juga menciptakan lapangan kerja di sektor jasa. Diperkirakan pengusahaan teh melibatkan kurang lebih 98 ribu tenaga kerja dan mampu mendorong berkembangnya ekonomi wilayah-wilayah tersebut (Kementerian Pertanian RI 2014).

Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2009 adalah 123 506 ha dengan produksi 156 901 ton dan produktivitas sebesar 1 270.3 kg ha-1 tahun-1. Volume ekspor teh mencapai 92 305 ton, sedangkan impor teh mencapai 7 168 ton. Sedangkan pada tahun 2010 perkebunan teh mempunyai luas areal 122 898 ha dengan produksi 156 604 ton dan produktivitas 1 274.2 kg ha-1 tahun-1. Pada tahun yang sama volume ekspor teh mencapai 87 101 ton sedangkan volume impornya mencapai 10 688 ton. Pada tahun 2011 volume ekspor teh menurun pada angka 87 101 ton dan impor teh naik pada angka 10 668 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan 2012).

Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan Dalimoenthe 2009).

(16)

2

Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP on Tea) (Kementerian Pertanian RI 2014).

Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman pelaksanaan budidaya dalam sektor pertanian. Penerapan GAP mencerminkan tiga pilar keberlanjutan yaitu layak secara ekonomi, ramah lingkungan dan diterima oleh masyarakat. GAP diharapkan mampu dibuat untuk spesifik komoditas sehingga dapat menjadi suatu standar acuan dalam pengembangan dan pengelolaan komoditas tersebut di tempat lain. GAP mencakup kesesuaian komoditas dengan kesesuaian iklim dan lahan yang ada, upaya konservasi lahan dan air untuk keberlanjutan lingkungan, pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan hara, tanah dan tanaman. Pengendalian hama penyakit secara terpadu dan ramah lingkungan serta proses panen dan pasca panen yang menjamin kebersihan dan kualitas produk (Neely et al. 2007).

Tujuan

Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata dan memberikan pengalaman manajerial pada pengelolaan tanaman perkebunan.

Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada pemeliharaan tanaman teh menghasilkan serta mempelajari pengelolaan pemetikan tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Teh

Teh merupakan tanaman berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia dengan nama spesies Camellia sinensis (L.) O. Kuntze dan berasal dari daerah pegunungan di Assam, China, Burma, Thailand dan Vietnam. Dalam spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yaitu var sinensis, var assamica dan var cambodiensis. Dewasa ini, di Indonesia 99% pertanaman teh dilakukan dengan menggunakan teh dengan var assamica. Hal ini disebabkan var assamica lebih cocok ditanam di daerah tropis, serta memiliki hasil produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik (Setyamidjaja 2000). Tanaman teh mempunyai dua fase pertumbuhan pucuk pada masa pertumbuhannya, yaitu periode peko dan burung. Kedua periode tersebut saling bergantian pertumbuhannya. Ritme pertumbuhan tersebut yang dinamakan flushing (periode peko) untuk pertumbuhan intensif/aktif dan periode dorman (periode burung) untuk pertumbuhan inaktif. Masa pergantian periode peko ± 35 hari. Lamanya stadium peko dan burung setiap tanaman berbeda-beda, bahkan masa bertunas untuk satu tanaman pun berbeda-beda (Setyamidjaja 2000).

Syarat Tumbuh

(17)

sinar matahari dan ketinggian tempat. Tanaman teh menghendaki suhu udara yang sejuk. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar antara 13-25°C, diikuti sinar matahari yang cerah dan kelembaban relatif (Rh) tidak kurang dari 70%. Tanaman teh akan terhenti pertumbuhannya apabila suhu di bawah 13°C dan di atas 30°C serta kelembaban relatif (Rh) kurang dari 70% (PPTK 2006).

Tanaman teh tidak tahan kekeringan. Tanaman ini tumbuh baik di daerah dengan curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Jumlah curah hujan per tahun lebih dari 2 000 mm (Muljanto dan Yudono 1998). Pancaran sinar matahari berpengaruh besar pada proses asimilasi. Sinar matahari yang penuh mengakibatkan asimilasi dan pembentukan karbohidrat lebih banyak sehingga semakin banyak pula tunas yang terbentuk. Tumbuhnya banyak tunas mengakibatkan tanaman teh menjadi terlalu sarat dan terlalu berat untuk dipetik, untuk itu diperlukan pohon-pohon pelindung. Fungsi pohon pelindung, di samping menghambat kehilangan air dari tanaman juga menghambat hilangnya air dari dalam tanah (Setiawati dan Nasikun 1991).

PPTK (2006) mengatakan ketinggian tempat untuk daerah pertanaman teh yaitu dari 400 - 2 000 m dpl, terbagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah (<800 m dpl), dataran sedang (800 - 1 200 m dpl) dan dataran tinggi (>1 200 m dpl). Perbedaan suhu udara sangat erat kaitannya dengan ketinggian tempat dan berpengaruh terhadap sifat pertumbuhan perdu teh. Daerah dataran rendah tanaman teh hanya dapat tumbuh agak baik di bawah pohon pelindung. Komposisi tanah di dataran rendah umumnya juga kurang baik untuk tanaman teh, sebab biasanya kurang gembur dan kurang subur (Adisewojo 1982). Oleh karena itu, hasil teh dari dataran tinggi mempunyai aroma dan mutu yang lebih baik dibandingkan teh dari dataran rendah.

Budidaya Tanaman Teh

Perkembangan teknologi perbanyakan tanaman teh telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Saat ini tanaman teh dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif yaitu menggunakan biji. Biji yang digunakan sebagai sumber bahan tanam, hendaknya diperoleh dari kebun biji yang dipelihara secara khusus sebagai penghasil biji. Pemeliharaan kebun biji yang kurang baik, dapat menurunkan kualitas biji yang dihasilkan. Selain itu, biji teh yang telah dihasilkan umumnya tidak langsung ditanam, tetapi harus disimpan terlebih dahulu. Perlu diketahui, bahwa biji teh lekas kehilangan kekuatan tumbuhnya, jika cara menyimpanannya tidak benar (Adisewejo 1982).

(18)

4

adalah bagian tengah ranting stek yang berwarna hijau tua, sedangkan yang berwarna cokelat (bagian pangkal) dan hijau muda (bagian ujung) tidak digunakan sebagai bahan stek.

Bibit teh yang telah siap kemudian ditanam dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan kondisi dan kemiringan areal pertanaman. Menurut Ghani (2012), jarak tanam tanaman teh yaitu 120 cm x 70 cm, sedangkan menurut PPTK (2006), jarak tanam dibagi menjadi tiga yaitu kondisi datar sampai kemiringan 15° berjarak tanam 120 cm x 90 cm, kemiringan 15-30° berjarak tanam 120 cm x 75 cm dan kemiringan lebih dari 30° berjarak tanam 120 cm x 60 cm.

