• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Teknis

Kegiatan magang di PT Dupont Indonesia adalah sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilayah. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilyah produksi Sumber Pucung terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Pemeriksaan Lapang

Jagung memerlukan ruang hidup yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan agar dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Guna mendapatkan ruang hidup yang sesuai maka diperlukan pemeriksaan lapang, sehingga tanaman jagung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Pemeriksaan lapang dilakukan dengan cara membuat peta kesesuaian lahan yang dilaksanakan oleh koordinator desa. Pemeriksaan dilaksanakan selama 4 – 6 hari kerja yang disesuaikan dengan luas areal. Pembuatan peta dilakukan dengan mengambil titik-titik koordinat lahan yang menggunakan global potitioning system (GPS). Peta kesesuaian lahan tersebut digunakan untuk memudahkan pengeblokkan serta memudahkan penyusunan jadwal pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Peta lahan produksi Sumber Pucung berdasarkan GPS serta kondisi wilayah dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pertemuan dengan Petani (Grower Meeting)

Sistem produksi benih jagung hibrida di PT Dupont adalah sistem kerjasama dengan petani sehingga sebelum penanaman diadakan pertemuan dengan petani. Pertemuan dengan petani adalah kegiatan yang mempertemukan perwakilan perusahaan dengan petani dan dinas terkait untuk mendapatkan kesepakatan bermitra kerja dalam produksi benih jagung.

Petani yang dapat mengikuti kegiatan produksi benih di PT Dupont, yaitu (1) petani harus tergabung dalam kelompok tani, (2) lahan petani sedang tidak

ditanam komoditas lain, (3) lahan petani bukan lahan tadah hujan, serta (4) lahan terletak pada area yang dapat dijangkau. Tidak ada ketentuan khusus mengenai luas lahan jika petani ingin bermitra dengan perusahaan.

Pertemuan dilakukan oleh koordinator wilayah dengan cara memaparkan tata cara produksi benih yang tepat sesuai dengan peraturan PT Dupont, dimulai dari persiapan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Selain memaparkan tata cara produksi benih, grower meeting juga menjelaskan hak dan kewajiban petani beserta perusahaan (Tabel 1).

Tabel 1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi

Benih

No Kewajiban Hak

Petani 1 Melaksanakan peraturan tanam

perusahaan

Mendapatkan pinjaman modal dengan bunga 0%

2 Memenuhi administrasi lapangan Mandapatkan benih tetua

3 Melaksanakan pemeliharaan tanam Mendapatkan kompensasi babat

tanaman jantan

4 Tidak menanam jagung lain pada

radius 200 meter (isolasi)

Hasil panen dibeli oleh perusahaan sesuai perjanjuan

5 Menjual seluruh hasil panen kepada perusahaan

Perusahaan 1 Menyediakan benih tetua Menseleksi tanaman (rouging)

2 Memberikan petunjuk dan informasi waktu dan tata cara penanaman

Mengatur administrasi yang dipenuhi petani

3 Melaksanakan kontrol penanaman Memusnahkan jagung varietas lain pada radius 200 meter

4 Menanggung biaya detasseling Menerima seluruh hasil panen

5 Membayar kompensasi babat jantan

6 Membeli hasil panen petani

Pinjaman modal tanpa bunga yang diberikan perusahaan kepada petani untuk kegiatan produksi benih sebesar Rp 3 500 000,- per hektar untuk satu orang petani. Hasil panen petani dibeli perusahaan dengan harga Rp 3 000,- per kilogram gelondong. Petani juga mendapatkan kompensasi sebesar Rp 400 000,- per hektar untuk pembabatan tetua jantan (male cutting). Kegiatan male cutting

bertujuan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada tongkol tetua jantan merupakan hasil dari selfing. Petani berkewajiban mengikuti seluruh peraturan tanam yang disusun oleh perusahaan, yaitu penggunaan satu benih per lubang, menggunakan sistem bedengan dan waktu serta rasio penanaman tetua

sesuai per meter. PT jagung hib tentang wa kegiatan d ditunjuk o tepat pada Perusahaa tanaman j mengatur Produksi Tanaman Te identitas y morfologi Ga Te Bentuk da tidak terla besar diba raturan. Peta Dupont ber brida, sehin aktu dan tat

