• Tidak ada hasil yang ditemukan

iii STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG ARDI PRATAMA OKTAVIANTO A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "iii STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG ARDI PRATAMA OKTAVIANTO A"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI

BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA,

MALANG

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO

A24063486

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

RINGKASAN

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO. Studi Pengelolaan Tanaman Pada Produksi Benih Jagung Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang. (Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI).

Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Produktivitas jagung nasional untuk varietas lokal masih sangat rendah, yaitu 2 - 3 ton/ha, jagung hibrida 7 - 10 ton/ha, dan jagung komposit kurang dari 5 ton/ha. Keunggulan menggunakan benih jagung hibrida adalah tahan terhadap penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi. Selain untuk pangan, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia.

Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan mahasiswa. Tujuan khusus magang adalah mempelajari pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida. Kegiatan magang dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur selama lima bulan mulai dari bulan Februari hingga Juli 2010.

Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan untuk memaparkan sistem produksi benih serta kerjasama yang ditawarkan PT Dupont Indonesia serta penandatanganan kontrak kerjasama. Pemeriksaan lapangan yang dilakukan perusahaan sebelum penanaman dilakukan untuk mengetahui kelayakan lahan penanaman jagung, kegiatan meliputi pemetaan dan pengumpulan informasi wilayah. Pemetaan lahan dilakukan dengan alat Global

Positioning System (GPS), sedangkan informasi lapangan diperoleh melalui

wawancara.

Penggunaan bedengan meningkatkan daya berkecambah benih di lapang hingga 100 % sehingga tanaman tumbuh serasi serta meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan bedengan meningkatkan hasil panen tongkol lebih hingga 2 ton/ha. Penggunaan bedengan memberikan pengaruh nyata terhadap hasil panen tongkol jagung pada uji-t dengan taraf 5 %.

(3)

Kerapatan tanam yang tinggi mengurangi produksi tanaman karena terdapat persaingan penguasaan sarana tumbuh. Total penggunaan benih tetua tiap hektar di wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010 berdasarkan uji nilai tengah pada taraf 5 %.

Berdasarkan uji nilai tengah pada taraf 5 %, penggunaan benih tetua per hektar pada wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010

Pemupukan N berlebih tidak baik bagi perkembangan tanaman yaitu memperpanjang periode vegetatif tanaman yang dapat mengganggu proses sinkronisasi tanaman yang dapat menurunkan daya hasil tanaman. Pemupukan N berlebih juga dapat menurunkan daya tahan tanaman terhadap penyakit bulai.

Sinkronisasi antara tetua pada saat kegiatan magang berjalan kurang baik saat umur tanaman 56 - 58 HST, karena pematangan antara tetua jantan dan betina berbeda nyata bedasarkan analisis statistik. Pemanenan jagung untuk benih dilakukan pada stadia 4 atau pada saat kadar air benih 30 %. Hasil panen dipisahkan berdasarkan panen yang bermutu baik dan kurang baik untuk menghindari rusaknya benih akibat tercampur serta memudahkan pengolahan benih di pabrik pengolahan.

(4)

STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI

BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA,

MALANG

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO

A24063486

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(5)

Judul : STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH

JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG

Nama : ARDI PRATAMA OKTAVIANTO NIM : A24063486

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. NIP. 19550324 198203 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Oktober 1987 di Wonogiri, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Suwondo, SH dan Siti Sumardiyatmi, SE.

Pendidikan sekolah dasar penulis selesaikan pada tahun 2000 di SD Negeri Ardimulyo 1 Singosari, Malang. Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 1 Singosari, lulus pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Umum dilalui di SMA Negeri 1 Lawang dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (2007 - 2008), Himpunan Mahasiswa Agronomi (2007 – 2009). Penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan Kampus IPB, seperti Temu Alumni Agronomi pada tahun 2009, Festival Tanaman XXIX dan XXX pada tahun 2008 dan 2009, Masa Perkenalan Fakultas Pertanian pada tahun 2008, Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun yang sama.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pengelolaan Tanaman pada Produksi Benih Jagung Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1 pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dukungan dan bantuan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak sangatlah berarti bagi penulis. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dan bapak (alm) serta adik (kaka-kiki) tercinta terima kasih atas doa, kasih sayang, perhatian, pengertian, dukungan, semangat dan kepercayaan kepada penulis.

2. Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir Ahmad Junaedi, MSi dan Ir. Heni Punamawati, MSc. Agr selaku dosen penguji.

4. Prof. Dr Ir Slamet Susanto, MSc. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi.

5. Pegawai dan staff kantor PT Dupont dan lahan produksi Sumber Pucung. Bapak Jajang Mulyana, Mulyo Haryono dan tim yang bersedia membimbing, memberikan pengarahan dan membantu penulis selama kegiatan magang. 6. Ana Yunita yang telah memberikan warna hidup kepada penulis serta teman–

teman Agronomi dan Hortikultura 43, serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Maret 2011 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Botani Jagung ... 3 Syarat Tumbuh ... 4 Benih ... 5

Produksi Benih Hibrida Jagung ... 7

METODE MAGANG ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Metode Pelaksanaan ... 12

Pengumpulan Data ... 12

KEADAAN UMUM ... 14

Profil Perusahaan ... 14

Visi dan Misi Perusahaan ... 15

Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi ... 15

Struktur Organisasi Perusahaan ... 16

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 18

Aspek Teknis ... 18

Aspek Manajerial ... 36

PEMBAHASAN ... 42

Pemeriksaan Lapangan... 42

Pertemuan dengan Petani ... 43

Produksi Benih Jagung Hibrida ... 44

Alur Benih Tetua ... 59

Analisis Usaha Tani ... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

Kesimpulan ... 62

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi Benih ... 19

2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman ... 21

3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di PT Dupont Indonesia ... 31

4. Hasil Uji-T Pengaruh Bedengan Terhadap Daya Tumbuh Benih ... 45

5. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Bedengan Terhadap Hasil Panen Tongkol Jagung. ... 47

6. Kebutuhan Benih Tetua Varietas W45 Per Hektar di PT Dupont ... 49

7. Luas Area Tanam dan Jumlah Penggunaan Benih Tetua di Lahan

Produksi Sumber Pucung PT Dupont ... 50

8. Hasil Uji-T Perbandingan Produktivitas Rata-Rata Antar Wilayah

Produksi Benih ... 51

9. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Benih Terhadap Hasil Panen

Tongkol Jagung di PT Dupont Indonesia... 52

10. Hasil Panen Tongkol Jagung Berdasarkan Rekomendasi Peraturan Tanam di PT Dupont ... 53

11. Curah Hujan dan Hari Hujan di Lahan Produksi Sumber Pucung ... 55

12. Hasil Uji F Jumlah Bunga Betina dan Jantan pada Pengamatan

Sinkronisasi ... 57

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda ... 6

2. Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 dan 4:2 ... 7

3. Bunga Jantan Dari Tetua Jantan dan Tetua Betina ... 20

4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1 ... 22

5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman ... 23

6. Pengawasan Penanaman 7 HST ... 24

7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung ... 25

8. Pengendalian Gulma Secara Kimia dan Manual ... 26

9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina dan Jantan ... 27

10. Tanaman Tipe Simpang ... 27

11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar dan Saling Silang ... 28

12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan ... 29

13. Sinkronisasi Tetua Jantan dan Tetua Betina ... 30

14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna ... 31

15. Stadia Panen 2 dan Stadia Panen 4 ... 32

16. Hasil Panen dan Pengarungan Hasil Panen ... 33

17. Daya Tumbuh Benih pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan ... 45

18. Hasil Panen Pertanaman dengan Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan ... 46

19. Hasil Panen Tongkol Jagung di Lahan Produksi Sumber Pucung ... 51

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Kegiatan Sebagai Mandor Pabrik di Pabrik Pengolahan Benih,

PT Dupont Indonesia ... 68

2. Jurnal Kegiatan Sebagai Pendamping Koordinator Wilayah diLahan Produksi Sumber Pucung, PT Dupont Indonesia ... 69

3. Peta Lahan Produksi Sumber Pucung Berdasarkan GPS Beserta Keterangan Wilayah ... 73

4. Formulir Daftar Kesiapan Lahan Petani ... 75

5. Formulir Jadwal Perawatan Tanam ... 76

6. Bukti Pembayaran Hasil Panen Petani ... 77

7. Alur Pengolahan Benih di Pabrik Pengolahan Benih PT Dupont Indonesia ... 78

8. Struktur Organisasi PT Dupont Indonesia - Malang ... 79

9. Pengamatan Jumlah Bunga Betina dan Jantan di Lahan Produksi Sumber Pucung di PT Dupont ... 80

10. Analisis Usaha Tani Pembenihan Jagung PT Dupont ... 81

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung adalah komoditas penting untuk pangan dan pakan. Pengusahaan jagung di dunia lebih dari 120 juta ha lahan kering dan Indonesia merupakan salah satu tempat pengusahaan jagung utama di dunia. Selain pada lahan kering, jagung diusahakan pada lahan sawah setelah panen padi dengan produktivitas mencapai sekitar 7 ton/ha (Puslitbangtan, 2006).

Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Selain untuk konsumsi manusia, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Di negara maju, sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya diproses kembali untuk menghasilkan alkohol dan monosodium glutamat (Agromedia, 2007). Produksi jagung hingga tahun 2014 diharapkan meningkat minimal 10 %. Tingkat petani didorong untuk memenuhi kebutuhan benih jagung sendiri. Ditargetkan benih produksi petani dapat mencapai 80 000 ton dari kebutuhan nasional sebesar 350 000 ton (Pioneer, 2009). Potensi areal untuk pengembangan jagung tersedia cukup luas, yaitu sekitar 20.5 juta hektar, sedangkan luas pertanaman jagung pada akhir tahun 2009 luas pertanaman jagung baru mencapai 4.09 juta hektar (BPS, 2010).

Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas usaha tani. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan tepat lokasi akan mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, industri benih jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida yang baru mencapai 28 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit (Nugraha et al., 2003).

Produktivitas jagung nasional untuk varietas lokal masih sangat rendah, yaitu 2 - 3 ton/ha, jagung hibrida 7 - 10 ton/ha, dan jagung komposit kurang dari 5 ton/ha. Keunggulan menggunakan benih jagung hibrida adalah tahan terhadap

(13)

penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi (Agromedia, 2007).

Usaha peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat dilakukan dengan pengelolaan tanaman seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan tanah, pemupukan, pengaturan jarak tanam yang baik serta kegiatan panen yang tepat. Pengolahan tanah, Pengaturan jarak tanam, rouging, detasseling dan pembabatan tetua jantan pada areal produksi benih merupakan cara yang berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaturan jarak tanam mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan mempengaruhi hasil. Semakin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah. (Harjadi, 2002).

Pengolahan tanah dilakukan untuk melihara dan memperbaiki kesuburan tanah sehingga hasil tanaman dapat meningkat. Perbaikan kesuburan juga dapat dilakukan dengan cara, antara lain pemberian pupuk nitrogen. Pemberian pupuk urea dengan dosis yang tepat dapat meningkatan produktivitas jagung hibrida (Sutejo, 1992).

Pengelolaan tanaman pada kegiatan produksi benih jagung berbeda dengan kegiatan budidaya tanaman jagung secara umum. Untuk mendapatkan kemurnian benih yang tinggi diperlukan kegiatan rouging, detasseling dan pembabatan tetua jantan. Rouging merupakan kegiatan membuang tanaman yang menyimpang dari tipe rata-rata dan yang tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara visual. Detasseling merupakan kegiatan membuang bunga jantan pada tetua betina untuk mencegah penyerbukan sendiri (selfing) (Saenong et al., 2007). Pembabatan tetua jantan dilakukan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada tongkol tetua jantan merupakan hasil selfing.

Tujuan

Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan mahasiswa. Kegiatan magang ini secara khusus bertujuan untuk mempelajari kegiatan pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Jagung

Taksonomi jagung yang dikutip dari Rubatzky dan Yamaguchi (1998) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledone Ordo : Poates

Famili : Gramineae Sub famili : Myadeae Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Jagung merupakan tanaman monokotil semusim iklim panas dengan bunga jantan dan bunga betina terletak dalam satu pohon (monoecius), tetapi terletak terpisah satu sama lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bunga jantan (tassel) tumbuh di ujung batang utama (titik tumbuh apikal), sedangkan bunga betina (cob) tumbuh dari titik tumbuh lateral (Paliwal, 2000).

Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling pembuluh vaskular (Paliwal, 2000). Jumlah daun umumnya berkisar antara 10 - 18 helai. Waktu munculnya daun hingga daun terbuka sempurna berkisar 3 - 4 hari setiap daun.Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (Paliwal, 2000).

Akar jagung berfungsi sebagai penunjang struktur batang, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah. Sistem perakaran jagung merupakan sistem perakaran serabut yang terdiri atas akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal merupakan akar yang berkembang dari radikula embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil yang kemudian berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus

(15)

ke atas antara 7 - 10 buku. Akar adventif tunbuh di bawah permukaan tanah dan berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar adventif adalah menjaga tanaman agar tetap tegak membantu penyerapan hara dan air (Subekti et al., 2007).

Tanaman jagung merupakan tanaman protandry, dimana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1 - 3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (polen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spika bagian tengah, 2 - 3 cm dari ujung malai kemudian turun ke bawah. Satu bulir anthera melepas 15 - 30 juta serbuk sari.

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10 - 16 baris biji yang jumlahnya selalu genap sampai masak fisiologis (Subekti et al., 2007).

Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (1) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi melindungi embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air, (2) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya, dan (3) embrio, sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plumula, akar radikal, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).

Syarat Tumbuh

Tinggi tanaman jagung dapat mencapai 1.5 – 3.5 meter dalam beberapa minggu. Jagung dapat tumbuh baik pada suhu 30 – 47 oC dengan kelembaban sedang (40 – 50 %) dan pH sekitar 5.5 - 7.0. Jagung baik dibudidayakan pada daerah tropis (latitude 0 – 55 o) dengan altitude 0 - 12 000 meter di atas permukaan laut (dpl). Jagung dapat tumbuh selama 42 hingga 150 hari (White and Johnson, 2003).

(16)

Lingkungan tumbuh tanaman jagung perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi maksimal. Untuk menghasilkan benih jagung dengan mutu yang tinggi diusahakan agar tanaman dapat dipanen pada kondisi tidak ada hujan, sehingga pola curah hujan di wilayah pengembangan produksi benih perlu diidentifikasi. Hasil penelitian Arief dan Saenong. (2003) di Bone, Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa benih jagung yang dipanen lebih awal atau lambat mempunyai viabilitas yang menurun dengan cepat.

Benih

Struktur benih dan biji sama, yaitu kulit benih, cadangan makanan dan embrio, secara fungsional benih dan biji berbeda. Benih adalah sarana produksi untuk menghasilkan pertanaman sehingga benih harus hidup. Benih yang bermutu harus melalui kegiatan pengolahan seperti pengeringan, pembersihan, pemilahan dan penyimpanan, sedangkan biji merupakan bahan tanam dari suatu tanaman dan tidak ditujukan untuk menghasilkan pertanaman. Biji digunakan dalam industri, seperti industri makanan dan pakan ternak (Sadjad, 2006).

Mutu Benih

Sadjad (1992) menyatakan bahwa benih yang memiliki mutu fisik tinggi merupakan benih yang bersih dari kotoran, serta seragam dalam bentuk, ukuran, warna dan berat jumlah per volume. Benih bermutu fisik tinggi harus bebas dari hama penyakit sehingga benih perlu diberikan perlakuan dengan bahan kimia (pestisida). Untuk mempertinggi mutu fisik benih diberikan pewarna, aroma serta mengemas benih dengan kemasan yang cantik.

Viabilitas adalah mutu fisiologis benih yang ditujukkan oleh kemampuan berkecambah dan vigor benih. Daya berkecambah mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Vigor benih mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan suboptimum atau berkembang di atas normal pada kondisi lingkungan optimum (Sadjad, 1992).

(17)

Mutu genetik benih menunjukkan keragaman benih dalam sifat genetik. Campuran kotoran pada benih mengakibatkan turunnya mutu genetik benih karena benih yang tercampur kotoran tumbuh tidak seragam apabila ditanam di lapangan akibat kontaminasi kotoran (Sadjad, 1992). Pemilihan varietas sangat

mempengaruhi mutu genetik benih karena karakteristik tertentu dari tetua dapat diturunkan melalui perkawinan silang balik (Justice dan Bass, 2002).

