• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Persiapan Bahan Tanam dan Pembibitan

Pemilihan varietas jeruk yang akan ditanam di Kebun Blawan mempertimbangkan aspek agroklimat, pasar, dan teknis di lapangan. Bibit jeruk yang akan ditanam harus bermutu baik, PTPN XII dalam hal ini mengadakan kerjasama dengan Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) untuk memenuhi kriteria tersebut. Alur pengadaan bibit jeruk di Kebun Blawan, PTPN XII terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2 Alur pengadaan bibit jeruk Kebun Blawan PTPN XII Direksi

Sertifikasi bibit jeruk Balitjestro Survey kesesuaian lahan Pembuatan bibit Jenis jeruk Balitjestro

Bibit jeruk bebas penyakit

Bibit jeruk diterima kebun Kebun

10

Selain bibit dari Balitjestro, pihak PTPN XII juga memproduksi bibit jeruk dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pergantian tanaman yang mati dan peremajaan. Metode perbanyakan bibit yang digunakan di Kebun Blawan ada dua yaitu metode sambung stek dan stek sambung. Alat dan bahan yang digunakan dalam perbanyakan bibit ini yaitu gunting pangkas, pisau okulasi, plastik polietilen, rootone F, batang atas jeruk Madu Terigas, batang bawah jeruk JC, dan jeruk JC yang telah tumbuh dalam polybag dan berdiameter ±1cm. Calon bibit hasil sambung stek dan stek sambung dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Hasil pembibitan sambung stek dan stek sambung

Persentase keberhasilan dengan metode sambung stek adalah 80% sedangkan metode stek sambung adalah 60%, keahlian karyawan juga sangat menentukan keberhasilan bibit yang hidup. Rata-rata karyawan yang memiliki keahlian dalam bidang ini dapat menghasilkan 50 bibit sambung stek dan 100 bibit stek sambung per hari, standar kerja untuk kegiaatan ini belum ditentukan dan hanya dikerjakan oleh satu orang karyawan khusus dengan keahlian menyambung bibit.

Penyulaman, Persiapan Tanam dan Penanaman

Penyulaman dilakukan dengan tujuan mengganti tanamanan pokok yang mati atau tanaman yang terserang hama dan penyakit untuk menjaga populasi tanaman tetap sama. Persiapan tanam dimulai dengan membuat lubang tanam pada telah ditentukan sebelumnya berdasarkan jarak tanam 4 x 4 m. Lubang tanam dibuat berbentuk persegi dengan ukuran 60 x 60 cm dan kedalaman ± 60 cm. Lubang tanam dibiarkan sekitar satu bulan sebelum dilakukan penanaman dengan tujuan sanitasi tanah.

Penanaman bibit jeruk dilakukan pada waktu pagi hari, lubang tanam yang telah dibuat sebelumnya saat akan dilakukan penanaman diberi pupuk kandang ±20 kg yang dicampur dengan tanah bekas galian dan dimasukkan kedalam lubang tanam. Bibit jeruk sebelum ditanam dasar polybag dipotong ±1 cm menggunakan sabit atau gunting pangkas yang bertujuan untuk membuang akar jeruk yang melingkar pada dasar polybag sehingga perakaran baru dapat berkembang dengan baik setelah penanaman. Hal yang harus diperhatikan saat

11 penimbunan tanah yaitu tanah tidak boleh melebihi bidang pertautan batang bawah dan batang atas untuk menghindari serangan phytopthora pada batang atas. Proses penanaman jeruk disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Proses penanaman jeruk; a) pencampuran media tanam, b) bibit siap tanam, c) penanaman

Standar kerja berdasarkan SOP, 1 HOK dapat menanam sebanyak 25 tanaman, dalam pelaksanaan di lapangan 1 HOK mampu menanam rata-rata 30 tanaman atau prestasi kerja berdasarkan SOP tercapai. Prestasi kerja yang dicapai karyawan melebihi standar kerja karena bahan-bahan yang dibutuhkan seperti pupuk dan bibit lokasinya dekat sehingga pekerja dapat dengan cepat menyelesaikan 1 lubang tanam.

Pemeliharaan Tanaman

Keadaan pertanaman jeruk yang ada di Afdeling Besaran, Kebun Blawan, PTPN XII meliputi Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pengairan, pemangkasan, pengendalian gulma, pemeliharaan gawangan, pemeliharaan piringan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit, serta penjarangan buah.

