• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH

(

Camellia sinensis

(L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN

TAMBI, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

LAILA RAHMADONA

A24080017

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH

(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT

TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan Tambi,

PT Tambi, Wonosobo, Central Java

Laila Rahmadona1), Ade Wachjar2)

1) Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB 2) Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

Abstract

The objectives were to improve the understanding, to analyze tea management aspect which is related to tea plucking, and to improve the technical skills of tea plantation. This field practice was conducted on February 2012 to May 2012 at Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi which is located in Wonosobo, Central Java. The major purpose on tea management is to study of truly tea plucking management. Plucking tea management is influenced by growth of tea pecco, hight of pluck area, and thick of maintenance leaf. The growth of tea pecco and hight of pluck area have a certain relation with plucking capacity, and thick of maintenance leaf. A good supervision will improve skill of plucker and produce peccos which match with standard of tea management.

(3)

RINGKASAN

LAILA RAHMADONA. Pengelolaan Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.)

O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ADE WACHJAR).

Tujuan magang secara umum adalah menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai budidaya tanaman teh pada keadaan lapangan yang sesungguhnya. Selain itu kegiatan magang juga bertujuan mempelajari pengelolaan pemetikan teh yang tepat untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas teh yang lebih baik. Magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama tiga bulan mulai bulan Februari 2012 hingga Mei 2012. Selain itu, penulis juga mempelajari berbagai aspek yang berhubungan dengan pemetikan yang baik berupa siklus petik, hanca petik, kebutuhan tenaga kerja dan mencoba mencari solusi atas setiap permasalahan yang dihadapi di lapangan.

Pengamatan terhadap berbagai aspek pemetikan meliputi siklus petik, hanca petik, kebutuhan tenaga kerja, mencoba mempelajari dan mencari solusi atas setiap permasalahan yang dihadapi di lapangan. Selain itu penulis juga melakukan pengamatan terhadap potensi pucuk, tinggi bidang petik, ketebalan daun pemeliharaan, hanca petik, kapasitas pemetik, analisis petik, analisis pucuk, dan sistem transportasi pucuk. Data hasil pengamatan di uji dengan menggunakan uji t-student dan standar deviasi.

(4)

pembinaan KHL. Semua rincian kegiatan yang dilakukan selama magang telah dicatat di dalam jurnal harian. Selain praktik kerja langsung penulis juga telah melakukan studi pustaka kebun seperti laporan manajemen kebun.

Pemetikan di Unit Perkebunan (UP) Tambi dilaksanakan setiap hari kecuali hari Minggu oleh tenaga kerja petik. Standar pucuk yang diolah di UP Tambi adalah pucuk petikan medium dengan rumus p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m. Siklus petik di Blok Taman, Panama, Tanah Hijau rata-rata menerapkan siklus petik selama 15-20 hari, sedangkan Blok Pemandangan memiliki siklus petik 20-25 hari. Dengan siklus petik yang tetap tersebut UP Tambi dapat menghasilkan pucuk yang sesuai standar pengolahan yaitu pucuk medium. Pemetikan produksi di UP Tambi dilakukan menggunakan gunting dan mesin petik tipe GT 120.

Perbedaan bahan tanam klon/seedling menunjukkan perbedaan besarnya simpangan pada setiap bahan tanam. Cara pemetikan yang berbeda berpengaruh terhadap persentase pucuk peko. Penggunaan gunting petik menghasilkan kondisi pucuk yang lebih baik daripada mesin petik.

Tinggi bidang petik di Unit Perkebunan (UP) Tambi berkisar 68.9 - 97.7 cm dengan tebal daun pemeliharaan berkisar 14.5 - 33 cm. UP Tambi saat ini memiliki kebijakan tersendiri untuk ketebalan daun pemeliharaan, yaitu 25 - 35 cm.

Tenaga kerja pemetik yang tersedia di UP Tambi berjumlah 178 orang, sedangkan kebutuhan tenaga kerja pemetik berdasarkan rasio tenaga pemetik adalah sebanyak 190 orang. Hanca petik per pemetik saat ini adalah 0.07 ha/HOK dengan rata-rata kapasitas pemetik sebanyak 60.40 kg/orang.

(5)

PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH

(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT

TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Laila Rahmadona

A24080017

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul : PENGELOLAAN PEMETIKAN TEH (

Camellia sinensis

(L.) O.

Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI,

WONOSOBO, JAWA TENGAH

Nama : LAILA RAHMADONA

NIM : A24080017

Menyetujui, Pembimbing

Dr Ir Ade Wachjar, MS NIP: 19550109 198003 1 008

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr Ir Agus Purwito, M.Sc. Agr NIP: 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Muarasipongi, Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 7 April 1990. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Ramlan Koto dan Ibu Restu Hafnida Nasution.

Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 2 Gunungsitoli, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Gunungsitoli, Nias. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 2 PLUS Sipirok, Tapanuli Selatan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga kegiatan magang ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pengamatan dan pembahasan mengenai pengelolaan pemetikan pada tanaman teh dilaksanakan karena adanya keinginan untuk mengetahui teknik pemetikan teh yang baik dan tepat untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas yang baik sesuai permintaan pasar dan konsumen. Kegiatan magang ini dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak dan Ibu beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung, mendoakan penulis dalam segala aktivitas penulis.

2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr Ir Hariyadi, MS dan Bapak Ir Sofyan Zaman, MP selaku dosen penguji ujian skripsi penulis.

4. Bapak Ir Bambang Jatmiko selaku Pemimpin Unit Perkebunan Tambi atas segala dukungan, motivasi, ilmu yang telah diberikan kepada penulis. 5. Bapak Tuyitno, SE dan Bapak Muhammad masing-masing sebagai kepala

sub bagian kebun sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan pengarahan selama melakukan kegiatan magang ini.

6. Ibu Ir Eviati Kusuma Dewi selaku kepala sub bagian penelitian dan pengembangan, serta semua kepala blok di Unit Perkebunan Tambi. 7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, November 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Taksonomi Tanaman Teh ... 3

Perbanyakan Tanaman Teh ... 3

Morfologi Tanaman Teh ... 4

Tanaman Teh Sebagai Penghasil Pucuk ... 5

Macam-Macam Pemetikan ... 7

Pemetikan Secara Mekanis ... 8

Analisis Pemetikan ... 10

METODE MAGANG ... 11

Tempat dan Waktu ... 11

Metode Pelaksanaan ... 11

Analisis Data dan Informasi ... 13

KEADAAN UMUM ... 14

Sejarah PT Perkebunan Tambi ... 14

Letak Wilayah Administratif ... 15

Luas Areal dan Tata Guna Lahan... 16

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 17

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 20

Aspek Teknis ... 20

Persiapan Bahan Tanam ... 20

Persiapan Tanam dan Penanaman ... 23

Pemeliharaan Tanaman... 25

Pemetikan ... 33

Proses Pengolahan Teh Hitam ... 44

Aspek Manajerial ... 50

Kepala Sub Bagian Kebun ... 50

Kepala Blok ... 51

Mandor Petik ... 51

(10)

PEMBAHASAN ... 52

Potensi Pucuk ... 52

Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun Pemeliharaan ... 56

Hanca Petik ... 57

Jumlah Tenaga Pemetik ... 58

Kapasitas Pemetik ... 58

Analisis Petik dan Analisis Pucuk ... 59

KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

Kesimpulan ... 61

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penggunaan Lahan Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012 .... 16 2. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan

Tambi pada Tahun 2012... 19 3. Luas Areal Tanaman Teh Berdasarkan Tahun Pangkas di

Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012... 31 4. Kondisi Pucuk Berdasarkan Bahan Tanam di Unit

Perkebunan Tambi pada Bulan Februari-April 2012 ... 33 5. Kondisi Pucuk Berdasarkan Cara Pemetikan pada Klon

Gambung 7 di Blok Pemandangan pada Bulan Maret 2012 ... 33 6. Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun Pemeliharaan pada Klon

dan Seedling di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan

Februari-April 2012 ... 35 7. Hanca Petik per Pemetik di Unit Perkebunan Tambi pada

Tahun 2012 ... 37 8. Jumlah Tenaga Kerja Pemetik Berdasarkan Keadaan di Lapangan

dan Hasil Perhitungan Rasio Pemetik dengan Luas Areal Petik di Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012... 38 9. Kapasitas Pemetik dan Kapasitas Waring Berdasarkan Blok

di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Februari 2012... 38 10.Selisih Hasil Penimbangan Pucuk di Kebun dan di Pabrik

Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Januari-April 2012 44 11.Analisis Petik Setiap Blok di Unit Perkebunan Tambi pada

Bulan April 2012 ... 45 12.Analisis Petik Berdasarkan Alat Pemetikan di Unit Perkebunan