Benih Inbrida dan Benih Hibrida Jagung

Benih inbrida merupakan benih tetua yang memiliki tingkat homozigositas sangat tinggi. Benih inbrida jagung diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) atau melalui persilangan antar saudara. Inbrida jagung dapat dibentuk menggunakan bahan dasar varietas bersari bebas atau komposit dan inbrida lain. Pembentukan benih inbrida dari varietas bersari bebas atau hibrida dilakukan melalui seleksi tanaman (Takdir et al., 2007).

Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Hal yang perlu dilakukan dalam pemuliaan varietas hibrida adalah pembuatan galur inbrida, yakni galur tetua yang homozigot melalui silang dalam (inbreeding) pada tanaman menyerbuk silang. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur yang homozigot disilangkan dan diperoleh generasi F1 yang heterozigot, kemudian ditanam sebagai varietas hibrida (Takdir et al., 2007). Bagan persilangan untuk mendapatkan tanaman hibrida secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda

Hibrida Silang ganda (A x B) x (C x D) Hibrida Silang tunggal C x D Hibrida Silang tunggal A x B x Inbrida D Inbrida C Inbrida B x Inbrida A

(18)

Disamping memiliki hasil yang tinggi, hibrida silang tunggal lebih seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida silang tiga dan silang ganda. Namun demikian, hibrida silang tunggal memiliki stabilitas penampilan yang lebih rendah dibandingkan dengan hibrida silang ganda (Sprague dan Dudley, 1988). Berdasarkan hasil penelitian Idris (2005), penanaman generasi kedua (F2) hibrida silang tunggal akan menurunkan hasil pertanaman 15 – 20 %, kemudian silang puncak (top cross) dan silang tiga jalur (three way cross) akan berkurang hingga 10 %.

Produksi Benih Hibrida Jagung

Produksi benih membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan hasil benih hibrida pada daerah penanaman yang berbeda. Dalam produksi benih, dilakukan isolasi jarak minimal 201 m dan pemotongan bunga jantan pada tetua betina (detasseling) untuk mendapatkan kemurnian benih hingga 99 % atau lebih (White dan Johnson, 2002).

Rasio tanaman tetua inbrida untuk produksi hibrida umumnya berada dalam pengawasan pemulia. Saran untuk rasio penanaman baris tetua betina dan jantan harus berasal dari pemulia. Hal tersebut bertujuan untuk menjamin serbuk sari tetua jantan cukup membuahi tetua betina. Rasio yang digunakan untuk tetua betina dan jantan pada produksi benih beberapa varietas jagung hibrida adalah 4 : 2 atau 4 : 1 (Gambar 2). ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ (a) (b)

Keterangan : ♂ : Tanaman Induk Jantan ♀ : Tanaman Induk Betina

(19)

Gambar 2 menunjukkan posisi baris tetua jagung pada lahan produksi. Penanaman rasio 4 : 1 berati setiap empat baris tanaman tetua betina diselingi satu baris tanaman tetua jantan. Rasio 4 : 2 berati setiap empat baris tanaman tetua betina diselingi 2 baris tetua jantan. Rasio penanaman 4 : 2 lebih menguntungkan dalam produksi polen karena jumlah tanaman induk jantan lebih banyak sehingga tongkol jagung yang dihasilkan lebih rapat dibandingkan penanaman rasio 4 : 1, tetapi jumlah tongkol yang dihasilkan pada penanaman rasio 4 : 2 lebih rendah dibandingkan rasio 4 : 1 (White dan Johnson, 2003).

Sistem Bedengan

Penggunaan sistem bedengan dapat mengurangi penggenangan air dilahan pada musim hujan. Kondisi ini dapat membantu fase perkecambahan tanaman, khususnya pada tanaman serealia yang sangat sensitif terhadap genangan air (Bakker et al., 2005). Dalam penelitian Bakker et al (2007) menambahkan mengenai sistem bedengan, bahwa 11 dari 28 eksperimennya pada tanaman serealia memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol tanpa menggunakan bedengan.

Pengolahan lahan dapat meningkatkan produksi jagung dan menurunkan penggunaan material kimia pada pertanaman jagung (Tawainga et al., 2000). Ortega et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan bedengan dapat meningkatkan efisiensi nitrogen sebanyak 3 % dan penyerapan nitrogen sebanyak 10 %. Sharma (2003), menambahkan bahwa penggunaan bedengan dapat meningkatkan aerasi pada zona perakaran, menjaga kelembaban tanah dan dapat menurunkan aliran permukaan (run off) saat musim hujan dan mencegah terjadinya genangan air yang menyebabkan kelembaban terlalu tinggi.

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu tindakan pemeliharaan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Dalam pemupukan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang akan digunakan,

(20)

dosis pupuk yang diberikan, cara aplikasi, dan waktu pemupukan (Hardjowigeno, 2003). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan.

Pemupukan pada tanaman jagung perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil panen yang optimal. Pupuk diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang berlebihan akan berpengaruh negatif terhadap lingkungan, produksi, dan pendapatan. Oleh karena itu, pemupukan perlu memperhatikan aspek efisiensinya (Subandi et al., 1998). Permadi et al (2005) menambahkan bahwa pemberian pupuk N, P dan K dapat meningkatkan pertumbuhan dan komponen daya hasil.

Daya kecambah benih yang tanaman induknya tidak dipupuk unsur P turun menjadi 79.3 %, sedangkan benih dari tanaman induk yang dipupuk 90 - 135 kg P2O5/ha, daya berkecambahnya berkisar antara 88.0 - 90.7 % setelah benih disimpan selama 6 bulan. Tanpa pemupukan K pada tanaman induk, terjadi penurunan daya berkecambah benih hingga 70.3 %. Pemberian K dua kali, yaitu pada saat tanam dan 4 minggu setelah tanam, ketahanan simpan benih lebih tinggi dibanding kalau K diberikan seluruhnya pada saat tanam atau seluruhnya pada 4 minggu setelah tanam. Pemberian 45 kg K2O/ha dengan dua kali aplikasi untuk mempertahankan mutu benih selama 6 bulan dengan daya berkecambah benih hingga 96 %(Arief dan Saenong, 2003).

Penggunaan pupuk N, P, dan K lengkap berpengaruh positif terhadap daya berkecambah benih yaitu di atas 80 %, tanaman yang dipupuk N dan P atau N dan K daya tumbuhnya 60 % dan tanaman yang tidak dipupuk daya tumbuhnya 40 % setelah periode simpanan 16 bulan (Syarifudin dan Saenong, 2005).

Pemupukan P dapat meningkatkan kandungan protein dan bobot biji yang selanjutnya meningkatkan vigor dan ketahanan simpan benih. Unsur K selain untuk pertumbuhan tanaman juga berperan sebagai mineral fitin dan memperbaiki integeritas membran sel dan kulit biji sehingga viabilitas benih tinggi dan tahan terhadap serangan jamur pada saat penyimpanan (Saenong et al., 2007).

(21)

Sinkronisasi Tanaman

Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking

interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan bunga

jantan dan bunga betina sinkron, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI maka sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan semakin terhambat sehingga menurunkan hasil tanaman. Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol.

Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup dalam 4 - 16 jam sesudah terlepas. Penyerbukan selesai dalam 24 - 36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10 - 15 hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi cokelat dan kemudian kering (Subekti et

al., 2007).

Kerapatan tanam

Faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara selain morfologi tumbuhan adalah keberadaan tumbuhan lain yang ikut membutuhkan hara. Persaingan dalam mendapatkan hara yang dibutuhkan berkaitan dengan kecukupan hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kompetisi antar tanaman mengakibatkan hambatan pertumbuhan terhadap tanaman jagung. Hambatan dapat berupa berkurangnya intensitas cahaya karena naungan, atau menipisnya ketersedian hara dan air karena dekatnya perakaran dua tanaman yang berdampingan (Hairiah et al., 2000). Hasil penelitian Nuruzuman (2008) menunjukkan pertumbuhan tanaman dalam polibag yang berisi satu benih lebih baik dibandingkan dengan tanaman dalam polibag yang berisi tiga atau lima benih berdasarkan parameter pertumbuhan jumlah daun, diameter batang dan tinggi tanaman.

