• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis Pembibitan

Total luas areal pembibitan (nursery) di BSRE adalah 16.50 ha terletak di Sub-Divisi I, divisi III Dolok Ulu. Klon karet yang dominan digunakan sebagai batang atas (entres) terdiri dari PB 260, PB 330, PB 340, DMI 11, DMI 13, dan DMI 35. Kegiatan pembibitan terdiri dari dua bagian inti yaitu kegiatan di kebun entres dan kegiatan di areal pembibitan batang bawah untuk okulasi hingga bibit siap tanam. Kegiatan inti di pembibitan yaitu kegiatan okulasi. Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman, prunning (pewiwilan), pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan di pembibitan dimulai pada pukul 07.00 WIB- 12.00 WIB (5 jam hari-1) karena sistem tenaga kerja di pembibitan menggunakan sistem borongan. Kegiatan teknis yang dilakukan di lahan pembibitan yaitu pengecambahan benih dengan cara penyemaian, okulasi, seleksi hasil okulasi, penyerongan (cut back), pewiwilan, seleksi bibit siap tanam, pengangkutan bibit, pengendalian gulma, pemberian pupuk dasar, dan pemeliharaan kebun entres.

Penyemaian. Benih karet yang digunakan untuk batang bawah dari klon campur dikarenakan susahnya mencari benih karet dari klon yang memiliki kriteria dan baik untuk digunakan sebagai batang bawah. Kegiatan pengecambahan benih karet untuk batang bawah di BSRE dilakukan dengan cara menyemai di dalam bedengan semai di lokasi yang strategis, dekat dengan plot pembibitan, dekat dengan sumber air, dan terletak di bawah tegakan pokok tanaman karet menghasilkan sebagai naungan. Bedengan atau alur semai dibuat persegi panjang dengan ukuran lebar 0.8 m, panjang 15 m, dan dalam 5 cm. Setelah bedengan atau alur semai dibuat dan dialasi pasir kemudian benih karet yang sudah direndam ditabur merata kemudian ditutup kembali dengan menggunakan pasir. Kegiatan persemaian dilakukan kurang lebih selama satu minggu hingga benih mencapai stadia bintang. Klon yang digunakan yaitu klon campur dengan daya berkecambah rata-rata 70%. Permasalahan dalam persemaian benih yaitu pertumbuhan benih yang tidak merata karena penggunaan klon campur, pengaruh naungan, dan faktor lingkungan. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi naungan dan menanam benih lebih banyak. Kegiatan persemaian dapat dilihat pada Gambar 1.

16

Norma kerja untuk pengecambahan benih adalah 1 bedeng HK-1. Pekerja dapat menghasilkan 1.5 bedeng HK-1 dan penulis dapat menghasilkan 1 bedeng HK-1. Prestasi kerja pekerja sudah melebihi norma yang ditentukan perusahaan karena pekerja sudah berpengalaman dan terbiasa mengerjakannya.

Pada setiap polybag ditanam sebanyak 3 benih. Setelah mencapai fase payung satu dilakukan seleksi (culling) hingga menyisakan satu batang bawah

polybag-1. Salah satu keuntungannya proses penanaman 3 benih polybag-1 yaitu kemungkinan untuk mendapatkan batang bawah yang baik dan jagur lebih besar dan benih tumbuh seragam, tetapi kelemahan dari sistem penanaman 3 benih

polybag-1 yaitu benih yang harus disediakan lebih banyak. Norma untuk pengisian tanah ke dalam polybag adalah 160 polybag HK-1. Pekerja dapat menghasilkan 160 polybag HK-1 dan penulis dapat menghasilkan 50 polybag HK-1. Prestasi kerja pekerja sudah memenuhi target yang ditentukan perusahaan sedangkan penulis masih belum bisa memenuhi target karena kegiatan ini membutuhkan keterampilan kerja. Kegiatan penanaman benih dapat dilihat pada Gambar 2.