Pengairan

Sumber utama air bagi tanaman jeruk di Afdeling Besaran Kebun Blawan adalah air sungai. Pengelolaan akan kebutuhan air bagi tanaman di Kebun Blawan dilakukan dengan membuat saluran pembuangan air dan melakukan penyiraman. Pembuatan saluran pembuangan air dilakukan untuk menghindari kelebihan air didaerah yang draenasinya kurang baik menjelang musim penghujan, sedangkan penyiraman dilakukan hanya pada musim kemarau.

Pengairan di Afdeling Besaran dilakukan dengan cara irigasi piringan dan dilakukan oleh tenaga yang sudah terlatih dengan cara mengalirkan air menggunakan selang panjang dari pipa sumber air kedalam petakan tanaman dan saluran pupuk sampai kecepatan penurunan air melambat (10-15 l /pohon). Penyiraman tanaman dilakukan pada pagi hari dan sore hari, setelah pemupukan juga dilakukan penyiraman ringan untuk mempercepat proses penyerapan hara. Berdasarkan SOP 1 HOK dapat menyiram 100 pohon TBM, sedangkan untuk TM hanya 50 pohon. Hasil pengamatan di lapangan 1 HOK dapat menyiram rata-rata 60 pohon TM, sedangkan TBM rata-rata 1 HOK dapat menyiram 105 pohon. Karyawan tidak mendapat reward apapun bila hasil kerja melebihi standar, namun bila kurang karyawan akan mendapat teguran dari mandor agar lebih giat.

12

Pemangkasan

Kegiatan pemangkasan pada tanaman jeruk dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tanaman, menghambat perkembangan hama penyakit, memudahkan pengelolaan kebun, menghasilkan buah yang bermutu, mempertahankan produktivitas tanaman, dan memperpanjang umur tanaman. Pemangkasan yang dilakukan di Afdeling Besaran yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan wiwil.

Pemangkasan bentuk dilakukan pada Tnaman Belum Menghasilkan (TBM) dengan tujuan membentuk dahan tanaman dan juga mengatur jumlah cabang yang akan dipelihara sehingga jumlah cabang tanaman tetap seimbang. Pemangkasan bentuk mulai dilakukan pada tanaman tahun pertama yang tingginya sudah melebihi 75 cm. Kriteria cabang yang harus dibuang yaitu cabang yang tumbuh di batang bawah, cabang yang pertumbuhannya kurang baik dan tunas air pada batang utama. Jumlah cabang yang disisakan untuk dipelihara rata-rata berjumlah 3-4 cabang yang berselang-seling, sepanjang ±30 cm pada batang utama tidak boleh tumbuh tunas. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan bentuk yaitu gunting pangkas.

Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada tanaman yang sudah berproduksi. Tujuan pemangkasan pemeliharaan yaitu untuk sanitasi kebun dan menjaga produktivitas tanaman. Tahapan pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan membuang tunas yang tumbuh tegak lurus keatas dan kedalam, tangkai bekas buah, cabang/ranting yang mati atau terserang penyakit, dan cabang/ranting yang terlalu rimbun dan tumpang tindih. Pemangkasan pemeliharaan di Afdeling Besaran dilakukan setelah panen, alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan bentuk yaitu gunting pangkas dan gunting pangkas tarik.

Wiwil dilakukan pada TBM bersamaan pada saat pemangkasan bentuk, yaitu dengan membuang tunas air yang tumbuh pada batang bawah. Kegiatan wiwil sangat penting untuk menghindari gangguan pertumbuhan batang atas, wiwil biasa dilakukan dua bulan sekali dan biasanya lebih cepat apabila musim penghujan. Kegiatan pemangkasan di Afdeling Besaran dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kegiatan pemangkasan; a) bentuk, b) pemeliharaan, c) wiwil

Pengendalian gulma

Pengendalian gulma di Kebun Blawan PTPN XII dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit dan cangkul. Beberapa jenis gulma rumput dominan yang ada di Afdeling Besaran Kebun Blawan yaitu Brachiaria mutica dan Eleusine indica, sedangkan gulma daun lebar yang dominan yaitu Ageratum conyzoides dan Bidens biternata. Kegiatan pengendalian gulma ini dilakukan pada saat pemeliharaan gawangan dan pemeliharaan piringan pohon.

