• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

8. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir

Pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah agar dapat berjalan secara efektif dan efisien memerlukan manajemen yang berkualitas. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudijanto (2005: 27) bahwa suatu program layanan tidak mungkin terlaksana bila tidak memiliki suatu sistem manajemen yang bermutu. Manajemen program layanan bimbingan karir terdiri dari: perencanaan program, pengorganisasian, pelaksanaan program, pemanfaatan fasilitas, pengarahan dan penilaian kegiatan.

Menurut Ridwan (2008: 54) penanganan efektif terhadap palaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah merupakan suatu proses mulai dari analisis kebutuhan, pembuatan rencana, pertimbangan program, dan evaluasi. Senada dengan pendapat di atas, menurut Prayitno (1997: 213) pelaksanaan program bimbingan karir meliputi proses perencanaan, persiapan pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah terdiri dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Berikut penjelasan masing-masing aspek.

28

a. Perencanaan

Menurut Usman (2011: 65) perencanaan adalah serangkaian kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Merujuk dari pendapat tersebut, upaya mencapai tujuan layanan bimbingan karir dapat dilakukan dengan membuat perencanaan yang tepat dengan menyusun program layanan bimbingan karir yang akan dilaksanakan selama satu periode.

Penyusunan program layanan bimbingan karir dalam hal ini mengacu kepada penyusunan program BK. Penyusunan program layanan Bimbingan Karir di sekolah memegang peranan yang penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan layanan Bimbingan Karir di sekolah. Penyusunan program bimbingan karir merupakan seperangkat kegiatan merumuskan masalah dan tujuan, sasaran, bentuk kegiatan, personalia, fasilitas, dan dana yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu (Dewa Ketut Sukardi, 1987: 222).

Sedangkan menurut Munandir (1996: 249-250) rencana program yang baik adalah yang berdasarkan pada kebutuhan siswa. Guru BK dapat mengetahui kebutuhan dan masalah karir siswa dengan berbagai cara, seperti pengamatan, wawancara, studi dokumen, laporan, dan kuisioner.

Menurut Fathur Rahman (2008: 19) penyusunan program BK pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar, yaitu: 1) pemetaan kebutuhan dan masalah atau need assessment; dan 2) merancang program yang

29

sesuai dengan kebutuhan dan masalah. Penjelasan dari tiap langkah adalah sebagai berikut:

1) Need assessment

Menurut Depdiknas (2008: 220) penyusunan program bimbingan karir di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, yaitu mengidentifikasi aspek yang akan dijadikan sebagai bahan masukan bagi penyusunan program bimbingan karir di sekolah. Kegiatan asesmen meliputi (a) asesmen lingkungan, yakni terkait kegiatan mengidentifikasi harapan sekolah dan masyarat (wali siswa); sarana dan prasarana program bimbingan karir; kondisi dan kualifikasi konselor; dan kebijakan pimpinan sekolah; (b) asesmen kebutuhan peserta didik, yang terkait karakteristik peserta didik, seperti aspek fisik, kecerdasan, minat, masalah yang dialami, dan tugas perkembangan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam asesmen sebagai berikut: a) menyusun instrumen penilaian kebutuhan; b) implementasi penilaian kebutuhan atau pengumpulan data menggunakan instrumen; c) analisis hasil penilaian kebutuhan; d) pemetaan kebutuhan/permasalahan.

2) Merancang Program

Rencana program yang diperlukan sebaiknya memenuhi unsur 5W + H1 (what, why, where, when, and how). Hal-hal yang perlu dilakukan sebagai berikut:

30

a) Identifikasi kegiatan yang perlu dilakukan berdasarkan tugas perkembangan peserta didik.

b) Mempertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan di atas.

c) Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment

ke dalam tabel kebutuhan yang akan menjadi rencana kegiatan. Rencana kegiatan tersebut dituangkan ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk satu tahun pelajaran.

d) Program bimbingan perlu dijadwalkan ke dalam kalender pendidikan, mencakup kalender tahunan, bulanan, mingguan. e) Program perlu dilaksanakan dalam bentuk kontak langsung dan

tanpa kontak langsung.

Secara umum kegiatan dalam perencanaan layanan bimbingan karir dipaparkan oleh Achmad Juntika Nurihsan (2005: 28) bahwa kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan dalam perencanaan layanan bimbingan karir yakni needs assessment; menentukan tujuan program; menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan; menentukan metode dan teknik yang akan digunakan; menetapkan personel yang akan melaksanakan kegiatan; persiapan fasilitas dan biaya pelaksanan kegiatan. Dalam kegiatan perencanaan, Ridwan (2008: 156) menambahkan untuk meminta arahan pimpinan lembaga tentang program yang akan disusun; menuangkan langkah-langkah dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL); menyusun bentuk akhir program bimbingan karir untuk

31

satu semester atau satu tahun secara lengkap; memaparkan program yang telah disusun.

