• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI

BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA,

MALANG

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO

A24063486

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO. Studi Pengelolaan Tanaman Pada Produksi Benih Jagung Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang. (Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI).

Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Produktivitas jagung nasional untuk varietas lokal masih sangat rendah, yaitu 2 - 3 ton/ha, jagung hibrida 7 - 10 ton/ha, dan jagung komposit kurang dari 5 ton/ha. Keunggulan menggunakan benih jagung hibrida adalah tahan terhadap penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi. Selain untuk pangan, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia.

Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan mahasiswa. Tujuan khusus magang adalah mempelajari pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida. Kegiatan magang dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur selama lima bulan mulai dari bulan Februari hingga Juli 2010.

Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan untuk memaparkan sistem produksi benih serta kerjasama yang ditawarkan PT Dupont Indonesia serta penandatanganan kontrak kerjasama. Pemeriksaan lapangan yang dilakukan perusahaan sebelum penanaman dilakukan untuk mengetahui kelayakan lahan penanaman jagung, kegiatan meliputi pemetaan dan pengumpulan informasi wilayah. Pemetaan lahan dilakukan dengan alat Global Positioning System (GPS), sedangkan informasi lapangan diperoleh melalui wawancara.

(3)

Kerapatan tanam yang tinggi mengurangi produksi tanaman karena terdapat persaingan penguasaan sarana tumbuh. Total penggunaan benih tetua tiap hektar di wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010 berdasarkan uji nilai tengah pada taraf 5 %.

Berdasarkan uji nilai tengah pada taraf 5 %, penggunaan benih tetua per hektar pada wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010

Pemupukan N berlebih tidak baik bagi perkembangan tanaman yaitu memperpanjang periode vegetatif tanaman yang dapat mengganggu proses sinkronisasi tanaman yang dapat menurunkan daya hasil tanaman. Pemupukan N berlebih juga dapat menurunkan daya tahan tanaman terhadap penyakit bulai.

(4)

STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI

BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA,

MALANG

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO

A24063486

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG

Nama : ARDI PRATAMA OKTAVIANTO

NIM : A24063486

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. NIP. 19550324 198203 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Oktober 1987 di Wonogiri, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Suwondo, SH dan Siti Sumardiyatmi, SE.

Pendidikan sekolah dasar penulis selesaikan pada tahun 2000 di SD Negeri Ardimulyo 1 Singosari, Malang. Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 1 Singosari, lulus pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Umum dilalui di SMA Negeri 1 Lawang dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pengelolaan Tanaman pada Produksi Benih Jagung Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1 pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dukungan dan bantuan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak sangatlah berarti bagi penulis. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dan bapak (alm) serta adik (kaka-kiki) tercinta terima kasih atas doa, kasih sayang, perhatian, pengertian, dukungan, semangat dan kepercayaan kepada penulis.

2. Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir Ahmad Junaedi, MSi dan Ir. Heni Punamawati, MSc. Agr selaku dosen penguji.

4. Prof. Dr Ir Slamet Susanto, MSc. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi.

5. Pegawai dan staff kantor PT Dupont dan lahan produksi Sumber Pucung. Bapak Jajang Mulyana, Mulyo Haryono dan tim yang bersedia membimbing, memberikan pengarahan dan membantu penulis selama kegiatan magang. 6. Ana Yunita yang telah memberikan warna hidup kepada penulis serta teman–

teman Agronomi dan Hortikultura 43, serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Maret 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Jagung ... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Benih ... 5

Produksi Benih Hibrida Jagung ... 7

METODE MAGANG ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Metode Pelaksanaan ... 12

Pengumpulan Data ... 12

KEADAAN UMUM ... 14

Profil Perusahaan ... 14

Visi dan Misi Perusahaan ... 15

Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi ... 15

Struktur Organisasi Perusahaan ... 16

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 18

Aspek Teknis ... 18

Aspek Manajerial ... 36

PEMBAHASAN ... 42

Pemeriksaan Lapangan... 42

Pertemuan dengan Petani ... 43

Produksi Benih Jagung Hibrida ... 44

Alur Benih Tetua ... 59

Analisis Usaha Tani ... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

Kesimpulan ... 62

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi Benih ... 19 2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman ... 21 3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di PT Dupont

Indonesia ... 31 4. Hasil Uji-T Pengaruh Bedengan Terhadap Daya Tumbuh Benih ... 45 5. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Bedengan Terhadap Hasil Panen

Tongkol Jagung. ... 47 6. Kebutuhan Benih Tetua Varietas W45 Per Hektar di PT Dupont ... 49 7. Luas Area Tanam dan Jumlah Penggunaan Benih Tetua di Lahan

Produksi Sumber Pucung PT Dupont ... 50 8. Hasil Uji-T Perbandingan Produktivitas Rata-Rata Antar Wilayah

Produksi Benih ... 51 9. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Benih Terhadap Hasil Panen

Tongkol Jagung di PT Dupont Indonesia... 52 10. Hasil Panen Tongkol Jagung Berdasarkan Rekomendasi Peraturan

Tanam di PT Dupont ... 53 11. Curah Hujan dan Hari Hujan di Lahan Produksi Sumber Pucung ... 55 12. Hasil Uji F Jumlah Bunga Betina dan Jantan pada Pengamatan

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda ... 6

2. Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 dan 4:2 ... 7

3. Bunga Jantan Dari Tetua Jantan dan Tetua Betina ... 20

4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1 ... 22

5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman ... 23

6. Pengawasan Penanaman 7 HST ... 24

7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung ... 25

8. Pengendalian Gulma Secara Kimia dan Manual ... 26

9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina dan Jantan ... 27

10. Tanaman Tipe Simpang ... 27

11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar dan Saling Silang ... 28

12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan ... 29

13. Sinkronisasi Tetua Jantan dan Tetua Betina ... 30

14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna ... 31

15. Stadia Panen 2 dan Stadia Panen 4 ... 32

16. Hasil Panen dan Pengarungan Hasil Panen ... 33

17. Daya Tumbuh Benih pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan ... 45

18. Hasil Panen Pertanaman dengan Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan ... 46

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Kegiatan Sebagai Mandor Pabrik di Pabrik Pengolahan Benih,

PT Dupont Indonesia ... 68

2. Jurnal Kegiatan Sebagai Pendamping Koordinator Wilayah diLahan Produksi Sumber Pucung, PT Dupont Indonesia ... 69

3. Peta Lahan Produksi Sumber Pucung Berdasarkan GPS Beserta Keterangan Wilayah ... 73

4. Formulir Daftar Kesiapan Lahan Petani ... 75

5. Formulir Jadwal Perawatan Tanam ... 76

6. Bukti Pembayaran Hasil Panen Petani ... 77

7. Alur Pengolahan Benih di Pabrik Pengolahan Benih PT Dupont Indonesia ... 78

8. Struktur Organisasi PT Dupont Indonesia - Malang ... 79

9. Pengamatan Jumlah Bunga Betina dan Jantan di Lahan Produksi Sumber Pucung di PT Dupont ... 80

10. Analisis Usaha Tani Pembenihan Jagung PT Dupont ... 81

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung adalah komoditas penting untuk pangan dan pakan. Pengusahaan jagung di dunia lebih dari 120 juta ha lahan kering dan Indonesia merupakan salah satu tempat pengusahaan jagung utama di dunia. Selain pada lahan kering, jagung diusahakan pada lahan sawah setelah panen padi dengan produktivitas mencapai sekitar 7 ton/ha (Puslitbangtan, 2006).

Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Selain untuk konsumsi manusia, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Di negara maju, sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya diproses kembali untuk menghasilkan alkohol dan monosodium glutamat (Agromedia, 2007). Produksi jagung hingga tahun 2014 diharapkan meningkat minimal 10 %. Tingkat petani didorong untuk memenuhi kebutuhan benih jagung sendiri. Ditargetkan benih produksi petani dapat mencapai 80 000 ton dari kebutuhan nasional sebesar 350 000 ton (Pioneer, 2009). Potensi areal untuk pengembangan jagung tersedia cukup luas, yaitu sekitar 20.5 juta hektar, sedangkan luas pertanaman jagung pada akhir tahun 2009 luas pertanaman jagung baru mencapai 4.09 juta hektar (BPS, 2010).

Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas usaha tani. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan tepat lokasi akan mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, industri benih jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida yang baru mencapai 28 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit (Nugraha et al., 2003).

(13)

penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi (Agromedia, 2007).