detasseling, oleh perusah a waktunya an berhak d jagung lain administras Benih Jagu n tetua etua jantan yang dapat yang berbe (a) ambar 3. Bu etua jantan m

aun pada tan alu lebar di andingkan d ani diwajibk rkewajiban ngga perusa ta cara pena , dimana ke haan. Pemb a sebesar k dalam mens n diluar v si yang waji ung Hibrid dan betin t dilihat pa eda yang da unga Jantan memiliki w naman jant ibandingkan dengan tetua kan untuk t membimbi ahaan harus anaman yan egiatan ters bayaran kep ketentuan ya seleksi tanam arietas yan ib dipenuhi da a berasal ada Tabel 2 apat dilihat p n dari Tetua warna daun an cenderun n dengan te a jantan. tidak menan ing petani s memberik ng tepat. Per sebut dilaku ada petani h ang berlaku man petani ng ditanam oleh petani dari Thaila 2. Tetua jan pada Gamba (b) Jantan (a) d lebih cerah ng lebih teg etua betina nam jagung dalam mem kan petunju rusahaan me ukan oleh p harus dilaku u sesuai de i dan berha m. Perusaha i. and. Benih ntan dan ar 3. ) dan Tetua B h dibandingk gak, pinggir . Batang te pada radiu mproduksi b uk dan infor enanggung pihak yang ukan perusa engan perjan ak memusna aan juga b tetua mem betina mem Betina (b) kan tetua b r daun data etua betina us 200 benih rmasi biaya telah ahaan njian. ahkan erhak miliki miliki etina. ar dan lebih

Tetua jantan mempunyai tassel panjang dengan cabang sedikit, spikelet berwarna kuning cerah dan tongkol kecil dengan silk pendek. Tetua betina memiliki tassel lebih pendek, memiliki cabang yang banyak, spikelet berwarna kuning cerah dan apabila tua terdapat bercak warna merah di ujungnya.

Tabel 2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman

Jenis Benih Tetua Asal Benih Kode Benih Daya Tumbuh (%) Jumlah Benih (butir/kg) Waktu Tanam (hari) Jarak Tanam (cm2) Rekomendasi Betina : Jantan (kg/ha) Rasio Tanam 3:1 4:1 5:1

Jantan Thailand Male

W45 98 4 420 0-0-2 65x18 5.5 4.4 3.6

Betina Thailand Female

W45 98 4 202 0-0-2 65x18 15.2 16.2 16.8

Sumber : Kantor Besar PT Dupont (2010)

Berdasarkan Tabel 2, benih tetua di tanam dengan waktu tanam 0-0-2. Waktu tanam tersebut berarti penanaman tetua betina dilakukan bersamaan dengan setengah kebutuhan benih tetua jantan dan dua hari kemudian setengah kebutuhan benih tetua jantan baru di tanam, sehingga pada pertanaman jagung terdapat tetua betina, jantan I dan jantan II. Kebutuhan benih tiap hektar berbeda bedasarkan rasio penanaman tetua betina dan tetua jantan (Tabel 2). Jika rekomendasi rasio penanaman di lahan produksi 3 : 1, hal tersebut berarti jumlah tanaman tetua betina tiga kali lipat dibandingkan tetua jantan. Kebutuhan benih untuk rasio penanaman 3 : 1 adalah 5.5 kg benih tetua jantan dan 15.2 kg benih tetua betina. Kebutuhan berat benih tersebut didasarkan populasi tanaman tiap hektar yang diketahui melalui jarak tanam. Setelah populasi diketahui maka jumlah populasi tiap tanaman dibagi dengan jumlah benih tiap kilogram benih.

Persiapan lahan

Persiapan lahan merupakan kegiatan awal di lapangan dalam produksi benih. Persiapan lahan dilakukan dengan menggunakan bajak sapi atau traktor. Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk membersihkan lahan dari gulma, memperbaiki kondisi fisik tanah sehingga memiliki aerasi dan drainase yang baik. Lahan yang siap di tanam untuk produksi benih di PT Dupont adalah lahan yang

menggunakan bedengan. Bedengan yang digunakan untuk penanaman jagung dapat dilihat pada Gambar 4.