13 Pemeliharaan gawangan adalah kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan dengan membabat seluruh gulma liar yang tumbuh diantara baris tanaman dengan menggunakan sabit. Jenis pembabatan yang dilakukan adalah pembabatan biasa (4-6 cm) dari permukaan tanah. Prestasi kerja rawat gawangan yang dicapai karyawan rata-rata 0.15-0.18 ha HOK-1, sedangkan berdasarkan SOP 1 HOK mampu menyelesaikan 0.2 ha. Prestasi kerja yang dicapai belum sesuai SOP tetapi sudah cukup mendekati, hal ini karena prestasi kerja rawat gawangan bergantung pada ketebalan gulma dan juga kemiringan lahan.

Pemeliharaan piringan pohon adalah kegiatan yang biasa dilakukan ketika mendekati waktu pemupukan. Kegiatan pemeliharaan piringan dilakukan dengan cara memperbaiki terasan yang telah ada dan memperbaiki lubang alur pupuk serta membersihkan gulma yang tumbuh di atas piringan pohon dengan menggunakan cangkul. Tujuan pemeliharaan piringan yaitu untuk menghindari persaingan tanaman pokok dan gulma dalam penyerapan hara dan juga persiapan kegiatan pemupukan sehingga mempermudah pelaksanaan pemupukan. Prestasi kerja rawat piringan 1 HOK rata-rata mampu menyelesaikan 20-25 pohon, prestasi kerja bergantung pada ketebalan gulma dan kemiringan lahan.

Pengendalian hama dan penyakit

Cara pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan di Afdeling Besaran yaitu secara kimiawi dan mekanis. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah monitoring hama dan penyakit atau EWS (Early Warning System), waktu aplikasi kegiatan pengendalian hama dan penyakit di Afdeling Besaran dilakukan secara berkala sesuai jadwal yaitu pada minggu pertama bulan berjalan dilakukan penyemprotan deterjen, minggu kedua aplikasi bubur kalifornia (campuran kapur 4 kg, belerang 2 kg, Cu 20 g dan air), minggu ketiga aplikasi insektisida, dan minggu keempat aplikasi fungisida. Pengendalian secara mekanis dilakukan bersamaan pada waktu pemangkasan dengan membuang ranting atau cabang yang terserang penyakit.

Pengamatan terhadap hama dan penyakit dilakukan setiap minggu untuk mengetahui tingkat dan keparahan serangan hama dan penyakit pada pertanaman jeruk yang ada di Kebun Blawan. Jumlah pohon dan tingkat keparahan serangan hama dan penyakit pada TM dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6.1 Jumlah pohon TM terserang hama penyakit dari total 25 pohon tanaman sampel. Tungau 7% Thrips 9% Kutu Sisik 13% Lalat Buah 14% Kutu Daun 7% Ulat Daun 9% Ulat Peliang 16% Antraknosa 8% Embun Jelaga 15% Kanker 2%

14

Gambar 6.2 Tingkat keparahan serangan hama penyakit pada TM dari total 25 pohon tanaman sampel

Hasil pengamatan terhadap TBM, beberapa jenis hama dan penyakit dominan yang menyerang pertanaman jeruk TBM yaitu ulat daun, ulat peliang, dan antraknosa. Jumlah pohon dan tingkat keparahan serangan hama dan penyakit pada TBM dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Jumlah pohon TBM yang diserang hama penyakit TBM (a) dan Tingkat keparahan serangan hama penyakit TBM dari total 25 pohon tanaman sampel

Hama dan penyakit pada TM yang perlu dikendalikan di Afdeling Besaran yang dapat menyebabkan menurunnya hasil dan kualitas buah yaitu kutu sisik (Lepidosaphes beckii) dan tungau (Tetranychus sp.). Penyemprotan larutan deterjen dan insektisida berbahan aktif imidaclorpid dilakukan untuk mengendalikan serangan kutu sisik pada buah dan daun, sedangkan kutu sisik pada batang dikendalikan dengan aplikasi bubur kalifornia. Bubur kalifornia merupakan bubur dengan campuran kapur sebanyak 4 kg, belerang sebanyak 2 kg, serta Cu sebanyak 20 g. Tungau (Tetranychus sp.) pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan larutan belerang dengan konsentrasi 200 cc/l air pada permukaan daun dan buah. Gejala serangan hama kutu sisik dan tungau dapat dilihat pada Gambar 8.