Bibit teh yang telah ditanam termasuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang perlu dipelihara sampai akhirnya tanaman tersebut siap untuk dipetik. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada TBM meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pembentukan bidang petik, pemupukan dan pemangkasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara benar dan tepat, agar tanaman teh dapat menghasilkan pucuk daun teh yang diharapkan. Selanjutnya, setelah menjadi Tanaman Menghasilkan (TM), perlakuan pemeliharaan disesuaikan dengan keadaan tanaman (PPTK 2006).

Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan Dalimoenthe 2009).

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman pelaksanaan budidaya dalam sektor pertanian. Penerapan GAP mencerminkan tiga pilar keberlanjutan (layak secara ekonomi, ramah lingkungan dan diterima oleh masyarakat) termasuk keamanan pangan dan kualitas; terkait dengan wajib dan/atau persyaratan sukarela, dengan fokus pada produksi primer dan mengambil serta memperhitungkan insentif konteks kelembagaan. GAP diharapkan mampu dibuat untuk spesifik komoditas sehingga dapat menjadi suatu standar acuan dalam pengembangan dan pengelolaan komoditas tersebut di tempat lain. GAP mencakup kesesuaian komoditas dengan kesesuaian iklim dan lahan yang ada, upaya konservasi lahan dan air untuk keberlanjutan lingkungan, pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan hara, tanah dan tanaman. Pengendalian hama penyakit secara terpadu dan ramah lingkungan serta proses panen dan pasca panen yang menjamin kebersihan dan kualitas produk (Neely et al. 2007).

(19)

pertanian diharapkan mampu menghasilkan produk dengan keuntungan positif dibidang lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam mencapai tantangan tersebut, perlu perubahan paradigma pembangunan pertanian yang memperhatikan aspek: poeple-profit-planet, bukan hanya profit oriented. Penerapan GAP secara umum dalam pelaksanaan budidaya tanaman perkebunan adalah budidaya secara tepat dan benar, produksi tinggi, mutu produk baik, keuntungan optimal dan ramah lingkungan serta dengan memperhatikan aspek keamanan dan kesejahteraan petani (Isnoor 2006).

Pemetikan dan Analisis Hasil Petikan

Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan pucuk tunas yang masih muda yang selanjutnya diolah menjadi bahan baku utama. Pemetikan berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi dan mutu jadi. Waktu pemetikan menentukan kualitas teh yang diproduksi. Umur tanaman perlu diperhatikan agar pemetikan dapat dilakukan pada waktu yang tepat dan dihasilkan teh yang berkualitas. Sistem dan waktu pemetikan juga harus disesuaikan agar dihasilkan produksi yang berkualitas tinggi. Pengelolaan pemetikan teh akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen teh. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengelolaan yang berlaku. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja 2000).

Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara keseluruhan. Hal itu berdasarkan alasan bahwa pemetikan teh paling banyak menyerap tenaga kerja dan biaya. Tenaga kerja petik mengambil porsi 80-90% tenaga atau 70-80% dari total tenaga kerja di perkebunan teh, sedangkan biaya petik mengambil porsi 65-75% dari total biaya tanaman atau 40-50% dari total biaya produksi kebun di luar biaya penyusutan aktiva. Selain itu, pemetikan berpengaruh pada kesehatan pokok, kelestarian produksi dan mutu teh jadi (Ghani 2002). Pemetikan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman berada pada kondisi yang tertekan. Teknik pemetikan yang efektif harus dilakukan untuk memenuhi standar analisis pucuk yang ditetapkan. Pucuk yang dipetik harus memiliki persentase memenuhi syarat (MS) sebesar 70%, sedangkan pucuk yang tidak memenuhi syarat (TMS) maksimal sebesar 30%. Pemetikan dilakukan sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (PPTK 2006).

Pucuk yang dipetik mengakibatkan tanaman kehilangan salah satu alat fotosintesis untuk pembuatan zat pati yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk sekitar 7.5%, semakin kasar pucuk yang dipetik, maka semakin tinggi kehilangan zat patinya. Pemetikan pucuk p+2, p+3 akan lebih kecil kehilangan zat patinya dari pada pucuk p+4 atau lebih. Kehilangan zat pati akibat dipetik tidak akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, asalkan daun-daun yang tertinggal pada perdu (lapisan daun pemeliharaan) cukup memadai untuk melakukan asimilasi (fotosintesis) (PPTK 2006).

(20)

6

teh yang dianalisis akan menentukan kualitas dan mutu teh. Pemeriksaan pucuk tersebut sering disebut dengan analisis hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri atas dua macam yaitu (1) analisis petik dan (2) analisis pucuk (PPTK 2006).

Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis petik adalah untuk melihat kondisi kesehatan tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, menilai sistem pemetikan yang dilakukan, gilir petik dan keterampilan pemetik (PPTK 2006).

Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen. Selain itu, pemisahan pucuk juga didasarkan pada kerusakan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis pucuk yaitu dapat menilai pucuk yang akan diolah, dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk (khususnya bagi teh rakyat) dan dapat memperkirakan persentase mutu teh produk yang akan dihasilkan (PPTK 2006).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama empat bulan dari 16 Februari sampai 16 Juni 2015.

Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan selama magang adalah kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL) yang mengerjakan aspek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial pada berbagai tingkat pekerjaan mulai dari sebagai pendamping pembimbing hingga sebagai pendamping kepala sub bagian kebun. Kegiatan pada bulan pertama sebagai karyawan harian lepas (KHL) adalah melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi pembibitan, penyulaman, pemeliharaan pohon pelindung, pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut dan pemetikan. Penulis membuat dan mengisi jurnal kegiatan harian selama menjadi KHL (Lampiran 1).

Kegiatan yang dilakukan pada bulan kedua adalah menjadi pendamping pembimbing. Pekerjaan yang dilakukan meliputi menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu mengawasi dan mengorganisir kerja karyawan harian di lapangan, membantu membuat laporan harian serta mengisi jurnal kegiatan harian (Lampiran 2). Kegiatan yang dilakukan pada bulan ketiga adalah sebagai pendamping kepala blok. Pekerjaan yang dilakukan diantaranya membantu kepala blok dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), membantu pembuatan laporan bulanan, mengawasi kinerja pembimbing dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3).

