• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Kegiatan magang mencakup pengamatan dan praktek langsung kegiatan- kegiatan teknis di kebun. Kegiatan teknis yang telah dilakukan meliputi kegiatan pembukaan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman PC maupun tanaman

ratoon, pemanenan, dan pengolahan tebu. Berikut ini kegiatan teknis yang telah dilakukan yang dikelompokkan berdasarkan urutan kegiatan.

Pembukaan lahan dan penanaman tebu

Pembukaan lahan adalah kegiatan pertama yang mengawali proses budidaya. Kegiatan penanaman selanjutnya dilakukan setelah proses pembukaan lahan. Beberapa kegiatan pembukaan lahan dan penanaman di wilayah PG Cepiring mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Gambar 1 . Alur Pembukaan Lahan dan Penanaman Tebu

Peninjauan dan pengukuran lahan. Peninjauan lahan dan pengukuran merupakan kegiatan sebelum pembukaan lahan. Beberapa tujuan diantaranya adalah mengetahui jumlah luasan yang akan ditanam, pembuatan jalan tebang, pengaturan sistem irigasi, dan menentukan biaya sewa dengan petani berdasarkan luasan yang didapat pada saat pengukuran.

Pengukuran lahan dilakukan menggunakan sistem Global Positioning System (GPS). Kegiatan ini menggunakan alat GPS yang dapat menentukan koordinat suatu lokasi berdasarkan garis lintang dan bujurnya. Selain alat GPS,

Peninjauan dan pengukuran lahan

Pembuatan got

Pembuatan Juringan dan persiapan penanaman

dibutuhkan program komputer yang dapat menghitung luasan kebun berdasarkan koordinat yang didapatkan dari GPS. Program komputer tersebut juga dapat digunakan untuk menampilkan peta kebun yang diukur serta denahnya.

Pengukuran lahan menggunakan GPS yaitu pertama menentukan titik-titik koordinat dari setiap petakan yang akan diukur, terutama pada bagian tepi-tepi kebun. Selanjutnya adalah memasukkan data dari masing-masing titik koodinat tersebut ke dalam GPS. Kemudian data-data yang didapat dilahan tersebut dapat diolah dengan menggunakan software komputer Map Source dan ArcView. Dari pengolahan melalui program tersebut dapat diketahui luasan serta sketsa bentuk kebun yang diukur.

Pembuatan got. Got merupakan sistem pengaturan air di lahan tebu. Got diperlukan dalam upaya penambahan air ketika musim kemarau dan upaya drainase air ketika musim penghujan. Terdapat beberapa macam got, yaitu got keliling, got mujur, got malang, serta afur.

Got keliling adalah got yang mengelilingi petakan lahan. Jika kebun memiliki luasan yang besar, biasanya got keliling akan mengelilingi petakan seluas 1 ha, atau biasa disebut geblekan. Nama lain got keliling ini adalah got besar I atau grondang. Kedalaman got ini yaitu 70 cm dan lebarnya 60 cm. Got keliling berfungsi sebagai pemasukan (inlet) dari sumber air, serta penampung dari got yang lain pada pengeluaran (outlet).

Got mujur adalah got yang searah dengan barisan tanam tebu. Got mujur dibuat bersamaan dengan pembutan got keliling. Got ini terletak di dalam

geblekan. Nama lain dari got mujur adalah got besar II atau Wengku. Kedalaman got ini yaitu 60 cm dan lebarnya 50 cm. Fungsi dari got mujur adalah menampung air dari got malang dan mengalirkannya ke saluran outlet got keliling.

Got malang adalah got yang tegak lurus dengan barisan tanam tebu. Got malang dibuat setelah pembuatan got keliling dan got mujur selesai. Jarak antara got malang sama dengan panjang juringan yaitu 8 m, karena PG Cepiring menggunakan pola bukaan lahan faktor 1200. Nama lain dari got malang adalah got kecil, karena merupakan got dengan ukuran yang paling kecil. Kedalaman got malang yaitu 50 cm dan lebar 50 cm.

Proses pembuatan got menggunakan alat bantu yang terdiri dari Eblek,

Tonjo, Rucik, dan Mekris. Eblek adalah alat bantu yang terbentuk bilah bambu dengan panjang 3 m dengan papan segiempat berukuran 10 cm x 5 cm yang dipasang mendatar di bagian atasnya. Eblek berfungsi sebagai patokan dalam pembuatan got agar lurus dengan patokan di ujung yang lain. Proses pencetakan got dan pemasangan alat bantu tersebut dilakukan oleh mandor dengan arahan sinder kebun.

