• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taksonomi Tanaman Teh

Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferales Family : Tehaccae Genus :Cammellia

Spesies : Cammellia sinensis

Tanaman teh pada dasarnya dapat dibedakan atas dua varietas yaitu sinensis (Camellia sinensis var. sinensis) dan asammica (C. sinensis var. assamica). Di Indonesia juga dikenal varietas hibrid yang merupakan turunan dari hasil persilangan antara varietas sinensis dan assamica. Potensi produksi suatu genotip tanaman merupakan kriteria yang sangat penting dalam memilih bahan tanam. Secara umum, semakin tinggi potensi produksi suatu genotip, maka biaya produksi akan semakin rendah sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Perbanyakan Tanaman Teh

Tanaman teh dapat diperbanyak baik secara generatif maupun secara vegetatif. Perbanyakan secara generatif dengan menggunakan biji sebagai hasil persilangan antara pohon induk jantan dengan pohon induk betina. Perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan stek daun teh. Bahan stek dapat diambil dari kebun entres. Ranting yang diambil sebaiknya telah mempunyai 10 - 12 helai daun dan ranting dipotong 10 - 15 cm (Hanum, 2008). Biji yang digunakan sebagai sumber bahan tanam hendaknya dikumpulkan dari kebun biji yang dikelola secara khusus. Potensi

produksi dari tanaman teh asal biji mencapai lebih dari 35 000 kg kering/ha/tahun. Perbanyakan tanaman teh dengan menggunakan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dengan harapan sifat unggulnya sama dengan induknya. Kebun induk yang akan digunakan harus dijamin kemurnian klonnya dan mempunyai potensi produksi dan kualitas yang tinggi. Stek teh dapat diambil dari kebun entres yang dikelola khusus dan berumur 4 bulan setelah pangkas (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Morfologi Tanaman Teh

Tanaman teh dapat tumbuh mencapai tinggi lebih dari 10 m. Tinggi tanaman teh dipertahankan sekitar kurang dari 1 m dengan pemangkasan secara berkala pada setiap perkebunan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pemetikan pucuk dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak. Umumnya tanaman teh mulai dapat dipetik secara terus-menerus setelah berumur 5 tahun. Tanaman teh dapat memberikan hasil yang cukup besar selama 40 tahun selanjutnya dapat dilakukan peremajaan. Tanaman teh dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian 200 - 2 000 m di atas permukaan laut (dpl). Semakin tinggi letak daerahnya, maka teh akan menghasilkan kualitas yang semakin baik (Spillane, 1992).

Tanaman teh (Camellia sinensis) berbentuk pohon. Tinggi pohon biasanya mencapai lebih dari 10 m, tetapi tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan pemetikan sehingga tingginya 90-120 cm (Nazaruddin dan Paimin, 1993). Bunga teh berwarna putih dengan serbuk sari berwarna kuning. Mahkota bunga tanaman teh berbentuk kerucut, daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur terbalik. Tepi daun bergerigi, daun tunggal, dan letaknya hampir berseling. Tulang daun menyirip, permukaan atas daun muda berbulu halus sedangkan permukaan bawahnya berbulu sedikit. Permukaan daun tua halus dan tidak berbulu lagi. Tanaman teh mengalami pertumbuhan tunas yang silih berganti. Tunas tumbuh pada ketiak atau bekas ketiak daun. Tunas yang tumbuh kemudian diikuti dengan pembentukan daun. Tunas baru pada tanaman teh memiliki daun kuncup (Pusat Studi Industri dan Perdagangan, 2001).

Tanaman Teh sebagai Penghasil Pucuk

Hasil tanaman teh adalah pucuk dengan 2-3 helai daun muda. Pengambilan pucuk yang berada di atas bidang petik dan memenuhi ketentuan disebut pemetikan. Pemetikan dalam arti luas bertujuan memelihara kesehatan tanaman teh supaya pertumbuhan pucuk teh tidak terhambat dan pemetikan dapat dilakukan secara teratur. Pertumbuhan tanaman teh sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuhnya. Pemetikan yang berhasil perlu memperhatikan pemeliharaan kebun dan sistem petik yang akan dilakukan (Suwardi, 1999).

