• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Brand Community dalam Pembentukan Minat Beli Ulang Konsumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Brand Community dalam Pembentukan Minat Beli Ulang Konsumen"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Brand Community dalam

Pembentukan Minat Beli Ulang Konsumen

Daniela Anggita Kristi Purba

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ma Chung

Abstract: Repurchase intentions is an important factor in determining the existence of a business  as well  as  indicating the  success  of a  product  that is  offered  by the  company. Companies are trying to develop an effective marketing strategy such as building brand communities in order to create loyal customers. This research analyzes how brand commu-nity create customer repurchase intention. The result of the analysis shows that brand com-munity can give a negative effect on repurchase intention. On the other hand, if a brand community is being managed properly, it will create loyal customers. Loyal customers will have repurchase intention because the experience that they had with the brand can create satisfaction and trust.

Keywords: repurchase intention, customer’s loyalty, brand community

Abstrak: Minat beli konsumen adalah salah satu faktor penting dalam menentukan

keberlangsungan sebuah bisnis dan sebagai indikator kesuksesan produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Perusahaan berusaha untuk mengembangkan strategi marketing yang efektif seperti melalui komunitas merek untuk menciptakan konsumen yang loyal. Konsumen yang loyal akan memiliki minat beli ulang karena pengalaman yang dimiliki konsumen tersebut dan juga kepercayaan terhadap merek.

Kata Kunci: minat beli ulang, loyalitas konsumen, komunitas merek

Alamat Korespondensi: Daniela Anggita Kristi Purba, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ma Chung E-mail: dani ela.chri sty95@gm ail.

Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 13 No 1, 2015 Terindeks dalam Google Scholar

JAM

13, 1

Diterima, Nopember 2014 Direvisi, Januari 2015 Disetujui, Januari 2015

Persaingan di dunia bisnis se-makin kompetitif dari waktu ke waktu. Persaingan tersebut terjadi pada seluruh jenis pro-duk yang ada di pasaran. Se-tiap perusahaan dituntut untuk lebih inovatif agar dapat ber-saing dengan perusahaan lain yang menawarkan produk yang serupa. Berbagai strategi diaplikasikan oleh perusahaan untuk mempertahankan bis-nisnya dalam jangka panjang. Konsumen memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan jumlah penjualan yang penting

untuk berjalannya sebuah usaha. Perusahaan tidak akan bertahan dalam jangka waktu panjang ketika tidak ada konsumen yang membeli produk yang ditawarkan perusahaan tersebut.

Persaingan tidak hanya muncul dari perusahaan domestik, tetapi juga perusahaan-perusahaan asing. Brand domestik dan brand asing bermunculan untuk menjangkau pelanggan. Brand dapat menjadi sebuah aset yang penting bagi perusa-haan dan merupakan salah satu faktor yang membe-dakan sebuah perusahaan dari para pesaingnya. Se-orang konsumen dapat membeli produk berdasarkan preferensi brand yang dimilikinya. Konsumen yang menyukai sebuah brand cenderung memilih produk yang ditawarkan brand tersebut, walaupun banyak pesaing yang menawarkan produk serupa.

(2)

Perusahaan perusahaan perlu mempertimbang-kan untuk mengembangmempertimbang-kan dan memperkuat brand yang dimiliki. Brand yang kuat akan tertanam di benak konsumen, menarik minat konsumen, dan memenga-ruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian. Pengalaman dan kesan mendalam yang dimiliki se-orang konsumen terhadap suatu brand dapat menim-bulkan hubungan antara konsumen dan brand. Konsumen yang terikat secara emosional terhadap suatu brand akan memiliki hubungan yang kuat dan bertahan lama dengan brand tersebut (Turri, et al., 2013).