Tonjo adalah bilah bambu sepanjang 2 m yang dipasang diantara dua eblek

dengan meluruskannya pada kedua eblek di kedua sisi. Di antara dua eblek utama, terdapat beberapa tonjo yang dipakai sebagai panduan untuk membuat got agar pembuatan got dapat lurus. Tonjo juga dipakai sebagai tanda dalam pembuatan juringan agar jumlah juringan di antara lidahan seragam dalam jumlah dan arahnya. Tonjo kelima yang dipasang biasanya ditandai menggunakan rumput yang disebut jumbul. Upaya ini bertujuan untuk mempermudah penghitungan jumlah juring atau lidahan yang akan dibuat.

Rucik adalah bilah bambu sebanjang 60 cm yang dipasang mendampingi

eblek atau tonjo. Rucik berfungi untuk menunjukkan tanah yang akan didalamkan untuk pembuatan got.

Mekris adalah alat bantu yang berbentuk “+”, dan ditempatkan secara

vertikal pada kayu lain setinggi 1.5 m. Mekris digunakan untuk menentukan got yang tegak lurus dengan got yang telah dibuat. Alat ini digunakan untuk pembuatan got keliling dan got mujur.

Pembuatan got dilakukan secara manual dengan menggunakan beberapa alat, yaitu cangkul, garpu dan golok. Prestasi kerja yang didapatkan untuk pekerjaan pembuatan got adalah 53,2 m/HOK. Sistem upah untuk pekerjaan pembuatan got adalah sistem borongan. Upah yang diterima untuk pekerjaan pembuatan got yaitu Rp 500,00/m.

Gambar 2. Got pada Saat Pembukaan Lahan

Pembuatan juringan dan persiapan penanaman. Juringan adalah jalur penanaman bibit tebu yang berupa bibit bagal. Juringan berbentuk seperti got dengan kedalaman 20 cm yang terdapat diantara got malang. Dengan pola pembukaan lahan reynoso dengan faktor 1200, panjang juringan adalah 8 m, selebar bak tanam atau disebut juga lidahan, yang dibatasi oleh got malang. Jumlah juringan yang umum dalam satu bak tanam adalah 60 buah.

Juringan dibuat dengan cara manual, menggunakan alat cangkul dan garpu. Kedalaman juringan yaitu 20 cm. Tanah yang telah dipecah dengan garpu tidak seluruhnya dinaikkan ke atas membentuk guludan. Pada juringan ditinggalkan tanah remah dengan ketebalan 10 cm. Tanah ini nantinya akan digunakan sebagai kasuran, yaitu tempat untuk menempatkkan bibit bagal tebu.

Sebelum penanaman, dilakukan pemberaan lahan. Setelah juringan selesai dibuat, lahan dibiarkan selama 7 hari. Hal ini bertujuan agar tanah teroksidasi dan tekstur tanah menjadi halus, sehingga tanah yang terdapat di dalam juringan siap untuk dibuat menjadi kasuran.

Pembuatan juringan dilakukan secara manual dengan sistem pembayaran borongan. Tenaga kerja yang dipekerjaan adalah laki-laki. Prestasi kerja yang didapatkan tenaga kerja borongan yaitu 26 juringan/HOK. Besaran upah yang diterapkan adalah Rp 1 500,00 per juringan dengan panjang 8 m.

(a) (b)

Gambar 3. Pembuatan Juringan Secara Manual (a) dan Juringan yang Telah Selesai (b)

Penanaman. Kegiatan penanaman merupakan tahapan yang membutuhkan persiapan dalam penyediaan bahan tanam, yaitu bibit. Bibit yang akan ditanam di kebun wilayah PG Cepiring berasal dari kebun bibit milik PG (KBD) maupun berasal dari pembelian bibit berasal dari kebun bibit P3GI