Beberapa istilah pada tanaman teh sebagai penghasil pucuk yang berkaitan dengan kegiatan pemetikan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006) adalah:

1. Pucuk peko adalah pucuk ujung yang tumbuh aktif. Tanaman yang tumbuh normal mengalami periode pucuk aktif. Setelah menghasilkan 4-7 daun, pucuk mengalami dormansi, ranting peko harus dipetik. Daun akan tumbuh terus dan pertumbuhan akan terhambat jika peko tidak segera dipetik. Setelah dipetik, maka akan tumbuh pucuk burung yang dorman beberapa minggu. Kemudian pucuk peko tumbuh kembali (Nazaruddin dan Paimin, 1993). Apabila pucuk yang dipetik hanyalah pucuk peko, maka untuk sementara waktu ranting pada periode burung tidak berproduksi. Hal ini sangat merugikan bila pucuk burung dalam suatu perdu jumlahnya banyak (Wachjar dan Junaedi, 1991).

2. Pucuk burung adalah pucuk pada periode kuncup atau pucuk dormansi. Pada periode ini pucuk tersebut tidak tumbuh aktif. Dalam kondisi alami, pucuk burung biasanya berlangsung antara 45-60 hari. Pemetikan pucuk burung akan memutus masa dormansi dan merangsang pertumbuhan mata tunas di bawahnya. 3. Kepel adalah dua daun awal yang keluar yang sebelah daunnya tertutup sisik.

Sisik tersebut segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh.

4. Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuknya daun kepel, tepi daun bergerigi.

5. Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya dan dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).

6. Daun tua adalah daun yang telah berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat, dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t, dan seterusnya).

7. Cakar ayam adalah bentuk pertumbuhan tunas lebih dari dua buah dari satu ketiak daun atau dari beberapa ketiak daun yang internodianya pendek.

8. Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.

9. Gabar adalah pucuk yang telah lewat manjing karena giliran petik yang terlalu panjang, lebih panjang dari yang seharusnya.

10. Kaboler adalah kebun yang terlambat dipetik.

11. Imeut adalah petikan yang dilakukan dengan cermat sehingga semua pucuk majing habis terpetik.

Strategi dasar pemetikan teh adalah menghasilkan pucuk dengan mutu standar sebanyak-banyaknya secara berkesinambungan. Beberapa strategi tersebut dengan mempertahankan ketebalan lapisan daun pemeliharaan, mengatur pucuk yang ditinggalkan, mempertahankan, meningkatkan lebar bidang petik, dan pengawasan bidang petikan (Johan dan Dalimoenthe, 2009).

Ketebalan lapisan daun pemeliharaan merupakan sekumpulan daun yang ada di bawah bidang petik. Daun tersebut berfungsi sebagai penyangga dan sebagai tempat terjadinya fotosintesis untuk menghasilkan energi. Manajemen pemetikan harus mempertahankan dan meningkatkan lebar bidang petik karena produktivitas pucuk sangat ditentukan oleh jumlah pucuk, berat pucuk, serta jumlah perdu perluas lahan. Tunas dan pucuk yang tumbuh ke samping dibiarkan tidak dipetik agar dapat diperoleh bidang petik yang luas dan menekan pertumbuhan gulma dengan memperkecil ruang sinar matahari sampai ke tanah. Pengawasan jejak petikan dilakukan oleh mandor dan pembantu mandor dengan mengawasi kesalahan petik, terlewat tidak dipetik dan kerataan bidang petik (Johan dan Dalimoenthe, 2009).

Pemetikan merupakan ujung tombak produksi dan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara keseluruhan. Teh-teh yang tumbuh di dataran rendah dapat dilakukan pemetikan pucuk seminggu sekali, sedangkan teh di dataran tinggi hanya boleh

dipetik sekali dalam 10-12 hari untuk menjaga keadaan tanaman dan kualitas pucuk tetap baik (Spillane, 1992).

