• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR YANG DIALAMI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR YANG DIALAMI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

i

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR YANG DIALAMI GURU BIMBINGAN DAN

KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ratna Utami Singgih NIM. 11104244004

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINNGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“Ikhlas dan sabarlah dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya”

(Penulis)

“Bekerja dengan penuh semangat, ceria, dan sesuai hati nurani”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu Sri Lestari, Bapak Teguh Basuki, Adik Sulistiani Basuki. 2. Keluarga Tercinta.

3. Teman Seperjuangan Terhebat.

(7)

vii

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR YANG DIALAMI GURU BIMBINGAN DAN

KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

Oleh

Ratna Utami Singgih NIM 11104244004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Subyek penelitian ini yaitu guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta, berjumlah 38 orang. Instrumen pengumpul data berupa angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK. Uji validitas instrumen menggunakan validitas logis dengan expert judgement, sedangkan uji reliabilitas dengan internalconsistensy menggunakan rumus KR-20 menghasilkan koefisien reliabilitas 0,979. Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif deskriptif dengan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yang meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut menunjukkan rata-rata permasalahan sebesar 42,71%, dengan rincian yakni (1) permasalahan aspek perencanaan sebesar 41,14% dengan masalah tertinggi yaitu kesulitan membuat administrasi himpunan data hasil penilaian kebutuhan, kesulitan membuat rancangan anggaran dana untuk program bimbingan karir selama satu tahun pelajaran, (2) permasalahan tahap pengorganisasian sebesar 42,43% dengan masalah tertinggi yaitu rasio guru BK dengan siswa terlalu tinggi, guru BK belum berpendidikan profesi konselor, (3) permasalahan tahap pelaksanaan sebesar 45,49% dengan masalah tertinggi yaitu pelaksanan program ceramah dari tokoh karir belum optimal, tidak terdapat jadwal masuk kelas khusus BK, belum dapat menggunakan metode karyawisata karir; (4) permasalahan tahap evaluasi dan tindak lanjut sebesar 42,11% dengan masalah tertinggi yaitu, kesulitan menyusun laporan pelaksanaan program bimbingan karir berdasar hasil evaluasi program layanan bimbingan karir.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’alamiin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT dan sholawat serta salam bagi Nabi Muhammad SAW. Terima kasih atas segala nikmat, karunia, kasih sayang serta kemudahan yang berlimpah yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi yang berjudul

“Identifikasi Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir yang dialami Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-Kota Yogyakarta” sehingga akhirnya dapat selesai.

Penulis sadar bahwa dalam proses penulisan skripsi yang menjadi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan serta memberikan sarana dan prasarana di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian .

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu dalam penetapan judul. 4. Bapak Sugihartono, M. Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan

(9)

ix

5. Bapak/Ibu Dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang banyak menyalurkan ilmunya selama proses perkuliahan.

6. Kepala Sekolah dan Guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Ibuku, Ayahku, dan adikku yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang dan teladan sebagai bekal bagi penulis.

8. Teman-teman jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, UKM Catur UNY, UKM KSR PMI UNY, PPMi Rabingah Prawoto, FOSDA MM UGM,

Ma’had Mardliyyah, dan alumni SARO, yang telah memberikan semangat dan

menjadi teman seperjuangan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, terima kasih atas bantuannya selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis berharap akan saran dan kritik yang membangun. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat. Aamiin.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Batasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Layanan Bimbingan Karir di SMK 1. Pengertian Bimbingan Karir ...10

2. Tujuan Bimbingan Karir ...11

3. Prinsip Bimbingan Karir... ...14

4. Personil Pelaksana Layanan Bimbingan Karir... ...16

5. Program Layanan Bimbingan Karir...19

6. Materi Layanan Bimbingan Karir ...22

7. Media Layanan Bimbingan Karir ...24

8. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir...27

B. Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK.. ...39

C.Pertanyaan Penelitian ...42

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ...43

B.Variabel Penelitian ...44

C.Tempat dan Waktu Penelitian ...44

D.Subyek Penelitian ...45

E. Teknik Pengumpulan Data ...45

F. Instrumen Penelitian ...47

G.Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... ...59

(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ...63

B.Pembahasan ...70

C.Keterbatasan Penelitian ...77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ...78

B.Saran ...80

DAFTAR PUSTAKA ...82

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar sekolah dan Alamat Tempat Pengambilan Data ... 44

Tabel 2. Daftar Jumlah Subyek ... 45

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta... 54

Tabel 4. Kisi- kisi Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir ... 59

Tabel 5. Analisi Permasalahan Setiap Aspek ... 64

Tabel 6. Analisis Masalah Aspek Perencanaan... 65

Tabel 7. Analisis Masalah Aspek Pengorganisasian ... 67

Tabel 8. Analisis Masalah Aspek Pelaksanaan ... 68

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabulasi Data Hasil Penelitian ...85 Lampiran 2. Uji Reliabilitas ...92

Lampiran 3. Angket Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta ...98 Lampiran 4. Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Pelaksanaan

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kunci sukses untuk memajukan suatu bangsa. Hal ini karena fungsi pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak bangsa sebagai peserta didik ke arah yang lebih baik. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(15)

2

pengembangan keilmuan diiringi dengan pengembangan watak dan akhlak, sedangkan guru BK lebih mengarah pada pengembangan potensi, akhlak, pembentukan watak, dan pencapaian kesehatan psikologis peserta didik.

Saat ini permasalahan dalam dunia pendidikan berkembang semakin kompleks. Tidak hanya sebatas pada permasalahan peserta didik yang kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran tertentu, namun juga sudah merambah pada permasalahan kebingungan karir setelah lulus sekolah yang mengakibatkan jumlah pengangguran bertambah setiap tahunnya. Hal ini tentu saja dapat mengancam masa depan para peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa.

Permasalahan-permasalahan ini menjadi pekerjaan rumah bagi guru bidang studi pada umumnya dan guru BK khususnya. Layanan BK sebagai salah satu sub sistem dalam pendidikan memiliki sumbangsih dalam mewujudkan tujuan pendidikan dan mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan siswa. Menurut Muh. Farozin (2008: 1) bimbingan dan konseling (BK) merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada konseli untuk mencapai perkembangan yang optimal dan kemandirian dalam kehidupannya, dan mencapai kebermaknaan serta kebahagiaan dalam kehidupannya dengan proses yang dilakukan secara profesional.

(16)

3

adalah membantu konseli agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya; merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir dan kehidupannya di masa yang akan datang. Sehingga perlu adanya bantuan dari guru BK berupa layanan bimbingan karir untuk memberikan informasi karir, menentukan pilihan karir dan mengambil keputusan karir yang sesuai dengan potensi siswa.

Bimbingan karir menurut Syamsu Yusuf (2009: 12) merupakan sebuah upaya memberikan bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya secara mendalam, mengenal dunia kerja dan mengembangkan masa depan yang sesuai dengan kehidupan yang diharapkannya. Tujuan diberikan layanan bimbingan karir yakni individu mampu menentukan dan mengambil keputusan karirnya secara tepat lalu dapat bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga dapat mengaktualisasikan diri dengan baik.

