• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PUBLIK PT. WIRAKARYA SAKTI PERSYARATAN PENGELOLAAN HUTAN LESTARI INDONESIAN FORESTRY CERTIFICATION COOPERATION (IFCC) PROPINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN PUBLIK PT. WIRAKARYA SAKTI PERSYARATAN PENGELOLAAN HUTAN LESTARI INDONESIAN FORESTRY CERTIFICATION COOPERATION (IFCC) PROPINSI JAMBI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN PUBLIK

PERSYARATAN PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

INDONESIAN FORESTRY CERTIFICATION COOPERATION (IFCC)

PT. WIRAKARYA SAKTI

PROPINSI JAMBI

OLEH

(2)

Hal 1 / 14

IDENTITAS LEMBAGA SERTIFIKASI

1. Nama of Organisasi

: PT. Bureau Veritas Indonesia (BVI)

2. Nomor of Akreditasi

: Accredia 243B

3. Alamat

: Wisma Bakrie 1, 1

st

floor Jl. HR. Rasuna Said Kav. B-1,

Jakarta 12920, Indonesia

4. No. Telepon/Fax/Surel

: Tel. +62-21 29403222

Fax. +62-21 5210806

5. Pengelola perusahaan

: Presiden Direktur : Bpk Lontung Simamora

Manajer Produk : Bpk Happy Tarumadevyanto

Manajer Teknis : Bapak Bayu Abirowo

6. Standar

: IFCC ST 1001:2014 – Pengelolaan Hutan Lestari

7. Tim Audit

: Bpk Pandu Budi Wahono (Lead/Auditor Sosial)

Bpk Wahyu F. Riva (Auditor Sosial)

Bpk Achmad Djazuli (Auditor Produksi)

Bpk Hananto Maryan Wiguna (Auditor Produksi)

Ibu Lusiana Nogo Ladjar (Auditor Ekologi)

Bpk Ujang Zulkarnaen (Auditor Ekologi)

8. Tim Keputusan Sertifikasi

:

XXXXX

(3)

Hal 2 / 14

IDENTITAS PERUSAHAAN

1. Nama of Organisasi/Auditee

: PT. Wirakarya Sakti.

2. Alamat Perusahaan

: Jl. Ir. H. Juanda No. 14 Kelurahan Simpang III Sipin,

Kecamatan Kota Baru, Jambi.

3. Pendirian Perusahaan

: Akte Pendirian PerusahaanNo. 4 Tahun 1975 tanggal

11 Oktober 1975.

4. SK IUPHHK-HT

: Keputusan Menteri Kehutanan No.

SK.346/Menhut-II/2004, tanggal 10 September 2004 tentang Hak

Pengusahaan Hutan Tanaman PT. Wirakarya Sakti

seluas 293.812 Hadi Provinsi Daerah Tingkat I Jambi.

5. Lokasi Konsesi

: Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung

Jabung Timur, Kabupaten Batanghari, Kabupaten

Muara Jambi, dan Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.

6. Luas Konsesi

: 293.812 ha

Latitude

: Lintang Selatan 00

o

45’ – 01

o

30’

Longitude

: Bujur Timur 102

o

37’– 103

o

55’

7. Sistem Silvikultur

: Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB)

8. Spesies

: Acacia mangium, Eucalyptus spp. dan Acacia

crassicarpa.

9. Rencana Tata Ruang

:

1. Kawasan Produksi

194.978 ha

2. Kawasan Tanaman Unggulan

29.381 ha

3. Kawasan Tanaman Kehidupan

14.692 ha

4. Kawasan Lindung

29.719 ha

5. Infrastruktur

9.305 ha

6. Lahan Bermasalah

15.737 ha

10. Pimpinan Perusahaan

: Bpk. Didi Harsa / Bpk. Jonathan Ginting

11. Penanggung Jawab Sertifikasi

IFCC

(4)

Hal 3 / 14

RINGKASAN UNIT PENGELOLAAN HUTAN

Ruang Lingkup Sertifikasi : Pengelolaan Hutan Lestari PT. Wirakarya Sakti dengan areal

sertifikasi seluas 293.020 Ha dari total luas 293.812 Ha (SK.346/Menhut-II/2004 tanggal 10

September 2004) Hutan Tanaman jenis Acacia mangium, Eucalyptus spp. dan Acacia

crassicarpa yang terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur,

Batanghari, Muara Jambi, dan Tebo, Provinsi Jambi.

Tipe hutan : Perusahaan mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI) di kawasan hutan tropis.

Unit pengelola hutan : Perusahaan mengelola konsesi hutan seluas seluas 293.812 ha yang

terdiri dari 194.978 ha area produksi (66,36%), 29.381 ha tanaman unggulan (10,00%), 14.692

ha tanaman kehidupan (5,00%), 29.719 ha kawasan lindung (10,11%), dan 9.305 ha

infrastruktur (3,17%), dan 15.737 ha lahan bermasalah (5,36%). Konsesi yang dikelola

didasarkan pada Keputusan Menteri Kehutanan No.SK.346/Menhut-II/2004 tanggal 10

September 2004 di Provinsi Jambi.