Macam-Macam Pemetikan

Pemetikan Jendangan

Petikan jendangan yaitu petikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Tujuan petikan jendangan adalah untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan 20-25 cm agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Petikan jendangan mulai dapat dilakukan apabila 60% areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Pemetikan jendangan dianggap cukup atau dihentikan apabila tunas sekunder telah dipetik dan bidang petik telah melebar dengan ketebalan daun pemeliharaan 20-25 cm. Pada umumnya, pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan, kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Pemetikan Produksi

Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan secara terus-menerus dengan daur petik dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali (Pusat Penelitian Teh Kina, 2006). Berdasarkan daun yang ditinggalkan pemetikan produksi dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Pemetikan ringan yaitu pemetik meninggalkan daun di atas bidang petik kepel +1 daun atau lebih (k+1, k+2). Pemetikan ringan dilakukan apabila ketebalan daun pemeliharaan kurang dari 15-20 cm, tanaman terlalu kurus, atau pada waktu musim kering. Kerugian pemetikan ringan adalah tanaman cepat tinggi.

2. Pemetikan sedang yaitu apabila tidak ada daun yang tertinggal pada bagian tengah perdu (k+0) tetapi pada bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas kepel (k+1).

3. Pemetikan berat yaitu apabila pemetikan tidak meninggalkan daun sama sekali pada perdu di atas kepel (k+0).

Pemetikan Gandesan

Pemetikan gandesan tergolong pemetikan berat yaitu memetik semua pucuk yang beraada di atas bidang petik atau dengan kata lain memetik pucuk tanpa memperhatikan rumus petik yang menjelang tanaman dipangkas.

Pemetikan Secara Mekanis

Upaya untuk menggali potensi dan menanggulangi kekurangan pemetik pada musim plus, perlu menggunakan pemetikan dengan alat, yaitu gunting atau mesin petik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Mekanisasi pemetikan pucuk teh juga bertujuan untuk menurunkan biaya produksi. Tujuan tersebut dapat dicapai bila mekanisasi pemetikan, tidak menyebabkan penurunan kesehatan tanaman dan mutu hasil petikan serta dapat meningkatkan prestasi kerja pemetik.

Pemetikan mekanis, baik menggunakan gunting maupun mesin memerlukan gilir petik yang lebih panjang daripada pemetikan dengan tangan. Produksi pucuk dari petak pemetikan mekanis secara kumulatif dalam jangka panjang atau satu tahun ternyata tidak berbeda nyata dari produksi petak petikan dengan tangan (Dalimoenthe dan Kartawijaya 1999). Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan gunting atau mesin sebagai alat petik dapat mengurangi frekuensi pemetikan yang berkaitan dengan pengurangan kebutuhan tenaga pemetik lebih lanjut akan mengurangi harga pokok. Berdasarkan hasil percobaan Dalimoenthe (1999) penggunaan gunting ataupun mesin tidak mengurangi kualitas teh jadi dan tidak menurunkan kondisi kesehatan perdu.

Pemetikan dengan gunting tergolong petikan berat sehingga tanaman teh, baik dari klon maupun seedling perlu yang betul-betul sehat agar potensi hasil tergali secara optimal (Johan dan Dalimoenthe, 2009). Spesifikasi gunting bantalan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Di Indonesia mesin petik yang telah digunakan ada 2 tipe yaitu tipe GT 120 dan tipe GT 60. Mesin GT 120 digunakan untuk lahan datar (0-15%) dengan jumlah tenaga kerja (operator) 3-5 orang. Sedangkan mesin GT 60 digunakan untuk lahan