Perusahaan berusaha mengembangkan berbagai strategi pemasaran untuk mempertahankan pelanggan agar tidak berpaling ke brand lain, serta mempenga-ruhi pelanggan untuk melakukan pembelian. Salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh perusa-haan adalah melalui pembentukan dan penguatan brand community. Brand community adalah sebuah komunitas yang spesifik, tidak terbatas oleh batasan geografis, dan didasari oleh hubungan sosial antar anggotanya yang menyukai brand tersebut (Muniz, et al., 2001). Brand Community menjadi tempat berkumpulnya sekelompok konsumen yang memiliki minat yang sama khusunya minat terhadap suatu brand.

Perkembangan teknologi komunikasi turut ber-kontribusi terhadap munculnya brand communities. Teknologi komunikasi seperti internet mempermudah proses interaksi dalam komunitas. Kini anggota dalam sebuah brand community tidak hanya berinteraksi melalui tatap muka, tetapi juga melalui internet seperti forum dan media sosial. Kemudahan penggunaan internet telah memunculkan konsep virtual brand community. Virtual brand community dapat diguna-kan oleh perusahaan untuk menjalin hubungan dengan konsumennya tanpa membutuhkan biaya yang besar (Marcelo, 2011) Virtual brand community dapat memberikan manfaat yang sebanding dengan brand community tradisional.

Komunitas memfasilitasi para anggota untuk berinteraksi satu sama lain. Anggota komunitas saling berbagi pengetahuan seputar brand dan mencerita-kan pengalaman menggunamencerita-kan brand tersebut. Du-kungan dari lingDu-kungan sosial turut memengaruhi konsumen untuk tidak berpindah brand. Hal ini

disebabkan karena para anggota anggota dapat saling memengaruhi dan memberikan rekomendasi.

Perusahaan mulai memperhatikan betapa penting keberadaan brand community bagi keberlangsungan usahanya. Perusahaan dapat membentuk sebuah brand community maupun memperkuat brand community yang telah didirikan oleh para anggotanya. Brand community tidak hanya menguntungkan konsumen tetapi juga perusahaan. Komunitas juga membantu perusahaan untuk mengenal karakteristik dan kebu-tuhan konsumennya. Wawasan tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan untuk dapat memperta-hankan pelanggan dan meningkatkan jumlah penjual-an. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran brand community dalam membentuk minat beli ulang konsumen terhadap brand tersebut.

Minat Beli Ulang Konsumen

Minat beli merupakan sebuah bentuk perilaku konsumen ketika konsumen ingin membeli maupun memilih suatu produk berdasarkan pengalaman memi-lih, menggunakan, mengkonsumsi, dan menginginkan suatu produk. Minat beli dapat menunjukkan tingkat komitmen seorang konsumen untuk melakukan pem-belian. Minat beli konsumen berbeda dengan kepu-tusan pembelian konsumen. Minat beli merupakan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian di masa mendatang. Minat beli konsumen dapat berubah sesuai dengan stimulus yang diberikan (Shah, et al., 2011). Minat beli konsumen dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang berhubungan dengan perasaan dan emosi yang dimiliki konsumen merupakan faktor internal. Minat pembelian juga dipengaruhi oleh stimuli dari faktor eksternal seperti pemasaran maupun lingkungan. Stimuli yang diperoleh konsumen kemudian akan diproses dan dipertimbang-kan konsumen sesuai dengan kebutuhan pribadinya. Konsumen berkemungkinan besar akan memiliki minat membeli ketika stimuli yang diterima dari luar sesuai dengan kebutuhan konsumen tersebut.

Minat beli yang dimiliki konsumen berasal dari pengalaman yang menciptakan sebuah proses belajar serta proses pemikiran. Proses pembelajaran dan proses pemikiran yang dimiliki oleh konsumen akan menciptakan sebuah persepsi. Persepsi yang dimiliki konsumen terhadap sebuah produk dapat menjadi

(3)

motivasi kuat yang tertanam di dalam benak konsu-men. Konsumen akan memiliki dorongan dan meng-inginkan produk tersebut sebagai bentuk aktualisasi dari persepsi yang dimiliki. Minat beli konsumen akan terbentuk dari persepsi yang dimiliki oleh konsumen tersebut (Gabisch & Gwebu, 2011). Minat beli kemu-dian akan memunculkan motivasi yang tertanam di benak konsumen. Konsumen akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan mengaktualisasikan keinginan yang ada di benaknya.