Tungau 3% Thrips 12% Kutu Sisik 20% Lalat Buah 4% Kutu Daun 14% Ulat Daun 17% Ulat Peliang 4% Antraknosa 14% Embun Jelaga 11% Kanker 1% (a) (b)

15

Gambar 8 Gejala serangan hama kutu sisik dan tungau; a) kutu sisik, b) tungau Hama dan penyakit lain yang juga perlu dikendalikan yaitu lalat buah (Drosophila melanogaster), thrips (Scirtotfrips citri), kutu daun (Aphis gossypii), ulat peliang (Phyllocnistis citrella), ulat daun (Papilio demolion), kanker (Citrus cancer), embun jelaga (Odidium sp.), dan antraknose (Colletotrichum gloeosporioides). Pengendalian hama lalat buah yaitu dengan memasang perangkap yang terbuat dari botol plastik yang dalamnya diberi atraktan berbahan aktif Metil eugenol yaitu 1 ml petrogenol yang disuntikan ke kapas yang digantung dalam perangkap botol plastik. Thrips pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif alfametrin konsentrasi 15 g/l dengan dosis 150 cc/ha dengan menggunakan. Kutu daun pengendaliannya yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif imidacloprid konsentrasi 200 g/l dengan dosis 150 cc/ha atau insektisida berbahan aktif dimetoat konsentrasi 396 g/l dengan dosis 150 cc/ha. Ulat peliang pengendaliannya yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif imidacloprid konsentrasi 200 g/l dengan dosis 150 cc/ha atau insektisida berbahan aktif dimetoat konsentrasi 396 g/l dengan dosis 150 cc/ha. Ulat daun pengendaliannya yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif dimetoat konsentrasi 396 g/l dengan dosis 150 cc/ha dengan menggunakan alat semprot sprayer punggung. Gejala serangan hama lalat buah, thrips, kutu daun, ulat peliang dan ulat daun dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Gejala serangan hama lalat buah, thrips, kutu daun, ulat pelian dan ulat daun; a) lalat buah, b) thrips c) kutu daun, d) ulat peliang, e) ulat daun

a b

c b

a

16

Penyakit kanker pengendaliannya dengan aplikasi bubur kalifornia, embun jelaga dengan penyemprotan larutan deterjen dan antraknose pengendaliannya secara mekanis yaitu dengan membuang bagian tanaman yang terkena penyakit menggunakan gunting pangkas dan membuangnya jauh dari pertanaman.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan yang dilakukan di Afdeling Besaran, Kebun Blawan secara garis besar dibedakan berdasarkan keadaan pertanaman (TBM dan TM). Aspek teknis ini selanjutnya akan dibahas secara tersendiri dalam bab pembahasan.

Penjarangan buah

Penjarangan buah dilakukan pada pohon yang mempunyai buah lebat dengan tujuan memberikan ruang bagi buah untuk dapat tumbuh maksimal sehingga menghasilkan buah yang berpenampilan baik, seragam dan mengurangi resiko kerusakan atau kematian tanaman. Penjarangan buah dilakukan pada pohon yang mempunyai buah lebat dan dilakukan pada saat ukuran buah sebesar kelereng atau berdiameter ±1-2 cm. Buah yang dipetik terutama yang letaknya bergerombol atau jumlahnya lebih dari dua buah per tangkai, ukurannya paling kecil, cacat dan berpenampilan jelek. Contoh kegiatan penjarangan buah dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Penjarangan buah; a) sebelum penjarangan, b) setelah penjarangan Pada panen tanggal 14 Februari 2012, diperoleh buah dengan ukuran diameter ±6 cm yang jumlahnya paling banyak sekitar 75% karena pada awalnya tidak dilakukan penjarangan buah. Oleh karena itu Asisten Tanaman langsung mengintruksikan untuk segera dilakukan penjarangan buah, pada saat penjarangan buah pertama buah yang dikurangi berukuran lebih besar dari semestinya (diameter > 2 cm). Buah hasil penjarangan ini dimanfaatkan untuk dijual sebagai bahan pembuat minuman es jeruk di penginapan milik Kebun Blawan. Alat yang digunakan untuk penjarangan buah yaitu gunting pangkas. Prestasi kerja berdasarkan SOP belum ditentukan, namun rata-rata 1 HOK mampu melakukan penjarangan buah pada 25 pohon.

Pemanenan

Sebelum panen terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang meliputi gunting pangkas, keranjang buah, tangga segitiga, dan timbangan. Satu minggu sebelum panen juga telah dilakukan taksasi panen untuk memperkirakan hasil

17 panen sehingga alat dan bahan yang disiapkan mencukupi. Selain itu aplikasi pestisida juga dihentikan dua minggu sebelum panen.