(21)

dan bulanan setiap blok, mengawasi kinerja kepala blok dan membuat jurnal harian sebagai pendamping kepala sub bagian kebun (Lampiran 4).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan selama kegiatan magang adalah hal-hal yang berhubungan dengan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2014 tentang pedoman teknis budidaya teh yang baik serta berbagai data yang dibutuhkan pada aspek pemetikan. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemetikan langsung dan wawancara dengan pekerja. Komponen GAP yang diamati meliputi:

1. Pemupukan: dosis pupuk, cara pemupukan, jenis dan pencampuran pupuk, serta aspek ketenagakerjaan.

2. Pemangkasan: gilir dan teknis pemangkasan serta aspek ketenagakerjaan. 3. Pengendalian OPT: OPT utama pada tanaman teh baik hama maupun

penyakit, musuh alami OPT dan pengendalian gulma. 4. Pemetikan:

a. Tinggi bidang petik

Tinggi bidang petik diukur dari atas permukaan tanah hingga permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok.

b. Diameter Bidang Petik

Diameter bidang petik tanaman teh diukur garis tengah lingkaran bidang permukaan tanaman teh. Diameter bidang petik diukur dari dua arah yang berbeda, kemudian dirata-ratakan agar hasilnya lebih akurat. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok. c. Tebal daun pemeliharaan

Tebal daun pemeliharaan diukur dari mulai tumbuhnya daun pertama hingga permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok.

d. Analisis petik

Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau rumus petik. Pengamatan analisis petik dilakukan dengan mengambil sampel petikan secara acak, kemudian ditimbang 200 gram, dilakukan di kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik, tahun setelah pangkas dan jenis klon. Jenis petikan terbagi menjadi:

Petikan halus : p+1, p+2m

Petikan medium : p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m Petikan kasar : p+4 atau lebih, b+(1 - 4t)

e. Analisis Pucuk

(22)

8

yang sama seperti pengambilan sampel analisis petik. Analisis pucuk dilakukan setelah kegiatan analisis petik. Analisis pucuk meliputi:

Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1-5)t, daun lembaran

dan tangkai f. Hanca petik

Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari. Data diperoleh dari wawancara dengan pembimbing petik, kepala blok maupun kepala sub bagian kebun serta pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan di setiap blok, dengan rumus hanca petik:

Hanca seorang pemetik = luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik

g. Gilir petik

Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada areal yang sama dinyatakan dalam hari. Pengamatan gilir petik dihitung berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan gilir petik menggunakan rumus:

Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik gilir petik h. Kapasitas petik

Kapasitas petik merupakan banyaknya pucuk yang mampu dipetik oleh tenaga petik dalam satu hari kerja. Pengamatan dilakukan dengan mengamati kapasitas pemetik berdasarkan umur dan lama pengalaman kerja. Data diperoleh dari wawancara dan data dari pembimbing petik.

i. Tenaga petik

Kebutuhan tenaga petik dihitung langsung berdasarkan banyaknya tenaga pemetik di lapangan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik sesuai rumus kebutuhan tenaga petik yaitu:

Kebutuhan TP = [produktivitas kering x rendemen] x (100 + absensi)% Kapasitas pemetik x HKE/th

Selain itu pengumpulan data sekunder berupa pengumpulan data penunjang dilakukan melalui bahan pustaka yang tersedia di perusahaan.

Analisis dan Pengolahan Data

Data dan informasi dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan studi pustaka yang berlaku pada pedoman teknis budidaya tanaman teh yang baik (GAP) dengan kondisi di lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rataan, persentase dan uji t-student kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar kerja setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Uji t-student pada taraf 5% digunakan untuk mengetahui kapasitas pemetik berdasarkan usia dan lama pengalaman kerja. Rumus t-student yang digunakan adalah sebagai berikut:

t student = ∑ rata-rata pengamatan 1 dan 2 √sp (1/n1 + 1/n2)

Nilai sp = √ (n1 - 1) S12 + (n2 - 1) S22

(23)

Nilai berpengaruh nyata apabila 0.01 ≤ p hitung ≤ 0.05 ; dan sangat berpengaruh nyata apabila p hitung < 0.01 ; serta tidak berpengaruh nyata apabila p hitung > 0.05 ; t tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas (n1+n2-2) (Walpole 1992).

KEADAAN UMUM

Sejarah PT Perkebunan Tambi

PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan yang dimiliki Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1865, yang pengelolaannya disewakan kepada pengusaha swasta yaitu D. Van den Sluijs (Kebun Tanjungsari) dan W. D. Jong (Kebun Tambi dan Bedakah). Pada bulan Maret 1880, seluruh kebun tersebut dibeli oleh Mr. P. Van den Berg, A. W. Hole dan Ed. Yacobson, yang selanjutnya mereka mendirikan Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pada saat Perang Dunia II, Hindia Belanda diduduki oleh Jepang, sehingga nama perusahaan diubah menjadi Sai Bai Kigyo Rengokai (SKR). Tanaman teh pada masa itu banyak diganti dengan tanaman lain seperti palawija, ubi-ubian dan jarak. Perusahaan tersebut kemudian diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN) berkantor di Surakarta. Pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi serangan militer Hindia Belanda, sehingga kebun dan pabrik dibumihanguskan oleh para penduduk Indonesia agar tidak dikuasai oleh Belanda. Kemudian, pada tahun 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan keputusan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia.

Perkebunan dijual kepada NV Eks PPN Sindoro Sumbing. Peresmian perjanjian jual beli perusahaan terjadi pada 26 November 1954, sehingga status Perkebunan Tambi, Bedakah dan Tanjungsari resmi menjadi PT NV Eks Sindoro Sumbing. Pada tanggal 3 Juli 1957 diadakan pertemuan di Kebun Tanjungsari yang kemudian dicapai kesepakatan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo dan PT NV Eks Sindoro Sumbing bersama-sama mengelola perkebunan tersebut dengan membentuk perusahaan baru dengan modal masing-masing pihak sebesar 50%. Perusahaan baru ini diberi nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi tanggal 13 Agustus 1957 dan pengesahan Menteri Kehakiman tanggal 18 April 1958 No. JA5/30/25 yang diterbitkan pada lembaran Berita Negara tanggal 12 Agustus 1960 Nomer 65.

(24)

10

Letak Geografis dan Luas Areal

Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 200 - 2 100 m dpl. Jarak perkebunan sekitar 16 km ke arah utara dari Kota Wonosobo dan berada di lereng Gunung Sindoro sebelah barat. Unit Perkebunan Tambi terbagi dalam 4 blok yaitu Taman, Pemandangan, Panama dan Tanah Hijau (Lampiran 5). Blok Pemandangan terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dan merupakan blok tertinggi di UP Tambi yaitu sekitar 1 700 - 2 100 m dpl. Blok Taman terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat mencapai 1 300 - 1 500 m dpl. Blok Panama terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat antara 1 250 - 1 500 m dpl. Blok Tanah Hijau terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 000 - 1 250 m dpl.

Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun 2015 (Lampiran 7), luas keseluruhan UP Tambi adalah 273.17 ha. Luas areal TM yaitu sebesar 221.89 ha dan TBM/replanting yaitu sebesar 25.28 ha, sedangkan sisa luasan digunakan untuk pembibitan, kebun perbanyakan, pabrik, agrowisata serta sarana dan prasarana penunjang. Luas areal per blok yaitu Blok Pemandangan seluas 68.32 ha, Blok Taman seluas 53.23 ha, Blok Panama seluas 60.96 ha dan Blok Tanah Hijau dengan luas 39.38 ha, kemudian setiap luasan blok dibagi menjadi 15 nomer atau leger.

Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi

Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir (2004-2014) berkisar antara 2 351 - 3 661 mm dan hari hujan berkisar antara 113-196 hari. Rata-rata bulan kering 2.8 dan rata-rata bulan basah 9.2, sedangkan tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe C (Lampiran 6). Suhu di Unit Perkebunan Tambi berkisar antara 17-23oC dengan kelembaban udara berkisar 80-95%. Jenis tanah di Unit Perkebunan Tambi adalah Andosol dengan pH 4.5-5.0. Tekstur tanah adalah geluh (lumpur yang lekat) dengan kedalaman efektif solum yaitu 40-70 cm. Keadaan drainase di lahan Unit Perkebunan Tambi adalah sedang sampai dengan cepat. Topografi lahan pada umumnya adalah berombak sampai berbukit dengan tingkat kemiringan 0-45%.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman teh yang dibudidayakan di UP Tambi terdiri dari klon Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025, Tambi Merah (klon lokal), Malabar Pasir Sarongge (MPS), Kiara 8, Cin 143 dan Seedling (Hibrid dan Assam). Jarak tanam untuk jenis klon yaitu 120 cm x 75 cm, sedangkan untuk seedling yaitu 130 cm x 90 cm atau tidak beraturan. Populasi per hektar untuk jenis klon sekitar 11 000 pohon dan untuk jenis seedling 7 000 - 10 000 pohon per hektar.

(25)

Perkebunan Tambi berfluktuasi selama lima tahun terakhir (2010-2014). Rata-rata produksi pucuk teh di Unit Perkebunan Tambi selama kurun waktu lima tahun terakhir (Lampiran 10) yaitu 3 342 555 kg tahun-1, produksi teh kering 701 936 kg tahun-1 dan produktivitas sebesar 3 105 kg ha-1 tahun-1. Menurut Pusat Data dan Informasi Pertanian (2007), produksi pucuk basah untuk PBN (Perkebunan Besar Negara) yaitu 68 666 ton, PBS (Perkebunan Besar Swasta) yaitu 27 653 ton dan untuk PR (Perkebunan Rakyat) yaitu 40 929 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi Unit Perkebunan Tambi mencapai 12.93% dari total produksi teh yang dihasilkan oleh Perkebunan Swasta (PS) dan mencapai 2.60% dari total produksi teh di Indonesia. Unit Perkebunan Tambi memiliki produktivitas tahun 2012 (Lampiran 11) sebesar 3 134 kg ha-1 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas nasional yaitu 1 477 kg ha-1 (Ditjenbun 2012).

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang direktur yang berasal dari salah seorang pemegang saham. Selain itu, direktur mempunyai wakil yang berasal dari pemerintah daerah Wonosobo. Hal ini terkait kepemilikan saham yang sebagian dipegang oleh perorangan dan sebagian dipegang oleh pemerintah daerah Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pemimpin yang diangkat oleh Direksi PT Perkebunan Tambi. Seorang Pemimpin Unit Perkebunan Tambi bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi setiap kegiatan pengelolaan dan administrasi bagian kebun, pabrik serta kantor untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif. Pemimpin Unit Perkebunan Tambi secara langsung membawahi Kepala Sub Bagian Kebun, Kepala Sub Bagian Kantor dan Kepala Sub Bagian Pabrik beserta seluruh jajarannya (Lampiran 8).

Kepala Sub Bagian Kebun bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebun dan tanaman, ketenagakerjaan di kebun serta administrasi kebun. Kepala Sub Bagian Kantor bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan kantor berupa pengelolaan keuangan, pembukuan, sumber daya manusia dan masalah umum lainnya dalam ruang lingkup Unit Perkebunan Tambi. Kepala Sub Bagian Pabrik bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan administrasi, teknik dan pengolahan teh di pabrik.

Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi Wonosobo tahun 2015 (Lampiran 9) berjumlah 502 orang dengan luas areal keseluruhan 273.17 ha. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.84 orang ha-1. Tenaga kerja terdiri dari Karyawan I, Karyawan II dan Borongan. Karyawan I mempunyai syarat minimal D3 dan S1, Karyawan II terdiri dari golongan A, B, C, D dan E. Golongan II E diperoleh apabila pengajuan peningkatan jabatan lebih dari umur 40 tahun dan tidak dapat lagi meningkat ke Golongan I. Tenaga pemetik dan tenaga pemeliharaan termasuk tenaga borongan. Tenaga borongan terbagi menjadi tenaga borongan tetap dan borongan lepas.

(26)

12

untuk karyawan tetap berdasarkan keputusan pimpinan unit perkebunan dengan besar gaji berdasarkan jumlah hari kerja, sedangkan untuk karyawan harian lepas ditetapkan berdasarkan prestasi kerja.

Premi sosial adalah bonus untuk pemetik apabila dalam satu minggu dapat mencapai target maka mendapatkan premi sebesar 1 HOK. Premi kompensasi adalah bonus untuk semua karyawan lepas yang akan diperoleh berdasarkan pada perhitungan jumlah hari kerja, dengan jumlah hari kerja 24 hari. Premi yang diperoleh sebesar Rp 10.000 perhitungan berdasarkan jumlah 24 hari kerja digunakan untuk memperoleh point yang berlaku untuk Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK).

Pembagian gaji untuk karyawan I dilakukan setiap bulan pada tanggal 1, karyawan II setiap bulan pada tanggal 3, sedangkan untuk karyawan harian tetap dan lepas dilakukan tiga kali dalam sebulan yaitu tanggal 3, 13, 23. Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah enam hari dengan lama kerja 7 jam hari-1. Jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu 24 jam hari-1 diberlakukan shift kerja dan pekerjaan di luar jam kerja dihitung lembur.

Kesejahteraan Karyawan

Unit Perkebunan Tambi menyediakan beberapa fasilitas bagi karyawan antara lain jamsostek, rumah tinggal, tempat ibadah, balai pelayanan kesehatan, koperasi, pakaian kerja, gratifikasi, THR (Tunjangan Hari Raya), kendaraan bermotor, rekreasi dan tempat olahraga. Balai pelayanan kesehatan beroperasi setiap hari senin dan kamis. Karyawan yang mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu karyawan I, II serta keluarganya (tiga orang anak), sedangkan bagi karyawan lepas dan pensiunan hanya untuk dirinya. Perusahaan juga memberikan cuti kerja selama 14 hari dalam satu tahun bagi karyawan. Perusahaan memberikan satu stel pakaian kerja setiap tahun. Kendaraan bermotor diberikan kepada karyawan sesuai dengan tugas dan jabatannya. Kegiatan rekreasi dilaksanakan setiap tahun. Keberadaan koperasi karyawan ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup karyawan.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembibitan

(27)

bibit dalam jumlah banyak, dengan keyakinan bahwa sifatnya akan mengikuti sifat dari pohon induknya. Hal tersebut harus didukung dengan melakukan pemeliharaan kebun induk. Kebun induk yang akan dipergunakan harus dijaga kemurnian klonnya, potensi produksi dan kualitas. Keberhasilan pembibitan dengan stek dipengaruhi oleh mutu bahan stek, persiapan yang tepat, pengelolaan media tanam, pemilihan lokasi yang tepat dan tenaga kerja yang terampil.