Keberlangsungan sebuah usaha didukung dengan adanya pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan. Pembelian pertama diharap-kan adiharap-kan diikuti oleh pembelian berikutnya. Minat beli ulang dapat didefinisikan sebagai bentuk respon yang ditunjukkan konsumen terhadap sebuah produk setelah melakukan evaluasi keseluruhan terhadap produk ter-sebut dan tujuan yang dimilikinya di masa mendatang (Chen & Hsieh, 2011). Minat beli ulang konsumen terlihat dari respon positif yang ditunjukkan konsumen terhadap suatu produk dan niat konsumen tersebut untuk melakukan kunjungan kembali maupun meng-konsumsi ulang produk tersebut. Minat beli ulang dapat menjadi sebuah indikator kesuksesan suatu produk yang dikeluarkan perusahaan. Produk yang disukai oleh para konsumen akan membuat konsumen ingin terus menggunakan dan akhirnya membeli produk tersebut.

Minat beli ulang konsumen menurut Ferdinand (2006) dapat dibagi menjadi minat refrensial, minat exploratif, minat transaksional, dan minat preferensial yang diuraikan sebagai berikut.

Minat Referensial

Minat referensial merupakan minat seorang kon-sumen untuk mereferensikan sebuah produk berdasar-kan pengalaman yang dimilikinya kepada konsumen lain agar konsumen tersebut ikut membeli.

Minat Exploratif

Minat exploratif merupakan minat seorang kon-sumen untuk mencari segala informasi yang berhu-bungan dengan produk yang diinginkannya.

Minat Transaksional

Minat transaksional merupakan kecenderungan seorang konsumen untuk membeli kembali produk yang pernah dibeli konsumen tersebut sebelumnya.

Minat Preferensial

Minat preferensial merupakan gambaran perilaku seorang konsumen yang menjadikan produk tersebut sebagai preferensi utama dibandingkan dengan produk-produk lain di pasaran

Minat beli ulang dapat terbentuk oleh beragam faktor seperti tingkat kepuasan, loyalitas konsumen, kepercayaan, komitmen, ikatan emosional, dan berba-gai faktor lainnya. Tingkat kepuasan yang tinggi dari konsumen ketika membeli sebuah produk merupakan faktor utama pembentuk minat beli ulang konsumen, walaupun berbagai variabel lainnya juga memembantu proses pembentukan tersebut (Hellier, et. al., 2003). Produk maupun brand yang mampu memberikan ke-puasan kepada konsumen akan meningkatkan potensi brand dalam memenuhi alasan keinginan membeli yang pada akhirnya akan meningkatkan kemungkinan konsumen untuk membeli ulang produk maupun brand tersebut. Kepuasan konsumen akan mempercepat proses pengambilan keputusan pembelian ulang, karena konsumen telah memiliki informasi dan pengalaman dengan produk. Kepuasan konsumen juga akan mem-buat konsumen memberitahukan kepada konsumen lain tentang produk yang digunakannya.

Loyalitas brand memiliki kontribusi dalam mem-bentuk minat beli ulang konsumen. Konsumen yang loyal akan terus membeli produk yang sama dan tidak berpindah kepada produk lainnya walaupun dihadap-kan dengan berbagai alternatif brand produk pesaing. Loyalitas didefinisikan sebagai pilihan yang dilakukan konsumen untuk membeli brand tertentu dibanding-kan brand lain dalam satu kategori produk. Loyalitas brand sangatlah penting terutama pada pasar yang kompetitif, tidak dapat diprediksi, dan memiliki sedikit diferensiasi produk (Nawaz & Usman, 2011). Konsu-men dapat memiliki loyalitas brand karena adanya faktor-faktor seperti nilai, reputasi brand, kemudahan mendapatkan brand, kepuasan yang dirasakan kon-sumen, pelayanan, dan jaminan yang diberikan oleh brand.