Waktu panen jeruk merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu buah sampai ditangan konsumen. Jika dipanen muda rasanya masam, kulit buah mudah keriput dan daya simpannya pendek. Begitu juga jika dipanen terlalu masak buah akan cepat busuk. Kriteria buah jeruk yang dapat dipanen yaitu buah menjelang masak dengan ukuran diameter rata-rata 6 cm, kulitnya sudah menguning 50% dan tekstur buah tidak terlalu keras, buah dengan warna kuning sekitar 25% namun bila bagian bawah buahnya ditekan dengan jari terasa agak lunak maka buah sudah dapat dipanen.

Pemanenan buah dilakukan dengan memetik buah jeruk dari pohon menggunakan gunting pangkas dengan cara memotong tangkai buah sedekat mungkin dengan buah, tujuannya yaitu agar tangkai buah tidak merusak buah lain pada saat pengumpulan buah. Buah yang dipetik ditampung terlebih dahulu dalam baki atau ember, setelah baki atau ember penuh barulah kemudian buah dibawa ketempat penampungan buah yang lebih besar yaitu berupa keranjang plastik berbentuk persegi panjang dengan ukuran 60cm x 40cm x 40cm yang diletakkan ditempat teduh. Jumlah karyawan dalam kegiatan pemanenan yaitu sebanyak 6 orang, prestasi kerja berdasarkan SOP belum ditentukan namun rata-rata 1 HOK mampu memanen sebanyak 50 kg. Kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Kegiatan pemanenan; a) pemetikan, b) pengumpulan dalam wadah kecil, c) pengumpulan ke tempat sortasi

Produktivitas jeruk keprok di Afdeling Besaran tahun pertama yaitu 7.9 kg/pohon/tahun. Jeruk keprok tahun pertama berbuah dapat berproduksi rata-rata 10-15 kg/pohon/tahun (Balitjestro 2014), sementara di Sambas keprok Madu Terigas panen tahun pertama produktivitas tanaman mencapai 20 kg/pohon/tahun. Rendahnya produktivitas jeruk keprok Madu Terigas di Afdeling Besaran diduga karena kurang optimalnya adaptasi varietas keprok Madu Terigas terhadap ketinggian kebun Blawan yang di atas 700 m dpl, berbeda dengan lokasi di Sambas yang memiliki ketinggian < 400 m dpl. Menurut Sutopo (2011b) keprok Madu Terigas optimal ditanam pada dataran rendah <400 m dpl dan kurang optimal pada dataran medium 400-700 m dpl serta tidak direkomendasikan pada dataran tinggi >700 m dpl.

Selain produktivitasnya yang lebih rendah, waktu panen keprok Madu Terigas di Afdeling Besaran Kebun Blawan dari mulai munculnya bunga hingga siap panen juga lebih lama yaitu 7-8 bulan bila dibandingkan yang ditanam di dataran rendah seperti Sambas yang hanya 6 bulan. Namun ada kelebihan keprok Madu Terigas yang ditanam di Afdeling Besaran ini yaitu warnanya yang lebih

18

kuning atau jingga terang sehingga lebih menarik bagi konsumen dibandingkan jeruk keprok Madu Terigas Sambas, hal ini karena di dataran tinggi perbedaan suhu siang dan malam yang tegas saat siang panas dan malam dingin. Perbedaan suhu dingin pada malam hari ini mendorong munculnya warna jingga pada kulit buah (Sutopo 2011b). Warna buah jeruk keprok Madu Terigas di Afdeling Besaran dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Warna jeruk keprok Madu Terigas Afdeling Besaran; a) dalam satu pohon, b) dalam satu tangkai

Pengolahan hasil

Setelah semua buah selesai dipanen, selanjutnya dilakukan grading buah dengan menggunakan alat grading yang terbuat dari triplek berlapis aluminium berbentuk persegi panjang dengan ukuran 25cm x 12 cm dengan tiga lubang berbentuk lingkaran. Lubang B yang terletak paling kiri merupakan lubang yang berukuran paling besar dengan diameter 7 cm, lubang C yang terletak ditengah memiliki diameter 6 cm, dan lubang D yang terletak paling kanan memiliki diameter paling kecil yaitu 5 cm.