Usaha peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat dilakukan dengan pengelolaan tanaman seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan tanah, pemupukan, pengaturan jarak tanam yang baik serta kegiatan panen yang tepat. Pengolahan tanah, Pengaturan jarak tanam, rouging, detasseling dan pembabatan tetua jantan pada areal produksi benih merupakan cara yang berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaturan jarak tanam mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan mempengaruhi hasil. Semakin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah. (Harjadi, 2002).

Pengolahan tanah dilakukan untuk melihara dan memperbaiki kesuburan tanah sehingga hasil tanaman dapat meningkat. Perbaikan kesuburan juga dapat dilakukan dengan cara, antara lain pemberian pupuk nitrogen. Pemberian pupuk urea dengan dosis yang tepat dapat meningkatan produktivitas jagung hibrida (Sutejo, 1992).

Pengelolaan tanaman pada kegiatan produksi benih jagung berbeda dengan kegiatan budidaya tanaman jagung secara umum. Untuk mendapatkan kemurnian benih yang tinggi diperlukan kegiatan rouging, detasseling dan pembabatan tetua jantan. Rouging merupakan kegiatan membuang tanaman yang menyimpang dari tipe rata-rata dan yang tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara visual. Detasseling merupakan kegiatan membuang bunga jantan pada tetua betina untuk mencegah penyerbukan sendiri (selfing) (Saenong et al., 2007). Pembabatan tetua jantan dilakukan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada tongkol tetua jantan merupakan hasil selfing.

Tujuan

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Jagung

Taksonomi jagung yang dikutip dari Rubatzky dan Yamaguchi (1998) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledone

Ordo : Poates

Famili : Gramineae Sub famili : Myadeae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Jagung merupakan tanaman monokotil semusim iklim panas dengan bunga jantan dan bunga betina terletak dalam satu pohon (monoecius), tetapi terletak terpisah satu sama lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bunga jantan (tassel) tumbuh di ujung batang utama (titik tumbuh apikal), sedangkan bunga betina (cob) tumbuh dari titik tumbuh lateral (Paliwal, 2000).

Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling pembuluh vaskular (Paliwal, 2000). Jumlah daun umumnya berkisar antara 10 - 18 helai. Waktu munculnya daun hingga daun terbuka sempurna berkisar 3 - 4 hari setiap daun.Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (Paliwal, 2000).

(15)

ke atas antara 7 - 10 buku. Akar adventif tunbuh di bawah permukaan tanah dan berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar adventif adalah menjaga tanaman agar tetap tegak membantu penyerapan hara dan air (Subekti et al., 2007).

Tanaman jagung merupakan tanaman protandry, dimana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1 - 3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (polen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spika bagian tengah, 2 - 3 cm dari ujung malai kemudian turun ke bawah. Satu bulir anthera melepas 15 - 30 juta serbuk sari.

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10 - 16 baris biji yang jumlahnya selalu genap sampai masak fisiologis (Subekti et al., 2007).

Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (1) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi melindungi embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air, (2) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya, dan (3) embrio, sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plumula, akar radikal, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).

Syarat Tumbuh

(16)

Lingkungan tumbuh tanaman jagung perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi maksimal. Untuk menghasilkan benih jagung dengan mutu yang tinggi diusahakan agar tanaman dapat dipanen pada kondisi tidak ada hujan, sehingga pola curah hujan di wilayah pengembangan produksi benih perlu diidentifikasi. Hasil penelitian Arief dan Saenong. (2003) di Bone, Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa benih jagung yang dipanen lebih awal atau lambat mempunyai viabilitas yang menurun dengan cepat.

Benih

Struktur benih dan biji sama, yaitu kulit benih, cadangan makanan dan embrio, secara fungsional benih dan biji berbeda. Benih adalah sarana produksi untuk menghasilkan pertanaman sehingga benih harus hidup. Benih yang bermutu harus melalui kegiatan pengolahan seperti pengeringan, pembersihan, pemilahan dan penyimpanan, sedangkan biji merupakan bahan tanam dari suatu tanaman dan tidak ditujukan untuk menghasilkan pertanaman. Biji digunakan dalam industri, seperti industri makanan dan pakan ternak (Sadjad, 2006).

Mutu Benih

Sadjad (1992) menyatakan bahwa benih yang memiliki mutu fisik tinggi merupakan benih yang bersih dari kotoran, serta seragam dalam bentuk, ukuran, warna dan berat jumlah per volume. Benih bermutu fisik tinggi harus bebas dari hama penyakit sehingga benih perlu diberikan perlakuan dengan bahan kimia (pestisida). Untuk mempertinggi mutu fisik benih diberikan pewarna, aroma serta mengemas benih dengan kemasan yang cantik.

(17)

Mutu genetik benih menunjukkan keragaman benih dalam sifat genetik. Campuran kotoran pada benih mengakibatkan turunnya mutu genetik benih karena benih yang tercampur kotoran tumbuh tidak seragam apabila ditanam di lapangan akibat kontaminasi kotoran (Sadjad, 1992). Pemilihan varietas sangat mempengaruhi mutu genetik benih karena karakteristik tertentu dari tetua dapat diturunkan melalui perkawinan silang balik (Justice dan Bass, 2002).

Benih Inbrida dan Benih Hibrida Jagung

Benih inbrida merupakan benih tetua yang memiliki tingkat homozigositas sangat tinggi. Benih inbrida jagung diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) atau melalui persilangan antar saudara. Inbrida jagung dapat dibentuk menggunakan bahan dasar varietas bersari bebas atau komposit dan inbrida lain. Pembentukan benih inbrida dari varietas bersari bebas atau hibrida dilakukan melalui seleksi tanaman (Takdir et al., 2007).

Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Hal yang perlu dilakukan dalam pemuliaan varietas hibrida adalah pembuatan galur inbrida, yakni galur tetua yang homozigot melalui silang dalam (inbreeding) pada tanaman menyerbuk silang. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur yang homozigot disilangkan dan diperoleh generasi F1 yang heterozigot, kemudian ditanam sebagai varietas hibrida (Takdir et al., 2007). Bagan persilangan untuk mendapatkan tanaman hibrida secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda

Hibrida Silang ganda (A x B) x (C x D)

Hibrida Silang tunggal

C x D Hibrida

Silang tunggal A x B

x Inbrida D

Inbrida C Inbrida B

x

(18)

Disamping memiliki hasil yang tinggi, hibrida silang tunggal lebih seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida silang tiga dan silang ganda. Namun demikian, hibrida silang tunggal memiliki stabilitas penampilan yang lebih rendah dibandingkan dengan hibrida silang ganda (Sprague dan Dudley, 1988). Berdasarkan hasil penelitian Idris (2005), penanaman generasi kedua (F2) hibrida silang tunggal akan menurunkan hasil pertanaman 15 – 20 %, kemudian silang puncak (top cross) dan silang tiga jalur (three way cross) akan berkurang hingga 10 %.

Produksi Benih Hibrida Jagung

Produksi benih membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan hasil benih hibrida pada daerah penanaman yang berbeda. Dalam produksi benih, dilakukan isolasi jarak minimal 201 m dan pemotongan bunga jantan pada tetua betina (detasseling) untuk mendapatkan kemurnian benih hingga 99 % atau lebih (White dan Johnson, 2002).

Rasio tanaman tetua inbrida untuk produksi hibrida umumnya berada dalam pengawasan pemulia. Saran untuk rasio penanaman baris tetua betina dan jantan harus berasal dari pemulia. Hal tersebut bertujuan untuk menjamin serbuk sari tetua jantan cukup membuahi tetua betina. Rasio yang digunakan untuk tetua betina dan jantan pada produksi benih beberapa varietas jagung hibrida adalah 4 : 2 atau 4 : 1 (Gambar 2).

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂

(a) (b)

Keterangan : ♂ : Tanaman Induk Jantan ♀ : Tanaman Induk Betina

(19)

Gambar 2 menunjukkan posisi baris tetua jagung pada lahan produksi. Penanaman rasio 4 : 1 berati setiap empat baris tanaman tetua betina diselingi satu baris tanaman tetua jantan. Rasio 4 : 2 berati setiap empat baris tanaman tetua betina diselingi 2 baris tetua jantan. Rasio penanaman 4 : 2 lebih menguntungkan dalam produksi polen karena jumlah tanaman induk jantan lebih banyak sehingga tongkol jagung yang dihasilkan lebih rapat dibandingkan penanaman rasio 4 : 1, tetapi jumlah tongkol yang dihasilkan pada penanaman rasio 4 : 2 lebih rendah dibandingkan rasio 4 : 1 (White dan Johnson, 2003).

