• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Kegiatan budidaya tanaman tebu sedikit berbeda dengan budidaya tanaman lain. Kegiatan budidaya tebu meliputi persiapan benih, persiapan dan pengolahan lahan, pembuatan juringan dan got (got keliling, got malang, got mujur), penanaman, pemeliharaan tanaman (penyulaman, pemupukan, pengeprasan, pengairan, pembumbunan, pengendalian gulma, hama, penyakit, dan kegiatan penglentekan), serta penebangan dan pengangkutan ke pabrik untuk diolah menjadi gula. Kegiatan budidaya tebu yang dilakukan mahasiswa pada saat magang adalah persiapan benih, penanaman, pengendalian gulma, penglentekan, dan kegiatan tebang.

Persiapan Lahan

Persiapan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan areal yang akan ditanami tanaman tebu. Kegiatan persiapan lahan untuk tanaman tebu meliputi kegiatan pengolahan dan pembukaan lahan. Pengolahan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan. Pembajakan dilakukan untuk membalikkan tanah, memotong sisa-sisa kayu dan tanaman sebelumnya. Pembajakan yang dilaksanakan oleh PG Madukismo sebagian besar dilakukan sekali (bajak 1) dengan menggunakan traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implement bajak piring empat piringan. Pembajakan dilakukan di seluruh areal yang akan ditanami dengan kedalaman minimal 30 cm dengan arah bajakan tegak lurus barisan tanaman tebu. Setelah pembajakan, dilakukan penggaruan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah. Kegiatan penggaruan hampir sama dengan pembajakan. Penggaruan dilakukan dengan menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik dengan traktor 110 HP. Alur penggaruan tegak lurus dengan alur pembajakan atau searah dengan juringan.

Pola bukaan lahan pertanaman tebu meliputi sistem reynoso dan sistem mekanis. Sebagian besar kegiatan bukaan lahan yang dilakukan di wilayah kerja pabrik gula Madukismo adalah sistem mekanis karena biayanya lebih murah dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit. Bukaan lahan terdiri dari kegiatan pembuatan kairan atau lubang juringan dan pembuatan got. Kairan atau lubang juringan digunakan sebagai media tumbuh benih yang ditanam. Juringan dibuat menggunakan alat kair dengan tiga mata yang dipasangkan pada traktor. Kedalaman juringan kurang lebih 30 cm dan jarak pusat ke pusat 100 cm. Kapasitas traktor yang digunakan kurang lebih 1 jam/ha.

Pembuatan got atau parit dilakukan pada saat musim hujan. Got berfungsi sebagai saluran drainase (tempat pembuangan kelebihan air) dan saluran irigrasi

17 (tempat pemasukan air ke lahan). Terdapat 3 jenis got pada pertanaman tebu, yaitu got keliing, got mujur dan got malang. Pembuatan got dimulai dari bagian bidang terendah sehingga lahan yang jenuh tergenang air dapat segera mengering. Pembuatan got dilakukan secara manual menggunakan cangkul. Got yang pertama dibuat adalaah got keliling dengan kedalaman 80 cm dan lebar 70 cm. Selanjutnya dilakukan pembuatan got mujur dengan kedalaman 70 cm dan got malang dengan kedalaman 60 cm.

Persiapan Benih

Persiapan benih pada budidaya tebu dilakukan pada saat lahan telah siap untuk ditanami. Jumlah benih yang disiapkan harus sesuai dengan luasan lahan yang akan ditanami sehingga tidak ada benih kurang maupun benih berlebih. Secara umum, persiapan benih tebu dimulai dengan menebang benih yang akan ditanam pada jenjang benih berikutnya atau ke lahan KTG, pengangkutan benih ke lahan, selanjutnya penglentekan dan pemotongan batang benih sebagai bagal. 1. Tebang dan angkut benih

Penebangan benih tebu dilakukan saat benih sudah berumur sekitar 6 bulan. Jumlah benih yang ditebang disesuaikan dengan kebutuhan jenjang benih selanjutnya atau luas KTG yang akan ditanami. Teknik penebangan bibit sama seperti tebang tebu giling, yakni dengan tebang mepet tanah (TMT). Namun, dalam pemotongan pucuk dilakukan dengan memotong kurang lebih satu ruas dari titik tumbuh. Hal ini karena bagian pucuk tersebut justru paling baik digunakan untuk bibit. Bagian pucuk bibit tersebut memiliki peluang tumbuh lebih besar dan lebih cepat tumbuh. Tebu yang sudah ditebang dan dipotong pucuknya, selanjutnya dikumpulkan sekitar 20-25 batang dan diikat untuk memudahkan pengangkutan ke tempat jenjang penanaman benih tebu berikutnya.

