• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN

MELALUI METODE JARIMATIKA

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM

SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

LINDA NURMASARI

X7109063

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN

MELALUI METODE JARIMATIKA

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM

SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

LINDA NURMASARI

X7109063

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG

PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II

SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

NAMA : LINDA NURMASARI

NIM : X7109063

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sukarno, M.Pd. Drs. Hartono, M. Hum.

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul : PENINGKATAN KEMAMPUAN

MENGHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA

SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

NAMA : LINDA NURMASARI

NIM : X7109063

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 10 Juni 2011

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M. Pd. ...

Sekretaris : Drs. Usada, M. Pd. ...

Anggota I : Drs. Sukarno, M. Pd. ...

Anggota II : Drs. Hartono, M. Hum. ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Linda Nurmasari. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa dengan menggunakan metode jarimatika pada siswa kelas II SD Negeri Pringanom 3 tahun pelajaran 2010/2011. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menghitung perkalian, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jarimatika.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011 berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, tes, observasi, dan wawancara. Validitas data yang digunakan adalah validitas isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Linda Nurmasari. THE IMPROVEMENT OF STUDENTS‟ CAPABILITY OF MULTIPLY COUNTING THROUGH JARIMATIKA METHOD ON THE SECOND GRADE STUDENTS OF SD NEGERI 3 PRINGANOM SRAGEN IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. 2011.

The aim of this study is to improve the students‟ capability of multiply counting through jarimatika method on the second grade students of SD Negeri 3 Pringanom in the academic year of 2010/2011. The variable which is taken as the target of the change in this research is to improve the students‟ capability of multiply counting. Meanwhile, the action variable which is used in this research is jarimatika method.

This study is classroom action research that consists of two cycles. Subject of the research is all of the second grade students (38 individuals) of SD Negeri 3 Pringanom Sragen in the academic year of 2010/2011. The technique of collecting the data uses documentation, test, observation and interview technique. The data‟s validity used is validity content. The analysis technique used is interactive analysis.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segala doa dan puji syukur ke hadirat Allah SWT

Penulis persembahkan karya sederhana ini

kepada

Kedua orang tuaku, Bapak Slamet dan Ibu Gias yang telah berjuang untuk

mendidik dan membesarkanku. Terima kasih atas keteladanan, kasih sayang,

ajaran, dan prinsip hidup yang telah diberikan kepadaku selama ini.

Bapak Giman dan Ibu Sri Lestari yang telah memberiku banyak dukungan dan

pelajaran dalam hidup.

Suamiku Mas Aris yang dengan setia mengiringi langkahku, selalu memberikan do‟a, semangat, serta dukungan untukku.

Malaikat kecilku, Shafa Arlin Marchia yang selalu membuatku mampu bertahan,

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian melalui Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011” dengan baik.

Maksud dari penulisan laporan penelitian ini adalah untuk memenuhi

persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa

dalam menyusun laporan penelitian ini masih banyak kekurangan, namun berkat

bimbingan dan pengarahan dari Bapak/ Ibu dosen pada akhirnya penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Usada, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Sukarno, M.Pd, selaku pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Drs. Hartono, M.Hum, selaku pembimbing II yang mengarahkan dan

membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Keluarga Besar SD Negeri 3 Pringanom yang telah membantu dan menyediakan

tempat untuk melaksanakan penelitian.

8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu. Semoga amal

kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis juga menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

(10)

commit to user

x

penulis harapkan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru maupun

calon guru atau pihak yang bersangkutan pada umumnya dan penulis pada

khususnya.

Surakarta, Mei 2011

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teotitis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Hakikat Kemampuan Menghitung Perkalian ... 7

2. Hakikat Metode Jarimatika ... 15

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 24

(12)

commit to user

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 28

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

D. Sumber Data ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Validitas Data ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 31

H. Prosedur Penelitian ... 32

I. Indikator Keberhasilan ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 39

1. Siklus I ... 39

2. Siklus II ... 47

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Implikasi ... 62

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Formasi Jarimatika Perkalian 6-10 ... 20

Gambar 2. Formasi Berhitung Perkalian ... 21

Gambar 3. Contoh Formasi Jari Berhitung dengan Jarimatika ... 21

Gambar 4. Skema Kerangka Berpikir ... 25

Gambar 5. Anaalisis Interaktif Model Milles dan Huberman ... 31

Gambar 6. Alur PTK ... 32

Gambar 7. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 33

Gambar 8. Grafik Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 Pada Kondisi Sebelum Tindakan ... 38

Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom Pada Siklus I ... 46

Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom Pada Siklus II ... 53

Gambar 11. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi Perkalian Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom Sebelum Tindakan, Silkus I, dan Siklus II ... 59

Gambar 12. Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Klasikal Matematika Materi Perkalian Siswa Kelas II Semester II SD Negeri 3 Pringanomn Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 59

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 27

Tabel 2. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menghitng Perkalian Siswa

Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom pada Kondisi

Sebelum Tindakan ... 38

Tabel 3. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa

Kelas II Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom pada Siklus I ... 46

Tabel 4. Data Nilai Kemampuan Menghitung Perkalian Siswa Kelas II

Semester 2 SD Negeri 3 Pringanom pada Siklus II ... 53

Tabel 5. Rata-rata Nilai Matematika dan Persentase Ketuntasan Klasikal

Kemampuan Menghitung Perkalian di Atas KKM pada Kondisi

Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 58

Tabel 6. Peningkatan Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Soal Pra Tindakan ... 65

Lampiran 2. Daftar Nilai Ulangan Siswa Sebelum Tindakan ... 68

Lampiran 3. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Siklus I ... 70

Lampiran 4. Daftar Nilai Ulangan Siswa Siklus I ... 78

Lampiran 5. Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Pembelajaran Siklus I .. 80

Lampiran 6. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Pembelajaran Siklus II 81

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 82

Lampiran 8. Daftar Nilai Ulangan Siswa Siklus II ... 90

Lampiran 9. Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Pembelajaran Siklus II . 92 Lampiran 10. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Pembelajaran Siklus II 93

Lampiran 11. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ... 94

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Banyak ahli yang mengartikan pengertian matematika baik secara umum

maupun secara khusus. Herman Hudojo menyatakan bahwa: “matematika

merupaka ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis

dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan

mental yang tinggi.” Sedangkan James dalam kamus matematikanya menyatakan

bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak

yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan goemetri.”