(4)

Karakteristik Brand Community

Brand merupakan nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi dari semuanya yang diguna-kan untuk mengidentifikasi sebuah produk maupun jasa dari perusahaan. Pemberian brand pada produk merupakan aspek penting dari pemasaran karena membedakan sebuah produk dari para pesaingnya. Brand memiliki manfaat bagi konsumen maupun perusahaan. Proses keputusan pembelian yang diambil oleh konsumen akan menjadi semakin mudah melalui brand . Hal tersebut disebabkan karena sebuah brand dapat meberikan jaminan kualitas, menjelaskan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Brand dapat juga membantu perusahaan karena dapat membangunan loyalitas dan hubungan yang berkelanjutan dengan konsumen.

Brand community merupakan sebuah sarana yang digunakan perusahaan untuk membangun hubungan dengan konsumen. Pembentukan hubungan yang positif antara perusahaan dan konsumennya merupakan aspek yang sangat penting dalam mema-sarkan produk (Luis, et al., 2007). Hubungan yang kuat antara perusahaan dan konsumen akan mem-berikan berbagai manfaat bagi perusahaan. Perusahaan dapat mengerti karakteristik konsumen, kebutuhan konsumen, dan kritik serta masukan dari konsumen mengenai berbagai aspek produk. Brand community adalah sebuah komunitas yang dibentuk karena ada-nya kedekatan dengan suatu produk maupun brand. Brand community dapat menjadi salah satu strategi kampanye brand yang dilakukan oleh perusahaan. Brand community adalah sebuah komunitas yang spesifik, tidak terbatas oleh batasan geografis, dan didasari oleh hubungan sosial antar anggotanya yang menyukai brand tersebut (Muniz & OGuinn, 2001). Pembentukan brand community bertujuan untuk menciptakan loyalitas konsumen melalui rasa kepemilikan brand.

Sebuah brand community terbentuk dengan 3 karakteristik utama yaitu consciousness of kind, rituals and tradition, serta moral responsibility yang diuraikan sebagai berikut.

Consciousness of Kind (Kesadaran Bersama)

Setiap anggota dalam komunitas tidak hanya me-miliki hubungan dengan brand, tetapi juga dengan

anggota lain. Kesadaran brand merupakan perasaan yang menghubungkan setiap individual dalam komu-nitas tempat branda tergabung. Perasaan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu legitimasi dan loya-litas brand oposisi. Legitimasi merupakan proses membedakan anggota yang benar-benar percaya terhadap brand tersebut dan anggota yang hanya kebetulan menggunakan produk dari brand tersebut. Loyalitas brand oposisi Ini menggambarkan apa yang bukan brand dan siapakah yang bukan anggota komunitas brand.

Rituals And Tradition (Ritual dan Tradisi)

Ritual dan tradisi merupakan kegiatan yang dila-kukan oleh para anggota komunitas untuk memper-tahankan budaya kounitas. Kegiatan tersebut dipusat-kan pada pengalaman menggunadipusat-kan brand dan ber-bagai cerita bersama seluruh anggota komunitas. Ritual dan tradisi setiap komunitas sangatlah beragam. Jenis-jenis ritual dan tradisi antara lain adalah pera-yaan sejarah brand dan berbagi cerita seputar brand,

Moral Responsibility (Rasa Tanggung Jawab

Moral)

Tanggung jawab moral adalah rasa tanggung jawab dan kewajiban yang dirasakan oleh setiap anggota. Perasaan tersebut memberikan kontribusi yang menguatkan rasa kebersamaan dalam komu-nitas. Manfaatnya adalah komunitas dapat memperta-hankan anggotanya dan membantu anggota lain dalam menggunakan brand.