Kegiatan penyediaan bibit meliputi tebang bibit di KBD, angkut bibit, kletek bibit, dan pemotongan bibit. Penebangan dilakukan sampai tandas ke tanah serta memotong pucuk bibit. Setelah bibit ditebang, bibit diangkut ke truk dengan kapasitas muat berkisar 6-7 ton, kemudian langsung diangkut ke lahan tujuan. Pekerjaan kletek dan pemotongan bibit segera dilaksanakan maksimal satu hari setelah bibit tiba di lahan. Bibit dipotong dengan dua mata tunas setiap potongannya. Bidang potong bibit akan disesuaikan dengan letak mata bibit agar mempermudah dalam penanaman bibit. Bibit yang terpotong-potong dimasukkan kedalam karung untuk ditanam keesokan harinya. Prestasi kerja karyawan pada perkerjaan kletek dan potong bibit yaitu 0.568 ton/HOK dengan sistem pengupahan borongan.

Penanaman dilakukkan dengan metode single planting, yaitu bibit ditanam secara berbaris dengan jumlah 24 potongan bibit setiap juringan sepanjang 8 m. Setiap ujung juringan ditambahkan satu potongan bibit yang digunankan sebagai cadangan bibit untuk penyulaman, sehingga total kebutuhan potongan bibit pada satu juringan adalah 26 buah. Penanaman dilakukan dengan pembagian tugas yaitu petugas pengecer bibit, petugas penata bibit di juringan, dan petugas yang menutup bibit yang telah ditanam. Petugas pengecer bibit menghitung potongan bibit dan menempatkan di setiap juringan. Petugas penanam akan menata bibit di juringan dengan kedua mata tunas berada di samping potongan bibit. Bibit yang telah ditata kemudian dibenamkan ke tanah. Pekerjaan yang terakhir adalah menutup bibit menggunakan tanah remah atau gembur setebal 5 cm. Prestasi kerja karyawan penanaman yaitu 0.028 ha/HOK dengan sistem pengupahan borongan.

Sebelum kegiatan penanam dilakukan pemupukan pertama dengan dosis setengah dosis 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phonzka/ha. Pemupukan dilaksanakan bersamaan dengan penanaman, yaitu sebelum potongan bibit ditata untuk ditanam di juringan.

Gambar 5. Penanaman Tebu Pemeliharaan tanaman tahun pertama

Tanaman PC (Plant Cane) adalah tanaman tahun pertama yang baru ditanam di lahan. Beberapa kegiatan budidaya yang dilaksanakan pada tanaman

PC antara dimulai setelah penaman sampai pemanenan. Berikut adalah berbagai kegiatan budidaya yang dilakukan pada tanaman PC.

Gambar 6 . Alur Pemeliharaan Tebu Tahun Pertama

Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan PG Cepiring menggunakan pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk yang dipakai yaitu pupuk ZA dan NPK Phozka. PG Cepiring menggunakan dosis yang seragam pada semua kebun. Pemupukan berdasarkan analisis hara tanah dan daun belum dapat dilakukan karena laboratorium tanaman belum selesai dikembangkan. Dosis yang diterapkan yaitu 500 kg ZA/ha dan 500 kg Phonzka/ha. Kandungan pupuk ZA adalah 21%N, sedangkan NPK Phozha adalah 15% N, 15%, dan 15% K2O. Maka dosis setiap unsur yang diterapkan adalah 165 kg N/ha, 75 kg P2O5/ha dan 75 kg K2O/ha

Pemupukan dilaksanakan dua kali, yaitu pemupukan I dan pemupukan II. Pemupukan I dilaksanakan bersamaan dengan tanam bibit atau maksimal 1 minggu setelah tanam. Dosis yang diterapkan untuk pemupukan I adalah 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pemupukan kedua dilaksanakan pada 4 minggu setelah tanam. Dosis yang diterapkan sama dengan pemupukan I, yaitu adalah 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pada pemupukan kedua bisanya ditambahkan insektisida butir sistemik Furadan 3G sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit.

Aplikasi pemupukan yaitu dengan mencampurkan terlebih dahulu pupuk ZA dan Phonzka sebanyak dosis untuk satu hektar lahan. Kemudian karyawan harian mengambil dari campuran pupuk kemudian menempatkan pupuk di sekitar batang tananam. Aplikasi pemupukan tidak disertai dengan penutupan pupuk.

Pemupukan Penyulaman Pemberian air

Pengendalian gulma Pencacahan gulud

Pembumbunan

Prestasi kerja yang didapat dari karyawan adalah 169,17 kg/HOK, dengan sistem pengupahan harian.

