• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Pembibitan

Total luas areal pembibitan (nursery) di TGE adalah 13.68 ha. Klon karet yang digunakan sebagai batang atas (entres) terdiri dari PB 260, PB 235, PB 340, RRIC 100, PB 314, PB 217, PM 10. Kegiatan pembibitan dimulai pengumpulan benih karet, seleksi benih, pengisian tanah dalam polybag, penyemaian dan okulasi. Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman, prunning (pewiwilan), pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan di pembibitan dimulai pada pukul 06.30 WIB-14.00 WIB (7 jam/hari) dengan waktu istirahat 12.00 WIB-12.30 WIB, kecuali hari jumat kegiatan hanya berlansung sampai jam 12.00 WIB (5 jam/HK). Kegiatan teknis yang dilakukan di lahan pembibitan, yaitu seleksi benih, pengecambahan benih dan penyemaian kecambah, okulasi, seleksi hasil okulasi, penyerongan (cut back), dan pewiwilan.

Seleksi Benih. Metode seleksi benih yang dilakukan di TGE adalah dengan cara merendamkan benih karet ke dalam ember. Benih karet yang baik untuk dikecambahkan ditandai dengan posisi benih karet sepertiga atau setengah bagian dari benih karet tenggelam saat direndam, sedangkan benih karet yang dinilai tidak baik untuk dikecambahkan ditandai dengan seluruh bagian benih karet mengapung saat direndam. Norma kerja yang berlaku dilapangan untuk seleksi benih karet adalah 7 jam/HK, sedangkan norma kerja pengumpulan benih karet 16 kg/HK. Kegiatan seleksi benih dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kegiatan seleksi benih

12

Penyemaian. Proses kegiatan pengecambahan benih dan penyemaian di TGE dilakukan dalam satu tahapan dimana pengecambahan benih langsung di polybag yang berukuran 25 cm x 45 cm sehingga proses pengecambahan benih disatukan dengan proses penyemaian bibit. Setiap polybag ditanami sebanyak 2 benih karet, hal ini untuk meminimalisir kemungkinan benih yang tidak tumbuh atau mati sehingga dari benih yang tumbuh akan dibiarkan satu tanaman yang tumbuh untuk dijadikan bibit batang bawah, sedangkan sisa kecambah yang lainnya akan dipindahkan ke bagian polybag yang kosong atau yang bijinya tidak tumbuh semua dalam polybag.

Penanaman benih di polybag denga cara benih-benih karet dibenamkan dengan perut benih terletak dibawah kemudian benih dibumbun dengan tanah . Keuntungan proses pengecambahan langsung di polybag adalah proses pengecambahan benih dan penyemaian berlangsung satu tahapan saja dalam satu polybag sehingga tidak ada proses pemindahan hasil pengecambahan ke penyemaian di polybag sehingga secara finansial akan menghemat biaya, tetapi kelemahan dari penanaman benih langsung di polybag adalah bibit tumbuh tidak seragam dan benih tumbuh lebih lama. Norma kerja untuk pengecambahan benih adalah 7 jam/HK, sedangkan norma untuk pengisian tanah ke dalam polybag adalah 200 polybag/HK. Kegiatan penanaman benih dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kegiatan penanaman benih

Okulasi. Jenis okulasi yang digunakan di lahan pembibitan TGE adalah okulasi coklat, dimana umur batang bawah telah mencapai 8-9 bulan di pembibitan, sedangkan batang atas (mata entres) yang digunakkan untuk okulasi kebanyakan berasal dari klon PB 260. Kegiatan okulasi dilakukan langsung di dalam polibag yang berukuran 25 cm x 40 cm oleh pekerja dengan sistem borongan dengan upah Rp 500,00 per okulasi hidup.

Tahapan okulasi cokelat di TGE dimulai dengan menorehkan sepertiga dari lingkaran batang pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah. Arah penoresan dari atas ke bawah dan bagian atas diiris melintang atau miring. Kemudian di sela menunggu getah jendela okulasi mengering, mata tunas diambil dari kayu okulasi dengan menyertakan sedikit kayu yang menutupi jiwa. Perisai yang telah siap segera ditempelkan ke jendela okulasi dengan hati-hati kemudian dibalut dengan plastik okulasi dimulai dari bawah ke atas dengan tujuan agar air hujan tidak masuk ke dalam. Kegiatan Okulasi dapat dilihat pada Gambar 3.