(17)

4

Selain itu, menurut Bimo Walgito (2004: 194) untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ada dalam diri individu, diperlukan bimbingan karir. Bimbingan karir harus diberikan secara profesional kepada siswa agar pekerjaan yang kelak ditekuni sesuai dengan individu tersebut. Fakta di lapangan saat ini menunjukkan banyak orang yang tidak memperoleh pekerjaan sesuai potensinya. Seperti diungkapkan oleh Organisasi Buruh Internasional bahwa lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia mengganggur dan banyak yang mengerjakan pekerjaan tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed) sehingga tidak dapat menggunakan ketrampilan yang dimiliki secara optimal (ILO, 2011: i). Sesuai dengan data ILO, wawancara dengan guru BK SMKN 5 Yogyakarta menyatakan bahwa lulusan sekolah lebih memilih pekerjaan lain diluar keahlian yang sudah dipelajari saat SMK, mereka lebih memilih menjadi pelayan di kafe atau mall dari pada bekerja di bidang kria. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proses bimbingan karir di sekolah belum dilaksanakan secara optimal.

(18)

5

memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi; dan membekali pesera didik agar mampu mengembangkan diri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berdasarkan tujuan tersebut diketahui bahwa siswa SMK lebih diarahkan untuk siap terjuan dunia kerja. Oleh karena itu, selain memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan tugas perkembangan, layanan bimbingan karir di SMK mempunyai ciri khas untuk memberikan informasi tentang pilihan pekerjaan, dunia kerja, membentuk siswa menyukai jenis pekerjaan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Namun, wawancara dengan guru BK SMKN 5 Yogyakarta menyatakan bahwa, persentase siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi jumlahnya selalu meningkat setiap tahun. Hal ini membuat ciri khas SMK sebagai sekolah yang mencetak lulusan siap terjun di dunia kerja dipertanyakan.

Siswa SMK apabila ditinjau dari periode perkembangan berada pada masa remaja. Menurut Hurlock (1980: 206) masa remaja berlangsung sekitar usia 13 sampai 18 tahun. Sedangkan apabila ditinjau dari tugas perkembangan karir menurut Donald E. Super dalam Winkel dan M. M Sri Hastuti (2004: 78) individu pada usia 15 tahun sampai 24 tahun berada pada tahap eksplorasi. Adapun tugas perkembangan karir pada masa ini yakni:

a. Mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir.

b. Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja.

c. Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan.

(19)

6

Tugas perkembangan tersebut harus dipenuhi oleh siswa agar tidak mengganggu tugas perkembangan pada tahap selanjutnya, untuk dapat memenuhi tugas perkembangan tersebut siswa SMK memerlukan bimbingan karir.

Salah satu penyelenggara pendidikan jenjang SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yakni Kota Yogyakarta. Terdapat tujuh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berstatus negeri di Kota Yogyakarta. Peneliti telah melaksanakan observasi terkait dengan adanya permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir terhadap dua sekolah di Kota Yogyakarta, yaitu SMKN 3 Yogyakarta dan SMKN 7 Yogyakarta.

Hasil observasi di SMKN 3 Yogyakarta pada hari Senin, 12 Oktober 2015 meliputi: kebijakan dari pihak sekolah bahwa guru BK tidak mendapat alokasi waktu jam pelajaran untuk masuk kelas sehingga kesulitan melaksanakan bimbingan klasikal. Selain itu terdapat guru BK yang latar belakang pendidikan bukan berasal dari sarjana strata satu (S1) program studi bimbingan dan konseling. Sarana dan prasarana di ruang BK belum sesuai standar yang telah ditetapkan, tidak terdapat ruang BK kelompok sehingga proses bimbingan kelompok menggunakan ruang tamu.

(20)

7

bimbingan klasikal harus meminta jam kepada guru mata pelajaran, sedangkan tidak setiap waktu bisa meminta jam kepada guru mata pelajaran, oleh karena itu program yang telah dibuat tidak dapat terlaksana 100 persen. Dari segi siswa, antusiasme untuk melakukan konsultasi bimbingan karir baru muncul ketika menjelang kelulusan.

Berdasarkan hasil observasi di dua sekolah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yaitu: masalah waktu, tidak adanya jadwal masuk kelas sehingga bimbingan klasikal sangat jarang dilaksanakan, rasio guru BK dengan siswa terlalu besar dan terdapat guru BK yang bukan lulusan sarjana strata satu program studi BK, sarana dan prasarana ruang BK belum ideal, serta kesadaran siswa mengikuti layanan bimbingan karir masih rendah.

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu:

1. Terdapat guru BK yang bukan lulusan sarjana strata satu (S1) program studi bimbingan dan konseling.

(21)

8

3. Sarana dan prasarana di ruang BK tidak sesuai standar Depdiknas. 4. Tidak ada jam khusus BK masuk di kelas untuk melaksanakan layanan

bimbingan karir.

5. Kesadaran siswa mengikuti layanan bimbingan karir masih rendah. 6. Layanan bimbingan karir di sekolah belum optimal.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah

permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

(22)

9

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan bimbingan karir sehingga memperoleh hasil yang lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Kepala Sekolah, sebagai bahan masukan terkait pengambilan kebijakan berkaitan dengan pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah

b. Bagi guru bimbingan dan konseling, sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas kinerja agar lebih optimal.

(23)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Layananan Bimbingan Karir di SMK

1. Pengertian Bimbingan Karir

Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 menyatakan bimbingan karir sebagai proses pemberian bantuan konselor atau guru BK kepada peserta didik/ konseli untuk mengalami pertumbuhan, perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan pengambilan keputusan karir sepanjang rentang hidupnya secara rasional dan realistis berdasar informasi potensi diri dan kesempatan yang tersedia di lingkungan hidupnya sehingga mencapai kesuksesan dalam kehidupannya.

Bimbingan karir adalah aktivitas memberikan bantuan dalam perencanaan karir, pengambilan keputusan dan penyesuaian diri yang dilakukan oleh konselor di berbagai lingkup sehingga seseorang dapat mengembangkan karir di sepanjang usia bekerjanya (Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell, 2011: 446).

Sedangkan menurut Munandir (1996: 71) bimbingan karir adalah layanan bantuan yang diberikan kepada para siswa dengan tujuan agar mereka memperoleh pemahaman dunia kerja sehingga mereka mampu menentukan pilihan kerja dan menyusun perencanaan karir.

(24)

11

dapat mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan, dan mampu mengambil suatu keputusan secara tepat menyesuaikan dengan keadaan dirinya dan tuntutan pekerjaan/ karir yang dipilihnya agar memperoleh bentuk kehidupan yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan karir adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor terhadap konseli agar dapat memahami diri secara mendalam dan mengembangkan potensi diri untuk mempersiapkan karir yang akan dipilihnya, sehingga konseli dapat menentukan karir yang sesuai dengan keadaan dirinya dan memperoleh kesuksesan.