Produk cakupan sertifikasi : Kayu bulat spesies Acacia mangium, Eucalyptus spp. dan Acacia

crassicarpa untuk produksi bubur kertas.

Konsultasi pemangku kepentingan : Konsultasi kepada para pemangku kepentingan dilakukan

sebelum audit dilaksanakan. Dari hasil konsultasi tersebut beberapa informasi yang perlu

dilakukan verifikasi ketika audit dilaksanakan, antara lain:

-

Penanganan kebakaran hutan dan lahan dan pelibatan masyarakat

-

Implementasi dan transparansi program CSR dan usulan masyarakat

-

Penyerapan tenaga kerja local / setempat

-

Alokasi lahan untuk pertanian dan pemukiman masyarakat

-

Implementasi tanaman kehidupan

-

Tahapan penyelesaian masalah Senyerang dan Lubuk Mandarsah

-

Keberadaan Suku Anak Dalam

-

Penetapan tata batas kawasan

-

Kondisi sempadan sungai sebagai areal yang dilindungi

-

Pemetaan konflik dan progress penyelesaian konflik

-

Kedalaman gambut di areal kerja perusahaan

-

Pengelolaan water management dan sekat kanal

-

Kerjasama dengan perguruan tinggi

Sosial Ekonomi : Terdapat 131 desa dalam program CD perusahaan, yang yang tersebar di 6

Kabupaten (Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Batanghari, Muaro Jambi, Tebo,

Indragiri Hilir), dengan 4 desa di dalam kawasan, 75 desa berbatasan dengan kawasan, dan 52

desa di luar kawasan. PT. Wirakarya Sakti sudah melaksanakan studi diagnostic tahun 2004,

studi HCV tahun 2014 dan studi dampak sosial (SIA) tahun 2016. Dari hasil studi diketahui

bahwa masyarakat memiliki mata pencaharian berupa perkebunan, tanaman padi,

sayur-sayuran, buah-buahan, dan ikan, sehingga kegiatan berbasis lahan menjadi hal penting bagi

masyarakat. Selain itu ditemukan ditemukan adanya masyarakat adat yang berada didalam

(5)

Hal 4 / 14

areal PT. Wirakarya Sakti di Distrik VIII yaitu komunitas Suku Anak Dalam (SAD). Wilayah

administrasi SAD ini berada di Desa Sungai Paur.

PT. Wirakarya Sakti sudah melaksanakan program CD (Pembinaan Masyarakat Desa

Hutan/PMDH) pada tahun 2015 realisasi program CD sebesar Rp 3.010.668.000,- untuk 128

desa yang tersebar di 6 kabupaten (Batanghari, Kota Jambi, Muaro Jambi, Tanjabbar,

Tanjabtim, dan Tebo). Aspek program CD yang dijalankan adalah 32,33% untuk aspek ekonomi,

32,00% untuk aspek infrastruktur, 14,18% untuk aspek sosial budaya dan agama, serta 12,7%

untuk aspek lingkungan. Perusahaan juga telah membuat rencana program CD Tahun 2016

sebesar Rp 1.845.600.000,- dengan perincian 33% untuk aspek lingkungan, 26% untuk aspek

sosial budaya dan keagamaan, 19% aspek infrastruktur, 12% aspek ekonomi, dan 11% aspek

pendidikan.

PT. Wirakarya Sakti sudah melakukan pemetaan konflik serta menunjukan perkembangan

penyelesaian konflik per Juni 2016 untuk areal seluas 18.615,52 ha. Namun masih ada konflik

sebanyak 193 kasus dengan luas 86.421,33 ha, dimana bertambah di Distrik I menjadi 37 kasus,

Distrik II menjadi 38 kasus, Distrik V menjadi 24 kasus, dan Distrik VIII menjadi 27 kasus.

PT. Wirakarya Sakti telah membuat sebanyak 225 perjanjian/MoU dengan Desa-desa di sekitar

areal konsesi, berupa : - MoU tanaman kehidupan, - kerjasama dengan kontraktor local, -

pemanfaatan HHBK. Selain itu PT. Wirakarya Sakti juga memberikan kesempatan bekerja

kepada masyarakat sekitar, hal ini terlihat dari data pekerja yang menunjukkan 87,8% (969

orang) merupakan karyawan yang berasal dari wilayah Provinsi Jambi, dan peluang lain bagi

kesempatan berusaha masyarakat adalah menjadi mitra kerja pada kegiatan pembangunan

tanaman sebagai kontraktor / supplier lokal.

(6)

Hal 5 / 14

RINGKASAN AKTIFITAS AUDIT

Kegiatan

Waktu

Catatan Ringkasan

Pengumuman publik

5 April 2016

Pengumuman

public

pertama

dan

konsultasi pemangku kepentingan dimulai.