13

Gambar 3 Kegiatan okulasi

Seleksi (Culling). Seleksi dilakukan dengan melihat dan menghitung satu per satu tanaman hasil okulasi , tanaman yang berhasil ditandai dengan mata tunas yang berwarna hijau, sedangkan hasil okulasi yang gagal ditandai denga mata tunas berwarna cokelat atau hitam. Tanaman hasil okulasi yang pertumbuhannya jelek atau mati, dicabut dan dibuang kemudian dihitung untuk mengetahui tingkat kegagalan pada akhir pencatatan data di pembibitan. Pemeriksaan dilakukan setelah 20-21 hari pengokulasian dengan membuka pembalutnya.

Saat menghitung jumlah okulasi yang berhasil di TGE dari 4 971 batang bawah yang diokulasi pada petak 4 AB yang berhasil hanya mencapai 3 716 atau 66.72%, sedangkan pada petak 4 C dari 4 971 batang bawah yang diokulasi tingkat keberhasilannya hanya mencapai 3 744 atau 75.30%. Tingkat persentase keberhasilan okulasi di pembibitan TGE masih tergolong rendah. Keterampilan dalam mengokulasi sangat diperlukan agar persentase tingkat keberhasilan okulasi lebih tinggi.

Penyerongan. Pemotongan batang bawahdilakukan dengan kemiringan 45˚ pada posisi 5-10 cm diatas jendela okulasi. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan gergaji serong dan dilakukan saat umur okulasi telah mencapai 25 hari dimana saat kantong plastik okulasi telah dibuka. Hasil dari okulasi dinamakan bud graft yang nantinya akan digunakan sebagai bahan tanam di lapangan.

Pewiwilan. Pewiwilan dilakukan dengan membuang tunas-tunas yang tumbuh pada bibit hasil okulasi dengan tetap menjaga tunas yang tumbuh hanya satu yakni tunas yang tumbuh dari mata okulasi yang bertujuan agar batang tanaman terus tumbuh ke atas. Hal ini dimaksudkan agar pada saat bibit ditanam di lapang, batang tanaman tumbuh lurus tanpa percabangan pada ketinggian yang tidak dikehendaki. Kegiatan penyerongan dan pewiwilan dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.

14

Pemangkasan atau Prunning Cabang

Pemangkasan atau prunning cabang pada tanaman karet merupakan kegiatan membuang tunas cabang agar terbentuk bidang sadap yang ideal yaitu bulat, lurus, tegak dan panjang. Oleh karena itu, untuk mendapatkan bidang sadap yang ideal serta penyadapan bisa lebih maksimal, maka batang tanaman karet dibebaskan dari cabang sampai ketinggian 3.10 m. Proses pemangkasan dilakukan secara bertahap, mulai dari saat penanaman, tunas dan cabang-cabang yang tumbuh pada ketinggian kurang dari 170 cm dari tanah dibuang secara teratur setiap bulan sampai pada ketinggian 3 m. Norma kerja yang berlaku di lapangan adalah 7 jam/HK dengan pengawasan secara langsung oleh mandor perawatan.

Pemupukan pada Tanaman Karet Belum Menghasilkan (TBM)

Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) merupakan salah satu penunjang produksi yang sangat penting untuk menigkatkan pertumbuhan tanaman melalui pemberian unsur hara sehingga tanaman akan berproduksi tinggi dan dapat dipanen sesuai waktunya. Jadwal dan dosis pemupukan tanaman belum menghasilkan di TGE dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jadwal pemupukan tanaman belum menghasilkan (TBM) di TGE

Dosis (g/pohon)

Bulan ke- Tempat Aplikasi Pupuk Lahan Datar Lahan Teras

0 Lubang CIRP 200 250 1 Piringan NPK 15.15.6.4 50 75 3 Piringan NPK 12.12.17.2 75 100 5 Piringan NPK 12.12.17.2 75 100 8 Piringan NPK 12.12.17.2 100 125 12 Piringan NPK 12.12.17.2 100 125 16 Piringan NPK 12.12.17.2 100 150 20 Piringan NPK 12.12.17.2 100 150 24 Piringan NPK 12.12.17.2 150 200 28 Piringan NPK 12.12.17.2 150 200 32 Piringan NPK 12.12.17.2 200 250 36 Piringan NPK 12.12.17.2 200 250 40 Piringan NPK 12.12.17.2 200 250 46 Piringan NPK 12.12.17.2 250 300

ª Sumber : SOP 3.3 Jadwal Pemupukan TBM PT PP London Sumatera.