Sistem Bedengan

Penggunaan sistem bedengan dapat mengurangi penggenangan air dilahan pada musim hujan. Kondisi ini dapat membantu fase perkecambahan tanaman, khususnya pada tanaman serealia yang sangat sensitif terhadap genangan air (Bakker et al., 2005). Dalam penelitian Bakker et al (2007) menambahkan mengenai sistem bedengan, bahwa 11 dari 28 eksperimennya pada tanaman serealia memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol tanpa menggunakan bedengan.

Pengolahan lahan dapat meningkatkan produksi jagung dan menurunkan penggunaan material kimia pada pertanaman jagung (Tawainga et al., 2000). Ortega et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan bedengan dapat meningkatkan efisiensi nitrogen sebanyak 3 % dan penyerapan nitrogen sebanyak 10 %. Sharma (2003), menambahkan bahwa penggunaan bedengan dapat meningkatkan aerasi pada zona perakaran, menjaga kelembaban tanah dan dapat menurunkan aliran permukaan (run off) saat musim hujan dan mencegah terjadinya genangan air yang menyebabkan kelembaban terlalu tinggi.

Pemupukan

(20)

dosis pupuk yang diberikan, cara aplikasi, dan waktu pemupukan (Hardjowigeno, 2003). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan.

Pemupukan pada tanaman jagung perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil panen yang optimal. Pupuk diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang berlebihan akan berpengaruh negatif terhadap lingkungan, produksi, dan pendapatan. Oleh karena itu, pemupukan perlu memperhatikan aspek efisiensinya (Subandi et al., 1998). Permadi et al (2005) menambahkan bahwa pemberian pupuk N, P dan K dapat meningkatkan pertumbuhan dan komponen daya hasil.

Daya kecambah benih yang tanaman induknya tidak dipupuk unsur P turun menjadi 79.3 %, sedangkan benih dari tanaman induk yang dipupuk 90 - 135 kg P2O5/ha, daya berkecambahnya berkisar antara 88.0 - 90.7 % setelah benih disimpan selama 6 bulan. Tanpa pemupukan K pada tanaman induk, terjadi penurunan daya berkecambah benih hingga 70.3 %. Pemberian K dua kali, yaitu pada saat tanam dan 4 minggu setelah tanam, ketahanan simpan benih lebih tinggi dibanding kalau K diberikan seluruhnya pada saat tanam atau seluruhnya pada 4 minggu setelah tanam. Pemberian 45 kg K2O/ha dengan dua kali aplikasi untuk mempertahankan mutu benih selama 6 bulan dengan daya berkecambah benih hingga 96 %(Arief dan Saenong, 2003).

Penggunaan pupuk N, P, dan K lengkap berpengaruh positif terhadap daya berkecambah benih yaitu di atas 80 %, tanaman yang dipupuk N dan P atau N dan K daya tumbuhnya 60 % dan tanaman yang tidak dipupuk daya tumbuhnya 40 % setelah periode simpanan 16 bulan (Syarifudin dan Saenong, 2005).

(21)

Sinkronisasi Tanaman

Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan bunga jantan dan bunga betina sinkron, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI maka sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan semakin terhambat sehingga menurunkan hasil tanaman. Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol.

Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup dalam 4 - 16 jam sesudah terlepas. Penyerbukan selesai dalam 24 - 36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10 - 15 hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi cokelat dan kemudian kering (Subekti et al., 2007).

Kerapatan tanam

(22)

Pemanenan

Panen dilakukan setelah memasuki fase masak fisiologis yakni ditandai dengan lapisan warna hitam (black layer) pada pangkal biji jagung. Pada kondisi ini kadar air berkisar 21 – 28 %. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi sehingga menurunkan vigor benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang (Kuswanto, 2003).

Kadar air jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil. Pemanenan pada kadar air rendah (17 – 20 %) menyebabkan terjadinya susut hasil akibat tercecer sebesar 1.2 – 4.7 % dan susut mutu 5 – 9 %. Apabila panen dilakukan pada kadar air tinggi, susut hasil akibat tercecer mencapai 1.7 – 5.2 % dan susut mutu 6 – 10 % (Subandi et al., 1998).

(23)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur selama lima bulan mulai dari bulan Februari hingga Juli 2010.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan magang yang dilakukan adalah: mengikuti secara langsung aktivitas di lapangan produksi benih jagung hibrida, mendampingi mandor pabrik unit pengolahan benih, wawancara dan pencarian data sekunder. Wawancara dilakukan terhadap pegawai perusahaan serta petani. Wawancara bertujuan untuk memperdalam dan menambah informasi tentang perusahaan serta memperdalam pengetahuan mengenai data sekunder yang telah didapatkan.

Bulan pertama kegiatan yang dilakukan adalah sebagai pendamping mandor pabrik. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik meliputi pengawasan terhadap bagian pengeringan benih, pembersihan dan pemilahan benih, perlakuan serta pengepakan benih. Pengawasan pada bagian penerimaan dan pemipilan benih tidak dilakukan karena pada saat kegiatan magang perusahaan tidak melaksanakan kegiatan tersebut.

Bulan kedua hingga bulan kelima aktivitas yang dilakukan adalah kegiatan lapang produksi benih hibrida. Kegiatan yang diikuti adalah sebagai berikut: (1) pemeriksaan lapang, (2) mengikuti pertemuan dengan petani, (3) penentuan tetua jantan dan tetua betina, (4) persiapan lahan, (5) penanaman, (6) pemeliharaan tanaman, (7) pengamatan sinkronisasi tanaman tetua, dan (8) pemanenan.

Pengumpulan Data

(24)

Data primer yang dikumpulkan meliputi daya tumbuh benih tetua dan hasil panen pada sistem bedengan dan tanpa bedengan, dosis pemupukan dan sinkronisasi tanaman tetua. Pengamatan sinkronisasi tanaman tetua dilakukan pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 50 tanaman contoh untuk tiap ulangan.

Data sekunder adalah data yang telah tersedia di perusahaan yang menunjang kegiatan magang, seperti sejarah dan profil perusahaan, sarana dan prasarana yang tersedia, peta lahan produksi dan potensi wilayah, identitas benih tetua, perhitungan kebutuhan benih tetua, formulir pemeliharaan tanam, data kriteria panen, formulir pembayaran panen, luas areal tanam dan penggunaan benih tetua, data serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), data rekomendasi hasil panen, data hasil panen serta aspek manajerial perusahaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan yang dilakukan). Data sekunder curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Malang.

Data sekunder yang digunakan untuk kepentingan analisis terdiri atas data perhitungan benih tetua, data luas areal tanam, data penggunaan benih tetua, data serangan OPT, data panen, data curah hujan bulan Januari hingga Mei 2010. Data yang digunakan merupakan data selama magang berlangsung di lahan produksi Sumber Pucung pada bulan Februari hingga Juli 2010.

Analisis Data dan Informasi

(25)

KEADAAN UMUM

Sejarah Perusahaan

PT Dupont Indonesia dahulu bernama PT Pioneer Hibrida Indonesia yang merupakan perusahaan multinasional yang berpusat di Iowa, Amerika Serikat dengan nama Pioneer Hi-Bred International Inc. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1985 dengan nama PT Gunung Sewu Agrotama dan mulai tahun 1987 berganti nama menjadi PT Pioneer Hibrida Indonesia yang bergerak di bidang pertanian dengan memproduksi benih jagung.

Profil Perusahaan

PT Dupont Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbenihan jagung, khususnya benih jagung hibrida. PT Dupont memiliki satu pabrik yang berada di Jl. Raya Krebet, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 7 500 ton/tahun. Kantor pusat PT Dupont terletak di Beltway Office Park Building A, 5thFloor Jl. Ampera Raya No. 9 - 10 Jakarta 12550.

Sistem yang dijalankan pusat produksi benih PT Dupont Indonesia di Malang adalah inti plasma atau kemitraan dengan kelompok tani. Jumlah petani yang sudah menjalankan sistem kemitraan tersebut kurang lebih 10 000 petani. Keuntungan petani yang bekerjasama dengan PT Dupont adalah (a) mendapatkan benih gratis, (b) mendapatkan fasilitas pinjaman untuk pengolahan lahan serta sarana produksi (saprodi), (c) adanya jaminan pembelian hasil panen dengan harga dasar, (d) mendapatkan penyuluhan tentang tata cara perawatan tanaman dari Petugas Lapang PT Dupont, serta (e) mendapatkan insentif bagi kelompok tani.