2. Tujuan Bimbingan Karir

Menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 31) secara umum tujuan bimbingan karir di sekolah ialah membantu siswa memahami dirinya dan lingkungannya dalam hal pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada karir dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya.

(25)

12

sikap positif terhadap dunia kerja; (4) memahami relevansi kemampuan menguasai pelajaran dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan; (5) memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan kemampuan yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja; (6) memiliki kemampuan merencanakan masa depan; (7) membentuk pola-pola karir; (8) memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.

Sesuai dengan rumusan permendikbud di atas, Syamsu Yusuf (2009: 15) menjelaskan tujuan dari layanan bimbingan karir, sebagai berikut: a. Agar siswa memiliki pemahaman diri tentang kemampuan dan minat yang

dimiliki terkait dengan pekerjaan.

b. Agar siswa mempunyai sikap atau pandangan positif tentang dunia kerja, yaitu mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal pekerjaan tersebut bermakna bagi dirinya, dan tidak melanggar norma agama.

c. Agar siswa memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan yang dituntut, lingkungan, pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.

(26)

13

yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.

e. Agar siswa dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila siswa bercita-cita menjadi pemandu wisata, maka dia sebaiknya mengarahkan dirinya melakukan kegiatan yang menunjang karir kepariwisataan tersebut.

f. Agar siswa dapat mengenal keterampilan, kemampuan dan minat dalam dirinya karena keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir sangat dipengaruhi oleh hal tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan karir dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bimbingan karir di sekolah ialah membantu siswa memahami dirinya dan lingkungannya untuk dapat membuat perencanaan karir, pengambilan keputusan karir, dan cara hidup agar dapat memperoleh rasa kebahagiaan karena hal tersebut sesuai dengan kondisi dirinya dan lingkungannya. Sedangkan tujuan khusus bimbingan karir adalah untuk membantu atau memfasilitasi perkembangan siswa agar memiliki berbagai kemampuan yang akan menunjang perkembangan karirnya.

3. Prinsip Bimbingan Karir

(27)

14

a. Seluruh siswa hendaknya memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian karirnya secara tepat. b. Setiap siswa hendaknya memahami bahwa karir itu adalah sebagai suatu

tujuan hidup, dan pendidikan adalah sebagai persiapan untuk hidup. c. Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang

cukup memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadi dan perencanaan pendidikan karir.

d. Siswa perlu diberikan pemahaman tentang dimana dan mengapa mereka berada dalam suatu alur pendidikannya.

e. Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan anttara pendidikannya dengan karirnya. f. Siswa pada setiap tahap program pendidikannya hendaknya memiliki

pengalaman yang berorientasi pada karir secara berarti dan realistik. g. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep,

berbagi peranan dan keterampilannya guna mengembangkan nilai- nilai dan norma- orma yang memiliki aplikasi bagi karir di masa depannya. h. Program bimbingan karir hendaknya memiliki tujuan untuk merangsang

perkembangan pendidikan siswa.

i. Program bimbingan karir hendaknya diintegrasikan secara fungsional dengan program pendidikan pada umumnya dan program bimmbingan dan konseling pada khususnya.

j. Program bimbingan karir hendaknya berpusat di kelas, dengan koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.

Senada dengan pendapat Dewa Ketut Sukardi, menurut Mamat Supriatna dan Ilfiandra (2006: 5) dalam menyelenggarakan layanan bimbingan karir, perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

a. Bimbingan karir merupakan suatu proses berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup seseorang, tidak merupakan peristiwa yang terpilah satu sama lain. Dengan demikian bimbingan karir merupakan rangkaian perjalanan hidup seseorang yang terkait dengan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan yang dijalaninya.

(28)

15

dengan mempertimbangkan berat-ringannya masalah dan penting tidaknya masalah untuk segera dipecahkan. Oleh karena layanan bimbingan karir diperuntukkan bagi semua siswa, maka pemberian layanan bimbingan karir sebaiknya lebih bersifat preventive- developmental.

c. Bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang dalam proses berkembang. Dengan demikian ciri-ciri perkembangan pada fase tertentu hendaknya menjadi dasar pertimbangan dalam setiap kegiatan bimbingan karir.

d. Bimbingan karir berdasarkan pada kemampuan individu untuk menentukan pilihannya. Setiap individu memiliki hak untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan, tetapi harus bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari pilihan/keputusannya itu. Ini berarti bahwa bimbingan karir tidak sekedar memperhatikan hak individu untuk menentukan dan memutuskan pilihan sendiri, tetapi juga membantu individu untuk mengembangkan cara-cara pemenuhan pilihan/putusan itu secara bertanggung jawab.

(29)

16

f. Bimbingan karir membantu individu untuk memahami dunia kerja dan sejumlah pekerjaan yang ada di masyarakat serta berbagai sisi kehidupannya.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip bimbingan karir diantaranya bimbingan karir diperuntukkan bagi semua siswa tanpa kecuali, berdasarkan pada kemampuan siswa untuk menentukan pilihannya, membantu siswa untuk memahami dunia kerja, untuk merangsang perkembangan pendidikan siswa, program bimbingan karir diintegrasikan secara fungsional dengan program pendidikan dan program bimbingan dan konseling, program bimbingan karir hendaknya berpusat di kelas dengan guru BK sebagai koordinator, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.

4. Personil Pelaksana Layanan Bimbingan Karir

Menurut Dewa ketut Sukardi (1987: 323) layanan bimbingan karir yang efektif dan efisien merupakan tugas dan tanggung jawab bersama antara semua staf sekolah. Pelaksana bimbingan karir di sekolah meliputi: kepala sekolah, koordinator BK, guru BK, wali kelas, guru bidang studi, orangtua, pejabat, dan tokoh masyarakat.

(30)

17

Koordinator BK dan guru BK sebagai pelaksana utama layanan bimbingan karir mempunyai tugas menyusun program BK secara menyeluruh dan terpadu, mengkoordinir pelaksanaan program bimbingan karir dan melaksanakan program bimbingan karir. Sedangkan wali kelas dan guru bidang studi berperan membantu pelaksanaan program bimbingan karir. Orangtua, pejabat, dan tokoh masyarakat memiliki fungsi sebagai narasumber dan membantu serta menunjang pelaksanaan bimbingan karir.

(31)

18

Kompetensi pedagogik meliputi: menguasai teori dan praksis pendidikan, mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli, menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi kepribadian meliputi: Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat, menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Kompetensi sosial meliputi: mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja, berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling, mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi.

Kompetensi profesional meliputi: menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli, menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling, merancang program Bimbingan dan Konseling, mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif, menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling, memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling.

(32)

19

masyarakat harus saling bekerjasama dan berkoordinasi agar layanan bimbingan karir dapat berjalan efektif dan efisien.

5. Program Layanan Bimbingan Karir

Bimbingan karir merupakan salah satu bidang layanan dalam BK, oleh karena itu program bimbingan karir dalam pelaksanaannya mengacu kepada empat komponen program bimbingan dan konseling. Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 menyatakan program bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan dikemas dalam empat komponen pelayanan, yaitu: layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Uraian dari masing-masing komponen program tersebut sebagai berikut.

a. Layanan Dasar

Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dalam rangka mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.