Okulasi. Jenis okulasi yang digunakan di lahan pembibitan BSRE adalah okulasi hijau. Batang bawah yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dan jagur dengan umur mencapai 3-4 bulan di pembibitan. Kondisi bibit telah memiliki daun payung satu dengan diameter batang rata-rata 1.5 cm. Batang atas (mata entres) yang digunakkan untuk okulasi yaitu klon PB 260, klon PB 330, klon PB 340, klon DMI 11, DMI 13, dan DMI 35. Kegiatan okulasi dilakukan

A B C

A

B C

D E F

Gambar 1 Kegiatan persemaian : pembuatan bedengan semai (A), penaburan pasir (B), penaburan benih karet (C), penutupan dengan pasir (D), penutupan bedengan semai (E), Stadia benih siap tanam (F)

Gambar 2 Kegiatan penanaman benih : mengisi polybag (A), polybag yang sudah siap untuk ditanami (B), penanaman benih (C)

17 langsung pada batang bawah yang sudah ditanam di dalam polybag berukuran 50 cm x 20 cm yang dikerjakan oleh pekerja khusus okulasi.

Tahapan kegiatan pekerja okulasi hijau di BSRE meliputi kegiatan pengambilan mata tunas (entres) di kebun entres dan kegiatan okulasi yang dikerjakan di kebun pembibitan. Kegiatan teknis okulasi dimulai dengan membuat jendela okulasi dengan membuka sepertiga dari lingkaran batang pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah polybag. Kemudian saat menunggu getah jendela okulasi mengering, dilakukan pengambilan mata tunas dari batang entres dengan menyertakan sedikit kayu yang menutupi mata tunas. Perisai yang telah siap segera ditempelkan ke jendela okulasi dengan hati-hati kemudian dibalut dengan plastik okulasi dimulai dari bawah ke atas dengan tujuan agar air hujan tidak masuk ke dalam okulasi.

Perusahaan memberikan target 16 pokok okulasi hidup per jam, jadi dalam 7 jam kerja ditargetkan 112 okulasi hidup. Waktu efektif pekerja melakukan okulasi dalam satu hari yaitu 7 jam dengan rata-rata jumlah okulasi yang dihasilkan yaitu 300 okulasi, jadi pekerja rata-rata dapat menghasilkan 43 okulasi jam-1. Pekerja hanya membutuhkan keberhasilan okulasi sebesar 63 %. Tetapi apabila keberhasilan mencapai > dari 95 % pekerja akan mendapatkan premi okulasi. Penulis menghasilkan 105 okulasi dalam 7 jam kerja atau 105 okulasi HK-1. Penulis masih dalam tahap belajar. Keberhasilan okulasi penulis tidak bisa diketahui karena penulis mengikuti kegiatan okulasi dengan membantu pekerja dan belum bisa memenuhi target perusahaan karena kegiatan okulasi membutuhkan keahlian dan keterampilan kerja. Rumus premi okulasi dan faktor sukses okulasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Faktor sukses okulasi

Sukses okulasi Faktor sukses okulasi

≥ 95 % Rp 100,-

≥95 % dan < 99 % Rp 70,-

< 95 % Rp 50,-

Sumber : (QSP-001 okulasi BSRE)

Contoh perhitungan premi okulasi seorang pekerja okulasi dalam 1 bulan (29 hari kerja) adalah sebagai berikut :

- Target okulasi 16 pokok berhasil jam-1 jadi atau 3 248 pokok berhasil bulan-1.

- Pekerja okulasi menghasilkan rata-rata 200 pokok hari-1 atau 5 800 pokok bulan-1.

- Keberhasilan okulasi 98%, maka pekerja menghasilkan 5 684 pokok berhasil bulan-1.

Perhitungan premi okulasi tersebut adalah sebagai berikut :

Sukses okulasi = 5 684 pokok berhasil bulan-1 Target perusahaan = 3 248 pokok berhasil bulan-1 - Jumlah lebih sukses okulasi = 2 436 pokok berhasil bulan-1 Premi okulasi = 2 436 pokok berhasil bulan-1 x Rp 100,-

18

Kegiatan okulasi dilakukan dua kali rotasi, yaitu apabila pada satu kali okulasi ternyata mata okulasi mati, maka dilakukan okulasi kembali pada rotasi kedua di sepertiga sisi belakang lingkaran batang bawah. Kegiatan ini sangat menentukan produksi bibit yang dihasilkan, oleh karena itu dibutuhkan ketelitian dan keterampilan dalam pengerjaannya. Adapun tahapan kegiatan okulasi dapat dilihat pada Gambar 3.