Tambi pada Bulan April 2012 ... 46 13.Hasil Analisis Pucuk di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pola Pemetikan Mesin Melompat Baris Ganda ... 9

2. Realisasi Produksi Teh 5 Tahun Terakhir (2007-2011) di Unit Perkebunan Tambi ... 17

3. Pembibitan Teh yang Diberi Sungkup ... 21

4. Penanaman Stek ... 22

5. Pembukaan Sungkup di Pembibitan Teh ... 23

6. Bibit Siap Tanam ... 23

7. Penentuan jarak Tanam dengan Menggunakan Caplak ... 24

8. Pemupukan melalui Tanah ... 27

9. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Mis Blower ... 28

10.Pemupukan melalui Daun Menggunakan Power Sprayer ... 28

11.Pemangkasan Secara Manual Menggunakan Sabit ... 29

12. Pemangkasan Menggunakan Mesin Pangkas ... 30

13. Kondisi Tanaman Teh setelah Dipangkas ... 30

14. Penyakit Mati Ujung pada Bidang Petik ... 32

15. Tanaman Teh yang Terserang Penyakit Cacar Daun Teh (Blister Blight) ... 32

16. Pemetikan Jendangan ... 34

17. Pemetikan Produksi ... 35

18. Gunting Petik ... 40

19. Pengoperasian Mesin Petik Tipe GT 120 ... 41

20. Penimbangan Pucuk di Kebun ... 42

21. Penimbangan Pucuk di Pabrik dengan Timbangan Manual ... 43

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Spesifikasi Tipe Gunting Bantalan ... 66 2. Spesifikasi Mesin Petik GT 120 ... 67 3. Jurnal Harian sebagai karyawan harian lepas (KHL)

di Unit Perkebunan Tambi ... 68 4. Jurnal Harian sebagai Pendamping Mandor di Unit

Perkebunan Tambi ... 70 5. Jurnal Harian sebagai Pendamping Kasubag Kebun

di Unit Perkebunan Tambi ... 71 6. Deskripsi Teh Klon MPS 7 (Gambung 7) ... 72 7. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan di Unit Perkebunan

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri komoditas teh merupakan industri yang penting. Kesadaran baru yang timbul terhadap pentingnya gaya hidup sehat terutama di negara-negara maju, harus disikapi dengan peluang untuk memperluas pemasaran teh. Di samping untuk kepentingan konsumsi dalam negeri, teh juga penting sebagai komoditas ekspor. Hal ini berarti teh sangat menunjang perekonomian Indonesia sebagai sumber devisa negara dari subsektor perkebunan. Perkebunan tanaman teh merupakan salah satu usaha yang menarik banyak negara yang memiliki daerah yang sesuai dengan syarat budidaya teh (Spillane, 1992). Salah satu perkebunan teh swasta yang ada di Indonesia adalah Unit Perkebunan Tambi yang merupakan salah satu unit produksi PT Tambi yang mengelola perkebunan dan hasil komoditas teh.

Perkembangan luas areal teh di Indonesia pada periode tahun 2001-2011 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2001 luas areal teh di Indonesia seluas 150 872 ha, pada tahun 2011 luas areal teh menjadi 123 351 ha. Selain luas areal, produksi teh juga mengalami penurunan produksi. Produksi teh pada tahun 2001 hanya 166 867 ton, sedangkan pada tahun 2011 produksi menjadi 140 944 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Areal perkebunan komoditas teh terus berkurang dengan luas rata-rata 2 584 ha per tahun atau 1.7 persen. Penurunan luas areal teh tersebut menyebabkan produksi turun rata-rata 1.470 ton per tahun atau 0.9% per tahun. Penurunan luas areal tanaman teh secara drastis tersebut disebabkan oleh terjadinya konversi tanaman teh ke tanaman kelapa sawit dan karet secara besar-besaran, serta adanya pembangunan villa (Zuhri, 2011).

(15)

perbaikan sistem pemetikan dan pengelolaan tenaga pemetik yang lebih efisien sehingga dapat mencapai hasil maksimum (Nazaruddin dan Paimin, 1993).

Pemetikan merupakan pekerjaan paling penting dalam budidaya teh dan membutuhkan biaya serta tenaga kerja paling banyak. Untuk pemetikan yang baik diperlukan tenaga pemetik 70% dari seluruh tenaga produksi yang diperlukan atau mencapai 30% dari biaya produksi (Sukasman, 1980). Kegiatan pemetikan disamping bertujuan memungut hasil tanaman teh yang sesuai dengan tujuan pengolahan, juga merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi yang berkesinambungan (Tobroni dan Hikmat, 1987).

Dalam budidaya tanaman teh, pemetikan merupakan ujung tombak produksi. Keberhasilan dalam pemetikan ikut menentukan kesuksesan industri teh secara keseluruhan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan. Disamping itu juga pemetikan merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi yang berkelanjutan dengan demikian pemetikan merupakan bagian dari proses produksi yang sangat penting (Johan dan Dalimoenthe, 2009).

Cara pemetikan pucuk dapat mempengaruhi jumlah hasil teh dan menentukan mutu teh yang dihasilkan. Pemetikan pucuk teh hingga kini banyak dilakukan oleh tenaga-tenaga manusia yang sebagian besar adalah wanita. Selain itu, pemetikan teh berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi, dan mutu teh jadi. Pucuk teh merupakan produk yang dihasilkan sehingga sangat penting dalam menentukan produktivitas tanaman.

Tujuan

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Tanaman Teh

Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferales Family : Tehaccae Genus :Cammellia

Spesies : Cammellia sinensis

Tanaman teh pada dasarnya dapat dibedakan atas dua varietas yaitu sinensis (Camellia sinensis var. sinensis) dan asammica (C. sinensis var. assamica). Di Indonesia juga dikenal varietas hibrid yang merupakan turunan dari hasil persilangan antara varietas sinensis dan assamica. Potensi produksi suatu genotip tanaman merupakan kriteria yang sangat penting dalam memilih bahan tanam. Secara umum, semakin tinggi potensi produksi suatu genotip, maka biaya produksi akan semakin rendah sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Perbanyakan Tanaman Teh

(17)

produksi dari tanaman teh asal biji mencapai lebih dari 35 000 kg kering/ha/tahun. Perbanyakan tanaman teh dengan menggunakan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dengan harapan sifat unggulnya sama dengan induknya. Kebun induk yang akan digunakan harus dijamin kemurnian klonnya dan mempunyai potensi produksi dan kualitas yang tinggi. Stek teh dapat diambil dari kebun entres yang dikelola khusus dan berumur 4 bulan setelah pangkas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Morfologi Tanaman Teh

Tanaman teh dapat tumbuh mencapai tinggi lebih dari 10 m. Tinggi tanaman teh dipertahankan sekitar kurang dari 1 m dengan pemangkasan secara berkala pada setiap perkebunan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pemetikan pucuk dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak. Umumnya tanaman teh mulai dapat dipetik secara terus-menerus setelah berumur 5 tahun. Tanaman teh dapat memberikan hasil yang cukup besar selama 40 tahun selanjutnya dapat dilakukan peremajaan. Tanaman teh dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian 200 - 2 000 m di atas permukaan laut (dpl). Semakin tinggi letak daerahnya, maka teh akan menghasilkan kualitas yang semakin baik (Spillane, 1992).

(18)

Tanaman Teh sebagai Penghasil Pucuk

Hasil tanaman teh adalah pucuk dengan 2-3 helai daun muda. Pengambilan pucuk yang berada di atas bidang petik dan memenuhi ketentuan disebut pemetikan. Pemetikan dalam arti luas bertujuan memelihara kesehatan tanaman teh supaya pertumbuhan pucuk teh tidak terhambat dan pemetikan dapat dilakukan secara teratur. Pertumbuhan tanaman teh sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuhnya. Pemetikan yang berhasil perlu memperhatikan pemeliharaan kebun dan sistem petik yang akan dilakukan (Suwardi, 1999).

Beberapa istilah pada tanaman teh sebagai penghasil pucuk yang berkaitan dengan kegiatan pemetikan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006) adalah:

1. Pucuk peko adalah pucuk ujung yang tumbuh aktif. Tanaman yang tumbuh normal mengalami periode pucuk aktif. Setelah menghasilkan 4-7 daun, pucuk mengalami dormansi, ranting peko harus dipetik. Daun akan tumbuh terus dan pertumbuhan akan terhambat jika peko tidak segera dipetik. Setelah dipetik, maka akan tumbuh pucuk burung yang dorman beberapa minggu. Kemudian pucuk peko tumbuh kembali (Nazaruddin dan Paimin, 1993). Apabila pucuk yang dipetik hanyalah pucuk peko, maka untuk sementara waktu ranting pada periode burung tidak berproduksi. Hal ini sangat merugikan bila pucuk burung dalam suatu perdu jumlahnya banyak (Wachjar dan Junaedi, 1991).