(26)

Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT Dupont Indonesia adalah sebagai berikut: (1) berusaha menghasilkan produk yang terbaik di pasaran, (2) perusahaan menjalankan bisnis secara jujur dan adil dengan pelanggan, petani, karyawan, tim pemasaran, asosiasi bisnis, serta pemegang saham perusahaan, (3) perusahaan mempublikasikan serta menjual produk perusahaan dengan sebaik-baiknya, serta (4) perusahaan memberikan bantuan saran ke manajemen untuk membantu pelanggan perusahaan dalam meraih keuntungan yang memungkinkan dari produk perusahaan.

Misi perusahaan adalah (1) menyediakan produk dan pelayanan dengan meningkatkan efisiensi serta keuntungan dari petani sedunia, (2) bisnis inti perusahaan adalah mengimplementasikan ilmu pengetahuan secara genetik, dan (3) perusahaan akan meyakinkan pertumbuhan bisnis inti perusahaan dan mengembangkan peluang baru dengan meningkatkan bisnis inti.

Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi

Pabrik pengolahan benih PT Dupont berada di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Pabrik berada pada elevasi 391 m dpl. Pabrik berbatasan dengan Kecamatan Gondang Legi. Dari arah utara pabrik pengolahan benih ini berdekatan dengan pabrik penggilingan tebu Krebet. Di sebelah barat pabrik terdapat pemukiman warga dan sebelah utara pabrik terdapat lahan yang tidak digunaan untuk kepentingan pertanian ataupun pemukiman.

(27)

Struktur Organisasi Perusahaan

PT Dupont Indonesia dipimpin oleh seorang manajer produksi yang bertanggung jawab langsung kepada manajer Asia Pasifik. Manajer produksi dibantu oleh koordinator keselamatan dan kesehatan kerja (K3), asisten administrasi, koordinator black belt dan ISO, manajer lapangan, manajer operasional pabrik, spesialis logistik, dan teknisi pabrik.

Manajer produksi bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan mengatur seluruh kegiatan proses produksi agar dapat terlaksana sesuai dengan prosedur perusahaan. Koordinator K3 bertugas untuk memastikan sistem keselamatan dan kesehatan kerja agar berjalan sesuai dengan prosedur perusahaan serta melaksanakan internal audit K3. Tugas dan tanggung jawab asisten administrasi adalah mendukung seluruh kegiatan administrasi manajer produksi, manajer lapangan, manajer operasional pabrik, dan staff lainnya. Koordinator

black belt dan ISO bertugas melakukan kegiatan perbaikan terhadap semua bidang maupun sistem yang ada disemua operasional pabrik.

Tugas dan tanggung jawab manajer lapangan adalah mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam, melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi terkait. Dalam melaksanakan tugasnya manajer lapangan dibantu oleh penyelia agronomi dan koordinator desa.

Manajer operasional pabrik bertugas mengawasi proses pengolahan benih dari penerimaan sampai pengepakan, mengawasi dan mengkordinasi tenaga kerja pengolahan benih, serta membuat laporan proses pengolahan benih secara periodik. Dalam menjalankan tugasnya manajer operasional pabrik dibantu oleh penyelia pengolahan produksi.

(28)
(29)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan magang di PT Dupont Indonesia adalah sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilayah. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilyah produksi Sumber Pucung terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Pemeriksaan Lapang

Jagung memerlukan ruang hidup yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan agar dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Guna mendapatkan ruang hidup yang sesuai maka diperlukan pemeriksaan lapang, sehingga tanaman jagung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Pemeriksaan lapang dilakukan dengan cara membuat peta kesesuaian lahan yang dilaksanakan oleh koordinator desa. Pemeriksaan dilaksanakan selama 4 – 6 hari kerja yang disesuaikan dengan luas areal. Pembuatan peta dilakukan dengan mengambil titik-titik koordinat lahan yang menggunakan global potitioning system (GPS). Peta kesesuaian lahan tersebut digunakan untuk memudahkan pengeblokkan serta memudahkan penyusunan jadwal pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Peta lahan produksi Sumber Pucung berdasarkan GPS serta kondisi wilayah dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pertemuan dengan Petani (Grower Meeting)

Sistem produksi benih jagung hibrida di PT Dupont adalah sistem kerjasama dengan petani sehingga sebelum penanaman diadakan pertemuan dengan petani. Pertemuan dengan petani adalah kegiatan yang mempertemukan perwakilan perusahaan dengan petani dan dinas terkait untuk mendapatkan kesepakatan bermitra kerja dalam produksi benih jagung.

(30)

ditanam komoditas lain, (3) lahan petani bukan lahan tadah hujan, serta (4) lahan terletak pada area yang dapat dijangkau. Tidak ada ketentuan khusus mengenai luas lahan jika petani ingin bermitra dengan perusahaan.

[image:30.595.86.514.316.552.2]

Pertemuan dilakukan oleh koordinator wilayah dengan cara memaparkan tata cara produksi benih yang tepat sesuai dengan peraturan PT Dupont, dimulai dari persiapan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Selain memaparkan tata cara produksi benih, grower meeting juga menjelaskan hak dan kewajiban petani beserta perusahaan (Tabel 1).

Tabel 1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi

Benih

No Kewajiban Hak

Petani 1 Melaksanakan peraturan tanam

perusahaan

Mendapatkan pinjaman modal dengan bunga 0%

2 Memenuhi administrasi lapangan Mandapatkan benih tetua

3 Melaksanakan pemeliharaan tanam Mendapatkan kompensasi babat

tanaman jantan

4 Tidak menanam jagung lain pada

radius 200 meter (isolasi)

Hasil panen dibeli oleh perusahaan sesuai perjanjuan

5 Menjual seluruh hasil panen kepada perusahaan

Perusahaan 1 Menyediakan benih tetua Menseleksi tanaman (rouging)

2 Memberikan petunjuk dan informasi waktu dan tata cara penanaman

Mengatur administrasi yang dipenuhi petani

3 Melaksanakan kontrol penanaman Memusnahkan jagung varietas lain pada radius 200 meter

4 Menanggung biaya detasseling Menerima seluruh hasil panen

5 Membayar kompensasi babat jantan

6 Membeli hasil panen petani

Pinjaman modal tanpa bunga yang diberikan perusahaan kepada petani untuk kegiatan produksi benih sebesar Rp 3 500 000,- per hektar untuk satu orang petani. Hasil panen petani dibeli perusahaan dengan harga Rp 3 000,- per kilogram gelondong. Petani juga mendapatkan kompensasi sebesar Rp 400 000,- per hektar untuk pembabatan tetua jantan (male cutting). Kegiatan male cutting

(31)

sesuai per meter.

PT jagung hib tentang wa kegiatan d

ditunjuk o tepat pada Perusahaa tanaman j mengatur

Produksi

Tanaman Te identitas y morfologi Ga Te Bentuk da tidak terla besar diba raturan. Peta

Dupont ber brida, sehin aktu dan tat

detasseling, oleh perusah

a waktunya an berhak d jagung lain administras Benih Jagu n tetua etua jantan yang dapat yang berbe (a) ambar 3. Bu etua jantan m

aun pada tan alu lebar di andingkan d

ani diwajibk

rkewajiban ngga perusa ta cara pena , dimana ke haan. Pemb a sebesar k dalam mens n diluar v si yang waji

ung Hibrid

dan betin t dilihat pa eda yang da

unga Jantan memiliki w naman jant ibandingkan dengan tetua

kan untuk t

membimbi ahaan harus anaman yan egiatan ters bayaran kep ketentuan ya seleksi tanam arietas yan ib dipenuhi da a berasal ada Tabel 2 apat dilihat p

n dari Tetua warna daun

an cenderun n dengan te a jantan.

tidak menan

ing petani s memberik ng tepat. Per sebut dilaku ada petani h ang berlaku

man petani ng ditanam oleh petani

dari Thaila 2. Tetua jan

pada Gamba

(b) Jantan (a) d lebih cerah ng lebih teg etua betina

nam jagung

dalam mem kan petunju rusahaan me ukan oleh p harus dilaku u sesuai de i dan berha m. Perusaha i. and. Benih ntan dan ar 3. )

dan Tetua B h dibandingk

gak, pinggir . Batang te

pada radiu

mproduksi b uk dan infor enanggung pihak yang

ukan perusa engan perjan ak memusna aan juga b

tetua mem betina mem

(32)
[image:32.595.111.518.212.319.2]

Tetua jantan mempunyai tassel panjang dengan cabang sedikit, spikelet berwarna kuning cerah dan tongkol kecil dengan silk pendek. Tetua betina memiliki tassel lebih pendek, memiliki cabang yang banyak, spikelet berwarna kuning cerah dan apabila tua terdapat bercak warna merah di ujungnya.

