• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Persiapan Bahan Tanam

Persiapan bahan tanam dimulai dengan penyediaan bahan tanam (pembibitan). Pembibitan dalam budidaya teh dapat dilakukan dengan menggunakan biji atau stek. Pembibitan asal biji memiliki beberapa kelebihan diantaranya mempunyai daya adaptasi yang lebih luas daripada tanaman yang berasal dari stek. Pembibitan asal stek lebih banyak digunakan karena memiliki kelebihan, yaitu merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dan memiliki sifat unggul yang sama dengan induknya. Pembibitan yang dilakukan di Unit Perkebunan Tambi yaitu menggunakan bahan tanam dari stek yang berasal dari klon Gambung 7.

Stek yang digunakan berasal dari kebun perbanyakan yang harus tetap diperhatikan perawatannya. Unit Perkebunan Tambi memiliki kebun perbanyakan seluas 1.5 ha yang terletak di Blok Panama. Kebun perbanyakan yang digunakan memiliki beberapa syarat, yaitu produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki kualitas mutu teh yang baik. Pemangkasan tanaman teh di kebun perbanyakan dilakukan 4 bulan sebelum pengambilan bahan stek dengan daur pangkas 1-1.5 tahun atau disesuaikan dengan kebutuhan bahan stek. Mutu bahan stek tidak dipengaruhi oleh umur pohon induk, tetapi sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan kesuburan pohon, teknik pengambilan, pengemasan, dan pengangkutan.

Pengambilan ranting stek (stekres) dilakukan 3-4 bulan setelah pemangkasan. Satu minggu sebelum pengambilan ranting stek, dilakukan pemetikan untuk memacu perkembangan mata tunas dan menguatkan helaian daun. Ranting stek yang baik adalah yang tumbuh sehat, mengarah ke atas dan memiliki daun yang tidak terserang hama dan penyakit, serta berwarna hijau tua mengkilat. Ranting stek yang telah dipotong kemudian dicelupkan ke dalam larutan Dithane M 45 dengan konsentrasi 2 g/l dan Atonik 1 ml/l selama kurang lebih 1 menit.

Stek diambil dari ranting stek sepanjang satu ruas dan mempunyai satu helai daun. Stek yang dipakai adalah bagian tengah ranting yang berwarna hijau tua. Pemotongan stek dilakukan dengan menggunakan pisau tajam. Stek dipotong tiap ruas dengan 1 lembar daun 1 cm di atas dan 3-4 cm di bawah ketiak daun dengan kemiringan 45o. Dalam satu ranting stek diperoleh 2 atau 3 stek.

Lokasi pembibitan harus memenuhi syarat antara lain dekat dengan sumber air, pencahayaan sinar matahari merata, dan mudah dijangkau dengan alat transportasi. Lokasi pembibitan hendaknya berada tidak jauh dari kebun perbanyakan.

Bangunan pembibitan dibuat dengan ukuran tinggi 2 m di atas permukaan tanah dengan luas sesuai kebutuhan. Pembibitan di UP Tambi memiliki atap yang dibuat dari paranet dengan intensitas cahaya matahari masuk 25-30 persen. Pintu bangunan pembibitan terbuat dari bambu. Pembuatan bedengan dengan ukuran lebar ± 0.9 m dengan panjang ± 10 m dengan jumlah bibit ± 1 700 bekong (polybag). Jarak antara bedengan yang satu dengan yang lain ± 60 cm. Antar bedengan dibuat parit untuk pembuangan air sedalam 5-10 cm. Bedengan diberi sungkup dengan lembaran plastik, dengan rangka sungkup terbuat dari belahan bambu. Bentuk rangka sungkup berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi ± 40 cm dari bekong. Pembibitan teh yang diberi sungkup dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembibitan Teh yang Diberi Sungkup