(33)

20

bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, pelayanan informasi, asesmen kebutuhan, dan pelayanan pengumpulan data.

b. Layanan Responsif

Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan dengan segera, agar konseli tidak mengalami hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Strategi layanan responsif diantaranya konseling individual, konseling kelompok, konsultasi, kolaborasi, kunjungan rumah, konferensi kasus, dan alih tangan kasus (referral).

c. Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual

Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat bakat dan kemampuan peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, pendalaman mata pelajaran dan muatan kejuruan. Layanan peminatan menupakan wilayah garapan profesi BK yang tercakup pada layanan perencanaan individual.

Layanan Perencanaan individual adalah bantuan kepada peserta didik/konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas-aktivitas sistematik yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman tentang kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman terhadap peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.

(34)

21

kegiatan ini, peserta didik akan memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara positif.

d. Dukungan Sistem

Ketiga komponen program (pelayanan dasar, pelayanan responsif, dan perencanan individual) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor atau guru bimbingan dan konseling secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik/konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik/konseli dan mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Strategi pelaksanaannya yakni pengembangan profesi, manajemen program, riset dan pengembangan.

(35)

22

pengumpulan data, konseling individual, konseling kelompok, alih tangan kasus, konferensi kasus, kunjungan rumah, kolaborasi, layanan penempatan dan penyaluran.

Adapun untuk program bimbingan karir, Sukardi (1987: 235) mengemukakan bahwa pelaksanaan program bimbingan karir di sekolah meliputi layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, dan konseling karir. Sedangkan menurut Munandir (1996: 259-260) program bimbingan karir meliputi pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi.

Sehingga, program bimbingan karir dapat berupa layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi.

6. Materi Layanan Bimbingan Karir

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir, materi bimbingan karir merupakan salah satu yang mempengaruhi suksesnya layanan bimbingan karir. Menurut Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiyanto (2005: 25) materi bimbingan karir untuk siswa SMK sebagai berikut.

a. Pengembangan karir menurut ajaran agama serta praktik kegiatan bekerja yang mengarah pengembangan karir menurut ajaran agama.

(36)

23

c. Manfaat hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karir disertai praktik memanfaatkan hubungan tersebut dengan cara positif untuk pengembangan persiapan karir.

d. Keterkaitan antara nilai dan cara-cara bertingkah laku dalam kehidupan sosial yang lebih luas terhadap kondisi dan pengembangan karir, serta praktik mewujudkan hubungan yang baik antara nilai dan cara bertingkah laku pribadi dan sosial terhadap pengembangan karir

e. Mengidentifikasi pengaruh kemampuan, bakat, dan minat terhadap karir disertai contohnya, mengidentifikasi arah kecenderungan karir sesuai minat bakat, serta identifikasi apresiasi berbagai jenis karir termasuk karir dalam bidang seni tanpa terlalu terikat pada kemampuan bakat dan minat.

f. Keterkaitan pengetahuan dan keterampilan program dengan karir-karir tertentu disertai praktik untuk meningkatkannya, Keterkaitan pengetahuan dan keterampilan program dengan arah pengembangan karir yang diinginkan, identifikasi pilihan pengembangan persiapan karir yang diinginkan dan identifikasi peranan kehidupan masyarakat untuk pengembangan persiapan karir yang diinginkan disertai praktiknya. g. Contoh kehidupan karir sesuai gambaran tentang kehidupan mandiri

(37)

24

h. Contoh penerapan sistem etika dan nilai dalam pekerjaan dan pengembangan karir.

Sedangkan menurut Anas Salahudin (2010: 118) materi layanan bimbingan karir mencakup informasi tentang dunia kerja, hubungan industrial, dan layanan perkembangan belajar yang masing-masing memiliki substansi. Substansi informasi dunia kerja meliputi lapangan kerja, jenis dan persyaratan jabatan, prospek dunia kerja, dan budaya kerja. Substansi hubungan industrial meliputi hubungan kerja sarana hubungan industrial, dan masalah khusus ketenagakerjaan. Substansi layanan perkembangan belajar meliputi kesulitan belajar, minat dan bakat, masalah sosial, masalah pribadi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa materi bimbingan karir di SMK menyesuaikan dengan tugas perkembangan siswa SMK, terdiri dari contoh-contoh, identifikasi, dan praktek kegiatan untuk pengembangan karir.

7. Media Layanan Bimbingan Karir

(38)

25

pesan terkait layanan bimbingan karir dari konselor kepada konseli agar ide yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Penggunaan media dalam layanan bimbingan karir sangat penting agar diperoleh hasil layanan yang optimal.

Penggunaan layanan media yang baik dalam layanan bimbingan karir merupakan salah satu indikator proses pelaksanaan layanan bimbingan karir berjalan baik. Media bimbingan karir dapat dikatakan baik apabila materi yang disampaikan menarik sehingga siswa dapat menggali materi yang diberikan secara lebih jauh (Aryadi Warsito dan Agus Triyanto, 2010: 12).

Aryadi Warsito dan Agus triyanto (2010: 50-62) menjelaskan pengembangan media layanan bimbingan karir meliputi media grafis dan media elektronik. Media bimbingan karir yang termasuk jenis media grafis, sebagai berikut: brosur, poster, dan modul. Sedangkan media bimbingan karir yang termasuk jenis media elektronik yaitu: rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia. Media tersebut dikembangkan dengan menggunakan komputer. Pengembangan media berbasis komputer diperlukan software atau perangkat lunak yang dapat mendukung aktivitas perancangan produksi media tersebut. Ada beberapa software yang dapat digunakan untuk mengembangkan media berbasis grafis dan elektonik, antara lain: desktop publishing, webdesign, dan audiovisual.

(39)

26

lima, yaitu: (a) kelompok media grafis, bahan cetak, dan gambar diam; (b) kelompok media proyeksi diam; (c) kelompok media audio; (d) kelompok media film; (e) kelompok multimedia. Berikut ini diuraikan klasifikasi media berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya.

Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide, atau gagasan melalui penyajian kata, kalimat, angka, simbol atau gambar. Contoh media grafis untuk layanan bimbingan karir yaitu grafik, sketsa, papan bimbingan, poster, dan leafleat. Media bahan cetak adalah media visual yang dibuat dengan cara pencetakan atau printing. Contoh media bahan cetak yaitu buku dan modul. Media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar dari hasil pemotretan. Contoh media gambar diam yaitu foto.

Media proyeksi diam yaitu media visual yang memproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya tidak bergerak. Jenis media ini yaitu OHP (Overhead Projector) dan OHT (Overhead Transparency). Media audio adalah media yang penyampaian pesannya melalui suara. Contoh media ini yaitu kaset. Media film merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan dapat bergerak. Contoh media ini berupa film pendek. Multimedia meupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan yang membentuk satu paket. Contohnya suatu modul yang terdiri dari bahan cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual.