Tabel 2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman

Jenis Benih Tetua Asal Benih Kode Benih Daya Tumbuh (%) Jumlah Benih (butir/kg) Waktu Tanam (hari) Jarak Tanam

(cm2)

Rekomendasi Betina : Jantan

(kg/ha) Rasio Tanam

3:1 4:1 5:1

Jantan Thailand Male

W45 98 4 420 0-0-2 65x18 5.5 4.4 3.6

Betina Thailand Female

W45 98 4 202 0-0-2 65x18 15.2 16.2 16.8

Sumber : Kantor Besar PT Dupont (2010)

Berdasarkan Tabel 2, benih tetua di tanam dengan waktu tanam 0-0-2. Waktu tanam tersebut berarti penanaman tetua betina dilakukan bersamaan dengan setengah kebutuhan benih tetua jantan dan dua hari kemudian setengah kebutuhan benih tetua jantan baru di tanam, sehingga pada pertanaman jagung terdapat tetua betina, jantan I dan jantan II. Kebutuhan benih tiap hektar berbeda bedasarkan rasio penanaman tetua betina dan tetua jantan (Tabel 2). Jika rekomendasi rasio penanaman di lahan produksi 3 : 1, hal tersebut berarti jumlah tanaman tetua betina tiga kali lipat dibandingkan tetua jantan. Kebutuhan benih untuk rasio penanaman 3 : 1 adalah 5.5 kg benih tetua jantan dan 15.2 kg benih tetua betina. Kebutuhan berat benih tersebut didasarkan populasi tanaman tiap hektar yang diketahui melalui jarak tanam. Setelah populasi diketahui maka jumlah populasi tiap tanaman dibagi dengan jumlah benih tiap kilogram benih.

Persiapan lahan

(33)

menggunakan bedengan. Bedengan yang digunakan untuk penanaman jagung dapat dilihat pada Gambar 4.

♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀

♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀

♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀

♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀

♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀

♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀

♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀

♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀

120 – 140 cm

Keterangan:

♂ : Jantan I

: Jantan II

(1) : Parit keliling ; kedalaman 25 cm

(2) : Parit tengah/jeblosan ; kedalaman 20 cm

(3) : Parit bedeng tetua jantan ; kedalaman 15 cm

[image:33.595.118.506.134.424.2]

(4) : Parit bedeng tetua betina ; kedalaman 10 cm

Gambar 4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1 Bedengan dibuat dengan lebar 120 - 140 cm. Setiap bedengan dikelilingi dan dipisahkan dengan parit irigasi (Gambar 4). Parit keliling adalah parit irigasi yang mengelilingi areal penanaman jagung, kedalaman parit keliling adalah 25 cm. Parit bedengan merupakan parit irigasi yang memisahkan satu bedengan dengan bedengan lainnya. Parit bedengan terdiri atas dua jenis, yaitu parit bedengan untuk tetua jantan dengan kedalaman 15 cm dan parit bedengan tetua betina dengan kedalaman 10 cm. Kedalaman parit tetua jantan dibuat lebih dalam daripada parit tetua betina, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan perkecambahan dan mengoptimalkan pertumbuhan tetua jantan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penggunaan bedengan dapat meningkatkan daya berkecambah benih sampai 100 %.

(34)

lainnya pada baris bedengan yang sama disebut parit tengah (parit jeblosan). Kedalaman parit tengah adalah sebesar 20 cm (Gambar 4).

Penanaman

[image:34.595.222.395.348.475.2]

Penanaman jagung dilakukan dengan menanam satu benih jagung per lubang tanaman yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antar tanaman. Dengan penanaman satu benih per lubang maka jumlah populasi tetua jantan dalam satu hektar adalah 14 000 tanaman sedangkan tetua betina 70 000 tanaman. Kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman jagung 15 hari orang kerja (HOK). Persaingan tanaman yang terjadi meliputi penguasaan sarana tumbuh, unsur hara dan sinar matahari. Kekerdilan merupakan salah satu respon tanaman apabila kalah bersaing dengan tanaman lain, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman

Tanaman yang tumbuh kerdil umumnya terjadi jika dalam satu lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman. Tanaman kerdil tersebut tidak menghasilkan tongkol tetapi tetap menyerap input produksi sehingga tanaman kerdil harus dibuang untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman yang tumbuh normal. Berdasarkan pengamatan, jumlah tanaman kerdil pada tiap hektar lebih dari 10 % dari populasi pertanaman. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui penarikan contoh pada penanaman lebih dari satu benih dalam satu lubang tanam, dimana jumlahnya diatas 10 % dari populasi. Kontrol penanaman dilakukan untuk menjaga jumlah tanaman yang tumbuh kerdil kurang dari 8 tanaman tiap hektar.

(35)
[image:35.595.217.397.168.292.2]

setelah tanam (HST). Pengawasan ditujukan untuk mengontrol satu tanaman tiap lubang tanam sehingga dapat dilakukan pencabutan bibit jagung apabila dalam lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman (Gambar 6).

Gambar 6. Pengawasan Penanaman 7 HST

Penanaman jagung varietas W45 yang dilakukan PT Dupont menggunakan rasio penanaman 5 : 1, hal ini berarti setiap lima alur tanaman tetua betina terdapat satu tanaman tetua jantan (Gambar 4). Penentuan rasio penanaman didasarkan pada kemampuan tetua jantan menyerbuki tetua betina. Jarak tanam yang digunakan adalah 65 cm x 18 cm. Berdasarkan jarak tanam tersebut dapat diketahui kebutuhan benih tiap hektar.

Tanaman tetua jagung varietas W45 mempunyai jarak waktu tanam (split planting). Split planting yang digunakan adalah 0-0-2. Hal tersebut berarti seluruh benih tetua betina ditanam saat awal tanam dan tetua jantan ditanam setengah dari kebutuhan benih yang dianjurkan. Setelah dua hari sisa benih tetua jantan ditanam kembali. Jadi pada pertanaman jagung terdapat tetua jantan I dan II dengan selang umur dua hari.

Kegiatan penanaman memerlukan administrasi lapangan seperti pengisian formulir daftar kesiapan lahan untuk mengetahui kondisi aktual lahan serta letak lahan yang akan ditanam (Lampiran 4). Formulir daftar kesiapan lahan juga dibutuhkan untuk mengambil benih di gudang penyimpanan benih.

Pemeliharaan tanaman

(36)

panen yang baik. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), roguing, detasseling, dan pembabatan tanaman jantan. Untuk memudahkan pemeliharaan tanaman disusun jadwal pemeliharaan tanaman (Lampiran 5)

Pemupukan dilakukan pada saat 0, 20 dan 40 HST. Akan tetapi pemupukan pada 0 HST jarang dilakukan. Hal tersebut berhubungan dengan waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pemupukan umumnya hanya dilakukan pada saat tanaman berumur 20 dan 40 HST. Dosis pupuk yang digunakan adalah 400 kg/ha pupuk urea, 400 kg/ha pupuk majemuk NPKS (15-15-15-10) serta 8 liter/ha pupuk cair daun dan bunga yang diaplikasikan pada 10 HST. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan lubang pupuk yang bertujuan untuk menghindari penguapan dan aliran permukaan (Gambar 7).

Gambar 7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung [image:36.595.223.432.354.497.2]
(37)
[image:37.595.131.485.97.244.2]

(a) (b)

Gambar 8. Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) dan Manual (b)

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada fase benih dan vegetatif. Pencegahan serangan hama dan penyakit pada fase benih dilakukan sebelum benih ditanam yaitu dengan memberikan insektisida perlakuan benih berbahan aktif tiamtoksan 350 g/l dengan dosis 1 liter untuk 25 kg benih. Insektisida ini digunakan untuk mencegah lalat bibit dan semut.

Sebelum benih ditanam lahan dipastikan bebas tikus karena hama tikus dapat memakan benih yang ditanam, selain itu hama tikus dapat menyerang jagung pada saat fase generatif, yaitu merusak tassel tetua jantan dan tongkol tetua betina. Serangan tikus pada fase generatif dapat dilihat pada Gambar 9. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan rodentisida berbahan aktif kumatetrafil 0.75 %. Rodentisida diberikan dengan cara dicampur umpan. Pemberian umpan bila diketahui kehadiran tikus (jejak, jalan tikus, kotoran, danliang tikus).