(22)

Pemanenan

Panen dilakukan setelah memasuki fase masak fisiologis yakni ditandai dengan lapisan warna hitam (black layer) pada pangkal biji jagung. Pada kondisi ini kadar air berkisar 21 – 28 %. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi sehingga menurunkan vigor benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang (Kuswanto, 2003).

Kadar air jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil. Pemanenan pada kadar air rendah (17 – 20 %) menyebabkan terjadinya susut hasil akibat tercecer sebesar 1.2 – 4.7 % dan susut mutu 5 – 9 %. Apabila panen dilakukan pada kadar air tinggi, susut hasil akibat tercecer mencapai 1.7 – 5.2 % dan susut mutu 6 – 10 % (Subandi et al., 1998).

Jagung yang dipanen pada kadar air tinggi dapat merusak biji baik dari segi fisik, mekanis maupun fisiologis. Kerusakan tersebut menyebabkan menurunya vigor benih sebelum disimpan (Saenong et al., 2007).

(23)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur selama lima bulan mulai dari bulan Februari hingga Juli 2010.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan magang yang dilakukan adalah: mengikuti secara langsung aktivitas di lapangan produksi benih jagung hibrida, mendampingi mandor pabrik unit pengolahan benih, wawancara dan pencarian data sekunder. Wawancara dilakukan terhadap pegawai perusahaan serta petani. Wawancara bertujuan untuk memperdalam dan menambah informasi tentang perusahaan serta memperdalam pengetahuan mengenai data sekunder yang telah didapatkan.

Bulan pertama kegiatan yang dilakukan adalah sebagai pendamping mandor pabrik. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik meliputi pengawasan terhadap bagian pengeringan benih, pembersihan dan pemilahan benih, perlakuan serta pengepakan benih. Pengawasan pada bagian penerimaan dan pemipilan benih tidak dilakukan karena pada saat kegiatan magang perusahaan tidak melaksanakan kegiatan tersebut.

Bulan kedua hingga bulan kelima aktivitas yang dilakukan adalah kegiatan lapang produksi benih hibrida. Kegiatan yang diikuti adalah sebagai berikut: (1) pemeriksaan lapang, (2) mengikuti pertemuan dengan petani, (3) penentuan tetua jantan dan tetua betina, (4) persiapan lahan, (5) penanaman, (6) pemeliharaan tanaman, (7) pengamatan sinkronisasi tanaman tetua, dan (8) pemanenan.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan magang terdiri atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui aktivitas secara langsung di lapangan yang meliputi pengamatan daya tumbuh benih tetua dan produktivitas tanaman secara langsung dan melakukan wawancara terhadap pegawai dan staff perusahaan serta petani.

(24)

Data primer yang dikumpulkan meliputi daya tumbuh benih tetua dan hasil panen pada sistem bedengan dan tanpa bedengan, dosis pemupukan dan sinkronisasi tanaman tetua. Pengamatan sinkronisasi tanaman tetua dilakukan pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 50 tanaman contoh untuk tiap ulangan.

Data sekunder adalah data yang telah tersedia di perusahaan yang menunjang kegiatan magang, seperti sejarah dan profil perusahaan, sarana dan prasarana yang tersedia, peta lahan produksi dan potensi wilayah, identitas benih tetua, perhitungan kebutuhan benih tetua, formulir pemeliharaan tanam, data kriteria panen, formulir pembayaran panen, luas areal tanam dan penggunaan benih tetua, data serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), data rekomendasi hasil panen, data hasil panen serta aspek manajerial perusahaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan yang dilakukan). Data sekunder curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Malang.

Data sekunder yang digunakan untuk kepentingan analisis terdiri atas data perhitungan benih tetua, data luas areal tanam, data penggunaan benih tetua, data serangan OPT, data panen, data curah hujan bulan Januari hingga Mei 2010. Data yang digunakan merupakan data selama magang berlangsung di lahan produksi Sumber Pucung pada bulan Februari hingga Juli 2010.

Analisis Data dan Informasi

Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan statistik sederhana lainnya. Dalam pengamatan sinkronisasi bunga jantan dan bunga betina, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-F dan uji lanjut DMRT pada taraf 5 %. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat bantu SAS 9.1.

(25)

KEADAAN UMUM

Sejarah Perusahaan

PT Dupont Indonesia dahulu bernama PT Pioneer Hibrida Indonesia yang merupakan perusahaan multinasional yang berpusat di Iowa, Amerika Serikat dengan nama Pioneer Hi-Bred International Inc. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1985 dengan nama PT Gunung Sewu Agrotama dan mulai tahun 1987 berganti nama menjadi PT Pioneer Hibrida Indonesia yang bergerak di bidang pertanian dengan memproduksi benih jagung.

Profil Perusahaan

PT Dupont Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbenihan jagung, khususnya benih jagung hibrida. PT Dupont memiliki satu pabrik yang berada di Jl. Raya Krebet, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 7 500 ton/tahun. Kantor pusat PT Dupont terletak di Beltway Office Park Building A, 5th Floor Jl. Ampera Raya No. 9 - 10 Jakarta 12550.

Sistem yang dijalankan pusat produksi benih PT Dupont Indonesia di Malang adalah inti plasma atau kemitraan dengan kelompok tani. Jumlah petani yang sudah menjalankan sistem kemitraan tersebut kurang lebih 10 000 petani. Keuntungan petani yang bekerjasama dengan PT Dupont adalah (a) mendapatkan benih gratis, (b) mendapatkan fasilitas pinjaman untuk pengolahan lahan serta sarana produksi (saprodi), (c) adanya jaminan pembelian hasil panen dengan harga dasar, (d) mendapatkan penyuluhan tentang tata cara perawatan tanaman dari Petugas Lapang PT Dupont, serta (e) mendapatkan insentif bagi kelompok tani.

Pemasaran perusahaan mayoritas dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan domestik ke seluruh dealer maupun kios pertanian hampir di seluruh wilayah Jawa, Sumatera (Lampung dan Medan), serta Sulawesi Selatan. Benih produksi PT Dupont jika di ekspor jika ada permintaan dari negara lain seperti Philipina, Pakistan, Vietnam, dan Jepang.

(26)

Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT Dupont Indonesia adalah sebagai berikut: (1) berusaha menghasilkan produk yang terbaik di pasaran, (2) perusahaan menjalankan bisnis secara jujur dan adil dengan pelanggan, petani, karyawan, tim pemasaran, asosiasi bisnis, serta pemegang saham perusahaan, (3) perusahaan mempublikasikan serta menjual produk perusahaan dengan sebaik-baiknya, serta (4) perusahaan memberikan bantuan saran ke manajemen untuk membantu pelanggan perusahaan dalam meraih keuntungan yang memungkinkan dari produk perusahaan.

Misi perusahaan adalah (1) menyediakan produk dan pelayanan dengan meningkatkan efisiensi serta keuntungan dari petani sedunia, (2) bisnis inti perusahaan adalah mengimplementasikan ilmu pengetahuan secara genetik, dan (3) perusahaan akan meyakinkan pertumbuhan bisnis inti perusahaan dan mengembangkan peluang baru dengan meningkatkan bisnis inti.

Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi

Pabrik pengolahan benih PT Dupont berada di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Pabrik berada pada elevasi 391 m dpl. Pabrik berbatasan dengan Kecamatan Gondang Legi. Dari arah utara pabrik pengolahan benih ini berdekatan dengan pabrik penggilingan tebu Krebet. Di sebelah barat pabrik terdapat pemukiman warga dan sebelah utara pabrik terdapat lahan yang tidak digunaan untuk kepentingan pertanian ataupun pemukiman.

Lahan produksi benih selama kegiatan magang berlangsung termasuk ke dalam wilayah produksi Sumber Pucung tepatnya di Kecamatan Kromengan antara lain di Desa Jatikerto, Tenggong, Jatikerto Selatan, Trenyang, Ngebruk, Senggreng dan Slorok dengan luas areal penanaman total 233 ha. Lahan produksi merupakan lahan petani yang bermitra dengan perusahaan. Lahan produksi Sumber Pucung terletak di daerah dataran rendah dengan rata-rata ketinggian lahan produksi adalah 400 m dpl. Setiap desa mempunyai kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) berada di Desa Senggreng.