Media tanam yang digunakan untuk stek terdiri atas tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (sub soil). Top soil dicampur dengan Dithane M 45 sebanyak 400 g, SP 36 sebanyak 1 000 g, tawas sebanyak 600 g, KCl sebanyak 500 g,

dan basamid sebanyak 150 g. Sub soil dicampur dengan Dithane sebanyak 400 g, tawas sebanyak 1000 g, dan basamid sebanyak 150 g. Tanah yang telah diayak dicampur dengan basamid 150 g/m3 tanah secara merata. Setelah dilakukan pencampuran, media tanam dimasukkan ke dalam polibag transparan dengan ukuran 25 cm x 12 cm. Komposisi tanah pada polibag adalah 2/3 bagian bawah diisi dengan top soil dan 1/3 bagian atas diisi dengan sub soil. Sekitar 1 minggu kemudian dilakukan penyusunan polybag di bedengan. Sebelum penanaman, media tanam disiram dulu hingga basah kemudian dilakukan penanaman stek (Gambar 4).

Gambar 4. Penanaman Stek

Bagian bawah stek dibenamkan ke dalam media tanam sedalam ± 2-3 cm. Pada saat penanaman diusahakan posisi daun stek yang satu jangan sampai menghalangi daun stek yang lainnya. Arah daun harus condong ke atas dan tidak boleh menutupi satu sama lain. Setelah stek ditanam kemudian disiram dengan air agar mengurangi kotoran yang menempel pada daun. Bedengan pembibitan segera ditutup dengan sungkup plastik yang telah disediakan. Bagian samping lembaran sungkup dibenamkan di sisi bedengan, kemudian ditimbun tanah.

Pembukaan sungkup yang pertama dilakukan setelah stek berakar (3-4 bulan), dengan pertumbuhan tunas sudah merata (ketinggian 15 cm). Pembukaan sungkup dilakukan secara bertahap agar bibit menerima cahaya langsung secara bertahap juga sehingga bibit dapat berdaptasi secara bertahap (Gambar 5).

Gambar 5. Pembukaan Sungkup di Pembibitan Teh

Apabila turun hujan sungkup bedengan harus ditutup kembali. Mulai bulan ke- enam dan selanjutnya sungkup bibit dibuka secara total. Sortasi bibit dilakukan pada bulan ketujuh. Bibit-bibit yang kurang baik dipindahkan ke bedengan terpisah, kemudian dirawat secara khusus. Bibit-bibit yang telah memenuhi syarat untuk ditanam, dikelompokkan menjadi bibit yang siap tanam (Gambar 6).

Gambar 6. Bibit Siap Tanam

Persiapan Tanam dan Penanaman

Persiapan tanam dilakukan setelah bibit siap tanam. Kriteria bibit siap tanam, yaitu umur bibit minimal 8 bulan, tinggi bibit minimal 30 cm, dengan jumlah daun minimal 5 helai, bibit tumbuh sehat, kekar dan berdaun normal, sistem perakaran bibit cukup baik, terdapat akar tunggang semu dan tidak ada pembengkakan kalus. Bibit telah mengalami adaptasi terhadap sinar matahari langsung minimal 1 bulan.

Persiapan lahan merupakan salah satu pekerjaan yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan dengan baik, yaitu dengan mengolah tanah sampai kedalaman 60 cm agar pertumbuhan akar mengarah ke dalam, sehingga dapat menyerap unsur hara dan air dari lapisan tanah yang lebih dalam. Permukaan tanah yang telah siap ditanami harus rata, agar mudah melaksanakan pengajiran dan penanaman. Jangka waktu antara persiapan lahan dengan waktu penanaman harus cukup agar tanah mendapat kesempatan yang cukup untuk perbaikan aerasi tanah.