(38)

(a) (b)

Gambar 9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina (a) dan Jantan (b)

Roguing merupakan kegiatan menyeleksi tanaman untuk menjaga kemurnian benih yang dihasilkan. Penyeleksian tanaman dilakukan dengan mencabut tipe simpang (off type). Tipe simpang memiliki bentuk daun, perakaran, warna spikelet dan warna serbuk sari berbeda dengan tanaman tetua. Tipe simpang umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tetua lainnya. Bunga jantan pada tipe simpang umumnya berwarna merah di ujung spikeletnya serta serbuk sari berwarna merah (Gambar 10). Tanaman tipe simpang harus dimusnahkan sebelum masa anthesis tiba yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persilangan antara tanaman tetua dengan tanaman tipe simpang.

Gambar 10. Tanaman Tipe Simpang

(39)

memiliki waktu anthesis yang lebih lama. Dalam satu hektar pertanaman jagung jumlah tipe simpang dan tanaman kerdil harus kurang dari 8 tanaman tiap hektar.

Detasseling merupakan kegiatan menghilangkan bunga jantan pada tetua betina, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri, sehingga kemurnian benih yang dihasilkan terjaga. Biaya detasseling dibebankan kepada perusahaan. Pembayaran dilakukan dengan sistem borongan kepada seseorang broker. Setiap desa memiliki dua orang broker. Broker bertugas mengakomodir tenaga detasseling. Guna mengefisienkan waktu tenaga kerja, penulis bersama dengan koordinator wilayah dan desa memberikan rekomendasi tenaga cabut tiap hektar. Penyusunan rekomendasi didasarkan pada hasil pelatihan yang diberikan oleh perusahaan. Rekomendasi tenaga detasseling untuk satu hektar adalah 7 HOK tenaga kerja terlatih.

Setelah kegiatan detasseling selesai, dilakukan kontrol detasseling. Kontrol dilakukan setelah kegiatan detasseling selesai hingga pembabatan tanaman jantan. Kontrol dilakukan untuk memastikan pokok tetua betina pada pertanaman jagung telah bersih dari bunga jantan. Kontrol detasseling membutuhkan 2 HOK yang dilakukan oleh koordinator desa dibantu oleh broker. Pengontrolan dapat dilakukan dengan cara sejajar vertikal atau horizontal ataupun dilakukan dengan melihat saling silang. Pengawasan detasseling secara vertikal dan horizontal dapat dilihat pada Gambar 11.

(a) (b)

Gambar 11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar (a) dan Saling Silang (b)

Gambar 11 menunjukkan posisi tenaga kontrol untuk mengontrol hasil kerja detasseling, yaitu memastikan bunga jantan tetua betina tidak tertinggal pada pertanaman. Tenaga kerja mengontrol dengan cara sejajar vertikal atau horizontal

(40)

(11a). Teknik kontrol tersebut dapat dilakukan dengan cara mengelilingi lahan dengan posisi sejajar. Kontrol juga dapat dilakukan dengan melihat saling silang (11b). Teknik ini dapat dilakukan apabila topografi lahan lebih rendah dibandingkan topografi pematang, karena ketelitian teknik ini sangat kurang apabila dilakukan pada lahan dengan topografi yang sama dengan pematang.

Babat tetua jantan merupakan kegiatan pembabatan terhadap tetua jantan yang dilakukan setelah berakhirnya masa penyerbukan. Berakhirnya masa penyerbukan ditandai oleh habisnya polen serta terjadi perubahan warna spikelet menjadi cokelat tua. Pembabatan tetua jantan bertujuan untuk menghindari pemanenan tongkol tetua jantan dan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman induk betina sehingga tongkol yang dihasilkan tetua betina dapat berkembang menjadi besar dan berbobot (Gambar 12).

Gambar 12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan

(41)

Pengamatan sinkronisasi bunga

Pengamatan sinkronisasi bunga tetua jantan dan betina dilakukan saat bunga jantan pada tetua jantan mulai muncul. Pengamatan dilakukan pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 100 atau 50 tanaman contoh untuk tiap ulangan. Jumlah tanaman contoh disesuaikan dengan jumlah populasi tanaman jagung. Tanaman tetua diikat dengan tali rafia dengan warna berbeda pada batang utama dibawah bunga jantan pada tetua jantan dan di dekat tongkol pada tetua betina (Gambar 13).

Bunga jantan matang apabila serbuk sari keluar dari spikelet sedangkan tetua betina telah reseptif apabila rambut tongkol telah keluar dengan panjang minimal 3 cm. Pengamatan dilakukan dengan cara melepas tali yang terikat pada tanaman contoh setelah serbuk sari keluar dari tetua jantan dan panjang rambut tongkol pada tetua betina lebih dari 3 cm. Jumlah tanaman yang telah dilepas ikatanya dihitung setiap hari serta dihitung persentase tali yang dilepas. Pengamatan dilakukan hingga tali pada semua tanaman contoh telah dilepas. Persentase antara tetua betina serta tetua jantan I dibandingkan untuk menentukan ketepatan sinkronisasi tetua. Apabila perbedaan persentase dibawah 10 %, hal ini berarti pemasakan bunga jantan dan bunga betina antara tetua sinkron.

(a) (b)

(42)
[image:42.595.226.388.143.291.2]

masa reseptif bunga betina terjadi secara bersamaan maka tongkol jagung dapat terisi sempurna (Gambar 14).

Gambar 14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna Pemanenan

Pemanenan jagung pada produksi benih merupakan kegiatan pengambilan tongkol jagung pada tetua betina. Tujuan pemanenan jagung adalah mendapatkan benih bermutu baik. Pemanenan dilakukan saat masak fisiologis. Keadaan masak fisiologis dicapai saat jagung berumur 105 - 115 hari. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi, hal tersebut dapat menurunkan vigor benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang. Pemanenan terlalu awal juga menyebabkan benih mudah rusak secara mekanis sehingga pada saat penyimpanan benih mudah dimasuki mikroorganisme. Terlambatnya waktu pemanenan dapat menurunkan vigor calon benih karena benih mengalami proses penuaan. Stadia panen di PT Dupont dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di

PT Dupont Indonesia

Stadia panen

Putih susu : kuning pada biji

Kadar air

(%) Derajat kematangan

1 1 : 4 45-50 Sangat mentah

2 2 : 3 40-45 Mentah

3 3 : 2 35-40 Masak I

4 1 : 4 30-35 Masak II

5 0 : 5 25-30 Lewat masak

(43)

Perusahaan menentukan waktu kegiatan pemanenan. Perusahaan memiliki kriteria panen serta cara peramalan waktu panen melalui stadia panen yang didasarkan pada pergerakan warna putih susu pada biji (Gambar 15). Pergerakan warna putih susu dengan membelah tongkol kemudian diamati pada tongkol bagian atas. Setiap stadia panen ditentukan dengan cara membandingkan warna putih susu dan warna kuning pada biji yang dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan kriteria panen yang ditetapkan oleh perusahaan, setiap stadia panen memiliki estimasi kadar air berbeda. Pemanenan calon benih jagung di PT Dupont dilakukan pada stadia 3 dan 4. Hal tersebut dikarenakan kandungan kadar air jagung seimbang dan benih telah masak fisiologis.

(a) (b)

Gambar 15. Stadia Panen 2 (a) dan Stadia Panen 4 (b)

(44)
[image:44.595.113.511.97.269.2]

(a) (b)

Gambar 16. Hasil Panen (a) dan Pengarungan Hasil Panen (b)

Hasil penimbangan di tingkat petani dicatat pada kartu penimbangan panen dan Harvest Gate Pass (HGP) untuk administrasi di pabrik pengolahan benih. HGP digunakan untuk memudahkan penimbangan di pabrik, selain itu untuk mengetahui perbedaan antara penimbangan di lahan dan pabrik. Perusahaan memiliki kebijakan dalam penimbangan hasil panen. Apabila selisih penimbangan panen kurang dari 2.5 % dari total panen yang diproduksi petani maka penimbangan yang digunakan adalah penimbangan dengan berat paling tinggi, sedangkan jika selisih penimbangan lebih dari 2.5 % maka hasil penimbangan yang digunakan adalah rata-rata hasil penimbangan di lahan dan pabrik. Setelah administrasi penimbangan selesai, petani mendapatkan uang pembayaran panen serta bukti pembayaran hasil panen perusahaan yang telah dipotong pinjaman petani sebesar Rp. 3 500 000,- per hektar (Lampiran 6).

Pengolahan benih

Ketika kegiatan magang berlangsung di PT Dupont, kegiatan magang pada bulan pertama dilakukan di pabrik pengolahan benih yang berada di Kecamatan Bululawang terlebih dahulu. Kegiatan magang di pabrik pengolahan benih tidak dapat dilakukan secara optimal karena tidak adanya hasil panen yang masuk ke pabrik.