Setelah semua buah selesai digrading, selanjutnya dilakukan pembersihan buah dari sisa-sisa kotoran pada permukaan kulit buah dan embun jelaga serta kutu kudis. Alat yang digunakan untuk membersihkan buah yaitu sikat pakaian dengan bulu-bulu yang halus dan kain lap. Selama pembersihan juga dilakukan sortasi buah yang cacat atau berpenampilan tidak menarik seperti luka pada buah dan buah dengan permukaan kulit warna coklat dan kasar, selain itu juga dilakukan pemotongan tangkai buah yang kurang pendek dengan menggunakan gunting pangkas

Setelah semua buah selesai dibersihkan, buah selanjutnya dibawa ketempat pengepakan buah. Tempat untuk mengepak buah terbuat dari kayu berberntuk kotak persegi berlubang-lubang dengan ukuran 50x40x40 cm yang dasarnya diberi alas koran. Buah di pack sesuai gradenya dan sebelum di masukkan dalam kotak pengepakan terlebih dahulu dilakukan penimbangan. Setiap kotak berisi buah dengan berat 21 kg dan ditutup dengan bagian atas kotak diberi label yang berisi nomor kotak dan bobot buah dalam kotak. Penomoran kotak harus berurutan dan dipisah sesuai dengan grade masing-masing, jumlah panen dan hasil pengepakan dicatat oleh mandor. Selanjutnya buah dikirimkan ke Surabaya untuk dipasarkan, buah dijual dengan sistem all grade dengan harga Rp15.000/kg. Kegiatan pengolahan hasil dapat dilihat pada Gambar 13.

19

Gambar 13 Pengolahan hasil; a) grading, b) pembersihan, c) pengepakan

Hasil panen pada bulan Februari dan April 2012 sebanyak 494 kg berdasarkan grade disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Persentase kelas buah hasil panen bulan Februari dan April 2012

Grade Buah Hasil Panen (kg) Persentase (%)

A ( diameter > 7cm) 9.8 2

B (diameter 6.1-7.0 cm) 113.6 23

C (diameter 5.1-6.0 cm) 355.9 68

D (diameter < 5 cm) 34.5 7

Sumber: Hasil Pengamatan 2012

Hasil panen sebanyak 494 kg diperoleh rata-rata buah grade A 2%, grade B 23%, grade C 68% dan grade D 7%. Data dari beberapa provinsi di Indonesia menunjukkan hasil panen jeruk keprok terigas yang dicapai petani rata-rata grade A dan B 30-40 % (Badan Litbang Pertanian 2012). Rendahnya jumlah buah jeruk grade A dan B yang dihasilkan di Afdeling Besaran karena kebun belum menerapkan penjarangan buah sehingga persentase buah grade C yang dipanen tinggi. Untuk memperoleh buah grade A dan B yang lebih tinggi kebun mulai menerapkan penjarangan buah setelah panen awal Februari 2012.

Pergantian Tanaman Tidak Produktif

Jeruk varietas Pulung yang ditanam tahun 2008 hingga 2012 masih belum menghasilkan buah, oleh karena itu manajer kebun memerintahkan untuk dilakukan perbaikan tanaman dengan mengganti varietas Pulung dengan Madu Terigas karena permintaan terhadap jeruk ini sangat tinggi. Metode perbaikan tanaman yang digunakan yaitu dengan teknik “top working’. Top working adalah teknik perbaikan tanaman yang dilakukan pada tanaman dewasa yang sudah mempunyai perakaran yang cukup kuat dan dapat dilakukan secara grafting maupun okulasi (PTPN XII 2010).

Perbaikan tanaman di Afdeling Besaran dilakukan dengan mengganti varietas jeruk pulung yang tidak produktif dengan varietas Madu Terigas dengan cara okulasi. Bahan okulasi diambil diambil dari tanaman jeruk Madu Terigas yang sudah berbuah, karakter bahan okulasi yang akan digunakan yaitu bagian tanaman yang sedang dalam fase vegetatif dan tidak terserang hama dan penyakit serta pertumbuhannya baik. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu pisau

20

okulasi, gunting dan plastik polietilen. Langkah-langkah okulasi dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Langkah-langkah okulasi; a) pembuatan sayatan T, b) penyambungan tunas, c) pengikatan tunas

Hasil okulasi dapat dilihat atau dibuka plastiknya 15 hari kemudian, bila hasil okulasi hidup dan berkembang maka akan dibiarkan cabang baru tumbuh hingga dua atau tiga bulan baru batang atas tanaman lama dipotong dekat dengan pertautan menggunakan gergaji. Kegiatan perbaikan tanaman dengan teknik top

Dokumen terkait