Matematika merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan

mencakup beberapa kompetensi yang menjadikan siswa dapat memahami dan

mengerti tentang konsep dasar matematika. Pembelajaran matematika di kelas

hendaknya dibuat semenarik mungkin dan dihubungkan dengan kehidupan siswa

sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna

dan bermanfaat bagi siswa.

Manfaat yang bisa diperoleh dari mempelajari matematika antara lain:

melatih berpikir secara logis dan sistematis, mengembangkan daya nalar, melatih

memecahkan masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, dan

mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan zaman yang selalu berubah.

Oleh karena itu pembelajaran matematika menjadi sangat penting dikuasai oleh

siswa.

Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata

pelajaran Matematika SD/MI dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Matematika

di SD adalah:

(1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,

misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,

menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi; (2)

mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

(17)

commit to user

2

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; (3)

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4) mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

antara lain melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta dan diagram.

Pada kelas rendah, pembelajaran matematika ditekankan pada empat

kemampuan berhitung dasar, yaitu kemampuan menghitung penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian. Empat kemampuan berhitung dasar ini

sangat penting untuk dikuasai sebagai bekal penguasaan materi selanjutnya di

kelas yang lebih tinggi. Selain itu juga penting dikuasai karena sering digunakan

dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas II SD Negeri 3

Pringanom, siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerjakan

soal-soal dalam materi perkalian. Hal ini terbukti dari hasil ulangan dalam materi

perkalian, banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Dari 38 siswa kelas

II SD Negeri 3 Pringanom yang mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) ≥ 60 hanya 16 siswa, sedangkan 22 siswa masih belum memenuhi kriteria

ketuntasan minimal yang telah ditentukan.

Rendahnya nilai siswa dalam materi perkalian disebabkan karena metode

yang digunakan selama ini adalah dengan penjumlahan berulang, padahal

diperlukan waktu yang cukup lama bagi siswa untuk melakukan penjumlahan

berkali-kali. Selain itu siswa seringkali mengalami ketidaksabaran dan kesalahan

atau kurang teliti dalam menghitung. Metode lain yang juga seringkali digunakan

adalah dengan cara menghafalkan perkalian. Akibatnya siswa menjadi kurang

tertarik dan malas untuk mempelajari matematika, terutama dalam operasi hitung

perkalian.

Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2008:5) “Daya tarik suatu mata pelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran (pembelajaran) itu sendiri, dan kedua, oleh cara mengajar guru”. Karena itu guru harus berusaha menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang

(18)

commit to user

3

itu dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang

menarik. Demikian pula dalam bidang studi matematika.

Lydia Polonsky dkk (2005: 1) berpendapat

“Gagasan bagaimana anak-anak mempelajari matematika telah berubah secara dramatis. Dahulu matematika diajarkan kepada sebagian dari kita

dengan sistem ingatan – dan – latihan. Kini, kita telah memahami bahwa

anak-anak mampu berpikir tentang gagasan matematis yang rumit jauh

sebelum mereka mampu menghadapi soal-soal tertulis yang dinyatakan

dengan simbol-simbol”.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dahulu sistem yang

digunakan adalah ingatan dan latihan. Dengan kata lain, metode yang seringkali

digunakan adalah menghafal. Sekarang ini, metode menghafal sudah tidak lagi

sesuai, termasuk dalam membelajarkan perkalian. Metode ini kurang efektif untuk

meningkatkan penalaran siswa. Dengan metode menghafal, siswa hanya akan

menjadi seorang penghafal, bukan pemecah masalah.

Banyak metode yang digunakan oleh guru untuk membuat anak

memahami materi yang diajarkan. Akan tetapi, metode yang digunakan seringkali

kurang efektif karena tidak sesuai dengan materi atau karakteristik anak. Selain

itu, hampir semua metode yang digunakan memerlukan alat bantu dan kadang

membebani memori otak. Ditinjau dari karakteristik anak pada umumnya, di kelas

II SD sudah mampu menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan mudah.

Namun, dalam menghitung perkalian dan pembagian seringkali anak mengalami

kesulitan.

Dilihat dari kenyataan yang ada, banyak orangtua yang mengeluh bahwa

anak mereka rata-rata mengalami kesulitan dalam menghitung perkalian, bahkan

hingga di kelas yang lebih tinggi. Hal ini sangat menghambat proses pembelajaran

selanjutnya dan sering membuat orang tua risau karena anak mereka tidak bisa

menghitung perkalian yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Ali M.H. (2010: 9), hal-hal yang seringkali muncul saat anak

(19)

commit to user

4

orangtua); (2) proses memaksa-terpaksa (yang sangat tidak menyenangkan kedua

belah pihak); (3) anak kita tidak suka matematika; (4) anak kita susah memahami

angka dan bilangan; (5) anak kita enggan belajar berhitung.

Di kelas II Semester 2, konsep perkalian baru diperkenalkan kepada siswa.

Materi perkalian yang diperkenalkan adalah perkalian dengan hasil bilangan dua

angka. Jadi penguasaan konsep sangat penting bagi siswa, agar mereka memiliki

bekal untuk melakukan operasi hitung lanjutan, antara lain perkalian bilangan

dengan hasil di atas 100, soal campuran, soal cerita, soal pecahan, dan sebagainya

di kelas yang lebih tinggi. Jika penguasaan materi perkalian di kelas II masih

kurang, siswa akan mengalami kesulitan dalam materi-materi berikutnya. Steve

Slavin (2005: 233) menyatakan “Di banyak sekolah, perkalian dan pembagian

diperkenalkan di awal kelas 2. Tujuannya adalah mengenalkan kepada alat

matematika ini, jadi ketika perkalian dan pembagian diterapkan dengan lebih mendalam di kelas 3, anak Anda sudah terbiasa dengannya”.

Metode jarimatika (jari dan aritmatika) memperkenalkan kepada anak

bahwa matematika (khususnya berhitung) itu menyenangkan. Dengan

menggunakan jari-jari tangannya sendiri anak dapat menghitung perkalian dengan

cepat. Dengan demikian diharapkan anak akan lebih tertarik untuk belajar

matematika. Menurut Ali M. H. (2010: 10) “Jarimatika sendiri mempunyai arti

menghitung dengan menggunakan jari-jari yang kita punya sebagai anugerah dari

Allah SWT. Dengan metode jarimatika, jumlah jari kita yang 10 buah itu dapat dipahami sebagai 99 jumlahnya”.