-

Konsultasi pemangku kepentingan kedua

untuk memperoleh masukkan lain dari

pemangku kepentingan setempat.

-

Konsultasi pemangku kepentingan ketiga

untuk memperluas target pemangku

kepentingan dan memperoleh tambahan

masukan.

Audit tahap 1

12-14 Januari 2015

Audit Dokumen

Re-Audit tahap 1

19-22 April 2016

Audit Lapangan

Audit tahap 2

25-29 Juli 2016

Audit Lapangan

(7)

Hal 6 / 14

RINGKASAN HASIL AUDIT

Hasil:

Perusahaan telah memperoleh ijin yang sah sebagai perseroan terbatas berdasarkan bukti Akta

Pendirian Perusahaan, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP),

Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Sehubungan dengan

kewajiban keuangan, perusahaan terbukti telah menyelesaikan semua kewajiban pajak (PPh 21,

PPh 15, PPh 25, dan PBB), iuran HTI (SPP-IUPHHK), dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH).

Perusahaan telah memperoleh izin yang sah untuk mengelola area konsesi seluas 293.812 ha

sebagai Hutan Tanaman, dengan izin konsesi terakhir dari Menteri Kehutanan No.SK.

346/Menhut-II/2004 tanggal 10 September 2004.

Sesuai dengan peraturan tentang kehutanan, perusahaan telah menyusun IHMB, Rencana Kerja

Usaha (RKU) periode 2009-2018, dan Rencana Kerja Tahunan (RKT 2016) yang disetujui oleh

manajemen perusahaan secara mandiri karena perusahaan telah memenuhi

persyaratan-persyaratan sertifikasi pengelolaan hutan lestari (PHPL). Rencana kerja tahunan menetapkan

areal yang akan ditebang dan ditanam kembali pada tiap tahun kalender. Perusahaan sudah

menyelesaikan kewajiban tata batas kawasan di lapangan untuk areal seluas 306.432 ha,

namun belum ada penetapan definitif oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Ditemukan bahwa rencana tata ruang sudah mengikuti peraturan/perundangan dan dipastikan

perusahaan telah mengelola konsesi hutan seluas 293.812 ha yang terdiri dari 194.978 ha area

produksi (66,36%), 29.381 ha tanaman unggulan (10,00%), 14.692 ha tanaman kehidupan

(5,00%), 29.719 ha kawasan lindung (10,11%), dan 9.305 ha infrastruktur (3,17%), dan 15.737

ha lahan bermasalah (5,36%).

Dalam proses audit ditemukan bahwa perusahaan telah memastikan bahwa nilai-nilai

keanekaragaman tertinggi (NKT) telah diidentifikasi, termasuk nilai-nilai lingkungan, sosial, dan

ekonomi. Hal ini dibuktikan berdasarkan laporan HCV tahun 2014. Selain itu konsesi PT.

Wirakarya Sakti diketahui berada pada lahan mineral dan lahan gambut dengan sebaran

54,97% lahan mineral dan 45,03% lahan basah.

Perusahaan telah memiliki Visi, Misi dan Kebijakan-kebijakan yang diuraikan untuk

memudahkan implementasinya dengan sejumlah prosedur kerja dan petunjuk kerja dalam

rangka memastikan pengelolaan hutan lestari dapat dilakukan melalui perbaikan secara

terus-menerus untuk semua kegiatan. Perusahaan juga telah merencanakan dan menerapkan

sejumlah petak ukur permanen (PUP/PSP), petak pengamatan tanah, air, subsidensi dan

keanekaragaman hayati. Batas-batas keanekaragaman hayati sudah diberi tanda batas dan

dipantau secara berkala untuk memastikan pengelolaan sumber daya secara tepat.

Kegiatan identifikasi dan pemetaan distribusi flora fauna dilakukan secara periodik enam bulan

sekali dan dilaporkan dalam laporan Monitoring dan Evalusi Rencana Pengelolaan dan

Pemantauan Flora dan Fauna. Dalam laporan tersebut flora dan fauna yang dicatat

dikategorikan kedalam klasifikasi dilindungi, tidak dilindungi, (kategori PP), Appendix I dan

Appendix II (CITES) dan jarang, langka dan terancam/hampir punah (Redlist IUCN).

(8)

Hal 7 / 14

Sehubungan dengan kebakaran hutan diketahui tahun 2015 terjadi kebakaran hutan dan lahan

di areal PT. Wirakarya Sakti sehingga perusahaan dikenakan sanksi administrative paksaan

pemerintah oleh Dirjen PHLHK dengan Keputusan No. SK.4552/Menlhk-PHLHK/PPSA/2015

tanggal 19 Oktober 2015, dan sudah dilaksanakan pengawasan pelaksanaan sanksi

administrative oleh Kementrian LHK yang dibuktikan dengan Berita Acara tanggal 15 Januari

2016 dan telah dipenuhi kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai Surat Dirjen PHLHK No.