(27)

Struktur Organisasi Perusahaan

PT Dupont Indonesia dipimpin oleh seorang manajer produksi yang bertanggung jawab langsung kepada manajer Asia Pasifik. Manajer produksi dibantu oleh koordinator keselamatan dan kesehatan kerja (K3), asisten administrasi, koordinator black belt dan ISO, manajer lapangan, manajer operasional pabrik, spesialis logistik, dan teknisi pabrik.

Manajer produksi bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan mengatur seluruh kegiatan proses produksi agar dapat terlaksana sesuai dengan prosedur perusahaan. Koordinator K3 bertugas untuk memastikan sistem keselamatan dan kesehatan kerja agar berjalan sesuai dengan prosedur perusahaan serta melaksanakan internal audit K3. Tugas dan tanggung jawab asisten administrasi adalah mendukung seluruh kegiatan administrasi manajer produksi, manajer lapangan, manajer operasional pabrik, dan staff lainnya. Koordinator

black belt dan ISO bertugas melakukan kegiatan perbaikan terhadap semua bidang

maupun sistem yang ada disemua operasional pabrik.

Tugas dan tanggung jawab manajer lapangan adalah mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam, melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi terkait. Dalam melaksanakan tugasnya manajer lapangan dibantu oleh penyelia agronomi dan koordinator desa.

Manajer operasional pabrik bertugas mengawasi proses pengolahan benih dari penerimaan sampai pengepakan, mengawasi dan mengkordinasi tenaga kerja pengolahan benih, serta membuat laporan proses pengolahan benih secara periodik. Dalam menjalankan tugasnya manajer operasional pabrik dibantu oleh penyelia pengolahan produksi.

Tugas dan tanggung jawab spesialis logistik adalah mengelola dan menangani stok benih dan administrasi, melakukan pengiriman benih kepada dealer atau kios sesuai sesuai order pembelian, mengelola dan menjaga gudang penyimpanan benih, serta membuat laporan stok benih dan barang-barang secara berkala. Petugas gudang merupakan karyawan yang bertugas membantu pekerjaan spesialis logistik.

(28)

Teknisi pabrik bertanggung jawab untuk menjaga, memelihara dan memperbaiki peralatan, serta memastikan peralatan yang digunakan dalam proses memenuhi standar kalibrasi yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya teknisi pabrik dibantu oleh teknisi pemeliharaan mekanik dan elektrik.

(29)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan magang di PT Dupont Indonesia adalah sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilayah. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilyah produksi Sumber Pucung terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Pemeriksaan Lapang

Jagung memerlukan ruang hidup yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan agar dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Guna mendapatkan ruang hidup yang sesuai maka diperlukan pemeriksaan lapang, sehingga tanaman jagung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Pemeriksaan lapang dilakukan dengan cara membuat peta kesesuaian lahan yang dilaksanakan oleh koordinator desa. Pemeriksaan dilaksanakan selama 4 – 6 hari kerja yang disesuaikan dengan luas areal. Pembuatan peta dilakukan dengan mengambil titik-titik koordinat lahan yang menggunakan global

potitioning system (GPS). Peta kesesuaian lahan tersebut digunakan untuk

memudahkan pengeblokkan serta memudahkan penyusunan jadwal pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Peta lahan produksi Sumber Pucung berdasarkan GPS serta kondisi wilayah dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pertemuan dengan Petani (Grower Meeting)

Sistem produksi benih jagung hibrida di PT Dupont adalah sistem kerjasama dengan petani sehingga sebelum penanaman diadakan pertemuan dengan petani. Pertemuan dengan petani adalah kegiatan yang mempertemukan perwakilan perusahaan dengan petani dan dinas terkait untuk mendapatkan kesepakatan bermitra kerja dalam produksi benih jagung.

Petani yang dapat mengikuti kegiatan produksi benih di PT Dupont, yaitu (1) petani harus tergabung dalam kelompok tani, (2) lahan petani sedang tidak

(30)

ditanam komoditas lain, (3) lahan petani bukan lahan tadah hujan, serta (4) lahan terletak pada area yang dapat dijangkau. Tidak ada ketentuan khusus mengenai luas lahan jika petani ingin bermitra dengan perusahaan.

Pertemuan dilakukan oleh koordinator wilayah dengan cara memaparkan tata cara produksi benih yang tepat sesuai dengan peraturan PT Dupont, dimulai dari persiapan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Selain memaparkan tata cara produksi benih, grower meeting juga menjelaskan hak dan kewajiban petani beserta perusahaan (Tabel 1).

Tabel 1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi

Benih

No Kewajiban Hak

Petani 1 Melaksanakan peraturan tanam

perusahaan Mendapatkan pinjaman modal dengan bunga 0% 2 Memenuhi administrasi lapangan Mandapatkan benih tetua

3 Melaksanakan pemeliharaan tanam Mendapatkan kompensasi babat tanaman jantan

4 Tidak menanam jagung lain pada

radius 200 meter (isolasi) Hasil panen dibeli oleh perusahaan sesuai perjanjuan 5 Menjual seluruh hasil panen

kepada perusahaan

Perusahaan 1 Menyediakan benih tetua Menseleksi tanaman (rouging) 2 Memberikan petunjuk dan

informasi waktu dan tata cara penanaman

Mengatur administrasi yang dipenuhi petani

3 Melaksanakan kontrol penanaman Memusnahkan jagung varietas lain pada radius 200 meter

4 Menanggung biaya detasseling Menerima seluruh hasil panen

5 Membayar kompensasi babat jantan

6 Membeli hasil panen petani

Pinjaman modal tanpa bunga yang diberikan perusahaan kepada petani untuk kegiatan produksi benih sebesar Rp 3 500 000,- per hektar untuk satu orang petani. Hasil panen petani dibeli perusahaan dengan harga Rp 3 000,- per kilogram gelondong. Petani juga mendapatkan kompensasi sebesar Rp 400 000,- per hektar untuk pembabatan tetua jantan (male cutting). Kegiatan male cutting bertujuan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada tongkol tetua jantan merupakan hasil dari selfing. Petani berkewajiban mengikuti seluruh peraturan tanam yang disusun oleh perusahaan, yaitu penggunaan satu benih per lubang, menggunakan sistem bedengan dan waktu serta rasio penanaman tetua

(31)

sesuai per meter. PT jagung hib tentang wa kegiatan d ditunjuk o tepat pada Perusahaa tanaman j mengatur Produksi Tanaman Te identitas y morfologi Ga Te Bentuk da tidak terla besar diba raturan. Peta Dupont ber brida, sehin aktu dan tat

detasseling, oleh perusah a waktunya an berhak d jagung lain administras Benih Jagu n tetua etua jantan yang dapat yang berbe (a) ambar 3. Bu etua jantan m

aun pada tan alu lebar di andingkan d ani diwajibk rkewajiban ngga perusa ta cara pena , dimana ke haan. Pemb a sebesar k dalam mens n diluar v si yang waji ung Hibrid dan betin t dilihat pa eda yang da unga Jantan memiliki w naman jant ibandingkan dengan tetua kan untuk t membimbi ahaan harus anaman yan egiatan ters bayaran kep ketentuan ya seleksi tanam arietas yan ib dipenuhi da a berasal ada Tabel 2 apat dilihat p n dari Tetua warna daun an cenderun n dengan te a jantan. tidak menan ing petani s memberik ng tepat. Per sebut dilaku ada petani h ang berlaku man petani ng ditanam oleh petani dari Thaila 2. Tetua jan pada Gamba (b) Jantan (a) d lebih cerah ng lebih teg etua betina nam jagung dalam mem kan petunju rusahaan me ukan oleh p harus dilaku u sesuai de i dan berha m. Perusaha i. and. Benih ntan dan ar 3. ) dan Tetua B h dibandingk gak, pinggir . Batang te pada radiu mproduksi b uk dan infor enanggung pihak yang ukan perusa engan perjan ak memusna aan juga b tetua mem betina mem Betina (b) kan tetua b r daun data etua betina us 200 benih rmasi biaya telah ahaan njian. ahkan erhak miliki miliki etina. ar dan lebih

(32)

Tetua jantan mempunyai tassel panjang dengan cabang sedikit, spikelet

berwarna kuning cerah dan tongkol kecil dengan silk pendek. Tetua betina memiliki tassel lebih pendek, memiliki cabang yang banyak, spikelet berwarna kuning cerah dan apabila tua terdapat bercak warna merah di ujungnya.