2. Pucuk burung adalah pucuk pada periode kuncup atau pucuk dormansi. Pada periode ini pucuk tersebut tidak tumbuh aktif. Dalam kondisi alami, pucuk burung biasanya berlangsung antara 45-60 hari. Pemetikan pucuk burung akan memutus masa dormansi dan merangsang pertumbuhan mata tunas di bawahnya. 3. Kepel adalah dua daun awal yang keluar yang sebelah daunnya tertutup sisik.

Sisik tersebut segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh.

4. Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuknya daun kepel, tepi daun bergerigi.

(19)

6. Daun tua adalah daun yang telah berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat, dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t, dan seterusnya).

7. Cakar ayam adalah bentuk pertumbuhan tunas lebih dari dua buah dari satu ketiak daun atau dari beberapa ketiak daun yang internodianya pendek.

8. Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.

9. Gabar adalah pucuk yang telah lewat manjing karena giliran petik yang terlalu panjang, lebih panjang dari yang seharusnya.

10. Kaboler adalah kebun yang terlambat dipetik.

11. Imeut adalah petikan yang dilakukan dengan cermat sehingga semua pucuk majing habis terpetik.

Strategi dasar pemetikan teh adalah menghasilkan pucuk dengan mutu standar sebanyak-banyaknya secara berkesinambungan. Beberapa strategi tersebut dengan mempertahankan ketebalan lapisan daun pemeliharaan, mengatur pucuk yang ditinggalkan, mempertahankan, meningkatkan lebar bidang petik, dan pengawasan bidang petikan (Johan dan Dalimoenthe, 2009).

Ketebalan lapisan daun pemeliharaan merupakan sekumpulan daun yang ada di bawah bidang petik. Daun tersebut berfungsi sebagai penyangga dan sebagai tempat terjadinya fotosintesis untuk menghasilkan energi. Manajemen pemetikan harus mempertahankan dan meningkatkan lebar bidang petik karena produktivitas pucuk sangat ditentukan oleh jumlah pucuk, berat pucuk, serta jumlah perdu perluas lahan. Tunas dan pucuk yang tumbuh ke samping dibiarkan tidak dipetik agar dapat diperoleh bidang petik yang luas dan menekan pertumbuhan gulma dengan memperkecil ruang sinar matahari sampai ke tanah. Pengawasan jejak petikan dilakukan oleh mandor dan pembantu mandor dengan mengawasi kesalahan petik, terlewat tidak dipetik dan kerataan bidang petik (Johan dan Dalimoenthe, 2009).

(20)

dipetik sekali dalam 10-12 hari untuk menjaga keadaan tanaman dan kualitas pucuk tetap baik (Spillane, 1992).

Macam-Macam Pemetikan

Pemetikan Jendangan

Petikan jendangan yaitu petikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Tujuan petikan jendangan adalah untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan 20-25 cm agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Petikan jendangan mulai dapat dilakukan apabila 60% areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Pemetikan jendangan dianggap cukup atau dihentikan apabila tunas sekunder telah dipetik dan bidang petik telah melebar dengan ketebalan daun pemeliharaan 20-25 cm. Pada umumnya, pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan, kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Pemetikan Produksi

Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan secara terus-menerus dengan daur petik dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali (Pusat Penelitian Teh Kina, 2006). Berdasarkan daun yang ditinggalkan pemetikan produksi dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Pemetikan ringan yaitu pemetik meninggalkan daun di atas bidang petik kepel +1 daun atau lebih (k+1, k+2). Pemetikan ringan dilakukan apabila ketebalan daun pemeliharaan kurang dari 15-20 cm, tanaman terlalu kurus, atau pada waktu musim kering. Kerugian pemetikan ringan adalah tanaman cepat tinggi.

2. Pemetikan sedang yaitu apabila tidak ada daun yang tertinggal pada bagian tengah perdu (k+0) tetapi pada bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas kepel (k+1).

(21)

Pemetikan Gandesan

Pemetikan gandesan tergolong pemetikan berat yaitu memetik semua pucuk yang beraada di atas bidang petik atau dengan kata lain memetik pucuk tanpa memperhatikan rumus petik yang menjelang tanaman dipangkas.

Pemetikan Secara Mekanis

Upaya untuk menggali potensi dan menanggulangi kekurangan pemetik pada musim plus, perlu menggunakan pemetikan dengan alat, yaitu gunting atau mesin petik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Mekanisasi pemetikan pucuk teh juga bertujuan untuk menurunkan biaya produksi. Tujuan tersebut dapat dicapai bila mekanisasi pemetikan, tidak menyebabkan penurunan kesehatan tanaman dan mutu hasil petikan serta dapat meningkatkan prestasi kerja pemetik.

Pemetikan mekanis, baik menggunakan gunting maupun mesin memerlukan

gilir petik yang lebih panjang daripada pemetikan dengan tangan. Produksi pucuk dari petak pemetikan mekanis secara kumulatif dalam jangka panjang atau satu tahun ternyata tidak berbeda nyata dari produksi petak petikan dengan tangan (Dalimoenthe dan Kartawijaya 1999). Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan gunting atau mesin sebagai alat petik dapat mengurangi frekuensi pemetikan yang berkaitan dengan pengurangan kebutuhan tenaga pemetik lebih lanjut akan mengurangi harga pokok. Berdasarkan hasil percobaan Dalimoenthe (1999) penggunaan gunting ataupun mesin tidak mengurangi kualitas teh jadi dan tidak menurunkan kondisi kesehatan perdu.

Pemetikan dengan gunting tergolong petikan berat sehingga tanaman teh, baik dari klon maupun seedling perlu yang betul-betul sehat agar potensi hasil tergali secara optimal (Johan dan Dalimoenthe, 2009). Spesifikasi gunting bantalan dapat dilihat pada Lampiran 1.

(22)

miring (16-30%) dengan jumlah tenaga kerja (operator) 2-3 orang. Spesifikasi mesin GT 120 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Unit perkebunan Tambi memiliki kebun teh yang pada awalnya tidak dirancang untuk pemetikan dengan mesin petik. Saat ini UP Tambi sedang memodifikasi kebun teh untuk disesuaikan dengan pemetikan menggunakan mesin petik. Menurut hasil penelitian Abbas et al. (2003) untuk meningkatkan kinerja mesin petik, kebun perlu dimodifikasi dengan dilengkapi jalur-jalur petik, jalur penampungan pucuk/areal putar balik mesin. Modifikasi kebun maupun mesin petik teh dengan pola pemetikan melompat baris ganda. Pengoperasian mesin petik dengan pola pemetikan baris ganda dilakukan di jalur petik yang berjarak dua baris tanaman (200 cm). Bagian yang terpetik oleh mesin petik hanya satu baris tanaman (lebar baris sekitar 100 cm), pada saat berputar balik hanya satu operator saja yang berbalik berpindah jalur sedangkan yang satunya lagi hanya berbalik, tetapi tetap pada jalur semula. Pola pemetikan mesin melompat baris ganda dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pola Pemetikan Mesin Melompat Baris Ganda

(23)

Analisis Pemetikan Analisis Petik

Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) analisis petik adalah bagian pucuk hasil suatu pemetikan yang didasarkan pada jenis pucuk yang dinyatakan dalam persen. Tujuan analisis petik adalah:

1. Menilai sistem petik atau cara pemetikan

2. Daur petik yang terlalu pendek terlihat pada angka persentase pucuk yang belum masak petik (p+1, p+2m) yang tinggi, sebaliknya daur petik yang panjang terlihat pada tingginya persentase pucuk kasar.

3. Menilai keterampilan pemetik, pemetik yang kurang terampil akan terlihat dari terpetiknya pucuk-pucuk di luar ketentuan (pucuk yang belum manjing). 4. Menilai kondisi tanaman. Tanaman yang kurang sehat ditandai dengan angka

persentase burung yang tinggi (60%). Analisis Pucuk

Analisis pucuk adalah pemisahan bagian pucuk hasil suatu petikan yang didasarkan pada bagian muda dan bagian tua serta kerusakannya yang dinyatakan dalam persen. Kegunaan analisis pucuk adalah:

1. Memperkirakan persentase mutu teh yang akan dihasilkan. 2. Menilai kondisi pucuk yang akan diolah.

(24)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang telah dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Februari sampai bulan Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan praktik kerja langsung di lapangan sesuai dengan jadwal kegiatan perusahaan. Pengamatan terhadap objek kegiatan kebun telah dilakukan terutama pada aspek pemetikan. Kegiatan yang dilakukan meliputi beberapa tahap jenjang status pekerja mulai dari karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu, pendamping mandor selama tiga minggu, dan sebagai asisten kasubag kebun selama enam minggu. Semua rincian kegiatan yang dilakukan selama magang dicatat di dalam jurnal harian (Lampiran 3, 4, dan 5 ).

Selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) penulis melaksanakan persiapan bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma serta pemetikan. Selama menjadi pendamping mandor penulis mendampingi mandor dalam mengawasi pelaksanaan pemetikan dan rapat koordinasi. Selama menjadi asisten afdeling penulis membantu pengerjaan administrasi kebun, mengarahkan pemetik, mengawasi mandor petik, dan pembagian upah buruh. Selain praktik kerja langsung penulis juga akan melakukan studi pustaka di kebun, yaitu mempelajari laporan manajemen seperti arsip kebun (laporan bulanan, laporan semesteran dan laporan tahunan).

(25)

pemetikan. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen kebun dan pustaka yang sudah ada di perkebunan yang mencakup keadaan umum perusahaan, keadaan tanah dan iklim (curah hujan, penyinaran matahari), luas areal konversi, tata guna lahan, keadaan tanaman dan serta struktur organisasi dan keterangan kerjanya.

Peubah yang diamati dalam kegiatan magang adalah sebagai berikut: (1) Potensi Pucuk

Potensi pucuk diperoleh dengan menghitung jumlah pucuk peko dan pucuk burung. Tanaman teh yang diamati terdiri atas dua klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali ulangan.

(2) Tinggi Bidang Petik

Pengukuran tinggi bidang petik mulai dari permukaan bidang pangkas sampai permukaan bidang petik. Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan pada dua klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali ulangan.

(3) Ketebalan Daun Pemeliharaan

Pengukuran tebal daun pemeliharaan dimulai dari pertumbuhan rata-rata daun terbawah sampai permukaan bidang petik. Sampel yang diambil untuk pengamatan ini pada dua klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali ulangan.

(4) Hanca Petik

(26)

(5) Kapasitas Pemetik

Kapasitas pemetik adalah banyaknya pucuk yang dipetik pemetik dalam satu hari. Data diperoleh dari data primer yaitu kapasitas pemetik (kg) dalam satu hari.

(6) Analisis Petik

Analisis petikan dilakukan dengan memisahkan jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan.

(7) Analisis Pucuk

Analisis pucuk dihitung dengan menimbang pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk tidak memenuhi syarat.

(8) Sistem Transportasi Pucuk

Pengamatan terhadap proses penanganan pucuk sebagai bahan baku olahan dengan melihat jumlah unit kendaraan yang diperlukan, kapasitas angkut, dan jenis angkutan yang digunakan untuk pengangkutan pucuk.

Analisis Data dan Informasi

(27)

KEADAAN UMUM

Sejarah PT Perkebunan Tambi

Perusahaan Perkebunan Tambi sekitar tahun 1865 merupakan perusahaan perkebunan milik Belanda dengan nama Bagelen Tehe dan Kina Maatschaappij yang berada di Netehrland. Perusahaan tersebut dikelola di Indonesia oleh NV John Peet yang berkantor di Jakarta. Perusahaan Perkebunan Tambi disewakan oleh John Peet kepada pengusaha-pengusaha swasta Belanda, yaitu D. Van Der Sluijs (Unit Perkebunan Tanjungsari) dan kepada W. D. Jong (Unit Perkebunan Tambi dan Bedakah). Perkebunan tersebut pada tahun 1880 dibeli oleh Mr. M. P. Van Den Berg, A. W. Holle, dan Ed Jacobson yang kemudian secra bersama-sama mendirikan Bagelen Tahe en Kina Maatschaappij di Wonosobo, yang dalam kepengurusan diserahkan kepada Firman John Peet dan Co yang berkedudukan di Jakarta.

(28)

Letak Wilayah Administratif

PT Perkebunan Tambi memiliki tiga unit perkebunan dan kantor direksi dengan lokasi yang berbeda, yaitu:

1. Unit Perkebunan dan Pabrik Tambi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.

2. Unit Perkebunan dan Pabrik Bedakah di Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo.

3. Unit Perkebunan dan Pabrik Tanjungsari di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo.

Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak kurang lebih 16 km dari kota Wonosobo ke arah utara dan di lereng Gunung Sindoro bagian barat. Unit Perkebunan Tambi terbagi menjadi 4 blok yaitu:

1. Blok Taman.

Terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 300 - 1 500 m di atas permukaan laut (dpl).

2. Blok Pemandangan.

Terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 500 - 2 100 m dpl.

3. Blok Panama.

Terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 250 - 1 500 m dpl.

4. Blok Tanah Hijau.

Terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 000 - 1 250 m dpl.

Batas-batas Unit Perkebunan Tambi adalah sebagai berikut: sebelah utara Dusun Tambi, Kejajar, Hutan Perhutani; sebelah timur Dusun Sikatok, Desa Cangal, Hutan Perhutani; sebelah barat Desa Maron, Hutan Perhutani; sebelah selatan Dusun Kalitengah, Desa Jengkol, Desa Tlogo, Hutan Perhutani.

(29)

perkebunan dan memudahkan hubungan kerjasama dengan para relasi perusahaan. Selain kantor direksi, dibangun juga kantor kebun dan kantor induk yang terletak di tiap unit perkebunan yang memiliki hak otonomi untuk mengurus rumah tangga unit perkebunan itu sendiri.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Unit Perkebunan Tambi memiliki areal seluas 273.17 ha yang digunakan untuk areal tanaman teh seluas 247.35 ha, memiliki agrowisata, emplasmen/kantor, pabrik pengolahan teh hitam, jalan besar, alur/jurang, dan lapangan. Penggunaan lahan di Unit Perkebunan Tambi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan Lahan Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012

Penggunaan Lahan Blok

Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau Jumlah ………...(ha)……….……….

I. Luas Areal Tanaman

1. TTM 7.11 15.60 17.99 22.84 63.54 2. TMM 46.12 61.16 49.24 18.51 175.03

3. TBM 4.66 2.62 7.28

4. Pembibitan 1.50 1.50

Jumlah 57.89 76.76 71.35 41.35 247.35 II. Luas Areal Non

Tanaman

1. Agrowisata 2.05 2. Emplasmen /

Kantor 11.29 3. Pabrik 1.66 4. Jalan Besar 7.88 5. Alur / Jurang 2.25

6. Lapangan 0.69

Jumlah 25.82

Total 273.17

Keterangan: TTM= Tanaman tua menghasilkan, TMM= Tanaman muda menghasilkan, TBM= Tanaman belum menghasilkan

(30)

Bahan tanam teh yang ada di Unit Perkebunan Tambi berasal dari klon dan seedling. Klon-klon tanaman teh yang di tanam di Unit Perkebunan Tambi terdiri atas: Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Gambung 9, TRI 2024, TRI 2025, Kiara, dan Cin 143. Klon Gambung 7 merupakan klon unggulan di Unit Perkebunan Tambi (Lampiran 6). Tanaman jenis seedling yaitu Hibrid dan Asam. Tipe tanaman yang diamati untuk pengamatan adalah Gambung 7, TRI 2025, Hibrida, dan Asam. Hal ini dikarenakan keempat tipe tersebut terdapat di empat blok yang ada di UP Tambi.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Produksi teh merupakan hasil dari perkebunan yang merupakan target yang harus dicapai agar mendapatkan keuntungan. Produksi teh dalam kurun waktu lima tahun terakhir mencapai rata-rata 259 731.9 kg/tahun. Produksi teh tertinggi di atas rata-rata diperoleh pada tahun 2007 sebesar 3 574 912 kg. Realisasi produksi 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Realisasi Produksi Teh 5 Tahun Terakhir (2007-2011) di Unit Perkebunan Tambi

Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2012 0

500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000

2007 2008 2009 2010 2011

Rata-rata (kg)

Rata-rata (kg)

[image:30.612.111.503.392.637.2]
(31)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaaan

Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pimpinan Unit Perkebunan yang diangkat oleh direksi PT Tambi. Pemimpin UP Tambi memiliki tugas merencanakan, memimpin, mengkoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan tugas dalam pengelolaan kebun, pengolahan di pabrik dan kegiatan administrasi kantor. Pemimpin UP Tambi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dibantu oleh kepala sub bagian kantor, kepala sub bagian kebun, kepala sub bagian penelitian dan pengembangan, dan kepala sub bagian pabrik.