UP Tambi melaksanakan pembibitan dengan cara stek. Lokasi pembibitan berada di Blok Panama dengan luas 0.80 ha dan kebun perbanyakan dengan luas 0.60 ha. Bangunan rumah pembibitan terbuat dari bambu dengan atap terbuat dari paranet. Syarat lokasi pembibitan yang baik yaitu dekat sumber air, drainase baik, intensitas matahari yang cukup, kelembaban terjaga, aman, diusahakan mengarah ke arah timur dan tanah yang ada memenuhi syarat. Klon perbanyakan yang diambil steknya yaitu Gambung 7, karena klon ini memiliki produksi yang baik dan tahan terhadap hama penyakit dibanding dengan klon lain yang ada di UP Tambi.

Kebun perbanyakan merupakan tempat untuk menghasilkan bahan stek yang akan digunakan, sehingga harus dipelihara dengan lebih teliti kesehatan maupun kebersihannya. Pemangkasan pada kebun perbanyakan dilakukan empat bulan sebelum pengambilan bahan stek, dengan cara pangkasan setengah bersih. Kemudian dilakukan pemeliharaan kebun perbanyakan selama ± 4 bulan, antara lain penyiangan terhadap gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit yang bersifat pencegahan pada kebun perbanyakan.

Media tanam yang digunakan terdiri dari top soil dan sub soil yang telah dicampur pupuk kandang, dengan perbandingan antara top soil dengan sub soil yaitu 2:1. Setiap meter kubik top soil juga dicampur dengan 1.25 kg SP-36, 500 g KCl, 250 g Kiserit, 1 kg tawas dan 400 g Dithane, sedangkan pada sub soil cukup dicampur dengan 1 kg tawas dan 400 g Dithane. Kemudian, media tanam difumigasi menggunakan Basamid dengan dosis 100-150 g/m3. Setelah selesai, media tanam dimasukan ke dalam polybag. Kebun perbanyakan yang telah dipelihara selama 3-4 bulan, siap untuk diambil cutting. Ciri-ciri ranting yang telah siap di cutting yaitu ranting yang cukup matang dengan ketinggian ± 15 cm dari bidang pangkasan, tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, lembaran daun berjumlah ± 8 lembar, serta tumbuh sehat, tegar, daun mulus dan pertumbuhannya mengarah ke atas. Stek yang diambil yaitu potongan ranting yang terdapat satu lembar daun dengan jarak 1 cm di atas daun dan 3-4 cm di bawah daun. Potongan ranting tersebut direndam dalam larutan ZPT untuk mempercepat pertumbuhan tunas, selama 5-10 menit.

(28)

14

bagian mulai pukul 07.00-11.00. Setiap tahapan dilakukan selama dua minggu. Jika kondisi tertentu, misalnya tumbuh gulma, maka sungkup dibuka untuk membersihkan gulma secara manual. Selama pembibitan, dilakukan kegiatan pemeliharaan seperti penyiraman air secara teratur, diusahakan tidak terlalu basah karena dapat tumbuh gulma dan jamur. Saluran air antar bedengan diperbaiki agar drainase tetap baik. Keberhasilan mendapatkan bibit tanaman teh yang siap tanam 60-75%. Bibit teh siap untuk ditanam setelah berumur 1-1.5 tahun dari pembibitan. Kegiatan pemotongan daun stek dan penanaman ke dalam polybag dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat penyungkupan (c)

Pada kegiatan pembibitan, prestasi kerja penulis saat melakukan pengambilan cutting daun stek di kebun induk adalah 800 cutting HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 1 200 cutting HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 1 000 cutting HK-1.

Pembentukan bidang petik (centering)

Kegiatan centering adalah kegiatan memotong batang utama teh untuk membentuk bidang petik pada tanaman teh yang masih muda atau belum menghasilkan (TBM). Kegiatan centering dilakukan dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan cabang yang melebar sehingga membentuk frame yang baik dan rata.

Pembentukan bidang petik di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan cara centering. Alat yang digunakan adalah gunting centering dan alat ukur. Centering dilakukan dalam dua tahap yaitu centering I dan centering II. Centering I dilakukan saat bibit tanaman berumur 3-4 bulan setelah ditanam di lapangan. Bibit dipotong setinggi 15-20 cm dari permukaan tanah. Tujuan centering I adalah memotong batang utama yang tumbuh ke atas yang mengalahkan pertumbuhan cabang ke samping. Centering II dilakukan setelah tujuh bulan dari centering I bertujuan untuk menekan pertumbuhan batang yang mengarah ke atas. Batang yang tumbuh mengarah ke atas dipotong setinggi 25-30 cm dari permukaan tanah. Pada saat tanaman telah mencapai ketinggian 120 cm maka dilakukan cut a cross setinggi 40 cm di atas permukaan tanah. Setelah dilakukan cut a cross, tiga bulan berikutnya dilakukan pemetikan pada ketinggian 40 cm (titik petik sama tingginya dengan bidang potong) diulang sampai 3-4 kali petikan, kemudian petikan berikutnya naik 1-2 lembar.

Centering harus dilakukan dengan hati-hati dan selektif. Pelaksanaan centering dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan tanaman. Tanaman minimal memiliki dua batang sekunder saat dilakukan centering I. Pada tanaman yang tumbuh kerdil dan kurang sehat maka tidak dilakukan centering, luka centering diusahakan halus agar tunas dapat tumbuh dengan baik.

(29)

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki karena tumbuh di waktu dan tempat yang tidak diinginkan atau mengganggu tanaman utama yang diproduksi. Populasi gulma yang tumbuh tanpa terkendali di areal pertanaman teh akan menyebabkan banyak kerugian. Keberadaan gulma akan memberikan persaingan bagi tanaman teh dalam memanfaatkan faktor-faktor tumbuh seperti unsur hara, cahaya dan air. Penurunan hasil pucuk teh akibat dari keberadaan gulma diperkirakan mencapai 40%. Keberadaan gulma selain sebagai kompetitor tanaman teh juga akan mengakibatkan inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin seperti pemupukan, pemangkasan dan pemetikan.

Jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman teh di UP Tambi antara lain adalah pacar air (Impatien plathypetala), babadotan (Ageratum conyzoydes), kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)), rumput teki (Paspalum conjugatum), kentang-kentangan (Borreria alata), sengganen (Melastoma malabathrichum), harendong (Clidemia hirta), kirinyuh (Eupatorium inulifolium), gucen (Rubus rosaefolius), tali sahit (Comellina difusa), Mikania micrantha dan alang-alang (Imperata cylindrica). Populasi gulma di UP Tambi mencapai puncaknya saat menjelang dilaksanakannya program pemupukan dan menjadi bersih gulma saat pemupukan dilaksanakan. Tujuan pengendalian gulma adalah menekan pertumbuhan gulma sehingga diperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh yang tinggi, produksi pucuk maksimal dan kerugian serendah mungkin.

Pengendalian gulma secara kultur teknis dilakukan dengan menerapkan cara pemetikan teh secara benar dan tepat. Cara pemetikan teh yang tepat adalah dengan melaksanakan petikan rata dan teratur agar pembentukan tajuk tanaman teh dapat melebar dan rapat sehingga dapat mengurangi pertumbuhan gulma di antara barisan tanaman. Selain itu, pengendalian gulma secara kultur teknis dapat diterapkan berupa penanaman tanaman pupuk hijau seperti Tephrosia spp. dan Crotalaria spp. di antara barisan tanaman teh.