Tabel 2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman

Jenis Benih Tetua

Asal

Benih Benih Kode

Daya Tumbuh (%) Jumlah Benih (butir/kg) Waktu Tanam (hari) Jarak Tanam (cm2) Rekomendasi Betina : Jantan (kg/ha) Rasio Tanam 3:1 4:1 5:1 Jantan Thailand Male W45 98 4 420 0-0-2 65x18 5.5 4.4 3.6 Betina Thailand Female W45 98 4 202 0-0-2 65x18 15.2 16.2 16.8 Sumber : Kantor Besar PT Dupont (2010)

Berdasarkan Tabel 2, benih tetua di tanam dengan waktu tanam 0-0-2. Waktu tanam tersebut berarti penanaman tetua betina dilakukan bersamaan dengan setengah kebutuhan benih tetua jantan dan dua hari kemudian setengah kebutuhan benih tetua jantan baru di tanam, sehingga pada pertanaman jagung terdapat tetua betina, jantan I dan jantan II. Kebutuhan benih tiap hektar berbeda bedasarkan rasio penanaman tetua betina dan tetua jantan (Tabel 2). Jika rekomendasi rasio penanaman di lahan produksi 3 : 1, hal tersebut berarti jumlah tanaman tetua betina tiga kali lipat dibandingkan tetua jantan. Kebutuhan benih untuk rasio penanaman 3 : 1 adalah 5.5 kg benih tetua jantan dan 15.2 kg benih tetua betina. Kebutuhan berat benih tersebut didasarkan populasi tanaman tiap hektar yang diketahui melalui jarak tanam. Setelah populasi diketahui maka jumlah populasi tiap tanaman dibagi dengan jumlah benih tiap kilogram benih.

Persiapan lahan

Persiapan lahan merupakan kegiatan awal di lapangan dalam produksi benih. Persiapan lahan dilakukan dengan menggunakan bajak sapi atau traktor. Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk membersihkan lahan dari gulma, memperbaiki kondisi fisik tanah sehingga memiliki aerasi dan drainase yang baik. Lahan yang siap di tanam untuk produksi benih di PT Dupont adalah lahan yang

(33)

menggunakan bedengan. Bedengan yang digunakan untuk penanaman jagung dapat dilihat pada Gambar 4.

♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ 120 – 140 cm Keterangan: ♂ : Jantan I : Jantan II

(1) : Parit keliling ; kedalaman 25 cm (2) : Parit tengah/jeblosan ; kedalaman 20 cm (3) : Parit bedeng tetua jantan ; kedalaman 15 cm (4) : Parit bedeng tetua betina ; kedalaman 10 cm

Gambar 4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1 Bedengan dibuat dengan lebar 120 - 140 cm. Setiap bedengan dikelilingi dan dipisahkan dengan parit irigasi (Gambar 4). Parit keliling adalah parit irigasi yang mengelilingi areal penanaman jagung, kedalaman parit keliling adalah 25 cm. Parit bedengan merupakan parit irigasi yang memisahkan satu bedengan dengan bedengan lainnya. Parit bedengan terdiri atas dua jenis, yaitu parit bedengan untuk tetua jantan dengan kedalaman 15 cm dan parit bedengan tetua betina dengan kedalaman 10 cm. Kedalaman parit tetua jantan dibuat lebih dalam daripada parit tetua betina, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan perkecambahan dan mengoptimalkan pertumbuhan tetua jantan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penggunaan bedengan dapat meningkatkan daya berkecambah benih sampai 100 %.

Parit yang lebih dalam dapat menjaga kelembaban dan mengurangi laju permukaan saat irigasi atau hujan sehingga dapat meningkatkan daya berkecambah benih. Parit irigasi yang memisahkan bedengan satu dengan yang

(34)

lainnya pada baris bedengan yang sama disebut parit tengah (parit jeblosan). Kedalaman parit tengah adalah sebesar 20 cm (Gambar 4).

Penanaman

Penanaman jagung dilakukan dengan menanam satu benih jagung per lubang tanaman yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antar tanaman. Dengan penanaman satu benih per lubang maka jumlah populasi tetua jantan dalam satu hektar adalah 14 000 tanaman sedangkan tetua betina 70 000 tanaman. Kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman jagung 15 hari orang kerja (HOK). Persaingan tanaman yang terjadi meliputi penguasaan sarana tumbuh, unsur hara dan sinar matahari. Kekerdilan merupakan salah satu respon tanaman apabila kalah bersaing dengan tanaman lain, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman

Tanaman yang tumbuh kerdil umumnya terjadi jika dalam satu lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman. Tanaman kerdil tersebut tidak menghasilkan tongkol tetapi tetap menyerap input produksi sehingga tanaman kerdil harus dibuang untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman yang tumbuh normal. Berdasarkan pengamatan, jumlah tanaman kerdil pada tiap hektar lebih dari 10 % dari populasi pertanaman. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui penarikan contoh pada penanaman lebih dari satu benih dalam satu lubang tanam, dimana jumlahnya diatas 10 % dari populasi. Kontrol penanaman dilakukan untuk menjaga jumlah tanaman yang tumbuh kerdil kurang dari 8 tanaman tiap hektar.

Pengawasan dilakukan untuk memastikan penanaman yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, seperti penggunaan satu benih per lubang tanaman. Pengawasan tanam dilakukan setelah 7 – 14 hari

(35)

setelah tanam (HST). Pengawasan ditujukan untuk mengontrol satu tanaman tiap lubang tanam sehingga dapat dilakukan pencabutan bibit jagung apabila dalam lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman (Gambar 6).

Gambar 6. Pengawasan Penanaman 7 HST

Penanaman jagung varietas W45 yang dilakukan PT Dupont menggunakan rasio penanaman 5 : 1, hal ini berarti setiap lima alur tanaman tetua betina terdapat satu tanaman tetua jantan (Gambar 4). Penentuan rasio penanaman didasarkan pada kemampuan tetua jantan menyerbuki tetua betina. Jarak tanam yang digunakan adalah 65 cm x 18 cm. Berdasarkan jarak tanam tersebut dapat diketahui kebutuhan benih tiap hektar.

Tanaman tetua jagung varietas W45 mempunyai jarak waktu tanam (split

planting). Split planting yang digunakan adalah 0-0-2. Hal tersebut berarti seluruh

benih tetua betina ditanam saat awal tanam dan tetua jantan ditanam setengah dari kebutuhan benih yang dianjurkan. Setelah dua hari sisa benih tetua jantan ditanam kembali. Jadi pada pertanaman jagung terdapat tetua jantan I dan II dengan selang umur dua hari.

Kegiatan penanaman memerlukan administrasi lapangan seperti pengisian formulir daftar kesiapan lahan untuk mengetahui kondisi aktual lahan serta letak lahan yang akan ditanam (Lampiran 4). Formulir daftar kesiapan lahan juga dibutuhkan untuk mengambil benih di gudang penyimpanan benih.

Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga kondisi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik, berdaya hasil tinggi serta memiliki mutu

(36)

panen yang baik. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), roguing, detasseling, dan pembabatan tanaman jantan. Untuk memudahkan pemeliharaan tanaman disusun jadwal pemeliharaan tanaman (Lampiran 5)

Pemupukan dilakukan pada saat 0, 20 dan 40 HST. Akan tetapi pemupukan pada 0 HST jarang dilakukan. Hal tersebut berhubungan dengan waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pemupukan umumnya hanya dilakukan pada saat tanaman berumur 20 dan 40 HST. Dosis pupuk yang digunakan adalah 400 kg/ha pupuk urea, 400 kg/ha pupuk majemuk NPKS (15-15-15-10) serta 8 liter/ha pupuk cair daun dan bunga yang diaplikasikan pada 10 HST. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan lubang pupuk yang bertujuan untuk menghindari penguapan dan aliran permukaan (Gambar 7).

Gambar 7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dan kimia. Pengendalian secara manual dilakukan dengan membersihkan gulma dengan cara mencangkul. Kebutuhan HOK sebesar 30 HOK. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida yang berbahan aktif mesotrion 50 g/liter dan atrazin 500 g/liter. Bahan aktif ini bersifat sistemik dan selektif pra tumbuh sehingga aplikasi herbisida paling baik dilakukan pada 10-15 HST. Aplikasi herbisida dilakukan dengan menggunakan perekat non ionik untuk meningkatkan efektifitas herbisida. Kebutuhan HOK untuk pengendalian gulma secara kimia sebesar 3 HOK/ha. Pengendalian gulma secara manual dan kimia dapat dilihat pada Gambar 8 merupakan gambar pengendalian gulma secara kimia (8a) dan mekanik (8b).