Kelebihan metode jarimatika menurut Septi Peni Wulandani antara lain: “(1) memberikan visualisasi proses berhitung; (2) menggembirakan anak saat digunakan; (3) tidak memberatkan memori otak; (4) alatnya gratis,

selalu terbawa dan tidak dapat disita; (5) pengaruh daya pikir dan

psikologis: karena diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di

otak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam

menerima materi baru. (6) membiasakan anak mengembangkan otak

kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara fungsional,

(20)

commit to user

5

sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal

membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu

matematika secara luas.”

Metode jarimatika dapat digunakan dalam operasi hitung penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian di semua jenjang sekolah. Metode ini

juga tidak hanya dapat diterapkan oleh guru di kelas, tetapi juga sangat cocok

diterapkan oleh orang tua siswa di rumah dalam membantu anaknya belajar.

Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam menghitung perkalian.

Permasalahan pokok yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini

adalah: Peningkatan kemampuan menghitung perkalian dengan menggunakan

metode Jarimatika pada siswa kelas II semester 2 SD Negeri 03 Pringanom tahun

pelajaran 2010/2011.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penerapan metode

jarimatika dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian pada siswa

kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen tahun pelajaran 2010/2011?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penelitian

sebagai berikut : Meningkatkan kemampuan menghitung perkalian melalui

penerapan metode jarimatika pada siswa kelas II SDN 3 Pringanom Sragen tahun

pelajaran 2010/2011.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tentang peningkatan

kemampuan operasi hitung perkalian di kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen

tahun pelajaran 2010 / 2011 antara lain :

(21)

commit to user

6

Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh Guru, Kepala

Sekolah, para tenaga kependidikan dan peneliti lainnya, diharapkan dapat

menambah khasanah pustaka kependidikan dan memberikan sumbangan

informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang

masalah sejenis guna penyempurnaan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan kemampuan menghitung perkalian.

2) Memudahkan siswa menghitung perkalian dengan menggunakan alat

yang merupakan bagian tubuhnya sendiri.

3) Belajar menjadi lebih menyenangkan.

4) Meningkatkan motivasi belajar matematika.

b. Bagi Guru

1) Guru lebih terampil menggunakan jarimatika dalam pembelajaran.

2) Sebagai alternatif metode yang efektif untuk digunakan dalam

pembelajaran.

3) Meringankan beban guru karena tidak perlu membawa alat peraga

untuk memudahkan siswa menghitung perkalian.

c. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas

(22)

commit to user

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Menghitung Perkalian

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya kuasa (bisa atau

sanggup) melakukan sesuatu. Kata mampu yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an, akan menjadi kata kemampuan yang selanjutnya memiliki arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau kekayaan. (Hasan Alwi, dkk dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2007: 707)

Menurut Bismo, kemampuan berhitung adalah kemampuan seseorang

yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematik sehingga dapat

dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa yaitu tambah,

kurang, kali, dan bagi. Menurut Riyanto (2001) berhitung secara harfiah berarti

cara menghitung dengan menggunakan angka-angka. Menurut Masykur dan

Fathani (2008) kemampuan berhitung adalah penguasaan terhadap ilmu hitung

dasar yang merupakan bagian dari matematika yang meliputi penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian.

Dalam bahasa Inggris kemampuan disebut dengan “ability”. Dalam The Free Dictionary, ability is 1) the quality of being able to perform; a quality that permits or facilitates achievement or accomplishment, 2) possession of the

qualities (especially mental qualities) required to do something or get something

done. Pengertian dari kemampuan yaitu 1) suatu kualitas untuk bisa

menampilkan; sebuah kualitas yang mengizinkan atau memfasilitasi pencapaian

atau prestasi, 2) Kepemilikan kualitas (terutama kualitas mental) yang diperlukan

untuk melakukan sesuatu atau membuat sesuatu dikerjakan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kualitas, kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan untuk

melakukan atau mengerjakan sesuatu yang memfasilitasi suatu pencapaian atau

(23)

commit to user

8

b. Pengertian Menghitung

Kata “menghitung” berasal dari kata dasar “hitung” yang berarti membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyak, dsb). Kata “hitung” yang mendapat awalan me-, akan menjadi kata kerja “menghitung” yang berarti: (1) mencari jumlahnya (sisanya, pendapatannya) dengan menjumlahkan,

mengurangi, dsb; (2) membilang untuk mengetahui berapa jumlahnya

(banyaknya); (3) menentukan atau menetapkan menurut (berdasarkan) sesuatu.

(Hasan Alwi, dkk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2007: 405)

Kata untuk menghitung dalam bahasa Inggris adalah calculate. Pengertian

untuk kata calculate adalah “(mathematics) To determine the value of something

or the solution to something by a mathematical process; (mathematics) To

determine values or solutions by a mathematical process; To plan something, especially something morally wrong”. Menentukan nilai dari sesuatu atau solusi dari sesuatu melalui proses matematika; menentukan nilai atau solusi melalui

proses matematika; untuk merencanakan sesuatu, khususnya sesuatu yang secara

moral salah.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menghitung

adalah suatu perbuatan untuk menentukan nilai atau solusi sesuatu hal melalui

proses matematika (menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, membagi, dsb).

Septi Peni Wulandani (www.ibuprofesional.org) menyebutkan beberapa

manfaat berhitung, diantaranya:

1) Agar anak kita dapat lebih memahami alam semesta dan hukum-hukum

yang berlaku di dalamnya, 2) agar anak kita dapat melakukan perencanaan

dan evaluasi dengan baik saat dewasa nanti, 3) agar anak-anak kita dapat

membuat rancangan dan konstruksi dengan benar, 4) yang juga tidak kalah

penting adalah agar anak-anak kita dapat berlaku adil, 5) kemudian agar

mereka bisa berbelanja dengan benar, 6) lalu juga agar mereka tidak

mudah ditipu, 7) dan tentu masih banyak lagi nilai pentingnya bagi

kehidupan anak kita.