Pemeriksaan Keberhasilan Okulasi. Pemeriksaan keberhasilan okulasi atau kegiatan melihat keberhasilan dilakukan dengan melihat dan menghitung satu per satu tanaman hasil okulasi. Okulasi yang berhasil ditandai dengan mata tunas yang berwarna hijau, sedangkan okulasi yang gagal ditandai denga mata tunas berwarna cokelat atau hitam. Kegiatan pemeriksaan okulasi dilakukan dua kali pada kontrol 1 dan kontrol 2. Kegiatan kontrol 1 dilakukan pada 21 hari setelah okulasi pertama, kemudian dilakukan okulasi kembali pada rotasi kedua setelah 21 hari kedua dilakukan pembukaan okulasi pada kontrol 2. Kegiatan pembukaan okulasi dilakukan dengan cara membuka plastik pembungkus okulasi. Tingkat persentase keberhasilan okulasi di pembibitan BSRE tergolong tinggi. Pekerja okulasi di BSRE rata-rata memiliki tingkat keberhasilan ± ≥ 90 %. Keterampilan dan pengalaman pekerja okulasi dalam mengokulasi sangat berpengaruh pada persentase tingkat keberhasilan okulasi. Norma untuk kegiatan pembukaan plastik okulasi adalah 1 800 tanaman HK-1. Pekerja dapat menghasilkan 2 005 tanaman HK-1 dan penulis dapat menghasilkan 480 tanaman HK-1. Prestasi pekerja berhasil melebihi target sedangkan penulis belum bisa memenuhi target perusahaan. Hal ini karena pekerja sudah terbiasa dan terampil dalam melakukan pekerjaan ini. Okulasi yang berhasil hidup dari 2 005 tanaman yang dibuka oleh pekerja adalah 1 560 tanaman atau 77.8 % sedangkan okulasi yang berhasil hidup dari 480 tanaman yang dibuka oleh penulis adalah 340 tanaman atau 70.8 %. Kegiatan pembukaan okulasi dapat dilihat pada Gambar 4.

A

D F

B C

E

Gambar 3 Kegiatan okulasi : membuka jendela okulasi (A), pengambilan mata entres (B), penempelan mata entres (C), pembungkusan okulasi (D), hasil okulasi (E), alat dan bahan okulasi (F)

19

Penyerongan. Pemotongan batang bawahdilakukan dengan kemiringan 45˚ pada ketinggian ± 30 cm dari permukaan media dalam polybag, 10–15 cm diatas jendela okulasi. Pemotongan dilakukan menggunakan pisau setelah pembukaan okulasi pada kontrol 2 selesai. Hasil dari okulasi dinamakan bud graft yang nantinya akan digunakan sebagai bahan tanam di lapangan. Penulis tidak melakukan kegiatan ini karena pada saat penulis di pembibitan belum waktunya dilakukan kegiatan penyerongan.

Pewiwilan. Kegiatan pewiwilan dilakukan dengan membuang tunas-tunas yang tumbuh pada bibit hasil okulasi setelah dilakukan penyerongan dengan tetap menjaga tunas yang tumbuh hanya satu yakni tunas yang tumbuh dari mata okulasi yang bertujuan agar proses pertumbuhan pada bibit terpusat pada tunas hasil okulasi (mata okulasi). Kegiatan ini terus dilakukan sampai bibit hasil okulasi memenuhi kriteria siap ditanam di lapangan. Norma kerja untuk pewiwilan adalah 4 800 tanaman HK-1. Pekerja dapat menghasilkan 7 500 HK-1 dan penulis dapat menghasilkan 5 100 tanaman HK-1. Prestasi kerja pekerja dan penulis sudah melebihi target yang ditetapkan perusahaan karena pada dasarnya kegiatan ini mudah dilakukan akan tetapi membutuhkan ketelitian agar tunas hasil okulasi tidak terpotong. Kegiatan penyerongan dan pewiwilan dapat dilihat pada Gambar 5.