Keberadaan brand community akan memberi-kan berbagai manfaat bagi anggotanya. Brand Community memungkinkan anggota yang tergabung didalamnya mendapatkan informasi, berkomunikasi, mendapatkan hiburan, saling membantu meningkatkan produktivitas perusahaan, dan memberikan umpan balik kepada perusahaan. Anggota dari brand community terbagi atas berbagai jenis anggota. Anggota tersebut ialah konsumen yang mempertim-bangkan brand tersebut, konsumen yang tidak berkomitmen terhadap brand tetapi memilih brand tersebut hanya karena kemudahaan atau kebiasaan, konsumen yang sangat mengagumi brand tersebut, dan konsumen yang menyukai brand tersebut lalu mere-ferensikannya kepada konsumen lain (Kalman, 2009).

(5)

Kritik terhadap Brand Community

Perusahaan melakukan pembentukan dan pe-nguatan brand community sebagai bentuk dari stra-tegi pemasaran dengan tujuan mencapai target pema-saran yang dimiliki. Diharapkan melalui brand community perusahaan dapat membujuk konsumen untuk membeli produk yang ditawarkannya. Brand community dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengumpulkan konsumen. Brand community dapat memberikan manfaat bagi konsumen dan juga perusa-haan melalui beragai interaksi yang terdapat di dalam-nya. Keberadaan brand community dapat berkontribusi kepada kesuksesan perusahaan, walaupun beberapa peneliti mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap pembentukan brand community.

Brand community dianggap tidak memberikan manfaat nyata terhadap penjualan perusahaan, bah-kan memperburuk penjualan. Marcelo & Paolo (2011) mengunkapkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara partisipasi seorang konsumen dalam brand community kepada kepuasan dan komitmen konsumen terhadap brand. Pengelolaan brand community yang tidak dilakukan secara tepat bahkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap peru-sahaan. Perusahaan membutuhkan persiapan dalam mengelola suatu brand community. Persiapan yang kurang maupun persiapan yang berlebihan dalam mem-bentuk brand community tidak dapat memberikan

manfaat yang maksimal (Strauss, 2009). Pengelolaan yang tidak tepat tersebut dapat memberikan image buruk pada perusahaan dan tidak dapat menarik konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan perusahaan. Brand community juga perlu dikelola dengan berorientasi kepada konsumen dan bukan kepada perusahaan. Brand community yang baik adalah brand community yang dapat membentuk loyalitas dengan memenuhi kebutuhan para konsumen yang menjadi anggotanya. Perusahaan yang ingin membentuk komunitas yang kuat harus mengesam-pingkan kepentingan brand dan lebih memperhatikan kebutuhan setiap anggotanya (Fournier, 2008).

Para anggota brand community dapat menye-barkan informasi yang salah, menceritakan penga-laman buruk dengan brand, dan melakukan penyik-saan secara verbal terhadap anggota lain. Brand community juga dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat antara satu brand dengan brand lainnya. Hal ini disebabkan karena anggota brand community memiliki kecenderungan untuk menjelekkan bahkan memberikan informasi menyimpang tentang brand pesaing, yang akhirnya mematikan brand pesaing tersebut (Hickman & Ward, 2007). Hal-hal negatif yang beredar dalam komunitas dapat menyebabkan para anggota menjadi tidak nyaman bergabung dengan brand community tersebut. Anggota yang tidak nya-man dapat mengundurkan diri. Dampak buruk lainnya adalah anggota tersebut berhenti menggunakan brand dan menyebarkan cerita pengalaman buruknya dengan konsumen lain. Konsumen tidak lagi memiliki loyalitas brand dan mulai menggunakan brand lain. Perusa-haan akan menghadapi kerugian dalam penjualan ketika brand dipandang buruk oleh masyarakat dan ketika perusahaan kehilangan konsumennya yang loyal.