120 – 140 cm Keterangan: ♂ : Jantan I : Jantan II

(1) : Parit keliling ; kedalaman 25 cm

(2) : Parit tengah/jeblosan ; kedalaman 20 cm

(3) : Parit bedeng tetua jantan ; kedalaman 15 cm

(4) : Parit bedeng tetua betina ; kedalaman 10 cm

Gambar 4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1 Bedengan dibuat dengan lebar 120 - 140 cm. Setiap bedengan dikelilingi dan dipisahkan dengan parit irigasi (Gambar 4). Parit keliling adalah parit irigasi yang mengelilingi areal penanaman jagung, kedalaman parit keliling adalah 25 cm. Parit bedengan merupakan parit irigasi yang memisahkan satu bedengan dengan bedengan lainnya. Parit bedengan terdiri atas dua jenis, yaitu parit bedengan untuk tetua jantan dengan kedalaman 15 cm dan parit bedengan tetua betina dengan kedalaman 10 cm. Kedalaman parit tetua jantan dibuat lebih dalam daripada parit tetua betina, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan perkecambahan dan mengoptimalkan pertumbuhan tetua jantan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penggunaan bedengan dapat meningkatkan daya berkecambah benih sampai 100 %.

Parit yang lebih dalam dapat menjaga kelembaban dan mengurangi laju permukaan saat irigasi atau hujan sehingga dapat meningkatkan daya berkecambah benih. Parit irigasi yang memisahkan bedengan satu dengan yang

lainnya pada baris bedengan yang sama disebut parit tengah (parit jeblosan). Kedalaman parit tengah adalah sebesar 20 cm (Gambar 4).

Penanaman

Penanaman jagung dilakukan dengan menanam satu benih jagung per lubang tanaman yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antar tanaman. Dengan penanaman satu benih per lubang maka jumlah populasi tetua jantan dalam satu hektar adalah 14 000 tanaman sedangkan tetua betina 70 000 tanaman. Kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman jagung 15 hari orang kerja (HOK). Persaingan tanaman yang terjadi meliputi penguasaan sarana tumbuh, unsur hara dan sinar matahari. Kekerdilan merupakan salah satu respon tanaman apabila kalah bersaing dengan tanaman lain, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman

Tanaman yang tumbuh kerdil umumnya terjadi jika dalam satu lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman. Tanaman kerdil tersebut tidak menghasilkan tongkol tetapi tetap menyerap input produksi sehingga tanaman kerdil harus dibuang untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman yang tumbuh normal. Berdasarkan pengamatan, jumlah tanaman kerdil pada tiap hektar lebih dari 10 % dari populasi pertanaman. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui penarikan contoh pada penanaman lebih dari satu benih dalam satu lubang tanam, dimana jumlahnya diatas 10 % dari populasi. Kontrol penanaman dilakukan untuk menjaga jumlah tanaman yang tumbuh kerdil kurang dari 8 tanaman tiap hektar.

Pengawasan dilakukan untuk memastikan penanaman yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, seperti penggunaan satu benih per lubang tanaman. Pengawasan tanam dilakukan setelah 7 – 14 hari

setelah tanam (HST). Pengawasan ditujukan untuk mengontrol satu tanaman tiap lubang tanam sehingga dapat dilakukan pencabutan bibit jagung apabila dalam lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman (Gambar 6).

Gambar 6. Pengawasan Penanaman 7 HST

Penanaman jagung varietas W45 yang dilakukan PT Dupont menggunakan rasio penanaman 5 : 1, hal ini berarti setiap lima alur tanaman tetua betina terdapat satu tanaman tetua jantan (Gambar 4). Penentuan rasio penanaman didasarkan pada kemampuan tetua jantan menyerbuki tetua betina. Jarak tanam yang digunakan adalah 65 cm x 18 cm. Berdasarkan jarak tanam tersebut dapat diketahui kebutuhan benih tiap hektar.

Tanaman tetua jagung varietas W45 mempunyai jarak waktu tanam (split planting). Split planting yang digunakan adalah 0-0-2. Hal tersebut berarti seluruh benih tetua betina ditanam saat awal tanam dan tetua jantan ditanam setengah dari kebutuhan benih yang dianjurkan. Setelah dua hari sisa benih tetua jantan ditanam kembali. Jadi pada pertanaman jagung terdapat tetua jantan I dan II dengan selang umur dua hari.

Kegiatan penanaman memerlukan administrasi lapangan seperti pengisian formulir daftar kesiapan lahan untuk mengetahui kondisi aktual lahan serta letak lahan yang akan ditanam (Lampiran 4). Formulir daftar kesiapan lahan juga dibutuhkan untuk mengambil benih di gudang penyimpanan benih.

Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga kondisi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik, berdaya hasil tinggi serta memiliki mutu

panen yang baik. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), roguing, detasseling, dan pembabatan tanaman jantan. Untuk memudahkan pemeliharaan tanaman disusun jadwal pemeliharaan tanaman (Lampiran 5)

Pemupukan dilakukan pada saat 0, 20 dan 40 HST. Akan tetapi pemupukan pada 0 HST jarang dilakukan. Hal tersebut berhubungan dengan waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pemupukan umumnya hanya dilakukan pada saat tanaman berumur 20 dan 40 HST. Dosis pupuk yang digunakan adalah 400 kg/ha pupuk urea, 400 kg/ha pupuk majemuk NPKS (15-15-15-10) serta 8 liter/ha pupuk cair daun dan bunga yang diaplikasikan pada 10 HST. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan lubang pupuk yang bertujuan untuk menghindari penguapan dan aliran permukaan (Gambar 7).

Gambar 7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dan kimia. Pengendalian secara manual dilakukan dengan membersihkan gulma dengan cara mencangkul. Kebutuhan HOK sebesar 30 HOK. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida yang berbahan aktif mesotrion 50 g/liter dan atrazin 500 g/liter. Bahan aktif ini bersifat sistemik dan selektif pra tumbuh sehingga aplikasi herbisida paling baik dilakukan pada 10-15 HST. Aplikasi herbisida dilakukan dengan menggunakan perekat non ionik untuk meningkatkan efektifitas herbisida. Kebutuhan HOK untuk pengendalian gulma secara kimia sebesar 3 HOK/ha. Pengendalian gulma secara manual dan kimia dapat dilihat pada Gambar 8 merupakan gambar pengendalian gulma secara kimia (8a) dan mekanik (8b).

(a) (b)

Gambar 8. Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) dan Manual (b)

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada fase benih dan vegetatif. Pencegahan serangan hama dan penyakit pada fase benih dilakukan sebelum benih ditanam yaitu dengan memberikan insektisida perlakuan benih berbahan aktif tiamtoksan 350 g/l dengan dosis 1 liter untuk 25 kg benih. Insektisida ini digunakan untuk mencegah lalat bibit dan semut.

Sebelum benih ditanam lahan dipastikan bebas tikus karena hama tikus dapat memakan benih yang ditanam, selain itu hama tikus dapat menyerang jagung pada saat fase generatif, yaitu merusak tassel tetua jantan dan tongkol tetua betina. Serangan tikus pada fase generatif dapat dilihat pada Gambar 9. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan rodentisida berbahan aktif kumatetrafil 0.75 %. Rodentisida diberikan dengan cara dicampur umpan. Pemberian umpan bila diketahui kehadiran tikus (jejak, jalan tikus, kotoran, danliang tikus).

Pencegahan serangan hama dilakukan dengan insektisida berbahan aktif deltrametin 25 g/l untuk mengendalikan lalat bibit dan ulat grayak. Untuk mencegah penyebaran penyakit hawar daun dan busuk batang digunakan fungisida berbahan aktif azoksistrobin 200 g/l dan difenokonazol 125 g/l dengan dosis 1 l/ ha dengan konsentrasi 1 ml/l, diaplikasikan pada umur 30 dan 40 HST. Untuk penyakit bulai dikendalikan dengan fungisida sistemik berbahan aktif mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 %. Aplikasi fungisida dilakukan 14 - 21 HST atau pada saat penyakit bulai ditemukan pada pertanaman jagung.

(a) (b)

Gambar 9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina (a) dan Jantan (b)

Roguing merupakan kegiatan menyeleksi tanaman untuk menjaga kemurnian benih yang dihasilkan. Penyeleksian tanaman dilakukan dengan mencabut tipe simpang (off type). Tipe simpang memiliki bentuk daun, perakaran, warna spikelet dan warna serbuk sari berbeda dengan tanaman tetua. Tipe simpang umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tetua lainnya. Bunga jantan pada tipe simpang umumnya berwarna merah di ujung spikeletnya serta serbuk sari berwarna merah (Gambar 10). Tanaman tipe simpang harus dimusnahkan sebelum masa anthesis tiba yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persilangan antara tanaman tetua dengan tanaman tipe simpang.