Kegiatan pemupukan yang dilakukan pada saat magang adalah pemupukan tanaman belum menghasilkan (TBM) 2010 klon PB 260 seluas 35 hektar yang dikerjakan oleh 22 orang pekerja menggunakan pupuk NPK 12.12.17.2. Aplikasi pemupukan dilakukan dengan menabur pupuk di sisi batang tanaman dengan dosis yang digunakan adalah 200 g/pohon. Norma kerja pemupukan adalah 2 ha/HK. Prestasi kerja karyawan adalah 1.9 ha/HK, sedangkan penulis hanya ikut mengawasi kegiatan pemupukan yang berlangsung di lapangan. Kendala dalam pemupukan adalah keterlambatan dalam distribusi pupuk ke lahan sehingga waktu kegiatan pemupukan dimulai lebih lambat dari jadwal seharusnya. Kegiatan pemupukan tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat dilihat pada Gambar 6.

15

(a) Pelangsiran pupuk (b) Aplikasi pupuk

Gambar 6 Kegiatan pemupukan tanaman belum menghasilkan (TBM)

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan dengan mengunakan dua cara, yaitu secara mekanis dan secara kimiawi. Secara mekanis dilakukan dengan menggunakan parang, cangkul, clurit dan arit, sedangkan secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma yang umum ditemui pada tanaman belum menghasilkan (TBM) di TGE adalah alang-alang (Imperata Cylindrica), sembung rambat (Mikania micrantha), dan teki (Cyperus rotundus). Pengendalian gulma di piringan tanaman belum menghasilkan (TBM) merupakan salah satu kegiatan perawatan tanaman belum menghasilkan (TBM) yang selalu diperhatikan di TGE agar pertumbuhan tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan mempercepat matang sadap. Kegiatan pengendalian gulma di piringan TBM, yaitu membersihkan gulma yang tumbuh dipiringan tanaman serta menyingkirkan LCC yang merambat pada tanaman menggunakan arit atau dongkel. Norma kerja untuk pekerjaan ini adalah 0.2 ha/HK, tetapi norma yang berlaku di lapangan adalah 7 jam/HK dengan pengawasan secara langsung dari mandor perawatan.

Pengendalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di TGE adalah semprot barisan (strip spraying) dengan cara menyemprot barisan tanaman selebar 1.5-2 meter ke kiri dan ke kanan barisan tanaman. Penyemprotan herbisida dilakukan dengan menggunakan alat semprot micron herbi. Herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak dan sistemik dengan konsentrasi disesuaikan dengan alat yang digunakan dan tingkat kerapatan gulma. Jika menggunakan alat semprot gendong maka digunakan herbisida sistematik dengan dosis 4 l/ha, sedangkan menggunakan micron herbi dipakai herbisida kontak dengan dosis 50 cc/ha dan sistematik 150 cc/ha. Norma kerja yang berlaku untuk pekerjaan ini adalah 4 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) Pengendalian gulma di piringan TBM (b) strip spraying pada TM Gambar 7 Kegiatan pengendalian gulma

16

Penyadapan

Penyadapan merupakan kegiatan pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks dikulit pohon, sehingga dari luka tersebut akan keluar lateks. Sistem sadap yang diterapkan di Divisi II (TGD), TGE adalah sistem sadap ½ S d/3 dan ½ S d/2. Sistem sadap ½ S d/3, artinya tanaman disadap setengah spiral setiap tiga hari sekali dimana setiap penyadap memiliki tiga hanca tetap untuk disadap secara bergiliran. Sistem sadap ½ S d/3 di Divisi II (TGD), TGE diterapkan pada tahun tanam muda yaitu ; tahun tanam 2004, 2006 dan 2008, sedangkan sistem sadap ½ S d/2, artinya tanaman disadap setengah spiral setiap dua hari sekali. Penerapan sistem sadap ½ S d/2 di Divisi II (TGD), TGE diterapkan pada tahun tanam 1995, 1996, 1997 dan 2001. Setiap hanca yang disadap oleh penyadap sangat bervariasi mencapai 400-500 tanaman atau setara dengan luasan satu hektar.

Penentuan Matang Sadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangan matang sadap adalah dengan mengukur lilit batang. Pengukuran lilit batang dilakukan pada saat umur tanaman 5 tahun. Penentuan matang sadap di TGE untuk tanaman hasil okulasi dengan mengukur lilit batang pada ketinggian 150 cm dari permukaan tanah dan lilit batang telah mencapai 45 cm.