Karena pentingnya berhitung bagi anak, orangtua seringkali memaksa

(24)

commit to user

9

juga mampu menguasai kemampuan ini. Padahal untuk menguasai kemampuan

berhitung perlu melalui beberapa proses, yaitu: 1) Anak perlu memahami bilangan

dan proses membilang, 2) kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan,

3) setelah itu diajarkan konsep operasi hitung, 4) baru kemudian dikenalkan

berbagai cara dan metode melakukan penghitungan. Kemampuan berhitung pada

anak harus terus ditingkatkan. Guru dan orang tua dapat menggunakan berbagai

metode untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak. Terutama metode yang

menyenangkan, tidak membebani memori otak, dan menarik bagi anak.

c. Perkalian

Yasin Matika & Abraham (2009: 3) menyatakan “Perkalian adalah penjumlahan berulang, atau penjumlahan dari beberapa bilangan yang sama”. Sedangkan Steve Slavin (2005: 233) berpendapat bahwa “Perkalian adalah penjumlahan yang sangat cepat”. Menurut St. Suwarsono & Th. Sugiarto, operasi perkalian didefinisikan sebagai berikut: Jika a = n (A). b = n (B), A dan B dua

himpunan berhingga, maka a x b = n (A x B). (A x B = {(a,b) | a Ε A dan b E B

}). Definisi kedua adalah jika a dan b bilangan cacah, a x b = b+b+b+b

sejumlah a. Penjumlahan berulang b sejumlah a suku. Bentuk perkalian a x b

selanjutnya dapat ditulis ab, a dan b faktor.

Prof. Drs. Wirasto (1983) mengemukakan beberapa definisi perkalian

sebagai berikut:

Jika bilangan-bilangannya a dan b maka: Definisi I: a x b adalah

penjumlahan berulang yang mempunyai a suku, dan tiap-tiap suku sama

dengan b. Definisi II: jika a dan b bilangan-bilangan cacah, dan H1, H2, . . .

Ha (sebanyak a himpunan) adalah himpunan-himpunan yang

sepasang-sepasang lepas, serta n (H1) = . . . = n (Ha) = b, maka a x b = n (H1  H2 . . .  Ha). Definisi III: Apabila a dan b bilangan-bilangan cacah dan H dan K

himpunan-himpunan dengan n (H) = a dan n (K) = b, maka a x b = n (H x

(25)

commit to user

10

Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa

perkalian adalah penjumlahan dari suatu bilangan yang sama secara berulang,

yaitu bilangan terkali dijumlah berulang-ulang sebanyak pengalinya.

Untuk memudahkan anak memahami perkalian, dapat ditempuh dengan

langkah yang sederhana dan mudah. Di samping menggunakan metode jarimatika,

anak juga harus memahami sifat atau ciri khas perkalian, yaitu:

1) Komutatif berarti urutan tidak mempengaruhi hasil perkalian.

Contoh: 2 x 3 = 6 dan 3 x 2 = 6, maka 2 x 3 = 3 x 2

2) Asosiatif berarti pengelompokkan tidak mempengaruhi hasil perkalian.

Contoh: (2 x 3) x 4 = 2 x (3 x 4 )

3) Perkalian dengan 0 = 0

Bilangan berapapun jika dikalikan dengan 0, maka hasilnya sama dengan 0.

Contoh: 1 x 0 = 0

3 x 0 = 0

4) Unsur identitas perkalian adalah 1. Bilangan berapapun kalau dikalikan

dengan 1, hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri.

Contoh: 4 x 1 = 4

7 x 1 = 7

5) Perkalian dengan 10 = bilangan itu ditambah 0 di belakangnya. Bilangan

berapa pun jika dikalikan dengan 10, maka hasilnya sama dengan bilangan itu

sendiri ditambah 0 di belakangnya.

Contoh: 2 x 10 = 20

9 x 10 = 90

6) Tertutup adalah jika semua jawaban menjadi anggota himpunan aslinya. Jika

dua bilangan genap dikalikan, jawabannya masih berupa bilangan genap (2 x 4

= 8); maka himpunan bilangan genap tertutup dalam operasi perkalian. Jika

dua bilangan ganjil dikalikan maka jawabannya adalah bilangan ganjil (3 x 5

= 15); maka himpunan bilangan ganjil tertutup dalam operasi perkalian.

7) Inversi Perkalian adalah kebalikan bilangan. Setiap bilangan yang dikalikan

dengan kebalikannyan hasilnya sama dengan 1.

(26)

commit to user

11

8) Sifat Distributif Perkalian terhadap Penjumlahan. Untuk setiap a, b, c bilangan

cacah, berlaku a x (b + c) = (a x b) + ( a x c) dan ( b+c ) x a = (b x a) + (c x a).

d. Hakikat Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Pembelajaran

Suherman (1992) berpendapat bahwa “Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap”. Sedangkan menurut Usman (2001) “Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.

(Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 11)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah proses komunikasi antara guru dan siswa serta antara siswa dengan siswa

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Pengertian Matematika

Matematika (dari bahasa Yunani: μα ματ ά - mathēmatiká) adalah studi

besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai

pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode

deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan

dan titik hadir secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang

matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang

(27)

commit to user

12

menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada

kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk

kepada kenyataan."

Mathematics (abbr. maths or math) is the discipline that deals with

concepts such as quantity, structure, space and change. It evolved, through the

use of abstraction and logical reasoning, from counting, calculation,

measurement and the study of the shapes and motions of physical objects.

Mathematicians explore such concepts, aiming to formulate new conjectures and

establish their truth by rigorous deduction from appropriately chosen axioms and

definitions. Matematika adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan

konsep-konsep seperti jumlah, struktur, ruang, dan perubahan. Matematika berkembang,

melalui penggunaan abstraksi dan logika, dari menghitung, perhitungan,

pengukuran dan studi tentang bentuk dan gerakan dari objek fisik. Matematika

menyelidiki baberapa konsep, bertujuan untuk merumuskan perkiraan baru dan

mendirikan kebenaran melalui penarikan kesimpulan yang setepat-tepatnya dari

aksioma dan definisi terpilih yang sesuai.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 5) pengertian matematika

adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Dari pengertian

ini, dapat disimpulkan bahwa matematika tidak dapat lepas dari bilangan.

Matematika ada karena ada bilangan.