Peran Brand Community dalam Membentuk

Minat Beli Ulang Konsumen

Terdapat berbagai pendapat negatif tentang ke-beradaan Brand Community. Namun di sisi lain, Brand Community juga dapat memberikan berbagai manfaat positif bagi perusahaan. Berbagai dampak positif dapat tercipta oleh adanya pembentukan dan pengelolaan yang tepat pada sebuah brand commu-nity. Brand community dapat membantu perusahaan untuk membentuk suatu kelebihan dengan memperkuat Gambar 1. Anggota Brand Community

(6)

jalinan hubungan antara perusahaan dan konsumen. Keberadaan brand community memberikan para anggotanya pengalaman khusus yang berbeda terha-dap suatu brand dibandingkan ketika menggunakan brand lainnya. Ritual dan tradisi yang diadakan brand community seperti berkumpul bersama memung-kinkan anggota saling berinteraksi dengan berbagi cerita tentang kelebihan brand yang terkadang belum diketahui oleh anggota lain, pengalaman dalam meng-gunakan brand, dan juga memungkinkan anggota belajar lebih mendalam tentang asal usul serta nilai yang dimiliki oleh brand. Interaksi dalam brand community dapat menimbulkan berbagai manfaat positif seperti membentuk loyalitas konsumen, mem-berikan kepuasan pada konsumen, memberi kuasa bagi konsumen, membentuk koneksi serta ikatan emosional antara konsumen dan perusahaan, dan juga menumbuhkan rasa percaya serta komitmen konsu-men terhadap brand (Brodie, 2011).

Interaksi di dalam brand community akan me-nimbulkan ikatan emosional. Ikatan emosional antara anggota dan brand akan membuat para anggota berkeinginan untuk memiliki kontribusi terhadap kesuksesan brand tersebut. Konsumen ingin memiliki kebebasan dari perusahaan untuk memberi masukan pada produk yang akan mendukung penciptaan produk yang lebih baik di masa mendatang (Schau, et al., 2009). Perusahaan juga perlu mengambil bagian dengan mendukung para anggota untuk berpartisipasi secara lebih aktif di dalam brand community (Bing-Sheng, et al., 2014). Para konsumen kemudian men-jadi termotivasi untuk memberikan kritik dan saran kepada perusahaan untuk dapat menciptakan produk-produk yang lebih baik melalui keberadaan brand community. Proses pengembangan produk baru akan lebih mudah melalui brand community karena peru-sahaan mendapatkan informasi tentang keinginan konsumen dan informasi tentang cara terbaik untuk memberikan konsumen kepuasan (Von-Hippel, 2005). Produk yang telah disempurnakan akan lebih mudah untuk terjual di pasaran dan mencapai kesuksesan. Konsumen juga akan membeli kembali produk dari brand tersebut karena kualitasnya yang lebih baik dan lebih sempurna.

Kegiatan dalam sebuah brand community memiliki peran dalam membentuk hubungan antara para anggota dan antara anggota dengan perusahaan. Sebuah brand community mampu memunculkan minat beli konsumen, terutama minat untuk membeli ulang brand tersebut melalui loyalitas merk yang dimiliki konsumen. Brand community memberikan sebuah wadah bagi perusahaan untuk memperkuat hubungan dengan konsumen sehingga pada akhirnya akan terbentuk konsumen yang loyal (McAlexander, et. al., 2002). Minat beli ulang konsumen akan tercipta setelah terbentuk loyalitas brand. Konsumen yang loyal adalah konsumen yang akan melakukan pembelian ulang secara teratur, melakukan pembelian lini produk lain dari brand yang sama, mereferensikan brand kepada konsumen lain, dan menunjukkan kekebalan terhadap bujukan dari pesaing untuk berpindah brand (Griffin, 2003: 223).

Perusahaan membutuhkan konsumen yang loyal untuk terus bertahan di antara persaingan yang ada. Konsumen yang loyal akan membantu perusahaan untuk berkembang ke arah yang positif. Konsumen loyal tersebut tidak akan dengan mudah berpindah kepada brand lain yang ada di pasar karena brand mengetahui bahwa brand yang digunakannya merupakan pilihan terbaik. Konsumen yang loyal akan tertarik untuk kembali melakukan pembelian karena konsumen tersebut telah memiliki pengalaman tertentu dengan sebuah brand . Konsumen yang loyal akan memiliki minat untuk membeli ulang suatu produk karena terbentuknya kepuasan konsumen dan kepercayaan konsumen terhadap suatu brand (Chinomona & Sandada, 2013). Brand Community dapat membentuk minat beli ulang konsumen melalui loyalitas brand yang dimiliki konsumen tersebut.