(40)

27

rekaman audio, presentasi multimedia, grafik, sketsa, papan bimbingan,

leafleat, foto, kaset/ CD, dan film pendek.

8. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir

Pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah agar dapat berjalan secara efektif dan efisien memerlukan manajemen yang berkualitas. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudijanto (2005: 27) bahwa suatu program layanan tidak mungkin terlaksana bila tidak memiliki suatu sistem manajemen yang bermutu. Manajemen program layanan bimbingan karir terdiri dari: perencanaan program, pengorganisasian, pelaksanaan program, pemanfaatan fasilitas, pengarahan dan penilaian kegiatan.

Menurut Ridwan (2008: 54) penanganan efektif terhadap palaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah merupakan suatu proses mulai dari analisis kebutuhan, pembuatan rencana, pertimbangan program, dan evaluasi. Senada dengan pendapat di atas, menurut Prayitno (1997: 213) pelaksanaan program bimbingan karir meliputi proses perencanaan, persiapan pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut.

(41)

28

a. Perencanaan

Menurut Usman (2011: 65) perencanaan adalah serangkaian kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Merujuk dari pendapat tersebut, upaya mencapai tujuan layanan bimbingan karir dapat dilakukan dengan membuat perencanaan yang tepat dengan menyusun program layanan bimbingan karir yang akan dilaksanakan selama satu periode.

Penyusunan program layanan bimbingan karir dalam hal ini mengacu kepada penyusunan program BK. Penyusunan program layanan Bimbingan Karir di sekolah memegang peranan yang penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan layanan Bimbingan Karir di sekolah. Penyusunan program bimbingan karir merupakan seperangkat kegiatan merumuskan masalah dan tujuan, sasaran, bentuk kegiatan, personalia, fasilitas, dan dana yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu (Dewa Ketut Sukardi, 1987: 222).

Sedangkan menurut Munandir (1996: 249-250) rencana program yang baik adalah yang berdasarkan pada kebutuhan siswa. Guru BK dapat mengetahui kebutuhan dan masalah karir siswa dengan berbagai cara, seperti pengamatan, wawancara, studi dokumen, laporan, dan kuisioner.

(42)

29

sesuai dengan kebutuhan dan masalah. Penjelasan dari tiap langkah adalah sebagai berikut:

1) Need assessment

Menurut Depdiknas (2008: 220) penyusunan program bimbingan karir di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen, yaitu mengidentifikasi aspek yang akan dijadikan sebagai bahan masukan bagi penyusunan program bimbingan karir di sekolah. Kegiatan asesmen meliputi (a) asesmen lingkungan, yakni terkait kegiatan mengidentifikasi harapan sekolah dan masyarat (wali siswa); sarana dan prasarana program bimbingan karir; kondisi dan kualifikasi konselor; dan kebijakan pimpinan sekolah; (b) asesmen kebutuhan peserta didik, yang terkait karakteristik peserta didik, seperti aspek fisik, kecerdasan, minat, masalah yang dialami, dan tugas perkembangan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam asesmen sebagai berikut: a) menyusun instrumen penilaian kebutuhan; b) implementasi penilaian kebutuhan atau pengumpulan data menggunakan instrumen; c) analisis hasil penilaian kebutuhan; d) pemetaan kebutuhan/permasalahan.

2) Merancang Program

(43)

30

a) Identifikasi kegiatan yang perlu dilakukan berdasarkan tugas perkembangan peserta didik.

b) Mempertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan di atas.

c) Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment

ke dalam tabel kebutuhan yang akan menjadi rencana kegiatan. Rencana kegiatan tersebut dituangkan ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk satu tahun pelajaran.

d) Program bimbingan perlu dijadwalkan ke dalam kalender pendidikan, mencakup kalender tahunan, bulanan, mingguan. e) Program perlu dilaksanakan dalam bentuk kontak langsung dan

tanpa kontak langsung.

(44)

31

satu semester atau satu tahun secara lengkap; memaparkan program yang telah disusun.

Program bimbingan yang telah disusun dengan baik, tidak akan terlaksana secara maksimal tanpa adanya penyiapan sarana dan prasarana yang memadai. Menurut Dewa ketut Sukardi (1987: 256) sarana merupakan faktor yang sangat menentukan pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah. Program bimbingan karir yang telah disusun tidak mungkin terlaksana dengan efektif tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai.

Menurut Prayitno (1997: 215) prasarana pokok yang dibutuhkan yaitu ruangan beserta perabotannya (meja, kursi, lemari, rak, dsb), ruang BK seharusnya diatur agar siswa yang datang merasa senang dan para personil pelaksana merasa betah atau nyaman bekerja di ruang tersebut. Idealnya ruang BK menurut Depdiknas (2007: 238) yakni, terdapat ruang kerja, ruang administrasi atau data, ruang konseling individual, ruang BK kelompok, ruang biblio terapi, ruang relaksasi, dan ruang tamu. Menurut Sukardi (1987: 283) perlengkapan ruang BK yakni perabotan, alat tulis kantor, perekam suara, perangkat komputer, dan papan media bimbingan.

(45)

32

non-tes. Alat pengumpul data tes dapat berupa instrumen tes psikologi, tes minat, tes kepribadian. Alat pengumpul data non-tes diantaranya: pedoman wawancara, pedoman observasi (catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian), angket, dan daftar isian sosiometri. Alat penyimpan data dapat berupa kartu pribadi, buku pribadi, dan map. Perlengkapan teknis seperti buku pedoman/ petunjuk. Perlengkapan administratif yang diperlukan diantaranya blanko surat, format surat, agenda surat, arsip surat, laporan, kartu konsultasi, kartu kasus, dan buku paket (Sukardi, 1987: 285).

Selain itu, dalam menyusun perencaan perlu menetapkan anggaran yang dibutuhkan. Pengadaan anggaran pelaksanaan layanan bimbingan karir merupakan hal yang perlu mendapat penekanan. Secara khusus anggaran biaya yang perlu disiapkan untuk layanan bimbingan diantaranya biaya operasional, personil, pengadaan dan pemeliharaan alat, dan biaya insidental (Sukardi, 1987: 291). Menambahkan penjelasan Sukardi, secara umum menurut Prayitno (1997: 218) dana diperlukan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu juga diperlukan untuk keperluan perlengkapan administrasi, kunjungan rumah, dan penyusunan laporan kegiatan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan layanan bimbingan karir, yang dilakukan adalah kegiatan

(46)

33

instrumen, pengumpulan data dilanjutkan analisis, dan pemetaan kebutuhan/permasalahan. Hasil needs assessment akan digunakan sebagai dasar merancang program bimbingan karir, berupa program tahunan, semesteran, dan harian kemudian dilengkapi dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL). RPL dibuat dengan melampirkan materi dari sumber terpercaya yang menarik sesuai kebutuhan siswa serta instrumen penilaian. Hal yang dilakukan dalam merancang program yakni, membuat matriks jadwal waktu untuk satu tahun pelajaran; menentukan jenis kegiatan; dan membuat rancangan dana. Penyiapan sarana meliputi alat pengumpul data, alat penyimpan data, anggaran dana, perlengkapan teknis, dan administratif, sedangkan prasarana yakni Ruang BK dan perabotannya.

b. Pengorganisasian

Organisasi layanan bimbingan karir di sekolah mengacu kepada organisasi BK di sekolah karena bimbingan karir merupakan salah satu bidang layanan BK. Menurut Terry (1977: 264) pengorganisasisan adalah proses membangun kerjasama yang efektif agar dapat bekerja secara efisien dalam melakukan tugas untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Sukardi (2008: 39-40) pengorganisasian berarti suatu bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja, dan mekanisme kerja layanan bimbingan dan konseling.