Pengendalian gulma di UP Tambi secara umum dilakukan melalui dua cara yaitu secara manual memanfaatkan tenaga manusia dan secara kimiawi menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual di UP Tambi dilaksanakan selama dua periode yaitu Semester I (Januari-Maret) dan Semester II (Agustus-Oktober) dengan perkiraan keluasan di setiap semester masing-masing 50%. Khusus untuk gulma pacar air, pengendalian dilakukan dengan cara mencabut gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan sedangkan untuk jenis gulma lainnya dilakukan dengan pembabatan menggunakan kored. Pengendalian gulma secara kimiawi/chemical weeding dilaksanakan dua kali dalam setahun untuk semua nomer kebun (tahun pangkas I-IV) pada bulan Februari-April dan September-November bergantian dengan pengendalian secara manual.

Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan setelah pemangkasan disebut babad bokor dan dongkel anakan kayu (DAK). Babad bokor dilakukan dengan mencabut gulma hingga akarnya menggunakan tangan, kored, sabit dan parang. Dongkel anakan kayu (DAK) juga biasanya dilakukan menjelang pemupukan tanah, dilaksanakan dua kali pada tanaman umur pangkas I-IV.

(30)

16

yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter. Penyemprotan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke dalam tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat setelah 5-7 hari pasca aplikasi tergantung tingkat dosis yang digunakan. Pada saat pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan empat tepat, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tepat konsentrasi untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi dalam satu tahun sebanyak dua kali semprot dengan campuran hanya satu jenis herbisida dan ideal dilakukan sepuluh hari sebelum kegiatan pemupukan. Prestasi kerja rata-rata penulis saat melakukan chemical weeding adalah 0.017 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.013 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.019 ha HK-1.

Pemupukan

Pemupukan menjadi salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman, karena apapun jenis tanamannya pasti membutuhkan makanan berupa unsur hara dan mineral, begitupun dengan tanaman teh. Dalam pertumbuhan pucuk, tanaman teh menyerap unsur hara dari dalam tanah secara terus-menerus sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah makin lama makin berkurang. Unsur hara dalam tanah dapat juga berkurang karena proses pencucian atau hanyut oleh air hujan, penguapan dan erosi. Oleh karena itu, apabila tanah dibiarkan tanpa diberikan perlakuan akan menjadi rusak atau menjadi tanah kritis. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu dilakukan pengelolaan tanah sebaik-baiknya.

Salah satu upaya dalam pengelolaan tanah adalah melalui program pemupukan yaitu memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan prinsip empat tepat yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis. Selain pemupukan melalui tanah, di perkebunan teh juga sering melaksanakan program pemupukan yang disemprotkan melalui daun terutama untuk pemberian unsur mikro.

Pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan melalui tanah (Gambar 2a) dan pemupukan melalui daun (Gambar 2b). Pemupukan melalui tanah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur hara makro tanaman seperti N, P, K dan Mg dengan perbandingan 5:1:2:0.5. Bahan pupuk yang digunakan untuk memenuhi unsur-unsur tersebut adalah Urea 46%, SP-36 36%, KCL 60% dan Kiserit 27%. Persentase yang digunakan adalah N 8% dari target produksi teh kering per tahun.

Gambar 2. Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b)

(31)

Pemupukan melalui tanah di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada semester I dengan dua kali aplikasi yaitu pada bulan Februari dan Juni, sedangkan semester II dengan satu kali aplikasi pada bulan Oktober-November. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada tanaman menghasilkan dapat dilihat pada Tabel 1.

Sumber : Laporan RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015

Aplikasi pupuk lewat tanah untuk tanaman dengan tahun pangkas I dan IV adalah 90% sedangkan tanaman dengan tahun pangkas II dan III sebesar 110%. Hal ini disebabkan tanaman dengan tahun pangkas I dan IV memiliki potensi produksi yang lebih rendah dari pada tanaman dengan tahun pangkas II dan III yang sedang berproduksi maksimal sehingga membutuhkan pasokan hara yang lebih banyak. Pemupukan dilakukan dengan cara dibenam di sekitar tanaman dengan lubang 20 cm dari leher akar dan kedalaman lubang 10-15 cm. Satu lubang untuk dua pohon yang diletakan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan kedua dan seterusnya.

Tenaga kerja kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi terdiri dari mandor/pembimbing, penabur pupuk, penggali lubang, langsir dan laden. Mandor/pembimbing adalah sebagai pengawas kegiatan pemupukan dengan mengawasi segala proses pemupukan dari awal hingga akhir. Mandor/pembimbing bertanggung jawab secara langsung terhadap pekerja pemupukan. Pemupuk terdiri dari penabur pupuk dan penggali lubang yang ketika di lapangan bekerja secara berpasangan. Langsir merupakan pekerja yang membawa pupuk dari gudang kebun lalu dimasukan truk setelah itu membawa pupuk sampai tempat yang dekat dengan lahan yang akan di pupuk. Laden merupakan pekerja yang mengantarkan pupuk dari tempat diletakan pupuk untuk dibagi-bagikan kepada para penabur pupuk. Standar kerja rata-rata untuk kegiatan pemupukan di UP Tambi adalah sebesar 0.25 ha HK-1. Penulis mengikuti kegiatan pemupukan dengan profesi sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama beberapa hari dengan prestasi kerja rata-rata 0.23 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja rata-rata karyawan adalah 0.35 ha HK-1.

(32)

18

Pada tanaman belum menghasilkan kebutuhan pupuk di setiap blok hampir sama karena target produksi diasumsikan sama dan pelaksanaan pemupukan dilakukan empat kali dalam setahun. Asumsi produktivitas untuk TBM I 1 750 kg ha-1 tahun-1, TBM II 2 000 kg ha-1 tahun-1, sedangkan TBM III 2 250 kg ha-1 tahun-1. Konsentrasi aplikasi N 8% dengan perbandingan jenis pupuk Urea, SP-36, KCl dan Kiserite yaitu 5:1:2.5:0.3. Aplikasi pemupukan pada TBM melalui tanah untuk tanaman klonal dan seedling dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada TBM di Unit Perkebunan Tambi 2015

Blok Urea SP-36 KCI Kiserit

...kg tahun-1...

TBM I 1 100 250 350 150

TBM II 1 000 320 375 195

TBM III 2 450 1 050 1 350 820

Jumlah 4 550 1 620 2 075 1 165

Sumber : Laporan RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015

Pemupukan melalui daun merupakan salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan pucuk sekaligus mempercepat penyembuhan luka petikan. Pelaksanaannya baru terprogram dan terjadwal pada tahun 2012 dengan tujuan meningkatkan hasil produksi. Jenis pupuk yang digunakan yaitu Zink sulfat dan PPC (Pelengkap Pupuk Cair). Jenis PPC yang digunakan yaitu Sanfor dan Companny dengan dosis masing-masing 0.5 liter ha-1. Pengaplikasian Sanfor atau Companny dicampur dengan Urea dengan dosis 125 g ha-1 dan air yang digunakan untuk membuat larutan ± 250 ml.