Penanaman teh di UP Tambi saat ini dirancang khusus untuk pemetikan dengan mesin petik. Jarak tanam yang digunakan 100 cm x 80 cm. Jarak tanam antar barisan tanaman 100 cm dan jarak tanam dalam baris tanaman 80 cm. Pengajiran dilakukan sebelum penanaman dengan maksud agar tanaman teh ditanam sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Ajir terbuat dari bambu berukuran panjang 50 cm, tebal 1 cm, sedangkan alat untuk menentukan jarak dan barisan tanaman dibuat dari kayu balok yang biasa disebut caplak (Gambar 7).

Gambar 7. Penentuan Jarak Tanam dengan Menggunakan Caplak

Lubang tanam dibuat berada tepat di tengah-tengah antara dua ajir, dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 40 cm. Lubang tanam sebaiknya dibuat 1-2 minggu sebelum penanaman. Penanaman bibit asal stek dalam bekong dilakukan dengan cara terlebih dahulu bekong plastik disobek bagian bawahnya, kemudian bagian samping juga disobek dari atas ke bawah sampai bertemu dengan sobekan pada bagian bawah. Bibit dipegang dengan tangan kiri, disangga dengan belahan bambu, kemudian dimasukkan ke dalam lubang dan ditimbun menggunakan tangan kanan dengan tanah. Setelah

timbunan tanah penuh menutup bagian akar bibit, belahan bambu dan bekong plastik ditarik dengan hati-hati. Bekong plastik bekas disimpan pada ujung ajir yang berada di sebelahnya. Tanah di sekitar bibit kemudian dipadatkan dengan tangan dan jangan sekali-kali dipadatkan dengan cara diinjak. Setelah selesai penanaman, tanah di sekitar lubang diratakan agar tidak nampak cekung atau cembung.

Tanaman teh membutuhkan tanaman peneduh atau pohon pelindung, baik pohon pelindung sementara maupun pohon pelindung tetap. Pohon peneduh sementara berfungsi sebagai peneduh hanya untuk sementara. Pohon peneduh tetap berfungsi sebagai naungan yang bersifat permanen untuk mengatur kondisi iklim mikro, pemecah angin, sumber bahan organik, memperbaiki aerasi tanah, mengurangi evapotranspirasi, dan pencegah erosi.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan selain pemetikan untuk meningkatkan dan memelihara tanaman agar tetap berproduksi dengan baik. Pemeliharaan tanaman teh meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian gulma. Populasi gulma yang tumbuh tidak terkendali di pertanaman teh akan berkompetisi dengan tanaman teh dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang tumbuh. Populasi gulma yang tidak terkendali dapat menyulitkan pekerjaan pemupukan dan pemetikan. Tujuan pengendalian gulma adalah menekan kerugian yang ditimbulkan akibat gulma hingga serendah mungkin untuk memperoleh laju pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal. Jenis gulma yang banyak dijumpai di Unit Perkebunan Tambi adalah Impatien platkypetala (pacar air), Erechtites valerianifolia (lengko/sintrong), Galinsoga parviflova (urang-aring), Rhocardia brasiliensis (rondo lesu), Remujung, Cantela asitica (rendengan), Panicum paludosum (lempuyangan), Borreria repens (kentangan), Ageratum conizoides (babadotan), dan Oxalis corniculata (asem- aseman).

Pengendalian gulma di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan secara kimia (chemical weeding) dan secara manual. Pengendalian gulma secara kimia dilaksanakan dua kali aplikasi per tahun untuk semua kebun (tahun pangkas I-IV) yaitu pada bulan Februari-April dan September-November. Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida dilaksanakan menjelang pemupukan lewat tanah. Herbisida yang digunakan bersifat sistemik, yaitu Bio Up dengan dosis 1.25 l/ha. Untuk areal tanaman teh dengan tahun pangkas IV menggunakan herbisida kontak Paracol dengan dosis 2 l/ha, untuk areal tanaman teh dengan tahun pangkas I, II, III pengendalian gulma dilakukan dua kali aplikasi menggunakan herbisida Rambo dan Noxone secara bergantian dengan dosis Rambo 3 l/ha/aplikasi dan Noxone 2 l/ha/aplikasi.

Pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu cara penambahan unsur hara ke dalam tanah dengan jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Pemupukan bertujuan meningkatkan daya dukung tanah untuk peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan dapat dilakukan lewat tanah dan lewat daun. Pemupukan menjadi tanggung jawab mandor pemeliharaan.

Pemupukan lewat tanah di Unit Perkebunan Tambi dilakukan 2 kali setahun yaitu semester I (Februari-April) dan semester II (Oktober-November). Jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman menghasilkan (TM) terdiri atas Urea, SP 36, KCl, dan Kiserit dengan komposisi N : P : K : Mg adalah 5 : 1 : 2 : 0.5. Dosis pupuk yang diaplikasikan di Unit Perkebunan Tambi berdasarkan tahun pangkas. Pada tahun pangkas I dan IV aplikasi pupuk 90% dari dosis standar, tahun pangkas II dan III 110% dari dosis standar. Dosis pemupukan dihitung berdasarkan 6% dari produksi kering/ha/tahun. Cara pemupukan yang dilakukan adalah dengan sistem tabur. Sebelum pupuk dibawa ke kebun, semua jenis pupuk dicampur dan diaduk terlebih dahulu di brak (tempat penimbangan pucuk) kebun atau di gudang pupuk. Setelah dilakukan pencampuran pupuk, campuran pupuk kemudian dimasukkan ke dalam karung untuk memudahkan pengangkutan dalam membawa pupuk ke kebun oleh tenaga kerja. Tenaga kerja pada kegiatan pemupukan terdiri atas dua orang yang berpasangan dengan pembagian satu orang membuat lubang pupuk di tanah dengan

menggunakan cangkul, satu orang lainnya memasukkan pupuk ke lubang pupuk dan menutup lubang tersebut. Kegiatan pemupukan melalui tanah dapat dilihat pada Gambar 8.

Pemupukan dilaksanakan dengan cara pupuk dibenamkan di sekitar tanaman dengan lubang pupuk yang berjarak 20 cm dari leher akar dengan kedalaman lubang 10-15 cm. Satu lubang pupuk dibuat untuk 2-4 pohon yang diletakkan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan kedua dan seterusnya.

Gambar 8. Pemupukan melalui Tanah

Pemupukan lewat daun merupakan salah satu program bidang pemeliharaan tanaman teh di Unit Perkebunan (UP) Tambi. Pupuk daun berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan pucuk dan menjaga kesehatan tanaman. Pemupukan daun menggunakan GA dengan dosis 0.5 l/ha yang dicampur dengan Urea 125 g/ha yang dilarutkan dalam air sebanyak 250 l/ha air. Ketersediaan air merupakan syarat yang perlu diperhatikan dengan aplikasi pemupukan lewat daun. Air yang digunakan dapat berasal dari sumber air hujan yang ditampung pada bak-bak penampungan air yang ada di kebun. Alat semprot yang digunakan untuk penyemprotan pupuk daun adalah mist blower (Gambar 9), power sprayer (Gambar 10), dan knapsack sprayer. Sebelum dilakukan penyemprotan, terlebih dahulu dilakukan pengecekan alat dan ketersediaan perlengkapan bahan dengan benar agar tidak mengganggu proses pemupukan.

Gambar 9. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Mist Blower

Rotasi pemupukan lewat daun disesuaikan dengan siklus petikan, oleh karena itu siklus petikan harus stabil. Rotasi pemupukan lewat daun di UP Tambi dilakukan 10 - 15 hari sekali. Jika siklus petik 20 hari maka pemupukan lewat daun dilakukan sebanyak dua kali. Penyemprotan larutan pupuk sebaiknya dilakukan pada pagi hari mulai dari pukul 6 pagi hingga pukul 10 pagi, agar penyerapan pupuk dapat maksimal, karena stomata daun masih terbuka.