S.7/PHLHK/PPSA/PHLHK.0/2/2016 tanggal 29 Februari 2016. Perusahaan sudah memenuhi

persyaratan organisasi, peralatan dan sumberdaya manusia untuk melindungi hutan dari

kebakaran (perusahaan menetapkan 152 karyawan sebagai personil RPK yang wajib mengikuti

pelatihaan RPK serta mendapatkaan sertifikasi dari lembaga berwenang). Perusahaan memiliki

system berbasis web bernama FDRS dan FROS. FDRS merupakan system deteksi ancaman

kebakaran, yang berupa klasifikasi tingkat bahaya kebakaran yang diperbaharui per hari oleh

tiap distrik dan direkapitulasi di Palembang yang kemudian akan dilaporkan ke grup

penanggulangan kebakaran. Selain FDRS terdapat juga FROS, yang merupakan system informasi

jika terjadi hotspot. Informasi dari FROS dapat diakses dari masing-masing distrik, di mana

maksimal 1x24 jam setelah deteksi harus terdapat laporan verifikasi hotspot. Pihak distrik akan

mengirim tim verifikasi hotspot saat terdapat informasi lokasi hotspot dari FROS. Tiap Distrik

juga memiliki Puskodal / situation room. Kegiatan Fire drill tahunan dikoordinir oleh tiap distrik.

Fasilitas pemantauan hotspot via satelit dapat diakses melalui

www.hotspot-jkt.forestree.com

,

www.fros.forestree.com

,

www.gs.reddplus.go.id

. Terdapat total 40 KMPA, di

mana 35 di antara telah memiliki MoU dengan perusahaan. Perusahaan memberikan pelatihan

dan bantuan alat kepada KMPA. Terdapat Laporan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di

periode Januari, Februari, dan Maret 2016. Perusahaan memiliki 47 unit pos pantau untuk

menunjang kegiatan patrol, dan sebagai deteksi dini dan pencegahan terdapat Peta Rawan

Kebakaran 2016. Berdasarkan Laporan RKL / RPL Semester 2 tahun 2015, pada tahun 2014

terdapat total 23 kejadian kebakaran dengan total luas 623,24 ha dan di tahun 2015 terdapat

21 kejadian dengan luas 369,7 ha. Sebanyak 341,85 ha adalah luas kebakaran 2015 yang

menjadi dasar Sanksi Paksaan Pemerintah. Kondisi lahan masih status quo, menunggu

rekomendasi dari BRG, kegiatan lapangan yang dilakukan hanya pengamanan. Total luas

terbakar dari 2011-2015 adalah 3014,24 ha 98% nya adalah di kawasan lindung. Untuk

pencegahan kebakaran perusahaan sudah menerapkan 159 canal blocking.

Perusahaan telah melakukan sosialisasi Visi, Misi, rencana tahunan, batas-batas konsesi, serta

pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan dan program CD yang dilaksanakan kepada 128

desa di dalam dan di sekitar konsesi.

Perusahaan juga diketahui telah memenuhi dengan baik hak-hak karyawan berdasarkan

konvensi ILO, termasuk penyediaan APD, fasilitas-fasilitas yang memadai, ketentuan gaji

minimum, tidak ada pekerja anak, dan hak untuk bergabung dengan organisasi serikat pekerja.

Namun perusahaan masih perlu melakukan peningkatan kepatuhan untuk para kontraktor.

Untuk mendukung berjalannya sistem dan prosedur yang telah dikembangkan, perusahaan

diketahui telah melakukan berbagai pelatihan. Hal ini terlihat dari daftar program pelatihan

tahun 2016, perusahaan telah merencanakan pelatihan yang terdiri atas 41 program pelatihan,

dan dari data pelatihan internal pada bulan Januari–Juni 2016 sudah dilakukan sebanyak 100

kali pelatihan kepada pekerja, termasuk pelatihan untuk pekerja kontraktor.

(9)

Hal 8 / 14

Issue Stakeholders Verifikasi Pada Saat Audit

Informasi terkait konflik di WKS memiliki skala dan progres yang beragam. Seperti di Senyerang yang sedang dalam proses resolusi. Terdapat pemetaan konflik sosial. Salah seorang anggota Pokja ISFMP, pada rekomendasi Final melakukan ground check dengan mengunjungi 60 poligon tumpang tindih lahan dengan masyarakat.

Konflik Senyerang sudah selesai dan saat ini masuk fase 4 (monitoring & evaluasi). Dalam penyusunan ISFMP melibatkan Tim Pokja untuk menetapkan rekomendasi prioritas pengelolaan dari tumpang tindih kepentingan produksi, sosial dan lingkungan. Dalam penetapan prioritas tersebut Pokja telah mengunjungi 60 poligon yang menggambarkan karakteristik lapangan sebagai pertimbangannya.