Janice Vancleave‟s (2006: 1) mengemukakan “Dari gulungan lontar orang Mesir yang merupakan catatan sejarah tertua, kita mengetahui bahwa matematika

telah menjadi penting sejak tahun 4.000 Sebelum Masehi. Kalender pertama

memerlukan sistem angka. Orang-orang zaman dahulu dengan susah payah

menghitung dengan menggunakan jari-jari mereka”. Dari pendapat ini, jelas sekali

bahwa matematika adalah ilmu yang sangat penting, bahkan sejak ribuan tahun

yang lalu. Hal ini karena matematika digunakan setiap hari dalam kehidupan. Dan

matematika akan terus berkembang karena akan selalu muncul penemuan baru

dalam matematika. Pada zaman dahulu, matematika masih sangat sederhana,

(28)

commit to user

13

Janice juga berpendapat bahwa “Matematika adalah bahasa khusus yang menggunakan angka-angka dan simbol-simbol untuk mempelajari hubungan antara kuantitas”. Jadi, kerena berhubungan dengan angka-angka dan simbol-simbol, matematika merupakan sesuatu yang abstrak. Tetapi matematika juga

sangat berhubungan dengan hal-hal yang konkret dalam kehidupan sehari-hari.

Hudoyo dalam Nyimas Aisyah (2008: 1.1) berpendapat bahwa matematika

berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan

yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep

abstrak. Dari pendapat Hudoyo, matematika merupakan sesuatu yang logis dan

bersifat abstrak.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah studi tentang besaran, struktur, ruang dan perubahan yang menggunakan

angka-angka dan simbol-simbol (bersifat abstrak) yang menggambarkan

simpulan-simpulan yang penting.

3) Pembelajaran Matematika

a) Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan atau upaya

untuk memfasilitasi siswa dalam mempelajari matematika. Kegiatan

tersebut adalah upaya disengaja artinya menuntut persiapan pembelajaran

yang sangat detail, inovatif dan kreatif yang mampu menyesuaikan tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan pembelajaran kompetensi dalam

standar kompetensi-kompetensi dasar dan kekhasan kontekstual kehidupan

sehari-hari peserta didiknya. Dalam Pelaksanaan pembelajaran, tugas guru

hanya sebagai fasilitator, sedangkan peserta didik aktif mengkonstruksi

sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.

Menurut Gagne dalam Sri Subarinah (2006: 7), belajar matematika

terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. Objek-objek langsung

adalah objek-objek yang dari segi wujudnya secara nyata merupakan

objek-objek yang pertama-tama dipelajari. Objek-objek langsung dalam

pembelajaran matematika terdiri dari: fakta-fakta matematika,

(29)

commit to user

14

adalah objek-objek yang dari segi wujudnya secara nyata (secara

operasional) tidak segera nampak bahwa objek-objek tersebut merupakan

hal-hal yang dipelajari; tetapi hal-hal itu dipelajari sebagai dampak

(akibat) dari pembelajaran objek-objek langsung. Objek-objek tak

langsung dalam pembelajaran matematika adalah: sikap terhadap

matematika, penghargaan terhadap peranan matematika bagi kehidupan

manusia, kemampuan memecahkan masalah, kecermatan atau ketelitian

dalam mengamati sesuatu, kemampuan berfikir abstrak, dan

sebagainya.

Gagne mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang

dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan

atau disebut juga kapabilitas. Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar

sebagai berikut : Informasi verbal atau kemampuan untuk

mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta,

ketrampilan intelektual atau kemampuan untuk dapat membedakan,

menguasai konsep aturan, dan memecahkan masalah, strategi kognitif atau

kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses

berfikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis, sikap atau

kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar

penilaian terhadap stimulus tersebut, dan keterampilan motorik yang dapat

dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot

serta anggota badan yang diperlihatkan.

b) Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika

Bagi kebanyakan peserta didik, pembelajaran matematika sangat

menakutkan, membosankan dan membebani pikiran/perasaan mereka. Hal

itu tidak lepas dari peran guru yang mengajar matematika kurang

memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang benar. Untuk

menciptakan pembelajaran matematika yang bermakna dan

menyenangkan, perlu diperhatikan dan diimplementasikan prinsip-prinsip

(30)

commit to user

15

(1) Pembelajaran perlu dilaksanakan dengan materi yang

mula-mula bersifat kongkrit kemudian bergerak ke arah yang lebih abstrak,

atau dari yang spesifik kemudian bergerak ke arah yang lebih umum.

(2) Pembelajaran perlu dilaksanakan dalam suatu lingkungan

pembelajaran yang memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi

siswa (a safe and enjoyable learning environment).

(3) Pembelajaran perlu dilaksanakan dengan materi yang mula-mula

dirasa mudah bagi siswa kemudian bergerak ke arah yang lebih sukar.

(4) Para siswa perlu diberi kesempatan yang cukup banyak untuk

bisa menemukan sendiri berbagai hal penting yang terkait dengan

materi pembelajaran, dengan bimbingan dari guru, sehingga dapat

mengkonstruksikan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya sesuai

materi pelajaran yang dipelajari.

(5) Pendekatan dan metode yang digunakan guru dalam mengelola

pembelajaran matematika harus dapat memotivasi semua siswa untuk

terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, baik aktif secara

mental, secara fisik, maupun secara sosial, tanpa ada perasaan tertekan

atau terpaksa pada siswa.

(6) Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga siswa

memahami konsep-konsep matematika, fakta-fakta matematika,

keterampilan- keterampilan matematika, dan prinsip-prinsip

matematika yang menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran perlu

dilaksanakan sedemikian, sehingga siswa memahami penalaran

(reasoning) yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif

siswa dalam hal pengembangan konsep yang satu ke konsep yang lain,

dari prinsip yang satu ke prinsip yang lain, dari keterampilan yang satu

ke keterampilan yang lain.

(7) Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga siswa mengerti

(31)

commit to user

16

c) Tujuan Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar sebagai bagian dari

sistem pendidikan nasional, menurut kurikulum 2006 bertujuan antara lain

agar siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui

kegiatan matematika, sehingga terdapat keserasian antara pembelajaran

yang menekankan pada pemahaman konsep dan pembelajaran yang

menekankan pada keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan

masalah. Hal ini dengan jelas mengisyaratkan bahwa pengajaran

Matematika di Sekolah Dasar juga bertujuan untuk melatih siswa

memecahkan masalah. Melalui latihan pemecahan masalah, diharapkan

siswa dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah

yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan matematika sekolah, khusus di Sekolah Dasar atau

Madrasah Ibtidaiyah (Nyimas Aisyah, 2008: 1.4) agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

(4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

(32)

commit to user

17

2. Hakikat Metode Jarimatika

a. Pengertian Metode Jarimatika

Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode

menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat

diperlukan oleh guru, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat

bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh

guru. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan

karakteristik siswa. Dalam materi perkalian, salah satu metode yang dapat

digunakan adalah metode jarimatika.