Kesimpulan

Brand community adalah sebuah komunitas yang dibentuk karena adanya kedekatan dengan suatu Gambar 2. Alur Pembentukan Minat Beli Ulang

Komunitas Merek Loyalitas Merek Minat Beli Ulang

(7)

produk maupun brand. Pembentukan brand commu-nity tidak dibatasi oleh batasan geografis dan didasari oleh hubungan sosial antar anggota yang menyukai brand tersebut. Sebuah brand community terbentuk dengan 3 karakteristik utama yaitu consciousness of kind, rituals and tradition, serta moral responsibility. Manfaat yang didapatkan melalui brand community tidak hanya dirasakan perusahaan, tetapi juga men. Perusahaan dapat mengerti karakteristik konsu-men, kebutuhan konsukonsu-men, dan kritik serta masukan dari konsumen mengenai berbagai aspek produk. Sedangkan konsumen mendapatkan informasi, berko-munikasi, mendapatkan hiburan, saling membantu meningkatkan produktivitas perusahaan, dan mem-berikan umpan balik kepada perusahaan. Brand Community memiliki 4 jenis anggota yaitu konsumen yang mempertimbangkan brand tersebut, konsumen yang tidak berkomitmen terhadap brand tetapi memi-lih brand tersebut hanya karena kemudahaan atau kebiasaan, konsumen yang sangat mengagumi brand tersebut, dan konsumen yang menyukai brand terse-but lalu mereferensikannya kepada konsumen lain.

Brand community dalam pelaksanaannya me-nuai tanggapan negatif dan positif dari sejumlah peneliti. Pengelolaan brand community yang tidak tepat memberikan image buruk pada perusahaan dan membuat konsumen tidak ingin membeli produk yang ditawarkan perusahaan. Brand community dianggap tidak memiliki hubungan kepada kepuasan dan komit-men konsukomit-men terhadap brand. Brand community menjadi sarana penyebaran informasi yang salah, penyebaran pengalaman buruk dengan brand, dan sarana penyiksaan secara verbal terhadap anggota lain. Hal-hal tersebut menyebabkan konsumen mundur dari komunitas dan berpindah kepada brand lain.

Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk membentuk sebuah brand community dan memper-kuat brand community yang telah dimiliki. Keber-adaan brand community memberikan para anggota-nya pengalaman khusus yang berbeda terhadap suatu brand dibandingkan ketika menggunakan brand lainnya. Brand community dapat menimbulkan berbagai manfaat positif seperti membentuk loyalitas konsumen, memberikan kepuasan pada konsumen, memberi kuasa bagi konsumen, membentuk koneksi serta ikatan emosional antara konsumen dan perusa-haan, dan juga menumbuhkan rasa percaya serta

komitmen konsumen terhadap brand. Sebuah brand community mampu memunculkan minat membeli ulang konsumen terhadap brand tersebut melalui loyalitas merk yang dimiliki konsumen. Hal ini dise-babkan karena konsumen yang loyal adalah konsumen yang akan melakukan pembelian ulang secara teratur, melakukan pembelian lini produk lain dari brand yang sama, mereferensikan brand kepada konsumen lain, dan menunjukkan kekebalan terhadap bujukan dari pesaing untuk berpindah brand. Konsumen yang loyal akan tertarik untuk kembali melakukan pembelian karena konsumen tersebut telah memiliki pengalaman yang menciptakan kepuasan konsumen dan keperca-yaan konsumen terhadap brand.

DAFTAR RUJUKAN

Bing-Sheng, Y., et al. 2014. Network Centrality in a Virtual Brand Community: Exploring an Atecedent and Some Consequences, Social Behavior and Personality 42,4: 571–581.

Brodie, R.J. et. al. 2011. Consumer Engagement in a Virtual Brand Community: An Exploratory Analysis,

Jour-nal of Business Research 66,1: 105–114.