Distrik 1-7 adalah lahan gambut di mana 60% nya memiliki kedalaman > 3m. Kondisi tersebut seharusnya otomatis menjadikan kawasan sebagai fungsi lindung. Namun karena sudah terlanjur diberi ijin dan ditanami tanaman pokok, seharusnya dalam DELMIK menjadi kawasan lindung. Hal serupa juga telah disinggung saat salah seorang Panel Pakar Sertifikasi LEI di WKS, namun anggota panel lain beranggapan bahwa fungsi lindung baru diterapkan jika ada hulu sungai di gambut dengan kedalaman > 3 m.

Untuk areal gambut PT WKS melalui APP-SMF telah menjalin kerjasama dengan Deltares untuk melakukan identifikasi dan pemetaan area gambut dalam rangka penyusunan area pengelolaan gambut. Untuk implementasi lapangan masih menunggu hasil rekomendasi dari identifikasi dan pemetaan tersebut.

Terdapat sekitar 1200 sekat kanal di WKS untuk implementasi PP 71/2014, di mana kedalaman maksimal air di gambut 40 cm. Namun demikian komitmen tersebut hanya terwujud di perimeter luar konsesi, sedangkan di dalam tanaman pokok kedalaman bisa > 40cm

Di sebagian area PT. WKS sudah diusahakan penerapan PP 71/2014 ini. Namun tetap terjadi fluktuasi level kedalaman muka air tanah di gambut, baik karena curah hujan yang tinggi (banjir) maupun turunnya kedalaman muka air tanah akibat kemarau panjang. Terkait hal ini, Perusahaan juga masih menunggu juklak standard dari pemerintah untuk menerapkan PP 71/2014 ini di lapangan

Kegiatan sosial PT WKS sesuai rencana, seperti MoU dengan masyarakat Senyerang seluas 1000 ha. Saat ini sedang dilakukan verifikasi terhadap klaim lahan. Kasus pembunuhan sudah selesai. WKS sedang melakukan perbaikan SOP, penggantian vendor keamanan. WKS memiliki pemetaan konflik lahan yang lengkap, karena sejak 2013 salah satu lembaga mendampingi pemetaan konflik. Terdapat komunitas SAD di distrik 8, namun hal tersebut sudah tertampung dalam ISFMP.

Awal tahun 2013 SMF mengukuhkan Kebijakan Konservasi Hutan/Forest Conservation Policy (FCP) yang berisi beberapa protocol termasuk dalam aspek sosial. Pertengahan 2013 konflik Senyerang yang terjadi sejak tahun 2002 selesai dengan beberapa kesepakatan antara lain kemitraan tanaman akasia 3.003 Ha dan kemitraan tanan karet 1001 Ha. Selain itu terdapat klaim PPJ (Persatuan Petani Jambi) yang melibatkan masyarakat 5 kabupaten sedang dalam tahap verifikasi subyek dan obyek. Sebagian (Kab Ma jambi) sudah selesai verifikasi dan menginjak fase penetapan opsi-opsi penyelesaian.

Proses perdamaian atas insiden di Distrik 8 selain santunan kepada keluaga korban juga diadakan perdamaian secara adat, sedangkan para pelaku divonis hukuman sesuai dengan kesalahannya.

(10)

Hal 9 / 14 Sejak itu Vendor Security diganti oleh PT BIMA kemudian tgl 16 April 2016 diganti PT G4S. Pemetaan konflik tahun 2014 termasuk konflik dengan SAD di D8 sebagai dasar pertimbangan ISFMP untuk menetapkan kelola pada setiap tata ruang.

Tata batas masih berproses, saat ini sudah temu gelang namun SK tata batas masih di KLHK.

PT. WKS telah mengirimkan surat kepada KLHK terkait progress tata batas di wilayah Perusahaan. Terkait penanganan karhutla, WKS memiliki sistem

yang baik. Tercatat konsultan dari Australia dan Kanada dengan sistem yang canggih. Kebakaran yang terjadi diakibatkan Masyarakat yang membakar lahan dari luar area WKS, sehingga merembet. WKS juga aktif memadamkan api di TN Bukit Tigapuluh

Pengendalian kebakaran hutan adalah semua usaha, pencegahan, pemadaman, pengananan pasca kebakaran hutan dan penyelamatan. Dalam rangka pengendalian kebakaran hutan, dilakukan upaya pencegahan meliputi pengadaan SOP, sarana prasarana, early warning system, monitoring hotspot, penyiapan SDM, patroli, penyuluhan/ sosialisasi, pelatihan pengendalian dan lain sebagainya.

Pengadaan sarana dan prasarana pemadaman kebakaran hutan terdiri dari :

- Peralatan tangan;

- Perlengkapan perorangan; - Pompa air dan kelengkapannya; - Peralatan telekomunikasi; - Pompa bertekanan tinggi; - Peralatan mekanis; - Peralatan transportasi;

- Peralatan logistik, medis dan SAR; - Gedung.

Daftar peralatan kebakaran tersedia di semua distrik dan telah diverifikasi pada saat audit.