(37)

(a) (b)

Gambar 8. Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) dan Manual (b)

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada fase benih dan vegetatif. Pencegahan serangan hama dan penyakit pada fase benih dilakukan sebelum benih ditanam yaitu dengan memberikan insektisida perlakuan benih berbahan aktif tiamtoksan 350 g/l dengan dosis 1 liter untuk 25 kg benih. Insektisida ini digunakan untuk mencegah lalat bibit dan semut.

Sebelum benih ditanam lahan dipastikan bebas tikus karena hama tikus dapat memakan benih yang ditanam, selain itu hama tikus dapat menyerang jagung pada saat fase generatif, yaitu merusak tassel tetua jantan dan tongkol tetua betina. Serangan tikus pada fase generatif dapat dilihat pada Gambar 9. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan rodentisida berbahan aktif kumatetrafil 0.75 %. Rodentisida diberikan dengan cara dicampur umpan. Pemberian umpan bila diketahui kehadiran tikus (jejak, jalan tikus, kotoran, danliang tikus).

Pencegahan serangan hama dilakukan dengan insektisida berbahan aktif deltrametin 25 g/l untuk mengendalikan lalat bibit dan ulat grayak. Untuk mencegah penyebaran penyakit hawar daun dan busuk batang digunakan fungisida berbahan aktif azoksistrobin 200 g/l dan difenokonazol 125 g/l dengan dosis 1 l/ ha dengan konsentrasi 1 ml/l, diaplikasikan pada umur 30 dan 40 HST. Untuk penyakit bulai dikendalikan dengan fungisida sistemik berbahan aktif mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 %. Aplikasi fungisida dilakukan 14 - 21 HST atau pada saat penyakit bulai ditemukan pada pertanaman jagung.

(38)

(a) (b)

Gambar 9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina (a) dan Jantan (b)

Roguing merupakan kegiatan menyeleksi tanaman untuk menjaga

kemurnian benih yang dihasilkan. Penyeleksian tanaman dilakukan dengan mencabut tipe simpang (off type). Tipe simpang memiliki bentuk daun, perakaran, warna spikelet dan warna serbuk sari berbeda dengan tanaman tetua. Tipe simpang umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tetua lainnya. Bunga jantan pada tipe simpang umumnya berwarna merah di ujung spikeletnya serta serbuk sari berwarna merah (Gambar 10). Tanaman tipe simpang harus dimusnahkan sebelum masa anthesis tiba yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persilangan antara tanaman tetua dengan tanaman tipe simpang.

Gambar 10. Tanaman Tipe Simpang

Selain tipe simpang, penyeleksian juga dilakukan terhadap tanaman kerdil. Tanaman kerdil merupakan tanaman yang memiliki tinggi dibawah 50 % dibandingkan dibandingkan tanaman lainnya dan memiliki daun kurang dari tujuh pada umur 30 HST (Gambar 5). Penyeleksian tanaman kerdil bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri karena tanaman yang tumbuh kerdil

(39)

memiliki waktu anthesis yang lebih lama. Dalam satu hektar pertanaman jagung jumlah tipe simpang dan tanaman kerdil harus kurang dari 8 tanaman tiap hektar.

Detasseling merupakan kegiatan menghilangkan bunga jantan pada tetua

betina, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri, sehingga kemurnian benih yang dihasilkan terjaga. Biaya detasseling dibebankan kepada perusahaan. Pembayaran dilakukan dengan sistem borongan kepada seseorang broker. Setiap desa memiliki dua orang broker. Broker bertugas mengakomodir tenaga detasseling. Guna mengefisienkan waktu tenaga kerja, penulis bersama dengan koordinator wilayah dan desa memberikan rekomendasi tenaga cabut tiap hektar. Penyusunan rekomendasi didasarkan pada hasil pelatihan yang diberikan oleh perusahaan. Rekomendasi tenaga detasseling untuk satu hektar adalah 7 HOK tenaga kerja terlatih.

Setelah kegiatan detasseling selesai, dilakukan kontrol detasseling. Kontrol dilakukan setelah kegiatan detasseling selesai hingga pembabatan tanaman jantan. Kontrol dilakukan untuk memastikan pokok tetua betina pada pertanaman jagung telah bersih dari bunga jantan. Kontrol detasseling membutuhkan 2 HOK yang dilakukan oleh koordinator desa dibantu oleh broker. Pengontrolan dapat dilakukan dengan cara sejajar vertikal atau horizontal ataupun dilakukan dengan melihat saling silang. Pengawasan detasseling secara vertikal dan horizontal dapat dilihat pada Gambar 11.

(a) (b)

Gambar 11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar (a) dan Saling Silang (b)

Gambar 11 menunjukkan posisi tenaga kontrol untuk mengontrol hasil kerja detasseling, yaitu memastikan bunga jantan tetua betina tidak tertinggal pada pertanaman. Tenaga kerja mengontrol dengan cara sejajar vertikal atau horizontal

(40)

(11a). Teknik kontrol tersebut dapat dilakukan dengan cara mengelilingi lahan dengan posisi sejajar. Kontrol juga dapat dilakukan dengan melihat saling silang (11b). Teknik ini dapat dilakukan apabila topografi lahan lebih rendah dibandingkan topografi pematang, karena ketelitian teknik ini sangat kurang apabila dilakukan pada lahan dengan topografi yang sama dengan pematang.

Babat tetua jantan merupakan kegiatan pembabatan terhadap tetua jantan yang dilakukan setelah berakhirnya masa penyerbukan. Berakhirnya masa penyerbukan ditandai oleh habisnya polen serta terjadi perubahan warna spikelet menjadi cokelat tua. Pembabatan tetua jantan bertujuan untuk menghindari pemanenan tongkol tetua jantan dan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman induk betina sehingga tongkol yang dihasilkan tetua betina dapat berkembang menjadi besar dan berbobot (Gambar 12).

Gambar 12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan

Perusahaan memberikan kompensasi sebesar Rp 400 000,- per hektar kepada petani untuk pembabatan tetua jantan. Tongkol dan brangkasan hasil pembabatan diserahkan sepenuhnya kepada petani. Sebagian besar petani menjual hasil brangkasan kepada peternak sehingga selain mendapatkan kompensasi petani mendapatkan pendapatan tambahan melalui penjualan brangkasan jagung tetua jantan.

(41)

Pengamatan sinkronisasi bunga

Pengamatan sinkronisasi bunga tetua jantan dan betina dilakukan saat bunga jantan pada tetua jantan mulai muncul. Pengamatan dilakukan pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 100 atau 50 tanaman contoh untuk tiap ulangan. Jumlah tanaman contoh disesuaikan dengan jumlah populasi tanaman jagung. Tanaman tetua diikat dengan tali rafia dengan warna berbeda pada batang utama dibawah bunga jantan pada tetua jantan dan di dekat tongkol pada tetua betina (Gambar 13).

Bunga jantan matang apabila serbuk sari keluar dari spikelet sedangkan tetua betina telah reseptif apabila rambut tongkol telah keluar dengan panjang minimal 3 cm. Pengamatan dilakukan dengan cara melepas tali yang terikat pada tanaman contoh setelah serbuk sari keluar dari tetua jantan dan panjang rambut tongkol pada tetua betina lebih dari 3 cm. Jumlah tanaman yang telah dilepas ikatanya dihitung setiap hari serta dihitung persentase tali yang dilepas. Pengamatan dilakukan hingga tali pada semua tanaman contoh telah dilepas. Persentase antara tetua betina serta tetua jantan I dibandingkan untuk menentukan ketepatan sinkronisasi tetua. Apabila perbedaan persentase dibawah 10 %, hal ini berarti pemasakan bunga jantan dan bunga betina antara tetua sinkron.

(a) (b)

Gambar 13. Sinkronisasi Tetua Jantan (a) dan Tetua Betina (b)

Penanaman tetua jagung dilakukan tidak bersamaan (split planting). Adanya perbedaan waktu tanam tersebut diharapkan agar waktu anthesis tetua jantan dan masa reseptif tetua betina terjadi bersamaan. Apabila anthesis bunga jantan dan

(42)

masa reseptif bunga betina terjadi secara bersamaan maka tongkol jagung dapat terisi sempurna (Gambar 14).