Seleksi bibit siap tanam. Kegiatan seleksi bibit siap tanam membutuhkan ketelitian dan keterampilan agar bibit yang ditanam benar-benar bibit yang memiliki kualitas baik dan jagur. Kriteria bibit yang sudah siap ditanam di lapangan diantaranya memiliki daun tua yang berwarna hijau tua, batang tunas sudah seukuran pensil dengan diameter ±1 cm, dan sudah memiliki daun payung 1 serta sudah keluar tunas beras (tunas flush). Bibit yang sudah memenuhi kriteria siap tanam di lapangan kemudian dipisahkan dari plot bedengan pembibitan dan dikumpulkan sehingga memudahkan proses pengangkutan ke areal penanaman. Norma kerja untuk kegiatan seleksi bibit adalah 300 tanaman HK-1. Pekerja dapat menghasilkan 300 tanaman HK-1 dan penulis hanya dapat menghasilkan 79 tanaman HK-1 yang terdiri dari 70 bibit yang baik dan 9 bibit afkir. Kegiatan

Gambar 4 Kegiatan pembukaan okulasi

20

seleksi bibit membutuhkan keahlian dan ketelitian sehingga penulis belum memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan. Kriteria bibit siap tanam dapat dilihat pada Gambar 6.

Standar bibit polybag yang baik adalah bibit dalam kondisi sehat dan jagur, payung daun teratas dalam keadaan tua, tunas tumbuh berasal dari mata okulasi, pertumbuhan tunas jagur dan tegap serta lurus agak menyamping, tunas yang tumbuh membengkok ke atas, kemungkinan berasal dari tunas palsu, tidak tumbuh cabang atau tunas serta polybag dalam keadaan baik dan tidak ada akar yang keluar dari polybag (BPTP Lampung 2008). Adapun bibit yang afkir meliputi bibit yang pertumbuhannya kerdil, batang tunas bengkok, daun yang tidak normal dan bibit yang terserang hama atau penyakit.

Pengangkutan bibit. Proses pengangkutan bibit siap tanam hasil seleksi dari plot bedengan pembibitan yang sudah memenuhi kriteria siap tanam, diprioritaskan bibit yang sudah keluar tuas beras (tunas flush) sehingga masih bisa bertahan di lapangan ketika ditanam pada musim kemarau. Bibit diangkut menggunakan truk dengan jumlah ±500 bibit truk-1. Sebelum diangkut bibit disiram terlebih dahulu sampai jenuh agar pada saat pengangkutan bibit tetap segar. Norma kerja untuk pengangkutan bibit adalah 250 tanaman HK-1. Pekerja dapat menghasilkan 250 HK-1 dan penulis hanya dapat menghasilkan 178 tanaman HK-1. Kegiatan ini membutuhkan ketahan fisik karena kegaiatannya cukup berat. Proses pengangkutan bibit dapat dilihat pada Gambar 7.

Pemupukan dasar lahan pembibitan. Kegiatan pemberian pupuk dasar pada areal pembibitan dilakukan setelah lahan digaru dan diratakan. Pupuk yang

A B C

A B C

Gambar 6 Kegiatan seleksi bibit : bibit yang sudah flush (A), bibit siap tanam (B), bibit afkir (C)

Gambar 7 Kegiatan angkut bibit : pemilihan bibit (A), kegiatan angkut bibit (B), pengangkutan bibit (C)

21 digunakan yaitu CIRP (Christmas IslandRock Phosphate ) dengan dosis 1 ton per hektar. Proses aplikasi pupuk tersebut menggunakan traktor yang dilengkapi dengan alat penabur berupa blower dan bak pupuk. Tanah pada lahan yang sudah dicampur pupuk tersebut akan digunakan untuk mengisi polybag untuk menanam kecambah benih karet untuk batang bawah. Proses aplikasi pupuk menggunakan traktor yang dapat dilihat pada Gambar 8.