Temuan: Terdapat 24 temuan ketidaksesuaian, dimana terdiri dari 2 ketidaksesuaian major

(utama) yang ditutup pada tanggal 22 November 2016 dan 22 ketidaksesuaian minor (kecil)

yang telah dibuat usulan tindakan perbaikan yang akan diverifikasi pada saat surveillance

audit/audit penilikan.

No Persyaratan

Standar IFCC Ketidaksesuaian Status

1 2.1.; 2.2.; 2.3 Rencana kelola yang saat ini dimiliki oleh UM yaitu RKUPHHK-HTI tahun 2009-2018 tidak sesuai dengan implementasi lapangan (misalnya RKT) dan belum memenuhi persyaratan sebagai management plan dalam indicator IFCC ini.

Ditutup

2 Bagian III. 1.1.

Menurut citra satelit liputan tahun 2009 terdapat area hutan alam bekas tebangan seluas 6.845 Ha dan citra satelit liputan tahun 2013 seluas 4.655 Ha. Terdapat pengurangan

(11)

Hal 10 / 14 luas hutan alam sebesar 2.190 ha.

Berdasarkan data UM terdapat pembukaan hutan tanaman (MHW) dengan total 792 Ha yaitu pada tahun 2011 seluas 357 Ha dan pada tahun 2012 seluas 435 Ha. Sesuai dengan syarat IFCC, maka area seluas 792 Ha tidak masuk dalam scope sertifikasi.

UM belum dapat menjelaskan berkurangnya tutupan hutan sekunder seluas 2.190 ha dimaksud, dan peruntukan areal hutan alam bekas tebangan yang tersisa seluas 1.398 Ha. 3 1.14 Rencana spasial yang berupa peta Revisi RKUPHHK-HTI

tahun 2009-2018 belum didasarkan atas :

- Rencana spasial yang belum mengacu pada inventarisasi yang dilakukan secara periodik dan komprehensif.

- Belum seluruh rencana spasial diimplementasikan di lapangan misalnya batas tanaman unggulan dan tanaman kehidupan.

Ditutup

4 1.15; 6.1 Belum dapat ditunjukan bukti dokumen monitoring dan evaluasi bahwa jalan yang memotong kawasan lindung (KPSL, BZ dan sempadan sungai) tidak akan menimbulkan gangguan terhadap ekosistem, spesies, dan genetik, khususnya jenis yang langka, sensitif dan terancam, termasuk apabila terdapat areal yang merupakan jalur migrasi spesies fauna tertentu (lihat peta tata ruang).

Ditutup

5 1.6 Perusahaan telah melakukan sosialisasi kebijakan dan komitmen perusahaan kepada pekerja pada saat melakukan pelatihan internal pada bulan Januari – Juni 2016 sebanyak 100 kali pelatihan. Sementara itu, pada tahun 2015, telah dilakukan sosialisasi kepada 10 desa dan 10 sekolahan di tingkat SMP dan SMA dengan jumlah total peserta sebanyak 595 pelajar dan 469 orang perwakilan dari masyarakat. Namun demikian, perusahaan belum membuat rencana kegiatan sosialisasi kebijakan dan komitmen perusahaan secara regular kepada pekerja, seluruh desa dan para pihak lainnya sebagaimana dipersyaratkan.

Ditutup

6 1.9 Perusahaan telah menetapkan Ibu Vera Favorita dengan jabatan Forest Sustainability Department Head yang ditunjuk sebagai Management Representative (MR) untuk audit IFCC. Penetapan ditandatangani oleh Direktur PT. WKS (Jonathan Ginting) pada tanggal 21 April 2016. Namun demikian, penunjukkan tersebut belum disertai dengan uraian tugas dan tanggung jawab (job desc) serta bukti kewenangan untuk memastikan berjalannya pengelolaan hutan lestari yang ditentukan dalam Standar IFCC.

Ditutup

(12)

Hal 11 / 14 operator, ditemukan bahwa terdapat 270 orang yang harus

memiliki SIO. Perusahaan telah melakukan pelatihan SIO pada tanggal 28 – 29 Mei 2016 dengan jumlah total peserta sebanyak 198 operator. Namun demikian, pada saat audit dilakukan, 198 operator tersebut belum menerima sertifikat SIO dan masih ada 72 operator yang belum melakukan pelatihan SIO.

8 3.3. Perusahaan telah menyusun ringkasan monitoring dan evaluasi yang tersedia untuk publik, akan tetapi muatan monitoring evaluasi tersebut masih belum sesuai dengan persyaratan IFCC indicator 3.2

Ditutup

9 3.4 Perusahaan belum melakukan identifikasi terhadap lahan terbuka atau areal bertumbuhan kurang dalam areal konsesi, sedangkan dalam peta citra tutupan lahan liputan tahun 2015 (TKT 2016 halaman 9) terdapat areal tidak berhutan pada areal UM seluas 107.119 ha (belukar tua, belukar tua rawa, belukar muda dan semak, belukar muda dan semak rawa, tanah terbuka).