miring (16-30%) dengan jumlah tenaga kerja (operator) 2-3 orang. Spesifikasi mesin GT 120 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Unit perkebunan Tambi memiliki kebun teh yang pada awalnya tidak dirancang untuk pemetikan dengan mesin petik. Saat ini UP Tambi sedang memodifikasi kebun teh untuk disesuaikan dengan pemetikan menggunakan mesin petik. Menurut hasil penelitian Abbas et al. (2003) untuk meningkatkan kinerja mesin petik, kebun perlu dimodifikasi dengan dilengkapi jalur-jalur petik, jalur penampungan pucuk/areal putar balik mesin. Modifikasi kebun maupun mesin petik teh dengan pola pemetikan melompat baris ganda. Pengoperasian mesin petik dengan pola pemetikan baris ganda dilakukan di jalur petik yang berjarak dua baris tanaman (200 cm). Bagian yang terpetik oleh mesin petik hanya satu baris tanaman (lebar baris sekitar 100 cm), pada saat berputar balik hanya satu operator saja yang berbalik berpindah jalur sedangkan yang satunya lagi hanya berbalik, tetapi tetap pada jalur semula. Pola pemetikan mesin melompat baris ganda dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pola Pemetikan Mesin Melompat Baris Ganda

Analisis Pemetikan Analisis Petik

Menurut Johan dan Dalimoenthe (2009) analisis petik adalah bagian pucuk hasil suatu pemetikan yang didasarkan pada jenis pucuk yang dinyatakan dalam persen. Tujuan analisis petik adalah:

1. Menilai sistem petik atau cara pemetikan

2. Daur petik yang terlalu pendek terlihat pada angka persentase pucuk yang belum masak petik (p+1, p+2m) yang tinggi, sebaliknya daur petik yang panjang terlihat pada tingginya persentase pucuk kasar.

3. Menilai keterampilan pemetik, pemetik yang kurang terampil akan terlihat dari terpetiknya pucuk-pucuk di luar ketentuan (pucuk yang belum manjing). 4. Menilai kondisi tanaman. Tanaman yang kurang sehat ditandai dengan angka

persentase burung yang tinggi (60%). Analisis Pucuk

Analisis pucuk adalah pemisahan bagian pucuk hasil suatu petikan yang didasarkan pada bagian muda dan bagian tua serta kerusakannya yang dinyatakan dalam persen. Kegunaan analisis pucuk adalah:

1. Memperkirakan persentase mutu teh yang akan dihasilkan. 2. Menilai kondisi pucuk yang akan diolah.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang telah dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Februari sampai bulan Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan praktik kerja langsung di lapangan sesuai dengan jadwal kegiatan perusahaan. Pengamatan terhadap objek kegiatan kebun telah dilakukan terutama pada aspek pemetikan. Kegiatan yang dilakukan meliputi beberapa tahap jenjang status pekerja mulai dari karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu, pendamping mandor selama tiga minggu, dan sebagai asisten kasubag kebun selama enam minggu. Semua rincian kegiatan yang dilakukan selama magang dicatat di dalam jurnal harian (Lampiran 3, 4, dan 5 ).

Selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) penulis melaksanakan persiapan bahan tanam, persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma serta pemetikan. Selama menjadi pendamping mandor penulis mendampingi mandor dalam mengawasi pelaksanaan pemetikan dan rapat koordinasi. Selama menjadi asisten afdeling penulis membantu pengerjaan administrasi kebun, mengarahkan pemetik, mengawasi mandor petik, dan pembagian upah buruh. Selain praktik kerja langsung penulis juga akan melakukan studi pustaka di kebun, yaitu mempelajari laporan manajemen seperti arsip kebun (laporan bulanan, laporan semesteran dan laporan tahunan).

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dihasilkan langsung melalui pengamatan, wawancara, dan diskusi dengan staf perkebunan khususnya yang berhubungan langsung dengan aspek

pemetikan. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen kebun dan pustaka yang sudah ada di perkebunan yang mencakup keadaan umum perusahaan, keadaan tanah dan iklim (curah hujan, penyinaran matahari), luas areal konversi, tata guna lahan, keadaan tanaman dan serta struktur organisasi dan keterangan kerjanya.

Peubah yang diamati dalam kegiatan magang adalah sebagai berikut: (1) Potensi Pucuk

Potensi pucuk diperoleh dengan menghitung jumlah pucuk peko dan pucuk burung. Tanaman teh yang diamati terdiri atas dua klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali ulangan.