Pembukaan Bidang Sadap. Ketinggian bidang sadap pada saat pembukaan pertama kali berbeda-beda untuk tanaman asal biji dan okulasi. Pembukaan bidang sadap di TGE untuk tanaman hasil okulasi yaitu panel pertama (A) dibuka pada ketinggian 150 cm dari permukaan tanah. Panel (B) dibuka pada ketinggian 150 cm atau sama tinggi dengan bukaan pertama.

Arah dan Sudut Sadap. Arah sadap dari kiri atas ke kanan bawah membentuk irisan sadap ½ S untuk sistem sadap bawah dan ¼ S untuk sistem sadap atas. Pembuatan sudut yang miring ini dibantu dengan mal sadap. Arah bidang sadap jangan sampai terbalik karena sangat erat hubungannya dengan produksi lateks. Arah sadap yang benar akan memotong pembuluh lateks lebih banyak dibandingkan arah sadap yang terbalik. Karenanya, penyadapan harus dari kiri atas ke arah kanan bawah membentuk sudut 35º-45º.

Alat yang digunakan untuk penyadapan di Divisi II (TGD), TGE pada umumnya sama dengan perkebunan karet lainnya antara lain pisau sadap, talang lateks, mangkuk lateks, kawat mangkuk, wadah lump, ember kapasitas 10 kg, dan tong kapasitas 30 kg serta adanya sebuah meja (anjang-anjang) yang terbuat dari kayu yang berfungsi sebagai tempat meniriskan lump dan ember atau tong serta sebagai penanda hanca sadap seorang penyadap.

Kegiatan Penyadapan di TGE dimulai sekitar pukul 05.30WIB atau 06.00 WIB. Setiap penyadap biasanya menyelesaikan penyadapan satu hanca 400-500 pohon dalam waktu 2-3.5 jam yaitu sekitar pukul 09.30 WIB. Disela-sela menuggu waktu pengumpulan lateks biasanya dipergunakan oleh para penyadap untuk istirahat, seperti sarapan pagi dan pengecekan kembali hanca yang telah disadap untuk menghindari lateks yang mengalir tidak pada alur sadap atau lateks tidak jatuh ke mangkuk lateks, hal ini biasanya sering terjadi saat kondisi batang yang masih basah karena turun hujan pada malam harinya, sedangkan waktu pengambilan lateks atau pengutipan dimulai pukul 10.30 WIB atau pukul 11.00 WIB kecuali pada hari jumat waktu pengambilan lateks dilakukan lebih awal, yaitu pukul 10.15 WIB. Kegiatan penimbangan hasil lateks di tempat pengumpulan hasil (TPH) biasanya dilakukan pada pukul 11.30 WIB atau 12.00

17 WIB, penimbangan sendiri dilakukan oleh Krani Timbang dibantu oleh Mandor Sadap. Kegiatan penyadapan dapat dilihat pada Gambar 8.

(a) Pemotongan atau pelukaan lateks (b) Pengumpulan lateks

Gambar 8 Kegiatan penyadapan

Premi yang diberikan terutama jenis pekerjaan panen atau sadap, perhitungan premi di Perkebunan TGE adalah sebagai berikut :

1. Penyadap

Jika penyadap mendapat (3-5 kg karet kering x Rp 750,00),(6-8 kg karet kering x Rp 1 000,00)/(9 kg karet kering x Rp 1 250,00), (10 kg karet kering x Rp 1 750,00),( 11-12 kg karet kering x Rp 2 000,00), (13-14 kg karet kering x Rp 2 250,00), dan (lebih dari 15 kg x Rp 2 500,00)

2. Mandor Sadap

Rata-rata premi penyadap anggota x 1.5 3. Krani Timbang

Rata-rata premi penyadap satu TPH x 1.25 4. Mandor Satu

Rata-rata premi mandor satu divisi x 1.5

Penimbangan Lateks dan Lump

Penimbangan lateks dilakukan setelah kegiatan pengutipan atau pengumpulan lateks dari mangkok selesai, biasanya penimbangan hasil lateks di Divisi II TGE dilakukan pada pukul 11.30 WIB atau 12.00 WIB di tempat pengumpulan hasil (TPH). Penimbangan dilakukan oleh Krani Timbang dengan diawasi mandor sadap. Hasil penimbangan lateks masing-masing penyadap kemudian dicatat untuk dilaporkan ke kantor divisi. Tujuan dari penimbangan hasil adalah untuk mengetahui jumlah lateks, cuplump dan slab yang diperoleh penyadap guna menentukan besarnya premi penyadap.

