• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Kegiatan Penunjang Agribisnis di Daerah Penelitian

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa Kinerja kemitraan agribisnis antara PT. Alamanda Sejati Utama dengan Gapoktan Maju Bersama telah terjalin dengan baik. Untuk mengevaluasi kinerja kemitraan agribisnis tersebut dilakukan dengan menggunakan model CIPP (context, input, process, product). Penilaian kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penilaian Kinerja Kemitraan Agribisnis di Daerah Penelitian No Indikator Kinerja Nilai yang

Diharapkan Nilai yang Diperoleh % Ketercapaian Context 3 2.32 77.36

1 Perencanaan pemenuhan kuota ekspor hortikultura ke Singapura 2 Perencanaan pelaksanaan

kemitraan agribisnis antara petani melalui Gapoktan dengan

eksportir

3 2.34 77.39

3 Perencanaan pembangunan sarana penunjang kemitraan (Packing

House)

3 1.83 61.01

4 Perencanaan manajemen dan percepatan pemanfaatan Packing house

3 2.23 74.21

JUMLAH 12 8.72 72.64

1

Input

Kesiapan Gapoktan dan koptan dalam kegiatan kemitraan agribisnis

3 2.17 72.33

2 Implementasi pembangunan

Packing house 3 1.40 46.54

3 Penyediaan bibit dan pembinaan Gapoktan dalam pengelolaan

Packing house

3 1.81 60.38

4 Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan oleh penyuluhan pertanian lapangan

3 2.58 86.16

Lanjutan Tabel 13. Penilaian Kinerja Kemitraan Agribisnis

1

Process

Kinerja petani dan Gapoktan dalam memenuhi kuota produksi mingguan

3 2.60 86.79

2 Kinerja petani dalam

meningkatkan kualitas produk pertanian sesuai standar yang ditetapkan

3 2.60 86.79

3 Kinerja pengoperasian Packing

housesesuai dengan rencana

yang ditetapkan

3 1.60 53.46

4 Kinerja penerimaan dan

penyaluran produk hortikultura yang dihasilkan petani

3 2.06 68.55

JUMLAH 12 8.87 73.90

1

Product

Peningkatan pendapatan usahatani hortikultura setelah memanfaatkan kegiatan kemitraan agribisnis

3 1.51 50.31

2 Perubahan kemampuan Gapoktan dalam mengelola hasil produksi hortikultura

3 1.58 52.83

3 Kemampuan petani dalam meningkatkan produksi pertanian berorientasi ekspor

3 1.60 53.46

4 Kepuasan petani dalam perluasan pasar produk pertanian melalui program kemitraan agribisnis.

3 1.70 56.60

JUMLAH 12 6.40 53.30

TOTAL 48 31.94 66.55

Sumber : diolah dari lampiran 2

Keempat komponen evaluasi CIPP (context, input, process, product) tersebut dapat divisualisasi ke dalam aspek penilaian kinerja kemitraan agribisnis.Berdasarkan indikator yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diketahui hasil penilaian kinerja kemitraan agribisnis pada indikator context

Tabel 14.Hasil Tranformasi Nilai Kinerja KemitraanAgribisnis Pada Indikator Context (Konteks)

No. Indikator Kinerja Context Penilaian

A % B % C %

1 Perencanaan pemenuhan kuota ekspor hortikultura ke Singapura

25 47.17 20 37.74 8 15.09 2 Perencanaan pelaksanaan

kemitraan agribisnis antara petani melalui Gapoktan dengan eksportir

25 47.17 21 39.62 7 13.21

3 Perencanaan pembangunan sarana penunjang kemitraan

(Packing House)

17 32.08 10 18.87 26 49.06 4 Perencanaan manajemen dan

percepatan pemanfaatan

Packing house

23 43.40 19 35.85 11 20.75 Rataan 22.5 42.45 17.5 33.02 13 24.53

Sumber : diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 14 persentase sampel petani yang menyatakan bahwa perencanaan kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda sudah dilakukan dengan baik adalah 42.45% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 22.5 orang. Selanjutnya persentase sampel petani yang menyatakan bahwa perencanaan kemitraan agribisnis berjalan dengan cukup baik adalah 33.02% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 17.5 orang, sedangkan persentase sampel petani yang menyatakan perencanaan kemitraan agribisnis berjalan dengan kurang baik adalah 24.53% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 13 orang.

Untuk indikator input (masukan), hasil transformasi kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Transformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Input (Masukan)

No. Indikator Kinerja Input Penilaian

A % B % C %

1 Kesiapan Gapoktan dan koptan dalam kegiatan kemitraan agribisnis

18 33.96 26 49.06 9 16.98 2 Implementasi pembangunan

Packing house 4 7.55 13 24.53 36 67.92

3 Pendampingan (pengawalan) Gapoktan dalam pelaksanaan

kemitraan Agribisnis 2 3.77 39 73.58 12 22.64 4 Penyuluhan dan pelatihan yang

diberikan oleh penyuluhan pertanian lapangan

32 60.38 20 37.74 1 1.89 Rataan 14 26.42 24.5 46.23 14.5 27.36

Sumber : diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 15 persentase sampel petani yang menyatakan bahwa masukan (input) kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda sudah berjalan dengan baik adalah 26.42% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 14 orang. Selanjutnya persentase sampel petani yang menyatakan bahwa masukan (input) kemitraan agribisnis berjalan dengan cukup baik adalah 46.23% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 24.5 orang, sedangkan persentase sampel petani yang menyatakan masukan (input) kemitraan agribisnis berjalan dengan kurang baik adalah 27.36% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 14.5 orang.