2. Pengeceran dan penglentekan benih

Pengeceran benih tebu adalah meletakkan ikatan benih tebu di dekat blok penanaman atau lubang benih yang akan ditanami. Setelah benih diecer, dilakukan penglentekan benih, yakni membuang daun-daun kering (klaras) yang menempel pada batang tebu. Penglentekan dilakukan secara manual menggunakan tangan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan mata tunas.

3. Pemotongan benih

Setelah selesai diklentek, benih dipotong-potong menjadi 2-3 mata tunas. Pemotongan benih dibuat diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemotongan dan menghindari mata tunas pecah saat pemotongan.

18

Gambar 3 Pemotongan benih sebelum ditanam

Benih yang disediakan saat ini oleh PG Madukismo berupa bagal dan single bud chip (SBP) atau polybag. Penyiapan benih yang telah dijelaskan sebelumnya adalah penyiapan benih bagal. Penyiapan benih polybag berbeda dengan penyiapan bagal. Benih polybag/SBP merupakan benih yang baru dikembangkan oleh PG Madukismo pada tahun 2014. Kelebihan dari benih SBP yakni tumbuh lebih cepat, peluang hidupnya tinggi, seragam dan kemungkinan tebu tumbuh lebih baik dibanding tebu yang berasal dari bagal.

Benih SBP berasal dari benih tebu yang dipotong menjadi satu mata. Penyiapan benih SBP dilakukan melalui beberapa tahapan yang membutuhkan waktu dan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan penyiapan benih bagal.

1. Persiapan bedengan

Bedengan digunakan untuk mendeder benih yang telah disiapkan. Penyiapan bedengan dimulai dengan pengolahan lahan menggunakan traktor agar tanah menjadi gembur. Lebar bedengan kurang lebih 1 meter dengan panjang sesuai kebutuhan.

Gambar 4 Persiapan lahan untuk pendederan 2. Pemotongan benih

Pemotongan benih dilakukan dengan panjang benih kurang dari 10 cm dan pemotongan benih dilakukan miring agar mempermudah saat pendederan. Benih dipotong dengan satu benih satu mata. Sebelum pemotongan, alat potong atau golok dicelupkan ke dalam suatu larutan untuk mensterilkan alat sehingga kualitas benih terjaga.

19

Gambar 5 Pemotongan benih untuk benih SBP 3. Pendederan

Benih yang telah dipotong, selanjutnya diangkut dengan karung ke lahan deder. Pendederan dilakukan dengan cara menancapkan benih ke bedengan yang telah disiapkan. Benih diusahakan tidak dalam posisi terbalik saat ditanam. Benih dederan muncul tunas dalam waktu 2-3 minggu. Selama di lahan pendederan, benih ditutup paranet untuk mengurangi penyinaran matahari langsung.

Gambar 6 Penutupan bedengan pendederan 4. Penanaman dalam polybag

Benih dari lahan dederan yang telah muncul tunas kemudian diangkut untuk ditanam dalam polybag. Media tanam berupa tanah dan pupuk kandang yang telah dimasukkan ke dalam polybag. Polybag yang telah terisi media tanam disiram air hingga jenuh air sehingga penanaman benih dederan lebih mudah.

20

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan benih polybag meliputi penyiraman dan pengurangan daun. Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore. Pengurangan daun dilakukan menggunakan gunting tanaman. Pengurangan daun dilakukan pada saat benih telah siap untuk ditanam di lahan kurang lebih 6 minggu setelah ditanam dalam polybag.

Gambar 8 Benih SBP yang telah dikurangi daunnya

Penanaman

Kegiatan penanaman pada budidaya tebu berperan penting dalam keberhasilan benih untuk tumbuh. Penanaman yang dilakukan secara kurang tepat akan mempengaruhi kecepatan tumbuh benih dan kecukupan jumlah benih. Kegiatan penanaman benih dimulai dengan pembuatan kasuran, dilanjutkan dengan penanaman dan penutupan benih.