Gambar 10. Tanaman Tipe Simpang

Selain tipe simpang, penyeleksian juga dilakukan terhadap tanaman kerdil. Tanaman kerdil merupakan tanaman yang memiliki tinggi dibawah 50 % dibandingkan dibandingkan tanaman lainnya dan memiliki daun kurang dari tujuh pada umur 30 HST (Gambar 5). Penyeleksian tanaman kerdil bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri karena tanaman yang tumbuh kerdil

memiliki waktu anthesis yang lebih lama. Dalam satu hektar pertanaman jagung jumlah tipe simpang dan tanaman kerdil harus kurang dari 8 tanaman tiap hektar.

Detasseling merupakan kegiatan menghilangkan bunga jantan pada tetua betina, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri, sehingga kemurnian benih yang dihasilkan terjaga. Biaya detasseling dibebankan kepada perusahaan. Pembayaran dilakukan dengan sistem borongan kepada seseorang broker. Setiap desa memiliki dua orang broker. Broker bertugas mengakomodir tenaga detasseling. Guna mengefisienkan waktu tenaga kerja, penulis bersama dengan koordinator wilayah dan desa memberikan rekomendasi tenaga cabut tiap hektar. Penyusunan rekomendasi didasarkan pada hasil pelatihan yang diberikan oleh perusahaan. Rekomendasi tenaga detasseling untuk satu hektar adalah 7 HOK tenaga kerja terlatih.

Setelah kegiatan detasseling selesai, dilakukan kontrol detasseling. Kontrol dilakukan setelah kegiatan detasseling selesai hingga pembabatan tanaman jantan. Kontrol dilakukan untuk memastikan pokok tetua betina pada pertanaman jagung telah bersih dari bunga jantan. Kontrol detasseling membutuhkan 2 HOK yang dilakukan oleh koordinator desa dibantu oleh broker. Pengontrolan dapat dilakukan dengan cara sejajar vertikal atau horizontal ataupun dilakukan dengan melihat saling silang. Pengawasan detasseling secara vertikal dan horizontal dapat dilihat pada Gambar 11.

(a) (b)

Gambar 11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar (a) dan Saling Silang (b)

Gambar 11 menunjukkan posisi tenaga kontrol untuk mengontrol hasil kerja detasseling, yaitu memastikan bunga jantan tetua betina tidak tertinggal pada pertanaman. Tenaga kerja mengontrol dengan cara sejajar vertikal atau horizontal

(11a). Teknik kontrol tersebut dapat dilakukan dengan cara mengelilingi lahan dengan posisi sejajar. Kontrol juga dapat dilakukan dengan melihat saling silang (11b). Teknik ini dapat dilakukan apabila topografi lahan lebih rendah dibandingkan topografi pematang, karena ketelitian teknik ini sangat kurang apabila dilakukan pada lahan dengan topografi yang sama dengan pematang.

Babat tetua jantan merupakan kegiatan pembabatan terhadap tetua jantan yang dilakukan setelah berakhirnya masa penyerbukan. Berakhirnya masa penyerbukan ditandai oleh habisnya polen serta terjadi perubahan warna spikelet menjadi cokelat tua. Pembabatan tetua jantan bertujuan untuk menghindari pemanenan tongkol tetua jantan dan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman induk betina sehingga tongkol yang dihasilkan tetua betina dapat berkembang menjadi besar dan berbobot (Gambar 12).

Gambar 12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan

Perusahaan memberikan kompensasi sebesar Rp 400 000,- per hektar kepada petani untuk pembabatan tetua jantan. Tongkol dan brangkasan hasil pembabatan diserahkan sepenuhnya kepada petani. Sebagian besar petani menjual hasil brangkasan kepada peternak sehingga selain mendapatkan kompensasi petani mendapatkan pendapatan tambahan melalui penjualan brangkasan jagung tetua jantan.

Pengamatan sinkronisasi bunga

Pengamatan sinkronisasi bunga tetua jantan dan betina dilakukan saat bunga jantan pada tetua jantan mulai muncul. Pengamatan dilakukan pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 100 atau 50 tanaman contoh untuk tiap ulangan. Jumlah tanaman contoh disesuaikan dengan jumlah populasi tanaman jagung. Tanaman tetua diikat dengan tali rafia dengan warna berbeda pada batang utama dibawah bunga jantan pada tetua jantan dan di dekat tongkol pada tetua betina (Gambar 13).