Untuk indikator process (proses), hasil transformasi kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Transformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Process (Proses)

No

. Indikator Kinerja Process

Penilaian

A % B % C %

1 Kinerja petani dan Gapoktan dalam memenuhi kuota produksi mingguan 3 3 62.2 6 19 35.8 5 1 1.89 2 Kinerja petani dalam meningkatkan

kualitas produk pertanian sesuai standar yang ditetapkan

3 4 64.1 5 17 32.0 8 2 3.77 3 Kinerja pengoperasian Packing

housesesuai dengan rencana yang

ditetapkan

0 0.00 32 60.3 8 21

39.6 2 4 Kinerja penerimaan dan penyaluran

produk hortikultura yang dihasilkan petani 9 16.9 8 38 71.7 0 6 11.3 2 Rataan 1 9 35.8 5 26. 5 50.0 0 7. 5 14.1 5

Sumber : diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 16 persentase sampel petani yang menyatakan bahwa komponenproses dalam kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda sudah berjalan dengan baik adalah 35.85% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 19 orang. Selanjutnya persentase sampel petani yang menyatakan bahwa komponen proses dalam kemitraan agribisnis tersebut berjalan dengan cukup baik adalah 50% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 26.5 orang, sedangkan persentase sampel petani yang menyatakan komponen proses dalam kemitraan agribisnis berjalan dengan kurang baik adalah 14.15% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 7.5 orang.

Untuk indikator product (hasil), hasil transformasi pelaksanaan kegiatan kemitraan agribisnis pada indikator product (hasil) di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Transformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Product (Hasil)

No. Indikator Kinerja Product Penilaian

A % B % C %

1 Peningkatan pendapatan

usahatani hortikultura setelah

memanfaatkan kegiatan kemitraan agribisnis

2 3.77 23 43.40 28 52.83

2 Perubahan kemampuan

Gapoktan dalam mengelola hasil

produksi hortikultura 4 7.55 23 43.40 26 49.06 3 Kemampuan petani dalam

meningkatkan produksi

pertanian berorientasi ekspor 3 5.66 26 49.06 24 45.28

4 Kepuasan petani dalam

perluasan pasar produk pertanian melalui program kemitraan agribisnis.

1 1.89 17 32.08 35 66.04 Rataan 2.5 4.72 22.3 41.98 28.3 53.30

Sumber : diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 17 persentase sampel petani yang menyatakan bahwa komponen hasil (product) dari kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda sudah dirasa baik adalah 4.72% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 2.5 orang. Selanjutnya persentase sampel petani yang menyatakan bahwa komponen hasil (product) dari kemitraan agribisnis dirasa cukup baik adalah 41.98% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 22.3 orang, sedangkan persentase sampel petani yang menyatakan hasil (product) dari kemitraan agribisnis dirasa kurang baik adalah 53.30% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 28.3 orang.

Berdasarkan indikator penilaian kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diketahui hasil

transformasi pelaksanaan kegiatan penunjang agribisnis di daerah penelitian secara keseluruhan (context, input, process, product) dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18.Hasil Tranformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis antara PT.

Alamanda Sejati Utama dengan Gapoktan Maju Bersama di Desa Tiga Panah

No Unsur Indikator Nilai Yang Diharapkan Nilai Yang Diperoleh % Ketercapaian 1 Context 12 8.72 72.64 2 Input 12 7.96 66.35 3 Process 12 8.87 73.90 4 Product 12 6.40 53.30 Jumlah 48 31.94 66.55

Sumber : diolah dari lampiran 2

Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa untuk indikator kinerja berdasarkan unsurcontext (konteks) dengan nilai yang diharapkan pada rentang 4-12 diperoleh nilai sebesar 8.72 dengan persentase ketercapaian sebesar 72.64%.Nilai tersebut diperoleh dari rata-rata skor indikator pertama mengenai rencana pemenuhan kuota ekspor sebesar 2.32 dengan persentase sebesar 77%.Rata-rata skor indikator kedua mengenai perencanaan kegiatan kemitraan agribisnis sebesar 2.34 dengan persentase sebesar 78%.Rata-rata skor indikator ketiga mengenai perencanaan gedung penyimpanan dan pengepakan sebesar 1.83 dengan persentase sebesar 61%.Rata-rata skor indicator keempat mengenai perencanaan manajemen pengelolaan gedung penyimpanan dan pengepakan sebesar 2.23 dengan persentase sebesar 74%.Dengan demikian konteks pelaksanaan kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama masih perlu pengkajian yang lebih mendalam lagi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa

context (konteks) atau perencanaan kemitraan agribisnis di daerah penelitian

karena sudah memperoleh nilai yang tinggi.Dari hasil pengamatan dilapangan juga diketahui bahwa banyak petani yang tidak mendapat penjelasan mengenai rencana pembangunan gedung dan pengelolaan gedung penyimpanan dan pengepakan tersebut.Untuk itu pengawalan terhadap Gapoktan perlu ditingkatkan terutama penguatan kelompok.

Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa untuk indikator kinerja berdasarkan pada input (masukan) didapatkan nilai yang diharapkan pada rentang 4-12 dan

nilai yang diperoleh sebesar 7.96, dengan persentase ketercapaian sebesar 66.35 %.Nilai tersebut diperoleh dari rata-rata skor indikator pertama mengenai

kesiapan Gapoktan sebesar 2.17 dengan persentase sebesar 72%.Rata-rata skor indikator kedua mengenai pembangunan gedung penyimpanan dan pengepakan sebesar 1.40 dengan persentase sebesar 47%.Rata-rata skor indikator ketiga mengenai pendampingan Gapoktan sebesar 1.81 dengan persentase sebesar 60%. Rata-rata skor indicator keempat mengenai penyuluhan dan pelatihan kepada gapoktan sebesar 2.58 dengan persentase sebesar 86%. Maka dapat diketahui bahwa input (masukan) dalam kemitraan agribisnis di daerah penelitian masih kurang baik terutam pada indicator kedua mengenai pembangunan Gedung, oleh sebab itu hendaknya semua pihak yang terkait dapat mengevaluasi dan melakukan perbaikan. Adapun penyebab kurang baiknya komponen masukan dalam pelaksanaan kemitraan agribisnis adalah ; belum solidnya lembaga petani (Gapoktan), proses pembangunan gedung penyortiran yang tidak berjalan dengan baik hal ini perkuat dengan temuan di lapangan berupa robohnya atap gedung saat selesai dibangun, dan belum optimalnya pembinaan terhadap Gapoktan.

Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa untuk indikator kinerja berdasarkan pada process (proses) didapatkan nilai yang diharapkan pada rentang 4-12 dan

nilai yang diperoleh sebesar 8.87. Dengan persentase ketercapaian sebesar 73.90 %.Nilai tersebut diperoleh dari rata-rata skor indikator pertama mengenai

pemenuhan kuota sebesar 2.60 dengan persentase sebesar 87%.Rata-rata skor indikator kedua mengenai kinerja petani dalam meningkatkan kualitas produk sebesar 12.60 dengan persentase sebesar 87%.Rata-rata skor indikator ketiga mengenai kinerja pengelolaah packing house sebesar 1.60 dengan persentase sebesar 53%.Rata-rata skor indicator keempat mengenai penerimaan eksportir terhadap produk petani sebesar 2.06 dengan persentase sebesar 69%.Angka ini menggambarkan bahwa pelaksanaan kemitraan agribisnis di daerah penelitian ditinjau dari prosesnya masih belum berjalan dengan baik. Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kekurangan dalam pelaksanaan kemitraan agribisnis di daerah penelitian, diantaranya adalah kinerja Gapoktan yang masih rendah dalam pengelolaan Packing house.

Dari Tabel 18, dapat diketahui bahwa untuk indikator kinerja berdasarkan pada product (hasil) didapatkan nilai yang diharapkan pada rentang 4-12 dan nilai

yang diperoleh sebesar 6.40, dengan persentase ketercapaian sebesar 53.30%.Nilai tersebut diperoleh dari rata-rata skor indikator pertama mengenai

peningkatan pendapatan petani sebesar 1.51 dengan persentase sebesar 50%.Rata-rata skor indikator kedua mengenai peningkatan kemandirian Gapoktan sebesar 1.58 dengan persentase sebesar 53%.Rata-rata skor indikator ketiga mengenai kualitas produsi petani sebesar 1.60 dengan persentase sebesar 54%.Rata-rata skor indikator keempat mengenai kepuasan petani sebesar 1.70 dengan persentase

sebesar 57%.dengan demikian dapat kita ketahui bahwa kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian ditinjau dari hasil kemitraan masih sangat rendah dan jauh dari hasil yang diharapkan.

Hasil penelitian menunjukkan indikator kinerja hasil kemitraan dalam model CIIP mendapatkan nilai terendah.Indikator kinerja hasil ini dikategorikan ke dalam kinerja kurang baik.Jika diperhatikan serangkaian komponen kinerja memang mengarah kepada hasil yang demikian, karenanya perlu evaluasi dan perbaikan dengan segera dari semua pihak yang terkait. Secara keseluruhan dari hasil penelitian menggunakan model CIPP (context, input, process, product) bahwa kinerja kemitraan agribisnis Gapoktan Maju Bersama dengan PT Alamanda Sejati Utama di Desa Tiga Panah diperoleh nilai sebesar 31.94 atau persentase ketercapaian sebesar 66.55 %. Artinya kinerja kemitraan tersebut masih cukup baik.

Dokumen terkait