(45)

perlakuan serta pengepakan benih. Selama magang di pabrik pengolahan benih penulis bertindak sebagai pendamping mandor pabrik. Sebelum melaksanakan kegiatan di pabrik, penulis diperkenalkan terlebih dahulu pada alat dan alur pengolahan benih secara umum. Alur pengolahan benih dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan Lampiran 7 pengolahan benih di PT Dupont dimulai dari penerimaan hasil panen dari lapangan, setelah hasil panen ditimbang kemudian dikeringkan untuk menurunkan kadar air benih.

Pengeringan

Pengeringan dilakukan bedasarkan berat hasil panen yang diterima oleh pabrik. Apabila berat kurang dari 5 ton maka pengeringan menggunakan kotak pengeringan (box drier) sedangkan jika berat lebih dari 20 ton maka digunakan bin pengeringan. Pengeringan juga dilakukan terhadap benih tetua atau benih komersial yang kadar airnya meningkat selama proses penyimpanan.

Proses pengeringan menggunakan aliran udara dengan suhu 38 – 43 oC. Panas udara yang dihasilkan dari pembakaran gas LPG kemudian dialirkan oleh kipas. Kadar air calon benih yang masuk pabrik berkisar antara 25 – 35 %, untuk menurunkan 1 % kadar air benih, perusahaan menetapkan lama pengeringan yaitu 3.5 - 4 jam. Pengeringan terus dilakukan hingga kadar air benih 10 – 11 %, sehingga waktu pengeringan benih berkisar antara 60 – 100 jam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan , setiap 10 kg LPG dapat mengeringkan 700 kg benih.

Pemipilan

(46)

Pembersihan dan pemilahan benih

Proses pembersihan dan pemilahan benih berfungsi untuk membersihkan benih dari kotoran fisik dan memilah benih berdasarkan bentuk dan ukuran benih. Terdapat tiga macam jenis mesin pembersih dan pemilah benih yang digunakan di PT Dupont, yaitu sizer, air screen cleaner (ASC), dan mesin pemilah berdasarkan warna (colour sorter). Sizer sorter merupakan mesin pembersih dan pemilah benih yang terdiri atas beberapa silinder berlubang yang memiliki ukuran yang berbeda. Sizer sorter berfungsi untuk memilah benih menjadi dua ukuran, yaitu benih berukuran sedang (medium) dan kecil (small). ASC merupakan mesin pembersih dan pemilah benih berdasarkan bentuk benih. Benih dibagi atas dua jenis, yaitu benih berbentuk pipih (flat) dan bulat (round). Hasil akhir benih yang didapatkan dari proses pembersihan dan pemilahan benih dengan menggunakan sizer dan ASC terdiri atas empat jenis, yaitu yaitu medium flat (MF), medium round (MR), small flat (SF), dan small round (SR).

Mesin grafiti digunakan untuk memilah benih berdasarkan berat benih. Benih bermutu tinggi umumnya memiliki berat yang lebih besar daripada benih bermutu rendah. Colour sorter merupakan mesin pemilah benih berdasarkan warna benih, hitam dan putih. Benih jagung yang memiliki mutu fisik baik, pada layar mesin akan berwarna lebih cerah (putih) dibandingkan dengan benih yang bermutu rendah. Ketepatan hasil pemilahan ditentukan oleh kecepatan mesin, semakin lambat kecepatan benih masuk ke dalam mesin maka ketepatan pemilahan benih akan semakin baik. Dengan demikian peranan operator mesin sangat diperlukan, untuk memantau kecepatan jalan mesin agar efisiensi mesin tetap terjaga dan menghasilkan benih bermutu.

Perlakuan benih

(47)

berbahan aktif deltrametrin 25 gr/L. Proses pencampuran pestisida dilakukan oleh operator treater. Pencampuran pestisida dan benih dilakukan dengan menggunakan mesin pencampur dengan kecepatan pencampuran sebesar 1.5 ton/jam. Mesin pencampur mempunyai empat jenis hoper yang berkapasitas 1.5 ton. Setiap hoper terhubung dengan mesin pengepakan sehingga pengemasan benih langsung dilakukan setelah proses perlakuan benih selesai dilakukan.

Pengepakan benih

Pengepakan benih dilakukan secara manual dan otomatis. Pengepakan manual dilakukan untuk benih tetua sedangkan pengepakan secara mekanis dilakukan untuk benih komersial. Berdasarkan pengamatan , pengepakan secara manual pada satu shift kerja (8 jam) yang beranggotakan 12 orang tenaga kerja dapat mengemas 9 - 10 ton benih tetua. Pengepakan secara mekanis mampu mengemas 10 ton benih dalam satu shift kerja. Hal tersebut berarti tidak terdapat perbedaan nyata antara hasil pengepakan manual dan mekanis. Perbedaan pengepakan secara manual dan mekanis terletak pada jumlah tenaga kerja yang digunakan, pengepakan secara manual menggunakan tenaga kerja 12 kali lebih besar dari pada pengepakan secara mekanis. Selain itu keakuratan penimbangan juga merupakan perbedaan antara pengepakan manual dan mekanis. Pengepakan manual cenderung memiliki ketepatan lebih besar daripada pengepakan mekanis. Berdasarkan hasil pengamatan, ketepatan pengepakan secara manual adalah 99.97 % sedangkan ketepatan pengepakan secara mekanis sebesar 99.7 %.

Aspek Manajerial

Manajer Produksi

(48)

Koordinator K3

Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan merupakan tugas koordinator K3. Selain itu koordinator K3 juga bertugas untuk melaksanakan auditinternal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Tugas tersebut dilaksanakan dengan cara membuat standar pelaksanaan kerja (SOP) dan mengadakan pertemuan dengan para karyawan guna menjelaskan SOP tersebut, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir.

Pendamping Administrasi

Tugas dan tanggung jawab pendamping administrasi adalah mendukung seluruh kegiatan administrasi manajer produksi, manajer lapangan, manajer operasional pabrik, dan staff lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

Koordinator Black Belt dan ISO

Koordinator black belt dan ISO bertugas melakukan kegiatan perbaikan terhadap semua bidang maupun sistem yang ada disemua operasional pabrik.

Manajer Lapangan

Tugas dan tanggung jawab manajer lapangan adalah mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam yang sesuai dengan syarat tumbuh jagung. Hal tersebut bertujuan agar produktivitas jagung yang dihasilkan optimal dan mengurangi penggunaan input produksi serta mendapatkan mutu benih yang baik. Selain itu manajer lapangan juga bertugas melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi terkait.

Manajer Operasional Pabrik

(49)

pengolahan benih, serta membuat laporan proses pengolahan benih secara periodik.

Spesialis Logistik

Tugas dan tanggung jawab spesialis logistik adalah mengelola dan menangani stok benih dan administrasi, melakukan pengiriman benih kepada dealer atau kios sesuai sesuai order pembelian, mengelola dan menjaga gudang penyimpanan benih, serta membuat laporan stok benih dan barang-barang secara berkala.

Teknisi Pabrik

Menjaga, memelihara dan memperbaiki peralatan yang ada di tanaman, serta memastikan peralatan yang digunakan dalam proses memenuhi standar kalibrasi yang telah ditetapkan.

Penyelia Agronomi

Penyelia agronomi bertugas membantu manajer lapangan dalam melaksanakan tugasnya, yaitu mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam, melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi terkait.

Koordinator Desa

(50)

Broker

Broker merupakan mitra kerja perusahaan yang bertugas untuk membantu menjembatani perusahaan dengan petani. Broker bertugas membantu koordinator desa dalam melakukan kegiatan penanaman, perawatan serta panen. Broker juga bertugas menyampaikan pinjaman tanpa modal yang diberikan oleh perusahaan kepada petani berupa uang pengolahan lahan dan sarana produksi. Broker juga mengatur administrasi dan membagikan uang hasil panen terhadap tongkol jagung yang dibeli perusahaan kepada petani.

Broker beserta ketua kelompok tani bekerja sama dalam penyusunan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Penyusunan RDKK dilakukan untuk mendata kebutuhan pupuk per kelompok tani, hal ini dilakukan karena pupuk tidak dapat dibeli dengan bebas dan setiap petani memperoleh pupuk berdasarkan RDKK yang telah disusun dan disetujui oleh pemerintah daerah setempat.

Petugas Gudang

Petugas gudang bertugas mengatur semua aktifitas gudang termasuk penyimpanan, pengangkutan dan penyaluran benih.

Teknisi Pemeliharaan Mekanik dan Elektrik

Tugas dan tanggung jawab teknisi pemeliharaan mekanik adalah melakukan pemeliharaan dan perbaikan peralatan pengolahan benih, melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi peralatan pengolahan benih, serta menjaga dan memelihara arsip administrasi pemeliharaan dan perbaikan peralatan pengolahan benih.