Ditutup

10 4.1 Tidak ada pal batas dipasang pada areal yang dalam tata ruang HTI diidentifikasi sebagai ladang atau areal overlap atau areal klaim, bahkan beberapa pal batas luar di distrik 7 tidak dijumpai.

Ditutup

11 4.2. Perusahaan telah melakukan IHMB tetapi belum digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan penilaian kelestarian tegakan hutan sebagaimana persyaratan dalam indicator ini.

Ditutup

12 4.4. Perusahaan belum dapat dikatakan memenuhi penggunaan sumberdaya hutan untuk memastikan produksi yang efisien, dengan masih ditemukan kayu jatuh pada saat pengangkutan kayu dan UM tidak memiliki mekanisme pemungutan kayu jatuh tersebut.

Ditutup

13 5.1; 5.3 Kegiatan pengelolaan hutan yang dijalankan UM belum menunjukkan penerapan kelestarian hasil, dimana terdapat carryover/luncuran dari RKT sebelumnya yang mengakibatkan distribusi kelas umur yang ada saat ini tidak merata. UM belum melakukan penyesuaian pengaturan kelestarian hasil (Jangka Benah) pada dokumen RKU yang ada.

Ditutup

14 5.4 Perusahaan sudah melakukan identifikasi HHBK dan memiliki prosedur tentang pemanfaatan HHBK. Namun MoU (membangun cara-cara partisipatif) dengan kelompok tani dalam pemanfaatan HHBK baru tersedia untuk satu kelompok, masih terdapat 16 kelompok yang belum membuat MoU.

Ditutup

15 6.5 Up date informasi atau catatan kejadian seperti banjir pada Distrik VII Jl. 733 belum dimasukan kedalam laporan

(13)

Hal 12 / 14 pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

16 6.6 Pada saat kunjungan lapangan di Distrik I ditemukan: - Pelaksanaan prosedur penggunaan APD pada gudang

B3 masih belum sesuai (tidak dipersiapkan masker). - Pengelolaan sampah Kamp Kontraktor belum sesuai

standard atau prosedur yang ditetapkan perusahaan. - Pembuangan sampah organik dan an organik di lokasi

Petak/Kompartemen yang dilakukan Kontraktor masih kurang, dengan ditemukan banyak ceceran sampah. - Tempat sampah di lokasi Distrik belum sesuai standard

prosedur, masih ditemukan menggunakan kardus bekas.

Ditutup

17 7.1 - Pada saat kunjungan ke Distrik I tidak ditemukan bukti sosialisasi konservasi keanekaragaman hayati dan keberadaan kawasan lindung belum dilaksanakan kepada para pihak, dalam hal ini PT Petrocina Site Betara koordinat 01° 04’ 16,1” E 103° 17’ 42,1”.

- Penentuan status perlindungan spesies flora-fauna belum merujuk pada ketentuan terkini. (Misal: Status Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) Dilindung/App I CITES/Endangered IUCN.

Ditutup

18 7.3 Perusahaan sudah memiliki data identifikasi spesies kunci dan peta sebaran satwa, namun data yang tersedia belum menggambarkan secara jelas pola migrasi spesies kunci sehingga keberadaan spesies, habitat serta pola migrasi spesies tersebut belum dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan pada penataan dan pengelolaan areal hutan tanaman.

Ditutup

19 9.2 Pada saat kunjungan ke lokasi SAD di Distrik VIII (830), mereka mengeluhkan beberapa hal, diantaranya adalah: - Terkait dengan aturan pemerintah tentang larangan

pembukaan lahan tanpa bakar. Penerapan aturan ini dirasakan cukup memberatkan bagi SAD karena waktu untuk membuka ladang semakin lama dan hasil panen padi cenderung terus menurun.

- Permintaan herbisida untuk perawatan ladang yang akan digunakan untuk menanam tanaman pertanian (padi, ubi, jagung, dll).

Namun demikian, pada saat audit dilakukan, perusahaan belum melakukan beberapa hal terkait dengan SAD diantaranya adalah:

- Kajian secara mendalam terkait dengan kearifan lokal SAD yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk pengembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya SAD;

(14)

Hal 13 / 14 - Mencarikan solusi atas aturan pembukaan lahan tanpa

bakar;

- Penyusunan peta tata ruang areal SAD secara partisipatif untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. 20 9.5 Pada saat audit dilakukan, perusahaan belum melakukan

kajian atau analisis secara komprehensif, termasuk lesson

learned terkait dengan pemetaan konflik di dalam areal PT.

WKS.

Ditutup

21 10.4 - Berdasarkan kunjungan ke Desa Pematang Balam (Distrik III), masyarakat telah menyampaikan usulan untuk perbaikan bangunan dan alat-alat permainan untuk PAUD kepada PT. WKS. Namun demikian, pada saat audit dilakukan, perusahaan belum memberikan respon terhadap usulan tersebut sebagaimana prosedur usulan/proposal masyarakat.