Ali M. H. (2010: 1) “Jarimatika sendiri mempunyai arti menghitung dengan jari-jari yang kita punyai sebagai anugerah dari Tuhan yang Maha Esa.

Dengan metode jarimatika jumlah jari kita yang sepuluh buah itu dapat

dipahami sebagai 99 jumlahnya. Jadi jari-jari kanan kita bernilai satuan, dan

jari-jari sebelah kiri kita bernilai puluhan”. Jarimatika memperkenalkan

kepada anak bahwa berhitung itu menyenangkan serta mudah. Dan di dalam

proses yang penuh kegembiraan itu anak dibimbing untuk bisa dan terampil

berhitung dengan benar.

Menurut penemu jarimatika, Ibu Septi Peni Wulandani (2009: 17),

jarimatika adalah salah satu metode berhitung dalam operasi KaBaTaKu

(kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika juga didesain agar anak tidak merasa sedang „belajar‟ Matematika. Buku Jarimatika banyak diselingi dengan gambar, kegiatannya penuh dengan permainan,

gerak, lagu, dan juga kisah-kisah menarik. Target pertamanya adalah: Anak

tidak takut Matematika.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

metode jarimatika adalah suatu cara yang digunakan untuk berhitung dalam

operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan

(33)

commit to user

18

b. Latar Belakang Penggunaan Metode Jarimatika

Bruner dalam Nyimas Aisyah (2008: 1.6) mengungkapkan bahwa

dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi

benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik

oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga

yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan

pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu.

Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti

proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu

dipelajari dalam tiga tahapan yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan

model tahap simbolik. Ketiga model penyajian yang dikenal dengan teori

Belajar Bruner, dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Model Tahap Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara

langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.

2) Model Tahap Ikonik

Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran

internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian

gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental

yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.

3) Model Tahap Simbolis

Dalam tahap ini bahwa bahasa adalah pola dasar simbolik, anak

memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu.

Anak usia sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret.

Sehingga anak akan lebih mudah memahami sesuatu yang bersifat konkret

daripada yang abstrak. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menggunakan

berbagai media atau alat peraga untuk mempermudah anak dalam

menyerap materi yang diberikan guru.

Pembelajaran matematika selama ini seringkali disajikan oleh guru

dengan memberikan soal latihan sebanyak mungkin. Hal ini tentu saja ada

(34)

commit to user

19

matematika. Tetapi, guru seringkali lupa untuk membuat matematika

menjadi menyenangkan. Guru juga seringkali memacu siswa untuk terus

belajar dan melakukan perhitungan yang hanya berhubungan dengan

angka-angka dan lambang bilangan yang abstrak. Padahal sebenarnya

matematika dapat dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari yang

konkret.

Metode jarimatika adalah metode yang sedang tren saat ini.

Metode ini dapat menjembatani antara dunia anak yang konkret dengan

matematika yang bersifat abstrak. Melalui metode ini, anak dibimbing

untuk belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Anak juga dapat

mengotak-atik benda konkret berupa jari-jari tangannya sendiri, sehingga

praktis dan tidak memberatkan memori otak. Jarimatika merupakan

sebuah solusi dari masalah-masalah di atas. Jarimatika juga memenuhi

kaidah-kaidah pembelajaran matematika. Dengan metode ini, anak

diharapkan akan lebih tertarik dan senang belajar matematika.

c. Sejarah Jarimatika

Berikut ini adalah intisari sejarah jarimatika yang penulis akses

www.jarimatika.com:

1) Jarimatika ditemukan oleh Ibu Septi Peni Wulandani. Bermula dari

kecintaannya terhadap anak-anak dan keinginan untuk mendidik mereka.

2) Ketiga anaknya mendapat didikan langsung dari Septi di rumah alias

ber-homeschooling. Salah satu tantangan Septi adalah mengajari anak

berhitung alias Matematika, materi yang selama ini dianggap ”menakutkan”.

3) Salah satu anaknya, Enes mengikuti kursus swipoa. Enes berusia tiga tahun. ”Saya lantas berpikir untuk ikut kursus, kemudian mengajari Enes,” ujar Septi yang lalu mengikuti kursus swipoa.

4) Berbekal pengetahuan dari kursus itu, Septi berupaya menciptakan metode

(35)

commit to user

20

Dalam jarimatika, tangan kanan diibaratkan tangan satuan dan tangan

kiri sebagai tangan puluhan. Metode itu terus dikembangkan hingga mencapai

angka ratusan dan ribuan, dengan menggunakan biku-biku jari. Selama

2000-2003 metode ciptaan Septi itu dipraktikkan kepada Enes, salah satu putrinya

yang ternyata sangat menyukainya. Metode itu kemudian dinamai Jarimatika

singkatan dari jari dan matematika.

Aplikasinya mudah sehingga dapat menjadi jembatan pertama anak

memasuki dunia matematika yang dianggap sukar dan sering membuat

minder. Kalau anak sudah percaya diri, mata pelajaran lain akan berkembang

baik. Metode pembelajaran dengan jarimatika dikemas menyerupai

permainan. Septi lalu menuliskan metode berhitung itu dan diterbitkan

menjadi buku berjudul Jarimatika Penambahan dan Pengurangan (Teknik

Berhitung Mudah dan Menyenangkan dengan Menggunakan Jari Tangan).

Buku itu sudah memasuki cetakan ke-10, bahkan akan dibuat versi braille bagi

tunanetra. Setelah itu juga terbit buku Jarimatika Perkalian dan Pembagian

karangan Septi.

d. Keunggulan Metode Jarimatika

Metode jarimatika mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:

1) Berhitung dengan metode jarimatika mudah dipelajari dan menyenangkan

bagi peserta didik. Mudah dipelajari karena jarimatika mampu

menjembatani antara tahap perkembangan kognitif peserta didik yang

konkret dengan materi berhitung yang bersifat abstrak.

2) Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung, peserta didik belajar

dengan memanipulasi hal-hal konkret tersebut untuk memepelajari materi

matematika yang bersifat abstrak dan deduktif. Ilmu ini mudah dipelajari

segala usia, minimal anak usia 3 tahun. Menyenangkan karena peserta

didik merasakan seolah mereka bermain sambil belajar dan merasa

tertantang dengan metode jarimatika

3) Tidak membebani memori otak peserta didik. Metode berhitung jarimatika

(36)

commit to user

21

ditunjukkan pada waktu berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari

tangan kanan dan kirinya secara seimbang. Jarimatika mengajak peserta

didik untuk dapat mengaplikasikan operasi hitung dengan dengan cepat

dan akurat menggunakan alat bantu jari-jari tangan, tanpa harus banyak

menghafalkan semua hasil operasi hitung tersebut.

4) Praktis dan efisien. Dikatakan praktis karena alat hitungnya jari maka

selalu dibawa kemana-mana. Alatnya tidak akan pernah ketinggalan dan

tidak akan disita apalagi diambil, jika si anak ketahuan memakai Jari-jari

sebagai alat hitungnya pada saat ujian. Efisien karena alatnya selalu

tersedia dan tidak perlu dibeli.

5) Penggunaan “Jarimatika” lebih menekankan pada penguasaan konsep

terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu

secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara fun, sehingga

anak-anak akan merasa senang dan gampang bagaikan “tamasya belajar”.

6) Pengaruh daya pikir dan psikologis karena diberikan secara

menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka

sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru. Membiasakan

anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik

maupun secara fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal. Tidak

memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini

merupakan step awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh

menguasai ilmu matematika secara luas.

e. Formasi Jarimatika Perkalian

Sebelum mengajarkan anak untuk menggunakan metode jarimatika

dalam perkalian, anak perlu dibimbing untuk memahami konsep dasar tentang

perkalian terlebih dahulu. Di bawah ini merupakan langkah-langkah

pembelajaran perkalian kelompok dasar (bilangan 6-10):

1) Sebelum mempelajari jarimatika, siswa terlebih dahulu perlu memahami

angka atau lambang bilangan.

(37)

commit to user

22

3) Siswa sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi.

4) Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika.

Pengenalannya dengan praktek secara langsung yaitu siswa diminta

mengangkat jari-jarinya ke atas kemudian mendemonstrasikan formasi jari

tangan yang digunakan dalam jarimatika seperti pada gambar 1 di bawah

ini:

Gambar 1. Formasi Jarimatika Perkalian 6-10

5) Siswa diajarkan cara-cara menghitung dengan jarimatika dengan ketentuan

sebagai berikut :

Rumus: (T1 + T2) + (B1 x B2)

Keterangan:

T1 = jari tangan kanan yang ditutup (puluhan)

T2 = jari tangan kiri yang ditutup (puluhan)

B1 = jari tangan kanan yang dibuka (satuan)

(38)

commit to user

23

7) Guru dan siswa melakukan operasi perkalian dengan mendemonstrasikan

menggunakan jari tangan. Guru mengajarkan dengan pelan-pelan dan

menyenangkan sehingga siswa dapat memahami dengan baik penggunaan

metode jarimatika.

Contoh:

Gambar 2. Formasi Berhitung Perkalian

Tangan kanan (7) : kelingking dan jari manis ditutup (dilipat).

Tangan kiri (8) : kelingking, jari manis, dan jari tengah ditutup (dilipat).

7 x 8 dapat diselesaikan sebagai berikut:

Jari yang ditutup bernilai puluhan, dijumlahkan.

Jari yang terbuka bernilai satuan, dikalikan.

Formasi Jarimatikanya adalah sebagai berikut:

(39)

commit to user

24

7 x 8 = (T1 + T2) + (B1 x B2)

= (20 + 30) + (3 x 2)

= 50 + 6

= 56

7) Ajak siswa terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal

lambang-lambang jarimatika.

8) Melakukan latihan secara rutin dengan demikian anak merasa senang

tanpa ada paksaan untuk menghafal.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Yogi Karismasari. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Perkalian Dengan Teknik Jarimatika pada Siswa Kelas II Semester 2 SD

Negeri Tegaldowo Tahun Pelajaran 2009/2010. Dari hasil penelitiannya

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik

jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian. Perbedaan

penelitian Yogi dengan penelitian ini adalah pada subjek, lokasi, dan waktu

penelitian. Selain itu, Yogi menyebut jarimatika sebagai suatu teknik,

sementara dalam penelitian ini lebih cenderung menyebut jarimatika sebagai

suatu metode.

2. Khusnul Khotimah. 2009. Pembelajaran Berhitung Dengan Menggunakan

Jarimatika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berhitung

Siswa MIM Candirejo Ngawen Klaten. Dari hasil penelitinnya ditemukan

bahwa penggunaan metode jarimatika selain dapat meningkatkan kemampuan

berhitung siswa juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah pada subjek, lokasi, waktu, dan tujuan. Tujuan

dari penelitian Khusnul adalah untuk meningkatkan motivasi serta

kemampuan berhitung secara keseluruhan. Sedangkan dalam penelitian ini

tidak dibahas mengenai peningkatan motivasi, selain itu tujuannya lebih

(40)

commit to user

25

3. Anis Fatati. 2009. Pengaruh Metode Pembelajaran Jarimatika terhadap

Keterampilan Berhitung Perkalian Hasilnya Bilangan Dua Angka Ditinjau dari

Kemampuan Awal Siswa pada Kelas II SD Negeri Se-Kecamatan Banyudono

Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Dalam penelitiannya ia

membuat kesimpulan bahwa terdapat perbedaan keterampilan berhitung antara

pembelajaran matematika yang menggunakan metode pembelajaran jarimatika

dengan metode pembelajaran konvensional. Perbedaan dengan penelitian ini

adalah pada jenis penelitian, subjek, lokasi, dan waktu penelitian. Jenis

penelitian Anis adalah kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

metode jarimatika terhadap keterampilan berhitung perkalian serta

membandingkan metode jarimatika dengan metode konvensional.

C. Kerangka Berpikir

Pelajaran matematika selama ini sering dianggap pelajaran yang sulit.

Dilihat dari kenyataan yang ada, banyak orangtua yang komplain bahwa anak

mereka rata-rata tidak suka matematika, susah memahami angka dan bilangan,

serta enggan untuk belajar berhitung.