Pelaksanaan pekerjaan di Unit Perkebunan Tambi dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu bagian kebun, bagian pabrik, dan bagian kantor. Bagian kebun memiliki tanggung jawab dalam mengusahakan produksi pucuk sebagai bahan baku teh seoptimal mungkin dan memenuhi syarat pengolahan. Bagian pabrik memiliki tanggungjawab untuk mengolah bahan baku yang dihasilkan dari kebun menjadi teh yang siap jual dan siap konsumsi sesuai dengan permintaan pasar dan konsumen. Struktur organisasi Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Lampiran 7. Tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi dibagi menjadi beberapa golongan karyawan yaitu, karyawan I, karyawan II, dan karyawan borong. Karyawan I memiliki kriteria pendidikan minimal SLTA, pengangkatan dilakukan melalui beberapa tes yaitu tes kesehatan dan tes tertulis. Penggajian karyawan I dilakukan sekali dalam sebulan pada tanggal 3. Karyawan II memiliki kriteria minimal SLTP, telah melalui tahapan sebagai karyawan borong dan dikaderkan oleh atasannya untuk menjadi pembimbing kebun ataupun pabrik. Penggajian untuk karyawan II ditetapkan oleh direksi dengan berpatokan pada upah minimum kabupaten (UMK) Wonosobo sebesar Rp 800 000, 00 yang pembayarannya dilakukan setiap pada tanggal 3.

(32)
[image:32.612.90.522.95.756.2]

Tabel 2. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012

Status Tenaga Pendidikan

L P Jml S1 D3 SLTA SLTP SD TTSD Jml

….………....(orang)….……..………

KI 9 4 13 7 1 5 - - - 13 KII E 3 - 3 - - 2 - 1 - 3 KII D 15 1 16 - - 8 4 3 - 16 KII C 6 - 6 - 1 3 2 1 - 6 KII B 23 - 23 1 - 10 4 7 1 23 KII A 52 6 58 - - 6 17 27 8 58

K Borong 60 153 213 - - 9 16 145 43 213

Jumlah 168 164 332 8 2 43 43 184 52 332

(33)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Persiapan Bahan Tanam

Persiapan bahan tanam dimulai dengan penyediaan bahan tanam (pembibitan). Pembibitan dalam budidaya teh dapat dilakukan dengan menggunakan biji atau stek. Pembibitan asal biji memiliki beberapa kelebihan diantaranya mempunyai daya adaptasi yang lebih luas daripada tanaman yang berasal dari stek. Pembibitan asal stek lebih banyak digunakan karena memiliki kelebihan, yaitu merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dan memiliki sifat unggul yang sama dengan induknya. Pembibitan yang dilakukan di Unit Perkebunan Tambi yaitu menggunakan bahan tanam dari stek yang berasal dari klon Gambung 7.

Stek yang digunakan berasal dari kebun perbanyakan yang harus tetap diperhatikan perawatannya. Unit Perkebunan Tambi memiliki kebun perbanyakan seluas 1.5 ha yang terletak di Blok Panama. Kebun perbanyakan yang digunakan memiliki beberapa syarat, yaitu produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki kualitas mutu teh yang baik. Pemangkasan tanaman teh di kebun perbanyakan dilakukan 4 bulan sebelum pengambilan bahan stek dengan daur pangkas 1-1.5 tahun atau disesuaikan dengan kebutuhan bahan stek. Mutu bahan stek tidak dipengaruhi oleh umur pohon induk, tetapi sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan kesuburan pohon, teknik pengambilan, pengemasan, dan pengangkutan.

(34)

Stek diambil dari ranting stek sepanjang satu ruas dan mempunyai satu helai daun. Stek yang dipakai adalah bagian tengah ranting yang berwarna hijau tua. Pemotongan stek dilakukan dengan menggunakan pisau tajam. Stek dipotong tiap ruas dengan 1 lembar daun 1 cm di atas dan 3-4 cm di bawah ketiak daun dengan kemiringan 45o. Dalam satu ranting stek diperoleh 2 atau 3 stek.

Lokasi pembibitan harus memenuhi syarat antara lain dekat dengan sumber air, pencahayaan sinar matahari merata, dan mudah dijangkau dengan alat transportasi. Lokasi pembibitan hendaknya berada tidak jauh dari kebun perbanyakan.

Bangunan pembibitan dibuat dengan ukuran tinggi 2 m di atas permukaan tanah dengan luas sesuai kebutuhan. Pembibitan di UP Tambi memiliki atap yang dibuat dari paranet dengan intensitas cahaya matahari masuk 25-30 persen. Pintu bangunan pembibitan terbuat dari bambu. Pembuatan bedengan dengan ukuran lebar ± 0.9 m dengan panjang ± 10 m dengan jumlah bibit ± 1 700 bekong (polybag). Jarak antara bedengan yang satu dengan yang lain ± 60 cm. Antar bedengan dibuat parit untuk pembuangan air sedalam 5-10 cm. Bedengan diberi sungkup dengan lembaran plastik, dengan rangka sungkup terbuat dari belahan bambu. Bentuk rangka sungkup berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi ± 40 cm dari bekong. Pembibitan teh yang diberi sungkup dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembibitan Teh yang Diberi Sungkup

(35)

dan basamid sebanyak 150 g. Sub soil dicampur dengan Dithane sebanyak 400 g, tawas sebanyak 1000 g, dan basamid sebanyak 150 g. Tanah yang telah diayak dicampur dengan basamid 150 g/m3 tanah secara merata. Setelah dilakukan pencampuran, media tanam dimasukkan ke dalam polibag transparan dengan ukuran 25 cm x 12 cm. Komposisi tanah pada polibag adalah 2/3 bagian bawah diisi dengan top soil dan 1/3 bagian atas diisi dengan sub soil. Sekitar 1 minggu kemudian dilakukan penyusunan polybag di bedengan. Sebelum penanaman, media tanam disiram dulu hingga basah kemudian dilakukan penanaman stek (Gambar 4).

Gambar 4. Penanaman Stek

Bagian bawah stek dibenamkan ke dalam media tanam sedalam ± 2-3 cm. Pada saat penanaman diusahakan posisi daun stek yang satu jangan sampai menghalangi daun stek yang lainnya. Arah daun harus condong ke atas dan tidak boleh menutupi satu sama lain. Setelah stek ditanam kemudian disiram dengan air agar mengurangi kotoran yang menempel pada daun. Bedengan pembibitan segera ditutup dengan sungkup plastik yang telah disediakan. Bagian samping lembaran sungkup dibenamkan di sisi bedengan, kemudian ditimbun tanah.

(36)
[image:36.612.234.408.84.216.2]

Gambar 5. Pembukaan Sungkup di Pembibitan Teh

Apabila turun hujan sungkup bedengan harus ditutup kembali. Mulai bulan ke-enam dan selanjutnya sungkup bibit dibuka secara total. Sortasi bibit dilakukan pada bulan ketujuh. Bibit-bibit yang kurang baik dipindahkan ke bedengan terpisah, kemudian dirawat secara khusus. Bibit-bibit yang telah memenuhi syarat untuk ditanam, dikelompokkan menjadi bibit yang siap tanam (Gambar 6).

Gambar 6. Bibit Siap Tanam

Persiapan Tanam dan Penanaman

(37)

Persiapan lahan merupakan salah satu pekerjaan yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan dengan baik, yaitu dengan mengolah tanah sampai kedalaman 60 cm agar pertumbuhan akar mengarah ke dalam, sehingga dapat menyerap unsur hara dan air dari lapisan tanah yang lebih dalam. Permukaan tanah yang telah siap ditanami harus rata, agar mudah melaksanakan pengajiran dan penanaman. Jangka waktu antara persiapan lahan dengan waktu penanaman harus cukup agar tanah mendapat kesempatan yang cukup untuk perbaikan aerasi tanah.

Penanaman teh di UP Tambi saat ini dirancang khusus untuk pemetikan dengan mesin petik. Jarak tanam yang digunakan 100 cm x 80 cm. Jarak tanam antar barisan tanaman 100 cm dan jarak tanam dalam baris tanaman 80 cm. Pengajiran dilakukan sebelum penanaman dengan maksud agar tanaman teh ditanam sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Ajir terbuat dari bambu berukuran panjang 50 cm, tebal 1 cm, sedangkan alat untuk menentukan jarak dan barisan tanaman dibuat dari kayu balok yang biasa disebut caplak (Gambar 7).

Gambar 7. Penentuan Jarak Tanam dengan Menggunakan Caplak

(38)

timbunan tanah penuh menutup bagian akar bibit, belahan bambu dan bekong plastik ditarik dengan hati-hati. Bekong plastik bekas disimpan pada ujung ajir yang berada di sebelahnya. Tanah di sekitar bibit kemudian dipadatkan dengan tangan dan jangan sekali-kali dipadatkan dengan cara diinjak. Setelah selesai penanaman, tanah di sekitar lubang diratakan agar tidak nampak cekung atau cembung.