Penyemprotan ZnSO4 dilaksanakan selama sepuluh bulan dimulai bulan

Februari sampai dengan November dengan dosis 1 kg ha-1 aplikasi-1. Alat yang digunakan adalah misblower dan handsprayer/pakabak. Sedangkan pupuk pelengkap cair (PPC) diberikan pada musim kamarau yaitu Juli-September sebanyak enam kali aplikasi (2 kali dalam 1 bulan) dengan dosis 1-1.5 liter ha-1.

Cara pengaplikasian Zink sulfat hampir sama dengan dengan PPC. Penyemprotan pupuk melalui daun yang tepat yaitu disemprot pada bagian bawah daun agar dapat langsung diserap oleh stomata yang sedang terbuka. Jika penyemprotan pada bagian bawah daun sulit dilakukan, diperbolehkan lewat bagian atas, tetapi langsung menyentuh pucuk daun. Saat yang baik dilakukan penyemprotan yaitu saat stomata sedang membuka, berkisar antara pukul enam pagi hingga pukul sembilan pagi, maksimal pukul sepuluh. Jika melewati pukul sepuluh, stomata daun diperkirakan telah menutup dan pemupukan akan terbuang. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan melalui tanah yaitu ember, gelas takar, sarung tangan dan masker, sedangkan pemupukan melalui daun yaitu drum air, ember, gelas ukur, selang, pengaduk, mesin diesel dan power sprayer.

Pengendalian Hama dan Penyakit

(33)

Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria), ulat penggulung daun (Homona coffearia) dan ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma). Sedangkan penyakit penting yang sering menyerang areal pertanaman teh di UP Tambi adalah cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit cacar daun teh ini menjadi penting karena sangat sulit untuk dikendalikan terutama pada musim penghujan serta sangat nyata menurunkan produksi pucuk di UP Tambi.

Empoasca atau wereng hijau merupakan serangga yang menyerang pucuk teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Jika pucuk sudah habis, serangan dapat berlanjut ke daun muda dan tua. Gejala serangan berupa perubahan warna tulang daun teh menjadi merah coklat. Pada daun, timbul noda-noda berwarna kemerahan seperti terbakar (leaf burn), kemudian menguning. Pertumbuhan daun menjadi terhambat dan pucuk daun teh tumbuh tidak normal. Serangan dapat menyebabkan tanaman jadi gundul dengan produksi sangat menurun. Upaya pengendalian hama ini dilakukan secara kimiawi dengan insektisida jenis Talstar dan Tamabas dengan dosis 200 cc ha-1. Kepik penghisap daun atau Helopeltis antonii menyerang pucuk daun muda. Kepik ini menusuk dan menghisap daun teh sehingga membentuk bercak-bercak hitam. Musuh alami Helopeltis ini banyak. Nimfa-nya dimangsa oleh laba-laba lompat, belalang sembah dan predator lain. Dewasa yang terbang ditangkap oleh capung dan laba-laba pembuat jaring. Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis) sangat merusak tanaman teh, terutama teh pada dataran tinggi. Serangga ini menyerang daun biasa/bukan tunas petik, menyebabkan kematian urat daun dan pangkal daun. Daun yang terserang berat berubah warna menjadi kemerahan, lalu mengering dan gugur. Ulat jengkal menyerang daun, pupus daun dan pentil teh. Serangan berat menyebabkan daun berlubang dan pucuk tanaman gundul sehingga tinggal tulang daun saja.

Ulat penggulung daun membuat tempat berlindung untuk diri sendiri dari daun teh, caranya dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun bersama-sama dengan sutra, atau dengan menggulung satu daun lalu menyambungkan pinggirnya. Daun yang terserang tidak dapat dipetik sebagai hasil panen teh. Serangan ulat penggulung daun (Homona coffearia) mengakibatkan daun teh menjadi menggulung dan terlipat melintang (Gambar 3a). Hama ini dijumpai menyerang daun teh muda maupun tua. Pada musim penghujan, intensitas serangan ulat penggulung daun tergolong rendah sehingga tidak dilakukan penanganan khusus sebagai upaya pengendalian. Serangan hama ini menjadi cukup tinggi pada musim kemarau sehingga UP Tambi melaksanakan upaya pengendalian secara mekanis dengan memetik daun/perdu yang terserang atau dengan mengambil dan membinasakan kelompok telur yang ditemukan pada perdu/daun teh. Sedangkan upaya pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan jenis insektisida Kejora 15 EC dengan bahan aktif Alfa sipermetrin 15 g liter-1 dengan dosis 200 cc ha-1 aplikasi-1.

(34)

20

laba-laba, kepik, jangkrik, semut dll. Pengendalian hanya dilakukan secara kultur teknis dengan memetik daun-daun yang terserang serta dengan jalan memperpendek gilir/daur petik dari nomer-nomer kebun yang terserang.

Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara mekanis maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Crowen 113 EC dengan bahan aktif Cypermethrin 113 g liter-1 dengan dosis 200 cc ha-1 dan disemprotkan menggunakan knapsack sprayer dengan metode spot spraying. Metode spot spraying adalah metode penyemprotan yang dilakukan hanya pada titik-titik tertentu yang mengalami serangan berat. Metode ini dipilih untuk mengurangi residu insektisida yang berlebihan karena dapat mempengaruhi ambang batas residu yang ditetapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Connasol 50 SC dengan bahan aktif Heksakonazol 50 g liter-1 untuk klon TRI (2024 dan 2025) dengan dosis 150-300 cc ha-1 aplikasi-1 dan fungisida jenis Agronil 75 WP dengan bahan aktif Klorotalonil 75% untuk semua klon Gambung dengan dosis 300-500 g ha-1 aplikasi-1. Tindakan pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan selama dua semester yaitu Januari-April dan September-Desember. Penyemprotan dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal delapan hari sebelum pemetikan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil pucuk akibat aplikasi fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat (Kelas A) seluas 142.41 ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama enam bulan dengan aplikasi dua kali penyemprotan dalam sebulan (12 kali per tahun). Sedangkan untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas 103.44 ha, pengendalian dilakukan selama enam bulan dengan aplikasi delapan kali penyemprotan per tahun. Prestasi kerja penulis saat melakukan aplikasi pengendalian hama dan penyakit (PHP) dengan mobil proteksi (pick up) adalah 0.06 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.07 ha HK-1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.06 ha HK-1.

Gambar 3. Gejala serangan hama ulat penggulung daun (a) dan penyakit Blister blight (b)

Pemangkasan

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis untuk menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu, sehingga pemetikan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien. Pemangkasan bertujuan untuk

(35)

mempermudah agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, memelihara bidang petik agar tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik selebar mungkin, membuang cabang tidak produktif serta merangsang pembentukan tunas baru. Standar kerja untuk kegiatan pemangkasan di UP Tambi adalah sebesar 0.04 ha HK-1. Penulis mengikuti kegiatan pemangkasan dengan status sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja antara 0.001-0.038 ha HK-1 sedangkan prestasi kerja pemangkas di UP Tambi rata-rata sebesar 0.06 ha HK-1.