1. Pembuatan kasuran

Kasuran adalah permukaan tanah gembur yang dibuat di dalam juringan (lubang tanam untuk tebu). Kasuran dibuat dengan tujuan sebagai media tanam benih sehingga merangsang pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dilakukan secara manual menggunakan cangkul atau secara mekanik menggunakan traktor saat pembuatan juringan.

2. Penanaman benih

Cara penanaman benih tanaman tebu tergantung pada jenis benih tebu yang akan ditanam. Penanaman benih bagal terdiri dari 3 jenis pola penanaman, yakni pola penanaman single row (rentet sepur), over lapping (undah indih), dan double row. Penanaman benih bagal yang dilakukan oleh sebagian besar petani PG Madukismo menggunakan pola penanaman over lapping. Hal ini karena pola penanaman ini tidak membutuhkan terlalu banyak benih. Penanaman benih polybag dilakukan dengan jarak tanam 30 cm atau per meter juring terdapat benih.

21

Gambar 9 Pola tanam over lapping

3. Penutupan benih

Penutupan benih bagal menggunakan tanah yang gembur. Penutupan benih dilakukan pada saat kering atau hujan mulai jarang. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan benih sehingga kelembaban benih terjaga dan benih dapat tumbuh.

Pemeliharaan

Setiap tanaman budidaya perlu dilakukan pemeliharaan sehingga tanaman tumbuh dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Produktivitas tanaman tebu akan optimal jika dilakukan pemeliharaan dengan baik. Pemeliharaan tanaman tebu meliputi penyulaman, pemupukan, pembumbunan, pengairan, penglentekan, pengendalian gulma, hama, dan penyakit, serta penyulaman.

1. Penyulaman

Kegiatan penyulaman merupakan kegiatan mengganti benih yang tidak tumbuh atau rumpun mati dengan benih lain. Penyulaman dilakukan pada saat umur tanaman 3-4 minggu. Penyulaman dilakukan pada panjang barisan tanaman kosong melebihi setengah meter. Benih sulam berasal dari benih dederan berumur 3 minggu yang sudah disiapkan sebelumnya oleh petani yang ditanam di ujung juringan atau benih yang berasal dari rumpun lain yang tumbuh baik. 2. Pengairan

Umumnya, pengairan pada tanaman tebu dilakukan 3 hingga 4 kali. Pengairan pertama dilakukan saat penanaman benih, tepatnya sebelum benih diletakkan di kasuran. Hal ini untuk memberikan kondisi lembab pada media tanah benih sehingga merangsang perkecambahan benih. Pengairan kedua dilakukan kurang lebih 15 hari setelah tanam untuk memenuhi kebutuhan air kecambah benih. Pengairan ketiga dilakukan sebelum pemupukan I yakni tebu berumur 1 bulan dan pengairan keempat dilakukan sebelum pemupukan II yakni tebu berumur 2 bulan. Pengairan dilakukan menggunakan air yang berasal dari sumber air dengan cara disedot menggunakan diesel atau berasal dari aliran sungai maupun air hujan.

3. Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah ZA dan phonska dengan dosis standar pabrik masing-masing 5 kuintal. Pemberian pupuk dilakukan secara bertahap yakni pada umur tanaman 25-30 hari sebanyak setengah dosis dan pemupukan kedua pada umur tanaman 60 hari untuk setengah dosis berikutnya. Aplikasi pupuk

22

dilakukan dengan menyebar pupuk di samping barisan tanaman tebu dan di samping barisan lain pada pemupukan II. Pemupukan pada tanaman tebu tidak boleh terlambat karena akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan hasil tebu.

4. Pembumbunan

Pembumbunan/urug pada tanaman tebu secara umum dilakukan sebanyak 3 kali. Urug pertama dilakukan untuk merangsang pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I pada tebu berumur 30 hari. Saat tebu berumur 60-70 hari, dilakukan urug II untuk menekan pertumbuhan tunas tersier dan kuarter, menambah media perakaran serta menutup pupuk II. Urug III dilakukan pada tebu berumur 75 – 90 hari untuk memperkokoh batang agar tebu tidak mudah roboh. Pembumbunan dilakukan secara manual menggunakan cangkul.

5. Penglentekan

Penglentekan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman tebu dengan cara melepas daun kering (klaras) tanaman tebu dari batang tebu menggunakan sabit. Biasanya, penglentekan dilakukan 2 kali, yakni pada saat tanaman tebu berumur 4 bulan dan 2-3 bulan sebelum tebang. Hal ini dimaksudkan untuk sanitasi kebun, mencegah kebakaran, memudahkan kegiatan pemeliharaan selanjutnya, dan memudahkan penebang pada saat tebang. Sebagian besar petani tebu menggunakan pekerja wanita dalam kegiatan penglentekan.

Gambar 10 Kegiatan penglentekan 6. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma bertujuan mengurangi kompetisi unsur hara, air, pemanfaatan ruang dan sinar matahari antara tanaman tebu dengan gulma sehingga tebu dapat tumbuh optimal. Selain itu, pengendalian gulma juga dapat memudahkan petani melakukan pemeliharaan lainnya seperti pemupukan dan penglentekan. Pengendalian gulma dilakukan sebelum kegiatan pemupukan menggunakan herbisida atau bersamaan dengan pembumbunan secara manual menggunakan cangkul. Jenis gulma yang terdapat pada lahan tebu PG Madukismo meliputi gulma daun lebar, daun sempit, dan teki yang ditunjukkan pada Tabel 8.

23 Tabel 8 Jenis gulma yang terdapat di lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo

Jenis Gulma Kerapatan tinggi Kerapatan sedang Kerapatan rendah

Daun lebar Amaranthus sp., Mimosa invisa, Euphorbia heterophylla, Ageratum conyzoides Portulaca oleracea, Commelina benghalensis

Daun sempit Cynodon dactylon, Echinochloa colonum, Panicum repens

Eleusine indica Imperata cylindrical

Teki Cyperus sp. Cyperus rotundus

7. Pengendalian hama penyakit

Pengendalian hama penyakit dilakukan untuk mengurangi dampak serangan hama penyakit yang dapat merugikan petani Serangan hama merupakan masalah yang cukup banyak terjadi dan merugikan di wilayah kebun tebu PG Madukismo sedangkan serangan penyakit tanaman tebu tidak ditemukan pada saat magang. Hama yang banyak menyerang dan menimbulkan kerugian di kebun tebu PG Madukismo adalah hama uret dan tikus.

a. Uret

Uret (Lepidiota stigma F.) merupakan hama yang menyerang akar tanaman tebu. Gejala yang ditimbulkan dari serangan hama ini diantaranya perubahan warna daun menjadi menguning, layu, kering, hingga akhirnya mati. Tanaman yang sudah menunjukkan gejala tersebut, jika dicabut akan terdapat uret pada area perakaran tanaman serta terdapat bekas gerekan pada pangkal batang. Pengendalian yang dilakukan dalam mengatasi serangan uret meliputi pengendalian secara kultur teknis, manual, kimia. Pengendalian secara kultur teknis merupakan pengendalian yang banyak dilakukan oleh petani tebu PG Madukismo. Pengendalian dilakukan dengan penanaman tebu pola awal musim tanam (bulan Mei - Juni). Hal ini dilakukan karena serangan uret terjadi pada awal tahun sekitar bulan Januari-Februari sehingga tanaman tebu sudah dewasa pada saat uret sedang menyerang. Pemanenan juga harus segera dilakukan pada awal musim giling sehingga tidak banyak mengalami kerugian.

b. Tikus

Tikus menyerang tanaman tebu baik pada tanaman tebu muda maupun tebu tua. Tikus menyerang tanaman tebu pada malam hari dengan cara memakan dan mengerat batang tebu untuk mengasah gigi serinya. Kerusakan tanaman akibat serangan tikus di kebun tebu PG Madukismo dapat mencapai 5-10 % dari populasi tanaman. Pengendalian yang dilakukan PG Madukismo dalam mengatasi serangan hama tikus ini adalah segera melakukan penebangan tebu awal giling agar kerugian tidak semakin banyak.

8. Pengeprasan

Tanaman keprasan (ratoon cane/RC) merupakan tanaman tebu yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang sehingga tidak dilakukan pengolahan lahan dan penanaman benih. Pengeprasan dilaksanakan setelah kegiatan tebang.

24

Pengeprasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas baru yang berasal dari mata batang tebu yang berada di bawah permukaan tanah. Pengeprasan dilakukan dengan cara memotong tunggul atau sisa tebangan menggunakan cangkul. Pemotongan tunggul dilakukan hingga permukaan tanah atau mepet tanah.