Gambar 14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna

Pemanenan

Pemanenan jagung pada produksi benih merupakan kegiatan pengambilan tongkol jagung pada tetua betina. Tujuan pemanenan jagung adalah mendapatkan benih bermutu baik. Pemanenan dilakukan saat masak fisiologis. Keadaan masak fisiologis dicapai saat jagung berumur 105 - 115 hari. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi, hal tersebut dapat menurunkan vigor benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang. Pemanenan terlalu awal juga menyebabkan benih mudah rusak secara mekanis sehingga pada saat penyimpanan benih mudah dimasuki mikroorganisme. Terlambatnya waktu pemanenan dapat menurunkan vigor calon benih karena benih mengalami proses penuaan. Stadia panen di PT Dupont dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di PT Dupont Indonesia

Stadia panen

Putih susu : kuning pada biji Kadar air (%) Derajat kematangan 1 1 : 4 45-50 Sangat mentah 2 2 : 3 40-45 Mentah 3 3 : 2 35-40 Masak I 4 1 : 4 30-35 Masak II 5 0 : 5 25-30 Lewat masak

(43)

Perusahaan menentukan waktu kegiatan pemanenan. Perusahaan memiliki kriteria panen serta cara peramalan waktu panen melalui stadia panen yang didasarkan pada pergerakan warna putih susu pada biji (Gambar 15). Pergerakan warna putih susu dengan membelah tongkol kemudian diamati pada tongkol bagian atas. Setiap stadia panen ditentukan dengan cara membandingkan warna putih susu dan warna kuning pada biji yang dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan kriteria panen yang ditetapkan oleh perusahaan, setiap stadia panen memiliki estimasi kadar air berbeda. Pemanenan calon benih jagung di PT Dupont dilakukan pada stadia 3 dan 4. Hal tersebut dikarenakan kandungan kadar air jagung seimbang dan benih telah masak fisiologis.

(a) (b) Gambar 15. Stadia Panen 2 (a) dan Stadia Panen 4 (b)

Pemanenan jagung merupakan tanggung jawab petani, sedangkan pengangkutan hasil panen dari lahan petani menuju pabrik pengolahan merupakan tanggung jawab PT Dupont. Sebelum hasil panen dibawa ke pabrik pengolahan, dilakukan penimbangan dan penyortiran hasil panen yang dilakukan oleh petani. Hasil panen yang baik dan kurang baik dipisahkan kedalam karung yang berbeda. Hasil panen yang baik akan dimasukkan kedalam karung berwarna kuning sedangkan hasil panen yang kurang baik dimasukkan kedalam karung berwarna putih atau biru (Gambar 16). Hasil panen yang kurang baik akan dipipil dan dipilah secara manual di pabrik pengolahan.

(44)

(a) (b)

Gambar 16. Hasil Panen (a) dan Pengarungan Hasil Panen (b)

Hasil penimbangan di tingkat petani dicatat pada kartu penimbangan panen dan Harvest Gate Pass (HGP) untuk administrasi di pabrik pengolahan benih. HGP digunakan untuk memudahkan penimbangan di pabrik, selain itu untuk mengetahui perbedaan antara penimbangan di lahan dan pabrik. Perusahaan memiliki kebijakan dalam penimbangan hasil panen. Apabila selisih penimbangan panen kurang dari 2.5 % dari total panen yang diproduksi petani maka penimbangan yang digunakan adalah penimbangan dengan berat paling tinggi, sedangkan jika selisih penimbangan lebih dari 2.5 % maka hasil penimbangan yang digunakan adalah rata-rata hasil penimbangan di lahan dan pabrik. Setelah administrasi penimbangan selesai, petani mendapatkan uang pembayaran panen serta bukti pembayaran hasil panen perusahaan yang telah dipotong pinjaman petani sebesar Rp. 3 500 000,- per hektar (Lampiran 6).

Pengolahan benih

Ketika kegiatan magang berlangsung di PT Dupont, kegiatan magang pada bulan pertama dilakukan di pabrik pengolahan benih yang berada di Kecamatan Bululawang terlebih dahulu. Kegiatan magang di pabrik pengolahan benih tidak dapat dilakukan secara optimal karena tidak adanya hasil panen yang masuk ke pabrik.

Terdapat beberapa bagian pabrik pengolahan yang bekerja saat magang berlangsung, yaitu pengeringan benih tetua, pembersihan dan pemilahan benih,

(45)

perlakuan serta pengepakan benih. Selama magang di pabrik pengolahan benih penulis bertindak sebagai pendamping mandor pabrik. Sebelum melaksanakan kegiatan di pabrik, penulis diperkenalkan terlebih dahulu pada alat dan alur pengolahan benih secara umum. Alur pengolahan benih dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan Lampiran 7 pengolahan benih di PT Dupont dimulai dari penerimaan hasil panen dari lapangan, setelah hasil panen ditimbang kemudian dikeringkan untuk menurunkan kadar air benih.

Pengeringan

Pengeringan dilakukan bedasarkan berat hasil panen yang diterima oleh pabrik. Apabila berat kurang dari 5 ton maka pengeringan menggunakan kotak pengeringan (box drier) sedangkan jika berat lebih dari 20 ton maka digunakan bin pengeringan. Pengeringan juga dilakukan terhadap benih tetua atau benih komersial yang kadar airnya meningkat selama proses penyimpanan.

Proses pengeringan menggunakan aliran udara dengan suhu 38 – 43 oC. Panas udara yang dihasilkan dari pembakaran gas LPG kemudian dialirkan oleh kipas. Kadar air calon benih yang masuk pabrik berkisar antara 25 – 35 %, untuk menurunkan 1 % kadar air benih, perusahaan menetapkan lama pengeringan yaitu 3.5 - 4 jam. Pengeringan terus dilakukan hingga kadar air benih 10 – 11 %, sehingga waktu pengeringan benih berkisar antara 60 – 100 jam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan , setiap 10 kg LPG dapat mengeringkan 700 kg benih.

Pemipilan

Pemipilan dilakukan dengan menggunakan alat pemipil benih (sheller). Bagian pemipilan mempunyai 16 silo dengan kapasitas 50 kg dan 32 silo dengan kapasitas 25 kg. Pemipilan dilakukan apabila kadar air benih berkisar 10 - 11 %. Apabila pemipilan dilakukan diatas 11 % maka mesin dapat dengan mudah mengalami kerusakan. Rendemen gelondong jagung menjadi pipilan jagung berkisar 45 - 50 %, artinya 100 ton jagung gelondongan didapatkan 45-50 ton pipilan jagung. Setelah benih dipilah benih kemudian dikirim ke bagian pembersihan dan pemilahan benih melalui konveyor.

Gambar

Gambar 1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda
Tabel 2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman
Gambar 5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman
Gambar 6. Pengawasan Penanaman 7 HST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Target dari indikator kinerja yang hendak dicapai oleh Loka Litbang Biomedis Aceh pada Tahun 2014 adalah dihasilkannya 2 produk Litbangkes yaitu berupa data dasar di

kredibilitas ( credibility ) yaitu uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif, keteralihan ( transferability ) yaitu jika orang lain dapat memahami

Obat Vimax Capsule Original Asli Canada | Pembesar Penis No.1 di Dunia adalah Obat yg sangat ampuh untuk Memperbesar & Memperpanjang Ukuran Alat

Langkah pertama yang dilakukan untuk menghitung koefisien korelasi Spearman adalah mengurutkan data masing-masing variabel dari data terkecil sampai dengan data terbesar.. Berikut

Penambahan boraks dengan kadar 1-3 % dari berat fly ash dapat memperlambat setting time dan juga dapat meningkatkan kuat tekan beton geopolimer, namun perlambatan setting time

Sehubungan data pengamatan muka air dan debit aliran pada lokasi rencana bendung PLTM Santong hanya berupa pengamatan sesaat dengan periode yang pendek, maka dalam

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hambatan guru membimbing keterampilan siswa mengamati objek, solusi guru mengatasi hambatan, dan mengetahui kegiatan guru yang

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Sistem Informasi Geografis Pemilihan Lahan Tembakau di Kabupaten Jember Berbasis Web Menggunakan Metode