(2) Tinggi Bidang Petik

Pengukuran tinggi bidang petik mulai dari permukaan bidang pangkas sampai permukaan bidang petik. Pengukuran tinggi bidang petik dilakukan pada dua klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali ulangan.

(3) Ketebalan Daun Pemeliharaan

Pengukuran tebal daun pemeliharaan dimulai dari pertumbuhan rata-rata daun terbawah sampai permukaan bidang petik. Sampel yang diambil untuk pengamatan ini pada dua klon dan dua seedling yang berbeda yaitu Gambung 7, TRI 2025, Hibrid, dan Asam. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman per kelompok tanaman yang dipilih secara acak di empat blok dengan empat kali ulangan.

(4) Hanca Petik

Hanca petik adalah luas areal petik yang harus diselesaikan pemetikannya oleh seorang tenaga pemetik dalam satu hari. Data yang diambil adalah luas areal yang dipetik oleh seorang pemetik per hari.

(5) Kapasitas Pemetik

Kapasitas pemetik adalah banyaknya pucuk yang dipetik pemetik dalam satu hari. Data diperoleh dari data primer yaitu kapasitas pemetik (kg) dalam satu hari.

(6) Analisis Petik

Analisis petikan dilakukan dengan memisahkan jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan.

(7) Analisis Pucuk

Analisis pucuk dihitung dengan menimbang pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk tidak memenuhi syarat.

(8) Sistem Transportasi Pucuk

Pengamatan terhadap proses penanganan pucuk sebagai bahan baku olahan dengan melihat jumlah unit kendaraan yang diperlukan, kapasitas angkut, dan jenis angkutan yang digunakan untuk pengangkutan pucuk.

Analisis Data dan Informasi

Data primer yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mencari rata-rata, presentase hasil pengamatan, dan perhitungan statistik sederhana dengan menggunakan standar deviasi, uji-t dalam membandingkan setiap pengamatan, regresi, dan korelasi. Sedangkan analisis kualitatif berupa analisis deskriptif yang mengubah kondisi dari suatu kegiatan.

KEADAAN UMUM

Sejarah PT Perkebunan Tambi

Perusahaan Perkebunan Tambi sekitar tahun 1865 merupakan perusahaan perkebunan milik Belanda dengan nama Bagelen Tehe dan Kina Maatschaappij yang berada di Netehrland. Perusahaan tersebut dikelola di Indonesia oleh NV John Peet yang berkantor di Jakarta. Perusahaan Perkebunan Tambi disewakan oleh John Peet kepada pengusaha-pengusaha swasta Belanda, yaitu D. Van Der Sluijs (Unit Perkebunan Tanjungsari) dan kepada W. D. Jong (Unit Perkebunan Tambi dan Bedakah). Perkebunan tersebut pada tahun 1880 dibeli oleh Mr. M. P. Van Den Berg, A. W. Holle, dan Ed Jacobson yang kemudian secra bersama-sama mendirikan Bagelen Tahe en Kina Maatschaappij di Wonosobo, yang dalam kepengurusan diserahkan kepada Firman John Peet dan Co yang berkedudukan di Jakarta.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, perusahaan Perkebunan Tambi secara otomatis diambil alih oleh Pemerintah RI dan para pekerjanya diangkat menjadi Pegawai Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1950 diadakan Konferensi Meja Bundar di Belanda yang menghasilkan keputusan bahwa perusahaan harus diserahkan kembali kepada pemilik semula. Pada tahun 1954 keadaan perusahaan tidak menentu yang kondisinya sudah sangat memburuk akibat revolusi fisik antara Indonesia dengan Belanda, sehingga perusahaan dijual kepada NV Eks PPN Sindoro Sumbing yang merupakan perusahaan yang didirikan oleh Eks Pegawai Perusahaan PPN. Pada tahun 1957 Eks PPN Sindoro Sumbing bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Wonosobo untuk mendirikan sebuah perusahaan baru dengan modal 50% dari PT eks PPN Sindoro Sumbing dan 50% dari Pemda Wonosobo. Perusahaan baru tersebut diberi nama PT Perkebunan Tambi yang disahkan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 18 April 1958. Pada tahun 2010 saham PT Perkebunan Sindoro Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra (IGP).