(47)

34

karir di sekolah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian layanan bimbingan karir agar dapat tercipta koordinasi yang baik sebagai berikut:

1) Semua personel sekolah, baik kepala sekolah koordinator BK, guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas, dan staf administrasi BK, dihimpun dalam satu wadah sehingga terwujud satu kesatuan cara bertindak dalam usaha membantu memberikan layanan BK.

2) Mekanisme kerja, pola kerja, atau prosedur kerja, BK di sekolah harus tunggal sehingga siswa tidak bingung.

3) Tugas, tanggung jawab, dan wewenang masing-masing personil yang terlibat dala pelaksanaan BK harus dirinci dengan jelas, sehingga setiap personil memahami kewajiban dan tanggung jawabnya (Sukardi, 2008: 40).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengorganisasian layanan Bimbingan karir, hal-hal yang dilaksanakan yakni mengetahui kondisi personil, membuat deskripsi tugas masing-masing personil, pembagian tugas setiap personil, dan kerjasama personil baik internal maupun eksternal. Kondisi personil BK dapat dilihat dari rasio guru BK dengan siswa, kualifikasi akademik dan kompetensinya.

c. Pelaksanaan

(48)

35

pada intinya merupakan seperangkat kegiatan yang telah diprogramkan secara terpadu, menyeluruh, terencana, dan berkelanjutan.

Menurut Sukardi (1987: 235-236) pelaksanaan program bimbingan karir di sekolah meliputi: layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, dan konseling. Munandir (1996: 259-260) menambahkan program bimbingan karir diantaranya yakni: pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi.

Sedangkan Suharsimi Arikunto (2011: 47) menjelaskan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan karir harus didukung oleh tempat, waktu, dan materi yang sesuai. Metode yang digunakan oleh guru BK juga harus tepat. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1987: 490) beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan yakni, ceramah, diskusi kelompok, demontrasi, sosiodrama, karyawisata, career day.

Menurut Prayitno (2002: 63) tempat sebaiknya dirancang agar siswa merasa nyaman dan dapat dilaksanakan layanan yang sesuai dengan asas-asas dan kode etik BK. Layanan bimbingan karir memerlukan waktu yang cukup. Penggunaan waktu di luar jam pelajaran juga perlu disediakan dan diatur dengan baik. Oleh karena itu, perlu disediakan tempat dan waktu yang memadai agar setiap kegiatan yang sudah disusun dapat terlaksana dengan efektif.

(49)

36

bimbingan karir. Penggunaan layanan media yang baik dalam layanan bimbingan karir merupakan salah satu indikator proses pelaksanaan layanan bimbingan karir berjalan baik (Aryadi Warsito dan Agus Triyanto, 2010: 12).

Dewa Ketut Sukardi (2008: 113) menjelaskan bahwa layanan bimbingan yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya kerjasama guru BK dengan pihak-pihak yang terkait, baik di dalam maupun di luar sekolah. Prayitno (1997: 217) menambahkan demikian juga kerja sama dengan orang tua siswa, seluruh siswa di sekolah, para ahli lain yang diperlukan dalam rangka alih tangan kasus, dan berbagai lembaga serta pihak-pihak lain di masyarakat pada umumya perlu disusun dan dikembangkan secara maksimal.

Jadi pelaksanaan program bimbingan karir dapat berupa layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi. Pelaksanaan program-program tersebut memerlukan waktu, tempat, metode, dan media yang memadai sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.

d. Evaluasi dan Tindak lanjut

(50)

37

Menurut Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2005: 46) evaluasi dalam bimbingan karir dapat dilakukan dengan cara berikut: 1) Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan

bimbingan karir.

2) Mengungkap pemahaman siswa tentang materi bimbingan karir yang disampaikan.

3) Mengungkapkan pemahaman siswa atas masalah karir yang dialaminya.

4) Mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut.

5) Mengungkap kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan bimbingan karir.

Kegiatan evaluasi perlu dianalisis untuk dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan karir. Menurut Prayitno (1997: 214) evaluasi dan tindak lanjut perlu dilaksanakan agar program bersifat dinamis dan berkembang secara berkelanjutan.

(51)

38

program terhadap siswa. Hal yang perlu dilakukan dalam tindak lanjut ini yakni:

1) Menyusun perbaikan dan pengembangan program

2) Melakukan referal bagi peserta didik yang memerlukan bantuan dari ahli

Kesimpulan beberapa pendapat di atas adalah kegiatan evaluasi perlu dianalisis untuk dijadikan dasar dalam tindak lanjut kemudian membuat laporan pelaksanaan program bimbingan karir. Hal yang dilakukan dalam evaluasi yakni mengamati partisipasi siswa dalam kegiatan bimbingan karir; Mengungkap pemahaman siswa tentang masalah karir yang dialaminya; Mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut; Mengungkap kelancaran proses bimbingan karir. Dan hal yang dilakukan dalam tidak lanjut yakni melakukan referal dan perbaikan serta pengembangan program bimbingan karir.

Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan karir terdiri atas empat aspek, yakni: (1) aspek perencanaan, (2) aspek pengorganisasian, (3) aspek pelaksanaan, (4) aspek evaluasi dan tindak lanjut.

B. Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK

(52)

39

bangsa sesuai fungsi dan tujuan pendidikan. Namun demikian fungsi dan tujuan pendidikan tersebut hanya akan dapat terwujud apabila setiap sub sistem pendidikan nasional terlaksana dengan baik. Layanan BK sebagai salah satu sub sistem dalam pendidikan memiliki sumbangsih dalam mewujudkan tujuan pendidikan.

Tantangan dalam dunia pendidikan saat ini berkembang semakin kompleks. Tidak hanya sebatas pada aspek belajar peserta didik yang kesulitan dalam mempelajari bidang ilmu tertentu, namun juga sudah merambah pada aspek karir, seperti kebingungan karir setelah lulus sekolah yang mengakibatkan jumlah pengangguran bertambah setiap tahunnya. Hal ini tentu saja dapat mengancam masa depan para peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu perlu adanya bantuan dari guru BK berupa layanan bimbingan karir untuk memberikan informasi karir, menentukan pilihan karir dan mengambil keputusan karir yang sesuai dengan potensi siswa.