Lateks yang sudah selesai ditimbang kemudian dituang ke dalam tangki yang berkapasitas 2 ton sambil disaring menggunakan saringan dengan ukuran 40 mesh, sedangkan cuplump dan slab ditempatkan pada bak-bak penampungan. Selanjutnya ke dalam tangki ditambahkan amoniak 15% dengan dosis 1:1, yaitu setiap 1 ton lateks dicampur amoniak sebanyak 1 liter. Pemberian amoniak tersebut bertujuan untuk memperlambat proses pembekuan lateks, agar lateks

18

tetap dalam keadaan cair sampai tiba ke pabrik pengolahan. Kegiatan penimbangan hasil lateks dan lump dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Kegiatan penimbangan hasil lateks dan lump di TPH

Pengangkutan lateks di tempat pengumpulan hasil (TPH) harus segera dilakukan untuk mencegah prakoagulasi. Lateks di dalam tangki dialirkan dengan pipa menuju tangki pada traktor yang selanjutnya dibawa menuju gudang lateks, sedangkan cuplump dan slab yang telah terkumpul di tempat pengumpulan hasil (TPH) juga diangkut dengan cara diletakkan pada bak di depan tangki traktor untuk diolah lebih lanjut.

Pengukuran Kadar Karet Kering (KKK)

Pengukuran kadar karet kering (KKK) atau dry rubber content (DRC) merupakan kegiatan mengukur kadar karet kering dari lateks yang dihasilkan masing-masing penyadap di tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengukuran kadar karet kering (KKK) dilakukan dengan menggunakan alat Metrolac Hydrometer. Metrolac Hydrometer adalah sebuah tabung gelas tertutup yang dipergunakan untuk mengukur kadar karet kering (KKK) dari lateks. Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil lateks dari tong penyadap menggunakan takaran berupa beaker 300 ml, kemudian dimasukkan ke dalam wadah pipa PVC dan dilarutkan dengan air dengan perbandingan 1:2, yaitu 300 ml lateks dan 600 ml air bersih, selanjutnya diaduk sampai merata kemudian Metrolac Hydrometer dimasukkan dan dibaca tera pada alat Metrolac untuk mengetahui kadar karet keringnya. Kadar karet kering (KKK) diperoleh dari pembacaan Metrolac dikalikan dengan angka 3.

Semakin tenggelam alat Metrolac Hydrometer saat dicelupkan ke dalam wadah, maka angka kadar karet kering yang diperoleh akan semakin tinggi. Pengukuran kadar karet kering (KKK) pada setiap penyadap dilakukan untuk menghindari terjadinya kecurangan berupa pencampuran lateks dengan air dan digunakan untuk memberikan premi kepada penyadap. Pengukuran KKK secara keseluruhan (global) dari seluruh kemandoran akan diukur di pabrik pengolahan. Pengukuran kadar karet kering (KKK) dengan Metrolac Hydrometer dapat dilihat pada Gambar 10.

19

(a)Metrolac Hydrometer (b) Pengukuran KKK

Gambar 10 Pengukuran kadar karet kering (KKK) dengan Metrolac Hydrometer di TPH

Aspek Manajerial

Asisten Divisi

Asisten Divisi memilki kewenangan dan tanggung jawab terhadap wilayah atau divisi yang dikelolanya. Tugas-tugas yang menjadi kewenangan Asisten Divisi adalah melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan divisi, meliputi kegiatan penyadapan, perawatan tanaman dan adminitrasi di tingkat divisi.

Kegiatan saat menjadi pendamping asisten adalah mengikuti setiap kegiatan dalam kesehariannya seperti mengadakan pengawasan langsung di lapangan, menilai hasil pekerjaan disetiap mandor, memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada Mandor Satu ataupun Mandor Sadap, Mandor Pemupukan, dan Mandor Stimulansia dalam pelaksanaan teknis di lapangan baik perawatan maupun produksi tanaman untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunan tenaga kerja di lapangan.