Tanaman teh membutuhkan tanaman peneduh atau pohon pelindung, baik pohon pelindung sementara maupun pohon pelindung tetap. Pohon peneduh sementara berfungsi sebagai peneduh hanya untuk sementara. Pohon peneduh tetap berfungsi sebagai naungan yang bersifat permanen untuk mengatur kondisi iklim mikro, pemecah angin, sumber bahan organik, memperbaiki aerasi tanah, mengurangi evapotranspirasi, dan pencegah erosi.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan selain pemetikan untuk meningkatkan dan memelihara tanaman agar tetap berproduksi dengan baik. Pemeliharaan tanaman teh meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit.

(39)

Pengendalian gulma di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan secara kimia (chemical weeding) dan secara manual. Pengendalian gulma secara kimia dilaksanakan dua kali aplikasi per tahun untuk semua kebun (tahun pangkas I-IV) yaitu pada bulan Februari-April dan September-November. Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida dilaksanakan menjelang pemupukan lewat tanah. Herbisida yang digunakan bersifat sistemik, yaitu Bio Up dengan dosis 1.25 l/ha. Untuk areal tanaman teh dengan tahun pangkas IV menggunakan herbisida kontak Paracol dengan dosis 2 l/ha, untuk areal tanaman teh dengan tahun pangkas I, II, III pengendalian gulma dilakukan dua kali aplikasi menggunakan herbisida Rambo dan Noxone secara bergantian dengan dosis Rambo 3 l/ha/aplikasi dan Noxone 2 l/ha/aplikasi.

Pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu cara penambahan unsur hara ke dalam tanah dengan jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Pemupukan bertujuan meningkatkan daya dukung tanah untuk peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan dapat dilakukan lewat tanah dan lewat daun. Pemupukan menjadi tanggung jawab mandor pemeliharaan.

(40)

menggunakan cangkul, satu orang lainnya memasukkan pupuk ke lubang pupuk dan menutup lubang tersebut. Kegiatan pemupukan melalui tanah dapat dilihat pada Gambar 8.

Pemupukan dilaksanakan dengan cara pupuk dibenamkan di sekitar tanaman dengan lubang pupuk yang berjarak 20 cm dari leher akar dengan kedalaman lubang 10-15 cm. Satu lubang pupuk dibuat untuk 2-4 pohon yang diletakkan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan kedua dan seterusnya.

Gambar 8. Pemupukan melalui Tanah

(41)
[image:41.612.234.408.84.214.2]

Gambar 9. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Mist Blower

Rotasi pemupukan lewat daun disesuaikan dengan siklus petikan, oleh karena itu siklus petikan harus stabil. Rotasi pemupukan lewat daun di UP Tambi dilakukan 10 - 15 hari sekali. Jika siklus petik 20 hari maka pemupukan lewat daun dilakukan sebanyak dua kali. Penyemprotan larutan pupuk sebaiknya dilakukan pada pagi hari mulai dari pukul 6 pagi hingga pukul 10 pagi, agar penyerapan pupuk dapat maksimal, karena stomata daun masih terbuka.

Gambar 10. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Power Sprayer

(42)

Pemangkasan tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi dilakukan secara manual menggunakan sabit dan dengan mekanis menggunakan mesin pangkas. Penggunaan mesin pangkas dimulai sejak bulan Februari 2012 yang hingga saat ini masih merupakan uji coba. Mesin pangkas digunakan untuk mengatasi kelangkaan ketersediaan tenaga kerja pemangkas. Tenaga kerja pemangkas haruslah orang yang benar-benar terampil dan terlatih agar hasil pangkasan yang didapatkan bersih, mengurangi kerusakan pada bidang pangkas, dan mengefisienkan waktu kerja.

Ada beberapa hal yang menjadi acuan tanaman teh harus segera dipangkas,yaitu umur pangkas dan produktivitas tanaman teh tersebut telah menurun atau tidak mencapai target. Jika potensi tanaman atau produktivitas menurun hingga kurang dari 2 000 kg/ha/tahun maka perlu dilakukan pemangkasan untuk merangsang tunas-tunas baru. Pada saat pemangkasan beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: tinggi pangkasan, ketajaman alat, kerusakan pangkas, kemiringan 45o, dan ranting yang ditinggalkan. Tinggi pangkasan sekitar 45 - 55 cm. Untuk pangkasan secara manual, sabit yang digunakan harus tajam agar mengurangi kerusakan ranting (Gambar 11).

Gambar 11. Pemangkasan Secara Manual Menggunakan Sabit

(43)
[image:43.612.231.401.147.270.2]

bulan Februari 2012 Unit Perkebunan Tambi telah menggunakan alat pangkas mekanis yaitu mesin pangkas (Gambar 12).

Gambar 12. Pemangkasan Menggunakan Mesin Pangkas

Sistem pangkasan terdiri atas sistem pangkasan yang selalu lebih tinggi dan sistem pangkasan tetap. Bidang pangkas yang semakin lebih tinggi setiap melakukan pemangkasan berarti menyiapkan cabang/ranting yang tertinggal pada perdu relatif lebih muda dari pangkasan sebelumnya. Sistem pangkasan tetap adalah pemangkasan yang dilakukan pada ketinggian yang relatif tetap sekitar 50-60 cm secara berulang-ulang. Kondisi tanaman teh yang telah dipangkas dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Kondisi Tanaman Teh Setelah Dipangkas

(44)

yang cukup lama untuk menaikkan bidang petiknya. Hal ini menyebabkan daur pangkas menjadi lebih lama.

Unit Perkebunan Tambi terletak pada ketinggian > 1 200 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi sehingga daur pangkasnya 4 tahun sekali. Areal pangkas di Unit Perkebunan Tambi dibagi empat bagian dalam periode pemangkasan yang setahun sekali. Pemangkasan dilakukan setiap tahun sebanyak 25% dari luas lahan seluruhnya. Areal pangkas dibagi berdasarkan luas areal per nomor kebun dan kedekatan letak areal per nomor kebun. Hal ini dilakukan selain untuk pemerataan luas areal pangkasan setiap tahunnya, juga untuk mempermudah pengerjaan dan transportasi oleh tenaga kerja pemangkas. Pembagian tahun pangkas di UP Tambi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Areal Tanaman Teh Berdasarkan Tahun Pangkas di Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012

Tahun Pangkas

Blok

Jumlah Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau

Jml No. Kebun Luas (ha) Jml No. Kebun Luas (ha) Jml No. Kebun Luas (ha) Jml No. Kebun Luas (ha) Jml No. Kebun Luas (ha)

I 3 12.31 5 21.88 4 15.59 4 12.27 16 62.05 II 3 12.73 4 18.55 4 16.06 3 7.17 14 54.51 III 4 13.14 3 20.55 4 18.71 4 12.31 15 64.71 IV 4 15.05 3 15.78 3 16.87 4 9.60 14 57.30 Jumlah 14 53.23 15 76.76 15 67.23 15 41.35 59 238.57

Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2012

(45)
[image:45.612.237.404.103.230.2]

Gambar 14. Penyakit Mati Ujung pada Bidang Petik

Penyakit cacar teh (blister blight) disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexans Massee dapat menyebar dengan cepat ketika suhu rendah, ketinggian tempat yang tinggi, dan kelembaban yang tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi penyebaran cacar daun teh adalah dengan memetik pucuk dan daun yang terkena cacar agar siklus penyebaran sporanya terputus. Aplikasi fungisida dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal 8 hari sebelum dilakukan pemetikan berikutnya. fungisida yang digunakan adalah Probox 50 WP dosis 0.10 - 0.15 kg/ha/aplikasi, Kocidae 77 WP dosis 0.20 kg/ha/aplikasi, dan Manxyl 68 WP dosis 0.10 - 0.15 kg/ha/aplikasi.

(46)

Pemetikan

Pemetikan pada tanaman teh adalah upaya memungut dan mengumpulkan pucuk yang ada pada perdu teh yang sesuai dengan tujuan pengolahan. Tujuan pemetikan adalah memungut semua pucuk dengan sistem tertentu agar tanaman tetap berpotensi produksi tinggi. Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan setiap hari kecuali hari Minggu oleh tenaga kerja pemetik.