Pemeliharaan kebun entres. Areal lebun entres BSRE memiliki luas 9.06 ha dimana terdapat 101 klon koleksi. Klon yang sering digunakan yaitu klon PB 260, klon PB 330, klon PB 340, klon DMI 11, klon DMI 13, dan klon DMI 35. Penanaman di kebun entres menggunakan jarak tanam 1.0 m x 1.25 m dengan sistem bonsai, dimana tanaman terus di toping sehingga dapat menghasilkan tunas-tunas produktif untuk menghasilkan batang entres. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan diantaranya pengendalian gulma manual, pewiwilan, peremajaan tunas, dan penjarangan batang entres. Kegiatan di kebun entres dipusatkan untuk menghasilkan batang entres dan mata okulasi yang bagus. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual oleh pekerja perempuan. Pewiwilan merupakan kegiatan pembuangan tunas liar, tunas samping, dan tunas air. Peremajaan tunas dilakukan dengan penjarangan tunas pada pohon yang dijadikan sumber batang entres. Hal ini bertujuan untuk memelihara tunas calon batang entres agar tumbuh baik. Tunas yang berukuran rata-rata < 1 cm dibuang dengan menggunakan pisau atau gergaji tunas. Penulis mengikuti kegiatan ini dengan mendampingi mandor perawatan dan mengawasi 7 pekerja dalam 9.06 ha. Norma kerja untuk pekerjaan ini adalah 5 ha HK-1, sedangkan prestasi kerja rata-rata penunas adalah 3 ha HK-1. Prestasi kerja pekerja masih belum memenuhi norma, tetapi kualitas kerja yang dihasilkan cukup baik. Kegiatan di kebun entres dapat dilihat pada Gambar 9.

A B

Gambar 8 Aplikasi pupuk dasar

22

Aspek Manajerial Asisten Sub-Divisi

Asisten Sub-Divisi memilki kewenangan dan tanggung jawab terhadap wilayah atau divisi yang dikelolanya sesuai dengan ketetapan SOP lapangan PT BSRE. Tugas-tugas yang menjadi kewenangan Asisten Sub-Divisi adalah melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan penyadapan di wilayahnya secara rutin, memastikan bahwa pengumpulan lateks dan cup lump menuju stasiun lateks sesuai dengan ketentuan, mengawasi seluruh kegiatan perawatan di areal TBM dan TM, mengawasi kegiatan persiapan lahan dan penanaman di areal

replanting, membuat estimasi produksi tahunan dan anggaran biaya produksi sub-divisi, memeriksa laporan progres kerja di lapangan, mengesahkan dan memeriksa laporan upah kontraktor, menjaga dan mengawasi pemeliharaan kebersihan dan sanitasi emplasmen sub-divisi, membina moral dan kegiatan bermasyarakat di kalangan pekerja, memimpin kegiatan apel atau antrian pagi pukul 05.30 WIB setiap hari bersama para mandor dalam rangka mendiskusikan produksi hari kemarin dan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan.

Kegiatan sebagai pendamping asisten yang telah diikuti penulis selama magang di Sub-Divisi I Pondok Baru, Divisi III Dolok Ulu PT BSRE antara lain adalah memeriksa kegiatan penyadapan, mengawasi seluruh kegiatan perawatan di areal TBM dan TM, mengawasi kegiatan persiapan lahan dan penanaman di areal replanting, dan megikuti kegiatan apel atau antrian pagi pukul 05.30 WIB bersama para mandor. Rincian kegiatan kerja yang diawasi adalah pelaksanaan penyadapan di Blok V-23, V-26 dan W-26, pembibitan LCC di Blok W-23, pemancangan di Blok U-22, pembuatan parit isolasi batas kebun di Blok T-21, pembuatan reservoir, dan pengendalian gulma strip spraying di Blok W-23. Menurut penilaian penulis selama menjadi pendamping asisten kualitas kerja dan prestasi kerja para mandor di Sub-Divisi I Pondok Baru sudah baik. Hal ini ditunjukkan oleh kualitas hasil kerja yang dihasilkan dan tercapainya target kerja yang sudah rencanakan.

.