- Berdasarkan kunjungan ke Desa Intan Jaya (Distrik III), masyarakat mengusulkan adanya perbaikan jalan yang rusak parah yang menghubungkan antara wilayah SP 7 dengan SP 8. Jalan tersebut merupakan urat nadi perekonomian masyarakat dan juga digunakan untuk transportasi anak sekolah dari SP 7 menuju ke SP 8. Namun demikian, pada saat audit dilakukan, perusahaan belum memberikan respon terhadap usulan tersebut sebagaimana prosedur usulan/proposal masyarakat.

Ditutup

22 11.4 Perusahaan sudah memiliki Serikat Pekerja dan menyusun PKB (Perjanjian Kerja Bersama), namun masih ditemui: - Buku PKB belum dimiliki oleh semua pekerja (PKB

2016-2018) dan belum didistribusikan kepada Karyawan. - Perundingan setiap 3 bulan sesuai kesepakatan dalam

PKB sudah dilaksanakan antara Wakil Manajemen dan Serikat Pekerja, namun belum ada pembahasan mengenai perubahan insentif sebagai pengganti lembur untuk diterapkan dalam kegiatan diluar jam kerja pada saat kebakaran (dalam PKB hanya ada ketentuan Lembur)

Ditutup

23 11.8 Pada saat kunjungan ke lapangan di camp kontraktor penanaman dan pemeliharaan di Distrik VIII (PT. SMJA), ditemukan adanya camp yang baru terpasang. Namun demikian ditemui kondisi camp tersebut:

- Belum ada penerangan untuk malam hari - Belum ada pengelolaan sampah

- Belum dibangun sanitasi yang sehat - Belum ada tempat atau gudang B3 - Tempat MCK belum berfungsi - Belum tersedia kotak P3K - Belum tersedia APAR

(15)

Hal 14 / 14 Pada saat kunjungan ke Klinik dan wawancara dengan

petugas kesehatan di Distrik III dan Distrik VIII, belum ditemukan adanya:

- Identifikasi pekerja penyemprot dan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja penyemprot secara periodic. - Laporan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja baru

kontraktor (PT. RKJ) sebelum mulai bekerja di areal PT. WKS.

Pada saat kunjungan ke camp kontraktor penebangan (harvesting) di Distrik VIII (PT. ESA), ditemukan:

- Kondisi barak belum layak (satu kamar ukuran 2,5x2,5 m2 dihuni 5 orang)

- Belum ada pengelolaan sampah

- Belum mereview terhadap kebutuhan kotak P3K dan APAR

Pada saat kunjungan ke camp penanaman dan pemeliharaan di Distrik III (PT. BDM), ditemukan kondisi camp tenda biru sebagai berikut:

- Lantai/alas camp langsung menyentuh tanah - Belum disediakan penerangan untuk malam hari - Belum tersedia air minum yang bersih

- Belum dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja - Belum tersedia kotak P3K

- Belum ada pengelolaan sampah - Belum ada MCK

- Belum ada pengelolaan B3 - Belum ada kontrak secara tertulis

24 12.7 Perusahaan sudah menunjukan hasil Internal Audit K3, namun belum ada data dilakukan Internal Audit K3 yang dilaksanakan pada Kontraktor.

Perusahaan belum melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kefektifan penerapan SMK3 setahun sekali sebagaimana dipersyaratkan pada standar IFCC, yang baru ditunjukan adalah Laporan SMK3 kepada Disnakertrans sebagai pemenuhan terhadap PP No. 50 tahun 2012 tentang SMK3.

Ditutup

Sertifikasi: Keputusan Sertifikasi sudah dibuat oleh PT. Bureau Veritas Indonesia untuk PT. Wirakarya

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian ini akan dipaparkan data mengenai: (1) Perencanaan peningkatan mutu pembelajaran matematika (2) Pendekatan peningkatan mutu pembelajaran Matematika,

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan merupakan unsur pelaksana kegiatan akademik yang melaksanakan program pendidikan sarjana dengan mayor Ilmu Nutrisi

Bagaimana wujud rancangan Sport Mall di Yogyakarta yang mengekspresikan karakter olahraga melalui pengolahan bentuk fasad bangunan, tata ruang dalam dan tata ruang luar, dengan

Konsumen yang loyal akan memiliki minat untuk membeli ulang suatu produk karena terbentuknya kepuasan konsumen dan kepercayaan konsumen terhadap suatu brand

a.Mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan/atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru mata pelajarannya pada

Selain bermanfaat sebagai pegangan atau acuan dalam menjalankan bisnis (internal) rencana bisnis juga akan sangat bermanfaat bagi pihak lain (eksternal) seperti: pemilik

Tujuan praktikum tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum proses ekstraksi rimpang kencur dengan pengaruh variasi jumlah pelarut, suhu ekstraksi, refluk ratio,

Kuliah ini bertujuan untuk mengembangkan keahlian untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pajak. Karena sifat