Mandor Satu

Mandor Satu bertugas sebagai wakil Asisten Divisi di lapangan yang langsung mengkoordinir dan mengarahkan mandor-mandor lapangan, baik Mandor Sadap maupun Mandor Perawatan agar bekerja sesuai sesuai peraturan dan tata tertib perusahaan, serta menjaga kedisiplinan dalam bekerja. Dalam kegiatan teknis di lapangan Mandor Satu memberikan pengarahan dan motivasi kepada para mandor dan pekerja agar target pekerjaan dan produksi serta kualitas kerja tetap terjaga sebagai pertanggungjawaban kepada Asisten Divisi.

Kualitas kerja para mandor, baik Mandor Perawatan dan Mandor Sadap saat menjadi pendamping mandor satu terlihat bahwa kualitas kerja mandor sudah cukup baik. Namun tingkat kedisiplinan masih perlu ditingkatkan lagi agar pekerjaan untuk mencapai target yang ditetapkan perusahaan dapat tercapai. Mandor Satu harus tegas ketika Mandor Sadap dan Mandor Perawatan tidak disiplin dalam bekerja serta perlu adanya evaluasi terhadap kinerja para Mandor Sadap dan Mandor Perawatan.

20

Mandor

Mandor mempunyai tugas untuk menyusun rencana kerja, mengatur jadwal tugas pagi, mengecek kehadiran karyawan harian, mengawasi kerja karyawan, dan memberikan pengarahan terhadap karyawan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan serta memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat dan disiplin. Mandor di Perkebunan TGE terdiri dari Mandor Perawatan dan Mandor Sadap

Tugas-tugas yang dilaksanakan selama menjadi pendamping mandor antara lain pemeriksaan kesiapan alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, mengecek dan mencatat kehadiran karyawan serta mengawasi kerja karyawan. Posisi mandor yang diikuti antara lain menjadi pendamping mandor di pembibitan, Mandor Sadap, dan Mandor Perawatan.

Mandor Perawatan. Bertugas mengarahkan para pekerja dalam hal perawatan tanaman. Mandor Perawatan terdiri Mandor Semprot dan Mandor Pemupukan.

Mandor Sadap. Bertugas mengawasi pekerjaan penyadap setiap harinya dan mencatat kehadiran para penyadap dibuku absensi, memeriksa peralatan sadapan yang kurang atau rusak serta mengawasi dan mengontrol kualitas sadapan dari masing-masing hanca penyadap karyawan. Selain itu, Mandor Sadap juga mengawasi penyetoran lateks penyadap. Permasalahan yang ditemui di lapangan saat menjadi pendamping Mandor Sadap antara lain kurang disiplinnya penyadap dalam kehadiran dan penyadapan yang masih kurang sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Banyak nya tanaman yang sudah rusak menyebabkan para penyadap melakukan penyadapan tidak sesuai dengan arahan mandor sadap.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh mandor untuk mengatasi masalah tersebut adalah memperketat pengawasan, memberikan pengarahan, memberikan hukuman pada karyawan yang kurang disiplin dan memberikan penghargaan kepada penyadap yang disiplin.

Krani Divisi

Krani Divisi mempunyai peranan dalam hal pencatatan data dan administrasi divisi, Krani Divisi membuat laporan rencana dan realisasi pekerjaan di lapangan dalam hal ini Krani Divisi mengerjakan pembukuan terkait target hasil, statistik hasil, hasil produksi lateks, kegiatan harian, laporan asisten, dan lain-lain. Hasil pekerjaaan kemudian dilaporkan kepada Asisten Divisi dan kantor kebun. Dalam melaksanakan pekerjaannya Krani Divisi dibantu oleh Krani Absen dan Krani Timbang Lateks.

Krani Absen. Bertugas membantu Krani Divisi terkait masalah penggunaan tenaga kerja dan upah tenaga kerja, serta mngabsen dan mencatat jumlah tenaga kerja yang bekerja pada hari itu baik untuk kegiatan penyadapan maupun kegiatan perawatan.

Krani Timbang Lateks. Bertugas mencatat dan melaporkan hasil produksi lateks, lump dan slab untuk mengetahui hasil produksi pada hari itu dan melaporkan ke pabrik dan kantor induk. Selain itu krani timbang bertugas menjadi juru timbang lateks, cuplump, dan slab di tempat pengumpulan hasil (TPH) dan membuat berita acara pengiriman hasil lateks, slab dan cuplump serta mengawal kendaraan pengangkut sampai ke pabrik untuk menghindari terjadinya kehilangan atau selisih hasil di lapangan dan di pabrik.

21

Dokumen terkait