Mandor Perawatan

Mandor perawatan memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam mengawasi pekerjaan perawatan yang dilaksanakan setiap sesuai pembagian kerjanya, memeriksa kehadiran para pekerja lepas atau FL, menyusun laporan dan rencana kerja, memastikan bahwa seluruh pekerjaan selesai sesuai prosedur, menjaga dan merawat inventaris peralatan kerja kebun setiap hari setelah selesai digunakan, dan berkewajiban hadir setiap hari pukul 05.30 WIB pada kegiatan apel atau antrian pagi di kantor sub-divisi. Kegiatan pendampingan mandor perawatan yang diikuti oleh penulis adalah kegiatan pengawasan pengolahan lahan, pengendalian gulma TBM, pengendalian gulma (strip spraying), pemupukan TBM, pembibitan LCC, penunasan TBM, pemancangan, semprot daun, dan aplikasi stimulansia.

Membongkar tunggul dan merumpuk. Kegiatan penumbangan dilakukan dengan menyisakan tunggul 30 cm dari permukaan tanah menggunakan alat gergaji mesin yang dibantu dengan alat berat. Tahap pekerjaaan setelah penumbangan dimulai dengan membongkar tunggul dan merumpuk. Sisa tunggul

23 setinggi 30 cm dibongkar dan dirumpuk dengan menggunakan Bulldozer pada barisan setiap jarak 100 m (timur-barat). Tunggul dirumpuk dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya. Tunggul yang sudah dirumpuk dijual atau dibiarkan begitu saja hingga membusuk karena tunggul-tunggul yang dirumpuk dilarang dibakar (zero burning). Pelaksanaan pengerjaan dilakukan menggunakan

Bulldozer dengan jam kerja traktor (JKT) 9 jam hari-1.

Ripping. Setelah lahan bersih dari sisa-sisa tunggul dilakukan kegiatan

ripping. Kegiatan ripping bertujuan untuk mengangkat sisa-sisa akar di dalam tanah dengan kedalaman 50 cm. Kegiatan ripping dilaksanakan 4 kali dengan jarak waktu pengerjaan 21 hari. Kegiatan ripping dilakukan dengan menggunakan alat berat (Bulldoser) dan diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan dan 2 orang pekerja untuk memastikan kedalaman dan kualitas ripping. Pekerja memberikan kode dengan pluit jika kedalaman tidak mencapai 50 cm. Pelaksanaan pengerjaan dilakukan menggunakan bulldozer dengan jam kerja traktor (JKT) 9 jam hari-1.

Ploughing. Kegiatan selanjutnya yaitu ploughing yang bertujuan untuk memecah tanah dengan kedalaman 30 cm dan meratakan tanah. Kegiatan

ploughing dilaksanakan 2 kali dengan jarak waktu pengerjaan 21 hari. Kegiatan

ploughing dilakukan dengan menggunakan alat mesin traktor yang dilengkapi dengan alat pencacah tanah. Kegiatan ini diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan dan 1 orang pekerja yang mengukur dan memastikan kedalaman

ploughing. Pelaksanaan pengerjaan dilakukan menggunakan traktor dengan jam kerja traktor (JKT) 9 jam hari-1.

Pemancangan. Lahan yang sudah diolah dan diratakan kemudian dilakukan persiapan tanam selanjutnya berupa pemancangan sehingga siap untuk ditanami. Pemancangan merupakan pemberian poin tanam pada areal yang akan ditanami. Jarak tanam yang digunakan untuk replanting tahun 2014 adalah 4 m x 4.5 m dengan sistem penanaman mata lima, sehingga akan diperoleh populasi efektif rata-rata 555 tanaman per-hektar. Sistem penanaman mata lima dapat dilihat pada Gambar 10.