Pada prakteknya ternyata layanan bimbingan karir di sekolah tidak dapat berjalan dengan mudah. Terdapat beberapa permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan bimbingan karir oleh guru BK. Permasalahan adalah hal yang menjadikan masalah; hal yang dipermasalahkan; atau persoalan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 719). Permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir adalah segala hal yang menjadi masalah dan menghambat dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir.

(53)

40

Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir dapat ditinjau dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.

1. Perencanaan layanan bimbingan karir

Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan meliputi kegiatan

needs assessment, merancang program bimbingan karir, serta penyiapan sarana dan prasarana. Langkah needs assessment yakni, menyusun instrumen, pengumpulan data dilanjutkan analisis, dan pemetaan kebutuhan/permasalahan. Hasil needs assessment akan digunakan sebagai dasar merancang program bimbingan karir, berupa program tahunan, semesteran, dan harian kemudian dilengkapi dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL). RPL dibuat sesuai format dengan melampirkan materi dari sumber terpercaya yang menarik sesuai kebutuhan siswa serta instrumen penilaian. Hal yang dilakukan dalam merancang program yakni, membuat matriks jadwal waktu untuk satu tahun pelajaran; menentukan jenis kegiatan; dan membuat rancangan dana. Sedangkan penyiapan sarana meliputi alat pengumpul data, alat penyimpan data, anggaran dana, perlengkapan teknis, dan administratif, sedangkan prasarana yakni ruang BK dan perabotannya.

2. Pengorganisasian layanan bimbingan karir

(54)

41

kondisi personil, membuat deskripsi tugas masing-masing personil, pembagian tugas setiap personil, dan kerjasama personil baik internal maupun eksternal. Kondisi personil BK dapat dilihat dari rasio guru BK dengan siswa, kualifikasi akademik dan kompetensinya.

3. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir

Pelaksanaan program bimbingan karir dapat berupa layanan informasi, ceramah dari tokoh karir, membuat peta dunia kerja, pemahaman dunia kerja, orientasi dunia kerja, konseling karir, penempatan, tindak lanjut dan evaluasi. Pelaksanaan program-program tersebut memerlukan waktu, tempat, metode, dan media yang memadai sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.

4. Evaluasi dan Tindak Lanjut Layanan Bimbingan Karir

Kegiatan evaluasi perlu dianalisis untuk dijadikan dasar dalam tindak lanjut kemudian membuat laporan pelaksanaan program bimbingan karir. Hal yang dilakukan dalam evaluasi yakni mengamati partisipasi siswa dalam kegiatan bimbingan karir; mengungkap pemahaman siswa tentang masalah karir yang dialaminya; mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut; mengungkap kelancaran proses bimbingan karir. Hal yang dilakukan dalam tidak lanjut yakni melakukan referal dan perbaikan serta pengembangan program bimbingan karir.

C. Pertanyaan Penelitian

(55)

42

1. Apakah permasalahan pada aspek perencanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta?

2. Apakah permasalahan pada aspek pengorganisasian layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta? 3. Apakah permasalahan pada aspek pelaksanaan layanan bimbingan karir

yang dialami oleh guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta?

(56)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan jenis penelitian survei. Menurut Sugiyono (2014: 7) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu keadaan yang terjadi pada saat penelitian dilakukan, penelitian ini tidak menguji hipotesis tetapi menggambarkan suatu keadaan yang apa adanya tentang suatu variabel. Jenis penelitian deskriptif yakni: survei, studi kasus, penelitian perkembangan, dan penelitian korelasional (Suharsimi Arikunto, 2005: 234-236).

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Menurut (Suharsimi Arikunto, 2005: 236) penelitian survei dimaksudkan untuk mengetahui pendapat masyarakat. Survei yang dilakukan kepada semua populasi dinamakan penelitian sensus.

(57)

44

B. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 38) variabel penelitian adalah segala sesuatu berbentuk apa saja yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian dapat ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini adalah permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK SMK Negeri.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:57.595.135.494.575.704.2]

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dulu melakukan observasi. Kegiatan observasi berupa wawancara singkat dengan guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, khususnya layanan bimbingan karir. Selanjutnya peneliti menentukan setting penelitian yakni di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta dengan pertimbangan sekolah-sekolah tersebut memiliki data-data yang diperlukan dalam penelitian dan belum pernah diteliti terkait permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir di sekolah ini. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

Tabel 1. Daftar sekolah dan Alamat Tempat Pengambilan Data

No Nama Sekolah Alamat

1. SMK N 1 Yogyakarta Jalan Kemetiran Kidul No. 35, Yk 2. SMK N 2 Yogyakarta Jalan A. M Sangaji No. 43, Yk 3. SMK N 3 Yogyakarta Jalan R. W. Mangunsidi No. 2, Yk 4. SMK N 4 Yogyakarta Jalan Sidikan No. 60, Yk

5. SMK N 5 Yogyakarta Jalan Kenari No. 71, Yk 6. SMK N 6 Yogyakarta Jalan Kenari No. 4, Yk

(58)

45

D. Subyek Penelitian

[image:58.595.132.470.258.395.2]

Penentuan subyek dalam penelitian ini berdasarkan jumlah populasi yang ada. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 95) jika subyek kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semuanya dan penelitian tersebut termasuk penelitian populasi. Dalam penelitian ini semua guru BK di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta menjadi subyek penelitian, berjumlah38 orang.

Tabel 2. Daftar Subyek

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 2005: 100). Teknik pengumpulan data utama dalam penelitian ini menggunakan angket sedangkan teknik pengumpulan data pendukung yakni observasi. Penggunaan angket dipilih karena menurut peneliti angket adalah metode yang baik dan dirasa cocok untuk setting penelitian yang terdiri dari banyak sekolah yang berbeda-beda sehingga tidak menyita banyak waktu dalam pelaksanaannya.

1. Angket

Menurut Sugiyono (2014: 142) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan terbuka/ tertutup secara tertulis kepada

Nama Sekolah Jumlah Guru BK kelas XII

SMK N 1 Yogyakarta 4 guru BK

SMK N 2 Yogyakarta 8 guru BK

SMK N 3 Yogyakarta 7 guru BK

SMK N 4 Yogyakarta 8 guru BK

SMK N 5 Yogyakarta 3 guru BK

SMK N 6 Yogyakarta 4 guru BK

SMK N 7 Yogyakarta 4 guru BK

(59)

46

responden untuk dijawab. Angket penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden

tinggal memberikan tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang

sesuai.

Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap (Nasution, 2012: 128). Angket dalam penelitian ini diberikan kepada guru BK SMK Negeri se-Kota Yogyakarta untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK ditinjau dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut.

2. Observasi

(60)

47

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data agar sistematis (Suharsimi Arikunto, 2005: 101). Instrumen utama penelitian ini adalah angket berbentuk checklist dan instrumen pendukungnya adalah pedoman observasi. Pada angket bentuk

checklist, subyek penelitian akan membubuhkan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia untuk memberikan jawaban.