Gambar 10. Pemupukan melalui Daun Menggunakan Power Sprayer

Pemangkasan. Tanaman teh yang dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 15 m. Hal ini menyebabkan pucuk yang dihasilkan sedikit dan sulit untuk melakukan pemetikan. Agar pemetikan mudah dilakukan dan pucuk yang dihasilkan banyak, maka perlu dilakukan pemangkasan. Pemangkasan pada tanaman teh bertujuan agar pertumbuhan tanaman tetap terjaga pada fase vegetatif, mengusahakan agar bidang petik tetap rendah, membentuk bidang petik seluas mungkin, dan menyehatkan tanaman.

Pemangkasan tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi dilakukan secara manual menggunakan sabit dan dengan mekanis menggunakan mesin pangkas. Penggunaan mesin pangkas dimulai sejak bulan Februari 2012 yang hingga saat ini masih merupakan uji coba. Mesin pangkas digunakan untuk mengatasi kelangkaan ketersediaan tenaga kerja pemangkas. Tenaga kerja pemangkas haruslah orang yang benar-benar terampil dan terlatih agar hasil pangkasan yang didapatkan bersih, mengurangi kerusakan pada bidang pangkas, dan mengefisienkan waktu kerja.

Ada beberapa hal yang menjadi acuan tanaman teh harus segera dipangkas,yaitu umur pangkas dan produktivitas tanaman teh tersebut telah menurun atau tidak mencapai target. Jika potensi tanaman atau produktivitas menurun hingga kurang dari 2 000 kg/ha/tahun maka perlu dilakukan pemangkasan untuk merangsang tunas-tunas baru. Pada saat pemangkasan beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: tinggi pangkasan, ketajaman alat, kerusakan pangkas, kemiringan 45o, dan ranting yang ditinggalkan. Tinggi pangkasan sekitar 45 - 55 cm. Untuk pangkasan secara manual, sabit yang digunakan harus tajam agar mengurangi kerusakan ranting (Gambar 11).

Gambar 11. Pemangkasan Secara Manual Menggunakan Sabit

Ranting yang lebih kecil daripada diameter pensil harus dibuang karena pada saat pertumbuhan pucuk dapat menyebabkan jumlah pucuk burung meningkat. Kemiringan pangkasan harus diusahakan 45o, jika kurang maka pada musim hujan ranting mudah membusuk dan bercendawan, sedangkan jika sudutnya terlalu lancip pada musim kemarau dapat menyebabkan ranting tanaman mudah retak. Mulai pada

bulan Februari 2012 Unit Perkebunan Tambi telah menggunakan alat pangkas mekanis yaitu mesin pangkas (Gambar 12).

Gambar 12. Pemangkasan Menggunakan Mesin Pangkas

Sistem pangkasan terdiri atas sistem pangkasan yang selalu lebih tinggi dan sistem pangkasan tetap. Bidang pangkas yang semakin lebih tinggi setiap melakukan pemangkasan berarti menyiapkan cabang/ranting yang tertinggal pada perdu relatif lebih muda dari pangkasan sebelumnya. Sistem pangkasan tetap adalah pemangkasan yang dilakukan pada ketinggian yang relatif tetap sekitar 50-60 cm secara berulang- ulang. Kondisi tanaman teh yang telah dipangkas dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Kondisi Tanaman Teh Setelah Dipangkas

Daur pangkasan adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. Daur pangkas bergantung pada tinggi rendahnya letak kebun dari permukaan laut. Semakin tinggi letak kebun dari permukaan laut, semakin lambat pertumbuhan tanaman teh menyebabkan tanaman teh memiliki waktu

yang cukup lama untuk menaikkan bidang petiknya. Hal ini menyebabkan daur pangkas menjadi lebih lama.