Petani

(51)

benih, pinjaman tanpa modal serta pembelian hasil panen oleh perusahaan dengan harga sesuai dengan perjanjian.

Alur Sarana Produksi

Sarana produksi (saprodi) yang meliputi pupuk dan obat-obatan untuk kegiatan produksi benih disalurkan kepada petani oleh broker yaitu pihak yang ditunjuk oleh perusahaan melalui perjanjian kios. Penyaluran saprodi dilakukan setelah form kebutuhan sarana produksi diserahkan dan ditandatangani oleh petugas lapangan (koordinator desa). Jumlah saprodi yang disalurkan oleh broker harus sesuai dengan yang tertera pada form kebutuhan saprodi. Kebutuhan pupuk petani didata ulang oleh broker dan diserahkan kepada kelompok tani yang kemudian di serahkan kepada penyuluh pertanian atas nama departemen pertanian yang turut diketahui oleh kepala desa setempat. Kebutuhan obat-obatan disediakan langsung oleh broker, jenis obat yang digunakan berdasarkan rekomendasi perusahaan. Jumlah uang yang dibayarkan untuk kebutuhan petani langsung dipotong dari uamg hasil panen petani.

Alur Benih Tetua

Benih langsung disalurkan oleh perusahaan ke kantor lahan produksi di setiap wilayah produksi. Sebelum benih disalurkan kepada petani petugas lapangan harus menyerahkan formulir daftar kesiapan lahan petani (Lampiran 4) kepada koordinator wilayah (penyelia agronomi). Setelah formulir ditandatangani, maka formulir diserahkan kepada administrasi kantor lahan produksi yang juga bertugas mengatur keluar masuknya benih dari kantor. Benih diambil oleh koordinator desa yang kemudian disimpan di gudang broker. Benih dibagikan satu hari sebelum ditanam atau pagi hari sebelum kegiatan penanaman.Benih disalurkan setelah diberi perlakuan insektisida perlakuan benih

Transportasi Panen

(52)
(53)

PEMBAHASAN

Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapang dilakukan disetiap wilayah untuk mengetahui kondisi wilayah serta potensi wilayah tersebut. Pemeriksaan lapang dilakukan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan. Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pemeriksaan lahan adalah jenis tanah, temperatur tanah, ketersediaan air, kelembaban tanah, tekstur tanah, bahan kasar tanah, pH tanah, koefisien tukar kation (KTK), toksisitas, variabel penyiapan tanah, bahaya banjir, bahaya erosi, dan lain sebagainya. Hasil pemeriksaan lapang adalah diketahuinya kelas kesuaian lahan yang meliputi kelas kesesuaian lahan S1, S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian lahan S1 merupakan lahan yang sangat baik untuk pengusahaan pertanian sedangkan kelas kesesuaian lahan N merupakan kelas lahan yang tidak dianjurkan untuk pengusahaan pertanian.

Pemeriksaan lapang yang dilakukan di PT Dupont tidak menentukan kelas kesesuaian lahan tetapi dilakukan untuk mengetahui kelayakan lahan yang akan bekerja sama dengan perusahaan. Pemeriksaan lapang di PT Dupont meliputi pemetaan wilayah sarana irigasi, pola tanam, ketinggian tempat, areal pertanian potensial, areal potensial penanaman jagung, jalan angkutan panen dan upah tenaga kerja pada setiap wilayah. Berdasarkan pemeriksaan lapang yang dilakukan perusahaan, wilayah yang mengikuti kerjasama dengan perusahaan adalah lahan yang mempunyai potensi wilayah lebih dari 15 hektar, memiliki saluran irigasi dan memiliki akses yang cukup baik dengan jalan.

(54)

setelah pengolahan lahan tersebut mempunyai aerasi yang lebih baik dibandingkan dengan lahan yang sebelumnya ditanam padi. Kondisi lahan yang baik dapat membantu meningkatkan produksi tanaman.

Lahan sebelumnya ditanam palawaija juga perlu diketahui komoditas palawija tersebut. Lahan yang sebelumnya ditanam komoditas jagung memiliki potensi yang lebih besar terkena seangan OPT khususnya penyakit bulai yang merupakan penyakit tular tanah dan benih. Pemeriksaan sejarah lahan diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan sehingga perusahaan memiliki cara tepat dalam memproduksi benih sehingga dihasilkan benih dengan produksi tinggi dan bermutu baik.

Pemeriksaaan terhadap upah tenaga kerja dilakukan sebagai dasar penyusunan biaya detasseling karena perusahaan bertanggung jawab terhadap kegiatan detasseling. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan baik karena hal tersebut berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Pertemuan dengan Petani

Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan sebagai langkah awal dalam penandatanganan kontrak kerjasama. Pertemuan ini dilakukan pada setiap wilayah yang telah memenuhi kelas sesuaian lahan pada pemeriksaan lapang. Pertemuan terbuka bagi seluruh petani. Koordinator desa mengundang secara resmi ketua kelompok tani, broker, petani yang mempunyai pengaruh besar dalam kelompok, wakil perusahaan, kepala daerah serta perwakilan dinas pertanian setempat. Pada umumnya, pertemuan dengan petani dihadiri oleh petani dengan kepemilikan lahan yang luas. Petani yang memiliki lahan sempit mewakilkan kehadiranya kepada petani yang memiliki lahan yang luas yaitu dengan kepemilikan lahan kurang lebih satu hektar.

(55)

kegiatan yang harus dilakukan dan semua yang harus diterima oleh petani. Penentuan harga jagung gelondong per kilogram juga ditentukan pada pertemuan ini. Apabila kesepakatan telah dicapai dan disepakati bersama petani dan perusahaan maka seluruh peraturan yang berlaku bagi seluruh petani dalam satu wilayah.

Perusahaan juga turut mengundang saksi untuk memperkuat status hukum perjanjian. Saksi yang ditunjuk oleh perusahaan adalah dinas pertanian setempat, kepala desa dan wakil dari perusahaan. Petani yang diharapkan hadir oleh pihak perusahaan adalah petani yang memiliki pengaruh besar. Secara khusus petani diundang untuk mengikuti pertemuan. Pertemuan serta penandatanganan kontrak kerja sama tidak dapat dilakukan apabila saksi tidak hadir.

Kesepakatan kerjasama berlaku pada seluruh petani pada satu wilayah, sehingga petani dilarang melakukan kerjasama dengan pihak ketiga khususnya perusahaan benih jagung lainnya atau menanam jagung varietas lain. Hal tersebut bertujuan untuk mengisolasi tanaman jagung varietas W45 dari tanaman jagung lainsehingga kemurnian genetik benih yang dihasilkan dapat terjaga.

Produksi Benih Jagung Hibrida

Persiapan Lahan

(56)

Gambar 17. Daya Tumbuh Benih Pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan Bedengan 1 pada Gambar 17 merupakan bedengan dengan tinggi 25 cm, bedengan 2 merupakan bedengan dengan tinggi 15 cm, tanpa bedengan 1 merupakan lahan tanpa pengol

Gambar

Tabel 1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi     Benih
Tabel 2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman
Gambar 4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1
Gambar 5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dalam bentuk lembaran wawancara untuk data primer dan laporan keuangan perusahaan dan arsip lunak yang berhubungan

Pos Indonesia (Persero) Kecamatan Long Iram Kabupaten Kutai Barat yaitu minimnya fasilitas atau sarana dan prasarana dalam menunjang pelayanan yang diberikan

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai sejarah maupun profil sekolah, sarana pembelajaran maupun fasilitas lain yang berhubungan

Data sekunder yaitu data yang mendukung keterangan atau menunjang kelengkapan data primer. Data sekunder terdiri dari:.. 1) Bahan-bahan hukum primer, meliputi:

Bab pengumpulan dan pengolahan data berisi tentang profil perusahaan, sejarah perusahaan, produk-produk yang dihasilkan, pengolahan data produksi tahun 2015 mengenai

Dengan adanya perancangan sistem dalam sarana dan prasarana ini diharapkan adanya pengelolaan data yang baik dalam inventaris barang sehingga staff sarana dan

18 7.3 Perusahaan sudah memiliki data identifikasi spesies kunci dan peta sebaran satwa, namun data yang tersedia belum menggambarkan secara jelas pola migrasi spesies

Tahapan penelitian meliputi: (1) pengumpulan dan penelaahan data sekunder berupa dokumen perencanaan daerah, studi/dokumen lingkungan yang telah ada, peta rupa