Program bimbingan yang telah disusun dengan baik, tidak akan terlaksana secara maksimal tanpa adanya penyiapan sarana dan prasarana yang memadai. Menurut Dewa ketut Sukardi (1987: 256) sarana merupakan faktor yang sangat menentukan pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah. Program bimbingan karir yang telah disusun tidak mungkin terlaksana dengan efektif tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai.

Menurut Prayitno (1997: 215) prasarana pokok yang dibutuhkan yaitu ruangan beserta perabotannya (meja, kursi, lemari, rak, dsb), ruang BK seharusnya diatur agar siswa yang datang merasa senang dan para personil pelaksana merasa betah atau nyaman bekerja di ruang tersebut. Idealnya ruang BK menurut Depdiknas (2007: 238) yakni, terdapat ruang kerja, ruang administrasi atau data, ruang konseling individual, ruang BK kelompok, ruang biblio terapi, ruang relaksasi, dan ruang tamu. Menurut Sukardi (1987: 283) perlengkapan ruang BK yakni perabotan, alat tulis kantor, perekam suara, perangkat komputer, dan papan media bimbingan.

Sedangkan sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan bimbingan menurut Sunaryo Kartadinata (2002: 213) yaitu alat pengumpul data, alat penyimpan data, perlengkapan teknis, dan perlengkapan administratif. Alat pengumpul data dapat berupa tes dan

32

non-tes. Alat pengumpul data tes dapat berupa instrumen tes psikologi, tes minat, tes kepribadian. Alat pengumpul data non-tes diantaranya: pedoman wawancara, pedoman observasi (catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian), angket, dan daftar isian sosiometri. Alat penyimpan data dapat berupa kartu pribadi, buku pribadi, dan map. Perlengkapan teknis seperti buku pedoman/ petunjuk. Perlengkapan administratif yang diperlukan diantaranya blanko surat, format surat, agenda surat, arsip surat, laporan, kartu konsultasi, kartu kasus, dan buku paket (Sukardi, 1987: 285).

Selain itu, dalam menyusun perencaan perlu menetapkan anggaran yang dibutuhkan. Pengadaan anggaran pelaksanaan layanan bimbingan karir merupakan hal yang perlu mendapat penekanan. Secara khusus anggaran biaya yang perlu disiapkan untuk layanan bimbingan diantaranya biaya operasional, personil, pengadaan dan pemeliharaan alat, dan biaya insidental (Sukardi, 1987: 291). Menambahkan penjelasan Sukardi, secara umum menurut Prayitno (1997: 218) dana diperlukan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu juga diperlukan untuk keperluan perlengkapan administrasi, kunjungan rumah, dan penyusunan laporan kegiatan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan layanan bimbingan karir, yang dilakukan adalah kegiatan

needs assessment, merancang program bimbingan karir, serta penyiapan sarana dan prasarana. Langkah needs assessment yakni, menyusun

33

instrumen, pengumpulan data dilanjutkan analisis, dan pemetaan kebutuhan/permasalahan. Hasil needs assessment akan digunakan sebagai dasar merancang program bimbingan karir, berupa program tahunan, semesteran, dan harian kemudian dilengkapi dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL). RPL dibuat dengan melampirkan materi dari sumber terpercaya yang menarik sesuai kebutuhan siswa serta instrumen penilaian. Hal yang dilakukan dalam merancang program yakni, membuat matriks jadwal waktu untuk satu tahun pelajaran; menentukan jenis kegiatan; dan membuat rancangan dana. Penyiapan sarana meliputi alat pengumpul data, alat penyimpan data, anggaran dana, perlengkapan teknis, dan administratif, sedangkan prasarana yakni Ruang BK dan perabotannya.

b. Pengorganisasian

Organisasi layanan bimbingan karir di sekolah mengacu kepada organisasi BK di sekolah karena bimbingan karir merupakan salah satu bidang layanan BK. Menurut Terry (1977: 264) pengorganisasisan adalah proses membangun kerjasama yang efektif agar dapat bekerja secara efisien dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Sukardi (2008: 39-40) pengorganisasian berarti suatu bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja, dan mekanisme kerja layanan bimbingan dan konseling.

Pengorganisasian kegiatan bimbingan karir di sekolah memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan bimbingan

34

karir di sekolah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian layanan bimbingan karir agar dapat tercipta koordinasi yang baik sebagai berikut:

1) Semua personel sekolah, baik kepala sekolah koordinator BK, guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas, dan staf administrasi BK, dihimpun dalam satu wadah sehingga terwujud satu kesatuan cara bertindak dalam usaha membantu memberikan layanan BK.

2) Mekanisme kerja, pola kerja, atau prosedur kerja, BK di sekolah harus tunggal sehingga siswa tidak bingung.