Unit Perkebunan Tambi terletak pada ketinggian > 1 200 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi sehingga daur pangkasnya 4 tahun sekali. Areal pangkas di Unit Perkebunan Tambi dibagi empat bagian dalam periode pemangkasan yang setahun sekali. Pemangkasan dilakukan setiap tahun sebanyak 25% dari luas lahan seluruhnya. Areal pangkas dibagi berdasarkan luas areal per nomor kebun dan kedekatan letak areal per nomor kebun. Hal ini dilakukan selain untuk pemerataan luas areal pangkasan setiap tahunnya, juga untuk mempermudah pengerjaan dan transportasi oleh tenaga kerja pemangkas. Pembagian tahun pangkas di UP Tambi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Areal Tanaman Teh Berdasarkan Tahun Pangkas di Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012

Tahun Pangkas

Blok

Jumlah Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau

Jml No. Kebun Luas (ha) Jml No. Kebun Luas (ha) Jml No. Kebun Luas (ha) Jml No. Kebun Luas (ha) Jml No. Kebun Luas (ha) I 3 12.31 5 21.88 4 15.59 4 12.27 16 62.05 II 3 12.73 4 18.55 4 16.06 3 7.17 14 54.51 III 4 13.14 3 20.55 4 18.71 4 12.31 15 64.71 IV 4 15.05 3 15.78 3 16.87 4 9.60 14 57.30 Jumlah 14 53.23 15 76.76 15 67.23 15 41.35 59 238.57

Sumber: Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi 2012

Pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit pada tanaman teh merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk teh. Hama penting yang menjadi permasalahan di Unit Perkebunan (UP) Tambi adalah Helopeltis antoni, ulat jengkal (Ectoris bhurmitra), ulat penggulung daun (Homona coffearia), ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma), ulat api (Setora nitens), dan Empoasca sp. Penyakit yang banyak dijumpai UP Tambi adalah penyakit mati ujung pada bidang petik dan cacar teh (blister blight). Tanaman teh yang terserang penyakit mati ujung dan cacar teh dapat dilihat pada Gambar 14 dan 15.

Gambar 14. Penyakit Mati Ujung pada Bidang Petik

Penyakit cacar teh (blister blight) disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexans Massee dapat menyebar dengan cepat ketika suhu rendah, ketinggian tempat yang tinggi, dan kelembaban yang tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi penyebaran cacar daun teh adalah dengan memetik pucuk dan daun yang terkena cacar agar siklus penyebaran sporanya terputus. Aplikasi fungisida dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal 8 hari sebelum dilakukan pemetikan berikutnya. fungisida yang digunakan adalah Probox 50 WP dosis 0.10 - 0.15 kg/ha/aplikasi, Kocidae 77 WP dosis 0.20 kg/ha/aplikasi, dan Manxyl 68 WP dosis 0.10 - 0.15 kg/ha/aplikasi.

Gambar 15. Tanaman Teh yang Terserang Penyakit Cacar Daun (Blister Blight)

Pemetikan

Pemetikan pada tanaman teh adalah upaya memungut dan mengumpulkan pucuk yang ada pada perdu teh yang sesuai dengan tujuan pengolahan. Tujuan pemetikan adalah memungut semua pucuk dengan sistem tertentu agar tanaman tetap berpotensi produksi tinggi. Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan setiap hari kecuali hari Minggu oleh tenaga kerja pemetik.