Penyulaman. Penyulaman adalah kegiatan menanam ulang bibit tebu yang tidak tumbuh setelah penanaman pertama kali. Kegiatan penyulaman pada tebu dapat menggunakan tiga macam bibit tebu, yaitu bibit bagal, bibit rayungan dan bibit awil. Secara umum, bibit awil lebih sering digunakan

Kegiatan penyulaman pada umumnya menggunakan KHL wanita. Sistem upah yang diterapkan pada pekerjaan penyulaman adalah pembayaran harian dengan upah Rp 15 000,- – Rp 20 000,- per hari. Rata-rata prestasi kerja yang didapatkan pekerja selama 1 hari yaitu 0.0376 ha/HOK.

Bibit awil adalah tunas tebu dari bibit bagal cadangan yang ditanam di kebun. Metode penyulaman menggunakan bibit ini membutuhkan tenaga pendongkel bibit cadangan, pemotong daun bibit cadangan, pembuat lubang tanam dan penanam bibit. Kegiatan menyulaman pada kebun rata-rata menanam bibit sulaman 1-5 bibit setiap juringan.

Penggunaan bibit rayungan yang berasal dari kebun bibit memiliki cara penanaman yang berbeda. Bibit yang didapatkan dari kebun bibit berupa batang tebu 2 ruas dengan satu tunas yang telah tumbuh. Penanaman dengan bibit tersebut ditanam dengan batang tebu vertikal.

Pemberian air. Tanaman tebu membutuhkan air untuk pertumbuhannya terutama pada fase tumbuhnya tunas dari bibit dan fase awal pertumbuhan vegetatif. Ketersediaan air yang tidak mencukupi dapat terjadi karena irigasi teknis yang tidak lancar pada tebu lahan sawah atau tidak ada hujan pada tebu lahan tegalan. Kekurangan air pada vase tersebut dapat diatasi dengan pemberian air secara khusus.

Pemberian air di PG Cepiring dilakukan setelah penanaman bibit sampai umur tanaman 2 MST. Pemberian air juga dilakukan pada tebu sulaman ketika irigasi tidak mencukupi atau tidak ada hujan. Pemberian air yang dilakukan PG Cepiring menggunakan sistem penyiraman dan sistem pengairan melalui got (furrow irrigation). Pekerjaan ini dilakukan dengan menutup outlet dan mengairi

got-got hingga kapasitas lapang. Apabila air dari irigasi teknis tidak mencukupi dapat diupayakan untuk memompa air dari sumber air terdekat.

Pemberian air bibit sulaman biasanya dilakukan dengan cara penyiraman. Penyiraman bisanya menggunakan sumber air dari sumur yang sengaja dibuat di kebun untuk mempermudah pengambilan sumber air.

Gambar 7. Pengairan Tebu dengan Metode Furrow Irrigation

Pemberian air dikebun menggunakan pompa air ketika tidak terdapat air irigasi yang mengalir ke kebun. Sumber air diambil dari saluran irigasi yang terdekat dari kebun. Air akan dipompa dari saluran irigasi dan dialirkan ke dalam got kebun. Kegiatan ini biasanya dilanjutkan dengan penyiraman juringan- juringan yang telah ditanami bibit mengunakan air yang mengalir di got. Prestasi kerja pekerjaan penyiraman ini adalah 0.13 ha/HOK.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan upaya untuk mengurangi populasi gulma yang sudah mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Terdapat dua macam pengendalian gulma yang diterapkan di kebun, yaitu pengendalian secara kimia dan secara manual.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan herbisida. Bahan aktif herbisida yang digunakan adalah 2,4-D dan Ametryn. Kedua bahan aktif tersebut adalah jenis bahan aktif herbisida sintemik. Aplikasi herbisida pada lahan menggunakan campuran kedua bahan aktif tersebut. Konsentrasi herbisida yang diaplikasian berdasarkan pengamatan adalah 60 ml

herbisida yang mengandung bahan aktif 2,4-D 826 g/l dan 160 ml herbisida yang mengandung bahan aktif ametryn 500 g/l untuk 1 tangki semprot dengan volume 17 liter. Berdasarkan pengamatan, sekali penyemprotan rata-rata dapat menyemprot 83 juringan, atau kira-kira 0,00682 ha. Dengan aplikasi tersebut, volume semprot yang diterapkan adalah sebesar 245,66 l/ha. Dengan konsentrasi yang digunakan, dosis yang diaplikasikan adalah 711,186 g 2,4-D/ha dan 1 156 g ametryn/ha. KHL yang digunakan untuk penyemprotan herbisida ini disesuaikan dengan besarnya luasan kebun serta target penyelesaian pekerjaan aplikasi herbisida tersebut.