Apalagi dalam operasi hitung perkalian pada kelas rendah, terutama kelas

II, anak seringkali mengalami kesulitan. Terbukti dengan rendahnya nilai siswa

pada materi perkalian ini (lebih dari 50% siswa nilainya di bawah KKM). Metode

yang sering digunakan selama ini adalah dengan menghafal dan penjumlahan

berulang, sehingga anak sering malas untuk menghafal. Dan dalam menghitung,

anak membutuhkan waktu yang lama dan ketelitian yang tinggi.

Saat ini telah berkembang macam-macam metode untuk berhitung. Pada

intinya semua metode adalah baik, semua anak berhak untuk mempelajari

teknik-teknik yang ada, sehingga mereka kaya akan suatu teknik-teknik. Salah satu metode yang

telah berkembang untuk pembelajaran Matematika khususnya dalam berhitung adalah metode jarimatika. “Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari-jari tangan”. (Septi Peni, 2008: 17)

Kelebihan dari pembelajaran dengan menggunakan metode jarimatika

(41)

commit to user

26

pernah ketinggalan atau disita saat ujian, tidak memberatkan otak dengan

bayangan, dan tenyata juga mudah untuk dilakukan. Guru menggunakan metode

tersebut untuk mengajarkan perkalian, sehingga anak akan mudah memahami dan

memudahkan para siswa untuk menghitung perkalian selanjutnya hafal dengan

sendirinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari orang tua dan guru. Setelah guru

menerapkan metode jarimatika, siswa menjadi lebih tertarik dan senang dalam

mata pelajaran Matematika khususnya menghitung perkalian, selain itu siswa

mampu menyelesaikan masalah menghitung perkalian dengan metode jarimatika.

Pada kondisi akhir kemampuan siswa dalam menghitung perkalian meningkat.

Dari uraian pemikiran di atas, maka dapat divisualisasikan dalam bentuk

kerangka pemikiran seperti pada gambar 4.

Gambar 4: Skema Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Guru Belum

(42)

commit to user

27

Dari kerangka berfikir di atas, dapat diketahui bahwa sebelum

mengunakan metode jarimatika hasil pembelajaran khususnya kemampuan

menghitung perkalian masih rendah. Kemudian setelah menggunakan metode

jarimatika ada peningkatan kemampuan menghitung perkalian yang cukup berarti.

Penelitian ini direncanakan dua siklus dan akan diakhiri sampai didapat

hasil yang mencapai rata-rata kelas 70 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 60

(KKM) mencapai 80 % dari semua siswa kelas II.

D. Hipotesis Penelitian

(43)

commit to user

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Pringanom, yang beralamat di Sari Desa

Pringanom Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Sekolah ini di bawah

pimpinan Bapak Sunarso, S.Pd, M.M. yang bertindak sebagai Kepala Sekolah. Di

sekolah ini hanya terdapat 1 kelas pada tiap tingkatnya dengan jumlah siswa pada

kelas II tahun ajaran 2010/2011 yaitu 38 siswa dengan rincian 20 siswa laki-laki

dan 18 siswa perempuan.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian tindakan ini direncanakan pada semester II

Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian berlangsung selama kurun waktu lima

bulan terhitung sejak bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Mei 2011, yang

mencakup tiga tahapan kegiatan secara garis besar, yaitu tahap persiapan selama 8

(delapan) minggu, tahap pelaksanaan penelitian selama 5 (lima) minggu dan tahap

penulisan laporan serta ujian skripsi selama 8 (delapan) minggu. Waktu dan jenis

kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No. Jenis Kegiatan Bulan (Tahun 2011)

Januari Februari Maret April Mei

1 Pembuatan

proposal

2 Pengajuan

Proposal

3 Revisi Proposal

4 Pengajuan Surat

Izin

5 Persiapan

(44)

commit to user

29

6 Pelaksanaan

siklus I

7 Pelaksanaan

siklus II

8 Pengolahan data

9 Penyusunan

laporan

10 Ujian Skripsi

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian yang lebih

menekankan pada masalah perbaikan proses di kelas, maka jenis penelitian yang

tepat adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas).

Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang

berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa action

research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in a

social (including education) situation in order to improve the rationality and of

(a) their own social or educational practices justice (b) their understanding of

these practices, and (c) the situastions in which practices are carried out. Secara

singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek

pembelajaran dilaksanakan.

Prof. Dr. Rochiati Wiriaatmadja (2005: 13) memberikan definisi bahwa ”penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari

(45)

commit to user

30

Dari pendapat ini, penelitian tindakan kelas sangat cocok dilakukan oleh guru

untuk memperbaiki kinerjanya.

Dengan menggunakan penelitian ini, peneliti berharap akan mendapatkan

informasi sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran

di kelas secara profesional.

2. Strategi Penelitian

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di

lapangan melalui pengamatan peneliti. Dalam hal ini objek yang diamati adalah

kegiatan pembelajaran berhitung perkalian sebelum dan sesudah diberikan

tindakan dengan penggunaan metode jarimatika.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SDN 3 Pringanom Kecamatan

Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011. Siswa kelas II berjumlah 38 siswa

terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran matematika dengan

menggunakan metode jarimatika pada materi operasi hitung perkalian pada siswa

kelas II SD Negeri 3 Pringanom Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh

sebuah data. Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini

adalah dari:

1. Sumber data pokok, yaitu siswa dan guru.

2. Sumber data sekunder, yaitu arsip atau dokumen, catatan observasi guru, dan

nilai hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Dokumentasi, yaitu pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek

Gambar

Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian  ...........................................
Gambar 1. Formasi Jarimatika Perkalian 6-10
Gambar 3. Contoh Formasi Jari Berhitung dengan Jarimatika
Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa yang telah melimpahkan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

dalam Mata Pelajaran Matematika Materi Perkalian Pada Siswa kelas IV SD. Negeri 1 Simo Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali .” Proses

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ” Peningkatan

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat, dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung dan hasil belajar siswa melalui metode kalkulator jarimatika khususnya pada perkalian siswa kelas III

Syukur Alhamdulillah, kehadirat Allah SWT yang menganugrahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan

Alkhamdullilah, dengan ridho Allah SWT penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas ini yang berjudul “ Peningkatan Minat Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KINERJA MELALUI BUDAYA ORGANISASI KEMAMPUAN MANAJEMEN