Instrumen utama penelitian ini adalah angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang digunakan untuk mengungkap permasalahan yang dialami oleh guru BK dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir dari sudut pandang guru BK sebagai pelaksana utama layanan bimbingan karir. Sedangkan instrumen pendukung penelitian ini yakni pedoman observasi, untuk mengungkap ketersediaan sarana dan prasarana pelaksanaan layanan bimbingan karir, terutama sarana dan prasarana ruang bimbingan dan konseling.

1. Angket Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir

Pembuatan angket penelitian ini mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 135) tahap-tahap penyusunan instrumen yaitu:

a. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di rumusan judul penelitian atau yang tertera di problematika penelitian. b. Menjabarkan variable menjadi sub variabel.

c. Mencari indikator setiap sub variable.

d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator.

e. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.

(61)

48

Berdasarkan uraian di atas, tahapan penyusunan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan identifikasi terhadap variabel dari judul penelitian

Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yang dialami oleh guru BK. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir yakni segala hal yang menjadi masalah atau persoalan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir. Permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir ditinjau dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut.

b. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel

Variabel permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir dijabarkan menjadi beberapa sub variabel. Sub variabel disusun menurut kajian teori pada BAB II penelitian ini. Sub variabel penelitian ini adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut.

c. Mencari indikator setiap sub variabel

Setiap sub indikator dijabarkan menjadi bagian yang lebih rinci menjadi deskriptor. Indikator dari variabel permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir dalam penelitian ini adalah:

1) Perencanaan

a) Need Assessment

(62)

49 c) Prasarana

d) Sarana 2) Pengorganisasian

a) Kondisi personil (Guru BK)

b) Deskripsi dan pembagian tugas personil BK c) Kerjasama dan Koordinasi personil BK 3) Pelaksanaan

a) Pelaksanaan program layanan dasar b) Pelaksanaan program layanan responsif c) Pelaksanaan program perencanaan individual

d) Waktu dan tempat pelaksanaan layanan bimbingan karir e) Metode yang digunakan dalam layanan bimbingan karir f) Media yang digunakan dalam layanan bimbingan karir 4) Evaluasi dan tindak lanjut

a) Evaluasi b) Tindak lanjut c) Pelaporan

d. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator

Setelah menentukan indikator selanjutnya setiap indikator tersebut dijabarkan menjadi deskriptor yang lebih rinci. Berikut ini deskriptor angket permasalahan pelaksanaan layanan bimbingan karir.

1) Perencanaan

(63)

50

- Mengetahui langkah-langkah need assessment - Alat atau Instrumen need assessment

- Mengumpulkan data need assessment - Menganalisis hasil needs assessment

- Memetakan kebutuhan layanan bimbingan karir b) Merancang Program Bimbingan Karir

- Menyusun program tahunan dan semesteran bimbingan karir

- Menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) bimbingan karir

c) Prasarana

- Kondisi Ruang BK d) Sarana

- Alat Pengumpul data tes dan non-tes - Alat penyimpan data

- Perlengkapan teknis - Perlengkapan administratif - Anggaran dana

2) Pengorganisasian

(64)

51

- Kompetensi Kepribadian guru BK - Kompetensi sosial guru BK - Kompetensi Profesional guru BK b) Deskripsi dan pembagian tugas personil BK

- Deskripsi tugas masing-masing personil BK

- Pembagian tugas, tanggung jawab/ wewenang guru BK c) Kerjasama dan Koordinasi personil BK

- Kegiatan koordinasi internal antar personil BK

- Kegiatan koordinasi eksternal personil BK dengan pihak terkait

- Kerjasama antar personil - Kerjasama eksternal 3) Pelaksanaan

a) Pelaksanaan program layanan dasar

- Pelaksanaan program layanan informasi karir - Pelaksanaan program layanan orientasi karir - Pelaksanaan program pemahaman dunia kerja - Pelaksanan program ceramah dari tokoh karir - Pelaksanaan program carrer day

(65)

52

- Pelaksanaan Kolaborasi dengan pihak lain terkait permasalahan karir

- Pelaksanaan Kunjungan rumah terkait permasalahan karir siswa

- Pelaksanaan alih tangan kasus

c) Pelaksanaan program perencanaan individual

- Pelaksanaan program penempatan dan penyaluran d) Waktu dan tempat pelaksanaan layanan bimbingan karir

- Waktu pelaksanaan layanan bimbingan karir tidak sesuai dengan perencanaannya

- Pemberian layanan bimbingan karir pada jam khusus layanan BK

- Pemberian layanan bimbingan karir di luar jam pelajaran - Tempat layanan bimbingan karir representatif

e) Metode yang digunakan dalam layanan bimbingan karir

- Metode yang digunakan: ceramah, diskusi kelompok, sosiodrama, karyawisata karir, career days, permainan. - Pemilihan metode yang tepat dan sesuai

f) Media yang digunakan dalam layanan bimbingan karir - Pemilihan dan penggunaan media

(66)

53

- Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan bimbingan karir

- Mengungkapkan pemahaman siswa atas masalah karir yang dialaminya

- Mengungkap minat siswa terhadap perlunya layanan bimbingan karir lebih lanjut

- Mengungkap kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan bimbingan karir

b) Tindak lanjut

- Melakukan alih tangan kasus

- Perbaikan dan pengembangan program d) Pelaporan

- Laporan pelaksanaan program (lapelprog) disusun berdasar hasil evaluasi program layanan bimbingan karir

(67)
[image:67.842.235.749.118.476.2]

54

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK se-Kota Yogyakarta

Variabel Sub-Variabel Indikator Deskriptor No

Item

Gambar

Tabel 1. Daftar sekolah dan Alamat Tempat Pengambilan Data
Tabel 2. Daftar Subyek
Tabel 3. Kisi-kisi Angket Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di SMK se-Kota Yogyakarta
Tabel 4. Kisi- kisi Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menilai pentingnya materi bimbingan konseling karir pada peserta didik dalam perencanaan karir guru Bk terhadap peserta didik di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus, karena

Melalui materi ini, guru memahami pelayanan bimbingan karir di sekolah, peran guru BK dalam memberikan layanan karir dan menyusun program bimbingan karir, kemdian

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan bimbingan karir di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 3 Banjarmasin meliputi faktor guru Bimbingan dan Konseling,

Kegiatan layanan bimbingan konseling secara menyeluruh meliputi enam bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir,

Penjabaran hasil analisis tabulasi data angket Pemanfaatan Media pada Layanan Bimbingan Kelompok ditemukan bahwa dari sepuluh guru bimbingan dan konseling yang masing-masing

Implikasi dari penerapan modul bimbingan karir diantaranya adalah modul bimbingan karir layak dan efektif digunakan sebagai alternatif dalam menunjang layanan

Berdasarkan hasil penelitian dari temuan peneliti tentang kendala Guru BK dalam pelaksanaan layanan informasi pada aspek waktu bahwa kendala yang dialami Guru BK

SIMPULAN Kegiatan pelatihan layanan peminatan karir berbasis digital ini dapat memberikan keterampilan bagi guru BK di kota Banjarmasin sesuai dengan hasil angket yang diberikan bahwa