Chen, H.S. & Hsieh, T. 2011. Study of Antecedents of Cus-tomer Repurchase Behaviors in Chain Store Super-markets, Journal of International Management Studies 6,3: 1–11.

Chinomona, R., & Sandada, M. 2013. Customer Satisfac-tion, Trust and Loyalty as Predictors of Customer Intention to Re-Purchase South African Retailing In-dustry, Mediterranean Journal of Social Sciences 4,14: 437–446.

Ferdinand. 2006. Pengembangan Minat Beli Merek

Ekstensi. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Fournier, S. 2008. The Seven Deadly Sins of Brand

Com-munity Management (Working Paper 8-006).

Bos-ton: Boston University School of Management. Gabisch, J.A. & Gwebu, K.L. 2011. Impact of Virtual Brand

Experience on Purchase Intentions: The Role of Mul-tichannel Congruence. Journal of Electronic

Com-merce Research 12,4:302–319.

Griffin, J. 2003. Customer Loyalty: Menumbuhkan dan

Mempertahankan Pelanggan. Jakarta: Airlangga.

Hellier, P.K., et. al. 2003. Customer Repurchase Intention: A General Structural Equation Model, European

jour-nal of marketing 37,11:1762–1800.

Hickman, T., & Ward, J. 2007. The Dark Side of Brand Com-munity: Inter-Group Stereotyping, Trash Talk, and

(8)

Schadenfreunde, Advances in Consumer Research 34,1: 314–319.

Kalman, D.M. 2009. Brand Communities, Marketing, and

Media. Terella Media, Inc.

Luis, C., et.al. (2007). The Impact of Participation in Virtual Brand Communities on Consumer Trust and Loyalty: The Case of Free Software, Online Information

Re-view 31,6: 775-792

Marcelo, R. & Paolo, C. (2011). The Influence of Belonging to Virtual Brand Communities on Consumers Affec-tive Commitment, Satisfaction, and Word-of-Mouth Advertising, Online Information Review 35,4: 517-542.

McAlexander, J. H., et. al.. (2002) Building Brand Commu-nity, Journal of Marketing 66,1: 38-54.

Muniz, A. M. O’Guinn, T. C. (2001). Brand Community,

Journal of Consumer Research 27: 412-432.

Nawaz, N. & Usman A. 2011. What Makes Customers Brand Loyal: A Study on Telecommunication Sector of Paki-stan, International Journal of Business and Social

Science 2,14: 213-221.

Schau, H. J., et.al. 2009. How Brand Community Practices Create Value, Journal of Marketing 73,1: 30-51. Shah, S. S. H., et.al. 2012. The Impact of Brand s in

Con-sumer Purchase Intentions, Asian Journal of

Busi-ness Management 4,2: 105-109.

Strauss, Nancy. 2009. Top 10 Online Community Mistakes. Diakses dari http://www.peachpit.com/articles/ pada tanggal 26 september 2014

Turri, A. M., et.al. 2003 Developing Affective Brand Com-mitment through Social Media, Journal of Electronic

Commerce Research 14,3: 201-214.

Von-Hippel, Eric. 2005. Democratizing Innovation. Cambrige: The MIT Press.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan minat beli ulang akan berbanding lurus dengan pengalaman positif yang dirasakan konsumen terhadap produk, konsumen yang merasa senang senang terhadap

Segala puji syukur bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan

Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi penurunan kapasitas lahan akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan perkebunan kakao, dimana lahan hutan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh brand image dan kesadaran label halal terhadap minat membeli ulang konsumen produk kosmetik La Tulipe di

Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Mediasi: Studi Pada Mahasiswa Pengguna Smartphone Xiaomi Di

Kesimpulannya bahwa Niat beli ulang konsumen merupakan suatu proses perilaku membeli yang timbul karena adanya minat membeli suatu produk dan minat untuk membeli tersebut muncul

1) Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut baru pada hidung. 2) Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir setelah

Setiap organisasi harus menjalankan usaha-usaha pengembangan pegawainya dikarenakan untuk meningkatkan kemampuan kerja (produktivitas) para pegawai tersebut.