Jenis/Tipe Pangkasan. Pemangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah jenis pangkasan bersih dan pangkasan setengah bersih. Pertimbangan memilih jenis pangkasan bersih karena blok-blok yang terdapat di UP Tambi terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl dimana penyinaran matahari dan suhu tidak terlalu tinggi sehingga tanaman dapat bertahan meskipun tidak ada daun yang disisakan setelah pemangkasan. Jenis pangkasan setengah bersih dipilih karena secara teknis pangkasan bersih sulit untuk bisa diterapkan secara efisien. Sistem upah borongan yang diterapkan seringkali membuat pemangkas lebih mengutamakan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Akibatnya, pangkasan bersih yang memang sedikit lebih rumit dan memerlukan waktu serta kesabaran dalam pelaksanaannya justru sulit sekali untuk bisa dilaksanakan terutama pada tanaman tua dengan keadaan frame yang sangat lebar.

Tinggi Pangkasan. Standar tinggi pangkasan setiap blok di UP Tambi disesuaikan dengan tinggi pangkasan sebelumnya. Ketinggian pangkasan di UP Tambi senantiasa dinaikan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu tinggi pangkasan kembali lagi pada ketinggian pangkasan awal (pangkasan dagul).

Gilir pangkas. Gilir pangkas merupakan rentang waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. UP Tambi yang terletak pada ketinggian di atas 1 200 m dpl menggunakan gilir pangkas 4-5 tahun. Namun dalam pelaksanaannya, pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan. Terkadang ada beberapa nomer kebun yang dipangkas lebih cepat ataupun lebih lambat dari gilir pangkas yang seharusnya. Keputusan mempercepat jadwal pemangkasan untuk nomer-nomer kebun tertentu adalah karena keadaan tanaman yang sudah kurang produktif serta kondisi tanaman yang sudah tinggi dan terlalu rapat sehingga menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemetikan.

Waktu pemangkasan. Waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan adalah saat keadaan tanaman sehat karena tanaman yang sehat akan memiliki cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali pasca dilakukannya pemangkasan. Selain itu, pemangkasan tanaman teh juga harus didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif terutama suhu dan kelembaban. Pemangkasan di UP Tambi dilaksanakan dalam dua semester yakni Februari-Mei (Semester I) dan Oktober-November (Semester II). Namun, untuk blok Pemandangan yang terletak pada ketinggian tempat sekitar 1 700 - 2 100 m dpl, pemangkasan hanya dilakukan pada semester I dengan pertimbangan untuk pengendalian penyakit cacar daun teh serta ketersediaan tenaga kerja.

(36)

22

dengan 70% dilaksanakan pada semester I dan sisanya pada semester II. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan.

UP Tambi yang terdiri dari empat blok membagi areal yang akan dipangkas ke masing-masing blok. Setiap blok rata-rata mendapat bagian 3-4 nomer kebun yang harus dipangkas setiap tahunnya. Rencana luas areal pangkasan yang ditetapkan kebun tidak selalu sesuai dengan realisasinya. Pada tahun 2015, UP Tambi menetapkan bahwa luas areal pangkasan adalah sebesar 54.40 ha atau 24.52% dari total areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi realisasinya hingga Mei 2015 baru sebesar 46.49 ha atau sekitar 18.9% dari luas areal tanaman menghasilkan. Perbedaan luas rencana dan realisasi ini terjadi karena terdapat beberapa nomer kebun yang memang disisakan untuk dipangkas pada akhir tahun (semester II) serta terdapat perubahan nomer kebun yang dipangkas dari rencana awal dengan pertimbangan menyesuaikan kondisi tanaman yang ada di lapangan.

Tenaga Pemangkas. Tenaga pemangkas di Unit Perkebunan Tambi merupakan tenaga kerja musiman dengan sistem upah borongan. Sistem upah borongan ini seringkali menyebabkan para pemangkas bekerja hanya mementingkan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan.

Alat pangkas. Kegiatan pemangkasan perdu teh di UP Tambi dilakukan secara manual menggunakan sabit pangkas (Gambar 4a) dan mesin pangkas (Gambar 4b). Pertimbangan melaksanakan pemangkasan secara manual ini adalah karena tersedianya tenaga pemangkas yang cukup serta untuk mengurangi kerusakan cabang akibat pemangkasan. Mesin pangkas hanya digunakan apabila tenaga pemangkas jumlahnya tidak memadai untuk dilakukan pemangkasan secara manual.

Gambar 4. Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) Penanganan Sisa Pangkasan. Salah satu kegiatan yang mengikuti program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah penanganan sisa pangkasan. Sisa pangkasan berupa cabang maupun ranting segar dimanfaatkan untuk menutup frame/bidang pangkas agar tidak terkena sengatan sinar matahari langsung. Sisa pangkasan juga bisa ditinggal maupun dibenamkan di lahan untuk menambah bahan organik dalam tanah, akan tetapi kegiatan benam serasah ini tidak lagi dilaksanakan di UP Tambi. Secara lengkap kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam paket program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah sebagai berikut :

Penutupan frame/bidang pangkas

Cabang atau serasah sisa pangkasan dimanfaatkan untuk menutup bidang pangkas selama 3-5 hari sehingga dapat mengurangi sengatan sinar matahari

Gambar

Gambar 1. Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat
Gambar 2. Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b)
Tabel 1. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada TM di Unit Perkebunan Tambi 2015
Tabel 2. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada TBM di Unit Perkebunan Tambi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pembibitan yaitu mempersiapkan bahan tanaman yang memenuhi kriteria layak tanam, sehingga dapat digunakan untuk penanaman baru ( new planting )

(Camellia sinensis (L) O. Kun1ze) DI PT PERKEBUNAN TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI,

Hasil yang diperoleh berdasarkan uji t-student , rata-rata tinggi bidang petik untuk tanaman teh tahun pangkas I, II, dan III menunjukan tidak berbeda dengan standar yang

Kegiatan pengelolaan kebun di UP Tanjungsari perlu lebih ditingkatkan agar kondisi pucuk lebih baik dan produksi terus meningkat. Pengawasan tenaga kerja oleh para

Pemetikan adalah kegiatan pengambilan hasil berupa pucuk peko maupun pucuk burung yang memenuhi syarat untuk diolah dengan membentuk suatu kondisi tanaman agar

Kriteria tanaman yang akan dipangkas juga telah memenuhi standar PPTK seperti, tinggi bidang petik tanaman kurang dari 120 cm, diameter bidang petik yang lebar

Hasil yang diperoleh berdasarkan uji t-student, rata-rata tinggi bidang petik untuk tanaman teh tahun pangkas I, II, dan III menunjukan tidak berbeda dengan standar yang

Jenis petikan di Unit Perkebunan Tambi adalah petikan medium yaitu pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung