• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Di Pabrik Gula Madukismo Dengan Aspek Khusus Penataan Varietas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Di Pabrik Gula Madukismo Dengan Aspek Khusus Penataan Varietas"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (

Saccharum officinarum

L

.

)

DI PABRIK GULA MADUKISMO

DENGAN ASPEK KHUSUS PENATAAN VARIETAS

SEMA DEVI OKTAVIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Penataan Varietas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Sema Devi Oktavia

(4)

ABSTRAK

SEMA DEVI OKTAVIA. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum

L.) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Penataan Varietas. Dibimbing oleh PURWONO.

Salah satu langkah dalam meningkatkan produktivitas dan rendemen tebu adalah dengan mengelola tanaman tebu secara maksimal. Penataan varietas perlu dilakukan untuk menghasilkan tebu sesuai potensi produksinya dan mendapatkan rendemen maksimal selama musim giling. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penataan varietas tebu terutama di pabrik gula Madukismo. Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo pada tanggal 9 Februari 2015 hingga 8 Juni 2015. Pengamatan dilakukan dengan menganalisis tipologi lahan wilayah kerja PG Madukismo, data komposisi varietas tebu di kebun tebu giling dan data komposisi varietas di kebun bibit datar, serta melakukan wawancara kepada petani tebu mandiri wilayah binaan PG Madukismo. Tipologi lahan wilayah kerja Madukismo secara umum sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tebu. Komposisi varietas di kebun tebu giling PG Madukismo belum mencapai komposisi ideal namun PG Madukismo telah mulai memperbaiki penataan varietas di kebun pembibitannya. Masih banyaknya petani mandiri wilayah binaan PG Madukismo yang fanatik terhadap varietas PS 862 dan BL menyebabkan penataan varietas sulit dilakukan.

Kata kunci: komposisi varietas, petani tebu, tipologi lahan

ABSTRACT

One of the ways to increase sugarcane productivity and yield is by managing sugarcane plants up to its ful potential. Variety arrangement is needed to gain up to its full potential production and to get maximum yield during miling period. The purpose of this internship is to identify and analyze sugarcane variety management especially at sugarcane factory of Madukismo. This internship was held starting from February 15th 2015 until June 8th 2015. Observation was done by analyzing land typology in PG Madukismo, data of the sugarcane variety composition in sugarcane miling orchard and also data of the sugarcane in seed orchard by interviewing independent farmers at PG madukismo construction area. Land typology at Madukismo working area is commonly matched to sugarcane growing requirement. Variety composition in PG Madukismp sugarcane miling orchard has not reached ideal composition however PG Madukismo has been starting to improve variety management in seedling orchard. A lot of independent farmers of PG Madukismoconstruction area is still so fanatic toward PS 862 and BL variety that cause variety management difficult to be done.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (

Saccharum officinarum L.

)

DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS

ANALISIS PENATAAN VARIETAS

SEMA DEVI OKTAVIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Judul yang dipilih dalam kegiatan magang yang telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2015 adalah Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Madukismo dengan Aspek Khusus Penataan Varietas.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Purwono, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ir Nugroho selaku staf direktur, Bapak Saiful Anam selaku Kepala Bina Sarana Tani, dan para karyawan PG Madukismo yang telah membantu dalam pelaksanaan magang dan pengumpulan data selama di PG Madukismo. Selain itu, ucapan terima kasih kepada bapak, ibu, kakak-kakak dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Magang 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani dan Lingkungan Tumbuh Tebu 2

Fase Pertumbuhan Tanaman Tebu 3

Penataan Varietas 4

Masa Tanam 4

METODE MAGANG 5

Tempat dan Waktu 5

Metode Pelaksanaan 5

Pengamatan dan Pengumpulan Data 6

Analisis Data dan Informasi 8

KEADAAN UMUM 8

Sejarah Singkat Perusahaan 8

Visi dan Misi PT Madubaru 8

Letak Geografi 9

Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan 9

Keadaan Iklim dan Tanah 10

Keadaan Tanaman dan Produksi 11

Struktur Organisasi 12

Ketenagakerjaan 15

Waktu Kerja 15

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 16

Aspek Teknis 16

Aspek Khusus 27

Aspek Manajerial 28

HASIL DAN PEMBAHASAN 29

Hasil 29

Pembahasan 33

SIMPULAN DAN SARAN 36

Simpulan 36

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 37

(11)

DAFTAR TABEL

1 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015 9 2 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo berdasarkan areal

kemitraan yang dilakukan dengan petani tahun 2014 10 3 Jenis tanah di kebun tebu wilayah PG Madukismo 11 4 Daftar varietas-varietas dominan yang digunakan di wilayah

pengelolaan tanaman tebu PG Madukismo 11

5 Produksi gula PG Madukismo 10 tahun terakhir 12

6 Hari dan jam kerja luar masa giling PG Madukismo 15 7 Pembagian waktu kerja karyawan bagian pabrikasi dalam masa giling 16 8 Jenis gulma yang terdapat di lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo 23 9 Kondisi tipologi lahan di PG Madukismo tahun 2015 30 10 Komposisi varietas kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015 31 11 Varietas dominan yang digunakan petani wilayah Sleman dan Bantul 31 12 Proporsi varietas bibit di kebun pembibitan PG Madukismo tahun 2015 31 13 Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan varietas yang digunakan

di wilayah Sleman dan Bantul 32

14 Hasil perkiraan produktivitas tebu berdasarkan pola tanamnya di

wilayah Sleman dan Bantul 32

15 Hasil uji t rata-rata produktivitas 33

16 Nilai brix pada wilayah contoh Kabupaten Sleman dan Bantul 33

DAFTAR GAMBAR

1 Layout pemilihan juringan yang diamati 7

2 Layout pemilihan batang tebu yang akan di brix 7

3 Pemotongan benih sebelum ditanam 18

4 Persiapan lahan untuk pendederan 18

5 Pemotongan benih untuk benih SBP 19

6 Benih deder yang ditutup paranet 19

7 Benih yang telah dipindah ke polybag 19

8 Benih SBP yang telah dikurangi daunnya 20

9 Pola tanam over lapping 21

10 Kegiatan penglentekan 22

11 Gudang penyimpanan gula 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL) 40

2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor 41

3 Jurnal harian sebagai asisten sinder kebun wilayah (SKW) 43

4 Jurnal harian sebagai asisten kepala rayon 45

5 Peta wilayah kerja PG Madukismo 46

6 Data curah hujan dan hari hujan PG Madukismo tahun 2010-2014 47

7 Struktur organisasi PT Madubaru 48

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok masyarakat Indonesia. Kebutuhan gula kristal putih (GKP) saat ini diperkirakan sebesar 2.9 juta dan gula kristal rafinasi (GKR) sebesar 2.8 juta ton sehingga total kebutuhan gula nasional mencapai 5.7 juta ton. Produksi gula nasional tahun 2015 diperkirakan sebesar 2.73 juta ton menunjukkan bahwa kebutuhan gula nasional masih belum tercukupi (Ditjenbun 2013).

Berdasarkan produksi tebu dan gula nasional tahun 2003 hingga 2012, potensi rata-rata produktivitas tebu di Indonesia, mencapai 81.9 ton/ha dengan rendemen 8.1% (Ditjenbun 2013). Kenyataannya, areal tebu seluas 451,191 ha pada tahun 2012 hanya menghasilkan gula sebesar 2.59 juta ton yang seharusnya dapat mencapai 2.96 juta ton (Ditjenbun 2013). Hal ini menunjukkan bahwa potensi produktivitas tebu dan rendemen gula di Indonesia belum tercapai.

Rendahnya produktivitas dan rendemen di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh penataan varietas yang belum dilaksanakan dengan baik. Sebagian besar perkebunan tebu di Indonesia merupakan perkebunan rakyat sehingga penataan varietas sulit dilaksanakan. Penataan varietas adalah kegiatan mengelola penggunaan varietas tebu berdasarkan tipologi lahan yang ada dan komposisi menurut kategori kemasakan (Indrawanto dkk 2010). Tebu memiliki varietas dengan tingkat waktu kemasakan yang berbeda sehingga perlu diatur proporsi varietasnya untuk mencapai rendemen tertinggi. Menurut Pawirosemadi (2011), kemasakan varietas tebu terdiri dari varietas masak awal, masak tengah, dan masak lambat. Varietas masak awal akan mencapai masak optimum pada musim tebang awal sehingga produksi gulanya tertinggi pada saat ditebang awal. Hal itu juga terjadi pada varietas masak tengah dan varietas masak lambat. Varietas masak tengah dan varietas masak lambat akan mencapai produksi gula tertinggi pada saat tebang tengah dan akhir.

Permasalahan yang terjadi di beberapa wilayah kerja pabrik gula mengenai penataan varietas adalah penggunaan varietas-varietas unggul tebu belum didasarkan pada tipologi wilayah yang sesuai, komposisi kemasakan yang belum seimbang antara varietas masak awal, masak tengah dan masak lambat, serta optimasi waktu tanam dan waktu tebang yang tidak tepat berdasarkan kemasakan varietas. Ketidaktepatan dalam pengaturan proporsi varietas tebu yang ditanam dapat berakibat fatal. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Naruputro (2010) di PG Krebet Baru Malang, akibat proporsi penanaman varietas tebu yang tidak seimbang yakni 10,7% varietas masak awal sampai tengah dan 89,3% varietas masak tengah sampai akhir (BR 194 dan PS 864) menyebabkan terjadinya penumpukan bahan baku di akhir masa giling. Hal ini sangat merugikan pabrik karena penumpukan bahan baku berakibat perpanjangan waktu giling sehingga meningkatkan biaya produksi dan kesulitan bahan baku pada masa awal giling.

(14)

2

keprasan yang jauh lebih banyak dibanding tanaman pertama merupakan salah satu penyebab tidak tercapainya potensi produksi nasional. Menurut Purwono (2002), salah satu langkah strategis dalam meningkatkan produksi gula nasional yakni dengan rehabilitasi tanaman. Tujuannya memperbaiki proporsi antara tanaman pertama (PC) dengan tanaman keprasan (RC) yakni dengan perbandingan PC dan RC sebesar 25% : 75% atau 20% : 80%. Rehabilitasi tanaman dilakukan dengan pembongkaran tanaman keprasan, perbaikan varietas, dan penggunaan benih bermutu. Perbaikan varietas perlu dilakukan karena suatu varietas unggul dapat terjadi degenerasi klonal setelah penggunaan selama 4-5 tahun, namun sering kali petani tebu sulit mengganti varietas lain karena sudah terlanjur suka dengan varietas unggul yang digunakan.

Menurut Wijiastuti (2013), penataan varietas tebu merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan di masing-masing wilayah pengembangan tebu agar produktivitas tebu dan rendemen gula yang diperoleh optimal. Tujuan penataan varietas tebu adalah untuk mendapatkan komposisi varietas tebu unggul pada wilayah tertentu secara proporsional berdasarkan tingkat kemasakan sehingga masa giling optimal dapat dicapai dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan rendemen minimal 10%.

Tujuan Magang

Tujuan kegiatan magang ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan profesional dalam memahami proses kerja nyata, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis berbagai masalah yang ada di lapangan. Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penataan varietas tebu terutama di pabrik gula Madukismo.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Lingkungan Tumbuh Tebu

Tebu merupakan tanaman C4 dari famili Graminae (rumput-rumputan) yang termasuk tanaman parenial (tahunan). Kultivar tebu Saccharum officinarum L. mulai digunakan oleh hampir seluruh dunia pada tahun 1800 an karena kultivar tersebut sesuai dengan hasil yang diinginkan. Tanaman tebu diperbanyak secara vegetatif menggunakan potongan batang tebu (bagal) atau mata tunas (Fageria

(15)

3 Sebagai tanaman tropika, tebu membutuhkan iklim yang sesuai untuk mencapai pertumbuhan yang optimum. Curah hujan, cahaya, dan suhu merupakan faktor iklim yang utama dalam mengendalikan pertumbuhan tanaman tebu. Di samping itu, tanah juga merupakan faktor penting sebagai media tempat tumbuh yang dapat menyediakan hara tanaman, air, dan oksigen bagi tanaman (Pawirosemadi 2011). Tebu dapat tumbuh pada bermacam-macam jenis tanah dengan pH tanah 4-9 namun dapat tumbuh dengan sangat baik pada pH 5.8-7.2 (Fageria et.al 2011).

Tanaman tebu tumbuh baik pada curah hujan 1000 - 1300 mm/tahun dengan sekurang kurangnya 3 bulan kering. Distribusi curah hujan ideal untuk pertanaman tebu yakni ±200 mm pada masa pertumbuhan (5-6 bulan), ±125 mm pada periode berikutnya (selama 2 bulan), dan <75 mm selama 4-5 bulan pada periode kering. Suhu ideal bagi tanaman tebu bekisar 24 – 34 0 C dengan selisih suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 100C. Tanaman tebu membutuhkan sinar matahari 12-14 jam setiap harinya. Kondisi berawan pada siang hari akan mempengaruhi intensitas penyinaran sehingga proses fotosintesis menurun (Indrawanto et.al 2010).

Secara umum, tanaman tebu dapat tumbuh di lahan basah maupun kering. Kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah sehingga irigasi dan drainasenya harus diperhatikan. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah seperti alluvial, grumosol, latosol, dan regusol dengan ketinggian 0 – 1400 mdpl. Ketinggian lahan paling ideal untuk tanaman tebu adalah <500 mdpl (Indrawanto

et.al 2010).

Fase Pertumbuhan Tanaman Tebu

Menurut Pawirosemadi (2011), fase pertumbuhan tanaman tebu meliputi fase perkecambahan, pertunasan, pertumbuhan (vegetatif), dan fase pemasakan (generatif). Fase perkecambahan tanaman tebu ditandai dengan tumbuhnya akar, batang, dan primordia daun pada mata ruas dengan periode umur 0-1 bulan. Fase pertunasan atau percabangan pada tanaman tebu merupakan langkah awal dalam memperoleh jumlah batang banyak sehingga dapat mencapai produktivitas tinggi. Fase pertunasan terjadi pada umur tanaman sekitar 1-3 bulan. Fase pertumbuhan tanaman adalah fase peningkatan volume tanaman baik mengenai ukuran maupun bobot dengan periode umur 3-9 bulan. Fase pemasakan merupakan fase paling penting dalam tanaman tebu karena mulai berhentinya fase vegetatif dan terjadi peningkatan jumlah sukrosa batang tebu sehingga tebu dapat segera ditebang dan diolah menjadi gula.

(16)

4

Kegiatan tebang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hablur gula yang dihasilkan. Faktor paling penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih kebun tebu yang akan ditebang adalah kemasakan varietas dengan asumsi faktor lain normal. Penebangan pada suatu kebun tebu yang telah masak dapat ditunda apabila tanaman tebu tersebut memiliki koefisien daya tahan (KDT) yang baik. KDT menggambarkan kemampuan daya tahan tebu untuk bertahan di kebun tanpa mengurangi kualitas nira yang ditebang. Tebu dapat ditahan di kebun hingga kemasakan sempurna jika tebu tersebut memiliki nilai KDT sama dengan atau lebih dari 100. Apabila nilai KDT tebu sudah lebih kecil dari 100, maka tebu harus segera ditebang karena telah terjadi perombakan sukrosa (gula) menjadi bukan gula akibat tebu yang terlalu masak atau faktor lain (Pawirosemadi 2011).

Penataan Varietas

Varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas dan sudah dilepas oleh kementrian pertanian (Syukur et al. 2015). Penataan varietas pada budidaya tanaman tebu merupakan kegiatan mengelola tanaman tebu berdasarkan tipologi lahan yang ada dan kategori kemasakan (Indrawanto dkk 2010). Penataan varietas dilaksanakan di wilayah binaan pabrik gula bersama petugas dinas yang menangani perkebunan provinsi dan kabupaten, pihak pabrik gula selaku mitra, dan lembaga penelitian terkait (Ditjenbun 2013). Penataan varietas bertujuan untuk mendapatkan komposisi varietas tebu unggul pada suatu wilayah pengembangan tebu secara proporsional berdasarkan tingkat kemasakan sehingga masa giling optimal dapat dicapai dan pada gilirannya akan diperoleh rendemen optimal dari awal hingga akhir giling (Wijiastuti 2013). Menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 87 tahun 2014, komposisi kemasakan varietas tebu terdiri dari masak awal dan awal-tengah (30%), tengah (40%), tengah-lambat dan lambat (30%) atau disesuaikan dengan kebutuhan pabrik gula dengan catatan masak lambat tidak lebih dari 30%.

Penentuan tebu yang akan ditebang tanpa memperhatikan sifat kemasakan-nya dapat mengakibatkan kerugian karena rendemen yang diperoleh tidak optimal. Tingkat kemasakan varietas tebu berdasarkan tanggap varietas terhadap lamanya masa cekaman kelembaban tanah yang rendah (kering) dibagi menjadi 3 kelompok, yakni kelompok varietas masak awal, varietas masak tengah, dan varietas masak lambat. Varietas tebu masak awal apabila tanggap kemasakan terjadi 1 – 2 bulan kering (umur tanaman tebu <12 bulan). Varietas tebu masak tengah apabila tanggap kemasakan terjadi 3 – 4 bulan kering (umur tebu 12-14 bulan). Varietas tebu masak lambat, yaitu apabila tanggap kemasakan terjadi setelah mengalami cekaman air lebih dari empat bulan (Pawirosemadi 2011).

Masa Tanam

(17)

5 akan menghasilkan bobot tebu, rendemen, dan kristal gula tertinggi bila dibanding dengan bulan tanam Juni dan Oktober. Hal ini karena tebu yang ditanam pada bulan tersebut memperoleh kondisi yang baik bagi proses pemasakan tebu, yakni kondisi kering pada stadia generatif (9-10 bulan). Kondisi kering memicu proses pemasakan dan peningkatan rendemen. Sebaliknya, tebu yang ditanam pada bulan Juni relatif mengalami kondisi kering pada stadia vegetatif dan memperoleh kelebihan air pada stadia generatif. Hal ini berbeda pada masa tanam optimal di Jawa. Masa tanam optimal rata-rata di Jawa antara bulan Mei sampai pertengahan Agustus. Kerugian yang akan dialami jika ditanam di luar bulan tersebut, diantaranya dapat menurunkan produktivitas hasil gula. Kerugian lain adalah pengelolaan tanaman sulit dilakukan dengan baik karena tidak tersedianya bibit yang optimal, kekurangan atau kelebihan air untuk irigasi, dan faktor lainnya (Djojosoewardho 1984).

Berdasarkan prosedur budidaya tanaman tebu dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 87 tahun 2014, penetapan masa tanam pada tanaman tebu meliputi ola A (I) dan pola B (II). Pola A dilaksanakan di lahan berpengairan dan waktu penanaman pada awal musim kemarau (April-Mei) hingga akhir bulan Agustus. Varietas yang digunakan adalah kategori varietas masak awal, awal tengah, dan tengah. Pola B dilaksanakan di lahan yang mengandalkan air hujan (September) hingga akhir bulan November. Varietas yang digunakan adalah kategori masak tengah, tengah lambat, dan lambat.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di wilayah kerja PG Madukismo, PT Madubaru, Yogjakarta. Magang dilaksanakan selama 4 bulan atau 16 minggu efektif yang dimulai dari 9 Februari hingga 8 Juni 2015.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan dengan 2 metode, yakni metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan secara langsung di lapangan. Data yang diperoleh dari metode langsung disebut data primer. Data yang diperoleh dengan metode tidak langsung disebut data sekunder, seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, luas areal dan wilayah kerja, kondisi tanah dan iklim, keadaan tanaman, serta data produksi perusahaan. Metode langsung yang dilakukan meliputi aspek teknis, aspek manajerial, dan aspek khusus.

Aspek Teknis

(18)

6

persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan (klentek), dan pemanenan (tebang).

Aspek Manajerial

Pada aspek manajerial, mahasiswa bertugas sebagai pendamping mandor. Mahasiswa bertugas membantu mengawasi pekerjaan pekerja, membuat perencanaan kebutuhan fisik, biaya, teknis pekerjaan yang akan dilakukan, dan pembuatan jurnal harian, mingguan, bulanan. Selain itu, mahasiswa juga bertugas sebagai sinder kebun wilayah (SKW). Kegiatan yang dilaksanakan meliputi membantu mengawasi pekerjaan mandor, mempelajari keadaan perkebunan, membantu penyusunan laporan serta menganalisis administrasi kebun.

Aspek Khusus

Kegiatan aspek khusus dilaksanakan pada waktu tertentu sesuai dengan data yang ingin diperoleh. Data aspek khusus terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data produktivitas dan nilai brix beberapa kebun di wilayah pengamatan, yakni Kabupaten Sleman dan Bantul. Selain itu, data primer berupa hasil wawancara kepada petani tebu wilayah pengamatan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder diperoleh dari data perusahaan berupa komposisi varietas KBD (kebun bibit datar) dan KTG (kebun tebu giling), data tipologi lahan serta data varietas tebu yang ada di pembibitan PG Madukismo.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer merupakan data yang diperoleh saat melakukan magang terutama hal-hal yang berkaitan dengan penataan varietas di PG Madukismo. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan pada 2 wilayah kerja pabrik, yakni kebun kabupaten Sleman dan Bantul. Pengambilan data primer dilakukan dengan:

Wawancara Petani

Setiap wilayah pengamatan dilakukan wawancara kepada petani (masing-masing wilayah 10 orang) untuk mengetahui aspirasi petani terhadap varietas tebu yang ditanam. Kriteria petani yang diwawancara adalah petani tebu rakyat mandiri karena petani tebu rakyat mandiri memiliki hak sepenuhnya atas tanaman tebunya sehingga penggunaan varietas berdasarkan keinginan petani sendiri.

Taksasi Produksi

(19)

7 penyakit. Tinggi batang tebu diukur dari permukaan tanah atas guludan sampai daun +1 (titik patah). Bobot batang dihitung dengan cara mengamati secara visual diameter batang dan menetapkan rata-rata visual diameter batang di kebun yang diamati, kemudian memilih satu batang tersebut untuk ditimabng bobot/ meternya. Hasil pengamatan dihitung dengan rumus; Produktivitas = ∑juring/ha x ∑batang/

juring x tinggi batang x bobot batang/ meter. Jumlah juring berdasarkan standar PG Madukismo, pada lahan petani yaitu 950 juring/ha.

Pengukuran Brix

Pengukuran brix dilakukan pada 5 batang tebu sehat berumur 8-10 bulan yang diambil secara silang. Batang tebu dipotong menjadi 3 bagian (bagian bawah, tengah, dan atas), kemudian diperas untuk diambil niranya dan diukur menggunakan brix handfractometer. Angka yang keluar pada alat tersebut merupakan nilai brix nira tebu yang diamati.

Gambar 1 Layout pemilihan juringan yang diamati

Gambar 1 merupakan ilustrasi pemilihan juringan yang akan diamati untuk menghitung taksasi kebun. Panjang juringan yang diamati yakni 10 m. Pemilihan juringan dilakukan secara zigzag dapat dilihat pada gambar 2 yang ditunjukkan dengan arah garis berwarna merah.

Gambar 2 Layout pemilihan batang tebu yang diukur dibrixnya

(20)

8

Analisis Data dan Informasi

Data dan informasi yang diperoleh selama magang dianalisis menggunakan perhitungan matematika sederhana seperti nilai rata-rata dan persentase. Selain itu, pengolahan data menggunakan Uji t pada taraf 5%. Data yang telah diolah selanjutnya diambil kesimpulannya. Data sekunder dan hasil wawancara dianalisis secara deskriptif.

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Singkat Perusahaan

PG Madukismo merupakan satu-satunya pabrik gula yang ada di provinsi Yogyakarta. Berdirinya PG Madukismo diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX setelah pemerintahan berjalan normal dan keamanan pulih akibat pembumihangusan pabrik gula - pabrik gula di Yogyakarta yang sebelumnya dikuasai oleh Jepang. Pembumihangusan pabrik gula dilakukan karena pabrik-pabrik gula mengalami kemunduran pada masa penjajahan Jepang akibat pengalihfungsian areal tanaman tebu menjadi palawija dan padi.

PG Madukismo diresmikan oleh Ir Soekarno pada tanggal 28 Mei 1958. Pada awal berdiri, status perusahaan berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang diberi nama PT Madubaru. Pada tahun 1962, semua perusahaan perkebunan di Indonesia diambil oleh pemerintah sehingga status PT Madubaru menjadi Perusahaan Negara (PN) di bawah BPUPPN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan Perkebunan Negara). Namun, pada tahun 1966 BPUPPN dibubarkan sehingga status PT Madubaru kembali menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Pada tanggal 4 Maret 1984 PT Madubaru mengadakan kontrak pengelolaan manajemen dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN). PT Madubaru mengadakan kontrak pengelolaan manajemen dengan RNI masih berlaku hingga sekarang dengan kepemilikan saham 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35% milik PT Rajawali Nusantara Indonesia.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Menjadi perusahaan agroindustri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejatinya.

Misi

1. Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri di Indonesia.

(21)

9 3. Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis ini.

4. Menempatkan karyawan dan stake holder lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian stake holder.

Tujuan

PT Madubaru memiliki tujuan untuk menumbuhkan perusahaan melalui: a. Pertumbuhan profit yang berkelanjutan.

b. Jumlah unit usaha dan atau jenis produk bertambah. c. Meningkatkan manfaat perusahaan bagi stake holder.

Letak Geografi PG Madukismo

PG Madukismo terletak di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan letak geografi, PG Madukismo terletak antara 7o4’ LU dan 8o20’ dan antara 110o BB sampai 111o BT pada ketinggian 84 m dpl.

Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan

Luas wilayah pabrik gula Madukismo adalah 27,6 ha dengan luas bangunan 5,1 ha yang terdiri dari bangunan kantor, gudang, pabrik gula, dan pabrik spirtus. Selain itu, PG Madukismo juga memiliki kebun pembibitan sekitar 172 ha yang sebagian besar merupakan lahan sewa dan kebun tebu giling (KTG) milik petani binaan PG Madukismo seluas 5395.11 ha serta 1868.06 ha merupakan areal non-bina. Tabel 1 menunjukkan luas kebun tebu giling PG Madukismo pada tahun 2015.

Tabel 1 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015

Wilayah Kabupaten Luas areal (ha)

Yogjakarta

Bantul 1331.47

Gunung Kidul 635.11

Sleman 1220.64

Kulon Progo 468.50

Total 3655.72

Jawa Tengah

Magelang 731.37

Temanggung 139.06

Purworejo 693.03

Kebumen 162.64

Wonosobo 13.30

Total 1739.39

Total wilayah bina 5395.11

Wilayah non-bina 1868.06

Total areal keseluruhan 7263.17

Sumber : BST (Bina Sarana Tani) PG Madukismo (2015)

(22)

10

Purworejo, Kebumen, Wonosobo). Wilayah non-bina adalah areal KTG yang berasal dari luar wilayah kerja PG Madukismo. Tebu rakyat wilayah non-bina tidak terikat kerja sama dengan PG Madukismo sehingga PG Madukismo tidak memiliki wewenang untuk mengatur varietas tebunya.

Pabrik gula Madukismo juga membagi wilayah kerjanya (wilayah bina) berdasarkan kemitraan yang dilakukan dengan petani tebu, yaitu areal tebu rakyat Mandiri (TRM), tebu rakyat Kerja Sama Usaha (KSU), dan tebu rakyat Kemitraan. Luas areal KTG berdasarkan kemitraan yang dilakukan PG Madukismo dengan petani tebu ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas areal kebun tebu giling PG Madukismo berdasarkan areal kemitraan yang dilakukan dengan petani tahun 2014

Rayon Luas areal (ha)

Mandiri Kemitraan KSU

BGK (Bantul, Gunung Kidul) 982.22 624.22 400.30

Sleman 789.83 428.80 25.16

KMT (Kulonprogo, Magelang, Temanggung) 873.77 177.99 -

PKB (Purworejo, Kebumen) 691.60 208.56 -

Total 3337.42 1439.57 425.46

Sumber: BST (Bina Sarana Tani) PG Madukismo (2015)

Dilihat dari tabel 1, hampir 60% kebun tebu giling PG Madukismo pada tahun 2014 merupakan tebu rakyat Mandiri. Dengan demikian, hanya pada areal 40% dari kebun tebu rakyat wilayah binaannya atau 1865.03 ha KTG yang dapat dilakukan upaya maksimal dalam penataan varietas.

Keadaan Iklim dan Tanah

Pertumbuhan dan pemasakan tebu erat kaitannya dengan keadaan iklim terutama hujan. Dilihat pada Lampiran 6, rata-rata curah hujan 5 tahun terakhir di wilayah pengelolaan tebu PG Madukismo bekisar 2901 mm/tahun dengan 7 BB (bulan basah) dan 1 BK (bulan kering). Menurut Oldeman, tipe iklim di wilayah pengelolaan tebu PG Madukismo dalam 5 tahun terakhir termasuk tipe iklim B1. Tipe iklim ini baik untuk pertumbuhan vegetatif tanamaan tebu dengan syarat drainase lancar namun akan mengurangi rendemen yang dihasilkan.

Tanaman tebu dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah dari tanah ringan hingga tanah geluhan. PG Madukismo menanam tebunya pada lahan dengan jenis tanah yang berbeda di beberapa kabupaten. Hal ini karena PG Madukismo kesulitan mencari lahan untuk menanam tebu akibat adanya persaingan dengan tanaman lain. Jenis tanah yang ada di areal perkebunan tebu di wilayah kerja PG Madukismo ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis tanah di kebun tebu wilayah PG Madukismo

Kabupaten Jenis tanah

(23)

11 Bantul Regosol, Grumosol

Gunung kidul Mediteran, Grumosol, Mollisols (renzina), Regosol, Latosol Kulon progo Regosol, Litosol, Aluvial, Latosol

Purworejo Regosol Magelang Mediteran Kebumen Regosol Temanggung Latosol

Wonosobo Regosol, Podsolik, Andosol Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015)

Berdasarkan Tabel 3, jenis tanah yang banyak terdapat di areal kebun tebu giling PG Madukismo adalah tanah regosol. Jenis tanah yang paling sesuai untuk tanaman tebu adalah regosol dan grumosol karena kedua jenis tanah tersebut terbentuk akibat endapan abu vulkanik sehingga subur. Tanaman tebu dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah selain regosol dan grumosol namun tebu yang dihasilkan menjadi tidak optimal.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Sebagian besar tanaman tebu yang ditanam di areal KTG wilayah PG Madukismo berasal dari tebu varietas bina yang telah diuji kesesuaian lokasinya. Dengan demikian, diharapkan tebu yang dihasilkan mencapai potensi yang diinginkan. Varietas-varietas tebu yang terdapat di kebun tebu giling (KTG) PG Madukismo tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Daftar varietas-varietas yang digunakan di wilayah pengelolaan tanaman tebu PG Madukismo tahun 2015

Kemasakan Varietas Varietas

Awal PS 881

Awal tengah PS 862, VMC 76-16, KK (Kidang Kencana), PS 851

Tengah PSJT 941

Tengah lambat BL (Bululawang), PS 864 Total

Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015)

Berdasarkan Tabel 4, terdapat 8 varietas bina yang ditanam di kebun tebu giling PG Madukismo tahun 2015, antara lain varietas PS 851, PS 881, PS 862, VMC 76-16, KK (Kidang Kencana), PSJT, BL (Bululawang), dan PS 864. Varietas-varietas tersebut memiliki waktu kemasakan yang berbeda, meliputi varietas masak awal, awal-tengah, tengah, dan tengah-lambat. Penggunaan varietas berdasarkan waktu kemasakannya tersebut bertujuan untuk memperoleh tebu yang masak optimal selama musim giling.

(24)

12

Tabel 5 Produksi gula PG Madukismo 10 tahun terakhir

Tahun

Luas Areal (ha)

Produksi Tebu (ku)

Produktivitas

Tebu (ku/ha) Rendemen

Produksi Gula (ku)

2005 5472.03 4,684,056 856 6.50 304,234.72

2006 5967.67 4,756,231 797 6.72 319,767.67

2007 7003.12 5,600,107 800 6.80 381,068.24

2008 6114.29 4,585,733 750 7.37 337,968.32

2009 6677.58 4,780,076 716 6.80 325,042.83

2010 6597.92 5,234,137 798 5.66 296,398.11

2011 6681.75 4,152,391 621 6.73 279,456.18

2012 6999.62 5,164,429 738 7.40 382,171.30

2013 7351.67 5,640,473 767 6.37 359,298.42

2014 7374.76 5,095,211 691 6.15 313,355.04

Sumber: Bina Sarana Tani, PG Madukismo (2015)

Berdasarkan Tabel 5, peningkatan produksi gula di PG Madukismo tahun 2005 hingga 2014 tidak signifikan. Produksi gula tertinggi di PG Madukismo pada tahun 2012 sebesar 382,171.30 kuintal dengan produksi tebu 5,164,429 kuintal dan rendemen 7.40%.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi dibentuk untuk meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Hal ini karena setiap divisi dalam struktur organisasi akan memegang tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. PT Madubaru dipimpin oleh seorang direktur dengan dibantu oleh staff direktur, SPI (Satuan Pengawas Intern), Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum, Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian instalasi, dan Kepala Bagian Pabrik Spirtus. Berikut adalah deskripsi fungsi dan tugas dari divisi tersebut:

Direktur

Fungsi : Mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk melaksanakan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Tugas :

1. Merumuskan tujuan perusahaan.

2. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan 3. Menyusun rencana jangka panjang perusahaan.

4. Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman-pedoman penyusunan anggaran tahunan.

(25)

13

Satuan Pengawasan Intern

Tugas :

1. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi dan pembinaan terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi.

2. Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan atau perstujuan direktur.

3. Melakukan audit investigasi terhadap aspek yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

4. Dalam rangka penugasan memiliki aspek penuh dan bebas ke seluruh gungsi, catatan, dokumen, asset, dan karyawan.

5. Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja, serta menetapkan teknik-teknik audit.

6. Memperoleh bantuan kerja sama dari personil di unit-unit perusahaan pada saat melakukan pengawasan, juga jasa-jasa khusus lainnya dari dalam maupun luar perusahaan.

7. Menjadi counterpart bagi auditor external dalam pelaksanaan tugasnya.

Kepala Bagian Pemasaran

Fungsi : Melaksanakan kebijkan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang pemasaran, serta memimpin divisi pemasaran untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan.

Tugas :

1. Menyusun strategi pemasaran

2. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT. Madubaru. 3. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan. 4. Mengadakan perbaikan-perbaikan sistem pemasaran.

5. Menilai prestasi kerja staf pemasaran.

Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan

Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang keuangan, anggaran, serta memimpin divisi akuntansi dan keuangan untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan. Tugas : Menjalankan Kebijakan direksi dan ketentuan General Manager dalam

bidang keuangan, pengolahan data, dan akuntansi perusahaan.

Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum

Fungsi : Melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan General Manager dalam bidang personalia, bertanggung jawab kepada administratur dan mengkoordinir setiap kegiatan pengelolaan tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan serta mempersiapakan sumber daya manusia yang diperlukan.

Kepala Bagian Tanaman

(26)

14

serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tugas :

1. Membantu General Manager dalam melaksanakan kebijakan direksi dalam penetapan rencana dan pelasnaan penanaman tebu benih dan produktivitas tebu giling.

2. Membantu General Manager dalam melaksanakan pencapaian target penanaman tebu benih dan tebu giling.

3. Membantu General Manager dalam menetapkan komposisi jenis tebu, jadwal penanaman. Tebang dan angkutan tebu.

Kepala Bagian Instalasi

Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi dalam pengoperasian, pemeliharaan, dan reparasi mesin dan equipment pabrik, lori dan loko, kendaraan traktor, pompa, pemeliharaan, dan reparasi bangunan, penyediaan tenaga listrik, serta memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tugas :

1. Melaksanakan rencana penggunaan instalasi untuk melayani pabrik 2. Mempertahankan operasi instalasi untuk menjaga kontinuitas

penyediaan jasa untuk memenuhi kebutuhan pabrik.

3. Bekerjasama dengan kepala bagian tanaman dalam melakukan

pengelolaan,pemeliharaan, dan reparasi remise (lori dan loko), pompa air dan traktor.

4. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis kepada semua bagian dalam pengadaan barang teknis keperluan perusahaan.

Kepala Bagian Pabrikasi

Fungsi : Membantu kepala bagian pabrik gula dan pabrik spiritus yang lain dalam melaksanakan kebijakan direksi dengan ketentuan General Manger dalam pengelolaan gula dan memimpin seksi-seksi yang berada di bawah wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tugas :

1. Melaksanakan rencana produksi gula

2. Mengawasi mutu, penimbangan, dan pembungkusan gula.

3. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi gula.

Kepala Bagian Pabrik Alkohol dan Spiritus

Fungsi : Mengolah alkohol dan spiritus serta memimpin seksinya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

Tugas :

1. Melaksanakan rencana produksi alkohol dan spiritus 2. Mengawasi mutu alkohol dan spiritus

(27)

15

Ketenagakerjaan

Secara umum, karyawan di PG Madukismo dibagi atas karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap merupakan karyawan yang bekerja sampai masa pensiun atau pengunduran diri. Karyawan tetap terdiri dari karyawan staff (karyawan pimpinan) dan non-staff (karyawan pelaksana). Jumlah karyawan tetap PG Madukismo adalah 447 karyawan tetap dengan 60 karyawan staff dan 387 karyawan non-staff.

Karyawan staff bertugas membuat kebijakan mengenai pelaksanaan produksi. Karyawan staff terdiri dari direktur, staff direktur, SPI (Satuan Pengawas Intern), Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum, Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian instalasi, dan Kepala Bagian Pabrik Spirtus. Karyawan non-staff bertugas melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pimpinan. Karyawan non-staff di bidang Bagian Tanaman diantaranya Kepala Rayon, Sinder Kebun Wilayah, Sinder Bibit, Sinder Tebang, dan beberapa mandor.

Karyawan tidak tetap merupakan karyawan yang bekerja sesuai dengan kebutuhan produksi atau memiliki masa kontrak kerja. Setiap tahun PG Madukismo membutuhkan 3000 - 3500 karyawan tidak tetap. Karyawan tidak tetap terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Karyawan dalam pabrik, adalah karyawan yang melakukan pekerjaan pada proses produksi yakni pada proses pembuatan gula, alkohol, dan spirtus. 2. Karyawan luar pabrik, adalah karyawan yang melakukan pekerjaan di luar

proses produksi seperti penanganan limbah, satpam, administrasi produksi, dan administrasi gudang hasil akhir.

3. Karyawan borongan, adalah karyawan yang terkait langsung dengan proses produksi dan mendapatkan upah secara borongan dan berdasarkan atas kesepakatan kerja yang dilakukan. Misalnya tenaga kerja penanaman dan pemeliharaan tanaman tebu serta tenaga tebang angkut.

Waktu Kerja

PG Madukismo menentukan waktu kerja berdasarkan masa giling, yaitu luar masa giling dan dalam masa giling. Saat luar masa giling, kegiatan perusahaan berjalan normal dengan pembagian hari dan jam kerja pada Tabel 6.

Tabel 6 Hari dan jam kerja luar masa giling PG Madukismo

Hari Kerja Jam Kerja

Senin – Kamis 06.30 – 15.00 (istirahat jam 12.00-13.00

Jumat 06.30 – 11.30

Sabtu 06.30 – 12.00 (07.00-08.00 senam pagi)

(28)

16

Tabel 7 Pembagian waktu kerja karyawan bagian pabrikasi dalam masa giling

Pembagian Kerja (shift) Jam Kerja

Pagi 05.30-13.30

Siang 13.30-21.30

Malam 21.30-05.30

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan budidaya tanaman tebu sedikit berbeda dengan budidaya tanaman lain. Kegiatan budidaya tebu meliputi persiapan benih, persiapan dan pengolahan lahan, pembuatan juringan dan got (got keliling, got malang, got mujur), penanaman, pemeliharaan tanaman (penyulaman, pemupukan, pengeprasan, pengairan, pembumbunan, pengendalian gulma, hama, penyakit, dan kegiatan penglentekan), serta penebangan dan pengangkutan ke pabrik untuk diolah menjadi gula. Kegiatan budidaya tebu yang dilakukan mahasiswa pada saat magang adalah persiapan benih, penanaman, pengendalian gulma, penglentekan, dan kegiatan tebang.

Persiapan Lahan

Persiapan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan areal yang akan ditanami tanaman tebu. Kegiatan persiapan lahan untuk tanaman tebu meliputi kegiatan pengolahan dan pembukaan lahan. Pengolahan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan. Pembajakan dilakukan untuk membalikkan tanah, memotong sisa-sisa kayu dan tanaman sebelumnya. Pembajakan yang dilaksanakan oleh PG Madukismo sebagian besar dilakukan sekali (bajak 1) dengan menggunakan traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implement bajak piring empat piringan. Pembajakan dilakukan di seluruh areal yang akan ditanami dengan kedalaman minimal 30 cm dengan arah bajakan tegak lurus barisan tanaman tebu. Setelah pembajakan, dilakukan penggaruan yang bertujuan untuk menggemburkan tanah. Kegiatan penggaruan hampir sama dengan pembajakan. Penggaruan dilakukan dengan menggunakan alat Baldan Harrow yang ditarik dengan traktor 110 HP. Alur penggaruan tegak lurus dengan alur pembajakan atau searah dengan juringan.

Pola bukaan lahan pertanaman tebu meliputi sistem reynoso dan sistem mekanis. Sebagian besar kegiatan bukaan lahan yang dilakukan di wilayah kerja pabrik gula Madukismo adalah sistem mekanis karena biayanya lebih murah dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit. Bukaan lahan terdiri dari kegiatan pembuatan kairan atau lubang juringan dan pembuatan got. Kairan atau lubang juringan digunakan sebagai media tumbuh benih yang ditanam. Juringan dibuat menggunakan alat kair dengan tiga mata yang dipasangkan pada traktor. Kedalaman juringan kurang lebih 30 cm dan jarak pusat ke pusat 100 cm. Kapasitas traktor yang digunakan kurang lebih 1 jam/ha.

(29)

17 (tempat pemasukan air ke lahan). Terdapat 3 jenis got pada pertanaman tebu, yaitu got keliing, got mujur dan got malang. Pembuatan got dimulai dari bagian bidang terendah sehingga lahan yang jenuh tergenang air dapat segera mengering. Pembuatan got dilakukan secara manual menggunakan cangkul. Got yang pertama dibuat adalaah got keliling dengan kedalaman 80 cm dan lebar 70 cm. Selanjutnya dilakukan pembuatan got mujur dengan kedalaman 70 cm dan got malang dengan kedalaman 60 cm.

Persiapan Benih

Persiapan benih pada budidaya tebu dilakukan pada saat lahan telah siap untuk ditanami. Jumlah benih yang disiapkan harus sesuai dengan luasan lahan yang akan ditanami sehingga tidak ada benih kurang maupun benih berlebih. Secara umum, persiapan benih tebu dimulai dengan menebang benih yang akan ditanam pada jenjang benih berikutnya atau ke lahan KTG, pengangkutan benih ke lahan, selanjutnya penglentekan dan pemotongan batang benih sebagai bagal. 1. Tebang dan angkut benih

Penebangan benih tebu dilakukan saat benih sudah berumur sekitar 6 bulan. Jumlah benih yang ditebang disesuaikan dengan kebutuhan jenjang benih selanjutnya atau luas KTG yang akan ditanami. Teknik penebangan bibit sama seperti tebang tebu giling, yakni dengan tebang mepet tanah (TMT). Namun, dalam pemotongan pucuk dilakukan dengan memotong kurang lebih satu ruas dari titik tumbuh. Hal ini karena bagian pucuk tersebut justru paling baik digunakan untuk bibit. Bagian pucuk bibit tersebut memiliki peluang tumbuh lebih besar dan lebih cepat tumbuh. Tebu yang sudah ditebang dan dipotong pucuknya, selanjutnya dikumpulkan sekitar 20-25 batang dan diikat untuk memudahkan pengangkutan ke tempat jenjang penanaman benih tebu berikutnya.

2. Pengeceran dan penglentekan benih

Pengeceran benih tebu adalah meletakkan ikatan benih tebu di dekat blok penanaman atau lubang benih yang akan ditanami. Setelah benih diecer, dilakukan penglentekan benih, yakni membuang daun-daun kering (klaras) yang menempel pada batang tebu. Penglentekan dilakukan secara manual menggunakan tangan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan mata tunas.

3. Pemotongan benih

(30)

18

Gambar 3 Pemotongan benih sebelum ditanam

Benih yang disediakan saat ini oleh PG Madukismo berupa bagal dan single bud chip (SBP) atau polybag. Penyiapan benih yang telah dijelaskan sebelumnya adalah penyiapan benih bagal. Penyiapan benih polybag berbeda dengan penyiapan bagal. Benih polybag/SBP merupakan benih yang baru dikembangkan oleh PG Madukismo pada tahun 2014. Kelebihan dari benih SBP yakni tumbuh lebih cepat, peluang hidupnya tinggi, seragam dan kemungkinan tebu tumbuh lebih baik dibanding tebu yang berasal dari bagal.

Benih SBP berasal dari benih tebu yang dipotong menjadi satu mata. Penyiapan benih SBP dilakukan melalui beberapa tahapan yang membutuhkan waktu dan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan penyiapan benih bagal.

1. Persiapan bedengan

Bedengan digunakan untuk mendeder benih yang telah disiapkan. Penyiapan bedengan dimulai dengan pengolahan lahan menggunakan traktor agar tanah menjadi gembur. Lebar bedengan kurang lebih 1 meter dengan panjang sesuai kebutuhan.

Gambar 4 Persiapan lahan untuk pendederan 2. Pemotongan benih

(31)

19

Gambar 5 Pemotongan benih untuk benih SBP 3. Pendederan

Benih yang telah dipotong, selanjutnya diangkut dengan karung ke lahan deder. Pendederan dilakukan dengan cara menancapkan benih ke bedengan yang telah disiapkan. Benih diusahakan tidak dalam posisi terbalik saat ditanam. Benih dederan muncul tunas dalam waktu 2-3 minggu. Selama di lahan pendederan, benih ditutup paranet untuk mengurangi penyinaran matahari langsung.

Gambar 6 Penutupan bedengan pendederan 4. Penanaman dalam polybag

Benih dari lahan dederan yang telah muncul tunas kemudian diangkut untuk ditanam dalam polybag. Media tanam berupa tanah dan pupuk kandang yang telah dimasukkan ke dalam polybag. Polybag yang telah terisi media tanam disiram air hingga jenuh air sehingga penanaman benih dederan lebih mudah.

(32)

20

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan benih polybag meliputi penyiraman dan pengurangan daun. Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore. Pengurangan daun dilakukan menggunakan gunting tanaman. Pengurangan daun dilakukan pada saat benih telah siap untuk ditanam di lahan kurang lebih 6 minggu setelah ditanam dalam polybag.

Gambar 8 Benih SBP yang telah dikurangi daunnya

Penanaman

Kegiatan penanaman pada budidaya tebu berperan penting dalam keberhasilan benih untuk tumbuh. Penanaman yang dilakukan secara kurang tepat akan mempengaruhi kecepatan tumbuh benih dan kecukupan jumlah benih. Kegiatan penanaman benih dimulai dengan pembuatan kasuran, dilanjutkan dengan penanaman dan penutupan benih.

1. Pembuatan kasuran

Kasuran adalah permukaan tanah gembur yang dibuat di dalam juringan (lubang tanam untuk tebu). Kasuran dibuat dengan tujuan sebagai media tanam benih sehingga merangsang pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dilakukan secara manual menggunakan cangkul atau secara mekanik menggunakan traktor saat pembuatan juringan.

2. Penanaman benih

(33)

21

Gambar 9 Pola tanam over lapping

3. Penutupan benih

Penutupan benih bagal menggunakan tanah yang gembur. Penutupan benih dilakukan pada saat kering atau hujan mulai jarang. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan benih sehingga kelembaban benih terjaga dan benih dapat tumbuh.

Pemeliharaan

Setiap tanaman budidaya perlu dilakukan pemeliharaan sehingga tanaman tumbuh dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Produktivitas tanaman tebu akan optimal jika dilakukan pemeliharaan dengan baik. Pemeliharaan tanaman tebu meliputi penyulaman, pemupukan, pembumbunan, pengairan, penglentekan, pengendalian gulma, hama, dan penyakit, serta penyulaman.

1. Penyulaman

Kegiatan penyulaman merupakan kegiatan mengganti benih yang tidak tumbuh atau rumpun mati dengan benih lain. Penyulaman dilakukan pada saat umur tanaman 3-4 minggu. Penyulaman dilakukan pada panjang barisan tanaman kosong melebihi setengah meter. Benih sulam berasal dari benih dederan berumur 3 minggu yang sudah disiapkan sebelumnya oleh petani yang ditanam di ujung juringan atau benih yang berasal dari rumpun lain yang tumbuh baik. 2. Pengairan

Umumnya, pengairan pada tanaman tebu dilakukan 3 hingga 4 kali. Pengairan pertama dilakukan saat penanaman benih, tepatnya sebelum benih diletakkan di kasuran. Hal ini untuk memberikan kondisi lembab pada media tanah benih sehingga merangsang perkecambahan benih. Pengairan kedua dilakukan kurang lebih 15 hari setelah tanam untuk memenuhi kebutuhan air kecambah benih. Pengairan ketiga dilakukan sebelum pemupukan I yakni tebu berumur 1 bulan dan pengairan keempat dilakukan sebelum pemupukan II yakni tebu berumur 2 bulan. Pengairan dilakukan menggunakan air yang berasal dari sumber air dengan cara disedot menggunakan diesel atau berasal dari aliran sungai maupun air hujan.

3. Pemupukan

(34)

22

dilakukan dengan menyebar pupuk di samping barisan tanaman tebu dan di samping barisan lain pada pemupukan II. Pemupukan pada tanaman tebu tidak boleh terlambat karena akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan hasil tebu.

4. Pembumbunan

Pembumbunan/urug pada tanaman tebu secara umum dilakukan sebanyak 3 kali. Urug pertama dilakukan untuk merangsang pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I pada tebu berumur 30 hari. Saat tebu berumur 60-70 hari, dilakukan urug II untuk menekan pertumbuhan tunas tersier dan kuarter, menambah media perakaran serta menutup pupuk II. Urug III dilakukan pada tebu berumur 75 – 90 hari untuk memperkokoh batang agar tebu tidak mudah roboh. Pembumbunan dilakukan secara manual menggunakan cangkul.

5. Penglentekan

Penglentekan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman tebu dengan cara melepas daun kering (klaras) tanaman tebu dari batang tebu menggunakan sabit. Biasanya, penglentekan dilakukan 2 kali, yakni pada saat tanaman tebu berumur 4 bulan dan 2-3 bulan sebelum tebang. Hal ini dimaksudkan untuk sanitasi kebun, mencegah kebakaran, memudahkan kegiatan pemeliharaan selanjutnya, dan memudahkan penebang pada saat tebang. Sebagian besar petani tebu menggunakan pekerja wanita dalam kegiatan penglentekan.

Gambar 10 Kegiatan penglentekan 6. Pengendalian gulma

(35)

23 Tabel 8 Jenis gulma yang terdapat di lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo

Jenis Gulma Kerapatan tinggi Kerapatan sedang Kerapatan rendah

Daun lebar Amaranthus sp.,

Eleusine indica Imperata cylindrical

Teki Cyperus sp. Cyperus rotundus

7. Pengendalian hama penyakit

Pengendalian hama penyakit dilakukan untuk mengurangi dampak serangan hama penyakit yang dapat merugikan petani Serangan hama merupakan masalah yang cukup banyak terjadi dan merugikan di wilayah kebun tebu PG Madukismo sedangkan serangan penyakit tanaman tebu tidak ditemukan pada saat magang. Hama yang banyak menyerang dan menimbulkan kerugian di kebun tebu PG Madukismo adalah hama uret dan tikus.

a. Uret

Uret (Lepidiota stigma F.) merupakan hama yang menyerang akar tanaman tebu. Gejala yang ditimbulkan dari serangan hama ini diantaranya perubahan warna daun menjadi menguning, layu, kering, hingga akhirnya mati. Tanaman yang sudah menunjukkan gejala tersebut, jika dicabut akan terdapat uret pada area perakaran tanaman serta terdapat bekas gerekan pada pangkal batang. Pengendalian yang dilakukan dalam mengatasi serangan uret meliputi pengendalian secara kultur teknis, manual, kimia. Pengendalian secara kultur teknis merupakan pengendalian yang banyak dilakukan oleh petani tebu PG Madukismo. Pengendalian dilakukan dengan penanaman tebu pola awal musim tanam (bulan Mei - Juni). Hal ini dilakukan karena serangan uret terjadi pada awal tahun sekitar bulan Januari-Februari sehingga tanaman tebu sudah dewasa pada saat uret sedang menyerang. Pemanenan juga harus segera dilakukan pada awal musim giling sehingga tidak banyak mengalami kerugian.

b. Tikus

Tikus menyerang tanaman tebu baik pada tanaman tebu muda maupun tebu tua. Tikus menyerang tanaman tebu pada malam hari dengan cara memakan dan mengerat batang tebu untuk mengasah gigi serinya. Kerusakan tanaman akibat serangan tikus di kebun tebu PG Madukismo dapat mencapai 5-10 % dari populasi tanaman. Pengendalian yang dilakukan PG Madukismo dalam mengatasi serangan hama tikus ini adalah segera melakukan penebangan tebu awal giling agar kerugian tidak semakin banyak.

8. Pengeprasan

(36)

24

Pengeprasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas baru yang berasal dari mata batang tebu yang berada di bawah permukaan tanah. Pengeprasan dilakukan dengan cara memotong tunggul atau sisa tebangan menggunakan cangkul. Pemotongan tunggul dilakukan hingga permukaan tanah atau mepet tanah.

Tebang Angkut

Kegiatan penebangan merupakan kegiatan terakhir dalam budidaya tanaman tebu. Penebangan dilakukan saat mulai memasuki bulan kering, yakni pada saat tanaman tebu yang telah masak atau tebu yang terserang hama penyakit sehingga perlu segera dilakukan penebangan agar tidak menurunkan hasil lebih banyak. Oleh karena itu, perencanaan penebangan harus dilakukan dengan baik agar tebu yang ditebang dapat memenuhi kapasitas pabrik setiap harinya.

Kegiatan penebangan dan pengangkutan tebu menuntut tebu dengan kualitas MBS (manis, bersih, segar) untuk digiling sehingga pelaksanaan tebang harus dilaksanakan dengan baik. Teknis tebang dilakukan dengan menebang batang tebu sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang 10-15 cm. Batang yang telah ditebang selanjutnya dibersihkan dari pucuk, daun hijau, dan daun kering. Selain itu, hasil tebangan harus bersih dari akar, tanah, ataupun sogolan untuk memenuhi kebersihan tebu. Batang tebu yang telah bersih, diikat dengan masing-masing ikatan sebanyak 20-25 batang. Batang yang terlalu panjang, dapat dipotong menjadi 2 bagian sehingga memudahkan dalam pengangkutan. Batang tebu yang telah diikat, dimuat secara manual ke truk dan diangkut menuju pabrik.

Pengolahan Tebu

Tebu yang diangkut ke pabrik jumlahnya disesuaikan dengan kapasitas giling pabrik. Pabrik Gula Madukismo telah bersertifikat ISO (9001:2008) dengan kapasitas giling 3500 TCD. Tebu hasil tebangan yang telah sampai di pabrik akan melalui beberapa tahap persiapan sebelum diolah menjadi gula. Beberapa tahapan atau stasiun dalam mengolah tebu menjadi gula, yakni tahapan persiapan, stasiun penggilingan, pemurnian, pengentalan nira, pemasakan, pemutaran, dan pengkristalan.

1. Persiapan

Tahap awal dalam mengolah tebu menjadi gula yaitu tahap penggilingan. Sebelum memasuki stasiun penggilingan, tebu yang akan digiling harus melalui pos persiapan terlebih dahulu untuk mendapatkan tebu yang bersih, segar, dan manis. Terdapat 5 pos dalam tahap persiapan, diantaranya pos pemeriksaan, pos timbangan bruto, pembongkaran, timbangan tara, dan Ban contoh/ reteller.

a. Pos pemeriksaan

(37)

25 b. Pos timbangan bruto

Pos timbangan bruto merupakan pos penimbangan bobot tebu, beserta truk dan supirnya. Penimbangan bruto menggunakan alat digital yang tersambung dengan komputer. Data bobot dicetak pada SPA dan supir truk harus mengisi data tanggal giling, jam giling, brix, pol ampas, dan nilai nira. c. Pos pembongkaran

Pos pembongkaran adalah pos pemindahan tebu dari truk ke lori. Pemindahan dilakukan menggunakan alat derek yang dikendalikan oleh operator. Sebelum tebu diderek, tebu dipasang rantai yang disambungkan ke tali angkut yang sudah terpasang di bawah tumpukan tebu. Selanjutnya tebu diangkut dan dipindahkan ke lori. Tebu yang tersusun tidak rapi dapat menyebabkan runtuhnya tumpukan tebu. Tebu yang jatuh saat pembongkaran akan dibersihkan dan ditumpuk pada lori dan dijadikan tebu rempon. Hasil dari kebun rempon akan menjadi milik pabrik gula.

d. Pos timbangan tara

Pos timbangan tara adalah pos penimbangan truk bersih (tanpa tebu) dengan supirnya. Penimbangan tara dimaksudkan untuk memper-oleh data bobot bersih tebu yang nantinya akan dicetak di SPA.

e. Pos ban contoh

Pos ban contoh bertugas memeriksa tebu yang siap digiling. Ban contoh mencatat identitas tebu berupa nomor lori dan nomor SPA yang masuk ke meja tebu.

2. Stasiun penggilingan

Stasiun penggilingan merupakan stasiun pemerahan nira tebu. Pemerahan nira di PG Madukismo dilakukan sebanyak 5 kali. Saat penggilingan berlangsung, pada gilingan kedua dan ketiga tebu ditambahkan air nira hasil pemerahan sebelumnya dan ditambahkan air imbibisi pada gilingan keempat dan kelima. Air imbibisi yang dimaksud adalah air panas yang digunakan untuk meningkatkan keluarnya nira. Nira hasil gilingan akan alirkan ke bak pengendapan melalui pipa-pipa.Pemerahan nira maksimal apabila sisa % pol yang tertinggal 2% pada ampas tebu. Ampas sisa penggilingan terdiri dari ampas kasar dan ampas halus. Ampas kasar akan digunakan sebagai bahan bakar ketel sedangkan ampas halus digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan blotong.

3. Stasiun Pemurnian

Stasiun pemurnian merupakan proses memisahkan nira tebu dari kotoran sisa penggilingan.. Proses pemurnian nira diawali dengan pengendapan kotoran nira menggunakan phospat. Setelah diendapkan, nira akan dialirkan menuju penimbangan berukuran 5 ton dan selanjutnya dialirkan menuju bak pemurnian. Proses pemurnian nira meliputi proses defikasi dan sulfitasi. Defikasi merupakan pemurnian air nira dengan menggunakan susu kapur. Setelah mengalami dua kali defikasi, air nira akan di sulfitasi. Proses sulfitasi merupakan pemurnian dengan menggunakan sulfat. Proses sulfitasi berfungsi mengikat kotoran-kotoran yang masih terdapat pada nira dan menetralkan kembali pH akibat penggunakan kapur.

4. Stasiun Pengentalan

(38)

26

bergantian dalam pengentalan nira, namun hanya 4 evaporator yang dioperasikan dalam setiap proses pengolahan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan tangki evaporator. Pergantian tangki yang kosong dilakukan 2 hari sekali. Pembersihan tangki dilakukan pada saat tangki tersebut tidak digunakan. 5. Stasiun pemasakan

Pemasakan merupakan proses meningkatkan nira agar memudahkan proses pengkristalan. PG Madukismo menggunakan sistem pemasakan A-C-D, dengan menggunakan 12 tangki. Gula SHS yang merupakan hasil utama dari pengolahan tebu adalah hasil masakan A, tangki yang digunakan yakni nomor 1 sampai 5. Tangki nomor 7 sampai 12 digunakan untuk masakan D, sedangkan tangki nomor 6 untuk masakan C.

6. Stasiun pemutaran dan pengkristalan

Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari molase. Cara kerja dari stasiun pemutaran yakni dengan memasukkan nira ke dalam suatu alat yang diberikan gaya sentrifugal dengan kecepatan tertentu sehingga kristal dan molase terpisah. Alat pemutar dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan tingkat masakan. Kristal gula hasil pemutaran akan didinginkan dan dikeringkan untuk menurunkan kelembaban sehingga meningkatkan masa simpannya. Molase akan dialirkan ke pabrik suling melalui saluran pipa. 7. Pengemasan

Pengemasan kristal gula dilakukan dengan menggunakan vibrating screen. Alat ini ini digunakan untuk memisahkan butiran kristal yang berukuran terlalu besar. Kristal gula yang terlalu besar akan dilebur untuk mengalami pemutaran lagi agar ukuran kristal sesuai. Kristal gula yang ukurannya sesuai, akan dikemas. Pengemasan gula di PG Madukismo terdiri dari kemasan curah sebagai produk primer dan kemasan karung dengan bobot 50 kg sebagai kemasan sekunder. Gula yang sudah dikemas lalu disimpan dalam gudang.

Gambar 11 Gudang penyimpanan gula

Aspek Khusus

Taksasi Maret

(39)

27 visual oleh sinder kebun. Mahasiswa melakukan perhitungan taksasi seperti yang dilakukan mandor. Selanjutnya data berupa jumlah batang/ juring dan rata-rata tinggi tanaman/ juring dari pengamatan 10 juring dikumpulkan kepada mandor yang bertanggung jawab menyimpan data untuk dihitung rata-rata perkiraan produktivitas tebunya.

Pengambilan Nilai Brix

Pengambilan nilai brix dilakukan menjelang kegiatan tebang dan pada waktu tebang dengan didampingi oleh mandor. Peralatan yang diperlukan pada saat pengambilan nilai brix diantaranya sabit, brix hendfractometer, dan kapas. Mahasiswa melakukan pengambilan nilai brix untuk mengetahui nilai brix tebu terutama pada varietas masak awal dan varietas masak lambat. Hal ini untuk mengetahui ketepatan waktu kemasakan berdasarkan varietas kemasakan. Sampel tebu yang diambil nilai brixnya pada 5 kebun.

Wawancara Petani

Wawancara petani dilakukan kepada beberapa petani tebu wilayah Sleman dan Bantul. Wawancara dilakukan untuk mengetahui aspirasi petani terhadap varietas yang digunakan dan teknik budidaya yang dilakukan. Waktu pelaksanaan wawancara menyesuaikan waktu luang petani. Pelaksanaan wawancara dilakukan di rumah petani yang sudah dihubungi sebelumnya. Kegiatan wawancara dilaksanakan selama 2 bulan karena menyesuaikan waktu petani dengan kegiatan magang mahasiswa.

Aspek Manajerial

Pabrik Gula Madukismo menyediakan bahan baku tebunya dengan mengelola kebun tebu yang dilakukan oleh bagian tanaman. Bagian tanaman dipimpin oleh kepala bagian tanaman (Kabagtan) yang bertugas mengawasi dan membagi areal lahan tebu ke beberapa rayon sesuai dengan potensi masing-masing wilayah. Selain itu, Kabagtan juga bertugas mengawasi dan mengendali-kan biaya yang dibutuhmengendali-kan untuk budidaya tebu milik pabrik.

Kabagtan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh kepala rayon yang membawahi sinder kebun wilayah (SKW). Sinder kebun wilayah dibantu oleh beberapa mandor dalam menjalankan pengelolaan langsung di kebun. Mahasiswa melakukan aspek managerial di bagian tanaman dengan mengikuti tugas kepala rayon, sinder kebun wilayah, dan mandor.

Kepala Rayon

(40)

28

sinder kebun wilayah, menghadiri acara RAT (Rapat Anggota Tahunan) di KPTR (Koperasi Petani Tebu Rakyat) Cinta Manis, Bantul. Selain itu, mahasiswa melakukan diskusi dengan kepala rayon mengenai masalah-masalah di lapang dan penyelesaian yang dilakukan.

Sinder Kebun Wilayah (SKW)

Sinder kebun wilayah bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan budidaya tebu di kebun baik dalam aspek teknis maupun aspek manajerial suatu wilayah. Adapun tugas utama SKW yaitu memenuhi pasokan tebu dari wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh kepala rayon, yaitu mengendalikan kualitas tebu agar sesuai standar kualitas MBS (manis, bersih, segar), serta berupaya untuk memperluas wilayah kerja agar pasokan tebu ke pabrik terpenuhi. Mahasiswa mengikuti tugas SKW pada kegiatan taksasi Maret bersama mandor-mandor, penyuluhan petani baru di kabupaten Gunung Kidul, survey kebun, dan mengawasi kegiatan tebang.

Sinder Tebang

Sinder tebang bertanggung jawab dalam penebangan dan pengangkutan tebu. Sinder tebang bertugas mengoordinasi dan merencanakan pelaksanaan tebang sehingga mampu memenuhi kapasitas giling pabrik setiap harinya. Mahasiswa ikut melakukan pengawasan pelaksanaan tebang dan berdiskusi dengan sinder tebang tentang kegiatan tebang angkut.

Sinder Kebun Bibit

Sinder kebun bibit merupakan penanggung jawab di kebun pembibitan tebu PG Madukismo yang bekerja di bawah kepala Bina Sarana Tani (BST). Sinder kebun bibit bertugas memenuhi pasokan bibit, mengontrol varietas yang akan di KBD sesuai dengan kebutuhan KTG, dan melakukan penataan varietas. Sinder kebun bibit juga bertanggung jawab terhadap kualitas bibit yang dihasilkan. Kegiatan sinder bibit yang diikuti mahasiswa adalah survey ke kebun pembibitan dan mengawasi penebangan benih. Survey kebun di pembibitan dilakukan untuk mengontrol kerja mandor.

Mandor

(41)

29

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pola Kemitraan Pabrik Gula dengan Petani

Pabrik gula Madukismo mengadakan bahan baku tebunya dengan melakukan kerja sama bersama petani yang bersedia menanami lahannya dengan tanaman tebu. Bentuk kerja sama yang dilakukan pabrik gula Madukismo dengan petani adalah pola kemitraan, pola kerja sama usaha (KSU), dan pola tebu rakyat mandiri (TRM). Bentuk kerja sama yang ditawarkan PG Madukismo ini diharapkan dapat menarik minat petani untuk menanam tebu.

1. Pola kemitraan

Pola kemitraan merupakan bentuk kerja sama yang tidak banyak melibatkan partisipasi petani. Petani hanya menyediakan lahan untuk ditanami tebu, sedangkan pelaksanaan dan biaya kegiatan budidaya dilakukan oleh petugas pabrik gula. Sistem bagi hasil yang diterapkan pada pola kemitraan yakni petani mendapatkan JPM (Jaminan Pendapatan Minimum) dengan harga yang telah disepakati sebelumnya dan seluruh gula milik pabrik.

2. Pola kerja sama usaha (KSU)

Pola KSU adalah bentuk kerja sama pabrik gula dengan petani yang lebih banyak melibatkan partisipasi petani karena pelaksanaan kegiatan budidaya dilakukan oleh petani dengan diawasi oleh petugas pabrik gula. Pabrik gula sebagai penjamin kredit modal usaha yang diajukan petani kepada bank. Seluruh tebu yang dihasilkan diserahkan kepada pabrik gula untuk digiling di PG Madukismo dan petani mendapat JPM sesuai harga kesepakatan dan keuntungan yang diperoleh.

3. Pola Tebu Rakyat Mandiri (TRM)

Merupakan bentuk kerja sama antara petani dengan pabrik gula Madukismo berupa penggilingan. Seluruh kegiatan budidaya dan biaya produksi ditanggung oleh petani mandiri. Pabrik gula hanya menggilingkan tebu milik petani dan petani tidak wajib menggilingkan tebunya di PG Madukismo. Sistem bagi hasil yang dilakukan yakni 66% ditambah tetes untuk petani dan 34% untuk pabrik gula. Pabrik gula dapat menjadi pembimbing atau konsultan jika petani membutuhkan. Petani tidak mendapatkan JPM karena keuntungan dan kerugian ditanggung sendiri oleh petani.

Penataan Varietas Kebun Tebu Giling Wilayah PG Madukismo

Gambar

Tabel 5  Produksi gula PG Madukismo 10 tahun terakhir
Gambar 8  Benih SBP yang telah dikurangi daunnya
Tabel 8  Jenis gulma yang terdapat di lahan tebu wilayah kerja PG Madukismo
Tabel 11  Varietas dominan yang digunakan petani wilayah Sleman dan Bantul
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Pada kegiatan awal yaitu menyiapkan kondisi kelas sudah tercapai, dan pada kegiatan yang lain ada beberapa deskriptor yang belum tercapai. 2) Pada kegiatan inti

Analisis korelasi dan analisis jalur (path analysis) digunakan sebagai model analisis. Penelitian menyimpukan bahwa 1) Konsumsi pangan hewani pada keluarga di Kota

Pengalaman ibu yang merawat anak usia sekolah yang mengalami autis yang men- jadi sampel penelitian menunjukkan adanya mengalami stres emosional stres emosional, per- lu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Pontianak pemahaman potensi diri fisik peserta didik mencapai persentase

Skop kajian ini menumpukan kepada tiga aspek iaitu tahap pengetahuan pentadbir dan ahli jawatankuasa terhadap pengurusan masjid dalam Islam, bentuk pengurusan yang dijalankan dan

Maka dapat disimpulkan di sini bahwa, Hukum Islam melarang praktik pengangkatan anak yang memiliki implikasi yuridis seperti pengangkatan anak yang dikenal oleh hukum

Komunikasi electronic word of mouth melalui media elektronik mampu membuat konsumen tidak hanya mendapatkan informasimengenai produk dan jasa terkait dari

Berikut ini adalah rinciannya, (1) lemahnya peranan raja dalam memimpin Keraton Yogyakarta, (2) goyah dan rapuhnya Keraton Yogyakarta, (3) lemahnya penjagaan