Letak Wilayah Administratif

PT Perkebunan Tambi memiliki tiga unit perkebunan dan kantor direksi dengan lokasi yang berbeda, yaitu:

1. Unit Perkebunan dan Pabrik Tambi di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.

2. Unit Perkebunan dan Pabrik Bedakah di Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo.

3. Unit Perkebunan dan Pabrik Tanjungsari di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo.

Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak kurang lebih 16 km dari kota Wonosobo ke arah utara dan di lereng Gunung Sindoro bagian barat. Unit Perkebunan Tambi terbagi menjadi 4 blok yaitu:

1. Blok Taman.

Terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 300 - 1 500 m di atas permukaan laut (dpl).

2. Blok Pemandangan.

Terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 500 - 2 100 m dpl.

3. Blok Panama.

Terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 250 - 1 500 m dpl.

4. Blok Tanah Hijau.

Terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat 1 000 - 1 250 m dpl.

Batas-batas Unit Perkebunan Tambi adalah sebagai berikut: sebelah utara Dusun Tambi, Kejajar, Hutan Perhutani; sebelah timur Dusun Sikatok, Desa Cangal, Hutan Perhutani; sebelah barat Desa Maron, Hutan Perhutani; sebelah selatan Dusun Kalitengah, Desa Jengkol, Desa Tlogo, Hutan Perhutani.

Kantor direksi terletak di Jalan Tumenggung Jogonegoro no. 39, Wonosobo. Pembangunan kantor direksi bertujuan untuk memudahkan koordinasi antara unit

perkebunan dan memudahkan hubungan kerjasama dengan para relasi perusahaan. Selain kantor direksi, dibangun juga kantor kebun dan kantor induk yang terletak di tiap unit perkebunan yang memiliki hak otonomi untuk mengurus rumah tangga unit perkebunan itu sendiri.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Unit Perkebunan Tambi memiliki areal seluas 273.17 ha yang digunakan untuk areal tanaman teh seluas 247.35 ha, memiliki agrowisata, emplasmen/kantor, pabrik pengolahan teh hitam, jalan besar, alur/jurang, dan lapangan. Penggunaan lahan di Unit Perkebunan Tambi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan Lahan Unit Perkebunan Tambi pada Tahun 2012

Penggunaan Lahan Blok

Taman Pemandangan Panama Tanah Hijau Jumlah ………...(ha)……….……….

I. Luas Areal Tanaman

1. TTM 7.11 15.60 17.99 22.84 63.54 2. TMM 46.12 61.16 49.24 18.51 175.03

3. TBM 4.66 2.62 7.28

4. Pembibitan 1.50 1.50

Jumlah 57.89 76.76 71.35 41.35 247.35 II. Luas Areal Non

Tanaman 1. Agrowisata 2.05 2. Emplasmen / Kantor 11.29 3. Pabrik 1.66 4. Jalan Besar 7.88 5. Alur / Jurang 2.25 6. Lapangan 0.69 Jumlah 25.82 Total 273.17

Keterangan: TTM= Tanaman tua menghasilkan, TMM= Tanaman muda menghasilkan, TBM= Tanaman belum menghasilkan

Bahan tanam teh yang ada di Unit Perkebunan Tambi berasal dari klon dan seedling. Klon-klon tanaman teh yang di tanam di Unit Perkebunan Tambi terdiri atas: Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Gambung 9, TRI 2024, TRI 2025, Kiara, dan Cin 143. Klon Gambung 7 merupakan klon unggulan di Unit Perkebunan Tambi (Lampiran 6). Tanaman jenis seedling yaitu Hibrid dan Asam. Tipe tanaman yang diamati untuk pengamatan adalah Gambung 7, TRI 2025, Hibrida, dan Asam. Hal ini dikarenakan keempat tipe tersebut terdapat di empat blok yang ada di UP Tambi.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Produksi teh merupakan hasil dari perkebunan yang merupakan target yang harus dicapai agar mendapatkan keuntungan. Produksi teh dalam kurun waktu lima

Dokumen terkait