3) Tugas, tanggung jawab, dan wewenang masing-masing personil yang terlibat dala pelaksanaan BK harus dirinci dengan jelas, sehingga setiap personil memahami kewajiban dan tanggung jawabnya (Sukardi, 2008: 40).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengorganisasian layanan Bimbingan karir, hal-hal yang dilaksanakan yakni mengetahui kondisi personil, membuat deskripsi tugas masing- masing personil, pembagian tugas setiap personil, dan kerjasama personil baik internal maupun eksternal. Kondisi personil BK dapat dilihat dari rasio guru BK dengan siswa, kualifikasi akademik dan kompetensinya.

c. Pelaksanaan

Menurut Sukardi (1987: 235) setelah proses penyusunan program dan penyediaan kelengkapan bimbingan karir terjuwud, langkah selanjutnya yaitu pelaksanaan program bimbingan karir. Langkah ini

35

pada intinya merupakan seperangkat kegiatan yang telah diprogramkan secara terpadu, menyeluruh, terencana, dan berkelanjutan.

Menurut Sukardi (1987: 235-236) pelaksanaan program bimbingan karir di sekolah meliputi: layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, dan konseling. Munandir (1996: 259-260) menambahkan program bimbingan karir diantaranya yakni: pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi.

Sedangkan Suharsimi Arikunto (2011: 47) menjelaskan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan karir harus didukung oleh tempat, waktu, dan materi yang sesuai. Metode yang digunakan oleh guru BK juga harus tepat. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 490) beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan yakni, ceramah, diskusi kelompok, demontrasi, sosiodrama, karyawisata, career day.

Menurut Prayitno (2002: 63) tempat sebaiknya dirancang agar siswa merasa nyaman dan dapat dilaksanakan layanan yang sesuai dengan asas-asas dan kode etik BK. Layanan bimbingan karir memerlukan waktu yang cukup. Penggunaan waktu di luar jam pelajaran juga perlu disediakan dan diatur dengan baik. Oleh karena itu, perlu disediakan tempat dan waktu yang memadai agar setiap kegiatan yang sudah disusun dapat terlaksana dengan efektif.

Dalam proses pelaksanaan layanan bimbingan karir pemilihan media yang sesuai sangat mempengaruhi keberhasilan proses layanan

36

bimbingan karir. Penggunaan layanan media yang baik dalam layanan bimbingan karir merupakan salah satu indikator proses pelaksanaan layanan bimbingan karir berjalan baik (Aryadi Warsito dan Agus Triyanto, 2010: 12).

Dewa Ketut Sukardi (2008: 113) menjelaskan bahwa layanan bimbingan yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya kerjasama guru BK dengan pihak-pihak yang terkait, baik di dalam maupun di luar sekolah. Prayitno (1997: 217) menambahkan demikian juga kerja sama dengan orang tua siswa, seluruh siswa di sekolah, para ahli lain yang diperlukan dalam rangka alih tangan kasus, dan berbagai lembaga serta pihak-pihak lain di masyarakat pada umumya perlu disusun dan dikembangkan secara maksimal.

Jadi pelaksanaan program bimbingan karir dapat berupa layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi. Pelaksanaan program-program tersebut memerlukan waktu, tempat, metode, dan media yang memadai sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.

d. Evaluasi dan Tindak lanjut

Menurut Sukardi (1987: 253) evaluasi dan tindak lanjut dalam Bimbingan Karir adalah seperangkat kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan bimbingan karir sehingga dapat mengatasi hambatan yang dialami dalam pelaksanaan bimbingan karir.

37

Menurut Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2005: 46) evaluasi dalam bimbingan karir dapat dilakukan dengan cara berikut: 1) Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan

bimbingan karir.

2) Mengungkap pemahaman siswa tentang materi bimbingan karir yang disampaikan.

3) Mengungkapkan pemahaman siswa atas masalah karir yang dialaminya.

4) Mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut.

5) Mengungkap kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan bimbingan karir.

Kegiatan evaluasi perlu dianalisis untuk dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan karir. Menurut Prayitno (1997: 214) evaluasi dan tindak lanjut perlu dilaksanakan agar program bersifat dinamis dan berkembang secara berkelanjutan.

Tindak lanjut merupakan kegiatan yang dilakukan setelah mengetahui hasil evaluasi atau penilaian. Menurut Sunaryo Kartadinata (2007: 233) hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan program, dan dampak

38

program terhadap siswa. Hal yang perlu dilakukan dalam tindak lanjut ini yakni:

1) Menyusun perbaikan dan pengembangan program

2) Melakukan referal bagi peserta didik yang memerlukan bantuan dari ahli

Kesimpulan beberapa pendapat di atas adalah kegiatan evaluasi perlu dianalisis untuk dijadikan dasar dalam tindak lanjut kemudian membuat laporan pelaksanaan program bimbingan karir. Hal yang dilakukan dalam evaluasi yakni mengamati partisipasi siswa dalam kegiatan bimbingan karir; Mengungkap pemahaman siswa tentang masalah karir yang dialaminya; Mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut; Mengungkap kelancaran proses bimbingan karir. Dan hal yang dilakukan dalam tidak lanjut yakni melakukan referal dan perbaikan serta pengembangan program bimbingan karir.

Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan karir terdiri atas empat aspek, yakni: (1) aspek perencanaan, (2) aspek pengorganisasian, (3) aspek pelaksanaan, (4) aspek evaluasi dan tindak lanjut.

Dokumen terkait