Ketersediaan pucuk peko dan pucuk burung di atas bidang petik sangat mempengaruhi produksi teh. Kondisi pucuk berdasarkan klon/seedling bahan tanam di UP Tambi pada bulan Februari-April 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kondisi Pucuk Berdasarkan Bahan Tanam di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Februari-April 2012

Klon/Seedling Ulangan

Pengamatan Pucuk Peko (%) GB 7 (Klon) 4 51.90 ± 15.19 TRI 2025 (Klon) 4 22.55 ± 20.04 Hibrid (Seedling) 4 29.90 ± 11.49 Asam (Seedling) 4 38.40 ± 5.58

Sumber : Hasil Pengamatan Penulis

Pemetikan di UP Tambi dilakukan dengan cara mekanis. Pemetikan dengan cara mekanis dilakukan dengan menggunakan gunting petik dan mesin petik. Kondisi pucuk berdasarkan cara pemetikan yang berbeda pada klon Gambung 7 di Blok Pemandangan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kondisi Pucuk Berdasarkan Cara Pemetikan pada Klon Gambung 7 di Blok Pemandangan pada Bulan Maret 2012

Cara Pemetikan Pucuk Burung (%) Pucuk Peko (%)

Gunting petik 52.28 b 47.72 a

Mesin GT 120 75.68 a 24.32 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji t-student pada taraf 5 %

Jenis petikan. Jenis petikan yang dilakukan selama satu daur pangkas terdiri atas petikan jendangan, produksi, dan gendesan. Petikan jendangan merupakan petikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Petikan jendangan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan pada tiga bulan setelah pangkas selama 4-6 kali petikan dengan selang waktu 30 hari. Pelaksanaan petikan jendangan dilakukan oleh pemetik yang memiliki keterampilan tinggi agar diperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Pemetik menggunakan gunting stek untuk meratakan bidang petik. Pelaksanaan pemetikan jendangan dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Pemetikan Jendangan

Petikan produksi merupakan petikan yang dilakukan setelah petikan jendangan yaitu setelah sebagian tunas sekunder dapat dipetik. Pemetikan produksi di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan menggunakan gunting petik. Pucuk yang telah dipetik dimasukkan ke dalam keranjang yang digendong oleh pemetik. Kapasitas keranjang pemetik sebesar 10 kg/keranjang. Pemetikan produksi di Unit perkebunan Tambi dilakukan dengan mengikuti standar pucuk yang telah ditentukan oleh perusahaan. Ketentuan pucuk yang dipetik harus disesuaikan dengan pucuk standar yang akan diolah. Standar pucuk yang akan diolah di Unit Perkebunan Tambi adalah pucuk jenis medium dengan rumus p+1, p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m, dan b+3m. Pelaksanaan pemetikan produksi dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Pemetikan Produksi

Pemetikan produksi dilaksanakan jika tinggi bidang petik sudah mencapai 80- 110 cm dan ketebalan lapisan daun pemeliharaan telah mencapai 15-20 cm. Tinggi bidang petik dan tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tinggi Bidang Petik dan Tebal Daun Pemeliharaan pada Klon dan Seedling di Unit Perkebunan Tambi pada Bulan Februari-April 2012

Blok Klon Tinggi Bidang

Petik (cm)

Tebal Daun Pemeliharaan (cm)

Taman Gambung 7 (Klon) 86.8 26.2

TRI 2025 (Klon) 83.7 26.9

Hibrid (seedling) 84.6 29.1

Asam (seedling) 76.0 23.2

Pemandangan Gambung 7 (Klon) 96.5 33.0

TRI 2025 (Klon) 83.2 22.6

Hibrid (seedling) 68.9 25.4

Asam (seedling) 87.5 14.5

Panama Gambung 7 (Klon) 97.7 18.2

TRI 2025 (Klon) 89.7 28.3

Hibrid (seedling) 74.6 23.4

Asam (seedling) 96.9 30.2

Tanah Hijau Gambung 7 (Klon) 91.1 23.1

TRI 2025 (Klon) 90.9 26.5

Hibrid (seedling) 93.7 28.4

Asam (seedling) 93.0 25.8

Pemetikan gandesan adalah pemetikan yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas dengan cara memetik bersih semua pucuk yang memenuhi ketentuan syarat olah tanpa memperhatikan bagian daun yang ditinggalkan. Pemetikan gandesan yang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan seminggu sebelum

Dokumen terkait