Kegiatan pemancangan meliputi kegiatan menentukan poin pertama, pancang kepala dan pancang anakan. Poin pertama atau pancang acuan adalah

24

kegiatan menentukan poin pertama dilakukan dari sudut blok dengan membidik acuan ke arah timur-barat dan arah utara-selatan dengan menggunakan alat teodolit yang bertujuan untuk menentukan poin tanam yang menjadi acuan sehingga memudahkan kegiatan pemancangan. Pancang kepala adalah kegiatan yang dilakukan dengan arah utara-selatan sebagai acuan untuk mengisi pancang anakan. Pancang kepala dilakukan dengan jarak 48 m atau dengan jarak 96 m sesuai permintaan pekerja yang akan mengisi poin pancang anakan. Pancang kepala dikerjakan oleh tenaga kerja yang sudah terampil dari departemen FSD (field service department). Pancang anakan adalah kegiatan yang dilakukan dengan arah timur-barat untuk mengisi poin tanam jarak 4 m. Kegiatan pancang anakan dikerjakan oleh tenaga kerja Sub-Divisi.

Pembibitan LCC (leguminose cover crop). Tanaman yang digunakan sebagai LCC (leguminose cover crop) yaitu Mucuna bracteata. Tanaman ini berfungsi untuk menutupi tanah dan menekan pertumbuhan gulma di gawangan tanaman karet, serta perakaran tanaman ini dapat memberikan tambahan kandungan nitrogen dalam tanah. Kebutuhan bibit Mucuna bracteata untuk penanaman tanaman karet seluas 1 hektar yaitu 2000 bibit Mucuna bracteata. Oleh karena itu dibuat areal pembibitan Mucuna bracteata untuk memenuhi kebutuhan bibit tersebut.

Teknis pembibitan tanaman Mucuna bracteata yaitu dengan menggunakan stek batang. Stek yang akan ditanam diambil dari tanaman yang sudah tua dengan panjang stek ± 34 cm dengan diameter ± 0.6 cm. Stek yang sudah dikumpulkan ditanam dalam polybag berukuran 18 cm x 9 cm yang sudah diisi tanah dan disusun dalam bedengan tanam dengan arah timur-barat. Bedengan tanam pembibitan Mucuna bracteata berukuran 300 cm x 60 cm dengan isi 500 polybag

tanaman. Bedengan yang berisi polybag dan sudah ditanami kemudian disungkup dengan menggunakan kerangka bambu dan plastik dengan ukuran tinggi sungkup ±80 cm dengan lebar ±60 cm. Kegiatan pembibitan LCC dapat dilihat pada Gambar 11.

Sungkup akan dibuka 21 hari setelah tanam untuk mengelihat keberhasilan tumbuh kemudian dilakukan buka tutup sungkup setiap hari untuk penyiraman

A B

D E F

C

Gambar 11 Kegiatan pembibitan LCC : pengambilan stek (A), pengisian polybag (B), penanaman stek (C), pemasangan sungkup (D), sungkup (E), pemberian tanggal tanam (F)

25 dan adaptasi stek yang berhasil dengan cahaya sampai daun Mucuna bracteata

yang tumbuh sudah tua dan siap untuk ditanam ke lapangan.

Rincian kebutuhan bibit Mucuna bracteata untuk 1 hektar penanaman karet di lapangan adalah sebagai berikut :

- Populasi karet dengan jarak tanam 4 m x 4.5 m = 555 tanaman hektar-1 - Populasi Mucuna bracteata = 2000 tanaman hektar-1

- % tumbuh Mucuna bracteata = 40 % - Bibit stek yang harus ditanam = 5000 stek

- Kebutuhan polybag (650 benih/kg) = 7.69 kg polybag

- Kebutuhan bedengan (500 polybag/bedengan) = 10 bedengan bibitan

Kegiatan pengerjaannya dilakukan penanaman stek 2 hari sekali dimana 1 hari sebelumnya dilakukan penyiapan media tanam dengan mengisi polybag dan menyusun polybag kedalam bedengan tanam. Jadi total pekerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan 10 bedengan bibitan Mucuna bracteata yaitu 20 HK dimana 1 orang pekerja berhasil mengerjakan 1 bedengan hari-1 atau menanam 500 stek hari-1. hal ini sesuai denga target dari parusahaan yaitu 500 stek hari-1. Penulis mendampingi mandor perawatan dalam mengawasi kegiatan penanama LCC (Mucuna bracteata). Prestasi pekerja sudah memenuhi target dari perusahaan,

Dokumen terkait