Upaya pengendalian gulma yang diterapkan selain cara kimia adalah cara manual. Pekerjan ini dikenal dengan nama pembubutan. Alat yang digunakan adalah sabit. Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya adalah wanita.

Pencacahan gulud. Pencacahan guludan atau penggemburan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memecah tanah yang padat sehingga menjadi tanah yang halus dan remah sehingga nanti memudahkan untuk melakukan pembumbunan.

Pencacahan gulud dilakukan sebelum pekerjaan pembumbunan dimulai. Sistem upah yang diterapkan adalah sistem borongan. Rata-rata dalam 1 hari KHL mendapat 60 juringan atau 1 lidah, sehingga PK untuk pekerjaan cacah gulud adalah 0.05 ha/HOK. Efektivitas pekerjaan cacah gulud dipengaruhi oleh kekerasan tanah. Kondisi tanah yang keras akan sangat menyulitkan para KHL untuk melakukan pencacahan, sehingga PK yang didapatkan lebih rendah.

Pembumbunan. Pembumbunan adalah pekerjaan menambahkan tanah pada kedua sisi juringan sebagai upaya dalam memperbanyak anakan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu. Pembumbunan di PG Cepiring dilakukan sebanyak tiga kali. Pembumbunan pertama dilakukan pada umur 1.5 BST. Pembumbunan kedua dilakukan pada umur 3.5 BST. Pembumbunan ketiga dilakukan pada umur 6 BST. Sistem pembayaran yang diberlakukan adalah sistem borongan. Upah yang diterima pekerja sebesar Rp 600,- per laci. PK yang didapatkan oleh KHL sebesar 60 laci/HOK atau 0.05 ha/HOK.

Pemeliharaan got. Got adalah alat untuk pemberian irigasi sekaligus drainase pada lahan tebu. Keberadaan got sangat penting untuk pertumbuhan tebu karena mempempengaruhi keadaan perakaran tebu. Perakaran yang baik akan menyebabkan tebu tumbuh dengan baik serta proses kematangan tebu dapat berjalan dengan baik (Supriadi, 1992)

Pemeliharaan got antara lain pendalaman got dan pembersihan gulma yang ada di dalam got. Pekerjaan pemeliharaan got dilakukan secara manual dengan tenaga manusia menggunakan peralatan cangkul dan garpu. Sistem kerja yang digunakan adalah borongan, yaitu upah dihitung per meter got yang telah diperbaiki. Prestasi kerja karyawan harian lepas yang diamati pada pekerjaan pemeliharaan got adalah 27 m got/HOK.

Kletek. Kletek adalah pekerjaan membuang daun tebu yang telah mengering. Tujuan utama pekerjaan kletek agar tebu dalam keadaan bersih pada saat ditebang dan digiling di pabrik.

Kegiatan kletek pada umunnya dikerjakan oleh KHL wanita. Pada umumnya, pekerjaan kletek diberlakukan sistem pembayaran borongan. Standar yang diterapkan pekerjaan kletek selama 1 HOK dapat melakukan kletek pada 20 laci. Sehingga standar PK yang diperoleh KHL pada pekerjaan kletek adalah 0.0375 ha/HOK. Setelah diamati di lapang, PK yang didapatkan karyawan adalah sebesar 0.0167 ha/ HOK sedangkan PK yang didapatkan mahasiswa adalah 0.0113 ha/HOK. Prestasi kerja kletak sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan keadaan kebun. Kebun dengan populasi gulma yang tinggi juga dapat menurunkan prestasi kerja karena mempersulit pekerjaan. Pekerjaan kletek dilakukan apabila terdapat 7-9 daun kering. Pekerjaan kletek dilakukan dua kali, yaitu pada umur 5 bulan untuk kletek satu dan 10 bulan atau sebelum panen untuk kletek kedua.