Tebang Angkut

Kegiatan penebangan merupakan kegiatan terakhir dalam budidaya tanaman tebu. Penebangan dilakukan saat mulai memasuki bulan kering, yakni pada saat tanaman tebu yang telah masak atau tebu yang terserang hama penyakit sehingga perlu segera dilakukan penebangan agar tidak menurunkan hasil lebih banyak. Oleh karena itu, perencanaan penebangan harus dilakukan dengan baik agar tebu yang ditebang dapat memenuhi kapasitas pabrik setiap harinya.

Kegiatan penebangan dan pengangkutan tebu menuntut tebu dengan kualitas MBS (manis, bersih, segar) untuk digiling sehingga pelaksanaan tebang harus dilaksanakan dengan baik. Teknis tebang dilakukan dengan menebang batang tebu sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang 10-15 cm. Batang yang telah ditebang selanjutnya dibersihkan dari pucuk, daun hijau, dan daun kering. Selain itu, hasil tebangan harus bersih dari akar, tanah, ataupun sogolan untuk memenuhi kebersihan tebu. Batang tebu yang telah bersih, diikat dengan masing-masing ikatan sebanyak 20-25 batang. Batang yang terlalu panjang, dapat dipotong menjadi 2 bagian sehingga memudahkan dalam pengangkutan. Batang tebu yang telah diikat, dimuat secara manual ke truk dan diangkut menuju pabrik.

Pengolahan Tebu

Tebu yang diangkut ke pabrik jumlahnya disesuaikan dengan kapasitas giling pabrik. Pabrik Gula Madukismo telah bersertifikat ISO (9001:2008) dengan kapasitas giling 3500 TCD. Tebu hasil tebangan yang telah sampai di pabrik akan melalui beberapa tahap persiapan sebelum diolah menjadi gula. Beberapa tahapan atau stasiun dalam mengolah tebu menjadi gula, yakni tahapan persiapan, stasiun penggilingan, pemurnian, pengentalan nira, pemasakan, pemutaran, dan pengkristalan.

1. Persiapan

Tahap awal dalam mengolah tebu menjadi gula yaitu tahap penggilingan. Sebelum memasuki stasiun penggilingan, tebu yang akan digiling harus melalui pos persiapan terlebih dahulu untuk mendapatkan tebu yang bersih, segar, dan manis. Terdapat 5 pos dalam tahap persiapan, diantaranya pos pemeriksaan, pos timbangan bruto, pembongkaran, timbangan tara, dan Ban contoh/ reteller.

a. Pos pemeriksaan

Kegiatan yang dilakukan pada pos pemeriksaan adalah pemeriksaan kelegalan tebu, pencatatan nama pemilik, nama kebun, plat nomor truk angkut, nomor SPA, dan nama sinder tebang, pemeriksaan tanggal SPA, serta pemeriksaan brix pada tebu yang berasal dari luar daerah. Tebu yang berasal dari luar DIY hanya membawa surat jalan angkut yang diperoleh dari pos prambanan yang merupakan perbatasan DIY dan Jateng.

25 b. Pos timbangan bruto

Pos timbangan bruto merupakan pos penimbangan bobot tebu, beserta truk dan supirnya. Penimbangan bruto menggunakan alat digital yang tersambung dengan komputer. Data bobot dicetak pada SPA dan supir truk harus mengisi data tanggal giling, jam giling, brix, pol ampas, dan nilai nira. c. Pos pembongkaran

Pos pembongkaran adalah pos pemindahan tebu dari truk ke lori. Pemindahan dilakukan menggunakan alat derek yang dikendalikan oleh operator. Sebelum tebu diderek, tebu dipasang rantai yang disambungkan ke tali angkut yang sudah terpasang di bawah tumpukan tebu. Selanjutnya tebu diangkut dan dipindahkan ke lori. Tebu yang tersusun tidak rapi dapat menyebabkan runtuhnya tumpukan tebu. Tebu yang jatuh saat pembongkaran akan dibersihkan dan ditumpuk pada lori dan dijadikan tebu rempon. Hasil dari kebun rempon akan menjadi milik pabrik gula.

d. Pos timbangan tara

Pos timbangan tara adalah pos penimbangan truk bersih (tanpa tebu) dengan supirnya. Penimbangan tara dimaksudkan untuk memper-oleh data bobot bersih tebu yang nantinya akan dicetak di SPA.

e. Pos ban contoh

Pos ban contoh bertugas memeriksa tebu yang siap digiling. Ban contoh mencatat identitas tebu berupa nomor lori dan nomor SPA yang masuk ke meja tebu.

2. Stasiun penggilingan

Stasiun penggilingan merupakan stasiun pemerahan nira tebu. Pemerahan nira di PG Madukismo dilakukan sebanyak 5 kali. Saat penggilingan berlangsung, pada gilingan kedua dan ketiga tebu ditambahkan air nira hasil pemerahan sebelumnya dan ditambahkan air imbibisi pada gilingan keempat dan kelima. Air imbibisi yang dimaksud adalah air panas yang digunakan untuk meningkatkan keluarnya nira. Nira hasil gilingan akan alirkan ke bak pengendapan melalui pipa-pipa.Pemerahan nira maksimal apabila sisa % pol yang tertinggal 2% pada ampas tebu. Ampas sisa penggilingan terdiri dari ampas kasar dan ampas halus. Ampas kasar akan digunakan sebagai bahan bakar ketel sedangkan ampas halus digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan blotong.

3. Stasiun Pemurnian

Stasiun pemurnian merupakan proses memisahkan nira tebu dari kotoran sisa penggilingan.. Proses pemurnian nira diawali dengan pengendapan kotoran nira menggunakan phospat. Setelah diendapkan, nira akan dialirkan menuju penimbangan berukuran 5 ton dan selanjutnya dialirkan menuju bak pemurnian. Proses pemurnian nira meliputi proses defikasi dan sulfitasi. Defikasi merupakan pemurnian air nira dengan menggunakan susu kapur. Setelah mengalami dua kali defikasi, air nira akan di sulfitasi. Proses sulfitasi merupakan pemurnian dengan menggunakan sulfat. Proses sulfitasi berfungsi mengikat kotoran-kotoran yang masih terdapat pada nira dan menetralkan kembali pH akibat penggunakan kapur.

4. Stasiun Pengentalan

Stasiun pengentalan bertujuan untuk menguapkan kandungan air yang ada dalam nira. Terdapat 5 tangki evaporator yang dapat digunakan secara

26

bergantian dalam pengentalan nira, namun hanya 4 evaporator yang dioperasikan dalam setiap proses pengolahan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan tangki evaporator. Pergantian tangki yang kosong dilakukan 2 hari sekali. Pembersihan tangki dilakukan pada saat tangki tersebut tidak digunakan. 5. Stasiun pemasakan

Pemasakan merupakan proses meningkatkan nira agar memudahkan proses pengkristalan. PG Madukismo menggunakan sistem pemasakan A-C-D, dengan menggunakan 12 tangki. Gula SHS yang merupakan hasil utama dari pengolahan tebu adalah hasil masakan A, tangki yang digunakan yakni nomor 1 sampai 5. Tangki nomor 7 sampai 12 digunakan untuk masakan D, sedangkan tangki nomor 6 untuk masakan C.

6. Stasiun pemutaran dan pengkristalan

Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari molase. Cara kerja dari stasiun pemutaran yakni dengan memasukkan nira ke dalam suatu alat yang diberikan gaya sentrifugal dengan kecepatan tertentu sehingga kristal dan molase terpisah. Alat pemutar dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat masakan. Kristal gula hasil pemutaran akan didinginkan dan dikeringkan untuk menurunkan kelembaban sehingga meningkatkan masa simpannya. Molase akan dialirkan ke pabrik suling melalui saluran pipa. 7. Pengemasan

Pengemasan kristal gula dilakukan dengan menggunakan vibrating screen. Alat ini ini digunakan untuk memisahkan butiran kristal yang berukuran terlalu besar. Kristal gula yang terlalu besar akan dilebur untuk mengalami pemutaran lagi agar ukuran kristal sesuai. Kristal gula yang ukurannya sesuai, akan dikemas. Pengemasan gula di PG Madukismo terdiri dari kemasan curah sebagai produk primer dan kemasan karung dengan bobot 50 kg sebagai kemasan sekunder. Gula yang sudah dikemas lalu disimpan dalam gudang.

Gambar 11 Gudang penyimpanan gula

Aspek Khusus

Taksasi Maret

Pengambilan data taksasi maret untuk data aspek khusus dilakukan pada saat pelaksanaan taksasi maret pada aspek manajerial bersama sinder kebun

Dokumen terkait