[image:46.612.107.526.331.417.2]

Ketersediaan pucuk peko dan pucuk burung di atas bidang petik sangat mempengaruhi produksi teh. Kondisi pucuk berdasarkan klon/seedling bahan tanam di UP Tambi pada bulan Februari-April 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kondisi Pucuk Berdasarkan Bahan Tanam di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Februari-April 2012

Klon/Seedling Ulangan

Pengamatan

Pucuk Peko (%)

GB 7 (Klon) 4 51.90 ± 15.19

TRI 2025 (Klon) 4 22.55 ± 20.04

Hibrid (Seedling) 4 29.90 ± 11.49

Asam (Seedling) 4 38.40 ± 5.58

Sumber : Hasil Pengamatan Penulis

Pemetikan di UP Tambi dilakukan dengan cara mekanis. Pemetikan dengan cara mekanis dilakukan dengan menggunakan gunting petik dan mesin petik. Kondisi pucuk berdasarkan cara pemetikan yang berbeda pada klon Gambung 7 di Blok Pemandangan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kondisi Pucuk Berdasarkan Cara Pemetikan pada Klon Gambung 7 di Blok Pemandangan pada Bulan Maret 2012

Cara Pemetikan Pucuk Burung (%) Pucuk Peko (%)

Gunting petik 52.28 b 47.72 a

Mesin GT 120 75.68 a 24.32 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5 %

(47)

Jenis petikan. Jenis petikan yang dilakukan selama satu daur pangkas terdiri atas petikan jendangan, produksi, dan gendesan. Petikan jendangan merupakan petikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Petikan jendangan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan pada tiga bulan setelah pangkas selama 4-6 kali petikan dengan selang waktu 30 hari. Pelaksanaan petikan jendangan dilakukan oleh pemetik yang memiliki keterampilan tinggi agar diperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Pemetik menggunakan gunting stek untuk meratakan bidang petik. Pelaksanaan pemetikan jendangan dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Pemetikan Jendangan

(48)
[image:48.612.238.406.84.211.2]

Gambar 17. Pemetikan Produksi

Pemetikan produksi dilaksanakan jika tinggi bidang petik sudah mencapai 80-110 cm dan ketebalan lapisan daun pemeliharaan telah mencapai 15-20 cm. Tinggi bidang petik dan tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun Pemeliharaan pada Klon dan Seedling di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Februari-April 2012

Blok Klon Tinggi Bidang

Petik (cm)

Tebal Daun Pemeliharaan (cm)

Taman Gambung 7 (Klon) 86.8 26.2

TRI 2025 (Klon) 83.7 26.9

Hibrid (seedling) 84.6 29.1

Asam (seedling) 76.0 23.2

Pemandangan Gambung 7 (Klon) 96.5 33.0

TRI 2025 (Klon) 83.2 22.6

Hibrid (seedling) 68.9 25.4

Asam (seedling) 87.5 14.5

Panama Gambung 7 (Klon) 97.7 18.2

TRI 2025 (Klon) 89.7 28.3

Hibrid (seedling) 74.6 23.4

Asam (seedling) 96.9 30.2

Tanah Hijau Gambung 7 (Klon) 91.1 23.1

TRI 2025 (Klon) 90.9 26.5

Hibrid (seedling) 93.7 28.4

Asam (seedling) 93.0 25.8

[image:48.612.97.525.374.663.2]
(49)

Pemetikan gandesan adalah pemetikan yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas dengan cara memetik bersih semua pucuk yang memenuhi ketentuan syarat olah tanpa memperhatikan bagian daun yang ditinggalkan. Pemetikan gandesan yang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan seminggu sebelum pemangkasan produksi. Hal ini bertujuan agar tunas-tunas muda yang terdapat pada perdu tidak terbuang saat melakukan pemangkasan. Pemetikan gendesan merupakan salah satu jenis petikan berat.

Daur petik. Daur petik adalah jarak antara pemetikan pertama sampai dengan pemetikan berikutnya. Panjang atau pendeknya daur petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan tanaman, sedangkan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh iklim dan pemeliharaan tanaman. Selain itu kecepatan pertumbuhan pucuk juga ditentukan oleh umur pangkas, elevasi atau ketinggian tempat, dan kesehatan tanaman. Daur petik atau disebut juga siklus petik. Siklus petik di Unit Perkebunan Tambi berbeda-beda bergantung pada ketinggian tempat masing masing blok. Blok Taman, Panama, dan Tanah Hijau memiliki rata-rata siklus petik selama 15-20 hari, Blok Pemandangan memiliki siklus petik 20-25 hari. Dengan siklus petik yang stabil diharapkan menghasilkan pucuk yang sesuai dengan standar pengolahan yaitu pucuk medium. Pemetikan produksi di UP Tambi dilakukan dengan menggunakan gunting dan mesin petik tipe GT 120. Pucuk yang dipetik dengan menggunakan gunting dimasukkan ke keranjang yang disandang oleh masing-masing pemetik. Kapasitas keranjang pemetik adalah 10 kg. Setelah keranjang pemetik penuh kemudian pucuk dipindahkan ke waring lembaran.

(50)
[image:50.612.117.521.115.204.2]

Tabel 7. Hanca Petik per Pemetik di Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012

Blok Hanca Petik (ha/HOK)

Taman 0.09

Pemandangan 0.07

Panama 0.06

Tanah Hijau 0.07

Sumber: Perhitungan Hanca Petik per Pemetik

Tenaga pemetik. Tenaga pemetik memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan yang optimal. Tenaga pemetik di UP Tambi berasal dari desa-desa sekitar kebun. Untuk menentukan kebutuhan tenaga pemetik harus diketahui rata-rata kapasitas petik/HK dalam setahun, jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun, % absensi pemetik dalam satu tahun (A), dan rata-rata produksi pucuk basah/ha/tahun. Kebutuhan tenaga kerja pemetik dapat dilihat pada Tabel 8, sedangkan contoh perhitungan kebutuhan tenaga kerja pemetik adalah sebagai berikut:

Contoh perhitungan:

Rencana produksi pucuk basah tahun 2012 = 12 561.148 kg/ha/tahun Absensi/ketidakhadiran pemetik dalam satu tahun = 10 %

Kapasitas pemetik tahun 2012 = 60 kg

Hari kerja efektif dalam satu tahun = 300 hari Luas tanaman menghasilkan UP Tambi = 247.35 ha

= 0.77 HK/ha

(51)

Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja Pemetik Berdasarkan Keadaan di Lapangan dan Hasil Perhitungan Rasio Pemetik dengan Luas Areal Petik di Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012

Blok Jumlah Tenaga Pemetik di

Lapangan (orang)

Jumlah Tenaga Pemetik Berdasarkan Rasio (orang)

Taman 39 46

Pemandangan 58 59

Panama 51 53

Tanah Hijau 30 32

Jumlah Tenaga Kerja 178 190

Sumber: Perhitungan Rumus Rasio Tenaga Pemetik

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa tenaga kerja pemetik di Unit Perkebunan (UP) Tambi masih kurang. Jumlah tenaga kerja mandor petik di UP Tambi sebanyak 10 orang, dengan rincian di Blok Taman dan Blok Tanah Hijau masing-masing memiliki 2 orang mandor petik, Blok Pemandangan dan Blok Panama masing-masing memiliki 3 orang mandor petik. Jumlah mandor petik disesuaikan dengan kondisi dan luas masing-masing blok.

Setiap blok yang ada di UP Tambi memiliki kapasitas pemetik dan kapasitas waring yang berbeda-beda. Data kapasitas pemetik dan kapasitas waring di UP Tambi pada bulan Februari 2012 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kapasitas Pemetik dan Kapasitas Waring Berdasarkan Blok di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Februari 2012

Blok Jml.

Waring Jml. Pemetik (orang) Produksi (kg) Kapasitas Waring (kg/waring) Kapasitas Pemetik (kg/orang)

Taman 77 33 1 967.3 25.1 58.6

Pemandangan 107 45 3 017.3 28.2 67.8

Panama 107 47 3 360.3 31.5 71.9

Tanah Hijau 49 25 1 078.3 21.9 43.3

Rata-rata 85 37.5 2 355.8 26.6 60.4

[image:51.612.103.529.510.645.2]
(52)

Sistem pengupahan pemetik. Pengupahan pemetik di Unit Perkebunan Tambi dihitung berdasarkan hasil produksi basah dan hasil analisis pucuk yang diperoleh oleh pemetik dalam sehari. Harga pucuk basah hasil petikan di Blok Taman, Panama, dan Tanah Hijau adalah sebesar Rp 235,00/kg dan apabila analisis pucuk minimal 55% maka pemetik mendapatkan premi sehingga harga pucuk basah per kilogram menjadi Rp 265,00/kg. Harga pucuk basah khusus di Blok Pemandangan sebesar Rp 265,00/kg dan apabila analisis mencapai minimal 55%, maka harganya menjadi Rp 295,00/kg, karena Pemandangan merupakan blok yang letaknya paling tinggi dan paling jauh dari tempat tinggal pemetik serta topografi lahannya paling curam. Upah pemetik di Blok Taman, Panama, dan Tanah Hijau mulai pada tanggal 1 Mei 2012 naik menjadi Rp 310,00/kg dan apabila analisis pucuk minimal 50% maka pemetik mendapat premi sehingga harga pucuk menjadi Rp 340,00/kg. Harga pucuk basah di Blok Pemandangan naik menjadi sebesar Rp 320,00/kg dan apabila analisis pucuk mencapai minimal 50%, harga pucuk menjadi Rp 350,00/kg.