(a) (b)

Gambar 8. Pekerjaan Kletek Tebu (a) dan Tebu yang Telah Dikletek (b) Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit adalah upaya untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kematian pada tebu. Pengendalian hama di PG Cepiring dilakukan secara manual, kimia, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di wilayah PG Cepiring antara lain penggerek batang, penggerek pucuk, kutu bulu putih dan tikus.

1. Penggerek Batang (Chilo auricilius Dudg.)

Serangan penggerek batang yang dominan terjadi pada siklus hidup tebu yang sudah beruas. Serangan ini membentuk lubang pada ruas tebu. Serangan ini menyebabkan kerusakan ruas, pertumbuhan terhambat, batang mudah patah, dan dapat menyebabkan kematian batang bila menyerang titik tumbuh. Kerugian yang ditimbulkan adalah kehilangan produksi pada tebu-tebu yang mati dan penurunan bobot dan rendemen pada batang tebu yang terserang. Upaya yang dilakukan adalah upaya pencegahan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek dan menjaga kebersihan kebun.

2. Penggerek Pucuk (Tryporyza nivella F.)

Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu pada titik tumbuh. Apabila serangan sudah mencapai titik tumbuh, pertumbuhan apikal tebu terhenti dan tumbuh tunas baru pada mata tunas di bagian sekitar pucuk tebu, sehingga pertumbuhan tebu menjadi tidak normal dan merusak rendemen tebu. Gejala

serangan hama ini yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun dan terlihat lorong gerek yang berwarna coklat pada tulang daun.

Kegiatan pengendalian dilakukan secara manual dengan cara memotong pucuk tebu dimulai dari pucuk tebu hingga ke bawah sedikit demi sedikit sepanjang 2 cm sampai mendapat larva penggerek pucuk. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik Furadan 3G. Dosis aplikasi yang diberikan adalah 25 kg/ha. Aplikasi furadan dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua pada 4 MST, dengan cara mencampurkannya dengan pupuk yang akan diaplikasikan.

3. Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna lanigera Zehnt.)

Kutu bulu putih adalah hama yang membentuk koloni di bawah permukaan daun dan menghisap sari makanan pada daun. Kutu ini juga mengeluarkan cairan (embun madu) yang jatuh pada permukaan daun di bawahnya, kemudian akan menjadi media pertumbuhan cendawan jelaga yang berwarna hitam. Serangan kutu bulu putih terdapat pada kebun tegalan, sedangkan serangan pada kebun tebu sawah tidak terjadi.

Upaya pengendalian hama ini adalah memotong daun yang terserang. Pengendalian secara kimia juga dilakukan yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif clorpirifos dengan penyemprotan hanya pada tanaman yang terserang.

4. Tikus sawah (Rattus argentivente Rob & Kloss)

Hama tikus dominan terdapat di lahan sawah namun terdapat pula pada lahan tegalan. Hama tikus menyerang tebu pada awal pertumbuhan bibit dengan memakan mata tunas bibit, sehingga bibit tebu tidak dapat tumbuh. Serangan tikus juga terdapat pada batang tebu yang telah beruas, khususnya tebu-tebu yang rebah.

Pengendalian tikus dilakukan melalui upaya preventif. Pengendalian dilakukan sejak pembukaan lahan, yaitu dengan memberikan premi kepada pekerja pembukaan lahan apabila berhasil membunuh tikus di lahan. Pengendalian tikus juga dilakukan secara kimia. Jenis racun yang digunakan adalah racun tikus berbahan aktif racumin. Racumin adalah bahan aktif jenis sistemik.

Terdapat beberapa kebun tebu di wilayah PG Cepiring yang terserang penyakit. Penyakit yang ditemukan antara lain penyakit luka api, dan karat daun. Pengendalian penyakit luka api dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman yang terserang. Hal ini untuk menghindari penyebaran penyakit ke batang tebu yang lain. Upaya pengendalian dilakukan pada masa awal pertumbuhan tanaman pertama atau tanaman keprasan karena gejala penyakit luka api sudah terlihat pada masa pertumbuhan awal.

Upaya pengendalian penyakit secara umum dilakukan dengan pencegahan. Beberapa upaya pencegahan adalah memilih bibit yang sehat, serta menjaga sanitasi kebun. Upaya pengendalian dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif awal.

Pemeliharaan tanaman keprasan

Dokumen terkait