Bunga jantan matang apabila serbuk sari keluar dari spikelet sedangkan tetua betina telah reseptif apabila rambut tongkol telah keluar dengan panjang minimal 3 cm. Pengamatan dilakukan dengan cara melepas tali yang terikat pada tanaman contoh setelah serbuk sari keluar dari tetua jantan dan panjang rambut tongkol pada tetua betina lebih dari 3 cm. Jumlah tanaman yang telah dilepas ikatanya dihitung setiap hari serta dihitung persentase tali yang dilepas. Pengamatan dilakukan hingga tali pada semua tanaman contoh telah dilepas. Persentase antara tetua betina serta tetua jantan I dibandingkan untuk menentukan ketepatan sinkronisasi tetua. Apabila perbedaan persentase dibawah 10 %, hal ini berarti pemasakan bunga jantan dan bunga betina antara tetua sinkron.

(a) (b)

Gambar 13. Sinkronisasi Tetua Jantan (a) dan Tetua Betina (b) Penanaman tetua jagung dilakukan tidak bersamaan (split planting). Adanya perbedaan waktu tanam tersebut diharapkan agar waktu anthesis tetua jantan dan masa reseptif tetua betina terjadi bersamaan. Apabila anthesis bunga jantan dan

masa reseptif bunga betina terjadi secara bersamaan maka tongkol jagung dapat terisi sempurna (Gambar 14).

Gambar 14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna Pemanenan

Pemanenan jagung pada produksi benih merupakan kegiatan pengambilan tongkol jagung pada tetua betina. Tujuan pemanenan jagung adalah mendapatkan benih bermutu baik. Pemanenan dilakukan saat masak fisiologis. Keadaan masak fisiologis dicapai saat jagung berumur 105 - 115 hari. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi, hal tersebut dapat menurunkan vigor benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang. Pemanenan terlalu awal juga menyebabkan benih mudah rusak secara mekanis sehingga pada saat penyimpanan benih mudah dimasuki mikroorganisme. Terlambatnya waktu pemanenan dapat menurunkan vigor calon benih karena benih mengalami proses penuaan. Stadia panen di PT Dupont dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di

PT Dupont Indonesia

Stadia panen

Putih susu : kuning pada biji Kadar air (%) Derajat kematangan 1 1 : 4 45-50 Sangat mentah 2 2 : 3 40-45 Mentah 3 3 : 2 35-40 Masak I 4 1 : 4 30-35 Masak II 5 0 : 5 25-30 Lewat masak

Perusahaan menentukan waktu kegiatan pemanenan. Perusahaan memiliki kriteria panen serta cara peramalan waktu panen melalui stadia panen yang didasarkan pada pergerakan warna putih susu pada biji (Gambar 15). Pergerakan warna putih susu dengan membelah tongkol kemudian diamati pada tongkol bagian atas. Setiap stadia panen ditentukan dengan cara membandingkan warna putih susu dan warna kuning pada biji yang dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan kriteria panen yang ditetapkan oleh perusahaan, setiap stadia panen memiliki estimasi kadar air berbeda. Pemanenan calon benih jagung di PT Dupont dilakukan pada stadia 3 dan 4. Hal tersebut dikarenakan kandungan kadar air jagung seimbang dan benih telah masak fisiologis.

(a) (b)

Gambar 15. Stadia Panen 2 (a) dan Stadia Panen 4 (b)

Pemanenan jagung merupakan tanggung jawab petani, sedangkan pengangkutan hasil panen dari lahan petani menuju pabrik pengolahan merupakan tanggung jawab PT Dupont. Sebelum hasil panen dibawa ke pabrik pengolahan, dilakukan penimbangan dan penyortiran hasil panen yang dilakukan oleh petani. Hasil panen yang baik dan kurang baik dipisahkan kedalam karung yang berbeda. Hasil panen yang baik akan dimasukkan kedalam karung berwarna kuning sedangkan hasil panen yang kurang baik dimasukkan kedalam karung berwarna putih atau biru (Gambar 16). Hasil panen yang kurang baik akan dipipil dan dipilah secara manual di pabrik pengolahan.

(a) (b)

Gambar 16. Hasil Panen (a) dan Pengarungan Hasil Panen (b)

Dokumen terkait