Waktu pelaksanaan pemetikan, pemetikan pucuk di Unit Perkebunan Tambi rata-rata 7 jam, mulai dari pukul 06.00 hingga pukul 13.00 WIB. Penimbangan pucuk dilakukan dua kali dalam sehari bergantung kondisi pucuk di lapangan. Penimbangan pertama dilakukan pukul 09.30 WIB untuk menimbang hasil petikan pertama yang dilaksanakan pada pukul 06.00 - 09.30 WIB. Penimbangan kedua dilakukan pada pukul 13.00 WIB untuk menimbang hasil petikan kedua yang dilaksanakan pada pukul 10.00 - 13.00 WIB. Lama pemetikan bergantung pada kondisi pucuk di lapangan, cuaca, dan hanca yang harus diselesaikan dalam sehari. Jika pucuk manjing yang harus dipetik dalam jumlah banyak maka penimbangan dilakukan hingga dua tahap. Penimbangan pucuk dua tahap bertujuan agar pucuk tidak terlalu lama berada di lapangan dan disesuaikan dengan kapasitas truk sebanyak 2.5-3 ton/truk. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan pucuk di lapangan dan kerusakan pucuk dalam truk sebelum pucuk mengalami proses pengolahan di pabrik.

(53)

dilakukan dengan cara meletakkan gunting petik di atas perdu kemudian ranting pucuk digunting hingga rata. Pucuk hasil pemetik dengan gunting petik ditampung atau masuk ke dalam keranjang yang digendong pemetik. Gunting petik tidak boleh dimiringkan tetapi harus benar-benar rata dengan bidang petik. Bentuk gunting petik dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Gunting Petik

Hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pemetikan dengan gunting petik adalah jangan sampai menggunting daun pemeliharaan yang merupakan bagian terpenting tergunting karena daun pemeliharaan berfungsi sebagai tempat tanaman melakukan proses fotosintesis. Pemetikan dengan gunting petik dapat diberhentikan ketika tanaman sudah melebihi tinggi operator di atas 120 cm, daun pemeliharaan sudah menipis (kurang dari 10 cm) dan kapasitas petikan menurun (di bawah 50 kg/HK). Pemeliharaan gunting petik dilakukan oleh masing-masing pemetik, yaitu pemeriksaan baut-baut yang longgar, pemberian minyak makan agar gunting petik tidak macet. Setelah dipakai gunting segera dibersihkan dan disimpan di tempat yang aman.

(54)

Sejak bulan Februari 2012 pemetikan pucuk di Blok Taman dan Blok Pemandangan sudah mulai menggunakan mesin petik. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pembuatan jalur mesin petik setiap dua baris tanaman dengan lebar ± 40 cm, sehingga jarak antara jalur petik sekitar 200 cm. Di lahan-lahan yang menggunakan mesin petik, kedaaan pohon pelindungnya belum teratur, sehingga dapat mengurangi keefesienan penggunaan mesin petik. Pada saat ini siklus petik mesin petik rata-rata selama 50 hari. Hal ini disebabkan penggunaan mesin petik masih pada tahap percobaan. Cara Pengoperasian mesin petik dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Pengoperasian Mesin Petik Tipe GT 120

Unit Perkebunan Tambi memiliki 2 mesin petik, setiap unit mesin petik ditangani oleh 5 orang, sehingga tenaga kerja yang diperlukan berjumlah 10 orang. Pembagian tenaga kerja untuk pengoperasian mesin petik yaitu 2 orang sebagai operator, 1 orang pemegang kantong pucuk, 1 orang membersihkan pucuk yang tertinggal, dan 1 orang mengangkut pucuk ke pinggir kebun. Dengan penggunaan mesin petik UP Tambi dapat menutupi kekurangan tenaga kerja pemetik, perataan bidang petik baik, waktu dan tenaga kerja efesien.

(55)

Penimbangan pucuk di kebun dilakukan oleh juru timbang yang datang bersama dengan truk. Juru timbang membagikan kantong waring kepada masing-masing pemetik, kemudian pucuk yang telah dipetik oleh pemetik dimasukkan ke dalam waring dengan standar kapasitas 25 kg per waring. Jika melebihi kapasitas tersebut pucuk akan rusak. Ketika melakukan penimbangan, data hasil penimbangan dicatat oleh mandor petik. Data hasil penimbangan pucuk di kebun dijadikan sebagai data yang menentukan upah pemetik. Penimbangan pucuk di kebun dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Penimbangan Pucuk di Kebun

Waring pucuk segera dibawa ke pabrik yang telah berisi pucuk yang telah ditimbang oleh juru timbang kemudian disusun dalam bak truk. Kapasitas truk untuk mengangkut barang adalah sebanyak 4 350 kg sedangkan untuk mengangkut pucuk sebanyak 2 500 - 3 000 kg pucuk. Unit Perkebunan Tambi memiliki lima unit truk yang digunakan untuk mengangkut pucuk dari empat blok areal tanaman teh.

(56)
[image:56.612.242.402.83.205.2]

Gambar 21. Penimbangan Pucuk di Pabrik dengan Timbangan Manual

Selain penimbangan pucuk di pabrik secara manual, Unit Perkebunan Tambi juga telah membangun jembatan timbang yang digunakan untuk menimbang truk pucuk yang datang dari kebun. Pengadaan jembatan timbang bertujuan agar waktu yang digunakan lebih efisien dalam penimbangan pucuk di pabrik. Penggunaan jembatan timbang resmi dimulai pada bulan April 2012 (Gambar 22).

Gambar 22. Penimbangan Pucuk di Pabrik dengan Jembatan Timbang

[image:56.612.199.413.364.505.2]
(57)

di pabrik. UP Tambi mamiliki batas toleransi selisih antara penimbangan di kebun dan di pabrik yaitu sebesar 2 persen. Jika selisih penimbangan melebihi dari 2% maka dapat menjadi bahan koreksian bagi mandor petik maupun mandor pelayuan. Data produksi basah yang digunakan dalam pengolahan teh hitam UP Tambi adalah hasil penimbangan pucuk di pabrik. Selisih hasil penimbangan pucuk di kebun dan di pabrik pada Januari-April 2012 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Selisih Hasil Penimbangan Pucuk di Kebun dan di Pabrik Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Januari-April 2012

Bulan Blok

Hasil Penimbangan

Selisih Penyusutan bobot (%) Kebun Pabrik

……….(kg)…..…………..

Januari Taman 76 038 75 187 -851 -1.12 Pemandangan 99 205 97 897 -1 310 -1.32 Panama 63 295 61 647 -1 648 -2.60 Tanah Hijau 40 621 40 472 -149 -0.36 Februari Taman 80 161 79 178 -983 -1.23 Pemandangan 107 085 105 245 -1 840 -1.71

Panama 110 601 109 173 -1 428 -1.29

Tanah Hijau 61 477 60 760 -717 -1.16

Maret Taman 91 939 91 117 -822 -0.89

Pemandangan 113 851 111 767 -3 084 -2.70 Panama 89 285 87 354 -1 931 -2.16 Tanah Hijau 56 175 55 420 -755 -1.34

April Taman 59 696 5

Gambar

Gambar 2. Realisasi Produksi Teh 5 Tahun Terakhir (2007-2011) di Unit
Tabel 2. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012
Gambar 5. Pembukaan Sungkup di Pembibitan Teh
Gambar 9. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Mist Blower
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gilir petik panjang akan menyebabkan hanca petik semakin kecil, hal ini menyebabkan pucuk di lapang menjadi lewat petik (kaboler). Penanganan pucuk setelah

Hasil yang diperoleh berdasarkan uji t-student , rata-rata tinggi bidang petik untuk tanaman teh tahun pangkas I, II, dan III menunjukan tidak berbeda dengan standar yang

Kegiatan pengelolaan kebun di UP Tanjungsari perlu lebih ditingkatkan agar kondisi pucuk lebih baik dan produksi terus meningkat. Pengawasan tenaga kerja oleh para

Kegiatan pengelolaan kebun di UP Tanjungsari perlu lebih ditingkatkan agar kondisi pucuk lebih baik dan produksi terus meningkat. Pengawasan tenaga kerja oleh para

Hasil pengamatan mandiri dari kegiatan penelitian pada aspek khusus pemetikan teh menunjukkan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, tebal daun pemeliharaan, gilir

Kriteria tanaman yang akan dipangkas juga telah memenuhi standar PPTK seperti, tinggi bidang petik tanaman kurang dari 120 cm, diameter bidang petik yang lebar

Hasil yang diperoleh berdasarkan uji t-student, rata-rata tinggi bidang petik untuk tanaman teh tahun pangkas I, II, dan III menunjukan tidak berbeda dengan standar yang

Pengelolaan pemetikan pada Unit Perkebunan Bedakah sudah cukup baik, hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator, yaitu waktu pelaksanaan pemetikan jendangan,